Upload
hamien
View
306
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Laporan Bulan Maret 2014 Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan dapat terselesaikan pada waktunya.
Laporan Bulan Maret 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan disusun sebagai bagian dari
proses monitoring dan evaluasi bulanan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaiannya.
Selain itu, tersedianya laporan ini sekaligus juga bagian dari upaya melaksanakan prinsip
keterbukaan informasi yang merupakan salah satu bagian penting dari good governance
(kepemerintahan yang baik).
Pada Bulan Maret 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa
kegiatan yang strategis dalam menunjang kinerja capaian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
yaitu: (a) Kick off Meeting Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, (b) Sosialisasi UU
No.1/20014 jo. UU No.27/2007 dan mekanisme Penyusunan dan Penetapan RZWP3-K (c)
Brainstorming Pengelolaan Ruang Udara Nasional (d) bilateral Meeting Sekretariat BKPRN-
Kementerian Pertanian, (e) Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan 2014, Rapat Pembahasan
Target RKP 2015 dan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan (f) Rapat Koordinasi Penyediaan Citra
bagi Penyusunan Peta Dasar Pertanahan, (g) Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran
Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2014, (h) Pembahasan Rancangan Teknokratik RPJMN
2015-2019 Bidang Pertanahan.
Demikian, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi kita
semua dalam melaksanakan tugas di Kementerian PPN/Bappenas.
Jakarta, April 2014
Direktur Tata RuangdanPertanahan
Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP.
NIP.19630726 199203 1 001
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II KEGIATAN INTERNAL ................................................................................................................ 2
2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ....................................... 2
2.2 Kegiatan Utama ......................................................................................................... 3
2.3 KegiatanPendukung.................................................................................................. 7
2.4 Milis, Portal dan Scribd Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ............................... 15
BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ........................................................................................................ ..17
BAB IV RENCANA KEGIATAN BULAN APRIL2014 ............................................................................. 49
BAB V KEGIATAN TRIWULAN I DAN RENCANA KEGIATAN TRIWULAN II .......................................... .50
BAB V PENUTUP ................................................................................................................................ 55
LAMPIRAN
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|iii
DAFTAR SINGKATAN
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APBD : AnggaranPendapatandanBelanja Daerah APBN : AnggaranPendapatandanBelanjaNegara ASEAN : Association of Southeast Asian Nations ASKES : Asuransi Kesehatan BKPRD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BKSP : Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi BNPP : Badan Nasional Pengelola Perbatasan BPLHD : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BP KPBPB : Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPN : BadanPertanahanNasional CPAP : Country Programme Action Plan CSR : Corporate Social Responsibility DAK : Dana AlokasiKhusus DIRJEN : DirektoratJenderal DUKCAPIL : Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil DJA : Direktorat Jenderal Anggaran DJSN : Dewan Jaminan Sosial Nasional DPCLS : Daerah Penting Cakupan Luas Dan Strategis DPD : Dewan Perwakilan Daerah DPR : DewanPerwakilan Rakyat EO : Event Organizer FGD : Focus Group Discussion IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi IKU : Indikator Kinerja Utama IRSA : Indonesia Road Safety Award INFOSOS : InformasidanSosialisasi IP4T : Iventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah JCC : Jakarta Convention Center JFP : JabatanFungsionalPerencana K/L : Kementerian/Lembaga K-MAP : Knowledge Map KAK : Kerangka Acuan KErja Kemensos PKH : Kementerian Sosial Program Keluarga Harapan KemenPAN RB : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLHS : KajianLingkunganHidupStrategis KM : Knowledge Management KMC : Knowledge Management Center KPI : Komisi Penyiaran Indonesia KPJM : Kerangka Pendanaan Jangka Menengah KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi KP2B : Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan KP3EI : Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia KPP-PA : Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|iv
