Upload
pengelola-air
View
267
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
1/39
LAPORAN FOTO
PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN POTRET
PENGELOLAAN SDA DI PROVINSI BANTEN
Capacity Development Technical Asisstance (CDTA) 7849-INOKomplek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8Phone / Fax : 021 7229807 / E-mail: [email protected]
www.pengelolaair.blogspot.com
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
2/39
2 3
LAPORAN FOTO
PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN POTRET
PENGELOLAAN SDA DI PROVINSI BANTEN
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
3/39
4 5
4
Daftar IsiTentang Program CDTA dan
Kegiatan di Provinsi Banten
Tentang Program CDTA
Pelatihan dan Lokakarya
dalam Kegiatan CDTA-7849
Lokakarya dan Training Pengelolaan
Sumber Daya Air di Provinsi Banten
Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola
Untuk Dua Wilayah Sungai
di Provinsi Banten
Tim CDTA 7489-INO:
- Ir.M.Napitupulu, Dipl. HE
- Darismanto, ME
- Ir. SR Lengkong
- Ir. Amir Radjab, Dil, HE
- Ir.Raymond Kemur, MSc
- Ir. Pandi MS Hutabarat, MSc
- Ir. Bambang Riswardi, M.Eng.
- Ir. Minanto, MSc.
- Diella Dachlan
- Frantz Hendra
- Burhan
Penyusun dan tata letak :
Diella Dachlan
Foto:
Deden Iman
Diella Dachlan
Ng Swan Ti
Dok.CDTA
Pengantar
L
aporan Foto Pengembangan Kapasitas dan Potret
Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di Provinsi
Banten merupakan hasil dokumentasi kunjungan keProvinsi Banten pada bulan April dan Oktober 2014.
Tujuan laporan ini untuk memotret kondisi sungai-sungai
yang berada dalam Wilayah Sungai di Provinsi Banten
pada saat kunjungan serta mendokumentasikan
kegiatan program.
Provinsi Banten merupakan salah satu dari empat lokasi
program Capacity Development Technical Assistance
(CDTA) 7849-INO. Program ini merupakan program
Hibah Asian Development Bank (ADB) untuk membantu
pelaksanaan awal rencana aksi pengembangan kapasitas
Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sejak pertengahan
tahun 2012.
Tentu saja laporan singkat ini masih jauh dari lengkap
apalagi komprehensif, tetapi diharapkan dapatmemberikan gambaran singkat bagi pembaca yang ingin
mengetahui secara cepat tentang kegiatan dan kondisi
umum beberapa sungai dalam Wilayah Sungai Provinsi
Banten yang dipotret dalam laporan ini.
Selamat membaca!.
Wilayah Sungai di Provinsi Banten
Sekilas DAS Cidanau
Rawa Danau, Kekayaan Air dan Kehati
Proses Perjalanan
Imbal Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Sungai Ciujung dalam Foto
Sungai Cibanten dalam Foto
Sekilas WS Ciliman-Cibungur
WS Cibaliung-Cisawarna dalam Foto
Lampiran Capacity Development Technical Asisstance
(CDTA) 7849 -INO
Komplek Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta
Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8
Phone / Fax : 021 7229807
E-mail: [email protected]
www.pengelolaair.blogspot.com
7
8
16
18
23
2426
32
38
51
59
65
12
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
4/39
6 7
TENTANG PROGRAM CDTADAN KEGIATAN DI PROVINSI BANTEN
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
5/39
8 9
Tentang Program Pengembangan Kapasitas
Pada tahun 2010, Pemerintah Indonesia meminta Asian
Development Bank (ADB) untuk memberikan dukungan
pada pelaksanaan Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas
di Wilayah Sungai di lokasi-lokasi pilot yang telah dipilih.
Bantuan Hibah ADB untuk membantu peningkatan
kapasitas diberikan melalui proyek Capacity Development
Technical Assistance (CDTA 7849-INO).
Fase awal proyek ini dimulai pada Juni hingga Desember
2012, lalu diperpanjang hingga Desember 2014. Di
fase awal, proyek ini bekerja di dua lokasi pilot, yaitu
Provinsi Aceh dan Sulawesi Utara. Pada fase ke-dua ditahun 2014, proyek bekerja di dua lokasi tambahan yaitu
Provinsi Maluku dan Banten. Tim konsultan CDTA bekerja
membantu bagian Kelembagaan SDA Kementerian PU.
Tujuan proyek ini yaitu antara lain membantu pelaksanaan
awal rencana aksi pengembangan kapasitas Ditjen
Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum,
memberikan dukungan untuk finalisasi strategi
pengembangan kapasitas dalam Pengelolaan SDA,
pelaksanaan pengembangan kapasitas untuk dua propinsi
yaitu Banten dan Maluku berdasarkan dari pengalaman
di Aceh dan Sulawesi Utara . Selain itu juga membantu
Kementerian Pekerjaan Umum untuk menyusun
Rancangan Peraturan Menteri (Permen) PU tentang
Strategi Pengembangan Kapasitas dalam Pengelolaan
SDA serta mempersiapkan rencana aksi pengembangan
kapasitas dalam Pengelolaan SDA (2015-2019).
Tim CDTA membantu persiapan perencanaan wilayah
sungai secara partisipatif melalui Pola dan Rencana
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai. Selain itu, tim juga
membantu penguatan Tim Koordinasi PengelolaanSumber Daya Air Wilayah Sungai (TKPSDA-WS) di
4 propinsi yang menjadi pilot proyek, yaitu Provinsi Aceh,
Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku dan Provinsi
Banten.
Provinsi Maluku
1. WS Ambon-Seram (nasional)
2. WS Kepulauan Yamdena-Wetar (nasional)
3. WS Buru (provinsi)
4. WS Kepulauan Kei-Aru (provinsi)
Provinsi Banten
1. WS Ciujung Cidurian Cidanau (nasional)
2. WS Ciliman Cibungur (provinsi)
3. WS Cibaliung Cisawarna (provinsi)
Penyusunan POLA Pengelolaan SDA WS dalam
ruang lingkup CDTA 7849-INO berada di wilayah
sungai sebagai berikut:
Provinsi Aceh
1. WS Aceh Meureudu (nasional)
2. WS Pase Peusangan (provinsi)
3. WS Jambo Aye (nasional)
Provinsi Sulawesi Utara
1. WS Tondano Sangihe Talaut Miangas (nasional)
2. WS Poigar Ranoyapo (provinsi)
3. WS Dumoga Sangkup (nasional)
Keterangan foto: Pelatihan Prinsip-PrinsipHidrologi, Hymos dan SIH3, Banda
Aceh, Agustus 2013
Lokasi pilot CDTA 7849-INO:
Tentang Program CDTA
Setidaknya ada tiga tantangan dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air (SDA) di masa mendatang, yaitu
ketahanan air, pangan dan ekologi. Ketiganya
menuntut pembagian air antara manusia dan
lingkungannya.
Undang-Undang No 7/2004 tentang SDA sebagai acuan
pembaharuan di bidang pengelolaan SDA di dalam
pelaksanaannya sudah menerbitkan berbagai peraturan
turunan undang-undang, terbentuknya pengelolaan SDA
berbasis wilayah sungai oleh Balai Wilayah Sungai dan
Balai Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, adanya koordinasiPengelolaan SDA oleh Dewan SDA Nasional, Dewan SDA
Propinsi dan Tim Koordinasi PSDA WS. Dari 131 wilayah
sungai di Indonesia, saat ini sudah terbentuk 27 Dewan
SDA provinsi dan 47 Tim Koordinasi P SDA WS.
Fungsi dan kinerja PSDA saat ini belum memadai untuk
menghadapi berbagai tekanan dan tantangan baru
dalam pengelolaan SDA. Berbagai kajian menyebutkan,
salah satu faktor utama rendahnya kinerja PSDA adalah
rendahnya kapasitas dan kemampuan PSDA mulai dari
tingkat individu (SDM), kelembagaan dan koordinasi
antara lembaga terkait, baik di tingkat pemerintahan,
dunia usaha dan masyarakat.
