Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENGUMPULAN DATA BASELINE
PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARIWISATA DI
KARIMUNJAWA
didukung oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmatnya, Pengumpulan data Baseline
Pengelolaan sampah dan Pariwisata di Karimunjawa ini dapat tercapai, pengumpulan data ini
melibatkan banyak pihak yang membantu, dan dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
mencari data-data tertulis.
Pada dewasa ini isu-isu tentang sampah sedang hangat, karena Indonesia menjadi peringkat no 2
sebagai penyumbang sampah,oleh karena itu pemerintah sedang melakukan inisiasi program
dalam mengurangi sampah sebanyak 70% pada tahun 2025. WWF-Indonesia melakukan
perannya melalui Plastic Free Ocean Program yang sejalan dengan inisiatif platform global
WWF. Program ini intinya bertujuan untuk mengurangi polusi sampah plastik di lautan
Indonesia terutama pada kawasan pariwisata utama, pesisir pantai, dan Marine Protected Areas
(MPAs) atau kawasan perlindungan laut.
Karimunjawa merupakan kepulauan yang berkembang dalam segi pariwisatanya hal ini
membawa dampak pada pertumbuhan sampahnya, yang mana akan menimbulkan permasalahan
yang serius bagi ekosistem laut dan biota lautnya. Oleh karena itu perlu adanya baseline agar
efektif dalam pengelolaannya.
Dengan terkumpulnya data Baseline ini yang nantinya dapat dijadikan mapping stakeholder
serta dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi permasalahan sampah yang ada di
Karimunjawa sehingga tercapainya tujuan dalam menggelola persempahan yang lebih baik dan
efektif.
Karimunjawa, November 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................................
1.3 Output/Keluaran .........................................................................................
1.4 Lingkup Kegiatan .....................................................................................
BAB 2 METODOLOGI STUDI .............................................................................
2.1 Metode Pengumpulan ...............................................................................
2.2 Survey .......................................................................................................
BAB 3 HASIL STUDI LAPANGAN ......................................................................
3.1 Data yang Dibutuhkan ..............................................................................
3.2 Hasil Perolehan Data ................................................................................
3.2.1 Sumber Sampah ................................................................................
3.2.2 Komposisi Sampah dan Timbulan Per-Area ....................................
3.2.3 Pewadahan Sampah ..........................................................................
3.2.4 Pemilahan Sampah ............................................................................
3.2.5 Pemrosesan Akhir .............................................................................
3.2.6 Deskripsi Partisipasi Masyarakat Terkait Pengelolaan Sampah ......
3.2.7 Deskripsi Kelembagaan Pengelolaan Sampah .................................
3.3 Pariwisata ...................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ..................................................................................................
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................
4.2 Saran .........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan marine mega-biodiversity tertinggi, yang dikenal dengan
istilah Coral Triangle. Saat ini, ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang
luas tersebut berada dalam kondisi bahaya, disebabkan oleh terakumulasinya sampah plastik lautan
yang banyak ditemukan di sepanjang garis pantai. Diperkirakan sekitar 1.3 juta ton sampah plastik
setiap tahun dialirkan ke perairan laut Indonesia, mengotori lingkungan sekaligus meningkatkan
resiko terperangkapnya fauna laut didalamnya. Sampah plastik yang terkena sinar matahari, terus
menerus terkena ombak dan pasang surut, menyebabkan plastik terdegradasi menjadi partikel-
partikel kecil atau mikro plastik yang tertelan oleh fauna laut. Kondisi ini menjadi peringatan bagi
pemerintah Indonesia bahwa menurunnya kualitas air dan kerusakan pada ekosistem laut
merupakan ancaman yang harus segera diselesaikan.
Sebagai upaya untuk mendukung tujuan dari pemerintah Indonesia dalam menurunkan 70% polusi
plastik lautan pada tahun 2025, WWF-Indonesia melakukan peranannya melalui Plastic Free
Ocean Program yang sejalan dengan inisiatif platform global WWF. Program ini pada intinya
bertujuan untuk mengurangi polusi sampah plastik di lautan Indonesia dengan memfokuskan pada
beberapa lokasi target, seperti kota, kawasan pariwisata utama, maupun Marine Protected Areas
(MPAs) atau kawasan perlindungan laut. Selama ini, pesisir pantai menjadi salah satu wilayah
terkena dampak dari keberadaan sampah lautan yang terdampar akibat pengaruh arah angin
maupun pasang surut air laut. Ketersediaan data dan informasi mengenai sampah plastik lautan
yang berbasis pada sains/ilmu sangatlah terbatas dan kalaupun ada seringkali sangat sulit untuk
diakses oleh publik.
