23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Perairan Indonesia yang merupakan 70% dari wilayah Nusantara memiliki kekayaan alam hayati yang cukup besar, salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat- obatan (Anggadireja et al., 2006). Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi serta biaya produksinya yang relatif rendah. Selain itu, rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Disamping banyak kegunaannya, rumput laut juga

Laporan Dodol Rula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

daun lindur

Citation preview

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangIndonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Perairan Indonesia yang merupakan 70% dari wilayah Nusantara memiliki kekayaan alam hayati yang cukup besar, salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan (Anggadireja et al., 2006).Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi serta biaya produksinya yang relatif rendah. Selain itu, rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Disamping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Tumbuhan ini bernilai ekonomi penting karena penggunaannya yang sangat luas terutama dalam bidang industri. Di bidang industri, ternyata pengolahan rumput laut sudah cukup lama dikenal di Indonesia, meskipun dengan teknologi proses dan peralatan yang sederhana. Hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan alasan utama untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi, cat, tekstil, pakan ternak dan industri lainnya. Salah satu contoh dari industri makanan adalah dodol rumput laut (Anggadireja et al., 2006).Selama ini, dodol hanya terbuat dari bahan utama ketan saja, akan tetapi dengan dengan perkembangan teknologi saat ini terdapat dodol rumput laut, yaitu dodol yang bahan utamanya adalah rumput laut. Di Indonesia rumput laut yang sering digunakan dalam industri makanan adalah Eucheuma cottonii yang merupakan jenis alga merah (Adriyani, 2006).Dodol rumput laut merupakan salah satu diversifikasi dari rumput laut. Dodol rumput laut termasuk jenis makanan yang tergolong pada kategori pangan semi basah, yang memiliki Aw (aktivitas air) rendah. Sebagai pangan semi basah dodol mempunyai sifat dapat mengawet sendiri tanpa memerlukan pendinginan, sterilisasi dan pengeringan (Adriyani, 2006).

B. TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan dodol rumput laut dan juga untuk mengetahui karakteristik dan sensori (aroma, rasa dan tekstur) dari dodol rumput laut.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kandungan Rumput LautRumput laut banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karagenan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Akan tetapi, ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil A dan B, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu, ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulosa dan algin. Selain itu, ganggang merah dan coklat banyak mengandung yodium (Fardiaz, 2000)Rumput laut adalah bahan pangan yang berkhasiat yang memiliki kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia. Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Siregar, 2001). Almatsier (2009) menyatakan bahwa ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat larut dalam air dan yang dapat larut air. Serat yang tidak dapat larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang dapat larut dalam air adalah pektin, gum, mucilage, glikan dan alga. Serat yang terdapat pada karaginan merupakan bagian dari serat gum yaitu jenis serat yang larut dalam air. Serat mempunyai peran yang penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat penting dalam proses pencernaan makanan dalam tubuh. Kekurangan serat dapat menyebabkan konstipasi, apenaistis, alverculity, hemoroid, diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan batu ginjal. Menambahkan kebutuhan serat untuk manusia sangatlah bervariasi menurut pola makan dan tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan. Konsumsi serat rata-rata 25 g/hari dapat dianggap cukup untuk memelihara kesehatan tubuh (Almatsier, 2009).Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna sehingga rasa kenyang lebih bertahan lama tanpa takut kegemukan. Rumput laut juga diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino, mineral, trace elements khususnya yodium dan vitamin A, B, C, D, E dan K. Selain itu, rumput laut juga bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem peredaran darah dan sistem pencernaan (Siregar, 2001). Nilai nutrisi rumput laut Jenis Eucheuma cottonii dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :Tabel 1. Komponen Nutrisi Rumput Laut Eucheuma cottonii KomponenSatuanNilai Nutrisi

Kadar Air%13,9

Protein%2.6

Lemak%0.4

Karbohidrat%5.7

Serat kasar%0.9

Karaginan%67.5

Vit. C%12.0

Riboflavin(mg/100 g)2.7

Mineral(mg/100 g)22.390

CaPpm2.3

Cu Ppm2.7

Sumber : Almatsier (2009).