Di tingkat pemerintahan, hal ini disebabkan oleh
kurangnya PNS, baik dari sisi jumlah (dampak moratorium
perekrutan PNS selama 10 tahun) maupun dari sisi
kompetensi untuk mengatur penyelenggaraan layanan
SDA berkinerja baik. Di tingkat dunia usaha, kontraktor
dan konsultan yang kompeten di bidang SDA jumlahnya
masih sangat minim. Selain itu tenaga ahli di bidang SDA
pun sangat terbatas, sehingga besar ketergantungannya
pada pihak asing. Di tingkat dunia usaha, LSM
serta masyarakat masih belum menyadari hak dan
kewajibannya dalam bidang SDA. Meskipun hal ini sudah
diatur di dalam UU No 7/2004 tentang SDA.
Roadmap untuk pengembangan kapasitas dalam
Pengelolaan SDA ini perlu disiapkan. Hal ini nantinya
akan berguna untuk peningkatan kinerja para pemangku
kepentingan dalam bidang SDA, baik dari sisi pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat.
Keterangan foto: Lokakarya Pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah Sungai,Kota Serang, Provinsi Banten, April 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
6/39
10 11
Keterangan foto : (Atas) Peserta lokakarya Prinsip-PrinsipPerencanaan Wilayah Sungai di Ambon, Maret 2014
(Kiri) Lokakarya awal Program CDTA 7849-INO di Manado,Oktober 2012
(Bawah) Peserta lokakarya Prinsip-Prinsip PerencanaanWilayah Sungai di Provinsi Banten, April 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
7/39
12 13
Selain itu yang paling mendesak adalah keahlian
merencanakan pengelolaan SDA Wilayah Sungai, yang
hasilnya berupa dokumen Pola dan Rencanakata
Raymond menambahkan.
Selanjutnya Raymond menyebutkan selain itu perlu
pengembangan kapasitas bidang-bidang keahlian
lainnya seperti sungai dan bendungan, irigasi dan rawa,
pengamanan pantai dan pembangkit listrik (microdanmini hydroserta desain waduk).
Kegiatan CDTA
Menurut Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, Team Leader, dalam
ruang lingkup kegiatan CDTA-7849 yang terbatas,
tidaklah memungkinkan untuk memberikan seluruh
pelatihan yang diperlukan di dalam peningkatan
kapasitas pengelolaan SDA.
Karena itu agar lebih komprehensif, perlu pendekatan
strategis untuk perencanaan karir staf pemerintah yang
juga meliputi kompetensi apa saja yang diperlukan.
Misalnya, pelatihan atau pendidikan apa saja yang
diperlukan oleh staf tersebut selama jenjang karirnya,
semacam perencanaan karir bagi staf yang berada di
bidang pengelolaan SDAkata Napitupulu.
Hal ini memerlukan dukungan kebijakan dalam
mendukung pengembangan kapasitas sumber daya
manusia (SDM) di dalam bidang pengelolaan sumber
daya air (SDA) untuk dapat terus berkesinambungan dantidak hanya berhenti di tataran kegiatan pilot semata.
Sehingga di masa mendatang bidang pengelolaan SDA
diharapkan dapat memiliki SDM yang memiliki integritas,
kompetensi dan kualifikasi akademik yang sesuai, serta
kelembagaan dan wadah koordinasi yang berkinerja
tinggi.
Di dalam kegiatan CDTA 7849-INO, pelatihan hidrologi
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Hidrologi 1
(dasar), Hidrologi 2 (tentang banjir), serta Hidrologi 3
(kebutuhan dan neraca air).
Pelatihan Hidrologi 1 memberikan pengertian mengenai
dasar-dasar hidrologi dalam pengelolaan SDA.
Sedangkan Pelatihan Hidrologi 2 tentang banjir
memberikan pengertian umum tentang permasalahanbanjir, perhitungan debit banjir dan pengendaliannya.
Keterangan foto: (atas) Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, TeamLeader CDTA-7849, (tengah) Ir. Adhi Pramudyo, MTKasubdit Kelembagaan dan (bawah) Dra.Damai
Sulistyowati, MSi, Kasi Kelembagaan Dit.Bina PSDA,Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pelatihan dan Lokakaryadalam Kegiatan CDTA-7849
Sejak pertengahan tahun 2012, kegiatan Capacity
Development Technical Assistance (CDTA 7849-
INO) menyelenggaraka n berbagai lokakarya dan
pelatihan terkait pengelolaan sumber daya air
bersama bagian Kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air
(SDA) Kementerian Pekerjaan Umum. Lokakarya dan
pelatihan ini juga dilakukan di empat provinsi yang
menjadi lokasi kegiatan yaitu Provinsi Aceh, SulawesiUtara, Maluku dan Banten.
Lokakarya dan pelatihan ini juga dilakukan di empat
provinsi yang menjadi lokasi kegiatan yaitu Provinsi Aceh,
Sulawesi Utara, Maluku dan Banten.
Peserta lokakarya adalah dinas-dinas terkait pengelolaan
SDA di provinsi dan kabupaten serta anggota TKPSDA
Wilayah Sungai yang terdiri dari unsur pemerintah dan
non-pemerintah. Sedangkan untuk pelatihan teknis,
pesertanya adalah Dinas PU provinsi dan kabupaten
serta Balai/Besar Wilayah Sungai (B/BWS) dan perguruan
tinggi melalui Pelatihan Training of Trainer ( ToT) untuk
menyebarluaskan materi pelatihan kepada staf lainnya.
Hidrologi dan Perencanaan Wilayah Sungai
Ir. Raymond Kemur, MSc, Capacity Development
Specialist CDTA, menyebutkan bahwa saat ini kapasitas
staf pemerintah dalam perencanaan pengelolaan
SDA di wilayah sungai secara umum masih rendah.
Hal ini akan memerlukan pengembangan kapasitas
berkesinambungan untuk terus meningkatkankemampuan staf di dalam bidang pengelolaan SDA.
Menurut Raymond, para staf pemerintah yang menguasai
hidrologi umumnya masih terbatas. Jika ada pun,
jumlahnya sangat sedikit, sudah menjelang usia pensiun
dan belum ada sistem regenerasi yang terencana.
Ilmu hidrologi yang diberikan di perguruan tinggi masih
terbatas dan menurut Raymond, belum memadai untuk
menjadi bekal dalam menjalankan tugas sehari-hari di
bidang pengelolaan sumber daya air.
Searah jarum jam: Nico Darismanto, Konsultan CDTA-7849, Rinto Yuwono, ST MM, Kepala Balai PSDAWS Ciliman Cisawarna, Ir.Tyas Utami Amalia, MM, Sekretaris Dinas SDAP Provinsi Banten dan
Isvan Taufik, ST, MT, Kepala Sub-bagian Program Dinas SDA
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
8/39
14 15
No Deskripsi Peserta1 Training Workshop Basin Planning Principles, Manado 29-30 Aug 2012 26
2 Training Workshop Basin Planning Principles, Banda Aceh 12-13 Sept 2012 27
3 Inception Workshop, Manado 9-10 Oct 2012 52
4 Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Banda Aceh 20-21 Nov
2012
54
5 Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Manado - Jan 2013 50
6 Interim Workshop, Bogor - March 2013 31
7 IWRM Follow up Workshop, Organized by Bappenas - May 2013 33
8 Bogor Ev Team - June 2013 Ditunda
9 Evaluation Team Meeting, 28 June 2013, Luwansa 21
10 Evaluation Team Meeting, 17 July 2013, Le Mer 21
11 Training on Hydrology, Manado 22-27 July 2013 20
12 Training on Hydrology, Aceh 19-23 August 2013 25
13 Strengthening of N or th Sulawesi Prov. Water Council, Manado 5-6 Dec 2013 22
14 Training on RIBASIM and Water Allocation, Manado 2-6 Sept 2013 24
15 Training on RIBASIM and Water Allocation, Aceh 16-20 Sept 2013 22
16 Training on Flood Modelling, Aceh 7-11 Oct 2013 21
17 Training on Flood Modelling, Manado 21-25 Oct 2013 22
18 Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Ambon 11-12 March
2014
49
19 Training Workshop Basin Planning Principles, Ambon 13-14 March 2014 55
20 Workshop on Hydrology Curriculum and Syllabus Development, Jakarta 20-21 March 2014 16
21 Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Serang 16-17 April 2014 55
22 Training Workshop Basin Planning Principles, Serang 22-23 April 2014 36
23 Training Hydrology I, Serang 5-9 May 2014 23
24 Training Hydrology I, Ambon 2-6 June 2014 21
25 Training Hydrology II, Pandeglang 16-20 June 2014 21
26 Training Flood Modelling, Bekasi 25-29 August 2014 13
27 Training on Conservation / Erotion, Sedimentation and Andragogy, Bekasi 15-19 Sept 2014 16
28 Training Hydrology III, (Water Availability , Reservoir Operation), Bekasi 29 Sept - 3 Oct 2014 15
Training of Sobek Flood Modelling, Bandung 6-10 October 2014 10
29 Training on RIBASIM Modelling (Water balance and Water Allocation), Bekasi October 2014 13
30 Micro Teaching and Evaluation of TOT, November 2014 *akan dijad-
walkan
Total Participants * = 814
Selama kurang lebih dua tahun, CDTA-7849 telah melaksanakan 29 kali pelatihan dan lokakarya dengan 814 jumlah
peserta. Perincian pelatihan dan lokakarya adalah sebagai berikut:
Pelatihan Hidrologi 3 tentang erosi dan sedimentasi,
peserta diberikan pengertian umum mengenai
pengendalian erosi dan sedimentasi, termasuk data
yang dibutuhkan untuk analisa, serta dampak erosi dan
sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan waduk.