Karimunjawa merupakan sebaran pulau-pulau kecil yang secara administrasi masuk dalam
kawasan Kabupaten Jepara. Pada dewasa ini Karimunjawa mulai mengalami peningkatan
kunjungan wisatawan hal ini perlu pengawasan agar tidak tejadinya kebocoran sampah maupun
pariwisata. Perlunya dorongan pemerintah untuk membuka destinasi baru di daerah-daerah baru
serta mendukung pariwisata yang berkelanjutan nantinya perlu dijadikan pedoman yang bagus
untuk memajukan pariwisata di Karimunjawa.
Dari pengembangan pariwisata tersebut tidak dapat dipungkiri akan membawa dampak terhadap
lingkungan ekosistem di Karimunjawa. Oleh sebab itu diperlukannya kajian yang lebih mendalam
guna untuk mengetahui dan memetakan masalah-masalah yang ada di Karimunjawa.
1.2 Tujuan
1. Mengumpulkan data-data primer sebagai baseline data terkait pengelolaan sampah dan
pariwisata bahari bertanggungjawab di wilayah-wilayah target.
2. Melakukan pemetaan stakeholder (stakeholder mapping) yang terlibat dalam pengelolaan
sampah pada wilayah-wilayah target, yang meliputi persoalan, ketertarikan/interest,
potensi, maupun keterlibatan dalam kegiatan.
1.3 Output/Keluaran
Dalam kegiatan studi ini nantinya diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi
masalah persampahan;
1. Tersedianya baseline data terkait pengelolaan sampah dan pariwisata bahari
bertanggungjawab pada wilayah Karimunjawa yang akan digunakan dalam menyusun
indikator sekaligus metodologi untuk mencapai target program.
2. Tersedianya hasil pemetaan terhadap para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
sampah dan pariwisata bahari bertanggungjawab pada wilayah-wilayah target untuk
mencapai target program.
1.4 Lingkup Kegiatan
Menyediakan gambaran umum kondisi dan pengelolaan sampah yang berlangsung di
Karimunjawa terkait peraturan, kelembagaan, pembiayaan, dan peran masyarakat.
Menyusun Strategi untuk aksi mengelola sampah yang meliputi peraturan, kelembagaan,
pembiayaan, dan peran masyarakat.
Membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah yang menjadi target menurunkan
jumlah sampah plastik lautan.
BAB 2 METODOLOGI
2.1 Metode Pengumpulan
Dalam mengumpulkan data-data Baseline ini menggunakan teknik wawancara kepada para
stakeholder yang terkait dengan pengelolaan persampahan dan menggunakan observasi secara
langsung untuk mengetahui kondisi aktual dilapangan.
BAB 3 HASIL STUDI LAPANGAN
3.1 Data yang Dibutuhkan
Pada tahap pengumpulan data awal ini membutuhkan data-data literatur, dan observasi dalam
menggambarkan kondisi aktual dilapangan, data yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1 Waste Classification; pengelompokan jenis sampah
2 Waste Generation per area (Regional); penghasilan sampah daerah (sumber, jenis,
besaran) penghasilan sampah per periode.
3 Governance; peranan pemerintah dalam pengelolaan sampah, kebijakan tentang
persampahan, SOP penanganan sampah.
4 Best Practic; penerapan 3R (Reduce-Reuse-Recycle), Pembersihan area per-periode,
Pengelompokan sampah sesuai jenis, penggunaan teknologi atau inovasi,
Implementasi kebijakan tentang sampah, Peraturan tentang sampah, Sosialisasi tentang
sampah.
5 Waste Facilities; Tersedianya tempat sampah disekitar, Tersedianya moda pengangkut
sampah, Tersedianya tempat penampungan sementara, Tersedianya tempat
pemrosesan akhir, Tata kelola (Jadwal, kebijakan, kelompok terkait).