B. Dodol Rumput LautDodol merupakan makanan tradisional yang cukup populer di beberapa daerah di indonesia. Dodol diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dodol yang diolah dari campuran buah atau bahan lain dan dodol yang dibuat dari tepung ketan. Dodol buah terbuat dari daging buah yang dihancurkan, kemudian dimasak dengan penambahan bahan makanan atau berupa penambahan bahan makanan lainnya. Umumnya dodol dibuat dari beras ketan, santan dan gula aren, namun dodol yang beredar di masyarakat beranekaragam dan bermacam-macam kualitasnya. Buah-buahan, kacang-kacangan kadang juga ditambahkan untuk variasi rasa juga meningkat mutu dari dodol. Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian yang termasuk dalam jenis makanan yang mempunyai sifat agak basah sehingga dapat langsung dimakan tanpa dibasahi terlebih dahulu (rehidrasi) dan cukup kering sehingga dapat stabil dalam penyimpanan (Adriyani, 2006).Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture Food) yang mempunyai kadar air 10-40%; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak, mempunyai sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan. Keawetan pangan semi basah sangat tergantung oleh kadar airnya. Daya simpan pangan semi basah juga banyak dipengaruhi oleh komponen penyusunnya, aktivitas mikroba, teknologi pengolahan dan sanitasinya, sistem pengemasan yang dikenakan dan penggunaan bahan pengawet (Suriaty, 2002).Dodol terbuat dari bahan utama yaitu tepung ketan yang didasarkan atas sifat tepung ketan yang hampir seluruhnya terdiri dari amilopektin. Sifat molekul amilopektin ini untuk memperkuat pengikatan air dengan baik, sesuai untuk pembuatan dodol. Dodol dibuat dengan cara mendidihkan gula, melarutkan santan dan tepung beras ketan secara bersamaan dengan pengadukan yang konstan sampai matang dengan menghasilkan suatu produk yang berwarna coklat mengkilap dan tidak lengket saat disentuh (Gautara dan Soersono, 2005).Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) definisi dodol adalah makanan yang terbuat dari tepung beras ketan, santan kelapa dan gula atau dengan penambahan bahan makanan dari bahan lain yang diizinkan.Dodol rumput laut merupakan makanan yang banyak mengandung dietary fiber yaitu serat makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Di dalam usus, serat ini banyak menyerap air sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit dalam usus besar, konstipasi dan wasir. Serat makanan juga dapat mencegah kegemukan (obesitas) dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Siregar, 2001).

C. Bahan TambahanBahan tambahan pangan atau zat aditif bahan pangan didefinisikan sebagai suatu zat bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan, cita rasa, tekstur atau sifat-sifat penyimpangannya. Zat yang ditambahkan terutama yang mempunyai nilai gizi, seperti vitamin dan mineral tidak dimasukkan ke dalam golongan ini (Fardiaz, 2000).Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Penyimpangan dalam pengggunaanya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Kita membutuhkan pangan yang aman dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan mampu bersaing pada pasar global (Fardiaz, 2000).Dalam pembuatan dodol rumpul laut ini, bahan tambahan yang digunakan antara lain tepung beras ketan gula pasir, santan, dan asam benzoat.

1. Tepung ketanBeras ketan merupakan bahan tambahan utama dalam pembuatan dodol rumput laut. Pati dari beras ketan memiliki kandungan amilopektin yang lebih tinggi dari amilosanya sehingga jika di tanak maka nasi ketan akan lebih pulen dari nasi biasa. Pati yang dihasilkan dari beras ketan disebut dengan tepung ketan (Hardiansyah, 2000).Rasio amilosa dan amilopektin yang menyusun molekul pati berpengaruh terhadap kekakuan gel yang dihasilkan pati dengan kadar amilosa tinggi akan menghasilkan gel lebih kaku dibandingkan dengan kandungan amilosanya rendah. Pada proses pemanasan disamping terjadi pengembangan granula pati juga akan kehilangan kekompakannya dan kelarutan akan meningkat, serta terjadi pembebasan amilosa yang mempunyai derajat polimerisasi rendah. Akibatnya larutan akan semakin kental dan bersifat merekat (Gautara dan Soersono, 2005).Tepung ketan dapat dihasilkan dengan cara perendaman beras ketan selama 2-3 jam. Setelah itu beras ketan digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 80 mesh sampai diperoleh tepung yang halus. Semakin halus tepung maka semakin baik karena dengan tepung yang halus akan mempercepat proses pengentalan dodol. Tepung ketan memberi sifat kental sehingga membentuk tekstur dodol menjadi elastis. Kadar amilopektin yang tinggi menyebabkan sangat mudah terjadi gelatinisasi bila ditambahkan dengan air dan memperoleh perlakuan pemanasan. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan molekul-molekul tepung beras ketan (gel) yang bersifat kental (Fardiaz, 2000). Menurut Hardiansyah (2000), apabila suspensi pati dipanaskan dalam air atau uap, maka akan terjadi tiga tahap pengembangan granula. Tahap pertama adalah tahap penyerapan air sebanyak 20-25% dari beratnya dan bersifat reversible. Tahap kedua dengan pemanasan diatas suhu 650C, yang menyebabkan pecahnya granula dan tahap ketiga terjadi pecahnya molekul dimana pati menyerap air lebih banyak.

