29
LAPORAN EVALUASI PROGRAM SLPTT TERHADAP ASPEK PERLINDUNGAN TANAMAN PADA KELOMPOK TANI RUKUN TANI ANTIROGO - JEMBER Disusun Oleh : Golongan D Dwi Hartatik 111510501150 Novia Ayu S 111510501151 Bayu Gusti S 111510501152 Anggi Rahayu W 111510501153 Yuli Arista 111510501154

Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

LAPORAN EVALUASI PROGRAM SLPTT TERHADAP ASPEK

PERLINDUNGAN TANAMAN PADA KELOMPOK TANI RUKUN TANI

ANTIROGO - JEMBER

Disusun Oleh :

Golongan D

Dwi Hartatik 111510501150

Novia Ayu S 111510501151

Bayu Gusti S 111510501152

Anggi Rahayu W 111510501153

Yuli Arista 111510501154

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah Lapang - Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan

bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan,

yang dilaksanakan di lahan petani sebagai upaya peningkatan perlindungan dan

produksi tanaman. Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT) merupakan program nasional pemerintah Indonesia sejak tahun 2008

yang di lakukan oleh Departemen Pertanian. Program ini bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian pangan nasional melalui usaha peningkatkan produksi

pangan nasional, khususnya padi, jagung dan kedelai yang melibatkan sekitar

60.000 kelompok tani di seluruh indonesia. Pengelolaan lahan dalam kegiatan

SLPTT ini adalah seluas 25 Ha untuk setiap kelompok yang nantinya 1 Ha dari

luasan tersebut akan dijadikan sebagai laboratorium lapangan (LL) yang akan

dijadikan sebagai media pembelajaran petani, penyuluh/petugas dan peneliti. 

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu bisa diartikan sebagai

suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan dalam mengenali tanaman beserta pengganggunya dengan baik

menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan

dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat

secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi

efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.  Dalam melaksanakan

kegiatannya SL-PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu:

1. Partisipatif, petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi

setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di

laboratorium lapangan.

2. Spesifik lokasi, memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan

sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.

3. Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara

terpadu.

Page 3: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

4. Sinergis atau serasi, pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan

keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.

5. Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan

kemajuan Iptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka pada acara

praktikum ini kegiatan difokuskan pada pelaksanaan evaluasi orientasi lapang

untuk menggali informasi mengenai realisasi implementasi SLPTT padi, jagung,

kedelai di wilayah Kabupaten Jember dan sejauh mana penerapan SLPTT

mendukung keberhasilan upaya peningkatan produksi dan produktivitas nasional

komoditi tanaman pangan utama tersebut.

1.1 Tujuan

1. Untuk megetahui realisasi implementasi SLPTT pada berbagai daerah di

wilayah Kabupaten Jember.

2. Untuk mengatahui teknik pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan

anjuran SLPTT.

1.2 Manfaat

1. Mengetahui keadaan terbaru realisasi implementasi SLPTT pada berbagai

daerah di wilayah Kabupaten Jember.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang pengendalian hama dan penyakit yang

dianjurkan oleh SLPTT.

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana keadaan terbaru realisasi implementasi SLPTT pada berbagai

daerah di wilayah Kabupaten Jember ?

2. Bagaimana pengendalian penyakit yang dianjurkan oleh penyuluh SLPTT ?

3. Apakah memang masih ada atau masih berjalan program SLPTT di beberapa

kelompok tani di wilayah Kabupaten Jember

Page 4: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

BAB 2. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan wawancara SLPTT dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22

April 2013 pukul 15.00 WIB sampai selesai, dilaksanakan dengan narasumber

Bapak H. Nur Hasyim, ketua kelompok tani Rukun Tani dengan alamat Jl.