KSN : KawasanStrategisNasional LAPAN : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MEA : Masyarakat Ekonomi Asean OMS : Organisasi Masyarakat Sipil PBI : Penerima Bantuan Iuran PERPRES : PeraturanPresiden PKN : Pusat Kegiatan Nasional PKL : Pusat Kegiatan Lingkungan PKW : Pusat Kegiatan Wilayah PMD : Pembangunan Masyarakat Desa PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PP : Peraturan Pemerintah PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional PPRG : Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender PPUPN : Pekerja Penerima Upah Pegawai Negeri PRODA : Program Agraria Daerah PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara PZ : Peraturan Zonasi P2KPB : Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan PU : PekerjaanUmum RAN : ReformaAgrariaNasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation RKP : Rencana Kerja Pemerintah RPERPRES : Rancangan Peraturan Presiden RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RUU : RancanganUndang-undang RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SARBAGITA : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan SDA : SumberDayaAlam SDM : SumberDayaManusia SIMTARU : Sistem Informasi Tata Ruang SK : SuratKeputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP : Standard, Operating and Procedure TA : TahunAnggaran TAP MPR : Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat TP : TugasPembantuan TPI : Tim Penilai Independen TPT : Tim Penilai Teknis TPU : Tim Penilai Utama TRP : Tata RuangdanPertanahan UKL-UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup - Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UNDP : United Nations Development Programme
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|v
UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change UU : Undang-undang UUPR : Undang-Undang Penataan Ruang WAMEN : WakilMenteri WP3WT : Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bulan Maret 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama antara lain, Kick off Meeting Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, Sosialisasi UU No.1/2014 jo. UU No.27/2007 dan mekanisme Penyusunan dan Penetapan RZWP3-K serta brainstorming Pengelolaan Ruang Udara Nasional. Selain itu juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung antara lain Bilateral Meeting Sekretariat BKPRN-Kementerian Pertanian, Rapat Persiapan Pameran Perencanaan Pembangunan 2014, Rapat Pembahasan Target RKP 2015 dan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan, Rapat Koordinasi Penyediaan Citra bagi Penyusunan Peta Dasar Pertanahan, Pembahasan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa kegiatan yang sudah selesai dan ada pula kegiatan yang masih berlanjut. Kegiatan yang telah selesai terlaksana adalah Sosialisasi UU No.1/20014 jo. UU No.27/2007 dan mekanisme Penyusunan dan Penetapan RZWP3-K, brainstorming Pengelolaan Ruang Udara Nasional, Bilateral Meeting Sekretariat BKPRN-Kementerian Pertanian, Rapat Koordinasi Penyediaan Citra bagi Penyusunan Peta Dasar Pertanahan. Sedangkan untuk kegiatan yang masih berlanjut yaitu Kick off Meeting Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, rapat Pameran Perencanaan Pembangunan 2014, Rapat Pembahasan Target RKP 2015 dan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan dan Pembahasan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. Dalam laporan ini juga terdapat ulasan singkat mengenai pelaksanaan kegiatan Triwulan I Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sebagai bahan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan Direktorat selama Triwulan I. Disamping itu evaluasi kegiatan Triwulan I juga diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan di Triwulan II agar lebih baik. Selanjutnya, pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan Maret 2014.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|2
BAB II
KEGIATAN INTERNAL
Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja.
2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Selama periode Januari-Maret total anggaran yang dimiliki Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan sebesar Rp. 4.190.409.000,- (RM) dengan target rencana anggaran antara bulan Januari
s/d Maret 2014 adalah sebesar Rp.212.078.700,- (5%), kinerja penyerapan atau realisasi antara
bulan Januari s/d Maret 2014 sebesar Rp. 358.708.400,- (8,5%). Disamping itu, terdapat kontribusi
dari: (i) Kajian sebanyak 5%, (ii) Koordinasi penyusunan rencana sebesar 4%, (iii) Koordinasi strategis
RAN sebanyak 5%, (iv) Koordinasi strategis Sekretariat BKPRN sebesar 11% dan (v) Knowledge
Management sebesar 22%
Adapunnilai-nilai tersebut diperoleh dari mekanisme pencairan :UP (I dan III) dan TUP (I-II).
Realisasi digunakan untuk membiayai gaji tenaga kontrak individu dan konsultan, perjalanan dinas
serta konsinyiring dan FGD. Berikut merupakan diagram rencana penyerapan anggaran Direktorat
TRP tahun 2014:
Diagram 1
3 7 1012
15
2535
45
60
7080
100
13 8.50
20
40
60
80
100
120Rencana dan Penyerapan Anggaran
Dit TRP 2014
% Rencana% Realisasi
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|3
2.2 KegiatanUtama
2.2.1 Kick off Meeting Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional
Kick off meeting dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2014 di SG 5 Kementerian
PPN/Bappenas dengan tujuan untukmensosialisasikan pembentukan Tim Koordinasi Strategis
Reforma Agraria Nasional dan rencana kerja Tim dalam Tahun Anggaran 2014.Beberapa hal penting
yang mengemuka sebagai berikut:
Reforma Agraria menjadi komitmen sesuai dengan yang diamanatkan TAP MPR IX/2001,
tentang pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam.
