51
Laporan Kasus Ilmu Kulit Dan Kelamin URETRITIS ANTERIOR AKUT GONORE Qonita Hanif (201320401011132) Pembimbing : dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Laporan Kasus Uretritis Anterior Akut Gonore Qonita

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Kasus Ilmu Kulit Dan KelaminURETRITIS ANTERIOR AKUT GONORE

Qonita Hanif

(201320401011132)

Pembimbing :dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KKFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG

2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Uretritis Anterior Akut Gonore sebagai responsi di stase kulit kelamin sebagai responsi di stase kulit dan kelamin pada Kepaniteraan Klinik RSUD Jombang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kesalahan dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jombang, 18 Mei 2015 PenulisDAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiDAFTAR GAMBAR vBAB 1. PENDAHULUAN 1BAB 2 LAPORAN KASUS32.1. Identitas pasien32.2 Anamnesis32.3 Pemeriksaan fisik4

2.4 Pemeriksaan penunjang52.5 Problem list52.6 Resume 52.7 Assesment62.8 Diagnosis banding62.9 Planning 6BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA83.1 Definisi83.2 Etiologi83.3 Epidemiologi93.4 Faktor resiko103.5 Patogenesis103.6 Gejala klinis123.7 Pemeriksaan penunjang123.8 Diagnosis153.9 Komplikasi163.10 Diagnosis banding213.11 Penatalaksanaan21BAB 4 PEMBAHASAN23BAB 5 KESIMPULAN25DAFTAR PUSTAKA26DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar pemeriksaan fisik............................................................................53.1 Gambar Neisseria gonorrhoeae...................................................................8

3.2 Gambar Pili pada Neisseria gonorrhoeae .................................................9

3.3 Gambar Patogenesis gonore ........................................................................11

3.4 Gambar Sediaan langsung Neisseria gonorrhoeae .................................13

BAB 1

PENDAHULUANGonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif Neisseria Gonorrhoeae yang menjadikan manusia sebagai perantaranya. Neisseria Gonorrhoeae menginfeksi lapisan uretra bagian dalam, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Penyebaran gonore dalam tubuh bisa melalui aliran darah terutama kulit dan persendian. Pada wanita gonore bisa menjalar ke saluran kelamin kemudian menginfeksi selaput yang ada di dalam pinggul sehingga menimbulkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Pada umumnya gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi paling tinggi di antara penyakit menular seksual yang lainnya. Penularan gonore selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual yaitu genito-genetal, oro-genital dan anogenital dapat juga ditularkan secara manual melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita seperti pakaian terutama pakaian dalam, handuk, termometer, dan sebagainya.

Neisseria Gonorrhoeae menyerang semua golongan, tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondisi geografis. Laki laki, wanita baik dewasa maupun anak anak dapat tertular penyakit ini. Penyakit gonore tersebar di seluruh dunia. WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru. PMS (Penyakit Menular Seksual) di negara berkembang seperti di Afrika, Asia, dan Amerika latin. Di negara industri prevalensinya sudah dapat diturunkan, namun di negara berkembang prevalensi gonore menempati tempat teratas dari semua jenis PMS.

Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4% - 50%. Gonore terdapat di mana mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin yang terbanyak. Tidak ada imunitas bawaan, perbedaan kekebalan tubuh antara berbagai suku bangsa ataupun usia.

Gonore biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin dan disuria. Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita. Penderita pembawa asimtomatik lebih mungkin menularkan penyakit ini dibandingkan orang dengan infeksi terbuka. Demikian pula, infeksi anorektal dan faring yang tidak jarang terjadi pada wanita dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan pria, sering terjadi tanpa gejala akan tetapi tetap merupakan sumber penularan yang potensial. Kejadian gonore diperkirakan global adalah sekitar 62 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit gonore adalah epididmis pada pria dengan resiko berikutnya infertilitas dan kehamilan ektopik pada wanita.