Di dalam membahas aspek ketersediaan air, peserta
diberikan pemahaman mengenai analisa ketersediaan air
dalam menunjang pengelolaan SDA. Selain itu diberikan
pemodelan hujan dan limpasan untuk memperpanjang
data serta perkiraan parameter model jika data tidak
mencukupi serta menentukan pola operasi waduk.
Demikian juga dalam aspek hidrologi dan banjir.
Peserta diberikan pengertian umum mengenai
permasalahan pemodelan banjir serta simulasinya.
Pelatihan pemodelan menggunakan software, seperti
RIBASIM (River Basin Simulation Model) dan SOBEK, yang
bekerjasama dengan Deltares Belanda dan Puslitbang Air.
RIBASIM adalah pemodelan untuk membantu
menganalisa berbagai kondisi hidrologis di wilayah
sungai untuk mendukung perencanaan SDA.
Sedangkan SOBEK merupakan paket software terpadu
yang dapat digunakan untuk pemodelan banjir
sungai. Pendekatan terpadu SOBEK ini berguna untuk
perkiraan banjir, navigasi, optimasi sistem drainase,
sistem irigasi dan lain sebagainya.
Keterangan foto: (Atas) Ir. Raymond Kemur, MSc, CapacityDevelopment Specialist CDTA dan (bawah) peserta
pelatihan di Prov. Banten. (Kiri) Pengukur air diBendung Pamarayan, Kab Serang, Prov.Banten
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
9/39
16 17
Sedangkan pada pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaan
Wilayah Sungai, materi yang diberikan, yaitu:
1. Perencanaan Pengelolaan SDA WS,
2. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS,
3. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air WS,
4. Pembentukan dan Peran TKPSDA dalam Penyusunan
Pola dan Rencana PSDA WS,
5. Interaksi Perencanaan PSDA dan Penataan Ruang,
6. Pentingnya Pembahasan Aspek Teknis Neraca Air/Alokasi Air dan Banjir dalam WS, dan
7. Penyelenggaraan PKM dalam Penyusunan Pola/
Rencana.
Provinsi Banten merupakan salah satu dari empat lokasi
pilot dari Proyek Capacity Development Technical
Asisstance (CDTA). Program ini merupakan program hibah
dari Asian Development Bank (ADB). Pada tahun 2013
lalu, tim konsultan CDTA membantu sub-dit kelembagaan
Ditjen SDA Kementerian PU melakukan pendampingan di
Provinsi Aceh dan Sulawesi Utara. Sedangkan pada tahun
2014, dua provinsi pilot tambahan untuk program ini yaitu
Provinsi Banten.
Untuk membantu upaya peningkatan kapasitas
Pengelolaan SDA Provinsi Banten, program dan kegiatan
yang dilakukan dalam kerangka program CDTA sepanjang
tahun 2014 ini antara lain; Menyusun, membahas
dan merumuskan SK Tim Teknis, sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan Bidang SDA di Banten serta
melakukan lokakarya Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah
Sungai.
Beberapa rencana pelatihan yang akan dilakukan diProvinsi Banten yaitu sebagai berikut; Pelatihan Ribasim
dan Pemodelan, Pelatihan Flood Management dan
Modelling dan pelatihan Hidrologi Dasar, Terapan dan
Lanjutan termasuk Modelling.
Selain itu tim konsultan juga akan melakukan
pendampingan, yaitu antara lain pendampingan
penyusunan CDAP Dinas SDAP dan BBWS-C3,
Pendampingan Sekretariat TKPSDA & Dewan SDAP,
Pendampingan penyusunan CDAP Dinas SDAP dan BBWS
dan Pendampingan RBO Performance Benchmarking.
Keterangan foto: Bendung Pamarayan, Kab.Serang (kanan atas dan bawah) Lokakarya Peraturan Perundang-undangandan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), April 2014 , Kota Serang
Lokakarya dan Training Pengelolaan
Sumber Daya Air di Provinsi Banten
Sub-dit Kelembagaan Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan
Umum dibantu oleh tim konsultan Capacity
Development Technical Assistance (CDTA-7849-INO)
melakukan lokakarya dan pelatihan di Provinsi Banten
pada minggu ke tiga dan empat bulan April 2014.
Lokakarya Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)dilaksanakan pada
tanggal 16-17 April 2014 lalu di Hotel Le Dian, KotaSerang, diikuti 55 peserta. Sedangkan Pelatihan Prinsip-
Prinsip Perencanaan Wilayah Sungaidilaksanakan
seminggu setelahnya, yaitu pada tanggal 22-23 April 2014
di Hotel Ratu, Kota Serang, diikuti 48 peserta. Peserta
kedua lokakarya tersebut terdiri dari staf Dinas SDA &
Permukiman, perwakilan BPSDA, Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWS-C3) serta
Bappeda Provinsi Banten.
Materi Lokakarya dan Pelatihan
Pada lokakarya Peraturan Perundang-undangan dan
Kebijakan Pengelolaan SDA, materi yang dibahas yaitu
sebagai berikut;
1. Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut
UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan
PerPres No 33 tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air2. Implementasi Pengelolaan Sungai Menurut PP No 38
tahun 2011 tentang Sungai
3. Implementasi Pengelolaan Irigasi Menurut PP No 20
tahun 2006 tentang Irigasi
4. Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan SDA di Provinsi
dan Wilayah Sungai Menurut PerPres No 12 tahun
2008 dan Permen PU No 4/PRT/M/2008
5. Harmonisasi Penataan Ruang dan Pengelolaan
Sumber Daya Air di Wilayah Sungai dan
6. Implementasi Pengelolaan SDA Menurut PP No 42
tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
10/39
18 19
Kedua Wilayah Sungai di Provinsi Banten ini juga
menjadi lokasi pilot program Capacity Development
Technical Assistance (CDTA) 7849-INO, yang merupakan
program hibah Asian Development Bank (ADB) untuk
pengembangan kapasitas dalam pengelolaan sumber
air di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air KementerianPekerjaan Umum. Sehingga Tim Konsultan CDTA
7849-INO ikut membantu Dewan Sumber Daya Air
Provinsi Banten, termasuk Dinas Sumber Daya Air dan
Permukiman Provinsi Banten dalam persiapan untuk
proses penyusunan alternatif pilihan strategi
Selanjutnya Deni menjelaskan bahwa nantinya
strategi yang dipilih ini akan menjadi acuan dasar bagi
penyusunan Rencana, yang pelaksanaannya segera
dimulai untuk dua wilayah sungai Ciliman-Cibungur dan
Cibaliung-Cisawarna.
Keterangan foto: (atas): Bendung Daerah Irigasi Cikupauntuk mengairi 342 ha sawah. (Tengah kiri) Deni
Mardiyanto, ST, MT Kepala Seksi Pengembangan IrigasiDinas SDAP. (Tengah kanan) saluran irigasi Sungai
Ciliman (Bawah kanan) Aliran Sungai Cibaliung di Kab.Pandeglang
Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola
Untuk Dua Wilayah Sungai di Provinsi Banten
Pada minggu ketiga bulan Oktober 2014, sebanyak
45 peserta menghadiri acara Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air (PSDA) untuk dua wilayah sungai di Provinsi
Banten, yang diselenggarakan di Hotel Ratu, Kota Serang
pada tanggal 21-22 Oktober 2014.
