42
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM IPA 1 Identifikasi Asam dan Basa Dengan Berbagai Indikator Oleh : Kelompok 1 Muhammad Irma Sunu D 13312241042/C Tika Nurcahyani 13312241047/C Masrifatul Ngaisah 13312241050/C Eka Septiyaningrum 13312241053/C Nugraha Febrianta 13312241067/C Annisa Nur Afifah 13312244033/C

Laporan IPA 1

  • Upload
    annisa

  • View
    298

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASAM BASA

Citation preview

Page 1: Laporan IPA 1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM IPA 1

Identifikasi Asam dan Basa Dengan Berbagai Indikator

Oleh :

Kelompok 1

Muhammad Irma Sunu D 13312241042/C

Tika Nurcahyani 13312241047/C

Masrifatul Ngaisah 13312241050/C

Eka Septiyaningrum 13312241053/C

Nugraha Febrianta 13312241067/C

Annisa Nur Afifah 13312244033/C

PRODI PEDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: Laporan IPA 1

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM IPA 1

Identifikasi Asam dan Basa Dengan Berbagai Indikator

Disusun oleh:

Muhammad Irma Sunu D 13312241042/C

Tika Nurcahyani 13312241047/C

Masrifatul Ngaisah 13312241050/C

Eka Septiyaningrum 13312241053/C

Nugraha Febrianta 13312241067/C

Annisa Nur Afifah 13312244033/C

Laporan praktikum ini telah disetujui dan disahkan

Pada tanggal …, ……………. 2014

Oleh

Asisten Pembimbing Dosen Pembimbing

Purwanti Widhi M.Pd

NIP.

Page 3: Laporan IPA 1

A. JUDUL

Identifikasi asam-basa dengan berbagai indikator.

B. TUJUAN

1. Mengidentifikasi larutan asam-basa dengan menggunakan indikator alami.

2. Mengidentifikasi larutan asam-basa dengan menggunakan indikator buatan.

3. Mengidentifikasi pH larutan asam-basa.

C. LATAR BELAKANG

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam

kehidupan sehari-hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya

asam cuka, asam sitrun, asam jawa, dan lain-lain. Kita juga mengenal berbagai zat yang

bisa digolongkan sebgai basa, misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, dan lain.lain.

Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan ke dalam tiga

golongan, yaitu bersifat asam, basa, dan netral. Meskipun asam dan basa mempunyai rasa

yang berbeda, tidaklah bijaksana untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan dengan

cara mencicipinya, karena banyak diantaranya yang dapat merusak kulit atau bersifat

racun.

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa, salah satunya dapat

menggunakan indikator asam-basa. Indikator asam- basa adalah zat yang mengalami

perubahan warna dalam larutan dengan sifat yang berbeda. Indikator asam-basa ada yang

berupa indikator alami dan indikator buatan.

D. DASAR TEORI

a. Asam

Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum

merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan

pH  lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat

memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima

pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam

reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan

dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya

berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat

berbahaya dan tidak dianjurkan (Brandy, 1994).

Page 4: Laporan IPA 1

Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang

sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda),

atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam.

Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam

yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis

(Brandy, 1994).

Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan

konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali

dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat

larut dalam air (Brandy, 1994).

Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa.

Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugasi.

Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat

yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius) (Brandy, 1994).

Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa.

Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak

mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi

Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat

menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari

orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari

asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan (Brandy, 1994).

NamaRumus

molekulTerdapat dalam

Asam asetat 

Asam askorbat

Asam sitrat

Asam karbonat

CH3COOH 

C6H8O6

C6H8O7

H2CO3

Cuka dapur 

Jeruk, tomat, sayuran

Jeruk atau vitamin C

Minuman berkarbonasi

Page 5: Laporan IPA 1

Asam klorida

Asam nitrat

Asam fosfat

Asam tartrat

Asam malat

Asam format

Asam laktat

Asam benzoat

HCl

HNO3

H3PO4

C4H6O6

C4H6O5

HCOOH

C3H6O3

C6H5COOH

Asam lambung

Pupuk

Deterjen, pupuk

Anggur

Apel

Sengatan lebah

Keju

Bahan pengawet makanan

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

Nilai pH < 7

Rasa : masam ketika dilarutkan dalam air.

Sentuhan : asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam

kuat.

Kereaktifan : asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap

logam.

Hantaran listrik : asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.

b. Basa

Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam

pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di

alam, asam ditemukan dalam buah-buahan. Dalam  kimia, istilah asam memiliki arti yang

lebih khusus (Brandy, 1994)..

Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidroksida

[OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik (Brandy, 1994)..

Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang

memiliki pH lebih dari 7. Kostikmerupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita

Page 6: Laporan IPA 1

menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk

kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan

basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan

dan konsentrasi larutan basa tersebut (Brandy, 1994)..

Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air

Ca(OH)2 (aq) + H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

Nilai pH > 7

Mengubah warna lakmus merah menjadi biru

Rasa : pahit

Sentuhan : licin (diakibatkan korosif lemak pada permukaan kulit)

Kereaktifan : Basa kuat bersifat Kostic (kulit terasa terbakar atau korosif oleh cairan

kimia)

Hantaran listrik: Larutan Basa pada air akan membentuk ion sehingga merupakan larutan

elektrolit

c. Indikator Asam dan Basa

Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah

indikator buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa

buatan dan indikator asam-basa alami. 

1. Indikator Buatan

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau

pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari

lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia sehingga

akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun basa.

Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang

mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein

(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus (Khopkar, 1990).

Lakmus adalah sejenis zat yang di peroleh dari jenis lumut kerak/liken (Rocella

tinctoria), suatu simbiosis jamur dan alga. Lakmus yang banyak digunakan dalam

laboratorium-laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam bentuk kertas. Sebagai

Page 7: Laporan IPA 1

indikator asam-basa, lakmus memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah sebagai berikut

(Khopkar, 1990):

Lakmus dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam

maupun basa. Warna yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus

akan berwarna merah dalam larutan asam dan akan berwarna biru dalam

larutan basa.

Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara bebas, sehingga dapat

bertahan lama.

Lakmus mudah di serap oleh kertas, sehingga di gunakan dalam bentuk kertas

lakmus (agar zat lebih mudah meresap)

Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas lakmus merah & kertas lakmus

biru.

Semua zat tergolong asam apabila :

lakmus biru berubah menjadi merah, atau

lakmus merah tidak berubah warna

Semua zat tergolong basa apabila :

lakmus merah menjadi biru, atau

lakmus biru tidak berubah warna

Indikator Asam Basa

Nama Indikator Dalam Basa Dalam Asam

Lakmus

Metil merah

Fenolftalen

Brom timol biru

biru

kuning

merah

biru

merah

merah

tak berwarna

kuning

Selain lakmus, dalam laboratorium kimia juga masih banyak lagi indikator asam-basa

buatan antara lain fenolftalen, metil merah dan brom timol biru. Fenolftalen dalam larutan

asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa berubah menjadi warna

merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna merah sedangkan dalam larutan basa

berwarna kuning (Sudjana, 2007).

Page 8: Laporan IPA 1

Indikator asam basa buatan: indikator yang dibuat di laboratorium, indikator buatan

ada yang berbentuk cair dan kertas.

Perubahan Warna dan rentang pH indikator buatan dalam larutan Asam dan Basa

Indikator Wujud Asam Basa Rentang pH

Lakmus Kertas Merah Biru 5,5 – 8,0

Metil jingga Cair Merah Kuning 3,1 – 4,4

Metil merah Cair Merah Kuning 4,4 – 6,2

Bromtimol biru Cair Kuning Biru 6,0 – 7,6

Fenolftalein CairTidak

berwarnaMerah 8,3 – 10,0

Baik indikator buatan maupun alami digunakan untuk mengindikasi (mengetahui) ada

tidaknya asam atau basa dalam sampel.

Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam

kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkandalam

udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas nlakmus biru.kertas lakmus biru pada larutan yang

bersifat basa akan tetap biru , karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi

dengan anion (OH-) (Khopkar, 1990).

Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas

lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya

menjadi merah (Khopkar, 1990).

Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila

kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap

merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan,

apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang

berwarna biru akan kembali terbentuk (Khopkar, 1990).

2. Indikator Alam

Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam

larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian

asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-

umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis

Page 9: Laporan IPA 1

tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah

dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan

berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau (Vogel, 1985).

Indikator asam basa alami: indikator yang berasal dair bahan-bahan alami, cara

memperolehnya dengan mengekstrak.

Perubahan Warna dari Ekstrak Tanaman dalam Larutan Asam dan Basa

Ekstrak tanaman Warna asliPerubahan warna dlm

larutan asam

Perubahan warna

dlm larutan basa

Kubis merahUngu/merah

lembayungMerah muda Hijau

Bunga sepatu Merah tua Merah Kuning

Bunga mawar Merah muda Merah muda Hijau

Bayam merah Merah Merah muda Kuning

Geranium Merah Jingga tua/orange Kuning

Kunyit Jingga tua/orange Kuning Merah

Bunga pacar Jingga tua/orange Merah kuning

3. Membuat Indikator Asam-Basa Alami

Indikator asam-basa yang baik adalah zat warna yang memberi warna berbeda dalam

larutan asam dan larutan basa. Bagimanakah cara membuat indikator alami? Di bawah ini,

beberapa cara pembuatan indikator alami dengan menggunakan bunga sepatu, bunga

hidrangea, kol merah, kunyit, dan bayam merah (Vogel, 1985).

1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga sepatu

Pilihlah beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dari bunga sepatu.

Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.

Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.

2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga Hidrangea

Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea

Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.