6 Challenges; Perilaku masyarakat, Kendala pengelolaan sampah, dan Dampak sampah.
Data tersebut yang diperlukan guna untuk melakukan analisis dan memberikan gambaran tentang
pengelolaan sampah yang ada di Karimunjawa.
3.2 Hasil Perolehan Data
Persampahan
3.2.1 Sumber Sampah
Sumber sampah dihasilkan dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry dan
kawasan khusus serta fasilitas sosial. Seperti yang di sebutkan pada Perda Kabupaten Jepara No
3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Sampah yang mana setiap individu atau kelompok wajib
melakukan pengurangan sampah dan penangan sampah. pengurangan yang dimaksudkan yaitu
membatasi timbulan sampah, melakukan pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali sampah.
Penanganan sampah yang dimaksudkan meliputi mengumpulkan, memilah, dan mengolah
sampah di sumber sampah.
Untuk di Karimunjawa sesuai hasil wawancara dari LSM Pitulikur Pulo bahwa peningkatan
produksi sampah terjadi oleh aktivitas pariwisata yang terjadi disana, tidak dapat dipungkiri
bahwa sumber sampah yang timbul di karimunjawa berasal dari wisatawan itu sendiri. Perlu
adanya peraturan yang mengatur tentang wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa agar tidak
terjadinya penumpakan sampah secara berlebihan.
Selain itu sampah juga berasal dari laut yang mana pada musim-musim tertentu sampah tersebut
terbawa sampai di pesisir atau pantai, hal ini merupakan indikasi bahwa sampah-sampah tersebut
menumpuk di tengah laut yang terbawa oleh arus laut dan angin.
3.2.2 Komposisi Sampah dan Timbulan Per-Area
Untuk di Karimunjawa rata-rata timbulan sampah sebanyak 2,5 ton perbulannya dengan
komposisi 250kg sampah plastik dan sisanya sampah organik, hasil tersebut menurut perkiraan
hitungan dari anggota Yayasan Pitulikur Pulo. Titik-titik timbulan sampah terjadi di area Pasar,
rumah tangga dan pantai-pantai di bagian barat saat bulan-bulan tertentu. Dalam penanganan
timbulan tersebut perlu adanya filter sampah yang dibawa oleh wisatawan, karena wisatawan
juga membawa dampak pada jumlah timbulan sampah di Karimunjawa.
Pada waktu lalu sempat diadakan pendataan sampah di Karimunjawa, yakni di legon lele data
yang bias dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan survey lapangan dan pengolahan data sampah, diketahui bahwa sampah Legon Lele
2 lebih banyak dibandingkan Legon Lele 1. Informasi dari masyarakat sekitar, sampah yang ada
di Legon Lele merupakan sampah yang terbawa gelombang laut setiap angin timuran,
dikarenakan di sekitar Legon Lele tidak ada pemukiman dan hanya tempat kapal nelayan
bersandar.
Sampah ukuran meso di Legon Lele 1 didominasi oleh kantong plastik (kode PL07) dengan
presentase 28,04 % sedangkan sampah berukuran makro didominasi oleh kategori logam lainnya
(kode ME 10) dengan presentase 31,352 %. Berbeda dengan Legon Lele 1, sampah di lokasi
Legon Lele 2, baik ukuran meso dan makro didominasi oleh Paket Peralatan Minuman, Wadah
Makanan (PL 05) dengan 60,50 % dan 29,08%.
Kepadatan Sampah di Legon Lele 1 maupun Legon Lele 2 didominasi oleh sampah berukuran
makro (Legon Lele 1 = 4,32/m2, Legon Lele 2 = 5,360/m2) lebih besar dibandingkan sampah
meso (Legon Lele 1=1,60/m2, Legon Lele 2= 2,080/m2). Selengkapnya pada tabel berikut.