Acara ini bertujuan untuk membahas dan memilih strategidari beberapa alternatif yang ada pada rancangan Pola
PSDA untuk dua wilayah sungai yaitu Wilayah Sungai
Ciliman-Cibungur dan Cibaliung-Cisawarna yang
merupakan wewenang Provinsi Banten.
Peserta Rapat Koordinasi ini terdiri dari SKPD/Dinas
provinsi dan perwakilan dari tiga k abupaten yaitu
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak. Selain itu juga hadir para pakar
nara sumber, pemerhati dan penggiat serta kelompok
masyarakat yang terkait dalam pengelolaan SDA.
Rancangan Pola Perencanaan Wilayah Sungai Ciliman-
Cibungur dan Cibaliung-Cisawarna sudah selesai sejak
tahun 2012 yang lalu. Rancangan ini sudah melalui proses
konsultasi dengan berbagai pihak melalui Pertemuan
Konsultasi Masyarakat (PKM) 1 dan 2, namun penetapan
Pola-nya belum dilakukan dan kita harapkan untuk segera
ditetapkan oleh Gubernur kata Deni Mardiyanto, ST, MT
(21/10), Kepala Seksi Pengembangan Irigasi, Dinas SumberDaya Air dan Permukiman Provinsi Banten yang menjadi
penyelenggara acara.
Proses pemilihan strategi ini akan menghasilkan
rekomendasi bersama yang akan kita ajukan ke Gubernur
untuk kemudian menetapkan Pola melalui Peraturan
Gubernurkata Deni, yang berharap agar proses
penetapannya dapat selesai dalam waktu maksimum satu
bulan.
Keterangan foto: Paparan tentang Pola WS Ciliman-Cibungur dan WS Cibaliung-Cisawarna diSerang, Oktober 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
11/39
20 21
Pemilihan Strategi Ekonomi Sedang
WS Ciliman-Cibungur terdiri dari 27 DAS dengan
luas total 1.750,93 km2 dan potensi air 120 m3/detik.
Sedangkan WS Cibaliung-Cisawarna terdiri dari 75 DAS
dengan luas total 2.613,37 km2 dan potensi air 122.34
m3/detik. Menurut hasil analisis, potensi air ini dalam
jangka panjang masih aman digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, industri dan
irigasi yang berada di kedua WS ini.
Melalui serangkaian pembahasan, peserta rapat memilih
Strategi C, baik untuk WS Ciliman-Cibungur, maupun WS
Cibaliung-Cisawarna.
Parameter pertumbuhan ekonomi untuk memilih strategi
pada Pola PSDA, yaitu sebagai berikut:
1. Dibawah 5,5% masuk dalam kategori pertumbuhan
ekonomi rendah
2. Antara 5,5-6,5% kategori pertumbuhan ekonomi
sedang,
3. Diatas 6,5% masuk dalam kategori pertumbuhan
ekonomi tinggi.
Strategi C mengacu pada skenario pertumbuhan ekonomi
sedang dengan pertimbangan pemerintah mendukung
percepatan pembangunan bidang sumber daya air di dua
WS ini. Strategi ini dinilai sebagai yang paling rasional
dan aman terhadap penyediaan anggaran pembangunan
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sedang dengan
angka pertumbuhan 5,5%-6,5%.
N.P Rahadian pemerhati dan penggiat lingkungan yang
hadir dalam acara, mengatakan bahwa posisi Dewan SDA
Provinsi Banten perlu diperkuat untuk bisa membantu
koordinasi dari berbagai lembaga pengelola sumber daya
air di Provinsi Banten.
Selain itu, program pembangunan SDA perlu lebih
meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat
secara langsung, terutama untuk bidang konservasi,
pendayagunaan air serta pencegahan dan pengendalian
daya rusak airtegas Rahadian.
Keterangan foto: Muara Sungai Ciseukeut,Kec.Panimbang, Kab. Pandeglang, Prov.Banten
Air Baku dan Pengendalian Banjir
Ir. H. Iing Sawargi, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan
Permukiman Provinsi Banten, mengatakan bahwa
pengelolaan sumber daya air di Provinsi Banten tak luput
dari berbagai tantangan. Masa lah kekeringan, banjir
dan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
adalah hal-hal yang mendesak perlu segera ditangani oleh
pemerintah provinsi.
Pada saat bersamaan, upaya konservasi juga mendesak
untuk perlu segera dilakukan untuk melindungi sumber
air termasuk ke dalamnya upaya konservasi daerah
tangkapan air dan resapan air. Karenanya, perencanaan
wilayah sungai sebagaimana yang terdapat di dalam
Pola akan sangat membantu di dalam merencanakan
pembangunan sumber daya air yang berkelanjutan.
Dengan potensi sumber daya air di Banten yang cukup
besar, sangat memungkinkan untuk terus membangun
dan memaksimalkan potensi penggunaan SDA, misalnya
untuk irigasi dengan membangun daerah-daerah irigasi
baru.
Untuk pemenuhan kebutuhan air baku, sudah
ada rencana untuk membangun waduk Karian danBendungan Sindang Heula. Waduk Karian ini nantinya bisa
menampung 217 juta meter kubik yang dapat menyuplai
air ke daerah Tangerang, Serang dan Cilegon, serta
menambah suplai air ke Jakarta. Sedangkan Bendungan
Sindang Heula bisa menampung sekitar 9,2 juta meter
kubik air menyuplai air untuk Kabupaten dan Kota Serang
jelas Iing ketika ditemui di kantornya (22/10).
Bendungan Sindang Heula yang berlokasi di Kecamatan
Pabuaran, Kabupaten Serang akan menggunakan aliran
dari Sungai Cibanten. Sedangkan Waduk Karian, yang
berlokasi di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, akan
menggunakan sumber air dari tiga sungai, yaitu Sungai
Cisimeut, Cibeurang dan Ciujung.
Kami juga sedang membangun bendung Cihara
(Kecamatan Cigemblong, Kabupaten Lebak) yang sedang
dalam tahap penyelesaian. Bendung ini nantinya akan
bisa mengairi 1.200 hektar sawah dan kita harapkan dapat
selesai pembangunannya pada akhir tahun 2014 inikata
Iing. Selain pengelolaan SDA, Dinas SDA dan Permukiman
juga melakukan pekerjaan fisik dan non-fisik di bidang
permukiman, yang juga meliputi sanitasi, drainase dan
persampahan.
Keterangan foto: Ir.H.Iing Sawargi, Kepala Dinas SumberDaya Air dan Permukiman Provinsi Banten.
(Kanan atas) Kantor DSDAP Prov. Banten. (Bawah) HuluSungai Cibanten, Desa Karangantu, Kab.Serang.
Sungai Cibanten menjadi lokasi untuk membangunBendungan Sindang Heula
Peserta acara Pemilihan Strategi Pola Pengelolaan Sumber DayaAir (SDA) menyimak paparan tentang Pola WS Ciliman-Cibungur dan
WS Cibaliung-Cisawarna.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
12/39
22 23
WILAYAH SUNGAI
DI PROVINSI BANTEN
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
13/39
24 25
Keterangan foto: Aliran sungai Cidanau digunakan untuk kawasanindustri di daerah Cilegon. (Bawah) Muara Sungai Cidanau yang
bertemu Laut Jawa di Desa Sindang Laya, Kec. Cinangka, Cilegon
Sekilas DAS Cidanau
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan
salah satu DAS penting di wilayah Provinsi
Banten. Merupakan kawasan dengan topografi
yang didominasi oleh pegunungan di sebelah utara-
barat dan dataran rendah di belahan selatan dan
timur. Kawasan ini mencakup 38 desa pada 5 wilayah
kecamatan di Kabupaten Serang dan 4 desa di Kecamatan
Mandalawangi di Kabupaten Pandeglang (Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS
Cidanau, Bappeda Kabupaten Serang-Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) DAS Citarum-Ciliwung, 1999).
Wilayah DAS Cidanau seluas 22,620 ha, berada di
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.
Di Kabupaten Serang, wilayah DAS Cidanau meliputi
5 kecamatan dan 26 desa. Lima kecamatan itu yaitu
Kecamatan Cinangka (7 desa), Kecamatan Mancak (1 desa),
Kecamatan Gunung Sari (4 desa), Kecamatan Ciomas (9
desa) dan Kecamatan Padarincang (14 desa).
