Laporan Blok 14 Lbm 3

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN SGD 2 LBM 3 BLOK 14ADULT AND ELDERLY DISEASES

DISUSUN OLEH :1. Ernawati2. Auliya Ismawati3. Bayyin Bunayya Cholid4. Bety Apvirna Fajriani5. Karina6. Karunia Budi Handoko7. Ken Sekar Langit8. Putri Fatmala9. Rahmadika Kemala F10. Riska Perwitasari11. Titis Putri Nurtikasari12. Zaniar Febryan PFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG2013

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahimAlhamdulillahirabbilalamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD 2 LBM 3 mengenai Adult and Elderly Diseases. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaan laporan, Alhamdulillah kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersusah payah membantu membuat laporan ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran dengan terbuka dari para pembaca.Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para pembaca dari hasil laporan ini. Karena itu, kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua. Pada bagian akhir, kami akan mengulas mengenai pendapat-pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, kami berharap hal ini dapat berguna bagi kita. Semoga laporan ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.Jazakumullahi khoiro jaza

Semarang,1 Juni 2013

Penyusun

Modul : 3 Judul : Kok Mulutku Bau ya....?

Pak Komo (57th) satang ke RSGM dengan keluhan gigi tiruannya goyang,gusi daerah langit-langit di bawah gigi tiruannya terasa gatal dan panas, disertai bau mulut sejak 2 tahun yang lalu. Pak Komo telah menggunakan gigi tiruannya selama 5 tahun. Pak Komo memilikiriwayat diabetes sejak 7 tahun yang lalu, awalnya dia masih rajin kontrol gula darah ke dokter, tapi sejak 2 tahun lalu dia sudah tidak pernah control lagi dan jarang melepas gigi tiruannya. Saat masih rajin kontrol gula darahnya , tidak ada masalah dengan gigi tiruannya.Pada pemeriksaan intra oral ditemukan gigi tiruan rahang atas yang agak kotor,mukosa palatal kemerahan dengan OH buruk dan tercium bau tidak enak dari rongga mulutnya.Skenario

PENDAHULUANA. Latar BelakangDiketahui bahwa banyaknya mahasiswa yang belum memahami benar mengenai Adult and Elderly Diseases dan kesulitan dalam mencari sumber belajar yang tepat dan dapat dipercaya. Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa tidak banyak mahasiswa yang mau bersusah payah untuk mencari jawaban ataupun sumber-sumber belajar secara terperinci dan jelas. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mendapatkan sumber belajar mengenai Adult and Elderly Diseases yang baik agar dapat menyelesaikan soal pembelajaran.Upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan sumber belajar merupakan suatu upaya yang paling logis dan realistis. Dosen ataupun Tutor sebagai salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan keberhasilan pendidikan di Universitas, khususnya dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar, harus berperan aktif serta dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dosen perlu juga memperhatikan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi sehingga akan sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah dan memahami materi atau konsep Adult and Elderly Diseases yang diberikan oleh dosen.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang menyebabkan gigi tiruannya goyang dan mukosa terasa panas?2. Apa saja obat yang mempengaruhi sekresi saliva sehingga menyebabkan xerostomia?3. Apa manifestasi oral pada diabetes militus?4. Apa penyebab bau mulut pada pasien diabetes militus?5. Bagaimana patofisiologi diabetes?

C. Tujuan1. Mampu mengetahui dan memahami penyebab gigi tiruan goyang dan mukosa terasa panas2. Mampu mengetahui obat yang mempenagruhi sekresi saliva dan menyebabkan xerostomia3. Mengetahui manifestasi oral pada diabetes militus4. Mampu memahami penyebab bau mulut pada pasien diabetes militus5. Mampu mengetahui patofisiologi diabetes

