43
PENGENALAN PT. GGP (Great Giant Pineapple) DAN PT GGLC (Great Giant Livestock) DI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH (Laporan Fieldtrip Bidik Misi) Oleh Heny Susanti 1014121109

laporan GGP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan ggp

Citation preview

Page 1: laporan GGP

PENGENALAN PT. GGP (Great Giant Pineapple) DAN PT GGLC (Great Giant Livestock)

DI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH(Laporan Fieldtrip Bidik Misi)

Oleh

Heny Susanti1014121109

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2013

Page 2: laporan GGP

I. PENDAHULUAN

Pelaksanaan pendidikan di dalam kampus dititikberatkan pada pengembangan

kreativitas, pembekalan dasar keahlian dan pengembangan wawasan keilmuan

akademik. Field trip merupakan kegiatan kunjungan lapang yang biasanya

dilakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan

materi perkuliahan. Kunjungan lapang dalam hal ini dimaksudkan untuk melihat

bagaimana kegiatan pertanian yang ada dilapangan. Field trip merupakan bagian

dari kegiatan yang berhubungan dengan akademik dan mendukung proses belajar

mahasiswa penerima Bidik Misi Fakultas Pertanian. Kegiatan ini bertujuan agar

mahasiswa tidak hanya mendapat pembelajaran dari kampus saja tetapi juga

didapatkan dari pengalaman di luar kampus sebagai penyempurnaan materi

perkuliahan. Selain mendapatkan materi dikampus, mahasiswa juga diharapkan

dapat belajar dari kondisi dilapangan.

Dalam kesempatan ini kami berkunjung ke perusahaan yang cukup besar yaitu

PT. Great Giant Pineapple (GGP) dan PT Great Giant Livestock (GGLC)

Lampung Tengah. PT GGP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

perkebunan dan pengalengan nanas. PT. GGP adalah perusahaan nanas kaleng

terbesar no 3 di dunia. Semua produknya di ekspor ke seluruh dunia. Produk

olahan nanas merupakan salah satu dari lima komoditas unggulan provinsi

lampung selain lada, kopi, udang beku, dan tapioca (BPS , 1999). Sedangkan PT

GGLC yaitu perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan sapi.

Dari perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maka semakin menambah

ilmu pengetahuan yang sangat berkaitan dengan disiplin ilmu yang kami pelajari.

Dengan adanya kegiatan seperti ini mahasiswa dapat mempelajari, memperoleh

informasi serta pengalaman tentang teknik budidaya tanaman buah nanas,

Page 3: laporan GGP

teknologi mutakhir dari budidaya tanamannya, management pengelolaan kebun

buah serta strategi pemasaran hasil panen buah yang diterapkan dilapangan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya kunjungan ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman buah nanas di

lapang.

2. Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik penggemukan sapi

3. Meningkatkan keterampilan serta wawasan mahasiswa terhadap kegiatan

pertanian di lapangan.

4. Mahasiswa mengetahui bagaimana management suatu perusahaan

PT.GGP dan GGLC Lampung.

Page 4: laporan GGP

II. ISI

II.1 Profil PT Great Giant Pineapple

PT.GGP terletak di Desa Terbanggi Besar, Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Secara geografis PT.GGP

berada di koordinat 4049’07” LS dan 105013’13” BT dengan ketinggian 46 dpl

sehingga PT.GGP termasuk daerah tropis.

PT.GGP sangat mengutamakan kepuasan konsumen maka dari itu semua proses

pengelolaan buah nanas segar di lakukan dengan sangat cermat dan higienis, di

dalam perkebunan PT.GGP. Dalam proses pengalengan nanas segar di lakukan

dengan sangat teliti, bahkan dapat di pastikan tidak ada satu kotoran pun yang ikut

masuk ke dalam kaleng nanas, hal tersebut di lakukan agar konsumen

mendapatkan kepuasan yang maximal. Misi dan Visi PT. GGP “Menjadi Mitra

Pilihan dan Terpercaya dalam buah olahan yang bermutu di Seluruh Dunia”.

PT.GGP memiliki areal seluas 32.000 hektar dan luas efektif tanaman nanas

20.000 hektar. Sedangkan sisa lahan yang lainnya di gunakan untuk

membudidayakan tanaman pisang, singkong, bambu dan sebagainya. Hal tersebut

dilakukan untuk menambah penghasilan dari PT.GGP dan juga dapat menambah

kesejahteraan karyawan PT.GGP.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat di daerah sekitar perkebunan dapat di

katakana cukup bervariasi di mana tingkat pendidikan terendah yang di peroleh

masyarakat sekitar adalah tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan pendidikan

tertinggi yang di peroleh masyarakat sekitar adalah tingkat Strata Dua (S2), dan

di tingkat pendapatan perkapita juga memiliki perbedaan yang sangat jauh untuk

pendapatan perkapita tertinggi sebesar Rp 5.900.000,- dan untuk pendapatan

perkapita terendah sebesar Rp 700.000,-. Namun meskipun perbedaan yang sangat

jauh di tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar tidak membuat

adanya jenjang sosial di antara mereka.