Page 10: Laporan IPA 1

Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.

3. Cara pembuatan indikator alami dari kol merah

Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar

Rebus selama 10 menit

Biarkan air kol merah menjadi dingin

Saring dalam toples besar

4. Cara pembuatan indikator alami dari kunyit

Parut kunyit yang telah dibersihkan

Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok

kecil

5.      Cara pembuatan indikator alami dari bayam merah

Bayam merah diiris kecil-kecil, rendam dalam air suling yang sudah

dipanaskan,

Di tunggu sampai air berwarna ungu.

Saring dan diamkan dalam suhu ruang sampai dingin.

Indikator dapat disimpan dalam lemari es jika tidak digunakan

(Tim Pengajar, 2012)

E. METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Tempat dan Waktu Praktikum:

Tempat : Laboratorium IPA-2 FMIPA UNY

Waktu : Rabu, 12 November 2014

Jam : 13.00-14.40

2. Bentuk kegiatan : Pengujian sifat asam basa

3. Alat dan Bahan :

I. Alat : Gunting, pipet, plat (lempeng) tetes,

II. Bahan : Lakmus merah dan biru, kertas indikator alami, larutan

A,B,C,D,E,F, G, dan H

Page 11: Laporan IPA 1

4. Prosedur Kerja

Mulai menguji sifat asam dan basa dari tiap larutan dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru

Mengukur pH tiap larutan tersebut

Menguji lagi sifat asam dan basa tiap larutan, dengan menggunakan kertas indikator alami

Menetesi tiap lubang plat tetesdengan laruan A,B,C,D,E,F,G dan H menggunakan pipet

Menyiapkan alat dan bahan

Mencatat semua hasil pengamatan pada data hasil pengamatan

Page 12: Laporan IPA 1

F. DATA HASIL PENGAMATAN

No.Nama

LarutanpH

Warna pada IndikatorLakmus Merah

Lakmus Biru

KunyitRhoeo

discolorSecang

1. A 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

2. B 12 Biru Biru Merah Hijau Merah

3. C 3 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

4. D 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

5. E 9 Biru Biru Merah Hijau Merah

6. F 14 Biru Biru Merah Hijau Merah

7. G 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

8. H 8 Merah Merah Kuning muda Hijau Kuning

Keterangan tambahan :

Terdapat degradasi warna pada perubahan warna indikator Rhoeo discolor. Contohnya pada larutan A, warna merah mudanya tidak terlalu nampak (+). Sedangkan pada larutan C, warna merah mudanya lebih terlihat daripada warna merah muda pada larutan A (++). Kemudaian pada larutan D, warna merah muda lebih terlihat jelas dari pada larutan C, sehingga bernilai (+++).

G. PEMBAHASAN

Percobaan IPA I mengenai indikator asam basa ini telah kami laksanakan pada hari

Rabu, tanggal 5 November, tahun 2014. Adapun tempat pelaksanaan percobaan ini adalah

ruang Laboratorium IPA II, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Yogyakarta.

Seperti yang terlihat pada judul percobaan, tujuan dari percobaan IPA I kali ini adalah

untuk mengenal berbagai macam indikator asam-basa, baik alami maupun buatan. Selain itu,

tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat larutan dengan pengujian

menggunakan indikator asam-basa, ditunjau dari perubahan warnanya. Lalu tujuan yang

terakhir adalah untuk mengetahui derajat keasaman berbagai macam larutan dengan

pengujian menggunakan indikator universal. Oleh karena itu, maka setelah melakukan

percobaan ini, praktikan (mahasiswa) diharapkan untuk dapat mengukur derajad keasaman

larutan tertentu, mengetahui sifat-sifat larutan dengan pengujian menggunakan indikator

Page 13: Laporan IPA 1

alami dan buatan, serta mengetahui perubahan-perubahan warna yang menjadi indikasi suatu

sifat larutan.

Adapun peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang praktikum kali ini,

yaitu : Larutan A untuk diuji, larutan B untuk diuji, larutan C untuk diuji, larutan D untuk

diuji, larutan E untuk diuji, larutan F untuk diuji, larutan G untuk diuji, larutan H untuk

diuji, pipet tetes untuk mengambil larutan, kertas lakmus merah untuk menguji, kertas

lakmus biru untuk menguji, indikator universal untuk mengetahui derajad keasaman, kertas

indikator kunyit untuk menguji, kertas indikator secang untuk menguji, kertas indikator

Rhoeo discolor untuk menguji, tisu untuk mengeringkan larutan yang sudah tidak dipakai

supaya terhindar dari kontaminasi, kamera untuk mendokumentasikan percobaan, alat tulis

untuk mencatat data hasil percobaan, dan lumpang sebagai tempat larutan yang akan diuji

keasamannya.