Oral Manifestasion of Sistemic Diseases

Pada kasus diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami Sindroma mulut terbakar. Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa tanda-tanda klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya kelainan pada saraf akan mendukung terjadinya rasa sakit / terbakar yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut.Selain itu ada beberapa obat yang mempengaruhi sekresi saliva yang semakin akan memperparah keadaan rongga mulut pada pasien diabetes :Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat antihipertensi termasuk salah satu golongan obat yang dapat menyebabkan efek samping berupa xerostomia. Obat antihipertensi dapat mempengaruhi aliran saliva secara langsung dan tidak langsung. Bila secara langsung akan mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair dan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan kental. Sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.Dalam menangani pasien xerostomia pada penderita hipertensi, terlebih dahulu dilakukan wawancara terhadap pasien dan meninjau ulang obat-obatan yang mereka gunakan, seperti dengan mengubah obat atau dosis untuk memberikan peningkatan aliran saliva.Diuretik : golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.2. HipertensiHipertensi dibagi menjadi 2 yaitua. hipertensi primerJuga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, restensi vaskular perifer bertambah, atau keduanya. Pada hipertensi, curah jantung cenderung menurun dan resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol, mungkin sebagian diperantari oleh faktor yang dikenal sebagai pemicu hipertrofi vaskular dan vasokonstriksi (insulin, katekolamin, angiotensin, hormon pertumbuhan), sehingga menjadi alasan sekunder dari hipertensi yang sudah ada telah menyebabkan penelitian etiologi semakin sulit dan observasi ini terbuka untuk berbagai interpretasi.