Page 5: laporan GGP

Jenis usaha yang mereka jalani yaitu menjadi karyawan di perkebunan nanas

Perusahaan sekitar 13.806 tenaga kerja, yang terdiri dari 3.370 karyawan tetap dan

sekitar 10.436 karyawan harian, dimana 257 orang diantaranya berpendidikan

sarjana (S1-S2) dan Diploma (data per juli 2007). Dengan jumlah pekerja laki-laki

sebesar 4312 orang dan jumlah pekerja perempuan sebesar 2676 orang. Dari

jumlah karyawan tersebut ada yang bekerja menjadi karyawan bulanan tetap dan

karyawan harian tetap dengan nama serikat pekerja SPSA (Serikat Pekerja

Seluruh Indonesia).

Buah nanas yang dipanen dari kebun akan diproses menjadi beberapa produk

olahan nanas. Setiap 1 ton buah nanas bisa di proses menjadi 23% nanas kaleng

40% juice/concentrate, 1,8% mill juice dan sisanya ampas.

Dalam operasional produksinya PT.GGP mengacu pada beberapa standard mutu

internasional yang berlaku di berbagai negara seperti:

1. SGF dari Asosiation For The Protection Of The Fruit Juice Industry

2. Quality Grade Conform to US FDA Standard

3. Quality Grade Conform to EO AIJIN,Eropa

4. Japan Agricultural Standard

Di samping itu perusahaan juga menerapkan beberapa sistem managemen seperti

Manufacturing Pratice, Food Safety Program, Total Productive Maintenance, Six

Sigma dan sebagainya dalam porses produksi sehingga mendukung kualitas

produk yang di hasilkan.

PT.GGP banyak meraih sertifikat system managemen mutu yang di antaranya

adalah

Sertifikat ISO dari Lloyd Register Quality Assurance, United Kingdom (1907)

Sertifikat SMKS (Sistem Management Keselamatan dan Kesehatan kerja) dari

Sucofindo (1999)

Sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dari Lloyd Register

Quality Assurance, United kingdom (2001)

Sertifikat SA 8000 (social accountability) dari Bureau Veritas Quality

Assurance (2001)

Sertifikat ISO 14001, versi 2004 Tentang Pengelolaan Lingkungan Tahun 2006

Page 6: laporan GGP

Penghargaan yang telah di raih PT.Great Giant Pineaple

1. Asian Management Award

2. Indonesian Export Award

3. Best Employer Award

4. Penghargaan Bendera emas SMKS dari pemerintah RI (2000)

5. Kategori Superior dari United States Departement Of Agriculture (2001)

6. Kategori Exellence dari SGS Eropa (2002)

7. Penghargaan Yasa Ayodha Adinugraha sebagai Perusahaan PMA

berprestasi Tahun 2002

2.1.1 Teknik budidaya nanas

Komoditas yang Diusahakan

Jenis

Jenis komoditi tanaman perkebunan yang dibudidayakan adalah tanaman nanas.

Varietas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis

golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen

(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun

panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan

Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).

Varietas kultivar nanas yang ditanam di perusahaan ini adalah golongan Smooth

cayene. varietas ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan yaitu buah yang

dihasilkan tidak berduri, memiliki kandungan air yang banyak, buahnya cepat

masak, dan buah berbentuk silinder sehingga pada saat diolah kedalam kaleng,

tidak banyak buah yang terbuang.

Smooth cayenne merupakan klon yang paling luas penanamannya di dunia.

Kultivar ini merupakan kelompok yang heterozigot. Ukuran daunnya bisa

mencapai 100 cm dengan lebar 6.5 cm. Bagian atas daun terdapat bintik-bintik

warna merah sedangkan bagian bawahnya berwarna putih keperakan. Kultivar

Page 7: laporan GGP

smooth cayennne daun nenas Smooth cayenne tidak berduri. Durinya hanya

terletak dibagian ujung daun.. buah berbentuk silinder dengan bobot antara 2.3-2.5

kg , berwarna kuning pucat hingga kuning (Veirheij dan Coronel, 1997).