BAB 2

LAPORAN KASUS2.1 Identitas pasien

Nama

: Tn. MAF

Jenis kelamin

: Laki laki

Umur

: 25 th

Alamat

: Jombang

Agama

: Islam

Status perkawinan: Belum Menikah

Pekerjaan

: Swasta

Suku bangsa

: Jawa

Tanggal pemeriksaan: 22 April 2015

No. RM

: 26-94-092.2 Anamnesis

Keluhan utama

Kencing nanah.

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan nyeri saat kencing. Nyeri dirasakan 3 hari ini dan disertai rasa panas saat kencing. Selain itu pasien juga mengeluh keluar nanah pada akhir kencing, keluhan tersebut dirasakan 1 hari sebelum periksa ke poli. Pasien mengaku 4 hari yang lalu pernah berhubungan seksual dengan pacarnya. Saat ini belum diobati sama sekali.

Riwayat penyakit dahulu

Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Perilaku Seksual Pasien melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebanyak 5x. Terakhir melakukan hubungan 4 hari sebelum ke poli kulit kelamin Riwayat hubungan dengan selain pacar disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada yang sakit seperti ini. Istri tidak mengeluhkan sakit seperti ini.

Riwayat sosial : -2.3 Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Hygiene

: baik

Gizi

: Cukup

Nadi dan RR

: -

Kepala

: Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu(-)

Leher

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorak

: Tidak dilakukan pemeriksaan Aksilla

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ektremitas

: Tidak dilakukan pemeriksaan Status lokalis Status Dermatologis

Gambar 2. Lokasi Ruam Status Veneriologis

Lnn

: Ditemukan pembesaran di inguinal sinistra

Corpus penis : tidak ditemukan kelainan

Preputium : (-) pasien telah disirkumsisi

Glans penis : tidak ditemukan kelainan

OUE

: tidak ditemukan kelainan

Scrotum: tidak ditemukan kelainan

Epididimis: tidak ada nyeri tekan

Testis

: tidak ada nyeri tekan

Discharge: purulen, berwarna putih kekuninganRegio Orifisium Uretra Eksternum

Effloresensi : Tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang

keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-)

Gambar 2.1 Pemeriksaan fisik

Regio inguinalis dan skrotum

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri di bagian yang lain.

2.4 Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

2.5 Problem list

Nyeri saat kencing

Adanya rasa panas saat kencing

Keluar nanah di akhir kencing

2.6 Resume

Seorang laki-laki 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan nyeri saat kencing . Nyeri dirasakan 4 hari ini dan disertai rasa panas saat kencing. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar nanah di akhir kencing keluhan tersebut dirasakan 1 hari sebelum ke poli. Pasien mengaku 4 hari yang lalu pernah berhubungan seksual dengan pacarnya. Saat ini belum diobati sama sekali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-). Pada Regio inguinalis dan skrotum tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri di bagian yang lain.2.7 Asessement

Uretritis Anterior Akut Gonore

2.8 Diagnosis banding

Uretritis Non Gonore

Trikomoniasis

2.9 Planning

Diagnosis

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk planning diagnosis karena keterbatasan alat. Terapi

Cefixime 400mg single dose

Doksisiklin 2x100mg

Asam mefenamat 2x500mg

Monitoring

Kontrol 1 minggu lagi untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kemajuan penyakit (keluahan subjektif dan tanda objektif)

Edukasi: - Obat diminum sesuai dosis - Tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual

- Pemeriksaan terhadap pasangan (pacar) penderita

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA3.1 Definisi

Uretritis akut gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yangdisebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae , suatu diplokokus Gram negatif yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual. (The CDC. 2002)

3.2 Etiologi

Penyebab uretritis gonore akut adalah Neisseria Gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif. Gonokok ini ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria , sebagai Neisseria gonorrhoeae . Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N.meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N.catarrhalis serta N.pharyngi sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.( FKUI. 2013).

Gambar 3.1 Neisseria gonorrhoeaeGonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna gram bersifat gram negatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat disinfektan. Secara marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang yang bersifat virulen dan bersifat nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang. Organisme ini menyerang membran mukosa yang terdapat pada uretra, serviks uteri dan konjungtiva (FKUI. 2013).

