Upload
krisna-handian
View
1.019
Download
110
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rehan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KHEMOTERAPI
PERCOBAAN II
PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMBUATAN SEDIAAN UJI
Tanggal Praktikum : 8 September 2014
Disusun :
Krisna Handian Purnama
(31112140)
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan pembuatan sediaan uji
II. DASAR TEORI
Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap spesies
hewan percobaan dilakukan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif. Hal ini
sangat diperlukan bila obat tersebut akan diaplikasikan kepada manusia dan pendekatan
terbaik adalah menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh.
Perbandinngan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis :
Hewan 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit
20 g
1,0 7,0 12,9 27,8 23,7 64,1 124,2 378,9
Tikus
200 g
0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 0,2 17,8 56,0
Marmot
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing
2 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera
4 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg
0,008 0,06 0,1 0,27 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0
Cara mengggunakan tabel :
Bila diinginkan dosis absolut pada manusia 70 kg dari data dosis pada anjing 10 mg/kg
( untuk anjing dengan bobot badan 12 kg) maka dihitung terlenih dahulu dosis absolut pada
anjing yakni (10 x 12) = 120 mg. Dengan mengambil faktor konversi 3,1 dari tabel 1.1
diperoleh dosis untuk manusia sebesar (120 x 3,1) + 372 mg. Dengan demikian dapat
diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada manusia dengan dosis 372/70 kg
BB adalah sama dengan yang timbul pada anjing dengan dosis 120/12 kg BB dari obat yang
sama.
Volume pemberian obat pada hewan percobaan :
Volume cairan yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas
maksimal yang telah ditetapkan.
No Hewan IV IM IP SC PO1 Mencit 0.5 0.005 1 0.5 12 Tikus 1 0.1 3 2 53 Kelinci 5 -10 0.5 10 3 204 Marmot 2 0.2 3 3 10
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil percobaan :
a) Faktor Internal
Variasi biologic genetic (usia, jenis kelamin)
Ras dan sifat genetic
Status kesehatan dan nutrisi
Bobot tubuh
Luas permukaan tubuh
b) Faktor Eksternal Suplai oksigen
Pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis
Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ utuk
percobaan.
c) Faktor Lainnya
Keadaan kandang
Suasana asing atau baru
Pengalaman hewan dalam penerimaan obat
Keadaan ruang tempat hidup (suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan)
Penempatan hewan
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
- Mortir dan Stamper - Asam Asetat (CH3COOH)
- Pipet ukur 1 ml - Glibenklamid (tablet)
- Labu ukur 100 ml - Aquadest
- Neraca analitik
- Sarung tangan
- Masker
IV. PROSEDUR DAN PERHITUNGAN
Pembuatan Stok Glibenklamid dalam 100 ml
Siapkan alat dan bahan, lalu hitung bahan (Glibenklamid) yang akan di timbang
(gram).
Timbang bahan (Glibenklamid) dan gerus homogen dengan mortir dan stamper.
Masukan dalam labu ukur 100 ml, lalu add 100 ml dengan aquadest, kocok
homogen.
Pembuatan Dosis (Glibenklamid)
Tablet 1 : 0,11 g Tablet 2 : 0,11 g Tablet 3 : 0,10 g +
0,32 g = 320 mg
Bobot rata – rata :
x=320 mg3
=106 mg
Dosis glibenklamid 5 mg
Berat glibenklamid untuk mencit : 5 mg x 0,0026 = 0,013/20g bb mencit
Berat glibenklamid rata – rata :
0,13 mg
5mgx106 mg=0,275 mg
Stock larutan dibuat 100 ml :
100 ml0,2 ml
x 0,275 mg=¿ 137,5 mg/100 ml
= 0,137 g
Pembuatan Asam Asetat (CH3COOH) 0,7 % dalam 100 ml
Siapkan alat dan bahan, lalu hitung bahan (Asam Asetat) yang akan di Pipet (ml).
Pipet larutan Asam asetat yang dibutuhkan, dengan pipet ukur 1 ml
Masukan dalam labu ukur 100 ml lalu add 100 ml dengan aquadest, kocok
homogen.