Smooth cayenne memiliki beberapa kekurangan jika dikonsumsi segar antara lain

tingkat keasaman yang tinggi, asam ascorbat yang rendah, dan rasanya yang

kurang enak. Ada dua karakteristik dari Smooth cayenne yang tak diinginkan

apabila dijual sebagai buah konsumsi segar yaitu buah tidak menjadi masak atau

memperbaiki kualitas rasa setelah pemanenan dan kematangan buah yang sulit

dipahami dari perubahan warna kulit buah (Mohammed, 2004).

Smooth cayenne peka terhadap banayak serangan hama dan penyakit serta mudah

terjadi pencoklatan pada daging buah. Smooth cayenne mudah terkena penyakit

layu mealybug. Serangan kutu putih (mealybug) pada kultivar Smooth cayenne

merupakan penyakit pada nenas yang paling luas penyebarannya dan juga salah

satu penyakit yang paling merugikan.

Berdasarkan standart operasional nenas untuk jenis Smooth cayenne, jika di

kelaskan berdasarkan parameter diameter buah dibagi menjadi empat kelas yaitu,

untuk standar A ≥ 13 cm, standar B = 11- 12.9 cm, standar C = 10-10.9 cm dan

standar D ≤ 10 cm. Sementara jika mengacu pada Standar Nasional Indonesia

(SNI) No 10-2166-1992, ukuran buah nenas untuk Mutu I adalah seragam dengan

ukuran diameter minimal 9.5 cm dan Mutu II yang kurang seragam dan diameter

≤ 9.5 cm (Deptan, 2004). Ukuran buah di PT Great Giant Pineapple menggunakan

standar dari perusahaan mereka sendiri, Menyesuaikan dengan mesin yang

dimiliki

Tahun Tanam

PT GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979. Awal berdirinya perseroan yang

bergerak di bidang perkebunan dan pengalengan nenas ini dipelopori PT Umas

Jaya Farm. Pada awal berdirinya, budidaya nenas sempat ditunda karena pabrik

nenas yang rencananya didirikan di Way Halim sedangkan kebunnya sendiri di

Page 8: laporan GGP

lokasikan di Terbanggi Besar. Kini PT Great Giant Pineapple berada bersama

perusahaan agroindustri lainnya seperti PT Nusantara Trofical Fruit, PT Great

Giant Livestock, dibawah naungan PT Sewu Segar Group. Sebelum fokus di

bidang budidaya nenas, perusahaan ini pernah mencoba menanam komoditas lain

seperti papermin, singkong, semangka dan jagung. Tetapi dengan masih

banyaknya permasalahan yang tidak dapat diatasi secara maksimal serta kondisi

pasar yang kurang mendukung, akhirnya komoditas dialihkan kepada buah nenas.

Awal tahun 1979 penanaman nenas dimulai dengan menggunakan Varietas

Smooth cayenne. Pada tahun 1983-1984 PT GPP memulai pembangunan pabrik

pengolahan nenas. Operasional Perkebunan terintegrasi penuh dengan pabrik

pengalengan yang berada di tengah lokasi perkebunan. PT GGP mendorong untuk

pengembangan dan peningkatan mutu varietas nenas secara berkelanjutan melalui

budidaya nenas yang intensif. Selama lebih dari 20 tahun, PT Great Giant

Pineapple telah mengembangkan industri nenas untuk mencapai kualitas produk

yang sempurna. PT GGP telah menjadi pemimpin produsen nenas di Indonesia.

Sistem Jarak Tanam

Sistem penanaman yang sering digunakan dalam budidya nenas ada dua macam

yaitu single row dan double row. Namun pada PT. GGP ini sistem penanaman

yang dipakai ialah Single row yang menggunakan jarak tanam antar barisnya

sebesar 55 cm dan jarak tanam dalam barisnya 25 cm. Kedalaman tanam sekitar

14cm. Setelah menanam bibit nenas, tanah di sekitar bibit sebaiknya dipadatkan

agar bibit berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik.

Pembibitan dan Penanaman

Produksi yang baik dimulai dengan pemilihan bibit yang berkualitas. Berikut yang

termasuk kegiatan pembibitan dan penanaman adalah :

Sumber Bibit

Bibit yang digunakan di PT GGP adalah bibit yang berasal dari tanaman

sebelumnya yang telah selesai dipanen. Berdasarkan asalnya, bibit dibedakan

menjadi tiga yaitu sucker, crown dan macro section. Bibit sucker diperoleh dari

Page 9: laporan GGP

tanaman yang sudah dipanen yang dibiarkan selama 4 bulan agar muncul anakan.