Gambar kertas lakmus merah

Sumber : http://prodiipa.wordpress.com

Gambar kertas lakmus biru

Sumber : http://prodiipa.wordpress.com

Sebelum melakukan percobaan tersebut, peralatan yang hendak digunakan dibersihkan

terlebih dahulu. Apabila masih ada air ataupun larutan sisa dari percobaan sebelumnya,

maka harus dikeringkan supaya tidak menimbulkan kontaminasi pada bahan yang akan diuji.

Bahan-bahan yang diperlukan terlebih dahulu disediakan. Kertas indikator alami yang

digunakan dalam percobaan ini merupakan kertas indikator yang telah dibuat pada

Page 14: Laporan IPA 1

percobaan sebelumnya. Sebagian dari kertas indikator tersebut terdapat bercak-bercak hitam.

Bercak-bercak hitam tersebut merupakan spora dari jamur. Tumbuhnya jamur pada kertas

indikator alami tersebut disebabkan karena penyimpanan maupun pengeringan yang belum

sesuai dan benar (belum benar-benar karing). Seperti yang dikatakan pada literatur bahwa

jamur tumbuh pada tempat-tempat lembab. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa penyebab

tumbuhnya jamur tersebut adalah H2O dari ekstrak bahan-bahan alami yang belum benar-

benar hilang (terevaporasi) dari kertas, sehingga membuat suasana lingkungan menjadi

lembab. Bercak yang berwarna hitam itu sendiri menunjukkan bahwa jamur yang tumbuh

pada kertas indikator asam-basa sudah membentuk organ berupa sorus yang telah matang di

mana terdapat banyak sekali spora di dalamnya untuk bereproduksi. Bila dibiarkan,

dimungkinkan jamur tersebut semakin bertambah banyak berada pada kertas indikator

karena spora-spora yang telah matang tersebut akan menempel pada bagian kertas lain dan

tumbuh sebagai protonema.

Gambar jamur pada kertas indikatorSumber : dokomen praktikan

Page 15: Laporan IPA 1

Gambar jamur dan spora yang diperbesar serta bagiannyaSumber : uad.ac.id

Kertas yang ditumbuhi jamur tersebut tentu saja tidak layak digunakan sebagai

indikator pengujian sifat larutan karena selain tidak dapat menunjukkan perubahan warna

(tertutup jamur dan hilang diserap jamur sebagai sumber nitrisi), juga dimungkinkan akan

menimbulkan kontaminasi pada larutan ketika dicelupkan pada larutan, sehingga hasil

perubahan warna (hasil percobaan) menjadi tidak valid. Dikatakan dapat menimbulkan

kontaminasi karena zat-zat jamur yang berada pada kertas akan larut pada larutan uji (yang

bersifat cairan) dan dapat juga membentuk campuran homogen dengan larutan uji. Oleh

karena itu, dalam pengujian praktikan menggunakan kertas indikator alami lain yang tidak

ditumbuhi oleh jamur.

Setelah memastikan kelayakan alat dan bahan percobaan untuk digunakan,

selanjutnya praktikan mengambil berbagai macam larutan (larutan A, B, C, D, E, F, G, dan

larutan H) yang belum diketahui sifat dan jenis larutannya pada plat tetes kaks dengan

menggunakan pipet tetes. Pada plat tetes kaks tersebut terdapat dua belas cekungan. Oleh

karena dalam pengujian digunakan beberapa indikator kertas (kertas lakmus merah, kertas

lakmus biru, kertas indikator kunyit, kertas indikator Rhoeo discolor, kertas indikator

secang, dan pH stick sebagai indikator universal), maka setiap tiga cekungan praktikan isi

dengan larutan yang sama. Sehingga setiap pengambilan larutan hanya dapat memuat empat

jenis larutan (pada percobaan pertama larutan A, B, C, dan larutan D), lalu pada percobaan

yang ke dua menggunakan empat jenis larutan berbeda (larutan E, F, G, dan larutan H).

Page 16: Laporan IPA 1

Gambar indikator universal (pH stick)

Sumber :www.amazon.com

Pada pengambilan setiap jenis larutan tersebut tentu saja tidak cukup satu kali, karena

ada enam jenis alat pengujian. Setiap bahan penguji hanya digunakan untuk menguji satu

jenis larutan pada sebuah cekungan plat tetes kaks (untuk menghindari kontaminasi bahan

pada larutan). Sehingga praktikan harus mengambil masing-masing larutan sebanyak dua

kali, dengan setiap pengambilan ditempatkan pada tiga cekungan plat tetes kaks. Pada

pengambilan pertama dilakukan pengujian dengan menggunakan kertas lakmus merah,

kertas lakmus biru, dan menggunakan indikator universal berupa pH stick. Kemudian pada

pengambilan yang ke dua, praktikan melakukan pengujian dengan menggunakan kertas

indikator kunyit, kertas indikator Rhoeo discolor, dan kertas indikator secang. Kertas

indikator kunyit berwarna kuning, kertas indikator secang berwarna merah, sedangkan kertas

indikator daun Rhoeo discolor berwarna hijau.

