Upload
dewi-purnamasari
View
35
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lalalala
Citation preview
I. IDENTITAS
Nama bayi : By. Ny. K
Umur : 0 bulan
Tanggal lahir : 11 Juni 2014
Jenis Kelamin : perempuan
Nama ibu : Ny. K Nama Ayah : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 27 tahun
Pekerjaan : ibu Rumah Tangga Pekerjaan : buruh pabrik
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Perbalan, Semarang Alamat : Perbalan, Semarang
II. Anamnesis
dilakukan pada tanggal 12 Juni 2014 di bangsal Tulip secara autoanamnesis
a. Keluhan Utama : post partum sectio cesarea
b. Riwayat penyakit Sekarang:
bayi lahir perempuan preterm secara sectio cesarea atas indikasi fetal distres
c. Riwayat kehamilan :
Anak pertama, ante natal care > 4 kali, imunisasi TT 2kali, saat masa kehamilan ibu pasien
tidak ada keluhan maupun minum obat tanpa resep bidan maupun dokter
d. Riwayat Persalinan / natal :
usia kehamilan 35 minggu, letak kepala, lahir sectio secarea atas indikasi fetal distres
ditolong oleh dokter, langsung menangis, BBL 2300 gram, PB 46 cm, LK 31 cm, LD 30 cm,
APGAR SCORE 8,9,10
e. Riwayat pasca persalinan / post natal
ibu dirawat di ruang bugenvil di RSUD Tugurejo
f. Riwayat Imunisasi
belum di imunisasi
g. Riwayat makan dan minum :
Lahir di beri ASI
h. Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi:
Pasien tinggal dengan ayah ibu dan kakek neneknya. Pasien tinggal di perumahan yang
padat penduduk. Kesan ekonomi kurang. Biaya pengobatan menggunakan JAMKESMAS
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 12 Juni 2014 jam 07.00 WIB
• Keadaan umum : tangisan < keras, gerak < aktif
• Kesadaran : compos mentis
• Vital Sign :
• Nadi : 138 x/ menit isi dan tegangan cukup
• RR : 38 x/ menit
• Suhu : 36,8 º C (axiler)
Status Interna
• Kepala : Mesochepal, CH (-), CS (-), rambut bisa dipilah
• Mata : cekung -/-, Ca -/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
• Telinga : serumen (+/+), tulang rawan terbentuk sempurna
• Mulut : kering (+), sianosis (-), Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
• Leher : pembesaran KGB (-/-)
• Thorax :
Inspeksi : puting susu sudah menonjol, diameter areola mamae 5,3 mm, ictus
cordis tidak terlihat,
Cor
Palpasi : ictus cordis teraba namun tidak kuat angkat, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
• batas atas : ICS II lin.parasternal sinistra
• pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
• batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra
• batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial mid clavikula
sinistra
• konfigurasi jantung Normal
• Auskultasi : reguler
• Suara jantung murni : SI, SII (normal) reguler.
• Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
• Pulmo : suara dasar vesikuler +/+, rhonchi -/-, wheezing -/-, hantaran -/-
• Abdomen : datar, timpani, turgor baik, hepar maupun lien tidak teraba
• Genitalia : Labia minora belum tertutup labia mayora, anus (+)
• Ekstremitas : lanugo (-), garis telapak tangan maupun kaki jelas , posisi bayi fleksi
IV. RESUME
• Neonatus lahir sc atas indikasi fetal distres, jenis kelamin perempuan BBL 2300 gram,
PB 46 cm, bayi lahir langsung menangis APGAR 8,9,10. LK 31 cm, LD 30 cm.
riwayat ibu G1P0A0,22 tahun, hamil 35 minggu, letak kepala.
• Pemeriksaan fisik didapatkan : nadi 80x/menit, respiratory rate38x/menit, suhu
36,80C. Rambut bisa dipilah, lanugo (-), tulang rawan telinga sudah terbentuk, puting
menonjol, diameter areola mamae > 5 mm, labia minora belum tertutup labia mayora,
posisi pasien fleksi sempurna.