Sedangkan di Kabupaten Pandeglang, wilayah DAS
Cidanau meliputi 1 kecamatan yaitu Kecamatan
Mandalawangi dan 4 desa.
Sungai Cidanau merupakan sungai utama DAS Cidanau
yang menampung aliran air sungai besar dan kecil yang
berasal dari 18 sub-DAS, yang berhulu di kawasan seluas
20,120 ha (catchment area) dan bermuara di Selat Sunda.
Di DAS Cidanau, sumber air permukaan yang ada adalah
berupa air sungai dan danau.
Di dalam kawasan DAS Cidanau terdapat sungai dan anak
sungai (sub-DAS) yang bermuara di Sungai Cidanau, di
antaranya yaitu: Sungai Cisalak, Cikalumpang, Cisumur,
Cikarasak, Cibuntu, Cisaat, Ciapus, Cisumur, Cilahum,Ciomas, Cibarugbug, Cigalusun dan Sungai Cirakah Gede.
Satu-satunya sungai yang mengalir dari Rawa Danau ke
laut adalah Sungai Cidanau.
Sumber: Updating Peta Digital; DAS Cidanau,
Bapeda Banten 2004
Keterangan foto: Hulu Sungai Cidanau di Kawasan Cagar Alam Rawa Danau, Kab.Serang
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
14/39
26 27
Dari tempat parkir di Kampung Sukamaju, Desa
Citasuk, Kecamatan/Kabupaten Padarincang
pengunjung harus berjalan kaki sekitar 2 kilometer
melewati persawahan menuju lokasi penjemputan
perahu untuk menjelajahi kawasan.
Kawasan seluas 3,500 hektar ini (hasil pengukuran
terakhir tahun 2011) adalah satu-satunya rawa
pegunungan yang ada di Pulau Jawa. Hampir seluruh
kawasan rawa ini terdiri dari air dengan kedalaman
bervariasi, sehingga untuk menjelajahi kawasan
ini perlu menggunakan perahu. Perahu jukung
berukuran 3,5 meter dengan lebar 1,5 meter itu
idealnya hanya mengangkut empat penumpang saja.
Keterangan foto: Menjelajahi kawasan Rawa Danau yang merupakan daerah huluSungai Cidanau, (Bawah) Jalan masuk menuju kawasan di Desa Citasuk, Kec
.Padarincang, Kab. Serang.Rawa Danau, Kekayaan Air dan Kehati
Untuk mengunjungi kawasan Rawa Danau,
Kabupaten Serang, pengunjung harus
mendapatkan ijin masuk dari kantor BKSDA Seksi
Konservasi Wilayah I Serang (lihat box tips).
Setelahnya, perlu berkoordinasi dengan kantor resor
cagar alam yang berlokasi di daerah Gunung Sari, tempat
dimana pengunjung dapat menikmati pemandangan
cagar alam Rawa Danau dari ketinggian. Mengapa perlu
berkoordinasi? Karena untuk menjelajahi kawasan ini
perlu menggunakan perahu yang harus dipesan maksimal
sehari sebelum kunjungan.
Hanya ada dua perahu untuk menjelajahi kawasan
iniKata Zaenal (04/14) yang hari itu ditugaskan oleh
kantor cagar alam untuk mendampingi perjalanan kami.
Kawasan ini bukan kawasan wisata, dimana orang bisa
langsung masuk dan datang. Untuk itu, pengunjung harus
mengurus surat ijin masuk dan berkoordinasi dengan
kantor agar kantor dapat menugaskan petugas yang
mendampingi.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
15/39
28 29
Keterangan foto: Perlu perahu untuk menjelajahi kawasan Rawa Danau. (Bawah) Panorama kawasan Rawa Danau dari pos cagar alam Gunung Sari.
Alasannya karena kawasan konservasi Rawa Danau adalah
rumah dari 131 spesies endemik flora dan fauna yang
beberapa spesies ini masuk dalam kategori dilindungi.
Membatasi pengunjung dan membiarkan kawasan
sealami mungkin untuk tetap menjaga ekosistem kawasan
adalah salah satu tujuan perlindungan kawasan.
Kawasan Cagar Alam Rawa Danau sudah ditetapkan
pada masa Pemerintah Kolonial Belanda. Berdasarkan
surat Government Besluit (GB) 60 Staatblad Nomor 683
tertanggal 16 November 1921. Kawasan ini termasuk
kawasan suaka alam yang fungsi utamanya sebagai
kawasan untuk konservasi keanekaragaman flora dan
fauna. (UU No 5 tahun 1990).
Perambahan kawasan sulit sekali dicegah. Tenaga kami
terbatas untuk terus menerus mengawasi dan melarang
warga yang masuk dalam kawasan. Warga sekitar juga
perlu penghidupan, kira-kira bagaimana ya solusinya
Zaenal seperti bertanya pada dirinya sendiri. Lulus dari
sekolah kehutanan, beliau baru dua tahun bertugas di
Cagar Alam Rawa Danau.
Cagar Alam Rawa Danau memang tidak luput dari
permasalahan. Beberapa permasalahan klasik yang pada
umumnya dihadapi di berbagai kawasan lindung di
Indonesia yaitu perambahan kawasan dengan kegiatan
bervariasi dari mulai penebangan pohon hingga
berladang di dalam kawasan. Di kawasan seputar Cagar
Alam Rawa Danau, penebangan pohon ternyata juga ikut
menyumbangkan volume tanah yang masuk ke dalam
kawasan danau dan sungai. Akibatnya di berbagai tempat
mulai terjadi pendangkalan.
Pengelola Cagar Alam Rawa Danau sudah melakukan
berbagai upaya perlindungan dan konservasi kawasan
dengan menata batas kawasan, melakukan patrolipengamanan kawasan, pendataan perambah, hingga
pemberdayaan masyarakat termasuk melakukan
penyuluhan dan pembinaan masyarakat yang tinggal di
seputar kawasan. Namun pada kenyataannya, upaya ini
belumlah memadai untuk memberikan perlindungan
sepenuhnya untuk kawasan lindung ini.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
16/39
30 31
Tips mengunjungi kawasan Rawa Danau:
1. Karena kawasan ini masuk dalam kawasan cagar
alam, untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung har us
terlebih dahulu mempersiapkan surat ijin masuk.
Surat ijin masuk dapat diurus di Seksi Konservasi
Wilayah I Serang Jl. HTB Suwandi Gg Perintis III Telp.
0254 210968 Serang Banten.
2. Menyediakan satu hari sebelum masuk kawasan
untuk mengurus Surat ijin Masuk (Simaksi), berkoor-
dinasi dengan staf Cagar Alam yang akan menjadi
pendamping dan mengurus persewaan perahu.
(biaya sewa perahu sekitar Rp 300,000/hari). Perahu
dapat menampung idealnya 4 orang penumpang.
3. Idealnya menggunakan baju yang nyaman dike-
nakan, menyerap keringat dan membawa baju ganti.
Menggunakan sepatu bot untuk melindungi kaki
dari serangan pacet dan lintah, juga jika ingin turun
menjelajahi kawasan kering yang berada dalam
cagar alam. Membawa topi karena cuaca yang terik.
4. Membawa cukup perbekalan makanan dan minu-
man, karena tidak ada tempat membeli makanan di
kawasan ini serta membawa kembali sampah keluar
dari kawasan.
Keterangan foto: Aneka satwa yang ditemui ketika menjelajahi kawasan Rawa Danau yang merupakan daerah hulu SungaiCidanau. Selain primata dan burung yang banyak dijumpai, reptil seperti ular juga kadang ditemui. Di sisi lain akwasan
ini pernah ditemukan buayaPenampakan Satwa
Hari itu kami sedang beruntung bertemu satwa penghuni
cagar alam. Kami bertemu ular sawah yang sedang
menunggu kodok, mangsanya. Mendekati tempat
penjemputan perahu, kami dikejutkan oleh dua ekor babi
hutan kecil yang menerjang keluar dari semak-semak dan
lari dengan kecepatan yang sangat tinggi. Monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) paling sering terlihat selama
perjalanan ini.
Selain itu, yang cukup sering menampakkan diri adalah
berbagai jenis burung, antara lain Belibis, Pucuk Ular,
Rangkong Badak dan Elang. Sedangkan keberuntungan
lainnya adalah menyaksikan 3 ekor ular berwarna hitam
dan kuning dalam kesempatan terpisah yang sedang
bergelung di dahan pohon ketika kami lewat persis di
bawahnya. Menurut Zaenal, buaya juga masih ada di Rawa
Danau ini. Namun lokasi mereka ada di sisi lain kawasan inidan relatif sulit ditempuh dengan kondisi perahu dengan
penumpangnya yang kurang memadai untuk berburu
buaya.
Sumber Air
Menurut data Cagar Alam Rawa Danau, kawasan ini
merupakan lokasi bermuaranya beberapa sungai, antara
lain sungai Cimanuk (Cikalumpang), Cibugur, Cisawara,
Cisaat, Cida ngiang, Citeureup dan Cipadarincang. Sungai-
sungai tersebut bersumber dari Gunung Karang, Gunung
Parakasak dan Gunung Mandalawangi.
Sedangkan Sungai Cidanau, salah satu sungai terbesar di
Provinsi Banten, mengalir dari kawasan ini menuju pantaiutara dan bermuara di Pantai Teneng, Desa Sindanglaya,
Cilegon. Dari kawasan ini adalah kebutuhan air industri
dan permukiman di Cilegon terpenuhi.
Di sepanjang perjalanan, rute kami kadang terhalang
oleh batang pohon yang melintang, atau gulma air
seperti eceng gondok yang memerlukan waktu untuk
menyingkirkannya. Air di kawasan ini dipenuhi oleh
gulma dan jenis algae. Sebagaimana kawasan rawa pada
umumnya, jarak pandang melihat apa yang ada di bawah
permukan air tersebut sangatlah terbatas. Menurut Zaenal,
pihak pengelola kawasan mengadakan pemeliharaan rutin
membersihkan air dari gulma setiap dua atau tiga bulan.
Tak terasa sudah dua jam kami mengelilingi kawasan Rawa
Danau. Kami sempat berhenti di bekas pos pembersih
sungai yang sudah ditinggalkan. Menikmati alamsekeliling, mendengarkan suara-suara satwa, mengamati
burung dan menikmati suara gemerisik semak-semak yang
tertiup angin dan gemericik air.
Data penelitian, bahkan informasi lengkap tentang Rawa
Danau pun masih cukup sulit ditemukan di internet. Kami
merasa sangat beruntung bisa berkunjung ke Cagar Alam
Rawa Danau. Sebagian besar pengunjung ke kawasan ini
adalah para peneliti, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Itupun masih banyak aspek dari Cagar Alam Rawa
Danau yang belum tuntas diteliti. Anda tertarik menjadi
peneliti?.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
17/39
32 33
Lalu forum membentuk tim perumus untuk membantu
penyusunan berbagai dokumen dan hasil penelitian,
termasuk juga mengidentifikasi langkah berikutnya seperti
pentingnya ada peraturan daerah tentang pengelolaan
DAS Cidanau, tim pengelola serta master plan dan
mekanisme pengelolaan DAS Cidanau.
Pada tahun 2002, Forum Komunikasi DAS Cidanau
(FKDC) terbentuk, bahkan mendapatkan SK Gubernur
Provinsi Banten. Forum komunikasi ini terdiri dari pejabat
pemerintah, swasta dan LSM, termasuk Rekonvasi
Bhumi. Namun dalam perjalanannya juga mengalami
kendala. Misalnya pergantian staf pemerintah yang juga
termasuk dalam anggota FKDC, sehingga proses harusdisosialisasikan lagi dari awal.
Yang cukup menggembirakan dalam sisi data dan
informasi, ketika Bapedalda pada tahun 2001 membantu
fasilitasi penyusunan Master Plan DAS Cidanau,
pembuatan website dan pembaharuan peta digital DAS
Cidanau. Pada fase perkembangan pada tahun 2005-
2009, FKDC memfokuskan diri pada penegasan bentuk
pengelolaan terpadu oleh para pihak dan mewujudkan
konsep hubungan hulu-hilir dalam merintis upaya imbal
jasa lingkungan.
Selain itu FKDC memperkuat perencanaan berjenjang
dalam melakukan tahapan perencanaan. Hal ini dimulai
dengan diskusi dengan warga hingga perencanaan
pendanaan, evaluasi dan monitoring kegiatan.
Tim Teknis FKDC pada periode ini juga mengusulkan
adanya perampingan struktur organisasi. Organisasi FKDC
pada masa itu dinilai terlalu berat dan gemuk, hingga
kurang optimal dalam bekerja mencapai tujuan. FKDC
juga terus melakukan komunikasi dan sosialisasi kepada
para pemangku kepentingan, terutama yang terkait
pengelolaan sumber daya air.
Diantaranya berkomunikasi dengan Dewan SDA Provinsi
Banten, Dinas SDA dan Permukiman Provinsi Banten sertaTim Koordinasi Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Cdanau-
Ciujung-Cidurian (WS - C3) yang diinisiasi oleh Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS-C3), Direktorat Jenderal SDA
Kementerian Pekerjaan Umum sesuai amanat Undang-
Undang No 7/2004 tentang SDA.
Keterangan foto: Waduk Kerenceng yang dikelola olehPT Krakatau Tirta Industri (KTI), berlokasi di Cilegon,
Provinsi Banten
Proses Perjalanan
Imbal Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Tidak mudah menggagas sebuah upaya konservasi
yang juga memiliki nilai ekonomis, apalagi jika hal
ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan
lintas sektor yang terdiri dari pemerintah,
masyarakat dan pengusaha.
Hal ini dialami NP. Rahadian, Direktur Eksekutif Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi. Rahadianmemulai rintisan upaya ini sejak tahun 1998, persis setelah
era reformasi Indonesia dimulai. Rintisan ini dilakukan
jauh sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No 7 tahun
2004 tentang sumber daya air.
Awalnya bermula dari keprihatinan tentang Cidanau
yang sangat potensial menjadi sumber air bersih dan
potensinya sebagai kawasan lindungKata Rahadian,
yang akrab dipanggi Kang Nana, ketika ditemui di
kediamannya di Kota Serang (23/4/14). Menyadari kalau
pengelolaan tidak mungkin dilakukan oleh satu dua pihak
saja, Rekonvasi Bhumi menggagas pertemuan awal untuk
membahas tentang pelestarian Cagar Alam Rawa Danau
pada Desember 1998. Momentum itu tidak serta merta
berhasil. Karena meskipun ada kesepakatan awal antara
berbagai pihak, namun pelaksanaan ke tahap berikutnya
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Fase Pengembangan
Rahadian mencatat tahapan yang cukup menggembirakanuntuk upaya pelestarian Cagar Alam Rawa Danau mulai
terbuka pada tahun 2001, dengan bantuan beberapa
orang di institusi pemerintahan yang memiliki visi yang
sama. Ketika itu Lokakarya DAS Cidanau pada bulan
Agustus Tahun 2001 membahas tiga agenda penting.
Tiga agenda penting itu yakni membahas data fisik,
sosial ekonomi DAS Cidanau. Hal ini termasuk melakukan
pendataan dan penelitian kualitas, kuantitas dan
kebutuhan air sektor industri serta prediksi kebutuhan
air masyarakat. Selain itu juga membahas hasil penelitian
yang dilakukan oleh UNEP dan IPB serta juga yang paling
penting adalah pembahasan mengenai rencana, strategi
dan pengelolaan DAS Cidanau.
Keterangan foto: NP.Rahadian, Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi menunjukkanskema mekanisme imbal jasa lingkungan di DAS Cidanau, April 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
18/39
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
19/39
36 37
Sungai Ciujung
dalam foto
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
20/39
38 39
Bendung Lama Pamarayan dibangun pada tahun
1905 pada masa kolonial Belanda. Bendung ini
memiliki 10 buah pintu pengatur air terbuat
dari lempengan baja yang masing-masing
diapit oleh tiang-tiang kokoh dengan tiga bangunan
berbentuk menara, fungsinya sebagai ruang mesin untuk
menurunkan dan menaikanpintu-pintu air tersebut.
Sebelum masa pemerintahan Belanda membangun
jaringan irigasi, yang kemudian dinamakan irigasi Ciujung
Pamarayan, di daerah ini telah dibangun jaringan irigasi
kecil yang sangat sederhana. Saluran irigasi tertua adalah
yang dibangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada abad
ke 17 yang dikenal sebagai Kanal Sultan.
Kanal sultan menyadap air kali Cidurian ke arah kiri untuk
mengairi dataran rendah tanara. Di samping Kanal Sultan
terdapat beberapa jaringan-jaringan irigasi kecil yang
menyadapa air dari kali-kali kecil seperti Cibongor, Cicauk
Cisaid, Ciwaka dan Cipare.
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian
Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di
Provinsi Banten melewati 2 kabupaten yaitu
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang.
Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Ciujung sekitar
1.850 km2 terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu :
Sungai Cisimeut (luas Sub DAS 458 km2), Sungai Ciberang(luas Sub DAS 304 km2) dan Sungai Ciujung Hulu
(luas Sub DAS 594 km2).
Anak-anak sungai Ciujung berada disebelah hilir kota
Rangkasbitung yaitu Sungai Cikambuy, Sungai Cisangu,
Sungai Ciasem, Sungai Cibongor dan Sungai Ciyapah.
Panjang Sungai Ciujung + 142 km, terdapat satu bendung
yang berfungsi untuk mengairi Daerah Irigasi Ciujung
yaitu Bendung Pamarayan.
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
21/39
40 41
Keterangan foto: Terletak di Desa Situterate, Kecamatan Cikande, KabupatenSerang, Situ Terate masih dalam tahap pengerjaan oleh Balai Besar WilayahSungai Cidanau-Ciujung-Cidurian. Luas kawasan Situ Terate yaitu sekitar 27
hektar dengan luas genangan 9 hektar.
Bendung Pamarayan Baru, terletak
di Kec.Panyabrangan, Kab.Serang
yang masih termasuk Wilayah
Sungai Ciujung. Bendung ini
dibangun sejak tahun 1992 dan selesai
pada tahun 1997 menggantikan
Bendung Pamarayan lama.
Bendung baru ini tetap menggunakan
saluran utama untuk suplai air ke daerah
irigasi, dengan luas daerah irigasi sekitar
21.454 hektar. Daerah Irigasi Ciujung
ini merupakan daerah lumbung padi
untuk Kabupaten Serang dan dapat
menyumbang kebutuhan beras bagiProvinsi Banten.
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai
Cidanau-Ciujung-
Cidurian
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
22/39
42 43
PDAM Bandung terletak sekitar tiga
kilometer dari Bendung Pamarayan ke arah
Cikande. Ketika berkunjung pada bulan
April 2014, pembangunan PDAM kecil
ini sudah selesai namun masih menunggu serah
terima secara resmi.
PDAM ini dapat melayani lebih dari 7,000 jiwa
yang tersebar di dua kecamatan, yaitu kecamatan
Bandung dan kecamatan Jawilan. Sumber airnya
diambil dari saluran aliran Sungai Ciujung. Untuk
debit airnya yaitu sekitar 20 liter/detik.
Keterangan foto:
(Atas) Aliran Sngai Ciujung yang dibendung diBendungan Pamarayan
(Tengah) Ada beberapa bendung kecil di SungaiCiujung seperti Bendung Karet di Kabupaten
Serang .
(Bawah) Salah satu lokasi sumber air bersih yangdigunakan warga untuk mengambil air.
Sumber air berasal dari Sungai Cidurian diDesa Teras, Kec.Carenang, Kab.Serang
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
23/39
44 45
Keterangan foto: (Kiri atas dan bawah) PT Indah Kiat Cipta dan tempatpengambilan air dari Sungai Ciujung.
(Kanan atas) Keluarga ini memasok bebek dan ayam ke restauran di
seputar Kota Serang dan Cilegon.
(Kanan bawah) Sampah menumpuk di sisi Sungai Ciujung
(Kanan bawah) warga sekitar menyedot air sungai untuk mengairi lahantanamannya.
Lokasi: Desa Keragilan, Kab. Serang., Prov.Banten
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
24/39
46 47
Pencemaran air adalah salah satu permasalahanyang menghiasi wajah sebagian besar sungai
di Indonesia, terutama sungai yang melintasi
permukiman dan perkotaan.
Bukan hanya masalah pencemaran yang diakibatkan
industri, tetapi juga rumah tangga, seperti sampah yang
dibuang langsung ke sungai, kondisi sanitasi yang buruk
atau ketiadaan fasilitas sanitasi di rumah, sehingga wargamelakukan mandi, cuci dan kakus (MCK) di sungai dan di
saluran-saluran irigasi.
Permasalahan lainnya adalah masalah infrastruktur,
terutama di pedesaan. Misalnya jembatan yang
menghubungkan antar kampung yang rusak, sehingga
membahayakan bagi orang yang lewat di atasnya.
Keterangan foto: (Atas dan kiri)pembangunan tebing sungai, sampah dan airyang tercemar di Kampung Laes,Desa Sukamaju, Kec.Kibin, Kab.Serang
(Kanan) Industri di sisi Sungai Ciujung diDesa Keragilan, Kab. Serang., Prov.Banten
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
25/39
48 49
Keterangan foto:
(Atas dan kanan atas) Jembatan akar diperkampungan Baduy Luar di Desa
Kanekes, Kec. Leuwi Damar, Kab.Lebak
(Kanan tengah dan bawah) Sungai Ciujungdi daerah hulu di Desa Nayagati, Kec.
Cakuem, Kab. Lebak
(Kiri) Warga menggunakan sungai untukkehidupan sehari-hari (Kec.Pontang),
dan juga mengambil pasir untukdijual sebagai mata pencaharian (Kab.
Serang).
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
26/39
50 51
Sungai Cibanten
dalam foto
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
27/39
52 53
Keterangan foto:
(Atas dan kanan) Hulu Sungai Cibanten diKampung Serut, Desa Sindangheula, Kec. Pabuaran,
Kab. Serang
Sungai Cibanten, merupakan lokasi untukpembangunan Bendungan Sindang Heula di
Desa Sindang Heula, Kecamatan Pabuaran,Kabupaten Serang
(Kiri) Mat Sani (60) adalah salah satu pengrajin diKampung Serut. Kampung ini dikenal sebagai sentrapembuatan sapu ijuk. Dalam sehari, Mat Sani dapat
membuat 50 buah sapu, dijual kepada pengumpuldengan harga Rp 3.000.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
28/39
54 55
Keterangan foto:
(Atas dan kanan) Hulu Sungai Cibanten yang melewatiKota Serang. Sampah dan limbah rumah tangga
terlihat di aliran sungai, hampir serupa dengan per-masalahan sungai di Indonesia pada umumnya.
(Kiri) Keluarga Muhaji tinggal di bawah kolong jembatanSungai Cibanten di Kampung Kaujon, Kelurahan
Serang. Setiap hari keluarga ini memancing ikanuntuk tambahan lauk (kanan bawah).
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
29/39
56 57
Keterangan foto:
(Kanan atas dan tengah) Muara Sungai Cibanten dulunyamerupakan pusat kerajaan lama Banten.
Sisa peninggalannya dapat dilihat hingga sekarang.Antara lain: Komplek Keraton Kaibon yang dibangun pada
tahun 1832. Komplek ini terletak di Kampung Kroya,Kec.Kasemen, Kota Serang
(Kanan bawah) Sisa-sisa Komplek Keraton Surosowanyang dibangun pada masa pemerintahan Maulana
Hasanudin (1552-1570), dengan luas sekitar 3 ha.(sumber Riwayat Kesultanan Banten, 2006)
Keterangan foto:
(Kiri atas dan tengah) Sungai Cibanten bermuara di TelukBanten yaitu di Kampung Karang Mulya, Kec.Kesemen,Kota Serang
(Kiri luar) Kadi, pengrajin perahu di Kampung Tanggul,desa Banten, Kec.Kesemen, Kota Serang. Kayu perahudibawa dari Sumatera, dengan jenis kayu yang disebutMantruk. Beliau bisa menyelesaikan satu perahu dalamwaktu tiga bulan dan dijual dengan kisaran hargaRp 20-30 juta.
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
30/39
58 59
WS Ciliman-Cibungur
dalam foto
WS Cibaliung-Cisawarna
Sekilas
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
31/39
60 61
Keterangan foto:
Beberapa sungai yang termasuk dalamWS Ciliman-Cibungur
(Tengah) Sungai Cilamer yang sering banjir,Desa Curug Barang, Kecamatan Cipeucang,
Kabupaten Pandeglang.
(Kanan kedua) Dayat (45),rumahnya persis di sisi Sungai Cilemer diKampung Parakan Telu,
Desa Curug Barang, Kec.Cipeucang,Kab. Pandeglang
(Kiri dan kanan ketiga) Aliran Sungai Ciliman diKampung Tegalpapak, Kec.Pagelaran,
Kab. Pandegalang
(Kanan ke-empat) Situ Cikedal, Kec. Jiput, Kab.Pandeglangdengan luas genangan 21 hektar
(Kanan bawah) Muara Sungai Ciseukeut diKampung dan Desa Ciseukeut,
Kec. Panimbang
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
32/39
62 63
Keterangan foto:
Beberapa sungai yang termasuk dalamWS Cibaliung-Cisawarna
(Atas dan kanan ) warga Kampung Cibaliungmenggunakan aliran Sungai Cibaliunguntuk kegiatan mandi, cuci dan kakus.
Wajah anak-anak Kampung Cibaliung
Aliran Sungai Cibaliung
(Kiri) Sawah di Kec.Sumur. Daerah ini masuk kedalam DAS Cimanggu di WS. Cibaliung-
Cisawarna
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
33/39
64 65
LAMPIRAN
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
34/39
66 67
Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
(Pasal 1, PP 35 Tahun 1991)
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danauatau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
(Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Wilayah Sungai (WS)
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan
sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km2. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Wilayah Sungai
Menetapkan Wilayah Sungai yang terdiri dari satu atau
lebih Daerah Aliran Sungai (DAS) dan/atau pulau-pulau
kecil, yang meliputi
1. Wilayah Sungai Lintas Negara;
2. Wilayah Sungai Lintas Provinsi
3. Wilayah Sungai Strategis Nasional
4. Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota; dan
5. Wilayah Sungai Dalam Satu Kabupaten/Kota
(Pasal 1 Keputusan Presiden No 12 Tahun 2012)
Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, danpengendalian daya
rusak air. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka
dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Sejumlah Peraturan Perundang undangan (UU),
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah (Perda)
dan lainnya yang terkait dengan Pengelolaan
Sumber Daya Air WS 3 Ci antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;2. Undang-Und ang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
3. Undang-Und ang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air;
4. Undang-Und ang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan;
5. Undang-Und ang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Und ang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Unda ng Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerntah Pusat
dan Daerah;
8. Undang-Unda ng Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
9. Undang-Unda ng Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;10. Undang-Unda ng Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
11. Undang-Unda ng Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah;
12. Undang-Unda ng Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
13. Undang-Unda ng Nomor 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber
Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait
14. Peraturan Pemerinta h Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
15. Peraturan Pemerinta h Nomor 10 Tahun 2000
tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan
Ruang Wilayah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan;
17. Peraturan Pemerinta h Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan AirMinum;
18. Peraturan Pemerinta h Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (BLU);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara;
20. Peraturan Pemerinta h Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi;
21. Peraturan Pemerinta h Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, sertaPemanfaatan Hutan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan;
24. Peraturan Pemerinta h Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
25. Peraturan Pemerinta h Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
26. Peraturan Pemerinta h Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
27. Peraturan Pemerinta h Nomor 43 Tahun 2008
tentang Air Tanah;
28. Peraturan Pemerinta h Nomor 76 Tahun 2008
tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan;
29. Undang-Unda ng Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan30. Pertanian Pangan Berkelanjutan;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010
tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta II;
32. Peraturan Pemerinta h Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
33. Peraturan Pemerinta h Nomor 37 Tahun 2010
tentang Bendungan;
34. Peraturan Pemerint ah Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Berkelanjutan;
35. Peraturan Pemerint ah Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai;
36. Peraturan Pemerint ah Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
37. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011
tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber
Daya Air;
38. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.
39. Peraturan Pemerint ah Nomor 73 Tahun 2013tentang Rawa;
40. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011
tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
41. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012
tentang Penetapan Wilayah Sungai;
42. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
22/PRT/M/2009 tentang; Pedoman Teknis dan
Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air
43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/
PRT/M/2010 tentang Standar
44. Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang.
45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/
PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan
Detail Tata Ruang dan Peraturan ZonasiKabupaten/Kota;
46. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air;
47. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten Tahun 2010 2030;
48. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 2029.
Sumber: Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Cidanau-Ciujung-Cidurian, Kementerian pekerjaan
Umum, 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
35/39
68 6968 9
Pola Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (3Ci)
ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum pada
14 Februari 2014. Wilayah sungai ini termasuk
wilayah sungai lintas provinsi, meliputi Provinsi Banten
dan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan wilayah administrasi,
Wilayah 3 Ci ini meliputi lima kabupaten dan dua kota di
Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang, Pandeglang,
Serang, Lebak, serta Kota Serang dan Cilegon. Sedangkan
yang masuk ke dalam Provinsi jawa Barat a dalah wilayah
Kabupaten Bogor.
WS 3 Ci ini memiliki 34 DAS, dengan DAS terbesar adalah
DAS Cidanau, DAS Ciujung dan DAS Cidurian, dengan luas
total yaitu 412.518 ha.
Peta WS 3 CI
1. Cidanau
2. Cikalahi
3. Runteun Girang
4. Cilegok
5. Setu Lor
6. Kopomasjid
7. Kali Malang
8. Cigobang
9. Cicendo
10. Cigeblak11. Cikebeletes
12. Cibatu
13. Cinangsi
14. Cilasak
15. Cipetey
16. Caringin
17. Ciraginggang
18. Cinangka
19. Sumur
20. Bojonegoro
21. Candi
22. Cikebel
23. Cikubang
24. Cikaudau
25. Cibako
26. Cigisik
27. Cibanten
28. Cirangrang
29. Ciwaku
30. Cibunar
31. Ciujung
32. Cidurian
33. Cirumpak
34. Cipayeun
Sumber: Keppres No.
12 Tahun 2012, Pola
PSDA Cidanau-Ciujung-
Cidurian, 2014
DAS yang terdapat di WS 3
Misi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 3 Ci sebagai
berikut:
1. Menyelenggarakan konservasi sumber daya air secara
terpadu dan berkelanjutan dalam rangka menjaga
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya
tampung dan fungsi sumber daya air;
2. Mendayagunakan sumber daya air secara adildan merata melalui kegiatanpenatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan
dan pengusahaan sumber daya air, dengan
tetap memperhatikan kebutuhan air baku
ibukota NKRI;
3. Mengendalikan daya rusak air yang dilakukan
secara menyeluruh mencakupupaya
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan;
4. Menyelenggarakan pengelolaan sistem
infomasi sumber daya air secaraterpadu,
berkelanjutan dan mudah diakses oleh
masyarakat;
5. Menyelenggarakan pemberdayaan para
pemangku kepentingan sumber dayaair
secara terencana dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan sumber
daya air.
Sumber: Pola WS Cidanau-Ciujung-Cidurian, 2014
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
36/39
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
37/39
72 7372 3
Peta Batas DAS
WS Cibaliung-Cisawarna
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
38/39
74 7574 5
Dafar Alamat
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gedung Ditjen SDA Lantai 4
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7210395
Sub-dit Kelembagaan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gedung Ditjen SDA Lantai 6
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7265504
Capacity Development Technical Asisstance
(CDTA 7849-INO)
Gedung Ditjen SDA Lantai 8
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7229807
Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman
Provinsi Banten
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten(KP3B)
Jl. Syeh Nawawi Al Bantani, Palima, Serang, Banten
Tel : (0254) 267005
Fax : (0254) 267006
Email : [email protected]
Email PPIDP : [email protected]
Balai PSDA WS.Ciujung-Cidanau
Jl. Raya Sepang Km 2 Kota Serang, Banten
Balai PSDA WS.Cidurian-Cisadane
Jl. KS Tubun No.42 Koang Jaya,
Karawaci,Tangerang, Banten
Balai PSDA WS.Ciliman-Cisawarna
Jl. Malimping RT 001/ RW 01 Bolang - Lebak, Banten
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian
Jl. Raya Labuan Km.3 Kotak Pos 8,
Pandeglang, Banten
Tel: (0253) 201155
8/9/2019 LAPORAN FOTO Pengembangan Kapasitas SDA Provinsi Banten
39/39