Gambar kertas indikator kunyitSumber : dokumen praktikan

Page 17: Laporan IPA 1

Gambar kertas indikator Rhoeo discolorSumber : dokumen praktikan

Gambar kertas indikator secangSumber : dokumen praktikan

Pengujian larutan dengan berbagai macam indikator tersebut praktikan lakukan

dengan cara memasukkan (merendam) kertas indikator yang telah terlebih dahulu dipotong

kecil-kecil ke dalam larutan. Khusus untuk pH stick (indikator asam-basa universal), tidak

dilakukan pemotongan, akan tetapi hanya dilakukan perendaman di dalam larutan. pH stick

yang direndam di dalam larutan akan mengalami perubahan warna. Melalui perubahan

warna tersebutlah pH dari suatu larutan dapat diketahui melalui penyesuaian dengan gradasi

warna (tercantum pada kertas yang terdapat dalam kotak pH stick). Setelah warna yang

dicari pada kertas kotak pH sesuai dengan pH stick, maka secara otomatis pH suatu larutan

diketahui. pH larutan yang telah diketahui tersebut lantas dicatat oleh praktikan di dalam

tabel data hasil pengamatan.

Setelah praktikan memperoleh data pH dan perubahan-perubahan warna dari indikator

kertas lakmus larutan-larutan tersebut, praktikan lantas mengeringkan plat tetes kaks dengan

Page 18: Laporan IPA 1

menggunakan tisu. Setelah plat tetes kaks sudah benar-benar kering, praktikan lantas

mengisi cekungan-cekungan pada plat tetes kaks tersebut dengan menggunakan larutan yang

sama lagi (larutan A, B, C, dan larutan D). Dalam pengambilannya, masing-masing larutan

menggunakan pipet tetes tersendiri agar kinerja menjadi lebih efisien (tidak harus mencuci

pipet ketika mengambil larutan lain).

Gambar plat tetes Sumber : www.jenjet.com

Pada pengambilan larutan yang ke-2 ini, praktikan melakukan pengujian sifat larutan

dengan menggunakan kertas indikator alami kunyit, kertas indikator alami daun Rhoeo

discolor, dan kertas indikator alami secang. Karena ukuran kertas indikator tersebut cukup

lebar (3 x 0,5 cm), sedangkan ukuran cekungan plat tetes kaks kurang lebih hanya

berdiameter 1,5 cm, maka kertas-kertas indikator tersebut terlebih dahulu dipotong oleh

praktikan (agar ukurannya menjadi lebih kecil, sehingga muat untuk dimasukkan ke dalam

cekungan plat tetes kaks yang berisi larutan). Ketika kertas indikator tersebut dimasukkan ke

dalam larutan dalam plat tetes kaks, terdapat perubahan-perubahan warna. Perubahan warna

tersebut misalnya pada kertas indikator kunyit, yang semula berwarna kuning, ada yang

berubah warna menjadi merah, ada juga yang berubah warna menjadi kuning jernih.

Kemudian pada kertas indikator Rhoeo discolor, yang semula berwarna hijau muda, ada

yang berubah warna menjadi kuning muda, ada pula yang berubah warna menjadi hijau

muda (lebih transparan darisebelumnya). Lalu pada kertas indikator secang yang semula

berwarna merah, berubah warna menjadi kuning dan ada juga yang tetap berwarna merah,

hanya saja intensitas warnanya berkurang.

Setelah mengetahui perubahan-perubahan warna pada kertas indikator dan

mencatatnya pada tabel data hasil pengamatan, selanjutnya praktikan kembali mengeringkan

plat tetes kaks menggunakan tisu untuk diganti dengan larutan yang lain (larutan E, F, G,

Page 19: Laporan IPA 1

dan larutan H). Dalam pengujian larutan-larutan tersebut langkah-langkah yang digunakan

sama dengan langkah-langkah pada pengujian larutan A, B, C, dan larutan D, hanya saja

jenis larutannya yang berbeda. Setelah dilakukan pengujian pada semua larutan yang

tersedia (larutan A, B, C, D, E, F, G, dan larutan H), praktikan lantas membersihkan semua

peralatan yang digunakan, termasuk plat tetes.

Berdasarkan literatur yang praktikan peroleh, kertas lakmus merah tidak akan

mengalami perubahan warna ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat asam,

dan akan berubah warna menjadi biru ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat

basa. Sedangkan kertas lakmus biru tidak akan mengalami perubahan warna ketika

dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat basa, dan akan mengalami perubahan warna

menjadi merah ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat asam (Salirawati, dkk,

2007 : 195). Lakmus adalah asam lemah yang memiliki molekul rumit, sehingga sering

disederhanakan menjadi HLit. “H” merupakan proton yang dapat didonorkan, sedangkan

“Lit” merupakan molekul asam lemah. Berikut merupakan gambaran terjadinya perbedaan

warna pada lakmus (lakmus biru dan lakmus merah) :

Page 20: Laporan IPA 1

Suatu zat/ larutan sendiri bersifat asam jika konsentrasi ion H+ lebih besar dari pada

konsentrasi ion OH- di dalam larutan tersebut. Sebaliknya, suatu zat dikatakan basa apabila

konsentrasi ion OH- lebih besar daripada konsentrasi ion H+ di dalam larutan tersebut.

