Upload
imoeng-sato-to
View
92
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan tp3i
Citation preview
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Jumat/ 25 April 2014m.k Teknik Pencegahan Penyakit Dosen : Dr. Munti Yuhana dan Pengobatan Ikan Wida Lesmanawati, M.Si
M Arif Mulya, S.Pi
PENCEGAHAN PENYAKIT Streptococcocis dengan METODE VAKSINASI HKC (Heat Killed Vaccine) dan FKV (Formalin Killed Vaccine)
secara INJEKSI INTRAMUSKULAR
Disusun oleh :Kelompok 4/P1
Dani Irwanto (J3H112031)Gilang Alfian Rustendi (J3H212069)Rini Febrijayanti (J3H112017)Yusuf Zulkarnaen (J3H112008)
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYAPROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2014
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit
sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan
kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang.
Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik,
terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak.
Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan
spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih
dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa
spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut
maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi
obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang
sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat
menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang
singkat.
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan
kemampuan ikan dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal.
Timbulnya sakit dapat diakibatkan infeksi patogen yang apat berupa
bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat defisiensi atau malnutrisi,
atau sebab-sebab lain (Effendi 2004). Sedangkan menurut Supriyadi dan Rukyani
(1990), secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit
merupakan interaksi dari 3 faktor yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau
stressor eksternal (yaitu perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan,
tingkat higienik yang buruk, dan stres).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan adalah aspek luar kulit
(warna, perubahan warna menjadi pucat, hemoragik/ pendarahan di dalam, luka-
luka, dan parasit), sirip dan ekor (perubahan morfologi, hilangnya warna, dan
hemoragik), sungut (patah, rusak, memendek, dan hemoragik), bentuk (skoliosis,
skordosis, kifosis), dan mata (kekeruhan lensa dan hemoragik).
I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas vaksinasi
dalam pencegahan penyakit Streptoccosis.
II. METODOLOGI
II.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014 pada pukul
14.30 – 17.00 WIB, bertempat di Laboratorium Perikanan (BAK) dan
pengamatan dilaksanakan pada tanggal 22-28 Maret bertempat di Laboratorium
Perikanan (BAK), Kampus Cilibende Program Diploma, Institut Pertanian
Bogor.
II.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah Baskom, akuarium,
syringe, kain basah, seser, timbangan digital dan kamera.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakkan
vaksinasi Streptococcu sp. HKC dan FKC, larutan fisiologis atau PBS (Phospate
Buffer Saline), dan klorin.
II.3 Langkah kerja
Prosedur pada pencegahan penyakit Streptococcus dengan metode vaksinasi
HKV dan FKV secara injeksi intramuskular dimulai dengan persiapan wadah.
Wadah dicuci dan didesinfeksi dengan kaporit serta dibilas. FR pakan yang
digunakan sebesar 3%. Jumlah pakan yang dibutuhkan ditimbang. Pakan
diberikan kepada ikan dengan frekuensi 2 kali sehari pagi dan sore hari. Ikan nila
dimasukkan ke dalam akuarum sebanyak 10 ekor. Pada hari ke 4, dilakukan
vaksinasi. Ikan dipegang kuat agar ikan tidak bergerak-gerak. Ikan di suntik
vaksin sebanyak 0,1 ml per ekor di bagian intramuskular dengan posisi kepala
ikan disebalah kanan. Untuk kontrol negatif, ikan di suntik dengan PBS steril saja
sebanyak 0,1 ml dan untuk kontrol positif, ikan nila di suntik juga dengan PBS
steril sebanyak 0,1 ml. Pada hari jumat, ikan semua perlakuan kelompok dan
kontrol positif dilakukan uji tantang dengan penyuntikan Streptococcus
agalactiaegalu patogen. Sedangkan pada kontrol negatif tidak dilakukan uji
tantang. Ikan disuntik sebanyak 0,1 ml per ekor di bagian intramuskular. 1 ekor
ikan dari kontrol positif di bedah dan di foto close up organ tubuh ikan agar dapat
dibandingkan dengan organ dalam ikan nila yang terjangkit bakteri Streptococcus
agalactiae. Ikan nila di pelihara selama 7 hari dan diberi pakan serta di amati.