b. hipertensi sekunderhipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain yaitu akibat penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan.Golongan DiuretikDiuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :1. Diuretik osmotic2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase3. diuretik golongan tiazid4. diuretik hemat kalium5. diuretik kuat1. Diuretik osmotikDiuretik osmotik mempunyai tempat kerja :a. Tubuli proksimalDiuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.b. Ansa enleDiuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.c. Duktus KoligentesDiuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidraseDiuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.3. Diuretik golongan tiazidDiuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.4. Diuretik hemat kaliumDiuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.5. Diuretik kuatDiuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkanYang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.Hal-hal yang sering ditemui dalam rongga mulut penderita diabetes mellitus antara lain :1. Xerostomia (mulut kering)Diabetes melitus menyebabkan terjadinya penurunan aliran saliva (air liur) sehingga mulut terasa kering. Penurunan aliran saliva ini disebabkan oleh tidak terkontrolnya kadar gula darah ataupun akibat konsumsi obat-obatan sistemik untuk penyakit diabetes. Saliva sendiri sangat berguna untuk rongga mulut karena memiliki efekself cleansing,yaitu berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Dengan terjadinya penuruan aliran saliva, rongga mulut akan lebih rentan mengalami infeksi atau luka, dan juga lubang gigi.2. Karies (gigi berlubang)Karies gigi pada penderita diabetes mellitus juga disebabkan oleh penurunan aliran saliva (air liur). Selain berperan sebagaiself cleansing, saliva juga berperan dalam efekbuffer, yaitu penetral pH mulut. Ketika kita makan, suasana pH dalam rongga mulut menjadi asam yang beresiko terjadinya gigi berlubang. Namun, suasana asam ini akan dinetralkan oleh saliva sehingga kondisi rongga mulut menjadi netral. Dengan berkurangnya aliran saliva, kemampuanself cleansingdanbufferberkurang, sehingga rongga mulut lebih rentan terhadap terjadinya gigi berlubang.3. Gingivitis (radang gusi) dan periodontitis (radang jaringan periodontal)Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes melitus adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa tubuh. Lambatnya aliran darah menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi sehingga mudah terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satunya gingivitis. Gejala-gejala gingivitis antara lain : pembengkakan gusi, gusi mudah berdarah, dan gusi berwarna lebih merah tanpa menyebabkan kegoyangan pada gigi.Periodontitis merupakan kelanjutan dari gingivitis dengan disertainya kegoyangan gigi. Terdapat banyak faktor yang dapat memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan factor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Goyangnya gigi pada periodontitis disebabkan oleh rusaknya jaringan periodontal yang menyebabkan gusi tidak melekat lagi pada gigi dan tulang menjadi rusak. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meskipun banyak penderita yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.4. Luka sukar sembuhDiabetes melitus yang tidak terkontrol menyebabkan penyembuhan luka pada penderita diabetes lebih lama dan lebih sulit jika dibandingkan orang normal pada umumnya. Hal ini disebabkan tingginya kadar gula pada derah luka sehingga terjadi gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.Hal ini harus diperhatikan pada penderita diabetes melitus yang ingin melakukan pencabutan gigi. Akibat yang dapat ditimbulkan bila pencabutan gigi dilakukan pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol antara lain :- Terjadi infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas pencabutan- Terjadi sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah- Terjadi pendarahan yang terus menerus akibat infeksi pasca pencabutanOleh karena itu, pada umumnya dokter gigi menunda pencabutan gigi pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.5. Oral thrushPenderita diabetes mellitus yang sering menkonsumsi antibiotik sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Hal ini disebabkan karena antibiotik ditujukan untuk memerangi infeksi bakteri,sedangkan dalam rongga mulut terdapat oral flora normal yang terdiri dari bakteri, virus, dan jamur normal. Antibiotik akan membunuh bakteri tapi tidak membunuh jamur dan virus, sehingga ekosistem dalam rongga mulut tidak seimbang dan pada akhirnya terjadi pertumbuhan jamur berlebih pada mulut dan lidah.Penderita diabetes yang menggunakan gigi tiruan (gigi palsu) juga rentan terhadap infeksi jamur terutama jika penderita menggunakan gigi tiruannya selama 24 jam dan tidak melepasnya pada saat tidur ataupun tidak membersihkan gigi tiruannya secara seksama.TIPS khusus menjaga kesehatan gigi dan mulut bagi penderita diabetes mellitus :1. Menjaga kadar gula darah dengan pola diet yang baik dan menerapkan gaya hidup sehat dengan olahaga teratur, juga memeriksa kagar gula secara teratur setiap 1 bulan sekali2. Selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara meyikat gigi minimal 2x sehari pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur3. Bersihkan karang gigi setiap 6 bulan sekali4. Segera menambal gigi yang berlubang, jangan tunggu hingga parah5. Konsultasikanlah ke dokter spesialis penyakit dalam apabila ada gigi yang memerlukan pencabutan, sehingga dokter spesialis penyakit dalam akan merekomendasikan surat rujukan ke dokter gigi apabila kondisi gula darah sedang terkontrol.6. Jangan lupa untuk menginformasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi7. Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontic perlu mandapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan wajib melepas gigi tiruan sebelum tidur dan membersihkannya dengan baik untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya infeksi jamur.(drg. Sohpia,Sp.KG., M.M.)http://rscharitas.com/index.php/index.php?mod=newsdet&id=189Keterkaitan Halitosis Dengan Diabetes Mellitus Diabetes adalah salah satu alasan utama terjadinya halitosis,tetapi kebanyakan orang tidak menyadarinya.7 Kadar glukosa dan bau mulut itu terkait,ketika gula darah terlalu tinggi atau terlalu rendah,napas akan tercium bau karena kadar glukosa berlebih dapat membuat tubuh sulit untuk kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya halitosis. Seseorang yang mengalami halitosis dan menderita diabetes harus terus waspada gula darah mereka. Kebanyakan orang yang menderita diabetes menemukan bahwa mereka juga memiliki kasus yang parah dengan mulut kering.7 Penderita diabetes sering mengalami dehidrasi, sehingga menyebabkan mulut menjadi kering. Perlu diingat bahwa mulut kering menyebabkan bau mulut. Kuman dan bakteri dapat kering pada kulit dalam mulut, di lidah dan di gigi.7 Mulut kering menyebabkan fungsi saliva untuk membilas kuman dan bakteri penyebab bau mulut terganggu. Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang memeliki mulut kering karena diabetes,cenderung memiliki bau mulut juga.

Cara Mengatasi Halitosi Pada Penderita Diabetes Mellitus Penderita diabetes mellitus harus memeriksa kadar glukosanya sesering mungkin dan waspada dengan gula darah mereka. Cara utama memastikan gula darah terkontrol adalah mempertahankan diet yang sehat. Karena tubuh tidak memproduksi insulin,maka makan makanan yang tinggi gula buatan bukanlah ide yang baik.7 Berikut ini adaah cara mengatasi halitosis yang aman untuk penderita diabetes; Menjaga kebersihan gigi dan mulut Munculnya bakteri didalam mulut biasanya bersumber dari sisa makanan dan karang gigi.6 Menyikat gigi dengan baik dan benar setelah habis makan dan sebelum tidur,dapat mencegah timbulnya bakteri penyebab bau mulu tersebut. Untuk penderita diabetes, pilihalah sikat gigi yang baik yang tidak akan menyebabkan gusi terluka ketika sedang menyikat gigi.