Setelah tumbuh, anakan dari tanaman nenas dipotong dan dikumpulkan

berdasarkan kelas bibit. Bibit dari anakan inilah yang disebut bibit sucker. Bibit

crown adalah bibit yang berasal dari mahkota. Ketika proses panen berlangsung,

buah dan mahkota langsung dipisahkan. Mahkota dikumpulkan dipingggir plot

dan kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kelas bibit kemudian menjadi bibit

crown. Macro section adalah bibit yang berasal dari tunas yang tumbuh di batang

yang dipotong-potong kemudian ditumbuhkan di pembibitan, setelah 3-5 bulan

dilakukan pengkelasan bibit dan siap ditanam di lapang.

Seleksi Bibit

Bibit dari lokasi panen dibedakan menjadi 3 yaitu besar, sedang dan kecil. Bibit

sucker dibedakan ukurannya berdasarkan diameter bonggol, dan pembagiannya

adalah ukuran besar 4.2-5 cm, sedang 3.5-4.2 cm dan kecil 2.5-3.5 cm. Untuk

jenis crown dibedakan berdasarkan panjang bibit dan pembagiannya adalah crown

besar (3) 25-33 cm, crown sedang (4) 18-24 cm, crown kecil (5) 15- 17 cm, dan

crown kecil (6) 12-14 cm (keterangan: angka sesudah ukuran bibit menunjukan

kelas bibit). Untuk macro section dibedakan berdasarkan panjang bibit seperti

pada bibit crown. Setelah dibedakan berdasarkan ukuran bibit, bibit kemudian di

bedakan menjadi kelas bibit. Pembagian kelas bibit berdasarkan ukuran bibit dan

diberikan kode. Dengan adanya pengkelasan bibit, maka dimungkinkan pada satu

kebun ditanam jenis bibit yang berbeda tetapi masih dalam satu kelas yang sama.

Bibit yang telah dikelaskan kemudian dibawa ke pool dipping untuk dilakukan

seleksi dan pengkelasan kembali sebelum di lakukan proses dipping. Seleksi yang

dilakukan hanya sebatas pengecekan ulang hasil pengkelasan dilapang dengan

mengambil beberapa contoh dari bibit yang akan di dipping.

Dipping Bibit

Dipping adalah proses pemberian insektisida, fungisida dan bakterisida pada bibit

yang akan ditanam dengan cara dicelupkan pada kolam yang berisi larutan

insiktisida, fungisida dan bakterisida yang terdapat di mesin dipping. Seluruh

Bibit baik dari Crown, sucker maupun macro section sebelum dibawa ke lokasi

Page 10: laporan GGP

tanam, terlebih dahulu bibit di dipping (dicelupkan) pada larutan insektisida,

fungisida dan bakterisida untuk melindungi bibit dari serangan hama mealybug

dan cendawan (Pythopthora serta Thilaviopsis).

Tanam

Setelah bibit didipping, bibit ditransport ke lokasi tanam untuk ditanam. Kegiatan

tanam dilakukan secara manual dengan jarak tanam yang telah ditentukan.

LCC (Legume Cover Crops)

Legume Cover Crops pada tanaman nanas adalah coro pedang, kacang kedelai,

sorgum dan jagung. Adapun manfaat tanaman penutup tanah/legume cover crops

(LCC) adalah sebagai berikut: 

a. Menekan pertumbuhan gulma, sehingga dapat menghemat biaya

pengendalian gulma saat masih tanaman belum menghasilkan

b. Meningkatkan kandungan bahan organik tanah

c. Memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu aerasi dan menjaga kelembaban

tanah

d. Mencegah dan mengurangi erosi permukaan tanah

e. Mengikat (fiksasi) unsur hara Nitrogen dari udara, dengan demikian

memperkaya tanah dengan senyawa Nitrogen

f. Menekan  pertumbuhan hama dan penyakit tertentu

g. Diantara tanaman penutup tersebut jagung memiliki kandungan bahan

organik penyubur tanaman nanas yang paling banyak.

Bangunan Konservasi

Pembuatan Guludan

Tanah yang telah melalui beberapa proses dan siap digunakan, maka tahap

selanjutnya adalah pembuatan guludan. Pembuatan guludan digunakan sebagai

tempat penanaman. Alat yang digunakan yaitu Disk Ridger.

Saluran Drainase

Saluran air harus segera dibuat untuk beberapa keperluan diantaranya yaitu

sebagai alat penampungan air ketika terjadi kelebihan air terutama di musim hujan

Page 11: laporan GGP

karena tanaman nenas tidak toleran terhadap genangan dan juga cadangan air

ketika memasuki musim kemarau.