Kode Jenis
Berat per jenis
(kg)
Persentase
(%)
Kepadatan
(Jumlah/m²)
MESO MAKRO MESO MAKRO MESO MAKRO
RL 01 Tutup Botol dan Toples 0,000 0,06 0,00 3,592 0,000 0,960
PL 01 Tutup Botol 0,000 0,02 0,00 0,980 0,000 0,160
PL 02 Botol < 2L 0,000 0,03 0,00 2,025 0,000 0,160
PL 03 Botol > 2L, Jerigen, Drum 0,000 0,05 0,00 3,331 0,000 0,040
PL 04 Pisau, Sendok, Garpu, Sedotan 0,002 0,02 1,06 1,306 0,120 0,680
PL 05 Paket Peralatan Minuman dan Wadah Makanan 0,046 0,11 24,34 6,858 0,280 0,760
PL 06 Wadah Makanan Cepat Saji 0,004 0,01 2,12 0,718 0,040 0,120
Tabel, 3.1 Data Sampah Legon lele 1
Sumber: Laporan hasil pemantauan pantai Legon lele Desa Kapuran, Kecamatan Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Jawa tengah
Kode Jenis
Berat per jenis
(kg)
Persentase
(%)
Kepadatan
(Jumlah/m²)
MESO MAKRO MESO MAKRO MESO MAKRO
PL 01 Tutup Botol 0,000 0,022 0,000 0,38 0,000 0,280
PL 02 Botol <2L 0,000 0,161 0,000 2,81 0,000 0,320
PL 03 Botol>2L, Drum, Jerigen 0,000 0,309 0,000 5,39 0,000 0,040
PL 04 Pisau, Garpu, Sendok, Sedotan 0,000 0,008 0,000 0,14 0,000 0,480
PL 05 Paket Peralatan Minuman, Wadah Makanan 0,072 1,668 60,50 29,08 0,840 1,600
PL 06 Wadah Makanan Cepat Saji 0,003 0,228 2,521 3,98 0,200 1,200
PL 07 Kantong Plastik 0,033 0,381 27,731 6,64 1,000 0,680
PL 08 Mainan dan Perlengkapan Pesta 0,000 0,087 0,000 1,52 0,000 0,040
PL 10 Korek Rokok 0,000 0,025 0,000 0,44 0,000 0,080
PL 12 Jarum Suntik 0,000 0,013 0,000 0,23 0,000 0,040
PL 16 Terpal 0,011 1,636 9,244 28,53 0,040 0,160
PL 24 Bahan Plastik Lainnya 0,000 0,003 0,000 0,05 0,000 0,040
GC 02 Botol dan Toples 0,000 0,595 0,000 10,37 0,000 0,080
RB 02 Sol Sandal - Sepatu 0,000 0,028 0,000 0,49 0,000 0,080
RB 03 Sarung Tangan 0,000 0,293 0,000 5,11 0,000 0,040
OT 02 Alat Kebersihan (popok) 0,000 0,185 0,000 3,23 0,000 0,040
CL 04 Tali dan Tambang Kanvas 0,000 0,061 0,000 1,06 0,000 0,120
PL 07 Kantong Plastik 0,053 0,25 28,04 16,264 0,800 0,320
PL 08 Mainan dan Perlengkapan Acara 0,000 0,00 0,00 0,131 0,000 0,040
PL 19 Tali Tambang 0,025 0,11 13,23 7,250 0,160 0,400
GC 02 Botol Dan Toples 0,001 0,06 0,53 3,919 0,040 0,080
GC 07 Pecahan Kaca atau Keramik 0,000 0,01 0,00 0,327 0,000 0,040
RB 02 Sol sandal – Sepatu 0,023 0,15 12,17 9,798 0,080 0,080
RB 05 Ban dalam dan Lembaran Karet 0,000 0,03 0,00 1,764 0,000 0,080
OT 02 Alat Kebersihan (Sikat Gigi) 0,000 0,01 0,00 0,784 0,000 0,080
OT 03 Peralatan dan Elektronik 0,000 0,01 0,00 0,784 0,000 0,120
CL 03 Kanvas 0,000 0,08 0,00 5,095 0,000 0,040
CL 04 Tali dan Tambang Kanvas 0,023 0,01 12,17 0,327 0,040 0,040
CL 06 Kain lap dan Serbet 0,000 0,04 0,00 2,482 0,000 0,040
ME 10 Kategori Logam Lainnya 0,012 0,48 6,35 31,352 0,040 0,040
FP 02 Gelas dan Wadah Paket Makanan 0,000 0,01 0,00 0,914 0,000 0,040
JUMLAH 0,19 1,53 100 100 1,60 4,32
ME 03 Kaleng Alumunium 0,000 0,032 0,000 0,56 0,000 0,040
JUMLAH 0,119 5,735 100 100 2,080 5,360
Tabel, 3.2 Data Sampah Legon lele 2
Sumber: Laporan hasil pemantauan pantai Legon lele Desa Kapuran, Kecamatan Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Jawa tengah
3.2.3 Pewadahan Sampah
Untuk sistem pewadahan yang dipergunakan sudah cukup baik hanya saja bila dilihat dari bahan
dan sifatnya belum seragam, wadah sampah terbuat dari berbagai bahan. Ada yang bersifat
permanen drum/tong, dan ada pula yang tidak permanen berupa keranjang anyaman bambu, tong
plstik dan ban karet.