Hasil pengamatan di catat dan didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Berikut ini adalah hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum uji
tantang terhadap vaksin Streptococcus sp.
Tabel 1. Pengamatan uji tantang vaksin Streptococcus sp.
Perlakuan SRSisa paka
nAbnormalitas
Kontrol positif
ikan 190% 11,6
Cloudy eye, organ dalam normalikan 2 normalikan 3 normal
Kontrol negatif
ikan 190% 10,7
cloudy eye, organ dalam normalikan 2 sirip geripis, organ dalam normalikan 3 normal
kelompok 1HKC 60oC
ikan 1
100% 18,5
empedu hijau cerah,usus pucat,insang merahikan 2 empedu hitam,usus pucat,insang pucatikan 3 pop eye, insang merah,empedu hitam, usus pucatikan 4 empedu hitam,insang pucat
kelompok 2HKC 90oC
ikan 1
100% 15
cloudy eye,usus kuning,hati pucat,sirip geripisikan 2 hati pucatikan 3 normalikan 4 normal
kelompok 3HKC 121oC
ikan 1
100% 15,6
cloudy eye, usus kuning, ascitesikan 2 cloudy eye, usus kuning, empedu hitam,ascitesikan 3 cloudy eye, usus kuning, ascites, empedu hitamikan 4 sirip ekor geripis, tubuh ascites, empedu hitam
kelompok 4FKC
ikan 1
90% 14,1
pop eye, ascites,hati;insang;empedu pucatikan 2 ascites, sirip geripisikan 3 ekor hilang, empedu hitam,hati;insang pucatikan 4 empedu hitam, hati;insang pucat
kelompok 5HKC 60oC
ikan 1
100% 11,5
empedu hijau cerah, usus pucat,insang merahikan 2 empedu hitam,usus pucat,insang pucatikan 3 pop eye, insang merah, empedu hitamikan 4 empedu hitam,usus pucat,insang pucat
kelompok 6HKC 90oC
ikan 1
100% 15
cloudy eye,usus kuning,hati pucat,sirip geripisikan 2 hati pucatikan 3 normalikan 4 normal
kelompok 7HKC 121oC
ikan 1100% 13
cloudy eye, sisik terkelupasikan 2 cloudy eye, sisik terkelupasikan 3 cloudy eye
ikan 4 cloudy eye
kelompok 8FKC
ikan 1
100% 16,1
cloudy eye, sirip geripisikan 2 cloudy eye, sirip geripisikan 3 normalikan 4 normal
Interpretasi :
Ikan kontrol baik kontrol positif maupun negatif memiliki Survival rate
90%. Sedangkan ikan yang disuntik vaksin memiliki Survival rate rata – rata
100%. Sisa pakan ikan uji tantang lebih banyak daripada sisa pakan ikan kontrol.
Abnormalitas pada ikan uji tantang lebih banyak dibanding ikan kotrol.