Berkumur dengan baking sodaBaking soda membantu dalam menetralisir bakteri dalam mulut dan dan menyegarkan napas. Namun meskipun membantu menyingkirkan bakteri dan menyegarkan napas, obat kumur terdiri dari bahan-bahan yang membuat mulut menjadi kering.6 Oleh karena itu, hindari mempergunakan obat kumur terlalu sering

Minum banyak airPenderita diabetes sering mengalami dehidrasi sehingga menyebabkan mulut menjadi kering, sementara itu mulut kering adalah penyebab terjadinya halitosis.4,6 Untuk itu, perbanyaklah minum air untuk mengisi jaringan mulut kering. Direkomendasikan bahwa kita harus meminum delapan gelas air perhari untuk mengurangi bau mulut.6

Mengkonsumsi buah-buahan segarMengkonsumsi buah-buahan adalah salah satu cara terbaik untuk melembabkan mulut.

Mengkonsumsi yogurt bebas gulaYogurt bebas gula mengandung bakteri streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaris yang menurut para peneliti dari Jepang,merupakan bakteri baik yang bermanfaat untuk mematikan bakteri penyebab bau mulut.6 Yogurt memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu upaya alternative pencegahan candidiasis rongga mulut.9 Candidiasis rongga mulut adalah pertumbuhan jamur berlebihan di dalam rongga mulut akibat aktifitas spesies Candida albicans sebagai organisme komensal rongga mulut yang dapat berubah menjadi patogen misalnya akibat kebersihan mulut yang buruk.9

Mengkonsumsi teh hitamPara peneliti asal Amerika menganjurkan para pengidap gangguan bau mulut untuk banyak mengkonsumsi teh hitam.6 Kandungan polifenol dalam teh hitam bermanfaat membunuh bakteri pathogen didalam mulut.2,6Sumber : Sondang P. Masalah halitosis dan penatalaksanaannya. J Dentika Dental 2008; 13 (1): 74-79.Tahap tes kadar gula darah1. Jalur pembentukan AGEs (advanced glycation end products) Jalur pembentukan AGEs (advanced glycation end products) jalur non enzimatik, adalah proses perlekatan glukosa secara kimiawi ke gugus amino bebas pada protein tanpa bantuan enzim. Derajat glikosilasi non enzimatik tersebut berikatan dengan kadar gula darah, karena dalam pemeriksaan ini menghasilkan indeks rata rata kadar gula darah selama usia eritrosit 120 hari. Pembentukan AGEs (advanced glycosylation end products) pada protein seperti kolagen, membentuk ikatan silang di antara berbagai polipeptida yang dapat menyebabkan terperangkapnya protein interstisium dan plasma yang tidak terglikosilasi.AGEs juga dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kapiler, termasuk glomerulus ginjal yang mengalami penebalan membran basal. reseptor pada berbagai tipe sel seperti sel endotel, monosit, limfosit, makrofag dan sel mesangial. Pengikatan tersebut menyebabkan berbagai aktivitas biologi termasuk migrasi sel neutrofil, pengeluaran sitokin, peningkatan permeabilitas endotel, peningkatan proliferasi fibroblas serta sintesis matrik ekstraseluler.2. Jalur poliol merupakan hiperglikemi intrasel dimana glukosa dimetabolisme oleh aldose reduktase menjadi sorbitol. Peningkatan sorbitol akan mengakibatkan berkurangnya kadar inositol yang menyebabkan gangguan osmolaritas membran basal.Jalur poliol yang merupakan sitosolik monomerik oksidoreduktase yang mengkatalisa NADPH- dependent reduction dari senyawa karbon, termasuk glikosa. Aldose reduktase mereduksi aldehid yang dihasilkan oleh ROS (reactive oxigen species ) menjadi inaktif alkohol serta mengubah glukosa menjadi sorbitol dengan menggunakan NADPH sebagai kofaktor. Pada sel, aktivitas aldose reduktase cukup untuk mengurangi glutathione ( GSH ) yang merupakan tambahan stres oksidatif. Sorbitol dehydrogenase berfungsi untuk mengoksidasi sorbitol menjadi fruktosa menggunakan NAD sebagai kofaktor.3. Jalur Protein kinase C Protein Kinase C, Hiperglikemi dalam sel akan meningkatkan sintesis molekul diasil gliserol yang merupakan kofaktor penting pada aktifasi PKC, yang akan menimbulkan berbagai efek ekspresi gen. Aktifasi protein kinase C (PKC), yang berefek terhadap: Produksi molekul proangiogenik VEGF yang berimplikasi terhadapneovaskularisasi, karakteristik komplikasi diabetik. Peningkatan aktivitas vasokonstriktor endotelin-1 dan penurunan aktivitas vasodilator endothelial nitrit oksida sinthase (eNOS). Produksi molekul profibrinogenik serupa TGF- Produksi molekul prokoagulan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), memicu penurunan fibrinolisis dan kemungkinan terjadinya oklusi vaskuler. Produksi sitokin pro-inflamasi oleh sel endotel vaskuler.