Pembuatan Asam Asetat (CH3COOH) 0,7 %
Larutan induk 98 % Volume CH3COOH yang dipipet :
VI .∋¿V 2. N 2
V 1=¿ V 2. N 2
N 1
= 100 ml . 0,7 %
98 %
= 0,714 ml
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini farmakologi khemoterapi tentang cara perhitungan dosis dan
pembuatan sediaan uji, yang bertujuan untuk mengetahui cara perhitungan dosis yang di
perlukan terhadap hewan percobaan. Dimana dosis yang diberikan harus sesuai dengan bobot
hewan coba, yang berarti setiap hewan percobaan memiliki dosis yang berbeda-beda.
Misalnya dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi sediaan yang dipersiapkan untuk
menunjukkan berapa mg obat atau ekstrak yang dilarutkan dalam sejumlah ml larutan.
Konsentrasi ini dinyatakan dalam % (persen), atau lebih tepatnya % b/v (persen berat per
volume) dimana 1% b/v berarti 1 gram zat yang terlarut dalam 100 ml larutan zat. Untuk
dapat menentukan konsentrasi sediaan yang dibuat, maka diperlukan data tentang 2 hal
berikut : Dosis yang diberikan dan persen pemberian, dimana nilainya dipengaruhi oleh rute
pemberian obat. Konsentrasi sediaan yang dibuat dapat ditentukan melalui pembagian dosis
dengan persen pemberian. pada praktikum yang sudah dilakukan, dosis absolut pada mencit
yang diinginkan adalah 20 g, didapatkan 0,0026. Data tersebut dihitung dengan dosis obat
glibenklamid 5 mg. Dari 3 tablet glibenklamid ditimbang, didapatkan 106 mg untuk bobot
rata – rata, sementara berat glibenklamid untuk mencit 0,0013/20 g bb mencit. Setelah di
hitung rata-rata dari glibenklamid dan pembuatan stok dengan 100 ml, di dapat 0,137 gram
yang harus ditimbang. Hal-hal ini dilakukan supaya pada saat pemberian obat pada hewan
percobaan sesuai dengan dosis dari hewan percobaan tersebut. Selain glibenklamid dibuat
juga asam asetat CH3COOH sebanyak 0,7%, dengan larutan induk 98%, dicari volume pipet
untuk CH3COOH, dicari dengan rumus V1. N1 = V2. N2, hasil yang didapat adalah volume
CH3COOH yang akan dipipet 0,714 ml, Dengan demikian keduanya didapatkan dosis yang
sama untuk mencit. Dilakukannya pembuatan asam asetat yang nantinya untuk pemberian
pada hewan percobaan, bertujuan supaya obat yang telah diberikan sebelumnya sudah
mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri, karena asam asetat merupakan asam
lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, yang nantinya akan merangsang prostaglandin
untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Dalam
pemberian obat terhadap hewan percobaan bisa saja mengalami kesalahan (gagal). Hal ini
disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat, yaitu jumlah
obat dalam persen terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau
aktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor obat itu sendiri, misalnya sifat-sifat
fisikokimia obat. Maka dalam perhitungan dosis dan pemberian pada hewan percobaan harus
dengan benar sesuai literatur yang benar juga.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dalam perhitungan dosis dan pemberian
sediaan uji terhadap hewan percobaan dapat disimpulkan bahwa, Hasil yang didapat
untuk perhitungan dosis harus sesuai dengan literature dan pemberian obat pada hewan
uji harus dilakukan konversi terlebih dahulu dari dosis untuk manusia. Selain itu, pada
masing-masing hewan uji dengan berat badan tertentu juga memiliki volume pemberian
maksimum. supaya hasil yang didapat sesuai untuk pengguanaan dosis pada hewan
percobaan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Malole, M. B. M. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor.
Kadis, Sukati dan Kus Haryono. Penanganan Umum dan Cara Pemberian Senyawa Bioaktif pada Beberapa Hewan Percobaan. Surakarta.
D. R. Laurence dan A. L. Bacharach. Evaluation Of Drug Activities : Pharmacometries, 1981.
M. Bourchad, et al, pharmacodynamics, Goide de travaux Pratiques, 1981-1982
Farmakope Indonesia Edisi Ketiga tahun 1979, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.