2.1.2 Pemeliharaan

Pemupukan

Kegiatan pemupukan pada tanaman nanas dilakukan dengan cara aplikasi manual

(aplikasi ditugal/pada pangkal bawah tanaman) yang menggunakan pupuk

komposit (urea, TSP dan Kiserit) dan pemupukan dengan menggunakan foliar

spray (pupuk daun dengan menggunakan unit Boom Spraying Cameco. Adapun

pupuk foliar yang digunakan yaitu pupuk yang dapat larut di air seperti urea,

K2SO4, MgSO4, FeSO4, ZnSO4, serta Borax

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan.

Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman

berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:

Pupuk NPK tablet (Pamafert)

Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet. Dosis anjuran satu

tablet tiap tanaman.

Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl

Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar.

Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.

Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125

kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha.

Irigasi

Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan

tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan /penyiraman

dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman

nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan

pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali.

Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan

buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari.

Page 12: laporan GGP

Air diperoleh dengan cara menyedot dari sungai/lebung/bendungan yang dekat

dengan tanaman lalu disiram dengan menggunakan alat siram.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Observasi di lapang didapatkan bahwa OPT yang paling mempengaruhi terhadap

pertumbuhan tanaman nanas yaitu gulma dan penyakit. Gulma yang tumbuh di

sekitar tanaman nanas didominasi oleh gulma jenis rumput-rumputan, tetapi jenis

gulma teki dan gulma berdaun lebar juga sangat banyak menyerang. Berdasarkan

pengamatan di lapang menunjukkan bahwa beberapa kebun dengan tingkat

serangan yang cukup parah seperti pertumbuhan gulma yang merata, melebihi

tinggi tanaman utama atau menutupi tajuk nenas membuat pertumbuhan tanaman

terganggu bahkan buah yang dihasilkan cenderung kecil, karena pertumbuhan

tanaman nanas tidak optimal akibat dari adanya persaingan cahaya, nutrisi dan

udara.

Tidak hanya menjadi pesaing bagi tanaman utama, gulma juga dapat menjadi

vektor penyakit dan virus dan gulma menyebabkan kehilangan hasil 21-42 %.

Beberapa gulma yang menyerang yaitu Panicum maximum, Paspalum

conjugatum, Cyperus rotundus, Erechtites valerianifolia, Hyptis rhomboidea,

Fassiflora foetida serangan penyakit juga mempengaruhi ukuran buah karena

pertumbuhan tanaman yang terganggu sehingga metabolisme tanaman tidak

optimal.

Penyakit yang banyak menyerang di kebun nanas milik PT Great Giant Pineapple

diantaranya layu mealybug, erwinia, dan phytoptora. Penyakit yang sangat

mempengaruhi ukuran buah yaitu penyakit layu mealybug. Ciri khas tanaman layu

mealybug adalah warna daun memerah, daun melengkung kebawah, layu mulai

dari ujungnya. Kegiatan pengendalian jasad pengganggu yang berupa tanaman dan

rumput baik yang berdaun lebar maupun yang berdaun sempit yang menjadi

pesaing tanaman nanas yang dibudidayakan meliputi Pre- emergence. Baik

sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi post-emergence (booster

herbisida) maupun aktivitas manual weding yang dilakukan dengan mencabut

gulma yang sudah tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.

Page 13: laporan GGP
Page 14: laporan GGP
Page 15: laporan GGP

2.1.3 Panen, pasca panen dan pemasaran

Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari

jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada

umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang

berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar

setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:

a. Mahkota buah terbuka.

b. Tangkai ubah mengkerut.

c. Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.

d. Warna bagian dasar buah kuning.

e. Timbul aroma nanas yang harum dan khas.

Kriteria Panen

Pemanenan buah nanas ini tergolong sangat lama dan membutuhkan waktu yang

lebih banyak dibandingkan dengan perkebunan lainnya. Perkebunan besar ini

memiliki kriteria pemanenan ada dua jenis :

1. Buah masak belum pada waktunya.

Terkadang dari sekian banyak lahan yang ditanami nanas ada bagian lahan

atau tanaman yang buah nanasnya sudah masak. Sehingga mau tidak mau

para pekerja harus memanen buah yang lebih dahulu masak. Otomatis

karena pemasakan yang tidak merata menyebabkan biaya yang dikeluarkan

lebih banyak lagi.

2. Buah masak serempak dan seragam

Keserempakan dan keseragaman pemasakan buah ini telah direncanakan

sebelumnya oleh manager pengelola usaha masing-masing lahan . Hal ini

memudahkan dalam pemanenan karena dengan keserempakan buah yang

telah masak ini dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemanenan

buah nanas yang masak belum waktunya.