Tahun 2014 merupakan tahun kedua keberadaan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria
Nasional. Pada tahun ini, dilakukan penambahan keanggotaan. Untuk itu, dilaksanakan
revisi SK pembentukan Tim Koordinasi melalui Surat Keputusan Menteri PPN/Kepala
Bappenas Nomor Kep.9/M.PPN/HK/02/2014 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Strategis Reforma Agraria Nasional, yang beranggotakan Kementerian Kehutanan,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian
Perumahan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pertanahan Nasional, dan
Bappenas.
Rencana kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional pada Tahun Anggaran
(TA) 2014 meliputi :
a. Pengembangan Kebijakan: (i) Kebijakan Sistem Stelsel Positif; (ii) Kebijakan
Redistribusi &Access Reform; (iii) Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan pada
Pengadilan Negeri; dan (iv) Kebijakan SDM Pertanahan
b. Koordinasi Lintas Sektor dan Daerah: (i) Pelaksanaan Program Agraria Daerah
(PRODA) Provinsi Kalimantan Timur; dan (ii) Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
c. Administrasi dan Manajemen : (i) Penyusunan media dan pelaksanaan publikasi; (ii)
Penyusunan laporan kegiatan; dan (iii) Penyusunan TOR dan RAB Tahun Anggaran
2015.
Reforma agraria (redistribusi tanah) telah dilaksanakan oleh BPN setiap tahun namun
capaian target kegiatan tersebut belum cukup baik. Dalam pelaksanaan redistribusi tanah
dilakukan melalui empat sumber tanah yaitu: kelebihan tanah maksimum, tanah negara,
tanah absente dan tanah terlantar. Namun, pelaksanaan redistribusi tanah saat ini
didominasi tanah negarawalaupun dalam pengakuan tanah negara pun masih banyak
terjadi kekalahan dari pihak pemerintah karena tanah telah terlebih dahulu dikuasai oleh
swasta.
Tahun 2013 Tim Koordinasi telah berhasil melakukan: identifikasi peta dasar, peta
sertipikat dan penyusunan rencana pilottata batas kawasan hutan dalam skala 1:5.000
untuk dapat diintegrasikan dengan sistem registrasi BPN. Telah disepakati pelaksanaan uji
cobanya oleh BPN, Kehutanan dan Bappenas sehingga dapat dilakukan penyusunan
pedoman. Ujicoba tata batas kawasan hutan direncanakan di Provinsi Bangka Belitung, dan
Bali dengan tiga klaster hutan. Sedangkan lokasi rencana ujicoba pelaksanaan redistribusi
tanah dan access reform direncanakan di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung.
Perlu dilakukan diskresi terhadap permasalahan sertipikasi tanah transmigrasi terutama
untuk lokasi transmigrasi yang telah dilaksanakan sebelum tahun 1998.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|4
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.1
Adapun tindak lanjut dari pelaksanaan Kick off Meeting Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma
Agraria Nasional adalah menunggu masukan dari anggota Tim Koordinasi untuk perbaikan draf
rencana kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria dalam kurun waktu 1 minggu yang kemudian
akan disampaikan kepada Ibu Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk mendapat persetujuan.
Selanjutnya akan disampaikan kepada Eselon I terkait.
2.2.2 SosialisasiUU No.1/20014 jo. UU No.27/2007, dan Mekanisme Penyusunan dan Penetapan
RZWP3-K.
Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Cakalang, Gedung Minabahari Lt.1, Jl. Medan Merdeka
Timur 16, Jakarta Pusat pada tanggal 12 Maret 2014 dengan tujuan adalah untuk mensosialisasikan:
a) UU No.1/2014 jo UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; dan
b) Mekanisme Penyusunan dan Penetapan RZWP3-K. Terdapat beberapa hal penting yang dibahas
dalam pertemuan ini, diantaranya:
Sebagai implikasi dari adanya Putusan MK terkait Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3),
terkait telah dilakukan perubahan terhadap UU No. 27/2007 dengan diundangkannya UU
No. 1/2014
Substansi perubahan UU No. 27/2007 menjadi UU No.1/2014 meliputi: (i) Mekanisme
sistem perizinan (izin lokasi dan izin pengelolaan); (ii) Perlindungan masyarakat hukum
adat; (iii) penataan investasi di pulau-pulau kecil; dan (iv) pengelolaan kawasan konservasi
berkelanjutan.