2. Santan kelapaSantan kelapa adalah cairan berwarna putih susu yang diperoleh dengan pemerasan daging buah kelapa yang telah diparut dengan penambahan air dalam jumlah tertentu. Santan penting dalam pembuatan dodol karena banyak mengandung minyak sehingga menghasilkan dodol yang lezat dan membentuk tekstur kalis. Santan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang diperoleh dengan cara pemarutan dan memerasnya dengan air. Santan berperan sebagai pemberi flavor dan mengurangi sifat melekatnya bahan penyusun dodol lainnya pada wadah pengolahan dodol (Suriaty, 2002).Menurut Suriaty (2002), santan adalah minyak dari buah kelapa yang diperoleh dengan cara pengepresan daging buah bersama air atau tanpa penambahan air. Kelapa yang digunakan adalah buah yang sudah tua dan tidak busuk agar diperoleh santan yang baik dan jumlah banyak. Suyanti et al. (2004) menyatakan bahwa santan yang digunakan dalam pembuatan dodol terdiri dari 2 macam yaitu santan kental dan santan encer. Fungsi santan secara umum yaitu sebagai penambah cita rasa dan aroma. Santal kental penting dalam pembuatan dodol karena banyak mengandung lemak sehingga dihasilkan dodol yang mempunyai cita rasa yang lezat dan membentuk tekstur kalis. Santan encer berfungsi untuk mencairkan tepung sehingga terbentuk adonan dan untuk melarutkan gula.Suriaty (2002), menyatakan bahwa santan dalam pengolahan bahan makanan dapat berfungsi sebagai media penghantar panas pada waktu pemasakan, menaikkan kelezatan (polabilitas) makanan dengan mempertinggi flavor, meminyaki makanan serta peralatan sehingga adonan tidak lengket pada alat dan mempertinggi keempukan dodol. Penambahan ini akan memperbaiki kenampakan dodol dan lebih mengkilap.

3. Gula PasirGula pasir berbentuk kristal besar atau kecil dan berwarna agak putih bening. Di dalam mulut gula ini terasa kasar seperti butiran pasir, karena itu disebut dengan gula pasir. Gula banyak dimanfaatkan dalam pengawetan bahan pangan. Daya larut yang tinggi dari gula, kemampuannya untuk mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan bahan pangan (Gautara dan Soersono, 2005).Menurut Turyono (2007), gula, garam dan polihidrat lainnya bersifat humektan. Humektan adalah senyawa kimia yang bersifat higroskopis dan mampu menurunkan aw dalam bahan pangan, bersifat antimikroba, memperbaiki tekstur cita rasa dan dapat meningkatkan nilai kalori.Gula dalam pembuatan dodol berfungsi sebagai penambahan cita rasa, aroma, tekstur dan sebagai bahan pengawet. Gula yang dipanaskan akan membentuk suatu karamelisasi. Meskipun karamelisasi terjadi lebih cepat ketika tidak ada air, larutan gula akan membentuk karamel jika dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi. Karamel berasa manis, zat warna coklat dan merupakan campuran komponen seperti karbohidrat (Turyono, 2007).Disamping sebagai bahan pemberi cita rasa, gula juga berpengaruh terhadap kekentalan gel. Sifat ini disebabkan karena gula dapat mengikat air, akibatnya pengembangan pati menjadi lebih lambat sehingga suhu gelatinisasi lebih tinggi. Gula juga menyebabkan gel lebih tahan dan awet. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut), sebagian besar dari air yang terdapat dalam bahan menjadi terikat oleh gula sehingga bahan pangan tersebut akan lebih tahan lama karena pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat (Turyono, 2007).