Page 16: laporan GGP

Cara Panen

Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda

siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau

tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan

memar. Cara pemanenan ini pun ada dua jenis yaitu

Secara manual

Dengan menggunakan tenaga para pekerja, mereka mengumpulkan nanas yang

akan dipanen dan setelah dikumpulkan kemudian di masukkan ke dalam truk

mobil pengangkutan dan di bawa ke pabrik pengolahan.

Secara mekanis

Dengan menggunakan alat. Alat disini digunakan untuk pemilahan nanas.

Sehingga dengan menggunakan alat ini dapat dilakukan pemanenan dalam

jumlah yang besar.

Periode panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas

dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan

ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu

diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan

adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.

Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada

lahan yang baru.

Prakiraan Produksi

Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif

dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar,

tergantung jenis nanas dan sistem tanam.

Pasca panen

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.

Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang

memadai.

Page 17: laporan GGP

1. Pengumpulan

Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau

gudang sortasi.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau

mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah

berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat

kematangannya

3. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga

naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti

kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.

4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari

pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar

seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu

dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton

bergelombang. Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi

lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti

kemas secara teratur pada alat pengangkutan, buah nanas diangkut dan

dipasarkan ke tempat pemasaran.

Pemasaran

Setelah pemanenan buah nanas dari lahan perkebunan maka buah nanas dingkut

dan dibawa ke pabrik untuk tahap selanjutnya yaitu pengolahan. Sebelum tahap

pemasaran diperlukan proses pengolahan karena dalam pemasaran produk yang

dipasarkan dalam bentuk pengalengan.

Produk yang dipasarkan bukan berupa buah segar tapi melainkan buah yang

dikemas dalam pengalengan. Bentuk bentuk kemasan pengalengan:

Nanas koktil

Yaitu produk nanas yang dipotong kecil-kecil. Produk ini dibuat jika nanas yang

apabila ukuran nanas tidak sesuai dengan ukuran pengalengan yang ada.

Page 18: laporan GGP

Nanas bulat lingkaran

Yaitu nanas yang dproduksi dan diolah dalm bentuk lingkaran dan ditengahnya

berlubang.

Pemasaran hasil pengalengan nanas ini dikirimkan bukan ke daerah local, tetapi

pasaran pengalengan buah nanas ini hingga ke daratan Eropa, seperti Amerika,

dan Eropa. Dan di daratan Asia seperti Malaysia dan Singapura. Serta di dataran

Afrika. Penjualan ini dilakukan berdasarkan pemesanan konsumen di berbagai

daratan. Sehingga sudah adanya taken kontrak atau perjanjian sebelum produk di

dalam kemasan ini dipasarkan kesana.

Page 19: laporan GGP

II.2 Profil PT Great Giant Livestock

Perseroan Terbatas Great Giant Livestock Company (PT GGLC) merupakan

salah satu feedlotter di Indonesia yang memanfaatkan limbah kulit nanas sebagai

bahan pakan pokok dalam penggemukan sapi potong. Hal ini bermula dari

pemikiran untuk memanfaatkan limbah kulit nanas yang dihasilkan dari proses

pengalengan nanas oleh PT Great Giant Peneapple Company (PT GGPC) yang

mencapai 80 sampai 100 ton/hari. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun

1987 didirikan Divisi Penggemukan Sapi Potong (Cattle Project) yang secara

manajerial saat itu masih dibawah PT GGPC. Divisi ini kemudian melakukan uji

coba (Feedlot Project) penggemukan sapi jenis peranakan ongol (PO) dan bali

dengan limbah kulit nana sebagai pakan utamanya. Ternyata hasil dari uji coba ini

dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan sapi secara signifikan, sehingga

usaha penggemukan sapi potong semakin ditingkatkan dengan mengimpor sapi

bakalan dari Australia.

Lokasi penggemukan sapi potong PT GGLC terletak di areal PT GGPC yang

berlokasi di KM 77 Jl. Trans Sumatara Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

Perusahaan ini merupakan grup dari PT Gunung Sewu yang berkantor (pusat) di

Chase Plaza Tower Jl. Jendral Sudirman Jakarta. Luas areal yang dimiliki PT

GGLC ± 100 ha. yang berada di daerah pertanian dengan ketinggian 25 – 50

meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23 – 33 o C setiap tahunnya

dan kelembaban udara 89 % sepanjang tahun serta curah hujan rata-rata 2800

mm/tahun.

Perkembangan penggemukan sapi potong terus mengalami peningkatan, sehingga

pada akhir tahun 1989 total sapi yang dipelihara sudah mencapai 922 ekor.