Dengan kata lain zat asam bila dimasukkan ke dalam air akan meningkatkan ion H+ dan

mengurangi ion OH-, sedangkan zat basa akan meningkatkan ion OH- dan mengurangi ion

H+.

Pada percobaan yang praktikan lakukan, larutan A tidak mengubah warna kertas

lakmus merah, tetapi memerahkan kertas lakmus biru. Oleh karena hal tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa larutan A memiliki sifat asam. Sifat asam pada larutan A tersebut

diperkuat dengan hasil pengukuran pH dengan menggunakan indikator asam-basa universal

(pH stick) yang menunjukkan hasil pH = 1. Hasil pengukuran pH pada larutan A tersebut

sama dengan hasil pengukuran pH pada larutan D dan larutan G (bernilai 1). Hasil

perubahan warna indikator (kertas lakmusnya pun sama), yaitu kertas lakmus biru berubah

warna menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tetap (tidak berubah). Oleh karena

itu, sesuai dengan literatur dan kajian teori, dapat disimpulkan bahwa larutan A, D, dan G

bersifat asam.

Kemudian pada larutan B, E, F, dan larutan H, kertas lakmus merah berubah warna

menjadi biru, sedangkan kertas lakmus biru yang dimasukkan ke dalam larutan tidak

berubah warna. Oleh karena hal tesebut, dapat disimpulkan bahwa larutan B, E, F, dan

larutan H merupakan larutan yang bersifat basa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

pengukuran pH menggunakan pH stick (indikator universal) yang menunjukkan angka 12

(untuk larutan B), 9 (untuk larutan E), 14 (untuk larutan F), dan 8 (untuk larutan H).

Kertas indikator lakmus tersebut dapat mengalami perubahan (perbedaan warna)

karena dipengaruhi oleh pH larutan. Menurut literatur, pH (power of hydrogen) sendiri

adalah derajad keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau

kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, di mana bergantung pada ion H+ pada larutan

tersebut. Perubahan warna pada kertas lakmus ketika dimasukkan ke dalam suatu larutan

disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes/ lumut kerak). Terlihat dari namanya,

kertas lakmus (kertas) terbuat dari senyawa organik dengan rumus kimia (C6H10O5)n yang

banyak terdapat dalam jaringan penguat tumbuhan (biasa disebut dengan selulosa).

Page 21: Laporan IPA 1

Gambaran ikatan kimia selulosaSumber : kimia.upi.edu

Gambaran sel kolenkim yang mengalami penebalan dari selulosaSumber : Biologi Sel, 2000

Menurut literatur, dalam pembuatannya sendiri, lumut kerak yang bertanggung jawab

atas perubahan warna pada kertas lakmus harus dicampurkan dengan kapur terlebih dahulu

sebelum “ditanamkan” dalam kertas. Adapun keuntungan penggunaan dari kertas lakmus

untuk mengetahui sifat larutan, yaitu :

1. Lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun

basa.

2. Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara, sehingga dapat bertahan

relatif lama.

3. Lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga dapat digunakan dalam bentuk kertas

(kertas lakmus).

Page 22: Laporan IPA 1

Menurut literatur yang praktikan peroleh, indikator alami kunyit akan berubah warna

menjadi pekat (kuning pekat/ jingga) atau merah ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan

yang bersifat basa, dan akan berubah warna menjadi kuning cerah/ pudar ketika dimasukkan

ke dalam zat ataupun larutan yang bersifat asam. Kemudian untuk indikator alami kayu

secang (Caesalpinia sappan) akan berubah warna menjadi kuning ketika dimasukkan ke

dalam larutan yang bersifat asam, dan akan berwarna merah ketika dimasukkan ke dalam

larutan yang bersifat basa. Sedangkan indikator alami daun Rhoeo discolor yang memiliki

warna ungu dari antosianin, akan berubah warna menjadi merah muda ketika dalam suasana

asam, dan berubah warna menjadi hijau ketika di dalam suasana basa.

Warna merah yang dihasilkan oleh kayu secang merupakan komposit brazilin yang

terdiri dari senyawa brazilin, brazilein, dan 3’-O-metilbrazilin. Brazilin (C16H14O5) adalah

zat warna merah dari kayu secang yang terbentuk pada ekstrak cair pada suasana pH netral.