4. Pembentukan reactive oxygen species (ROS) atau stress oksidatif Stres oksidatif timbul bila pembentukan reactive oxygen species (ROS) melebihi kemampuan sel dalam mengatasi radikal bebas, yang melibatkan sejumlah enzim dan vitamin yang bersifat antioksidan. Stres oksidatif pada diabetes mellitus disebabkan karena ketidak seimbangan reaksi redoks akibat perubahan metabolisme karbohidrat dan lipid, sehingga terjadi penurunan kapasitas antioksidan. Stres oksidatif dapat meningkat jika terjadi glikasi yang labil, autooksidasi glukosa, aktivitas intrasel jalur poliol. Metabolisme karbohidrat pada hiperglikemi akan menghasilkan energi yang ekuivalen untuk mendorong sintesa ATP di mitokondria yang akan menghasilkan radikal bebas dan superokside karena pengaruh kadar glukosa yang tinggi. Autooksidasi glukosa juga akan menaikkan radikal bebas menjadi stress oksidatif yang akan menurunkan kadar NO, merusak protein sel,meningkatkan adhesi sel leukosit pada endotel sedang fungsinya sebagaipertahanan terhambat.

Pentingnya kontrol kadar gula darah :Pengukuran kadar glukosa darah hanya memberikan informasi mengenai homeostasis glukosa yang sesaat dan tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi pengendalian glukosa jangka panjang (mis. beberapa minggu sebelumnya). Untuk keperluan ini dilakukan pengukuran hemoglobin terglikosilasi dalam eritrosit atau juga dinamakan hemoglobin glikosilat atau hemoglobin A1c (HbA1c).Apabila hemoglobin bercampur dengan larutan dengan kadar glukosa yang tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara ireversibel, proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau hemoglobin A1c. Pada hiperglikemia yang berkepanjangan, kadar hemoglobin A1c dapat meningkat hingga 18-20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen, tetapi kadar hemoglobin A1c yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah kadar normoglikemik menjadi stabil, kadar hemoglobin A1c kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.Karena HbA1c terkandung dalm eritrosit yang hidup sekitar 100-120 hari, maka HbA1c mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 3-4 bulan. Hal ini lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan informasi yang lebih jelas tentang keadaan penderita dan seberapa efektif terapi diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c > 8% mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali, dan penderita berisiko tinggi mengalami komplikasi jangka panjang, seperti nefropati, retinopati, neuropati, dan/atau kardiopati.