4. Natrium BenzoatPengawet yang banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk mengawetkan barbagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasanya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat karena lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain (Almatsier, 2009).Garam atau ester dari asam benzoat secara komersial dibuat dengan sintesis kimia. Bentuk aslinya asam benzoat terjadi secara alami dalam bahan gum benzoin. Natrium benzoat berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk kristal atau serpihan dan lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan juga dapat larut dalam alkohol. Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi lebih efektif dalam bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang optimum pada pH 2,5-4,0 untuk menghambat pertumbuhan kapang dan kamir. Natrium benzoat dikenal sebagai pengawet sintesis, ia juga merupakan bakteriostatik dan fungistatik di bawah kondisi asam. Natrium benzoat digunakan paling lazim berupa asam dalam makanan seperti cuka, minuman bersoda (asam karbonat), selai dan jus buah (asam sitrat), acar (cuka) dan bumbu (Almatsier, 2009).Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, asam benzoat juga berperan sebagai antioksidan karena pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama, yaitu mengandung cincin benzen tidak jenuh disertai dengan gugus hidroksil atau gugus amina. Antioksidan dapat menghambat setiap tahap proses oksidasi, dengan penambahan antioksidan maka energi persenyawaan aktif ditampung oleh antioksidan sehingga reaksi oksidasi berhenti (Almatsier, 2009).Mekanisme kerja natrium benzoat sebagai bahan pengawet adalah berdasarkan permeabilitas membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam benzoat. Penggunaan bahan pengawet natrium benzoat tidak selalu aman terutama jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan (Almatsier, 2009).

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan TempatPraktikum Teknologi Industri Tanaman Laut pembuatan dodol rumput laut ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 13 Maret 2014, pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai, yang dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain blender, baskom, neraca analitik, loyang, sendok pengaduk, kompor dan kuali. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain rumput laut Eucheuma cottonii, tepung ketan rose brand, gula pasir, natrium benzoat dan santan kelapa kara.

C. Cara KerjaAdapun cara kerja dari pembuatan dodol rumput laut ini adalah sebagai berikut: 1. Rumput laut kering dibersihkan dari benda asing kemudian direndam setelah itu diblender sampai membentuk bubur.2. Masukkan gula pasir dan santan ke dalam wajan, masak hingga mendidih, gula dan santan tercampur rata dan menghasilkan minyak.3. Masukkan bubur rumput laut dan aduk hingga mendidih sampai agak kental4. Masukkan tepung ketan sedikit demi sedikit ke dalam kuali (20% dari rumput laut) dan natrium benzoat (0,2% dari rumput laut)5. Aduk sampai masak. Pengadukan dilakukan agar keseluruhan bahan homogen.6. Angkat kemudian dodol dicetak sesuai keinginan dan dinginkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum pembuatan dodol rumput laut ini adalah sebagai berikut :Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Dodol Rumput LautParameterIIIIIIIVVVI