Gambar 3.2 Pili pada Neisseria gonorrhoeae3.3 Epidemiologi

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun. Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita, dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15 sampai 35 tahun (Barakah, 2005).Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Di Hong Kong 36 persen, Filipina 54 persen. Tahun 2002, QRNG di California mencapai 10% dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 30 persen. Di Sumatera Selatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang bekerjasama dengan Klinik Khusus Infeksi Menular Seksual (IMS) Lembaga Graha Sriwijaya Palembang melakukan survey Kultur dan Resistensi N. gonorrhoeae terhadap 1000 wanita pekerja seks (WPS) di wilayah Sumatera Selatan (Palembang, Prabumulih, Lubuk Linggau dan Sungai Lilin MUBA) pada tahun 2006. Dari 1000 WPS yang dilakukan kultur swab endoserviks 20,3 persen positif N. Gonorrhoeae. Persentase resistensi penisilin adalah 94,1 persen, tetracycline 98 persen, ciprofloxacine 68,5 persen, ofloxacine 61,6 persen, ceftriaxone 52,7 persen, kanamycine 33,5 persen (Daili, S.F., 2009).

3.4 Faktor resiko

Adanya sumber penularan penyakit

Bergonta ganti pasangan seksual Penularan melalui Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual, penggunaan kondom hanya sebagai pencegah kehamilan bukan sebagai pencegah penularan penyakit gonore, prostitusi, kebebasan individu dan ketidaktahuan serta keterbatasan sarana penunjang.

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitor-genital, orogenital, dan anogenital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. (FKUI, 2013).3.5 Patogenesis

Gonococci telah mengembangkan mekanisme perpindahan yang dimulai dari satu bentuk antigen ( pilin, Opa atau lipopolisakarida ) ke bentuk antigen yang lain dari molekul yang sama. Perpindahan tersebut membutuhkan satu tempat untuk setiap 10- 10 gonococci, sebuah perubahan yang sangat cepat bagi bakteri. Karena pilin, Opa dan lipopolisakarida adalah antigen yang terdapat pada permukaan gonococci, mereka berperan penting dalam respon kekebalan terhadap infeksi. Molekul-molekul yang cepat berpindah dari satu bentuk antigen ke bentuk yang lain membantu gonococci untuk mampu menghindar dari sistem kekebalan inang (Larry dan Lutwick, 2009).

Gambar 3.3 Patogenesis gonoreGonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rectum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invaginasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra ( uretritis ), nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing (Larry dan Lutwick, 2009)..3.6 Gejala klinis

Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2 5 hari biasanya bisa lebih lama berkisar 1 14 hari. Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatis.

Gejala klinis yang didapatkan pada laki laki :

Keluhan (sakit) waktu kencing Orifisium yang uretra yang edema dan eritematus Sekret uretra yang purulenSedangkan pada wanita, sebagian besar wanita yang menderita gonore asimtomatik. Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuria yang ringan. Mungkin juga disertai keradangan kandung seni dengan gejala polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal hematuri (Barakbah, 2005).

3.7 Pemeriksaan penunjang

a. Sediaan langsung

Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstra seluler. Bahan pemeriksaan di ambil dari pus d uretra yang keluar spontan maupun melalui pemijitan, sedimen urin, sekret dari masase prostat (pada pria), muara uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, rektum (pada wanita) dan sekret mata (FKUI, 2013).

Gambar 3.4 Sediaan langsung Neisseria gonorrhoeaeb. Kultur

Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan yaitu media transpor (media stuart, media transgrow) dan media pertumbuhan (mcleods chocolate agar, media thayer martin, modified thayer martin agar).

Media Transpor

Media Stuart : Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu di tanam kembali pada media pertumbuhan.

Media Transgrow: Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu di tanam pada media pertumbuhan.

Media Pertumbuhan

Mc Leods chocolate agar : Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman kuman yang lain juga dapat tumbuh.

Media Thayer Martin : Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan kuman gram negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

Modified Thayer Martin agar : Isinya di tambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus spp (FKUI, 2013).c. Tes Definitif

Ada 2 macam yaitu tes oksidase dan tes fermentasi Tes oksidasi : Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada kolono gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.