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan fisik
1. Bayi kecil
2. Hamil 35 minggu
3. BBL 2300 gr
4. PB 46 cm
5. labia minora belum tertutup labia
mayora
VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
- Intra Uterin Growth Retardation (IUGR)
- BBL
VII. DIAGNOSIS
• Diagnosis klinis : BBLR Preterm
• Diagnosis gizi : kesan gizi kurang
• Diagnosis perkembangan : perkembangan sesuai umur
• Diagnosisi imunisasi : -
• Diagnosis sosial : ekonomi kurang
VIII. INISIAL PLAIN
BBLR Preterm
• IpDx kerja : BBLR Preterm
• Dx :
• S : -
• O : darah rutin
• IpTx :
• Inkubator dengan suhu 33º-34ºC
• ASI 50-60 cc/kgBB/hari dinaikkan perlahan sampai 200 cc/kgBB/hari
• IpMx : monitoring keadaan umum bayi, tanda vital, konsumsi ASI
• IpEx :
• Penjelasan tentang keadaan bayi kepada keluarga pasien
• Edukasi ibu untuk memberikan ASI setiap 2jam dengan durasi menyusu
selama 15-30 menit
•
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau
sama dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas
bayi itu.1
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970) telah diusulkan defenisi berikut : 1,2
- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42
minggu.
- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. 1,2
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilan (KMK). 1,3
ETIOLOGI
A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab
lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial vaginosis,
chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan
pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang
sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian
terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
2. Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan
mengakibatkan BBLR. 1,4
B. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat antara ibu
dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan
keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan
perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. 2,3
PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan pretermnya
biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk
mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan
kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi
efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. 2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan
efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau
oksigen. Sehingga masalahnya bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko
malnutrisi dan hipoksia yang terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran
preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi
merugikan. 2,4
GEJALA KLINIK
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang
dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak,
lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup
oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum
cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna,
puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu
posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur
daripada bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan
apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi
lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu
juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila
dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita
infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang
menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat
‘pitting edema’. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
mellitus, dan toksemia gravidarum. 1,2
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi
pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan
terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan
saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan
pemeriksaan radiologis toraks. 1,2
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat gejala
fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan
kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah
dengan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol adalah ‘wasting’, demikian pula pada post term dengan dismaturitas. 1,3
Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen,
tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,
plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam
amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai
akibat anoksia intrauterin.
3. Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian
pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang sudah
berlangsung lama. 1,3
DIAGNOSIS
Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
yang Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK). 1
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Prematur Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 2
- Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi,
kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah lampu atau
dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru, yaitu
meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin). 5
- Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar saturasi oksigen
dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.
- Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak
dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan baik. 5,6
- Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada bayi imatur
adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang normal.
- Intake harus terjamin
Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna. Kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000
gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500
gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari
pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung. 2,6
B. Penatalaksanaan bayi dismaturitas
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti pengaturan
suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi dismatur biasanya
tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal ini sangat penting untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.
Frekuensi pernapadan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk mengetahui
adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit,
dibuat foto thorax. Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat
rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah
menjadi hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif
lebih besar dan jaringan lemak subkutan kurang. 1,6
Perawatan bayi dalam inkubator
Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembaban bayi
agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat
diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan.
Kemampuan bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka
dirawat pada suhu mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan
mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran
udara sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu
lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal
sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC.
Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam
keadaaan tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk
mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi
maupun pakaian. 2,6
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur
dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu
dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui pipa
intubasi. 6
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir lagi soal
perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para ahli di bidang
kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat BBLR itu. Metode
tersebut memungkinkan panas tubuh ibunya memberikan kehangatan bayinya. Metode
kangguru ini memang terkesan unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti
tubuh kangguru yang berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena
bersentuhan langsung dengan tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat
di rumah setelah keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan
lebih dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama
tiga hari berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan
menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan memberi minum. Metode kangguru ini
cukup efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih
percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR bisa mendapatkan
ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi terkena kehilangan panas tubuh. 6
KOMPLIKASI
Komplikasi prematuritas 1,5,6
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan terbentuk
membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan ini biasanya
hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan dengan bayi
cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar yang tidak sempurna
sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma globulin.
Komplikasi dismaturitas 1,2,5
1. Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’ dalam uterus.
Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion, akibatnya cairan yang
mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi.
Pada saat lahir, bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan
oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas. Diagnosis dapat
dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Bayi BBLR dinyatakan
hipoglikemia bila kadar gula darah yang kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan dengan bayi
biasa.
4. Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada paru belum
cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan bayi yang sesuai
dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan pertumbuhan hati.
PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi angka kematian),
asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,
fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan
dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain). 2,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-6. Jakarta :
FKUI, 2007;1051-7.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu Kebidanan;
edisi ke-5. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008;771-83.
3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang.
Jakarta : FKUI, 2004;9-11.
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 20010; 550-8.
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010;376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant
During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical
Publishing Division, 2011; 120-31.