Sebagai operasionalisasi UU No.1/2014 serta untuk mengantisipasi terjadinya konflik
dengan sektor-sektor lain yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil (seperti: kehutanan, pertanian, perhubungan, dan pertahanan), perlu segera disusun
peraturan perundang-undangan turunan terutama Peraturan Presiden mengenai izin lokasi
dan izin pengelolaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Sesuai UU No. 27/2007, RZWP3-K Provinsi/Kabupaten/Kota ditetapkan ke dalam bentuk
Perda, sebagaimana halnya dengan penetapan Perda RTRW. Menyikapi hal ini, KKP
mengusulkan untuk merevisi Permendagri yang terkait dengan Perda RTRW sehingga juga
mengatur mekanisme persetujuan dan penetapan RZWP3-K. Permendagri yang diusulkan
dirubah antara lain:
a. Permendagri No.28/2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Perda Rencana
Tata Ruang Daerah
b. Permendagri No. 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|5
c. Permendagri No. 47/2012 tentang Pedoman Penyusunan Perda RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Kemendagri tidak berkeberatan dengan usulan revisi Permendagri tersebut sepanjang
dijelaskan substansi Permendagri yang perlu direvisi beserta dengan penjelasan logisnya.
Masukan-masukan terkait mekanisme pemberian tanggapan dan/atau saran akan diolah
lebih lanjut oleh KKP sebagai bahan untuk finalisasi revisi Permen KKP No. 16/2008
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.2
Sebagai kesimpulan dan tindak lanjut atas kegiatan tersebut perlu dibentuk tim kecil lintas K/L
terkait untuk mempersiapkan proses revisi Permendagri tersebut di atas. Disamping itu diperlukan
pembahasan lebih lanjut dalam forum BKPRN untuk: (i) Penjelasan lebih rinci mengenai muatan dan
dokumen RZWP3-K; (ii) Sinergi RZWP3-K dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
yang terkait dengan wilayah ruang laut; dan (iii) Penejelasan muatan dan kemajuan penyusunan
RUU Pengelolaan Laut (yang mengatur wilayah perairan di atas 12 ml).
2.2.3 Brainstorming Pengelolaan Ruang Udara Nasional
Pertemuan ini diselenggarakan untuk membahas kembali RUU Pengelolaan Ruang Udara
Nasional yang pernah disusun oleh LAPAN berdasarkan amanat UU No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Brainstorming dilaksanakan di Hotel Oria Jakarta pada tanggal 17 Maret 2014.
Beberapa poin pembahasan dalam pertemuan tersebut:
Latar belakang penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional oleh LAPAN:
a. Penataan Ruang Udara di Luar Wilayah Propinsi, Kabupaten/Kota menjadi salah
satu isu pokok pada Rakernas BKTRN 2003 (26 Juni 2003) khususnya pemanfaatan
dan pelestarian sumber daya alam di ruang udara sehingga perlu disusun UU.
b. Dalam Rapat Terbatas Kabinet Gotong Royong (tanggal 10 Februari 2013), Presiden
menginstruksikan untuk melakukan upaya percepatan penyelesaian peraturan
perundang-undangan sebagai aturan pelaksana UU No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang.
c. Atas dasar tersebut Menko Perekonomian, menginstruksikan LAPAN untuk
mengupayakan langkah-langkah percepatan naskah RUU Penataan Ruang Udara di
luar Wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kota.
d. Telah dilakukan Uji Publik dan Sosialisasi terhadap RUU Pengelolaan Ruang Udara
Nasional. Pada tahun 2007 proses harmonisasi RUU Pengelolaan Ruang Udara
terhenti, KemenkumHAM mengembalikan RUU tersebut kepada LAPAN untuk
dilakukan pengkajian ulang.