Sarangan No.75 Antirogo Jember di desa Wirolegi kecamatan Sumber Sari

kabupaten Jember.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

1. Sepeda motor

2. Kamera

3. Alat tulis

2.2.2 Bahan

1. Lahan

2. Tanaman Padi

2.3 Cara Kerja

1) Kegiatan praktikum dilaksanakan secara kelompok maka pada setiap kelas

membentuk kelompok yang terdiri atas 5-6 mahasiswa untuk setiap kelompok,

dan pilih salah satu peserta atau praktikan sebagai koordinator kelompok.

2) Cari atau telusuri informasi mengenai kecamatan/desa diwilayah kabupaten

jember yang telah melaksanakan kegiatan SLPTT (sumber informasi didapat

dari kecamatan/dinas pertanian kecamatan jember), dan tentukan berapa persen

kecamatan dan desa yang telah melaksanakan SLPTT

3) Setiap kelompok kemudian memilih satu desa yang telah menerapkan SLPTT

(tergantung kondisi dan situasi dapat dipilih SLPTT padi, atau jagung maupun

kedelai kalau ada)

Page 5: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

4) Lakukan orientasi pada desa yang dipilih untuk memperoleh gambaran ruang

lingkup pelaksanaan SLPTT sesuai yang dimaksud tujuan praktikum

5) Buat laporan praktikum, susun secara ringkas menggunakan format yang

memuat hasil praktikum (berupa data yang telah dianalisis), pembahasan,

kesimpulan atau simpulan, dan daftar pustaka. Topik atau acara praktikum

cantumkan pada cover laporan sebagai judul dan dilengkapi dengan tujuan

praktikum.

Page 6: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

BAB 2. PEMBAHASAN

Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Perttanian

meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. Panduan SLPTT padi ini

dimaksudkan sebagai : (1) acuan dalam pelaksanaan SLPTT padi dalam upaya

peningkatan produksi beras pada tahun 2008 di tingkat provinsi maupun

kabupaten; (2) pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program

peningkatan produksi; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi

oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

mengelola usaha taninya untuk mendukung peningkatan produksi; dan (4)

pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan

kesejahteraan petani padi.

Menurut Suryana (2008) Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu

atau disingkat PTT adalah pendekatan dalam upaya mengelola lahan, air,

tanaman, OPT dan iklim secara terpadu/menyeluruh/holistic dan dapat diterapkan

secara lumintu (berkelanjutan). PTT dapat diilustrasikan sebagai sistem

pengelolaan yang menggabungkan berbagai sub sistem pengelolaan, seperti sub

sistem pengelolaan hara tanaman, Konservasi tanah dan air, Bahan organik dan

organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit, populasi tanaman dan jarak

tanam), pengendalian hama dan penyakit/organisme pengganggu tanaman, dan

sumberdaya manusia. Tujuan penerapan PTT adalah untuk meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi

melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu (Suryana,

2008).

Adapun komponen teknologi PTT padi sawah adalah sebagai berikut :

1. Varietas Unggul Baru

VUB adalah varietas yang mempunyai hasil tinggi, ketahanan terhadap

biotik dan abiotik, atau sifat khusus tertentu. Penggunaan varietas yang dianjurkan

akan memberikanpeluang lebih besar untuk mencapai tingkat hasil yanglebih

tinggi dengan mutu beras yang lebih baik. Pemilihan varietas baik inbrida maupun

hibridadidasarkan kepada hasil pengkajian spesifik lokasi (tempat, musim

Page 7: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

tertentu), pengalaman petani,ketahanan terhadap OPT, rasa nasi, permintaan

pasardan mempunyai harga pasar yang lebih tinggi. Hindari penanaman varietas

yang sama secara terus menerus pada lokasi yang sama untuk mengurangi

serangan hama dan penyakit (OPT). Untuk mengetahui adaptasi, kesesuaian dan

preferensi atau penerimaan petani, maka dapat dilakukan demplot varietas atau

display varietas pada lokasi SLPTT atau lahan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)