Warna 646663

Aroma646676

Rasa 555664

Tekstur 636563

Penampilan 756465

B. PembahasanPada praktikum pembuatan dodol rumput laut ini, kelompok IV menggunakan rumput laut dari alga merah, yaitu Eucheuma cottonii sebanyak 300 gram, tepung ketan sebanyak 60 gram, gula pasir 175 gram, natrim benzoat atau sodium benzoat 0,6 gram, dan santan kara 2 bungkus,. Santan penting dalam pembuatan dodol karena banyak mengandung minyak sehingga menghasilkan dodol yang lezat dan membentuk tekstur kalis. Fungsi santan secara umum yaitu sebagai penambah cita rasa dan aroma pada dodol selain itu santan juga mempertinggi keempukan dodol. Penambahan ini akan memperbaiki kenampakan dodol dan lebih mengkilap. Gula dimasukkan bersamaan dengan santan. Gula dalam pembuatan dodol berfungsi sebagai penambah cita rasa, aroma, tekstur dan sebagai bahan pengawet. Disamping sebagai bahan penambah cita rasa, gula juga berpengaruh terhadap kekentalan gel. Gula juga menyebabkan gel lebih tahan dan awet. Natrium benzoat ditambahkan bersamaan dengan rumput laut. Adapun tujuan dari penambahan natrium benzoat ini adalah untuk memperpanjang masa simpan. Selain itu, natrium benzoat juga berfungsi sebagai antioksidan. Mekanisme kerja natrium benzoat sebagai bahan pengawet adalah berdasarkan permeabilitas membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam benzoat. Penambahan tepung ketan dilakukan sedikit demi sedikit supaya tidak ada tepung ketan yang menggumpal di salah satu sisi. Penambahan tepung ketan memberi sifat kental sehingga membuat tekstur dodol menjadi elastis. Kadar amilopektin yang tinggi menyebabkan tepung ketan sangat mudah membentuk gelatin bila ditambahkan dengan air dan memperoleh perlakuan pemanasan. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan molekul-molekul tepung beras ketan (gel) yang bersifat kental (Almatsier, 2009). Pengamatan terhadap keseluruhan dodol rumput laut adalah dengan uji hedonik atau uji kesukaan. Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap beberapa orang panelis, maka dodol rumput laut yang memiliki nilai tertinggi atau rata-rata disukai oleh panelis adalah dodol rumput laut kelompok V. Dodol tersebut memiliki tekstur yang kenyal, aroma yang manis, rasa enak, tekstur dan penampakannya bagus. Sedangkan dodol yang rata-rata kurang disukai adalah dodol rumput laut kelompok VI. Hal ini disebabkan karena warna dodol tersebut terlalu putih atau pucat, rasanya terlalu manis dan teksturnya yang terlalu lembek.Dodol rumput laut kelompok IV berada pada nilai biasa atau kontrol, agak suka hingga suka. Tekstur dodol rumput laut ini agak keras. Hal ini kemungkinan karena pada saat penambahan tepung ketan tidak dilakukan sedikit demi sedikit tetapi sekaligus sehingga ada tepung ketan yang menggumpal. Penampakan dodol ini juga kurang menarik karena pada saat setelah dodol masak dan diangkat dari kuali, dodol tidak langsung dicetak sehingga sulit untuk pencetakan dan penghalusan permukaan dodol pada saat dodol dingin.Perbedaan setiap dodol rumput laut ini dari tingkat kesukaan panelis adalah karena adanya perbedaan perlakuan atau perbedaan konsentrasi atau jumlah dari setiap bahan yang digunakan. Selain itu disebabkan juga oleh adanya perbedaan proses atau tahapan pembuatan mulai dari persiapan bahan hingga dodol rumput laut tersebut jadi.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Bahan tambahan pembuatan dodol rumput laut seperti tepung ketan, gula pasir, santan dan natrium benzoat memiliki fungsi masing-masing yang membuat kualitas dodol rumput laut jadi lebih baik2. Proses penambahan tepung pada campuran bahan dodol harus sedikit demi sedikit agar tidak ada penggumpalan yang menyebabkan dodol jadi keras.3. Tujuan dari penambahan natrium benzoat adalah untuk memperpanjang masa simpan dan sebagai antioksidan.4. Dodol rumput laut yang paling disukai adalah dodol rumput laut kelompok V dan yang paling tidak disukai adalah dodol rumput laut kelompok VI.5. Perbedaan setiap dodol rumput laut disebabkan oleh adanya adanya perbedaan jumlah dari setiap bahan yang digunakan dan perbedaan proses atau tahapan pembuatan dodol rumput laut.

B. SaranUntuk praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan pengarahan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan. Jenis bahan pengawet sebaiknya digunakan beragam untuk mengetahui bahan pengawet mana yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKAAdriyani C. T., 2006. Pembuatan Dodol Tape Pisang. (Skipsi Fakultas Teknik). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Anggadireja, J. T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini, 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fardiaz, 2000. Pengantar Teknologi Pangan. IPB. Bogor.Gautara dan Soersono, 2005. Dasar Pengolahan Gula. IPB. Bogor.Hardiansyah, 2000. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Pergizi Pangan Indonesia, PAPTI, IPB dan Proyek CHN-3, direktorat jenderal pendidikan tinggi. Jakarta.

Siregar, B. A. 2001. Mempelajari Aspek Pengeringan dan Mikrobiologi Produk Makanan Semi Basah Tangkakue dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. Skripsi. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Suriaty, 2002. Pengaruh Penambahan Santan Kelapa terhadap Mutu Dodol Rumput Laut dari Jenis Eucheuma cottonii. Skripsi. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Suyanti Satuhu, Sunarmani, 2004. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Turyoni, D., 2007. Pengaruh Penambahan Gula Kelapa Terhadap Kualitas Dodol Tapai Kulit Singkong (Casava). (Skipsi Fakultas Teknik). Universitas Negeri Semarang. Semarang.