e. Saat ini, RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional telah masuk Prolegnas 2004-2009.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|6
Materi muatan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional
a. Penentuan ruang lingkup Ruang Udara erat kaitannya dengan: Deliniasi wilayah kedaulatan NKRI, yang belum tercapai kesepahaman antara
LAPAN yang mendasarkan pada UUPR yaitu “ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional”, sedangkan TNI mengacu pada ketentuan United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS’82) bahwa wilayah kedaulatan NKRI merupakan archipelagic state dan UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan bahwa “Kedaulatan Negara RI di perairan Indonesia meliputi laut teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman serta ruang udara di atas laut teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman serta dasar laut dan tanah di bawahnya termasuk sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya”; dan
Pengertian ruang udara. Walaupun belum ada Perjanjian Internasional yang mendefinisikan tetapi UU No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan telah mendefinisikan sebagai berikut:Ruang Udara (airspace) adalah ruang yang mengelilingi dan melingkupi seluruh permukaan bumi yang mengandung udara yang bersifat gas dan antariksa (outer space) adalah ruang beserta isinya yang terdapat di luar ruang udara yang mengelilingi dan melingkupi ruang udara.
b. Beberapa pemanfaatan ruang udara indonesia yaitu sebagai: SDA Berdasarkan letak geografis, lapisan-lapisan ruang udara memiliki peran
penting sehingga menjadikan ruang udara Indonesia sebagai laboratorium atmosfer.
Media Selain sebagai jalur penerbangan, ruang udara juga digunakan sebagai lintasan dan media bagi penyelenggaraan kegiatan keantariksaan.
Sumber kehidupan udara merupakan unsur utama kehidupan karena zat yang terkandung didalamnya, tidak terlihat tetapi ketika tercemar akan terasa.
Tameng pelindung dari sinar yang berbahaya bagi tubuh (sinar ultraviolet) dan benda antariksa lainnya.
c. Ruang Lingkup RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional yaitu: i) Perencanaan dengan jangka waktu 25 tahun; ii) Pemanfaatan; iii) Pengendalian; dan iv) Pembinaan.
Pembahasan lain terkait pemanfaatan ruang udara sekaligus sebagai masukan untuk
penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, antara lain:
a. Kewenangan pengelolaan b. Penggunaan Ruang udara sifatnya multisektor, oleh karenanya perlu kejelasan
pembagian kewenangan, baik Pusat, Sektor dan Daerah. c. Untuk kewenangan Pusat dalam pengelolaan ruang udara ketinggian hingga
110/120 km dpl sedangkan kewenangan Pemda hanya sampai ketinggian 500 meter dari permukaan setempat.
d. Leading Sector Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional e. Sebagai lembaga dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, tupoksi
LAPAN terlalu kecil untuk menyusun RUU Pengelolaan Ruang Udara. Terdapat Kementerian lain sebagai institusi kunci pengguna ruang udara, yang lebih kompeten berwenang dan mengelola yaitu Kemenhub dan TNI AU. LAPAN hanya sebagai institusi yang memiliki tugas dan fungsi melakukan riset dalam pemanfaaatan ruang udara.
f. Pembahasan pada pertemuan akan dijadikan bahan masukan bagi Peninjauan Kembali RTRWN yang juga mengamanatkan beberapa penyusunan KSN dengan tipologi teknologi tinggi yang deliniasi wilayahnya sangat kecil.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|7
g. Pengaturan Pengelolaan Ruang udara didasarkan pada zonasi wilayah pemanfaatan dan sifat fungsional serta mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan (teknologi antariksa dan Ruang udara) dengan mengutamakan prioritas penggunaan.
h. Klasifikasi/zona pemanfaatan ruang udara untuk keperluan sipil meliputi: i) ruang di atas bandar udara (wilayah bandar udara secara eksklusif digunakan hanya untuk kegiatan navigasi), ii) ruang sekitar bandara udara, iii) ruang untuk jalur penerbangan yang telah diatur tersendiri melalui perjanjian antar negara. Selain itu, untuk penerbangan patroli maupun latihan telah ada penentuan zonasinya.
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.3
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan brainstorming tersebut yaitu diperlukan
pertemuanlanjutan untuk pematangan substansi RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, agar tidak
menimbulkan kerumitan dalam implementasinya. Disamping itu, mengingat sifatnya sangat
multisektor, perlu dikaji lebih lanjut mengenai:
Lingkup pengaturan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional (mana yangsudah diatur dan
yg belum)
Bentuk dan kedalaman pengaturan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional;
danPemrakarsa penyiapan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional
2.3 Kegiatan Pendukung
2.3.1 Bilateral Meeting Sekretariat BKPRN-Kementerian Pertanian
Billateral Meeting dilaksanakanpada tanggal 4 Maret 2014 bertempat di Ruang Rapat
Sekretariat BKPRN,yang merupakan tindak lanjut Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN tanggal 19
Februari 2014 dalam rangka penajaman tindak lanjut penetapan LP2B dalam RTRW. Adapun
beberapa hal penting yang dibahas di dalam rapat tersebut antara lain:
Insentif untuk petani agar bersedia menetapkan LP2B diberikan dalam bentuk sarana
prasarana irigasi, jalan dan lain-lain yang bersifat pemberian insentif secara berkelompok,
bukan insentif individu.