Lalu pada kunyit, zat warna dihasilkan oleh kurkumin. Kurkumin merupakan kristal

berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, tetapi larut dalam minyak. Dalam alkali

berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning muda (Nugroho. 1998

). Kurkumin merupakan zat warna yang secara biogenesis berasal dari fenil alanin, asam

malonat dan asam sitrat (Stalt, E., 1985). Kurkumin memberikan perubahan warna yang

jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik. Adapun daftar perubahan warna terhadap pH dari

indikator alami kertas kunyit adalah sebagai berikut :

pH larutan Warna

4,5 Kuning muda pucat

6,7 Kuning

7,2 Kuning merah

7,5 Kuning merah coklat

8 Kuning coklat

8,3 Kuning coklat

8,5 Kuning coklat

Page 23: Laporan IPA 1

9,7 Coklat kemerahan

9,9 Coklat

Sumber :Kusmopradono, 1990

Pada larutan A, C, D, dan larutan G, kertas indikator kunyit berubah warna menjadi

kuning muda. Susuai dengan literatur, hal tersebut mengindikasikan bahwa larutan A, C, D,

dan G bersifat asam. Sifat larutan yang bersifat asam tersebut terbukti dengan hasil

pengukuran pH dengan menggunakan pH stick, yaitu 1 untuk larutan A, D, dan G, dan 3

untuk larutan C. Dari hasil percobaan menggunakan indikator Rhoeo discolor dan secang

pun sifat yang dimiliki oleh larutan A, C, D, dan larutan G tetap sama (bersifat asam).

Dibuktikan dari perubahan warna indikator secang menjadi kuning dan warna indikator daun

Rhoeo discolor menjadi merah muda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sifat larutan A, C,

D, dan G yang bersifat asam adalah benar karena berdasarkan lima buah indikator (lakmus

merah, lakmus biru, kertas indikator kunyit, kertas indikator secang, dan kertas indikator

daun Rhoeo discolor), semuanya menunjukkan perubahan warna yang mengindikasikan

suatu larutan bersifat asam. Diperkuat dengan hasil pengukuran pH menggunakan indikator

universal (pH stick) yang menunjukkan bahwa pH larutan A, C, D, dan G berada di bawah

angka 7 (1 untuk larutan A, D, dan G, dan 3 untuk larutan C).

Kemudian untuk larutan B, larutan E, larutan F ketika diuji dengan menggunakan

indikator kertas kunyit dan indikator kertas secang, serta indikator kertas Rhoeo discolor

mengindikasikan sifat larutan basa. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan teori yang

praktikan peroleh, indikator kunyit akan berubah warna menjadi jingga/ merah ketika

dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat basa. Indikator secang akan berubah warna

menjadi merah ketika dalam suasana basa (ketika dimasukkan dalam larutan yang bersifat

basa), dan indikator kertas Rhoeo discolor akan berubah warna menjadi hijau ketika

dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat basa (berada dalam lingkungan yang bersifat

basa). Dalam percobaan, ketiga larutan tersebut (larutan B, larutan E, dan larutan F)

mengubah warna kertas indikator kunyit menjadi merah, kertas indikator secang menjadi

merah, dan kertas indikator Rhoeo discolor menjadi hijau. Sifat basa dari pengujian larutan

tersebut diperkuat dengan hasil pengukuran pH larutan yang bernilai lebih dari tujuh (12

untuk larutan B, 9 untuk larutan E, dan 14 untuk larutan F).

Page 24: Laporan IPA 1

Dalam melakukan pengujian menggunakan indikator kertas daun Rhoeo discolor,

perubahan warna kertas indikator menjadi hijau tidaklah sama (tidak memiliki intensitas

kecerahan warna yang sama/ terjadi gradasi). Hal tersebut dapat dikaitkan/ dibandingkan/

dibuktikan dengan melihat warna-warna larutan ekstrak daun Rhoeo discolor pada berbagai

tingkat keasaman :

Gambaran gradasi warna ekstrak daun Rhoeo discolorSumber : Regina Tutik P., 2011 : 231

Semakin tinggi tingkat derajad keasamannya, maka semakin pekat/ jelas pula warna

yang dihasilkan. Hal tersebut juga terjadi pada kertas indikator yang praktikan gunakan.

Hanya saja pada suasana asam, tidak terdapat tingkatan-tingkatan warna/ gradasi warna

merah walaupun dalam pH yang berbeda (warna merah muda dilihat dengan mata memiliki

intensitas yang sama). Gradasi warna baru muncul ketika kertas indikator daun Rhoeo

discolor tersebut berada dalam suasana basa (warna hijau yang dihasilkan memiliki

intensitas yang berbeda). Pada larutan F (pH 14), warna hijau yang dihasilkan oleh kertas

indikator lebih pekat daripada warna hijau yang dihasilkan pada larutan B dan E. Pada

larutan E (pH 9), warna hijau yang dihasilkan oleh kertas indikator tidak sepekat warna hijau

yang dihasilkan indikator pada larutan B (pH 12) (warna hijau pada indikator yang

dimasukkan ke dalam larutan B lebih pekat daripada warna hijau pada indikator yang

dimasukkan ke dalam larutan E). Hal tersebut tentu saja disebabkan karena perbedaan pH

pada masing-masing larutan. Semakin tinggi pH larutan, maka semakin pekat warna yang

dihasilkan.