Jenis pewadahan yang digunakan untuk menampung sampah di Kabupaten Jepara berupa:
Tempat sampah plastik tertutup (bin)
Drum plastik bekas
Keranjang anyaman bambu
Kerangjang anyaman plastik
Kantong plastik
Tong plastik bekas cat
Bak sampah permanen (ukuran bervariasi)
Bin plat besi permanen
Kontainer komunal
Wadah tersebut memiliki status kepemilikan yang berbeda-beda, yakni sebagian milik
pemerintah daerah dan sebagian lagi milik pribadi masyarakat yang diadakan secara swadaya.
Untuk sistem pewadahan akan lebih baik jika ada pemilahan sampah organik dan anorganik yang
bisa dimanfaatkan lagi baik oleh rumah tangga, didaur ulang atau diambil oleh pemulung.
Dengan demikian diharapkan dapat mempermudah dalam pengolahan sampah pada proses
berikutnya serta timbulan sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi.
Berdasarkan SK SNI T-13-1990-F persyaratan bahan untuk pewadahan adalah tidak mudah
rusak dan kedap air, mudah untuk diperbaiki, ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh
masyarakat, mudah dan cepat dikosongkan. Jika dilihat dari jenisnya, diantara tong sampah dari
anyaman bambu, tong plastik dan ban bekas, maka wadah sampah dari ban bekas dan tong
plastik merupakan alternatif tong sampah yang paling baik.
Wadah sampah dari anyaman bambu juga kurang baik karena tidak kedap air, wadah sampah
model ini juga tidak tahan lama karena mudah lapuk terutama saat musim hujan. Wadah sampah
dari ban bekas memiliki kelebihan, yaitu kedap air dan dapat mengurangi lindi, ringan, tahan
lama, kemudian wadah sampah dari tong plastik juga memiliki kelebihan yaitu kedap air, ringan,
ekonomis, serta mudah diperoleh Oleh karena itu sebaiknya pewadahan menggunakan tong
sampah dari ban bekas atau tong dari plastik daripada daripada wadah yang lain. Untuk
mengantisipasi kekurangan jumlah wadah sampah di daerah pelayanan, masyarakat baik individu
maupun yang terkoordinir oleh RT/RW setempat menyediakan wadah sampah sendiri. Saat ini
banyak masyarakat yang sudah beralih pada wadah sampah anyaman plastik yang dianggap lebih
kuat dan tahan lama.
Penempatan wadah sampah sampah yang kurang tepat juga masih menjadi kebiasaan warga
dimana wadah sampah diletakkan dihalaman depan luar tetapi diluar pagar dan wadah dalam
keadaan tidak tetutup sehingga menyebabkan sampah sering tercecer jika tertiup angin. Untuk
sistem pewadahan akan lebih baik jika ada pemilahan sampah organik dan anorganik yang bisa
dimanfaatkan lagi baik oleh rumah tangga, didaur ulang, atau diambil oleh pemulung. Dengan
demikian diharapkan dapat mempermudah dalam pengolahan sampah pada proses berikutnya.
Untuk di Karimunjawa sendiri pewadahannya menggunakan bak-bak sampah yang disediakan
oleh desa yang kemudian setiap 3 kali dalam seminggu dilakukan pengangkutan ke TPS,
berhubung di Karimunjawa tidak boleh didirikan TPA.
Secara umum cara pengumpulan sampah yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut:
Tak langsung
Sampah diambil secara door to door atau dari sumber sampah ke sumber sampah lain dengan
menggunakan gerobak sampah kapasitas 1 m3. Selain dengan gerobak untuk beberapa kelurahan
sudah adanya motor roda tiga untuk mengambil sampah dari warga. Selanjutnya dikumpulkan di
TPS terdekat. Cara ini dilakukan di permukiman, jalan, perkantoran dan sebagian masyarakat
yang berdekatan dengan tranfer depo/TPS Container.