atau lahan Balai Benih atau lahan percontohan milik petani/ kelompok

tani/gabungan kelompok tani yang dapat diamati bersama oleh penyuluh, POPT,

PBT dan petani

2. Benih bermutu dan berlabel 

Benih bermutu adalah benih berlabel dengan tingkat kemurnian dan daya

tumbuh yang tinggi. Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih

berlabel yang sudah lulus proses sertifi kasi. Benih bermutu akan menghasilkan

bibit yang sehat dengan akar yang banyak sehingga pertumbuhannya akan lebih

cepat dan merata serta lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Manfaat penggunaan benih bermutu diantaranya dapat mempertahankan

sifat-sifat unggul termasuk daya hasil yang tinggi dari varietas, jumlah pemakaian

benih persatuan luas pada PTT lebih hemat dari 20 – 25 kg/ ha menjadi 10 – 15

kg/ha, pertumbuhan pertanaman dan tingkat kemasakan dilapangan lebih merata

dan seragam dengan demikian panen dapat dilakukan sekaligus dan rendemen

beras tinggi dan mutu beras seragam. Karakteristik benih padi bermutu dan

berlabel yaitu :

a. Mutu benih padi inbrida (non-hibrida) dapat di uji dengan teknik pengapungan,

caranya benih dimasukkan ke dalam larutan garam 2-3% atau larutan pupuk ZA

20-30 g/liter air. Benih yang tenggelam dipergunakan sedangkan benih yang

terapung dibuang.Mutu benih padi hibrida diuji dengan uji daya kecambah.

b. Hasil pemilahan benih yang digunakan adalah benih yang tenggelam yaitu

benih yang terisi penuh.Benih dibilas dulu agar tidak mengandung larutan pupuk

Za ataupun garam.Benih kemudian direndam dalam air selama 24 jam, setelah itu

ditiriskan selama 48 jam. 

Page 8: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

3. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 

Pemberian pupuk bervariasi antar lokasi, musim tanam, dan jenis padi

yang digunakan. Pengaruh spesifi k lokasi pemupukan memberikan peluang untuk

meningkatkan hasil per unit pemberian pupuk, mengurangi kehilangan pupuk, dan

meningkatkan effisiensi agronomi dari pupuk. Acuan rekomendasi pemupukan N,

P dan K tanaman padi sawah dapat didasarkan pada BWD (bagan warna daun)

untuk N dan PUTS (perangkat uji tanah sawah untuk P dan K) dan uji Petak

Omisi (minus 1 unsur untuk N, P dan K). Lahan potensial yang sesuai dan layak

untuk pelaksanaan pengkajian Petak Omisi (berikut kaji terap penggunaan BWD)

adalah lahan irigasi yang mempunyai ketersediaan air minimal 10 bulan, baik

berupa irigasi teknis maupun sederhana. Untuk lebih menjamin ketersediaan dan

pendistribusian air, lokasi yang diprioritaskan adalah lahan yang berada di dekat

saluran sekunder. Pengkajian melibatkan > 6 petani di setiap lokasi. Kriteria

umum dalam pemilihan lokasi sekaligus petani yang terlibat antara lain: (1)

mewakili variasi kesuburan tanah dari wilayah yang bersangkutan, (2) mewakili

variasi pola tanam, (3) mewakili tingkat kondisi sosial ekonomi dalam hal luas

sempitnya kepemilikan lahan, dan tingkat kesejahteraan petani, (4) kemudahan

jangkauan untuk kunjungan lapang, dan (5) loyalitas petani berpartisipasi dalam

melaksanakan pengkajian. Apabila variasi keadaan kesuburan tanah tidak

ditemukan dalam hamparan pengkajian 100 ha maka dimungkinkan untuk

memilih sebagian lokasi pengkajian di luar hamparan tersebut.

4. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) 

Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT berdasarkan pendekatan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Identifi kasi jenis dan penghitungan tingkat

populasi hama. Dilakukan oleh petani dan atau Pengamat OPT melalui kegiatan

survei dan monitoring hama-penyakit tanaman pada pagi hari. Menentukan

tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi yaitu besar

tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang tindakan identik

dengan ambang ekonomi, lebih sering digunakan sebagai dasar penentuan teknik

pengendalian hama dan penyakit.