Status terakhir penetapan LP2B:
a. 160 Perda RTRW Kabupaten/Kota yang mencantumkan penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan total luasan lahan 4,7 juta Ha.
b. 187 Perda RTRW kabupaten/kota yang telah ditetapkan tetapi belum menetapkan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
Perlu penyusunan mekanisme penetapan LP2B pada:
a. Daerah yang sudah menetapkan RTRW tetapi belum menetapkan LP2B
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|8
b. Daerah yang sudah memiliki persetujuan substansi RTRW kab/kota dari
Kementerian PU
c. Daerah yang sudah menetapkan LP2B, tetapi belum terdapat rincian lokasi dan
luasan hamparannya
Sesuai amanah UU 41/2009, penetapan LP2B dapat dilakukan melalui peraturan
bupati/walikota apabila belum tercantum dalam RTRW.
Perlu integrasi peta Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) Nasional kedalam
RTRWN. Status terakhir: peta KP2B Nasional (skala 1:250.000) telah disampaikan secara
informal kepada Tim Budidaya, Dit. Tata Ruang Wilayah Nasional, Kemen PU.
Sesuai amanat UU No. 41 Tahun 2009, perlu dilakukan integrasi rencana perlindungan LP2B
kedalam Rencana Pembangunan (RPJP, RPJM, RKP).
Pada skala nasional dan provinsi, peta KP2B sudah tersedia dan akan dimasukkan sebagai
bagian revisi RTRWN.
Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat beberapa kesimpulan untuk tindak lanjut
sebagai berikut:
Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian akan berkoordinasi
dengan Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam
Negeri untuk mendorong daerah dalam penetapan LP2B melalui peraturan bupati/walikota
pada 187 kab/kota yang telah menetapkan RTRW namun belum menetapkan LP2B.
Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian akan berkoordinasi
dengan Ditjen. Penataan Ruang, Kementerian PU untuk mengonfirmasi masukan
penetapan LP2B dalam Surat Persetujuan Substansi Dirjen Penataan Ruang pada 144
kabupaten/kota yang yang belum menetapkan Perda RTRW.
Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian akan berkoordinasi
dengan BIG dan BPN dalam penyediaan peta skala 1:5.000 dan 1:10.000, serta inventarisasi
data lokasi LP2B seluas 4,7 juta Ha pada 160 kab/kota yang telah menetapkan RTRW
dengan LP2B.
2.3.2 Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan 2014
Rapat diadakan di Ruang Rapat 203 Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 5 Maret 2014
sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi Pameran yang sebelumnya diadakan pada Rabu, 12 Februari
2014 di Hotel Akmani. Tujuan rapat koordinasi ini adalah pembahasan konsep materi pameran untuk
masing-masing subtema. Beberapa poin penting yang disampaikan dalam rapat tersebut antara lain:
Identifikasi materi pameran dan diskusi interaktif dengan seluruh peserta dari Direktorat
Mitra K/L.
Untuk materi pameran, diberikan informasi fasilitas yang akan ada berupa boothbesar
(3x3m), booth kecil (2x3m), poster wall, multimedia wall, dan perpustakaan mini.
Pengusulan penanggung jawab setiap subtema, yakni: (a) Subtema I: Direktur Aparatur
Negara; (b) Subtema II: Direktur Transportasi; (c) Subtema III: Direktur Perlindungan dan
Kesejahteraan Masyarakat; (d) Subtema IV: Direktur Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal.
Layout yang sudah ada harus disesuaikan kembali dengan kebutuhan peserta.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|9
Terkait dengan pembiayaan, Biro Renortala belum dapat memberikan kepastian mengenai
harga karena harus melihat kembali jumlah booth yang ada. Untuk Diskusi Interaktif dan
keseluruhan teknis pelaksanaan pameran, Renortala bersedia membiayai.
Terkait dengan pembiayaanbooth, para peserta menginginkan pembiayaan tersebut gratis.