Tabel 2. Tabel Pengamatan SR
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%110%
Tabel SR
Kontrol positifKontrol negatifkelompok 1 HKC 60oCkelompok 2 HKC 90oCkelompok 3 HKC 121oCkelompok 4 FKCkelompok 5 HKC 60oCkelompok 6 HKC 90oCkelompok 7 HKC 121oCkelompok 8 FKC
III.2 Pembahasan
Penyakit merupakan hambatan penyebab kematian ikan budidaya, penurunan
produksi, kerugian ekonomi pagi pembudidaya. Kemoterapi (obat dan antibiotika)
salah satu upaya pengendalian penyakit parasitik dan bakterial, tetapi Antibiotika
menimbulkan masalah resistensi bakteri, residu antibiotika di ikan keamanan
pangan, dan residu antibiotika di perairan kerusakan lingkungan. Vaksin atau
sistem kekebalan ikan merupakan sistem yang bekerja untuk mempertahankan
tubuh terhadap serangan agensia penyakit (penempelan, infeksi, target organ,
berkembang, menyebar). Jenis-jenis vaksin , yakni Killed vaccine (vaksin in-aktif)
, Live-vaccine (vaksin hidup) dan Vaksin sub-unit (vaksin rekombinan). Killed
vaccine (vaksin in-aktif) merupakan patogen yang dimatikan yang p aling banyak
dipakai bakteri utuh yang diinaktivasi dengan formalin atau pemanasan. Efektif
menginduksi respon humoral (antibodi), tetapi kurang efektif merangsang
kekebalan selular dan mukosal.. Live-vaccine (vaksin hidup) adalah patogen yang
dilemahkan (live-attenuated), seperti infeksi oleh patogen tapi tidak menimbulkan
penyakit. Terpapar antigen dalam waktu yang lama sehingga efektif dalam
merangsang kekebalan selular. Kemungkinan patogen menjadi ganas kembali sulit
mendapatkan ijin. Rekayasa genetik: gen virulensi dihilangkan sehingga patogen
tidak ganas. KV-3 (Kovac, Israel). Dan Vaksin sub-unit (vaksin rekombinan)
Vaksin dari bagian atau komponen mikroorganisme misalnya kapsul polisakarida,
exotoksin, atau Protein rekombinan hasil rekayasa genetik, yakni kloning gen
imunogenik ke dalam bakteri sebagai ‘pabrik’ produksi protein imunogenik.
Cocok untuk membuat vaksin dari patogen yang sulit dikultur masal seperti virus,
Piscirickettsia dan Renibacterium salmoninarum. Pada vaksin gen VP2 untuk IPN
pada ikan salmon kecil resiko patogen menjadi ganas.
Keuntungan yang dirasakan dengan memanfaatkan vaksinasi diantaranya
aman, ramah lingkungan, dan memberi perlindungan lama. Aman, karena bahan
vaksin merupakan racun yang membahayakan ikan. “Jika terjadi kesalahan dalam
pemberian dosis misalnya terlalu banyak, juga tidak menyebabkan gangguan
fisiologis pada ikan,” katanya.
Bahan vaksin juga ramah terhadap lingkungan dan manusia serta tidak
meninggalkan residu berbahaya. Vaksinasi juga menjanjikan waktu perlindungan
yang lebih lama, sekitar 2 hingga 3 bulan.
Metode pemberian vaksin yang umum dilakukan yaitu melalui suntikan,
rendaman, lewat oral, maupun pakan. Masing-masing metode memiliki kelebihan
dan kekurangan jka ditinjau dari efektivitas vaksin serta teknik pemberiannya.
Cara suntikan memberikan efektifitas vaksinasi yang paling baik, tetapi untuk
melakukan cara ini diperlukan keterampilan dan jumlah tenaga kerja yang banyak.
Sedangkan, metode secara oral mudah dilakukan, namun tingkat efektifitasnya
kecil.
Vaksin itu ada yang berupa sel utuh, komponen sel, atau protein. Seberapa
jumlah vaksin yang dibutuhkan untuk tiap ekor ikannya sangat tergantung dari
jenis vaksin, cara pemberian, dan ukuran ikan. Jangan memvaksin ikan yang lagi
sakit/stres. Tunggu hingga ikan dalam keadaan optimal. Suhu air diatas 26 °C.
Karena suhu air diatas 28 °C menyebabkan respon antibodi akan lebih cepat
terbentuk. Dan air yang digunakan harus bebas dari unsur polutan. Karena polutan
dapat menghambat pembentukan antibodi.