Page 9: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Menurut Jamal dan Erizal (2009) SLPTT adalah bentuk sekolah yang seluruh

proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani

peserta program penerapan PTT disebut hamparan SLPTT. Sekolah lapang

seolah-olah menjadikan petani peserta sebagai murid dan pemandu lapang sebagai

guru. Namun pada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dengan muridny,

karena aspek kekeluargaan lebih diutamakansehingga antara guru dan murid

saling memberi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. SLPTT memiliki

kurikulum, evaluasi pra dan pasca kegiatan serta sertifikasi.

Tujuan utama SLPTT adalah mempercepat alih teknologi melalui

pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Narasumber memberikan ilmu

dan teknologi yang telah dikembangkan kepada pemandu lapang 1 (PL1) sebagai

Training of Master Trainer. Selanjutnya PL1 menurunkan IPTEK tersebut kepada

PL II yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat kabupaten atau

kota. Peserta pelatihan adalah penyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat

kecamatan/desa. Materi diberikan oleh narasumber dan PL II. Melalui SLPTT

diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologo PTT dari peneliti ke petani

peserta kemudian berlangsung diusi secara alamiah dari alumni SLPTT kepada

petani disekitarnya (Suryana, 2008).

Bagi petani SLPTT ini menguntungkan karena petani peserta diberi

kebebasan memormulasikan ide, rencana dan keputusan bagi usahataninya

sendiri. Mereka dilatih agar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok

tani dalam alih tehnologi kepada petani lain. Melalui SLPTT, petani peserta

diharapkan terpanggil dan bertanggungjawab untuk bersama-sama meningkatkan

produksi padi dalam upaya mewujudkan swasembada beras. Kebersamaan semua

pihak yang terlibat merupakan faktor pendorong bagi petani dalam mengelola

usahataninya.

Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya

dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan

pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-

PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani di wilayah

Page 10: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat

perhatian :

1. Aspek teknologi : keterampilan dan pengetahuan

Dalam SL-PTT, petani diberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan

yang mereka butuhkan untuk menjadi manager di lahan usahataninya sendiri,

seperti analisis ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, analisis perubahan

iklim, analisis kecukupan hara bagi tanaman, dan efisiensi penggunaan air dengan

sistem pengairan berselang.

2. Aspek hubungan antarpetani : interaksi dan komunikasi

SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerja sama, melakukan analisis

secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengan santun menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain.

3. Aspek pengelolaan : manager di lahan usahatani sendiri

Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis

masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan

untuk mengatasi masalah tersebut.

Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian

memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut,

menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Apabila

petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang

diterapkan baik dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupun

nonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim

berikutnya.

Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakan

temu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparat dari dinas

terkait, peneliti, petani non SL-PTT, dan masyarakat tani pada umumnya. Acara

ini diperlukan dalam upaya memperkenalkan PTT dan alih teknologi kepada

masyarakat di sekitar SL-PTT. Pada saat temu lapang, peserta sekolah lapang

menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi

kelompok tani, dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan dipanen

(Suryana, 2008).

Page 11: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Strategi dalam penerapan PTT ada dua, yakni pertama, anjuran teknologi

didasarkan pada bobot sumbangan teknologi terhadap peningkatan produktivitas

tanaman, baik secara parsial maupun terintegrasi dengan komponen teknologi

lainnya. Kedua, teknologi disuluhkan (didiseminasikan) kepada petani secara

bertahap. Penerapan PTT juga didasarkan pada 4 prinsip utama, yaitu:

(1) Partisipatif: artinya PTT membutuhkan partisipasi berbagai pihak, baik

fasilitator atau petugas (Penyuluh, POPT, PBT, Widyaiswara, Peneliti) maupun

petani. Petugas mendorong partisipasi aktif petani pelaksana dalam memilih

dan menentukan teknologi yang akan diterapkan pada lahan usahataninya serta

mendorong agar petani dapat menguji teknologi rekomendasi tersebut sesuai

dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran. 