Tes fermentasi : Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa (FKUI, 2013).d. Tes Beta-laktamase

Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung chorogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung beta-laktamase (FKUI, 2013).

e. Tes Thomson

Tes ini berguna untuk mengatahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:

Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi Urin di bagi dalam dua gelasTidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II (FKUI, 2013).Hasil:Gelas IGelas IIArti

JernihJernihTidak ada infeksi

Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior

Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak mungkin

3.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui:

a. Anamnesisb. Gejala klinisc. Pemeriksaan laboratorium yang positif3.9 Komplikasi

Pada priaa. Uretritis

Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, ascenden, dan diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal uretra di sekitar orifisuum uretra eskternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukoporulen dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. (FKUI, 2008).b. Tysonitis

Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma, infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan prepuitium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten (FKUI, 2013).c. Parauretritis

Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengn butir pus pada kedua muara parauretra (FKUI, 2013).d. Prostatitis

Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri kalau ditekan, bila prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermittrn , tetapi kadang-kadang menetap (FKUI, 2013).e. Vesikulitis

Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subjektif menyerupai gejala protstatitis akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat (FKUI, 2013).f. Vas deferentitis atau funikulitis

Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama (FKUI, 2013).g. Epididimitis

Epididirmis akut biasanya unilateral dan setiap epididirmitis biasanya disertai deferentitis. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostate yang berlebihan, dan aktivitas seksual yang berlebihan. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididirmis dapat mengakibatkan sterilitas (FKUI, 2013).h. Trigononitis.

Infeksi asendens dari uretra posterioe mengenai trigonom vesika urinaria, menimbulkan gejala polluria, disuroa terminal, dan hematuria (FKUI, 2013).i. Littritis

Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang benang atau butir butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Di diagnosis dengan uretroskopi (FKUI, 2013).

j. Cowperitis

Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Jika infeksi terjadi pada kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum dan disertai rasa nyeri serta panas, nyeri pada waktu defekasi dan disuria (FKUI, 2013).

Pada wanita

a. Uretritis

Gejala utama ialah disuria, kadang kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen (FKUI, 2013).b. Parauretritis/Skenitis

Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi (FKUI, 2013).c. Servisitis

Dapat asimtomatik, kadang kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis (FKUI, 2013).d. Bartholinitis

Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penerita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista (FKUI, 2013).e. Salpingitis

Peradangan dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi, yaitu: masa puerperium (nifas), dilatasi setelah kuretase, pemakaian IUD dan tindakan AKDR (FKUI, 2013). Selain mengenai alat alat genital, gonore juga menyebabkan infeksi nongenital yang akan diuraikan berikut ini:

a. Proktitis

Pada pria dan wanita umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa edematosa, eritematatosa dan tertutup pus mukopurulen (FKUI, 2013).b. Orofaringitis

Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang (FKUI, 2013).c. Konjungtivitis

Penyakit ini dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan keluar eksudat mukopurulen (FKUI, 2013).

d. Gonore diseminata

Kira kira 1% gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak di dapat pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa artritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis (FKUI, 2013).3.10 Diagnosis banding

Uretritis non Gonore

Trikomoniasis

3.11 Penatalaksanaan

a. Gonore tanpa komplikasi (cervks, uretra, rectum, dan faring)

1. Ciprofloxacin 500mg PO dosis tunggal

2. Ofloxacine 400 mg PO dosis tunggal

3. Cefixime 400 mg PO dosis tunggal

4. Ceftriakson 250 im dosis tunggal

Bila ada infeksi campuran dengan chlamidia bisa diberi eritromicin 500 mg 4 dd 1 selama 7 hari, Doksisiklin 100mg/sehari 2 kali 1 selama 7 hari

b. Gonore dengan komplikasi sistemik

1. Meningitis dan endocarditis : cefriakson 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 haru dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu

2. Arthritis, tenosynovitis dan dermatitis

Ciprofloksasin 500mg iv tiap 12 jam

Ofloksasin 400 mg tiap 12 jam

Cefotaxim 1 g iv tiap 8 jam

Cefriakson 1 g im/iv tiap 24 jamc. Gonore pada bayi dan anak

1. Sepsis, arthritis, meningitis atau absen kulit kepaka pada bayi

Cefriakson 25-50 mg/kg/hari/im 1 kali sehari selama 7 hari

Cefotaxime 25 mg/kg/iv/im tiap 12 jam selama 7 hari

2. Vulvovaginitis, cervisitis, uretritis, faringitis atau proctitis

Cefriakson 125 mg im single dose

3. Bakteremia atau arthritis pada anak

Cefriakson 50 mg/kg im/iv 1 kali sehari selama 7 hari

d. Gonore pada wanita hamil

1. Cefriakson 250 mg dosis tunggal

2. Amoksisilin 3 g + probenesid 1 g

3. Cefixime 400 mg dosis tunggal (FKUI, 2013).

BAB 4

PEMBAHASANDari anamnesis didapatkan data Seorang laki-laki 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan nyeri saat kencing . Nyeri dirasakan 4 hari ini dan disertai rasa panas saat kencing. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar nanah di akhir kencing keluhan tersebut dirasakan 1 hari sebelum ke poli. Pasien mengaku 4 hari yang lalu pernah berhubungan seksual dengan pacarnya. Saat ini belum diobati sama sekali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-). Pada Regio inguinalis dan skrotum tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri di bagian yang lain. Dari data didapatkan pasien adalah seorang laki-laki 25 tahun. Hal ini sesuai dengan teori menyatakan bahwa Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita, dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15 sampai 35 tahun (Barakah, 2005).Pasien datang dengan keluhan nyeri saat kencing, nyeri dirasakan 4 hari ini dan disertai rasa panas saat kencing. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar nanah di akhir kencing keluhan tersebut dirasakan 1 hari sebelum ke poli.. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala dari gonore adalah keluhan (sakit) waktu kencing, orifisium yang uretra yang edema dan eritematus, sekret uretra yang purulen (Barakbah, dkk, 2005). Selain itu, pada teori lain juga menjelaskan bahwa gonore dapat memberikan gejala berupa keluar duh tubuh uretra yang mukoid atau mukopurulen diikuti dengan disuria dan keluarnya tetes darah di akhir miksi (Malik SR, dkk, 2004).

Dari anamnesis juga didapatkan data bahwa pasien mengaku pernah berhubungan seksual dengan pacarnya terakhir 4 hari yang lalu sebanyak 5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pasien memiliki resiko terinfeksi kuman N.gonorrhoeae. Dimana hal ini sesuai dalam teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor resiko gonore adalah pola hubungan seksual yang beresiko seperti multipartner (Malik SR, dkk, 2004). Masa tunas relatif singkat, pada pria umumnya bervariasi 2 5 hari, keluhan simtomatik akan muncul sekitar 2 minggu (Fitzpatrick, 2008). Dari pemeriksaan fisik yang lengkap diagnosis kerja mengarah ke Uretritis Anterior Akut Gonore yang tidak diikuti komplikasi lain karena pada Regio inguinalis dan skrotum pasien tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri di bagian yang lain. Hal ini jika dibandingkan dengan teori jika pada penekanan inguinal dan daerah prostat terasa bengkak dan nyeri sekali berarti didadapatkan komplikasi dapat berupa epididimistis ataupun prostatitis ( FK UI, 2013).Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan waktu dan alat. Tetapi di teori seharusnya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Uretritis Anterior Akut Gonore. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan sediaan langsung, kultur, tes definitif, tes ,beta-laktamase atau tes thomson (Malik SR, 2006).Diagnosis banding dari Urethritis Gonorrhoe pada pasien adalah Urethritis Non Gonorrhoe dan trikomoniasis yang dapat disingkirkan dengan penemuan kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstraseluler, dan melalui riwayat perjalanan penyakit penderita. Urethritis Non Gonorrhoe disebabkan Chlamydia trachomatis meiliki masa tunas 1-5 minggu dengan gejala klinis disuria, polakisuri, gatal, sekret jernih-keruh berupa lendir, OUE edema atau kemerahan atau tidak ada kelainan sedangkan trikomoniasis disebabkan Trichomoniasis vaginalis dengan masa tunas 4 hari-3 minggu memiliki gejala klinis Disuria, poliuri, sekret uretra mukoid/ mukopurulen, urin jernih (Julistia, 2011).Diagnosis banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan antara lain: infeksi Trichomonas vaginalis (biasanya memberi gambaran salin positif untuk protozoa), infeksi Candida albicans (gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan diagnosis ditentukan dari kultur/smear organism), Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis (ditandai dengan sindrom well define, sekret malodorous, keabu-abuan dan acidic, pada pemeriksaan smear ditemukan clue cell, yields a fishy, amine odor pada alkalinisasi dengan potassium hidroksida). Semua pasien dengan duh tubuh vagina harus dikultur untuk gonokokus. Walaupun inflamasi vaginitis jarang terjadi bersamaan dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi. Pada laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T. vaginalis dan C. Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat menyebabkan urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai nongonococcal atau nonspecific atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan identifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut nongonococcal urethritis (NGU) (Julistia, 2011).Pasien dalam kasus ini di terapi dengan Cefixime 4x100mg single dose, Doksisiklin 2x100mg, Asam mefenamat 2x500mg. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu penatalaksanaan gonore tanpa komplikasi dengan diberikan cefixime 400mg peroral dosis tunggal, doksisiklin 100mg sehari 2 kali peroral selama 7 hari. Sedangkan pemberian asam mefenamat diberikan untuk mengurangi gejala simtomatik yang ada. (FK UI, 2013)KIE yang diberikan pada pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan penderita.

Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya komplikasi yang menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan tetapi dapat rekurensi kembali apabila pasien tidak menerapkan KIE yang diberikan.BAB 5

KESIMPULANDari anamnesis didapatkan data seorang laki-laki 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan nyeri saat kencing . Nyeri dirasakan 4 hari ini dan disertai rasa panas saat kencing. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar nanah di akhir kencing keluhan tersebut dirasakan 1 hari sebelum ke poli. Pasien mengaku 4 hari yang lalu pernah berhubungan seksual dengan pacarnya. Saat ini belum diobati sama sekali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-). Pada Regio inguinalis dan skrotum tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri di bagian yang lain. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan waktu dan alat. Tetapi di teori seharusnya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Uretritis Anterior Akut Gonore. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan sediaan langsung, kultur, tes definitif, tes ,beta-laktamase atau tes thomson.

Pasien dalam kasus ini di terapi dengan Cefixime 4x100mg single dose, Doksisiklin 2x100mg, Asam mefenamat 2x500mg. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu penatalaksanaan gonore tanpa komplikasi dengan diberikan cefixime 400mg peroral dosis tunggal, doksisiklin 100mg sehari 2 kali peroral selama 7 hari. Sedangkan pemberian asam mefenamat diberikan untuk mengurangi gejala simtomatik yang ada.KIE yang diberikan pada pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan penderita.

Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya komplikasi yang menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan tetapi dapat rekurensi kembali apabila pasien tidak menerapkan KIE yang diberikan.DAFTAR PUSTAKABarakbah J, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 2005.Daili, S.F., 2013. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 369-379.Fitzpatrick. 2008. The Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Dermatology in General Medicine, 7th ed., edited by IM Freedberg et al. The McGraw-Hill Companies.Malik SR, dkk. Dalam Jawas FA, Dwi M. 2008 Penderita Gonore di Divisi PMS Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002 2006. FK UNAIR. SurabayaThe CDC. 2002. Guidelines For The Treatment Of Sexually Tramsmitted Diseases :Implication For Womens Health Care. J of Midwifery and Womens Health. 2003;48:96-104Wong B. 2011. Gonococcal Infections. Di akses 2 mei 2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/218059-overviewWorld Health Organization, 2001. Global Prevalence and Incidence of Selected Curable Sexually Transmitted Infections Overview and Estimates. Geneva: World Health Organization.World Health Organization, 2007. Sexually Transmitted Infections. Available from: http://www.who.int/mediacentre/