Langsung
Sistem ini berlaku untuk lingkungan permukiman yang berdekatan dengan daerah perdagangan,
pasar, dan pertokoan. Untuk permukiman dan pertokoan, sampah dikumpulkan di depan
rumah/toko atau dikumpulkan di TPS (container) terdekat tanpa menggunakan gerobak/sepeda
motor roda tiga. Kemudian sampah diangkut dengan truk pengangkut sampah. Cara ini berlaku
juga untuk pasar yang dekat dengan TPS.
Pola pengumpulan yang digunakan untuk permukiman adalah pola komunal dan door to door
dengan truk. Pola yang umum digunakan dalam sistem pengumpulan sampah untuk pemukiman
adalah pola komunal tidak langsung, dimana masyarakat langsung membawa sampah ke TPS
terdekat dengan bantuan pengumpul yang dibiayai oleh masyarakat setempat. Pengumpulan
sampah oleh masyarakat secara komunal biasanya dilakukan setiap pagi sebelum truk
pengangkut sampah membawa sampah dari TPS tersebut ke TPA, dengan demikian sampah
tidak tertumpuk lama di TPS. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat yang cukup besar.
Pola pengumpulan door to door dilakukan untuk permukiman yang teratur yang berada di
sepanjang jalan yang dilewati truk dan penyapu jalan (terutama jalan-jalan protokol), namun
terkadang pola pengumpulannya tetap mengunakan pola komunal, hal ini disebabkan juga
kurangnya sarana pengumpul seperti gerobak dan sepeda motor roda tiga, ini juga yang
menyebabkan pengumpul secara door to door tetap di lakukan dengan truk. Frekuensi
pengumpulan secara door to door (individual langsung) dengan menggunakan truk ini
disesuaikan dengan frekuensi pengangkutan sampah ke TPA oleh truk tersebut yaitu rata-rata 2
(dua ) rit per hari.
Pelayanan sampah pasar menggunakan metode pengumpulan tidak langsung, pengumpulan yang
dilakukan oleh petugas pasar yang dikumpulkan secara komunal di TPS dekat pasar kemudian
diangkut dengan Dump truk ke TPA. Frekuensi pengangkutan dilakukan setiap hari 2 kali pagi
dan sore.
Rumusan permasalahan dari sistem pengumpulan yang teridentifikasi sebagai berikut:
Pola pengumpulan secara individual langsung atau pengumpulan door to door dengan
menggunakan mobil dump truck tidaklah efisien secara bahan bakar. Karena selain
dibutuhkan jalan yang cukup lebar untuk kendaraan, juga menyebabkan gangguan bau
kurang sedap.
Baik ritasi motor sampah maupun truck sampah belum optimal. Idealnya untuk motor
sampah beroperasi dengan 3 ritasi/hari/unit dalam pengumpulan sampah. Sementara
untuk dump truck beroperasi dengan 3-4 ritasi/hari/unit.
Sarana pengangkutan yang digunakan di Karimunjawa berupa 2 motor roda tiga dan 1 gerobak
sampah yang mana perkiraan dalam sebulan menghasilkan 2,5 ton sampah. Dalam pengumpulan
tersebut dikerjakan oleh LSM serta dibantu oleh beberapa orang Dinas Lingkungan Hidup.
3.2.4 Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna mereduksi volume
dan memanfaatkan kembali sampah. Sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dipilah
berdasarkan jenisnya dari sampah organik yang mudah membusuk. Sampah yang telah dipilah
selanjutnya dapat diolah lebih lanjut atau dijual kepada pihak pemanfaat.
Sesuai yang dijelaskan pada Perda Kabupaten Jepara No 3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Sampah yang mana disitu dijelaskan untuk setiap individu melakukan pemilahan sampah pada
sumber sampah. namun untuk dilapangannya sampah yang terkumpul masih belum terpilah
benar-benar.
3.2.5 Pemrosesan Akhir
Saat ini untuk wilayah Pulau Karimunjawa belum memiliki Tempat Pemrosesan akhir (TPA)
sampah. hal ini menyebabkan eksisting masyarakat masih membuang sampah ke pantai atau
tanah kosong selain membakar sampah untuk sampah yang telah di kelola oleh Dinas Kebersihan
sampah dibuang di lahan kosong milik salah satu staf Dinas Kebersihan.