(2) Integrasi atau Terpadu: artinya PTT merupakan suatu keterpaduan

pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman

(OPT) dan iklim secara bijak untuk menjamin keberlanjutan proses produksi.

(3) Dinamis atau Spesifik Lokasi: artinya PTT memperhatikan kesesuaian

teknologi yang dikembangkan dengan lingkungan fi sik dan lingkungan sosial

ekonomi petani. Komponen teknologi di dalam PTT bukan “paket teknologi”

yang bersifat tetap, kaku atau “fixed” melainkan komponen teknologi yang

dikembangkan bersifat fl eksibel dan petani diberikan ruang dan kesempatan

untuk memilih, menentukan, menetapkan, mencoba, menguji, mengevaluasi

dan memperbaiki teknologi sesuai dengan permasalahan usahatani, kebutuhan

teknologi dan karakteristik sumberdaya (lahan, air, iklim, OPT, sosial ekonomi,

dan sosial budaya) setempat (spesifik lokasi) sehingga bersifat dinamis. 

(4) Interaksi atau Sinergisme: artinya PTT memanfaatkan teknologi pertanian

terbaik yang dihasilkan, dimaksudkan mendapatkan efek sinergisme dari

interaksi akibat penerapan berbagai komponen teknologi PTT, baik tergolong

ke dalam teknologi dasar maupun tergolong ke dalam teknologi pilihan

(alternatif).  (Admin, 2011).

Page 12: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Evaluasi dilakukan dengan narasumber Bapak H. Nur Hasyim, ketua

kelompok tani Rukun Tani dengan alamat Jl. Sarangan No.75 Antirogo Jember.

Kelompok tani ini memiliki jumlah anggota sebanyak 48 orang. Total dari semua

kepemilikan sawah dan tegal adalah luas sawah 27 hektar dan total luas tegal 6

hektar. Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diketahui beberapa keterangan

tentang kabar dan perkembangan SLPTT dikelompok tani tersebut.

Bapak H. Nur Hasyim sangat terbuka dengan datangnya kami, sehingga

untuk mendapatkan berbagai informasi kami sangat leluasa. Data yang kami

dapatkan pertama adalah mengenai keaktifan kelompok tani Rukun Tani.

Berdasarkan keterangan beliau, kelompok rukun tani masih aktif dan berbagai

program masih terlaksana dengan baik. Sebelum membahas lebih dalam maka

akan kami tampilkan bagan susunan kepengurus kelompok tani rukun tani.

Bagan Susunan Kepengurus Kelompok Tani Rukun Tani

Jl. Sarangan No.75 Antirogo Jember

Page 13: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Menurut Bapak H. Nur Hasyim sebagai ketua kelompok tani Rukun Tani,

SL-PTT merupakan suatu tempat pendidikan bagi petani di Antirogo. Pendidikan

yang mengajarkan petani meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam

mengenali potensi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan

menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara

sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi lebih efisien,

berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompok tani yang sudah

terbentuk dan masih aktif. Kelompok tani dimaksud adalah berbasis domosili atau

hamparan dimana lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan. Kali ini

responden evaluasi pelaksanaan SL-PTT yang ada di kelompok tani bernama

Rukun Tani, di Antirogo dengan narasumber H. Nur Hasyim selaku ketua

kelompok tani. Kelompok Tani ini berdiri sejak tahun 1985. Di Antirogo sendiri

terdapat 16 kelompok tani.

Secara umum luas satu unit SL-PTT adalah 25 hektar, dan di dalam SL-

PTT seluas itu dibangun laboratorium lapang (LL) seluas satu hektar. LL adalah

kawasan atau area dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan,

tempat belajar dan tempat praktek penerapam teknologi yang disusun dan

diaplikasikan bersama kelompok tani atau petani. Seharusnya seperti itu namun

dalam prakteknya di kolompok Rukun Tani kegiatan pelatihan, tempat belajar

dapat dilakukan di tempat mana saja, baik di rumah anggota kelompok tani

maupun secara langsung di lapang. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan

waktu untuk membuat laboratorium lapang, sehingga dalam prakteknya kegiatan

SL-PTT dapat dilakukan di rumah rumah petani sebagai anggota pelatihan SL-

PTT tersebut.

