20
LAPORAN KASUS ODS KATARAK SENILIS MATUR Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Penguji kasus : Dr. dr. Winarto, Sp.MK, Sp.M (K) Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian Dibacakan oleh : Elva Kadarhadi Dibacakan tanggal : 14 Maret 2013

Laporan katarak senilis matur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan katarak senilis matur

Citation preview

Page 1: Laporan katarak senilis matur

LAPORAN KASUS

ODS KATARAK SENILIS MATUR

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus : Dr. dr. Winarto, Sp.MK, Sp.M (K)

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Elva Kadarhadi

Dibacakan tanggal : 14 Maret 2013

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Laporan katarak senilis matur

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus ODS katarak senilis matur,

Penguji kasus : Dr. dr. Winarto, Sp.MK, Sp.M (K)

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Elva Kadarhadi

Dibacakan tanggal : 14 Maret 2013

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Departemen Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 14 Maret 2013

Mengetahui

Penguji kasus

Dr. dr. Winarto, Sp.MK, Sp.M (K)

Pembimbing

dr. Leidina Rachmadian

2

Page 3: Laporan katarak senilis matur

ODS KATARAK SENILIS MATUR

LAPORAN KASUS

Penguji kasus : Dr. dr. Winarto, Sp.MK, Sp.M (K)

Pembimbing : dr. Leidina Rachmadian

Dibacakan oleh : Elva Kadarhadi

Dibacakan tanggal : 14 Maret 2013

I. PENDAHULUAN

Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media

refrakta dan saraf. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada salah satu dari

komponen tersebut, akan dapat mengakibatkan penurunan tajam

penglihatan, salah satunya adalah katarak. Katarak adalah suatu keadaan

kekeruhan pada lensa yang diakibatkan oleh metabolisme lensa yang

terganggu sehingga terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan

berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.1 Katarak dapat terjadi akibat

proses penuaan, trauma fisik, radiasi, pengaruh zat kimia, penyakit

intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.2,3

Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh

dunia. Seperti tercantum dalam Vision 2020 tahun 2006, 47% penyebab

kebutaan di dunia adalah katarak, dimana angka rata-rata operasi katarak di

Indonesia adalah 468 per juta penduduk per tahun.2 Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia yakni

sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, disusul glaukoma,

gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif, dan penyakit mata lainnya.

Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8%

mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Survei Kesehatan Rumah

Tangga tahun 2001, yaitu 1,2%. Dengan bertambahnya usia harapan hidup

dan populasi usia lanjut, diperkirakan angka kejadian kasus katarak akan

terus meningkat.4

3

Page 4: Laporan katarak senilis matur

II. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Umur : 82 tahun

Agama : Islam

Alamat : Mantingan RT 003 RW 002, Pati

Pekerjaan : Tidak bekerja

III. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan

anak pasien pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.00 WIB di Bangsal Mata A4

RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

+ 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur seperti

berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan

kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah

membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat

dekat maupun jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah

(-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-),

melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).

+ 8 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penglihatan kedua mata

semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua

matanya. Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu

untuk beraktivitas. Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUP Dr. Kariadi,

Semarang.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menggunakan kacamata baca

Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal

4

Page 5: Laporan katarak senilis matur

Riwayat tekanan darah tinggi disangkal

Riwayat penyakit kencing manis disangkal

Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal

Riwayat Hipertensi dalam keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien sudah tidak bekerja. Suami pasien sudah meninggal. Pasien tinggal

bersama keluarga anaknya. Pembiayaan pengobatan pasien ditanggung Askes.

Kesan : Sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.00 WIB di Bangsal Mata

A4 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Status Praesens

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis GCS=15

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg Suhu : 360C

Nadi : 80 x/menit RR : 18x/menit

Pemeriksaan fisik : Kepala : Mesosefal

Thoraks : Cor : tidak ada kelainan

Paru : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

5

Page 6: Laporan katarak senilis matur

Status Oftalmologis

Oculus Dexter Oculus Sinister

1/∞ LPB VISUS 1/∞ LPB

Tidak Dilakukan KOREKSI Tidak dilakukan

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata ke segala arah

baikPARASE/PARALYSE

Gerak bola mata ke segala

arah baik

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA Edema (-), spasme (-)

Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Jernih

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-)

Kripte (+), sinekia posterior (-) IRIS Kripte (+), sinekia posterior (-)

Bulat, sentral, regular,

Ø 3mm, Refleks pupil (+) NPUPIL

Bulat, sentral, regular,

Ø 3mm, Refleks pupil (+) N

Keruh merata LENSA Keruh merata

(-) FUNDUS REFLEKS (-)

T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal

Tidak dilakukanSISTEM CANALIS

LACRIMALISTidak dilakukan

6

OD

Lensa keruh merata Lensa keruh merata

OS

Page 7: Laporan katarak senilis matur

RESUME

Seorang wanita 82 tahun datang ke RSUP Dr.Kariadi dengan keluhan

penglihatan kedua mata kabur. + 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan

kedua mata kabur seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan

semakin kabur. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat

melihat dekat maupun jauh.