Page 25: Laporan IPA 1

Pada percobaan kali ini praktikan menemukan data yang “rancu/ aneh/ ganjil”, pada

pengujian sifat larutan H. Data tersebut dikatakan aneh kerena pada saat dilakukan

pengukuran pH dengan menggunkan indikator universal (berupa pH stick), diperoleh angka

8, yang mana angka tersebut mengindikasikan bahwa larutan H bersifat basa. Selain itu,

ketika diuji menggunakan indikator kertas Rhoeo discolor terjadi perubahan warna kertas

menjadi hijau. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa larutan H bersifat basa.

Akan tetapi, ketika dilakukan pengujian sifat larutan dengan menggunakan indikator

kertas lakmus, larutan H tersebut mengindikasikan sifat asam (tidak mengubah warna kertas

lakmus merah dan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah). Lalu dari

pengujian-pengujian menggunakan indikator kertas kunyit dan indikator kertas secang

perubahan warna yang dihasilkan mengindikasikan bahwa larutan H bersifat asam (indikator

kertas kunyit berubah warna menjadi kuning muda, sedangkan indikator kertas secang

berubah warna menjadi kuning). Oleh karena itu, sifat larutan H belum dapat diketahui dan

ditetapkan secara pasti oleh praktikan.

H. KESIMPULAN

No.Nama

LarutanpH

Warna pada IndikatorLakmus Merah

Lakmus Biru

KunyitRhoeo

discolorSecang

1. A 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

2. B 12 Biru Biru Merah Hijau Merah

3. C 3 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

4. D 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

5. E 9 Biru Biru Merah Hijau Merah

6. F 14 Biru Biru Merah Hijau Merah

7. G 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning

8. H 8 Merah Merah Kuning muda Hijau Kuning

1. Larutan asam dan basa yang teridentifikasi dengan indikator alami adalah

a. Larutan Asam

Larutan A, Larutan C, Larutan D dan Larutan G. Pada larutan A, C, D, dan larutan G,

kertas indikator kunyit berubah warna menjadi kuning muda. Indikator Rhoeo

discolor dan secang pun sifat yang dimiliki oleh larutan A, C, D, dan larutan G tetap

Page 26: Laporan IPA 1

sama (bersifat asam). Dibuktikan dari perubahan warna indikator secang menjadi

kuning dan warna indikator daun Rhoeo discolor menjadi merah muda. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sifat larutan A, C, D, dan G yang bersifat asam.

b. Basa

Larutan B, Larutan E dan Larutan F. Ketiga larutan tersebut (larutan B, larutan E, dan

larutan F) mengubah warna kertas indikator kunyit menjadi merah, kertas indikator

secang menjadi merah, dan kertas indikator Rhoeo discolor menjadi hijau.

2. Larutan asam dan basa dengan menggunakan indikator buatan

a. Asam

Larutan A, Larutan C, Larutan D, Larutan G dan Larutan H. Hal ini karena larutan

tersebut mengubah lakmus biru menjadi merah, sehingga tergolong larutan asam.

b. Basa

Larutan B, Larutan E, dan Larutan F. Hal ini karena larutan ersebut dapa mengubah

lakmus merah menjadi biru, sehingga larutan tersebut tergolong dalam larutan basa.

3. Ph larutan asam dan basa

a. Asam

Ph Larutan A 1, Ph larutan C 3, Ph larutan D 1 dan Ph larutan G 1

b. Basa

Ph laruan B 12, Ph larutan E 9, dan Ph larutan F 14.

Page 27: Laporan IPA 1

DAFTAR PUSTAKA

Brandy,JE.-Putjatmaka & Sumina (1994).Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta:

Erlangga.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia

Kusumopradono. 1990. Perubahan Warna Kurkumin pada Berbagai pH, Laporan

Penelitian Laboratorium Proses, Universitas Diponegoro

Nugroho, N.A. 1998. Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit, hal. 3, 4, 40-41, PT

Trubus Agriwidya, Ungaran.

Salirawati, dkk. 2007. Kimia. Jakarta : Grasindo

Stahl, E. 1985. Analisa Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, hal. 3-18, 190-191,

Institut Teknologi Bandung

Sudjana, Atep. et.al. (2007). Konsep Dasar Kimia. Bandung: UPI Press.

Tim Pengajar, (2012). Penuntun Praktikum Dasar-Dasar  Kimia Analitik. Palu: UNTAD.

Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro danSemimakro. Jakarta :

PT Kalman Media Pusakan

Page 28: Laporan IPA 1

Lampiran

Gambar 1 Indikator Kunyit Gambar 2 Indikator kayu secang

Gambar 3 Indikator Rhoeo discolor

Page 29: Laporan IPA 1