Kegiatan SL-PTT didukung oleh Pemandu Lapang (PL) yang terdiri dari

Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Penganggu Tanaman (POPT),

Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan. Di Antirogo

tersebut penyuluhan rutin diadakan oleh Dinas Pertanian sekali dalam satu bulan.

Apabila terjadi serangan berat maka Dinas Pertanian akan turun langsung dengan

memberikan obat secara gratis, namun apabila serangan berat maka petani

Page 14: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

memang mendapatkan bantuan namun tidak gratis (diminta untuk membeli). Di

Antirogo pada umumnya permasalahan-permasalahan yang dibahas saat

pertemuan yaitu terkait dengan hama penyakit dan upaya peningkatan produksi.

Dalam satu tahun, tanaman yang dibudidayakan di daerah Antirogo ini

yaitu Padi-Padi-Tembakau. Hal ini dikarenakan untuk beralih ke tanaman lain

misalnya kedelai dirasa tidak menguntungkan, dikarenakan tanaman kedelai

produksinya kurang memuaskan maka petani di daerah tersebut tidak pernah lagi

menanamnya. Untuk rata-rata hasil atau produksi padi di daerah tersebut berkisar

antara 5-10 ton/ha. Pentingnya SL-PTT dimana prinsip PTT Padi sebagai suatu

pendekatan ekoregional yang ditempuh untuk meningkatkan produktivitas

tanaman padi dengan memperhatikan kaidah kaidah efisiensi. Dengan pendekatan

ini diharapkan selain produktivitas padi naik, biaya produksi optimal, produknya

berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.

Dalam pengembangan inovasi teknologi dengan pendekatan PTT, diterapkan

prinsip sinergisme yaitu bahwa pengaruh komponen teknologi secara bersama

terhadap produktivitas lebih tinggi dari pengaruh penjumlahan dan komponen

teknologi sendiri sendiri. Selama pelatihan diberikan pengetahuan mengenai

pentingnya penggunaan benih atau bibit varietas unggul dalam sistem budidaya

tanaman, khusunya pertanaman padi. Di Antirogo apabila bibit yang digunakan

berasal dari bibit unggul maka produksinya akan lebih dari 5 ton/ha dengan

perawatan yang sederhana dan benih unggul juga lebih respon terhadap

pemupukan yang diberikan, sedangkan untuk varietas IR-64, Cibogo dan Ciheran

supaya menghasilkan produksi yang tinggi memerlukan pengolahan tanah secara

intensif dan pemupukan berimbang. Dahulu pernah ada bantuan bernama Bernas

Super dari luar yang harganya mahal dan dirasa petani sangat membantu

produktivitas padi, namun saat ini sudah tidak ada lagi bantuan seperti itu.

Prinsip pertanian berkelanjutan juga diterapkan dalam aplikasi SL-PTT.