Pemimpin perusahaan pada tanggal 6 Maret 1990 memutuskan, untuk Divisi

Penggemukan Sapi Potong yang selama ini merupakan salah satu bagian dari PT

GGPC dipisahkan dan menjadi badan hukum sendiri dengan nama PT Great Giant

Livestock Company (PT GGLC). Produk utama PT GGLC adalah ternak sapi

potong, selain itu PT GGLC juga memanfaatkan hasil turunan dari penggemukan

sapi berupa pengolahan limbah padat yang diolah menjadi pupuk organik siap

pakai. Produk organik ini dijual kepada masyarakat umum (petani) di daerah

Lampung, disamping itu juga dimanfaatkan untuk penyuburan tanah di areal

Page 20: laporan GGP

perusahan yang tergabung dalam grup Gunung Sewu. Selain produk turunan dari

penggemukan sapi, pada tahun 1999 PT GGLC juga melakukan diversifikasi

usaha yang masih terkait dengan pakan yaitu pengeringan kulit nanas. Hasil

pengeringan kulit nanas ini selain dikonsumsi sendiri oleh PT GGLC juga

diekspor ke negara Jepang. PT GGLC juga memiliki Program Kemitraan Plasma

Inti Rakyat (PIR), dimana PT GGLC sebagai inti dan peternak kecil sebagai

plasma yang mencakup 60 km dari lokasi perusahaan.

II.2.1 Produksi Ternak Sapi Potong PT GGLC

Sapi bakalan yang digemukan di PT GGLC sebagian besar adalah jenis sapi

Brahman Cross yang di impor dari Australia. Hal ini dikarenakan potensi bakalan

sapi lokal tidak mencukupi dalam jumlah banyak dan tidak sesuai dengan target

produksi perusahaan, selain itu sapi jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi

dan lebih mudah beradaptasi karena suhu udara atau cuaca di Indonesia tidak jauh

berbeda dengan cuaca negara asalnya yaitu Australia. Jenis sapi lain yang juga

digemukkan oleh PT GGLC adalah jenis sapi peranakan ongol (PO),

penggemukan sapi jenis ini dilakukan melalui program kemitraan PIR. Usaha

yang dilakukan oleh PT GGLC merupakan penggemukan sapi potong

dengan pola intensif. Fattening periode atau masa penggemukan yang dilakukan

oleh PT GGLC adalah 90 hari dengan tiga fase, yaitu (1) fase adaptasi (1-15 hari)

dimana sapi harus menyesuaikan diri terhadap pakan kulit nanas, (2) fase growing

(16-60 hari), dan (3) fase finishing (60-90 hari).

Kandang

Bangunan kandang yang digunakan adalah kandang permanen yang memiliki

kapasitas tampung 3m2/ekor dengan bobot badan sapi rata-rata 300 kg/ekor. Atap

bangunan kandang adalah sistem terbuka, tujuannya adalah menjaga sirkulasi udara,

pemberian atap dilakukan hanya untuk melindungi tempat pakan agar tidak

kehujanan. Lantai kandang dibuat miring dengan kemiringan rata-rata 10o dengan

tujuan untuk memudahkan cleaning (pembersihan lantai kandang). Lantai kandang

pada musim kemarau dialasi ampas tebu (bagas) dan dilakukan cleaning 7-10 hari

sekali, namun pada musim penghujan lantai kandang tidak dialasi bagas dan

dilakukan cleaning manual setiap hari.

Page 21: laporan GGP

Tujuan dari pemberian bagas pada lantai kandang adalah untuk mencegah resiko

patah kaki pada sapi. Lantai tempat pakan dibuat agak miring untuk memudahkan

sapi makan, sedangkan untuk tempat minum diberikan pelampung di atasnya dengan

tujuan untuk mencegah agar air tidak meluap dan juga agar bak air minum tidak

kosong.

Perawatan kandang dilakukan antara lain dengan cara membersihkan dan menguras

bak minum setiap hari. Pengelompokan populasi sapi dalam kandang

dikelompokkan menurut berat badan sapi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kecil

(250-300 kg/ekor), (2) sedang (301-450 kg/ekor), dan (3) besar (451-600

kg/ekor), selain itu juga dikelompokkan menurut jenis sapi yaitu sapi pejantan

afkir, jantan, betina dan betina afkir. Pengelompokkan menurut berat badan sapi

dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan dalam mengkonsumsi pakan.

Pengelompokan juga dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam seleksi sapi

selama proses penjualan.