Tahun 2015 telah dilakukan pembebasan lahan di jalan dukuh alang-alang Kelurahan
Karimunjawa dengan lahan seluas 11.522m2. Direncanakan lokasi ini disiapkan untuk
pembangunan TPA.
Gambar, 3-1 Rencana lokasi TPA di Karimunjawa
3.2.6 Deskripsi Partisipasi Masyarakat Terkait Pengelolaan Sampah
Aspek peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam
pengelolaan persampahan. Data empiris di beberapa tempat menunjukkan bahwa tanpa pelibatan
peran serta masyarakat secara signifikan maka institusi pengelola tidak pernah dapat mengejar
kebutuhan pelayanan kota yang meningkat secara cepat. Hal ini hendaknya menjadi perhatian
utama dalam upaya meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah masa datang di wilayah
Kabupaten Jepara.
Melihat peran serta yang telah ditunjukkan oleh masyarakat saat ini sebagaimana diuraikan pada
bab sebelumnya, sebenarnya kondisi tersebut sudah sangat mendukung pelaksanaan pengelolaan
oleh institusi pengelola. Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa sebanyak 61.11% penduduk
bersedia membayar retribusi bila mendapatkan pelayanan. Pernyataan kesediaan membayar
retribusi yang berkisar Rp. 5.000,- s.d. Rp. 10.000,- (72.22% responden) tarif yang sama
dengan tarif retribusi yang ditetapkan dalam perda yaitu sebesar Rp. 5.000,-, Rp. 7.500,- dan Rp.
10.000,-. Hal ini menunjukkan adanya potensi partisipasi masyarakat yang belum tergarap.
Sementara itu, selain retribusi melalui kelompok masyarakat seperti GEMATI yakni pihak yang
digandeng untuk pengelolaan kebersihan terutama di pengangkutan dari warga ke TPA. Gemati
mendapatkan pemasukan dari penarikan retribusi. Retribusi mestinya 90% untuk pengelola dan
10% masuk kas daerah. Namun dalam kenyataannya angka 10% yang terserap untuk daerah
masih belum bisa dilaksanakan, karena hampir 100% retribusi masih masuk ke pengelola. Selain
itu juga ada kelompok masyarakat lainnya PAGUYUBAN RT/RW, yang merupakan paguyuban
yang dibentuk di setiap hierarki RT dan RW yang bertanggungjawab dalam pelayanan
kebersihan dan pengumpulan sampah. Pembagian retribusi yang ditawarkan oleh Pemerintah
Daerah adalah 70% untuk pengelola dan sisanya 30% terserap untuk kas daerah. Keterlibatan
masyarakat diatas tentunya positif bila dipandang dari aspek peran masyarakat, akan tetapi
terkait dengan besarnya biaya operasional di TPA yang mencapai Rp. 65.000 – Rp. 150.000/Ton
sampah yang dikelola, besaran biaya 10-30% yang diberikan ke kas daerah diatas tentunya akan
mengurangi pendapatan daerah untuk menutup biaya O&M di TPA.
Sementara dari upaya pembersihan lingkungan secara gotong royong, masyarakat di wilayah ini
cukup antusias mengikuti, baik yang dilaksanakan oleh UPTD TPA, BLH, maupun oleh pihak-
pihak lainnya kelompok masyarakat maupun LSM, seperti yang dilaksanakan di Pulau
Karimunjawa baru-baru ini dari berita online http://www.jaringnews.com/politik-
peristiwa/umum/58025/duh-taman-nasional-karimunjawa-tak-miliki-tpa.
Dari identifikasi diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam pengelolaan persampahan
di Kabupaten Jepara berdasarkan sub sistem Peran Serta Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi
sebagai berikut:
Sebagian besar pengelolaan persampahan berbasis masyarakat, peran pemerintah masih
besar (driven). Tidak berjalan bila tidak disubsidi. Kesadaran masih perlu dibentuk.
Lemahnya kesadaran masyarakat di sekitar kawasan pantai/laut, dan juga saluran/sungai
yang membuang sampah ke kawasan pantai/laut maupun saluran-saluran drainase dan
sungai, serta pihak pengelola sampah yang masih kurang baik mengelola sampah.