Hal ini terlihat dari anjuran penyuluh kepeda para petani di Antirogo untuk

meminimalisir pemakaian pupuk anorganik, dan mengusahakan pemupukan yang

efektif dan efisien. Selain itu petani juga diajarkan untuk pembuatan kompos

organik berasal dari dedaunan dengan seperti itu petani diharapkan sedikit demi

Page 15: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

sedikit beralih dari penggunaan pupuk an organik ke pemakaian kompos. Di

Antirogo pada penanaman padi yang pertama, penggunaan pupuk urea ditekan

seminim mungkin karena menurut petani, lahan bekas tembakau masih subur

sehingga cukup dengan menambahkan kompos sedikit saja dan kalau bisa tanpa

pemberian pupuk urea agar tidak tumbuh jamur. Pada penanaman padi yang

kedua, pemberian pupuk Nitrogen dimaksimumkan karena waktu penanamannya

sendiri telah menginjak musim panas. Pengolahan tanah pada tanam kedua ini

cukup mudah karena sudah rata namun seringkali pada penanaman kedua ini

timbul masalah. PPL sendiri juga menyerap informasi dari petani apabila ada

penemuan baru dari petani yang mana dapat ditularkan kepada petani lain. Setelah

pemanenan, hasil panen pertama biasanya langsung dijual (Kering Sawah) karena

petani tidak memiliki alat pengering gabah dan terburu-buru untuk keperluan

melunasi hutang. Meskipun begitu, petani tidak merasa rugi karena selisihnya

hanya sedikit apabila dibandingkan dengan hasil panen Kering Lumbung atau

Kering Gudang.

Dari segi penanggulangan hama dan penyakit, petani rata-rata melakukan

penyemprotan sebanyak 2 kali berdasarkan penuturan Bapak Hasyim, penyakit

akibat jamur dan bakteri dapat ditanggulangi asalkan dengan cara yang tepat

dengan menggunakan Amestatok atau Ujiman. Sedangkan apabila ada tanaman

yang terinfeksi virus satu-satunya jalan yang bisa ditempuh yaitu dengan langsung

membabat tanaman yang sakit tersebut agar tidak menular. Berdasarkan

pengetahuan Bapak Hasyim, gejala tanaman yang terserang virus yaitu terdapat

daun yang merah yang akan mati beberapa hari kemudian. Sedangkan apabila

terinfeksi bakteri maka gejala yang terlihat yaitu tanaman menjadi kerdil dan

banyak anaknya. Namun serangan bakteri dapat diatasi dengan penyemprotan.

Pertemuan setiap sebulan sekali tersebut dirasa petani sudah cukup untuk

membahas permasalahan-permasalahan yang muncul. Namun apabila terdapat

masalah yang sulit untuk diselesaikan, maka ahli hama dan penyakit yaitu Bapak

Makrom langsung terjun ke lapang.

Kegiatan monitoring dan evalusi dilakukan oleh Pemandu Lapang,

ditujukan untuk mengetahui perkembangan dan pelaksanaan SL-PTT. Aspek yang

Page 16: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

dievaluasi antara lain meliputi : tingkat partisipasi peserta pada setiap kegiatan

SL-PTT, ketepatan penerapan teknologi, tingkat ketrampilam peserta, pencatatan

data. Kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala dan rutin untuk memantau

kegiatan pertanaman yang dilakukan. Apabila terjadi suatu permasalahan di

lapang baik dikarenakan OPT meliputi hama, penyakit yang menyerang. Maka

secepatnya dilakukan penanggulangan permasalahan tersebut. Pemandu Lapang

akan mengkoordinasi petani untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi.

Bantuan yang sedikit menjadi daya tarik agar petani mau mengikuti

kegiatan penyuluhan. Namun bagi petani yang maju, kesadaran untuk mengikuti

setiap bentuk penyuluhan merupakan hal yang wajib karena selalu ada teknologi

baru yang diajarkan oleh Dinas Pertanian dan supaya tidak ketinggalan zaman.

Apabila mendapatkan bantuan sudah pasti juga mendapatkan sekolah lapang

sebanyak 8 kali pertemuan mulai dari sebelum penanaman sampai dengan panen.

Banyak sekali pelajaran yang dapat diaplikasikan oleh petani, salah satunya yaitu

mengenai cara memantau serangan hama penyakit yaitu dengan masuk ke tengah

sawah dan mengamati tanaman yang sakit dari bawah ke atas, mengumpulkan

sampel ham yang ditemukan serta menghitung populasi hama tersebut. Sehingga

pengalaman yang didapatkan ini akan dibagi dalam pertemuan selanjutnya

(sharing antar petani).