Peserta mengusulkan agar di surat undangan dijelaskan mengenai partisipasi K/L termasuk
kejelasan untuk pembiayaan
Sebagai tindak lanjut atas dilaksanakanya kegiatan Rapat Koordinasi Pameran maka perlu
adanya rapat terbatas yang dilakukan antara Karo Humas dan TUP serta Karo Renortala dengan
Direktorat TRP untuk membahas mengenai SK Pameran, surat undangan untuk peserta K/L,
kepastian kontrak dengan pelaksana kegiatan serta pembiayaan pameran dan diskusi interaktif.
Selain itu, masukan untuk materi pameran dan diskusi interaktif ditunggu hingga Jumat, 14 Maret
2014 untuk dikompilasikan dengan matriks identifikasi yang sudah ada.
2.3.3 Rapat Pembahasan Target RKP 2015 dan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan
Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat SG 5 Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 12 Maret
2014 dengan tujuan mengonfirmasi besaran target dan kebutuhan alokasi pendanaan untuk
kegiatan BPN Tahun 2015, dan penyepakatan besaran target dan alokasi pendanaan kegiatan BPN
Tahun 2015.
Rapat diisi dengan diskusi dan tanya jawab dan diperoleh beberapa hal penting sebagai
berikut:
Pembahasan dan struktur pada RPJMN 2015-2019, sedikit berbeda dengan RPJM periode
sebelumnya, karena pada periode Tahun 2015-2019 akan mengalami pergantian Presiden,
sehingga sudah tidak merunut pada Prioritas Nasional, namun berdasarkan prioritas dari
setiap Bidang.
Hasil exercise yang dilakukan BPN terhadap kegiatan IP4T untuk tahun 2014 target yang
ditetapkan sebanyak 182.300 bidang. Untuk tahun 2015 berdasarkan usulan daerah target
hanya mampu sebanyak 142.400 bidang sehingga untuk RPJMN, BPN menurunkan target
untuk tahun 2016-2019 sebanyak 165.000 bidang per tahun.
Kegiatan Penatagunaan Tanah; Kegiatan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan
Wilayah Tertentu (WP3WT); dan Kegiatan Penanganan Sengketa tetap ada pada matriks
2.3, hanya memang kegiatan tersebut tidak menjadi Prioritas Nasional. Kegiatan
Penanganan Sengketa tidak akan selesai apabila akar permasalahannya tidak diselesaikan,
sehingga konflik akan terus terjadi.
Berdasarkan pembahasan dalam rapat tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
Pada rapat pertemuan pembahasan target RKP 2015 dan RPJM 2015-2019 bidang
pertanahan ini, dengan membandingkan exercise yang dilakukan oleh Bappenas dan BPN,
disepakati besar target dan anggaran pada beberapa indikator yang nantinya akan
dimasukkan pada RKP 2015.
Karena rapat pertemuan ini tidak dihadiri oleh Kepala maupun perwakilan dari Biro
Perencanaan dan Luar Negeri BPN dan Biro Kepegawaian, sehingga beberapa poin
pembahasan terhadap indikator:Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar,
dan Penerimaan Juru Ukur belum bisa diputuskan target dan anggaran. Untuk kedua
indikator tersebut akan dikoordinasikan lebih lanjut untuk mendapatkan target dan alokasi
yang sesuai.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|10
Diperlukan rapat lanjutan yang akan diadakan sebelum jadwal Penerbitan Surat Bersama
Pagu Indikatif 2015 untuk mendapatkan target dan alokasi anggaran.
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.4
2.3.4 Rapat Koordinasi Pameran Perencanaan Pembangunan 2014
Rapat koordinasi dilaksanakan di SS 1-2 Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 18 Maret
2014 yang merupakan rapat koordinasi ke-3 yang diadakan di lingkungan Internal Direktorat terkait
di Bappenas, melanjutkan rapat koordinasi yang diadakan pada tanggal 5 Maret 2014 di Ruang 203.
Tujuan rapat koordinasi pameran ini, meliputi: (1) Finalisasi Story line untuk story board, (2) Finalisasi
materi pameran dan diskusi interaktif, (3) Finalisasi Peserta pameran yang akan diundang, (4)
Finalisasi Topik diskusi, narasumber, moderator dan peserta diskusi interaktif, (5) Finalisasi Layout
dan desain ruangan sementara, dan (6) Penyerahan daftar materi dan undangan final kepada
Humas. Beberapa poin penting yang dibahas di rapat sebagai berikut:
Tema RKP yang semula “Melanjutkan reformasi pembangunan bagi peningkatan daya saing
nasional” berubah menjadi “Melanjutkan reformasi pembangunan bagi percepatan
pembangunan ekonomi yang berkeadilan.”