Terdapat potensi pelanggan yang belum dilayani, dan bersedia membayar sesuai tarif
yang ditetapkan dalam perda retribusi, yang belum dilayani.
Keterlibatan kelompok masyarakat dalam usaha pengumpulan dan pengangkutan sampah
ke TPA, lebih berorientasi kepada pendapatan. Sehingga kurang mendukung pengelolaan
persampahan secara umumdari segi pembiayaan, justru membebani operasional TPA.
3.2.7 Deskripsi Kelembagaan Pengelolaan Sampah
Dasar hukum organisasi dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Jepara diatur dalam Perda
Kabupaten Jepara No.17 tahun 2010. Sedangkan peraturan yang mengatur organisasi
pengelolaan kebersihan di Kabupaten Jepara adalah Peraturan Bupati Nomor 46 tahun
2010, sehingga dari aspek penanggung jawab dipegang oleh Kepala Dinas, sedangkan
dari tugas pokok/fungsi, struktur organisasi, pembagian tata kerja dan kewenangan sudah
dirinci dalam Perbup tersebut.
Untuk di Karimunjawa terdapat lembaga yang khusus bergerak menangani serta memberi inisiasi
tentang masalah persampahan. Pitulikur Pulo merupakan LSM lokal yang mewadahi.
Pariwisata
Dalam masalah kepariwisataan di Karimunjawa sudah berkembang dengan pesat, dengan
di dorongnya juga oleh Kemenpar.
Namun perlu adanya sosialisasi yang berbasis edukasi trip. Serta perlunya sinkronisasi
antara penyedia jasa dengan desa, agar nantinya penghasilan dari trip dapat masuk ke kas
desa.
Masih banyaknya penyedia jasa wisata yang belum memiliki izin, hal ini merupakan
kendala dari kesiapan suatu destinasi wisata.
HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) dibentuk guna untuk menyiapkan SDM yang
ada Karimunjawa untuk meningkatkan mutu dari suatu destinasi wisata.
Karena Karimunjawa memiliki daya tarik utama di underwater maka perlu adanya
edukasi trip yang ramah lingkungan.
Selain hal-hal ini perlu adanya peraturan yang mengatur dan menegaskan peraturan pariwisata di
Karimunjawa, sehingga pariwisata berkembang kearah yang berkelanjutan dan tidak hanya
menjadi destinasi pariwisata karena mengikuti trend yang sedang berkembang.
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara garis besar dalam pengelolaan sampah di Karimunjawa, sudah tergolong baik namun
perlu keberlanjutan pengelolaan di tingkat TPA/TPST guna untuk mengurangi jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan oleh wisatawan maupun oleh masyarakat.
Perlunya dukungan penuh dari pemerintah untuk menanggulangi sampah di Karimunjawa, serta
adanya filter sampah bagi para wisatawan untuk mengurangi jumlah timbul karena sampah
terbanyak dihasilkan dari wisatawannya.
Adanya peraturan yang resmi (legalitas perusahaan) dalam pengelolaan jasa wisata agar adanya
pemasukan bagi desa dan daerah. Serta edukasi trip yang ramah lingkungan untuk mendorong
keberlanjutan suatu kawasan yang dilindungi.
4.2 Saran
Dalam mencapai target pengurangan sampah 70% perlu adanya dukungan dari banyak pihak
yang terkait dengan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
Pemerintah khususnya yang menangani persampahan dapat menjadi supervisi bagi desa
dalam melaksanakan pengelolaan sampah.
Memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang dampak yang
ditimbulkan dari sampah
Adanya pendampingan dalam mengelola sampah.
Tersedianya data mengenai timbulan sampah per-periode.
Adanya pemilahan dan penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Dilakukan kajian pembatasan plastik kemasan dan sterofoam untuk mengurangi dampak
dari sampah yang sulit diurai oleh alam. Serta filter terhadap wisatawan yang akan
berkunjung ke Karimunjawa.
Untuk kelanjutan dari pengumpulan Baseline ini akan dilakukan analisis lanjutan oleh ti
ahli dari WWF-Indonesia yang nantinya akan ditentukan program yang tepat untuk
dijalankan.