Pakan

Ransum atau pakan yang diberikan terdiri dari kulit nanas sebagai bahan

pakan utama dan juga terdiri dari konsentrat dan rumput segar atau rumput gajah

(Pennisetum purpureum). Jumlah komposisi ransum yang diberikan berbeda

setiap hari, dan disesuaikan pada setiap fasenya. Komposisi pemberian ransum

pada ternak sapi potong. Kulit nanas yang diberikan harus difermentasi terlebih

dahulu minimal selama tujuh hari . Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kadar tingkat keasaman atau part of hidrogen (Ph) yang semula hanya 4

diharapkan mampu mendekati Ph netral yaitu 5-6. Selain ketiga bahan pakan

tersebut juga diberikan kulit nanas kering untuk merangsang sapi agar mau makan

dan juga diberikan bungkil kedelai untuk sapi fase adaptasi dengan tujuan untuk

meningkatkan kandungan protein dan pemberian kapur agar pakan tidak mudah

tengik. Pemberian pakan dilakukan lima kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.30;

10.00; 13.00; 16.00; 19.00 WIB dengan persentase masing-masing 20%.

Pengadukan ransum dilakukan di dalam weagon (truk pengaduk pakan) dan

jumlah pemberian per hari disesuaikan dengan umur penggemukan. Konsumsi

ransum paling tinggi adalah pada fase growing. Untuk mengontrol kebutuhan

Page 22: laporan GGP

pakan, maka dilakukan penimbangan terhadap pakan sisa, dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat palatabilitas pakan dan kondisi sapi.

Pemasaran

Saluran pemasaran menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari

tangan produsen (PT GGLC) sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan cakupan

wilayah, pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC meliputi Pulau Jawa dan

Sumatra. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di Pulau Jawa meliputi

wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di

Pulau Sumatra meliputi wilayah Bandar Jaya, Bandar Lampung, Medan,

Palembang dan Pekan Baru.

Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran dilakukan baik oleh produsen maupun lembaga pemasaran

yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC. Fungsi

pemasaran dilakukan dalam proses penyampaian ternak sapi potong dari produsen

sampai ke konsumen yang meliputi fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi

pemasaran yang dilakukan tidak selalu sama, baik dalam cakupan wilayah

maupun lembaga pemasaran yang terlibat. Fungsi pemasaran yang dilakukan

sesuai dengan nilai kegunaan yaitu waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan yang

diberikan terhadap komoditi ternak sapi potong hingga sampai ke tangan

konsumen.

Page 23: laporan GGP
Page 24: laporan GGP

III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Fieldtrip ini adalah :

1. Perusahaan GGP (Great Giant Pineapple) dan PT GGLC (Great Giant

Livestock) merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang

pertanian.

2. Managemen yang baik dengan tersistematis menjadikan kedua perusahaan

ini baik dari karyawan terbawah hingga atasan memiliki peranan masing-

masing yang mendukung.

3. Dari hasil Fieldtrip ini didapatkan banyak sekali pengetahuan khususnya

kami dengan disiplin ilmu pertanian serta pengalaman softskill yang

sangat berharga.

3.1 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan terkait dengan fieldtrip kali ini adalah :

1. Sebaiknya kegiatan fieldtrip tidak berakhir pada kesempatan ini saja tetapi

akan ada fieldtrip selanjutnya dengan objek tujuan yang berbeda sebagai

wadah penambahan wawasan serta pengalaman lapangan.

2. Kegiatan fieldtrip sebaiknya bukan hanya untuk satu jurusan saja tetapi

merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu dari setiap jurusan

agar fieldtrip dapat lebih efisien baik dalam hal waktu dan biaya.

3. Kegiatan fieldtrip sangat penting untuk meningkatkan kreativitas dan

menambah wawasan mengenai mata kuliah tertentu sehingga sebaiknya

kegiatan fieldtrip mendapat dukungan dan perhatian yang lebih dari pihak

universitas sehingga frekuensi fieldtrip dapat ditingkatkan

Page 25: laporan GGP
Page 26: laporan GGP

LAMPIRAN

Page 27: laporan GGP

Mahasiswa mengunjungi langsung ke area perkebunan nanas serta mendengarkan pejelasan dari pihak PT GGPC terkait budidaya nanas

Terdapat beberapa nanas yang terjadi penyimpangan dalam pertumbuhannya dan inilah yang menjadikan menariknya diskusi kami

Kunjungan kami ke Ternak sapi milik PT GGLC, terlihat bahwa petugas kandang sedang menjelaskan terkait ternak sapinya khususnya dalam penggemukan sapi

Page 28: laporan GGP

Pada perusahaan ini pula memiliki managemen dalam pengolahan limbah yang baik salah satunya limbah padat ( pupuk organik) seperti terlihat pada gambar

Hasil uji coba pupuk organik pada tanaman sawi dan jagung yang diterpkan di dekat kandang