Peningkatan produktivitas usahatani padi melalui pendekatan SL-PTT

menjadi salah satu strategi yang diharapkan mampu memnberikan sumbangan

nyata dan lebih besar terhadap produksi padi daerah bahkan nasional. Pendekatan

ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani manakala

didukung oleh semua pihak, termasuk pihak pihak yang bersangkutan baik dari

hulu maupun di hilir. Evaluasi dari SL-PTT yang di laksanakan di Antirogo

bahwasanya SL-PTT telah berlangsung dengan baik. Penyuluhan dan pelatihan

yang diberikan banyak membantu petani dalam budidaya tanaman yang

berdampak pada peningkatan hasil atau produktivitas di wilayah tersebut.

Pelatihan yang diberikan selama 1 kali dalam sebulan dirasa sudah cukup untuk

petani namun menurut responden bantuan masih diraskan kurang, sebab bantuan

yang diberikan pada dasarnya hanya untuk perangsang terlaksananya SL-PTT.

Page 17: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

Pesan yang disampaikan Bapak Hasyim melalui kami yaitu supaya petani

di daerah tersebut dicarikan bibit unggul agar produksi lebih dari 6 ton (ada

peningkatan), petani pun membutuhkan bantuan karena pada dasarnya petani

masih memerlukan bantuan dari berbagai pihak baik berupa pupuk, penjualan

hasil panen dan penyuluhan secara rutin dan intensif karena sekarang ini telah

banyak ditemukan teknologi baru yang canggih yang tentunya pengetahuan petani

sangat terbatas. Kemudian bagi mahasiswa, diharapkan ada tindakan

keberlanjutan dari hasil evaluasi SLPTT ini. Sebagai contoh langkah sederhana

yaitu melaporkan kepada pihak terkait akan kesan dan harapan kelompok tani

terhadap SLPTT didaerahnya. Hal tersebut dirasa sebagai wujud rasa terimakasih

dan kepedulian akademisi terhadap keadaan petani saat ini.

Page 18: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat

Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi

permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai

dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan

lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan

berkelanjutan.

2. Teknik berjalannya SLPTT pada setiap daerah adalah menggunakan sarana

kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif.

3. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk tanaman padi kelompok tani

Rukun Tani dengan alamat Jl. Sarangan No.75 Antirogo Jember merupakan

upaya sistematis Dinas Pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman petani terhadap masalah yang dihadapinya dalam usahatani padi

serta identifikasi peluang pengembangan yang mungkin dilakukan.

4.2 Saran

Untuk perbaikan praktikum kedepannya para praktikan diharapkan lebih

cermat dalam memperhatikan pengarahan dan pengumuman baik dari Dosen

maupun Asisten. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan informasi.

Kemudian diharapkan ada tindakan keberlanjutan dari hasil evaluasi SLPTT ini.

Sebagai contoh langkah sederhana yaitu melaporkan kepada pihak terkait akan

kesan dan harapan kelompok tani terhadap SLPTT didaerahnya. Hal tersebut

dirasa sebagai wujud rasa terimakasih dan kepedulian akademisi terhadap keadaan

petani.

Page 19: Laporan Evaluasi Program Slptt Terhadap Aspek Perlindungan Tanaman Pada Kelompok Tani Rukun Tani

DAFTAR PUSTAKA

Admin.2011. SLPTT Padi Sawah. http://a289431visidanmisi.blogspot.com /2012/02/slptt-padi-sawah.html. Diakses pada 4 Mei 2013.

Ishaq, Iskandar dkk.. 2009. Petunjuk Teknis Lapangan Bagi Penyuluh Pertanian. Jawa Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Jamal, Erizal. 2009. Telaah Penggunaan Pendekatan Sekolah Lapang dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi : Kasus di Kabupaten Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Analisis Kebijakan Pertanian. 7(4) 337-349

Novia dan Rifki. 2011. Respon Petani Terhadap Kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpad (SLPTT) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Ilmu Pertanian. 7(2): 48-60.

Suryana, Achmad. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan tanaman Terpadu (SL-PTT). Jakarta : Departemen Pertanian.