Vaksin yang digunakakn pada praktikum ini adalah untuk pencegahan
penyakit Streptococcosis akibat infeksi Streptoccocus sp. merupakan penyakit
pada ikan nila yang biasa dihadapi oleh pembudidaya dan dapat menyebabkan
kematian yang tinggi. Penelitian ini meliputi pengujian kerentanan ikan nila
terhadap infeksi bakteri Streptococcus sp. , distribusi bakteri Streptococcus sp. di
dalam tubuh ikan nila, dan perubahan makroskopis dan mikroskopis akibat infeksi
bakteri Streptococcus sp. pada ikan nila (2011 Repository).
Berdasarkan hasil pengamatan uji tantang dengan kontrol (-) dan kontrol (+)
dapat diperoleh hasil, yakni rata-rata abnormalitas pad setiap kelompok dengan
perlakuan yang berbeda didapatkan ikan empedu yang menghitam, hati memuca,
sirip geripis pada pangkal ekor dan terkelupasnya sisik pada bekas suntikan. Dan
persamaan pada uji kontrol (-) dan (+) dengan uji tantang, yakni didapatkan
cloudy eye dan organ dalam yang tidak normal. Hal ini dapat membuktikkan
bahwa vaksin FKC dan HKC yang diberikan tidak berkontraksi dengan baik
dalam tubuh ikan. Karena pada uji kontrol negatif ikan tidak disuntikkan sama
sekali vaksin hanya disuntikkan PBS.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan pencegahan penyakit Streptococcosis dengan metode
vaksinasi HKC dan FKC secara injeksi intramuskular dapat ditarik kesimpulan
bahwa ikan yang digunakan untuk uji tantang maupun kontrol adalah ikan yang
sudah sakit. Karena selama pengamatan dan setelah di nekropsi ditemukan organ
ikan yang tidak sehat serta respon pakan yang kurang seperti nafsu makan ikan
sehat pada umumnya. Diberikan vaksin bukannya terjadinya pencegahan tetapi ikan
tersebut sudah tersebar penyakit Streptococcosis dari bakteri Streptococus sp.
4.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
yakni vaksin yang diberikan kepada ikan dengan dosis yang beragam. Dosis vaksin
yang diberikan kepada ikan ditingkatkan dan menggunakan vaksin yang lebih
beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://diskanla.indramayukab.go.id/component/content/article/12-warta/41-
vaksinasi-pada-ikan.html
http://dkp.kaltimprov.go.id/berita-146-apa-manfaatnya-vaksinasi-ikan.html
Repository.2011. [diunduh]. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/48096
Supriyadi, H and A. Rukyani. 1990. The use of antibiotics and drugs for treatment of bacterial disease on fish and shrimp in Indonesia. In. Disease in Asian Aquaculture I. M. Shariff, R.P. Subashinghe and J.R. Arthur (eds), p. 515-517. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Manila, Philippines
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Kontrol negatif (-)
Pengamatan Minggu, 23 Maret 2014
(a).kondisi eksternal ikan, (b).kondisi sisik bekas suntikan, (c).mata seperti berjamur, (d).ekor masih normal, (e).kondisi internal ikan menghitam dan berbau busuk.
B. Dokumentasi Kelompok 4
Ikan 1
(a) Kondisi tubuh ekternal ikan tampak kiri ,(b) Kondisi tubuh ekternal ikan tampak kanan, (c) bagian mata sebelah kanan, (d) bagian mata sebelah kiri, (e) sisik masih terlihat normal , (f) organ bagian dalam ikan (g) insang normal, hati bewarna pucat, dan ginjal menghitam
Ikan 2
(a). Kondisi tubuh ekternal ikan tampak kiri,(b). Kondisi tubuh ekternal ikan tampak kanan, (c). Organ baian dalam, (d). insang normal, hati bewarna pucat, dan ginjal menghitam
C. Dokumentasi Proses injeksi vaksin HKC, FKC, dan kontrol
(a).Ikan nila, (b) Ikan diambil dari media menggunakan lap basah, (c). Ikan disuntik sebelah kiri dibagian dorsal, (d). Suntikkan masuk kedalam tubuh 45°, (e). Bahan PBS