+ 8 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penglihatan kedua mata

semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua

matanya dan keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu

untuk beraktivitas.

Status Genaralisata : dalam batas normal

Status Ofthalmologis :

Oculus Dexter Oculus Sinister1/∞ LPB VISUS 1/∞ LPB

Keruh merata LENSA Keruh merata

(-) FUNDUS REFLEKS (-)

V. DIAGNOSIS BANDING

ODS Katarak Senilis Matur

ODS Katarak Senilis Hipermatur

VI. DIAGNOSIS KERJA

ODS Katarak Senilis Matur

VII. TERAPI

Rencana OD ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra

Ocular Lens (IOL)

7

Page 8: Laporan katarak senilis matur

VIII. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad vitam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Ad bonam

IX. SARAN

Pemeriksaan pre-operasi

a. Pemeriksaan mata : retinometri, keratometri, tonometri, USG B

Scan, USG Biometri, spoeling test, pemeriksaan sekret mata

b. Pemeriksaan sistemik : tanda vital, EKG, pemeriksaan darah (darah

rutin, kadar gula darah, PTT dan PTTK), elektrolit, ureum,

kreatinin.

X. EDUKASI

1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur

disebabkan katarak pada kedua lensa mata,

2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat

tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada

mata,

3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak,

jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,

4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,

kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan

reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,

5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan

pascaoperasi.

8

Page 9: Laporan katarak senilis matur

XI. DISKUSI

Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab

paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat,

termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok,

dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)

lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar

kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing

jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi

tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.

Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti

pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada

pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp,

funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan. Berdasarkan usia katarak

dapat diklasifikasikan dalam: 1,2

1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)

2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)

3. Katarak senile (usia >50 tahun)

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis

Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air+masa lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Penyulit Glaucoma Glaucoma, uveitis

Tatalaksana katarak

9

Page 10: Laporan katarak senilis matur

Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan

apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi

pembedahan pada katarak senilis :

- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun

visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan

menjadi tenang.

- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit

- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan

sehari-hari atau visus < 6/12.

Terapi pembedahan :

1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada

EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada

teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan

teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/

berdegenerasi/ mudah diputus.2

a. Keuntungan :

- Tidak timbul katarak sekunder

- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,

cryoprobe, forsep kapsul)

b. Kerugian :

Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :

- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda

- Astigmatisma yang signifikan

- Inkarserasi iris dan vitreus

- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,

endolftalmitis.

10

Page 11: Laporan katarak senilis matur

2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus

dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal.

Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat

keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu,

juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak

tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus

dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/

Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di

posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini

dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2

a. Keuntungan :

1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK

2. Karena kapsul posterior utuh maka :

- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi

- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL

- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan

vitreus dengan iris dan kornea

- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul

antara aqueous dan vitreus

- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat

menyebabkan endofthalmitis.

b. Kerugian :

Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan

getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui

insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan

luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik

ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak

11

Page 12: Laporan katarak senilis matur

senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan

keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan

lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi,

dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4

Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah,

proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat

sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh

karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko

prolaps vitreus.5

Persiapan operasi :

1. Status oftalmologik

Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi

TIO normal

Saluran air mata lancar

2. Keadaan umum/sistemik

Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,

waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal

Tidak dijumpai batuk produktif

Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut

harus terkontrol.

Perawatan pasca operasi :

1. Mata dibebat

2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi

3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi

mata yang baru dioperasi, dan mengejan keras.

4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.

5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi

(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D

12

Page 13: Laporan katarak senilis matur

untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi.

Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya.

Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca

operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak

paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan,

dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah.

Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau

malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.5

Pasien ini didiagnosis sebagai ODS katarak senilis matur dengan dasar pemikiran

sebagai berikut:

1. Anamnesis:

- Pasien berusia 82 tahun katarak senilis,

- Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan

semakin kabur dengan kondisi mata tenang.

2. Pemeriksaan oftalmologis:

- Visus ODS 1/∞ LPB

- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan merata pada ODS ODS

katarak senilis matur.

Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak

untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma

sekunder, uveitis, dan endoftalmitis. Operasi katarak yang dianjurkan

untuk dipilih adalah EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler) dan

pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) pada OD dengan pertimbangan

bahwa derajat kekeruhan lensa pasien sudah merata sehingga nukleus

lentis tergolong keras. Apabila dilakukan teknik Fakoemulsifikasi,

beresiko lebih besar untuk terjadinya robekan pada kapsula posterior.

Untuk operasi katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata

kanan sembuh terlebih dahulu.

13

Page 14: Laporan katarak senilis matur

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta :

Widya Medika, 2000

2. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu

Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1998

3. Rumah Sakit Mata ‘Bersayap’ Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine

Airlangga University [serial online] 2010. Avalaible from:

www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-

indonesia

4. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah

Mada. 2007.

5. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract.

Singapore : American Academy of Ophthalmology, 2008.

14