Eritrosit yang tua, karena berada dalam sirkulasi lebih lama daripada sel-sel yang masih muda, memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan palsu kadar HbA1c dapat disebabkan oleh penurunan jumlah eritrosit. Pada penderita dengan hemolisis episodik atau kronis, darah mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga kadar HbA1c dapat dijumpai dalam kadar yang sangat rendah. Glikohemoglobin total merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian diabetes pada penderita yang mengalami anemia atau kehilangan darah.ProsedurHemoglobin glikosilat atau HbA1c dapat diukur dengan beberapa metode, seperti kromatografi afinitas, elektroforesis, immunoassay, atau metode afinitas boronat.Spesimen yang digunakan untuk pengukuran HbA1c adalah : darah kapiler atau vena dengan antikoagulan (EDTA, sitrat, atau heparin).Hindari terjadinya hemolisis selama pengumpulan sampel. Batasan asupan karbohidrat sebelum dilakukan uji laboratorium sifatnya dianjurkan.Nilai RujukanOrang normal : 4,0 6,0 %DM terkontrol baik : kurang dari 7%DM terkontrol lumayan : 7,0 8,0 %DM tidak terkontrol : > 8,0 %Nilai rujukan dapat berlainan di setiap laboratorium tergantung metode yang digunakan.Masalah Klinis Peningkatan kadar : DM tidak terkendali, hiperglikemia, DM yang baru terdiagnosis, ingesti alkohol, kehamilan, hemodialisis. Pengaruh obat : asupan kortison jangka panjang, ACTH. Penurunan kadar : anemia (pernisiosa, hemolitik, sel sabit), talasemia, kehilangan darah jangka panjang, gagal ginjal kronis.Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium Anemia dapat menyebabkan hasil uji yang rendah Hemolisis spesimen dapat menyebabkan hasil uji yang tidak akurat Terapi heparin dapat menyebabkan temuan palsu hasil pengujian. Setelah transfuse darah hasil pembacaan HbA1c mungkin berubah. Kenaikan kadar HbF pada talasemia dapat menyulitkan interpretasi. HbF dapat menaikkan pembacaan tes HbA1chttp://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/hemoglobin-a1c-hba1c.htmlJadi, poin-poin yang harus diperhatikan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada penderita diabetes adalah : Jaga kadar gula darah sedekat mungkin dengan kadar gula darah normal, terutama dengan cara menerapkan gaya hidup sehat. Jaga kebersihan gigi dan mulut sebaik mungkin, agar memperkecil resiko terjadinya karies, gingivitis, ataupun periodontitis. Masalah yang terjadi di rongga mulut penderita diabetes dapat mengarah ke penyakit lain. Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi, terutama bila hendak mencabut gigi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, luka pada penderita diabetes sukar sembuh. Ini termasuk juga luka setelah pencabutan gigi. Selain itu juga ada resiko terjadinya infeksi sekunder dan pendarahan yang cukup banyak setelah tindakan oleh dokter gigi. Oleh karena itu dokter gigi akan memberikan tindakan premedikasi bila dipandang perlu, sebelum melakukan tindakan perawatan pada penderita diabetes. Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah sedang tinggi. Normalkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi kembali. Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan ataukawat orthodontik perlu mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak terjaga.http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=&sub=119PATOFISIOLOGI DIABETES1. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)

a.Melalui proses imunologikBentuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung insulin, biasanya disebut sebagai juvenile onset diabetes. Hal ini disebabkan karena adanya destruksi sel beta pankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas bervariasi, kadang-kadang cepat pada suatu individu dan kadang-kadang lambat pada individu yang lain. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah terjadi ketoasidosis. Pada diabetes tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.Sebagai marker terjadinya destruksi sel beta pankreas adalah autoantibodi sel pulau langerhans dan atau aoutoantibodi insulin dan autoantibodi asam glutamate dekarboksilase sekitar 85-90 % terdeteksi pada diabet tipe ini. Diabetes melitus autoimun ini terjadi akibat pengaruh genetik dan faktor lingkungan.

b. IdiopatikTerdapat beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak diketahui. Hanya beberapa pasien yang diketahui mengalami insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya ketoasidosis tetapi bukan dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh individu asal afrika dan asia

2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin).Pada penderita Diabet Mellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glikosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin ( reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.Onset diabetes mellitus tipe ini perlahan lahan karena itu gejalanya tidak terlihat ( asimtomatik ). Adanya resistensi yang terjadi perlahan lahan akan mengakibatkan pula kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan berkurang. Oleh karena itu, diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi karena ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat antibiotik oral.

3. Diabetes Melitus Tipe Laina.Defek genetik fungsi sel beta : Kromosom 12, HNF-1 Kromosom 7, glukokinase Kromosom 20,HNF-4 Kromosom 13, insulin promoter factor Kromosom `17, HNF-1 Kromosom 2, Neuro D1 DNA Mitokondria

Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (