31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat menurunnya gen-gen tertentu pada tingkat populasi. Pada populasi alami, keseimbangan frekuensi gen dipengaruhi oleh migrasi (imigrasi dan emigrasi), mutasi, seleksi alam, dan genetic drift. Pada tahun 1908 G.H. Hardy dan W. Weinberg secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam populasi. Dasar-dasar tersebut kemudian dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg. Hukum tersebut menyatakan bahwa dalam populasi yang seimbang, maka frekuensi gen dan genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya. Asumsi yang digunakan dalam menentukan hokum tersebut adalah apabila terjadi dalam populasi yang besar, terjadi perkawinan acak, tanpa mutasi atau migrasi atau seleksi alam, frekuensi gen dan genotip tetap, dan frekuensi alel jantan sama dengan frekuensi alel betina. 1.2 Tujuan Praktikum 1

laporan genetika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

genetika populasi

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGenetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat menurunnya gen-gen tertentu pada tingkat populasi. Pada populasi alami, keseimbangan frekuensi gen dipengaruhi oleh migrasi (imigrasi dan emigrasi), mutasi, seleksi alam, dan genetic drift.Pada tahun 1908 G.H. Hardy dan W. Weinberg secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam populasi. Dasar-dasar tersebut kemudian dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg. Hukum tersebut menyatakan bahwa dalam populasi yang seimbang, maka frekuensi gen dan genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya. Asumsi yang digunakan dalam menentukan hokum tersebut adalah apabila terjadi dalam populasi yang besar, terjadi perkawinan acak, tanpa mutasi atau migrasi atau seleksi alam, frekuensi gen dan genotip tetap, dan frekuensi alel jantan sama dengan frekuensi alel betina.

1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum genetika populasi ini adalah untuk mengetahui cara menghitung frekuensi gen, dan frekuensi allel, dengan menggunakan metode Hardy-Wenberg, dan membuktikan kebenaran dari metode Hardy-Wenberg.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Penurunan SifatIlmu yang mempelajari tentang sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi pada keturunannya disebut ilmu keturunan atau genetika. Seorang tokoh yang berjasa dalam mempelajari sifat-sifat yang diwariskan dari induk pada keturunannya ialah Gregor J. Mendel (1822 1884) sehingga ia dikenal sebagai bapak genetika. Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman kacang ercis atau kacang kapri (Pisum sativum). Adapun alasan Mendel menggunakan tanaman kacang ercis dalam percobaannya adalah:1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.4. Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.5. Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan. Pada tanaman keras atau hewan-hewan dengan daur hidup panjang seperti gajah, misalnya, suatu persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat dianalisis setelah kurun waktu yang sangat lama. Demikian pula, untuk mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia jelas tidak mungkin dilakukan percobaan persilangan. Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme semacam itu harus dianalisis menggunakan data hasil pengamatan langsung pada populasi yang ada. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika yang disebut genetika populasi. Ruang lingkup genetika populasi secara garis besar oleh beberapa penulis dikatakan terdiri atas dua bagian, yaitu deduksi prinsip-prinsip Mendel pada tingkat populasi, dan mekanisme pewarisan sifat kuantitatif (Ridwan,2011).Untuk mempelajari pola pewarisan sifat pada tingkat populasi terlebih dahulu perlu difahami pengertian populasi dalam arti genetika atau lazim disebut juga populasi Mendelian. Populasi mendelian ialah sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masing-masing akan memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen (gene pool), yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu di dalam populasi. Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh apabila kita mengetahui macam genotipe yang ada dan juga banyaknya masing-masing genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada.Frekuensi gen merupakan kuadrat frekuensi alel yang bertanggung jawab terhadap genotipnya. Frekuensi gen dapat dihitung dari frekuensi alel atau dari gen dengan aksi dominan lengkap, dimana hanya ada dua fenotipe dari tiga macam genotipe. Metode menghitung nya dengan menggunakan metode akar kuadrat.f(AA) = [f(AA)]= Frekuensi genotipe homozigot dominanf(Aa) = 2.f(AA).f(aa)= Frekuensi genotipe heterozigotf(aa) = [f(aa)]= Frekuensi genotipe homozigot resesifdimana f(aa) = f(AA) = 1Karena fenotipe heterozigot tidak bisa dibedakan dengan fenotipe homozigot yang dominan, maka frekuensi alel yang muncul hanya dua fenotipe. Kondisi yang di perlukan agar jumlah frekuensi dalam populasi tetap adalah keadaan yang seimbang, yaitu 1, dan didapat bertahan dari generasi ke generasi yaitu :1) Populasi terbatas 2) Persilangan bersifat acak3) Tidak terjadi migrasi4) Tidak terjadi mutasi pada anggota populasi5) Tidak terjadi seleksi diantara anggota populasiAdapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Dengan perkataan lain, dapat juga didefinisikan bahwa frekuensi genotipe adalah proporsi atau persentase individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam genotipe tertentu (Campbell, 2002).Hardy-Weinberg menyatakan bahwa bila suatu populasi dalam keadaan seimbang, maka baik frekuensi alel atau genotipe akan konstan dari generasi ke generasi. Selanjutnya temuan ilmuan itu disebut sebagai prinsip keseimbangan Hardy-Wenberg. Seperti diketahui, fenotipe yang berbeda sering kali mempunyai nilai ekonomis yang berbeda, dan apabila ini terjadi maka diharapkan untuk mengubah frekuensi dari alel-alel yang memproduksi fenotipe, peningkatan frekuensi alel tersebut mengontrol fenotipe yang diinginkan dan mengurangi alel yang tidak diinginkan. Jika alel yang diinginkan ditetapkan (f=100%) dan alel yang tidak diinginkan dihilangkan (f=100%), populasi akan menghasilkan galur murni dan akan berharga sepertibrood stok(Suryo,2005).

2.2 Genetika Populasi

Genetika populasi merupakan genetika kuantitatif sebagai pelengkap pemecahan masalah-masalah konstitusi genetika pada genetika mendel. Pengertian mengenai komposisi genetika pada populasi dan pemindahan gen dari suatu generasi ke generasi berikutnya sangat penting sehubungan dengan perubahan komposisi genetika pada populasi akibat seleksi alam maupun seleksi buatan. Saat ini genetika kuantitatif membantu dalam menentukan apakah suatu populasi mempunyai potensi untuk diseleksi mana yang paling efisien (Suryo 1992). Pola pewarisan gen dalam populasi berhubungan dengan frekuensi dan interaksi alal dalam suatu populasi Mendel (Mendel Population), yaitu suatu kelompok interbreeding dari suatu organisme yang masing-masing memiliki gene pool. Gene pool adalah jumlah dari semua alel yang berlainan dalam populasi. Gen-gen ini mempunyai hubungan dinamis dengan alel yang lainnya dan dengan lingkungan seperti seleksi mempunyai kecenderungan untuk mengubah frekuensi gen yang dapat menyebabkan evolusi dalam populasi.Hardy dan Weinberg (1908) adalah pakar matematika yang menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen di dalam populasi yang dikenal dengan prinsip equilbrium Hardy Weinberg. Hukum tersebut menyatakan bahwa frekuensi gen akan tetap dari generasi ke generasi seterusnya dalam populasi yang besar, keadaan populasi tersebar secara acak, tidak ada seleksi dan migrasi. Hukum ini ternyata mengikuti model matematis dengan rumus binomium (a + b) dimana memperlihatkan pemisahan dari sepasang alal tunggal (Aa) pada persilangan monohibrid dapat digambarkan sebagai berikut :(a + b) = (A + a) = 1 AA + 2 Aa + 1 aaPenggunaan istilah frekuensi gen yang ditinjau dari aspek genetika adalah sebagai berikut :Definisi frekuensi Gen :f (A) = Jumlah dari alel-alel AJumlah total semua alel dalam populasif (a) = jumalah dari alel-alel a Jumlah total semua alel dalam populasi

Aplikasi hukum Hardy Weinberg dala genetika ikan dapat diuraikan seperti di bawah ini:HUKUM HARDY WEINBERG (KONSEP GENE POOL)1) Dalam populasi persilangan acak (random mating), frekuensi genotif ditunjukkan oleh frekuensi gen.a. Jika frekuensi gen sebagai berikut :b. P = f (A) dan q f (a) dan p + q 1,c. Frekuensi genotif akan : p + 2 pq + q = 1a. A + 2 Aa + a =12) Jika frekuensi gen tetap konstan. Maka frekuensi genotip akan sama pada setiap generasi populasi tersebut dalam keseimbangan genetis (genetic equilibrium).Frekuensi gen barubah karena adanya mutasi, seleksi, dan migrasi. Dalam praktikum ini akan digunakan teknik peniruan untuk menjelaskan konsep-konsep utama dari pada populasi genetik, yaitu :1). Deskripsi genetika yang lengkap dari suatu populasi dapat dilakukan dengan mencatat satu persatu genotip yang ada dan frekuensi relatifnya. 2). Dalam menyusun pengertian frekuensi genetik : a. Frekuensi relatif dari alel-alel pada suatu lokus. b. sistem dari persilangan yang diperlikan untuk menerangkan secara sederhana penurunan secara mendel.Genetika populasi memiliki peran sebagai dasar untuk memetakan interaksi genetika antara individu besertakemungkinannya untuk melanjutkan generasinya secara berkelanjutan.Genetika populasiadalahbidang biologiyang mempelajari komposisi genetik populasi biologi, dan perubahan dalam komposisi genetik yang dihasilkan dari pengaruh berbagai faktor, termasuk seleksi alam.Genetika populasimengejar tujuan mereka dengan mengembangkan model matematis abstrak dinamika frekuensi gen, mencoba untuk mengambil kesimpulan dari model-model tentang pola-pola kemungkinan variasigenetika populasiyang sebenarnya, dan menguji kesimpulan terhadap data empiris. Genetika populasi terikat erat dengan studi tentangevolusidan seleksi alam, dan sering dianggap sebagai landasan teori Darwinisme modern. Ini karena seleksi alam merupakan salah satu faktor yang paling penting yang dapat mempengaruhi komposisi genetik populasi.Seleksi alamterjadi ketika beberapa varian dalam populasi-out mereproduksi varian lainnya, sebagai akibat karena lebih disesuaikan dengan lingkungan. Menganggap perbedaan kebugaran setidaknya sebagian karena perbedaan genetik, ini akan menyebabkan make up genetik populasi yang akan diubah dari waktu ke waktu.Dengan mempelajari model formal perubahan frekuensi gen padagenetika populasioleh karena itu berharap untuk menjelaskan proses evolusi, dan untuk memungkinkan konsekuensi dari hipotesis evolusi yang berbeda yang dapat dieksplorasi dalam cara yang tepat secara kuantitatif. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler, asspek genetika mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Aspek yang dimaksud masuk ke dalam ranah ilmu genetika yaitu clasical genetics, molecular genetics dan genetika populasi. Quantitative genetics yang membahas secara mendalam berbagai macam sifat kuantitatif seperti tinggi badan, berat badan, IQ, kepekaan terhadap penyakit, dan sebaginya masuk ke dalam ilmu genetika populasi. Ilmu genetika populasi pula yang mendukung teori evolusi yang dikemukaan oleh Charles Darwin 150 tahun lalu.Ilmugenetika populasiini menggunakan berbagai macam pendekatan statistik untuk membuktikan, menjelaskan atau mendeteksi adanya perubahan organisme dalam lingkungan oleh sebab adanya dorongan evolusi (evolutionary force). Dari sinilah lahir istilah Neo-Darwinism Dalam Neo-Darwinism, evolusi dideskripsikan sebagai perubahan frekuensi alel yang ada dalam populasi di tempat dan waktu tertentu oleh sebab adanya evolutionary force. Evolutionary force yang dimaksud di sini terdiri dari:1. Mutation, sebagai the building block of evolution, ia cenderung meningkatkan variasi genetis atau frekuensi alel yang menjadi subyek seleksi alam;2. Natural Selection, terdiri dari directional selection, stabilizing selection dan disruptive selection;3. Random genetic drift, yang cenderung menekan variasi genetis;4. Non-random mating yang meningkatkan homozigositas fenotip tanpa mempengaruhi frekuensi alel;5. Migration, yang mendorong kesamaan frekuensi alel antar populasi yang berbeda.Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau persentase genotipe tertentu di dalam suatugenetika populasi. Dengan perkataan lain, dapat juga didefinisikan bahwafrekuensi genotypeadalah proporsi atau persentase individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam genotipe tertentu.Di samping dengan melihat macam dan jumlah genotipenya, susunan genetika populasi dapat juga dideskripsi atas dasar keberadaan gennya. Hal ini karena populasi dalam arti genetika, seperti telah dikatakan di atas, bukan sekedar kumpulan individu, melainkan kumpulan individu yang dapat melangsungkan perkawinan sehingga terjadi transmisi gen dari generasi ke generasi. Dalam proses transmisi ini, genotipe tetua (parental) akan dibongkar dan dirakit kembali menjadi genotipe keturunannya melalui segregasi dan rekombinasi gen-gen yang dibawa oleh tiap gamet yang terbentuk, sementara gen-gen itu akan saling berkesinambungan.Dengan demikian, deskripsi susunan genetika populasi dilihat dari gen-gen yang terdapat di dalamnya sebenarnya justru lebih bermakna bila dibandingkan dengan tinjauan dari genotipenya.Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gen-gen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen, atau disebut juga frekuensi alel, yaitu proporsi atau persentase alel tertentu pada suatu lokus. Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan.Pada tanaman keras atau hewan-hewan dengan daur hidup panjang seperti gajah, misalnya, suatu persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat dianalisis setelah kurun waktu yang sangat lama. Demikian pula, untuk mempelajari pola pewarisan sifat tertentu padamanusiajelas tidak mungkin dilakukan percobaan persilangan. Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme semacam itu harus dianalisis menggunakan data hasil pengamatan langsung pada populasi yang ada. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika yang sering disebut dengan istilah yaitu genetika populasi.Genetika populasi mempunyai cakupan yang sangat luas karena melibatkan populasi suatu biotik dan abiotik. Dalam pembahasan masalah genetika populasi ekosistem menjadi tinjaun penting yang akan menghubungkan terjadinya perubahan suatu populasi akibat adanya adaptasi bahkan suatu mutasi dalam kerangka konsep evolusi.

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum genetika populasi ini dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu pada :Hari:JumatTanggal:7 November 2014 dan 14 Noveber 2014Pukul:08.00- 09.00 WIBTempat:Laboratorium MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran3.2 Alat dan Bahan3.3.2 Percobaan IAdapun alat yang digunakan dalam praktikum 1 genetika populasi ini adalah :1) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 32 buah, dan warna merah sebanyak 32 buah.2) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 32 buah, dan warna merah sebanyak 32 buah.3) Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum4) Kotak Punnet, Terdapat Dalam data hasil pengamatan.5) Kalkulator, Digunakan Untuk menghitung.

3.3.2 Percobaan IAdapun alat yang digunakan dalam praktikum 2 genetika populasi ini adalah :1) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 48 buah, dan warna merah sebanyak 16 buah.2) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 48 buah, dan warna merah sebanyak 16 buah.3) Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum4) Kotak Punnet, Terdapat Dalam data hasil pengamatan.5) Kalkulator, Digunakan Untuk menghitung.3.3 Prosedur Kerja3.1 Prosedur Praktikum3.3.1 Percobaan I1. Gunakan frekuensi gen p(A)=0.5 dan q(a)=0.52. Praktikan menghitung kancing sebanyak 64 buah terbagi atas 32 kancing hitam dan 32 kancing merah pada setiap toples3. Praktikan mengocok toples yang telah berisi kancing agar tercampur4. Praktikan mengambil satu per satu kancing dari setiap toples secara acak5. Praktikan mencatat hasil kancing yg terambil dan lalu mencatatnya pada tabel punet6. Praktikan mengulangi langkah 3-5 sebanyak 64 kali hingga tabel punet terisi penuh7. Praktikan menghitung jumlah alel dominan homozigot, resesif homozigot dan heterozigot menggunakan rumus kesetimbangan

3.3.2 Percobaan II1. Gunakan frekuensi gen p(A)=0.75 dan q(a)=0.252. Praktikan menghitung kancing sebanyak 64 buah terbagi atas 48 kancing hitam dan 16 kancing merah pada setiap toples3. Praktikan mengocok toples yang telah berisi kancing agar tercampur4. Praktikan mengambil satu per satu kancing dari setiap toples secara acak5. Praktikan mencatat hasil kancing yg terambil dan lalu mencatatnya pada tabel punet6. Praktikan mengulangi langkah 3-5 sebanyak 64 kali hingga tabel punet terisi penuh7. Praktikan menghitung jumlah alel dominan homozigot, resesif homozigot dan heterozigot menggunakan rumus kesetimbangan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum4.1.1 Percobaan Ip(A) = 0,5 dan q(a) = 0,5Jantan : kancing kecil- Warna hitam = A Warna pink = a Betina : kancing besar- Warna hitam = A Warna pink = aKotak punnet :AaaaaaAaAAaaAaaa

aaAaaaaaAAAAAaaa

AaAaAaaaAaAaAaAa

AAaaaaAaAaAaaaAA

AAAaAaaaAaAaAAaa

AaAaAaAAAaAaAaAa

aaAAAaaaAAAaAaaa

AaAAaaAAAaAAaaAa

AA = 13Aa = 32aa = 19 + = 64

4.1.2 Percobaan IIp(A) = 0,75 dan q(a) = 0,25Jantan : kancing kecil- Warna hitam = A Warna pink = a Betina : kancing besar- Warna hitam = A Warna pink = aKotak punnet :AaAaAaaaAaAaAAAA

AaAAAaAaAAAaAaAa

AaAaAaAaAAAaAAaa

AaAaAAAAAaAaAAAa

AAAAAaAaAaAAAaAa

AAAaAaAaAaAAAaAa

AAAAAAAaAAAaAaAA

AAAaAAAAAaAAAaAA

AA = 24Aa = 38aa = 2 + = 64

4.2 Analisis Data4.2.1 Percobaan IFrekuensi Alel:f (A) = = = = 0,453f (a) = = = = 0,547Frekuensi Genf (AA) = f (A)2 = (0,453)2 = 0,205f (Aa) = 2 x f (A) + f (a) = 2 x 0,453 + 0,547 = 0,496f (aa) = f (a)2 = (0,547)2 = 0,299f (AA) + f (Aa) + f (aa) = 0,205 + 0,496 + 0,299 = 1,0

4.2.2 Percobaan IIFrekuensi Alel:f (A) = = = = 0,672f (a) = = = = 0,328

Frekuensi Genf (AA) = f (A)2 = (0,672)2 = 0,452f (Aa) = 2 x f (A) + f (a) = 2 x 0,672 + 0,328 = 0,44f (aa) = f (a)2 = (0,328)2 = 0,108f (AA) + f (Aa) + f (aa) = 0,452 + 0,44 + 0,108 = 1,0

4.3 Pembahasan4.3.1 Percobaan IPada praktikum genetika populasi I dilakukan pengujian mengenai genetika populasi dan pewarisan sifat, pada pengujian kali ini dilakukan pengujian dengan pengambilan secara acak pada dua toples yang telah berisikan kancing. Pada toples 1, kancing yang disediakan terdiri dari kancing kecil yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 32 buah kancing kecil yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing kecil merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 32 buah. Kancing kecil merah dan kancing kecil hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 1, kancing kecil ini menunjukan jenis kelamin jantan, dengan warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif. . Pada toples 2, kancing yang disediakan terdiri dari kancing besar yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 32 buah kancing besar yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing besar merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 32 buah. Kancing besar merah dan kancing besar hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 2, kancing besar ini menunjukan jenis kelamin betina, dengan warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif.Pada praktikum kali ini dilakukan kegiatan praktikum populasi genetika dengan perbandingan p(a) adalah 0,5 dan q(a) adalah 0,5. Praktikum kali ini dilakukan perlakuan dengan pengambilan secara acak kancing dari kedua toples, perlakuan pengambilan secara acak ini dilakukan sebanyak 64 kali, sehingga didapatkan jumlah allel dominan heterozigot sebanyak 13 buah, allel heterozigotik sebanyak 32 buah dan allel reseif heterozigot sebanyak 19 buah.Setelah dilakukan perhitungan mengenai frekuensi allel dan frekuensi gen ternyata, dan setelah melakukan penambahan dan penjumlahan dari hasil dari f(AA), f(Aa), dan f(aa), ternyata hasil yang didapatkan adalah 1,0, hal ini penunjukan bahwa hasil dari pengambilan secara acak berhasil dilakukan, namun jika terjadi hasil yang kurang dari 1,0 atau bahkan dibawah 1,0 maka itu bias terjadi karena beberapa faktor.Faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada praktikum kali ini sehingga hasil penjumlahan dari frekuensi gen tidak genap 1 adalah dapat disebabkan oleh kesalahan pada saat melakukan kegiatan praktikum, kesalahan itu dapat berupa kesalahan dalam pengambilan kancing, atau keslahan dalam pengacakan pengambilan. Hasil 1 yang didapatkan dari penjumlahan jumlah allel adalah karena perbandingan yang dilakukan pada praktikum populasi genetika adalah p(a) = 0,5 dan q(a) = 0,5. Sehingga hasilnya pasti 1

4.3.2 Percobaan IIPada praktikum genetika populasi II dilakukan pengujian mengenai genetika populasi dan pewarisan sifat, pada pengujian kali ini dilakukan pengujian dengan pengambilan secara acak pada dua toples yang telah berisikan kancing. Pada toples 1, kancing yang disediakan terdiri dari kancing kecil yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 48 buah kancing kecil yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing kecil merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 16 buah. Kancing kecil merah dan kancing kecil hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 1, kancing kecil ini menunjukan jenis kelamin jantan, dengan warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif. . Pada toples 2, kancing yang disediakan terdiri dari kancing besar yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 48 buah kancing besar yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing besar merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 16 buah. Kancing besar merah dan kancing besar hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 2, kancing besar ini menunjukan jenis kelamin betina, dengan warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif.Pada praktikum kali ini dilakukan kegiatan praktikum II populasi genetika dengan perbandingan p(a) adalah 0,75 dan q(a) adalah 0,25. Praktikum kali ini dilakukan perlakuan dengan pengambilan secara acak kancing dari kedua toples, perlakuan pengambilan secara acak ini dilakukan sebanyak 64 kali, sehingga didapatkan jumlah allel dominan heterozigot sebanyak 24 buah, allel heterozigotik sebanyak 38 buah dan allel resesif heterozigot sebanyak 2 buah.Seperti halnya pada praktikum 1, setelah dilakukan perhitungan mengenai frekuensi allel dan frekuensi gen dan setelah didapatkan hasil, kemudian dilakukan penambahan dan penjumlahan dari hasil dari f(AA), f(Aa), dan f(aa), ternyata hasil yang didapatkan adalah 1,0, hal ini penunjukan bahwa hasil dari pengambilan secara acak berhasil dilakukan, namun jika terjadi hasil yang kurang dari 1,0 atau bahkan dibawah 1,0 maka itu bias terjadi karena beberapa faktor.Pada praktikum populasi genetika II ini didapatkan hasil yang baik atau senilai dengan 1,0, hasi 1,0 yang didapatkan dari penjumlahan jumlah allel adalah karena perbandingan yang dilakukan pada praktikum populasi genetika adalah p(a) = 0,75 dan q(a) = 0,25. Sehingga hasilnya pasti 1,0.Namun , jika terjadi hasil yang kurang dari 1,0 atau bahkan dibawah 1,0 maka itu bias terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada praktikum kali ini sehingga hasil penjumlahan dari frekuensi gen tidak genap 1 adalah dapat disebabkan oleh kesalahan pada saat melakukan kegiatan praktikum, kesalahan itu dapat berupa kesalahan dalam pengambilan kancing, atau kesalahan dalam pengacakan pengambilan.Dan dapat dianalisa bahwa kesalahan utama yang terjadi bukan karena hasil pembulatan, karena jika hasil tidak menunjukan nilai desimal atau tidak dilakukan pembulatan maka hasilnya akan tetap menunjukan 1,0, jadi faktor yang menyebabkan kesalahan adalah dalam hal proses pengambilan acak pada saat praktikum berlangsung, namun jika angka penunjukan nilai desimal maka lakukan pembulatan yang dapat menghasilkan angka 1 pada penjumlahan frekuensi gen.

4.3.3 Hubungan antara Praktikum I dan Praktikum IIPada praktikum I Maupun Praktikum II, ternyata hasil yang didapatkan dari penjumlahan masing-masing frekuensi gen, ternyata keduanya menghasilkan nilai 1,0. Hal ini sesuai dengan asas hardy-weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi gen pada setiap populasi akan bernilai konstan, yakni berada dalam suatu kesetimbangan dari suatu generasi ke generasi lain kecuali pengaru-pengaruh tertentu yang dapat menghambat kesetimabangan itu sendiri. Misalkan pada proses pengambilan secara acak pada toples.Pada praktikum I, allel yang banyak muncul adalah allel heterozigot, dan perbandingan antara allel homozigot dominan dan allel homozigot resesif hamper sama sebab perbandingan p(a) adalah 0,5 dan q(a) adalah 0,5 sehingga allel homozigot dominan dan allel homozigot resesif hamper sebanding. Sedangkan pada praktikum ke II allel yang banyak muncul adalah allel heterozigot, dan perbandingan antara allel homozigot dominan dan allel homozigot resesif jauh berbeda, hasilnya menunjukan bahwa allel homozigot dominan lebih banyak keluar dibandingkan allel homozigot resesif sebab perbandingan p(a) adalah 0,75 dan q(a) adalah 0,25 sehingga allel homozigot dominan banyak keluar disbanding allel homozigot resesif, terbukti bahwa pada saat praktikum, allel berwarna hitam lebih mendominasi dari pada allel berwarna merah. Allel pada gen memiliki hubungan yang dinamis dengan allel-allel lainnya dalam suatu populasi. Hal tersebut terbukti dengan adanya hukum hardy-weinberg yang menyatakan bahwa jumlah ferkuensi allel adalah seimbang atau sebanding.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanJadi kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum populasi genetika ini adalah bahwa, berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai Genetika Populasi ternyata dapat diketahui dengan menggunakan simulasi pengambilan secara acak pada kancing dan dapat dibuktikan. Hal ini dapat diketahui dari adanya Gene Pool yang dimiliki oleh suatu organisme. Dimana dalam Gene Pool tersebut terdapat alel berlainan yang mengatur variasi karakter pada gen. Gen tersebut satu dari induk jantan dan satu dari induk betina. Hasil yang didapatkan dari penjumlahan masing-masing frekuensi gen, ternyata keduanya menghasilkan nilai 1,0. Hal ini sesuai dengan asas hardy-weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi gen pada setiap populasi akan bernilai konstan, yakni berada dalam suatu kesetimbangan dari suatu generasi ke generasi lain kecuali pengaru-pengaruh tertentu yang dapat menghambat kesetimabangan itu sendiri. Misalkan pada proses pengambilan secara acak pada toples. Terbukti bahwa asas hokum hardy-weiberg menyatakan bahwa jumlah ferkuensi allel adalah seimbang atau sebanding.5.2 SaranSaat didapatkan hasil baik hasi dari frekuensi allel yang berupa f(A) dan f(a), ataupun hasil perhitungan frekuensi gen baik itu f(AA), f(Aa), Dan f(aa), harus dilakukan ketelitian dalam proses pembulatan, karena jika proses pembulatannya salah maka hasil yang didapatkan tidak akan menjadi 1,0 .

DAFTAR PUSTAKA

Ahluwalia, K.B.2009. Genetics.New AgeInternasional(p) Limited,Publisher.New Delhi : IX + 451 Halaman.

Poejadi.1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.

Isharmanto.blogspot.com/2009/11/hukum-hardy-weinberg.html. (Diakses pada tanggal 20 november 2014 Pukul 20.30 WIB)

21