Subtema dikelompokkan menjadi: (a) penyiapan landasan ekonomi yang kokoh; (b)
pembangunan ekonomi yang berkeadilan; (c) peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan (d) pemerataan pembangunan wilayah.
Perubahan nama sub tema III yang semula Tingkatkan Aset Penghidupan berubah menjadi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
Untuk KUR masuk di Subtema II, dengan peserta undangan Menko Perekonomian, PIC
Direktorat Koperasi dan UKM, Bappenas. Jumlah sesi diskusi interaktif menjadi 7 bagian.
Jalan cerita Pameran (story line) disusun dan dibagi menjadi empat bagian utama sesuai
subtema. Story line ini sebagai bahan penyusunan untuk story board yang akan dipasang di
pintu utama saat pameran.
Terkait dengan materi pameran, ada beberapa penyesuaian dan finalisasi. Termasuk untuk
materi dan narasumber untuk diskusi interaktif (terlampir). Subtema diskusi menggunakan
subtema yang sama dengan pameran untuk menjaga kontinuitas subtema.
Dalam rapat tersebut, dilakukan pula komunikasi langsung dengan tim EO. Desain awal
akan disesuaikan dengan kebutuhan peserta, dan kebutuhan booth akan dihitung ulang
setelah melihat materi pameran dan peserta yang ikut. Pihak EO juga akan melakukan re-
layout keseluruhan desain pameran termasuk booth dan kontruksi keseluruhan.
Terkait dengan pembiayaan, pihak Biro Renortala menyebutkan bahwa untuk keseluruhan
pameran akan menjadi tanggung jawab Renortala termasuk Diskusi Interaktif, tetapi untuk
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|11
booth akan kembali melihat hasil perhitungan dari pihak EO, sehingga bisa dipastikan
jumlah pembiayaannya.
Harapan dari seluruh peserta, booth dapat digratiskan.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut pada tanggal Rabu, 26 Maret 2014,
Direktorat TRP akan mengundang seluruh Direktorat Mitra K/L dan seluruh peserta pameran
(Direktorat di Bappenas, K/L, OMS/LSM, Swasta, dan Pemda), untuk menginformasikan
mengenai penyelenggaraan pameran, termasuk materi pameran dan diskusi interaktif, serta
seluruh teknis pelaksanaan pameran.
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.5
2.3.5 Rapat Koordinasi Penyediaan Citra bagi Penyusunan Peta Dasar Pertanahan
Rapat Koordinasi dilaksanakan tanggal 20 Maret 2014 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN yang
bertujuan untuk mengoordinasikan rencana penyusunan Peta Dasar Pertanahan oleh BPN Tahun
2015-2019 dengan rencana pengadaan Data Citra Satelit Resolusi Tinggi oleh LAPAN Tahun 2015-
2019. Dari hasil koordinasi tersebut dicapai beberapa kesepakatan sebagai berikut:
Peta Dasar Pertanahan hingga saat ini hanya tersedia sebesar 13,3% dari seluruh luasan
daratan nasional di luar Kawasan Hutan. BPN menyampaikan minimnya pencapaian
penyusunan peta dasar pertanahan tersebut, salah satunya dikarenakan belum tersedianya
Data Citra Resolusi Tinggi secara lengkap di seluruh wilayah daratan nasional. Ketersediaan
Peta Dasar Pertanahan sangat diperlukan dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah untuk
menjamin kepastian hukum hak atas tanah dan mendukung pencapaian target RPJMN
2015-2019 Bidang Pertanahan;
Dalam kerangka RPJMN 2015-2019, BPN membutuhkan Data Citra Satelit Resolusi Tinggi
seluas ± 65 Juta Ha yang perlu dilakukan pengadaannya oleh LAPAN dalam 5 Tahun;
Dalam penyusunan Peta Dasar Pertanahan oleh BPN di TA 2016, dibutuhkan Data Citra
Satelit Resolusi Tinggi seluas ± 6,5 Juta Ha yang perlu dilakukan pengadaannya oleh LAPAN
di TA 2015;
Data Citra Satelit Resolusi Tinggi yang digunakan oleh BPN dalam penyusunan Peta Dasar
Pertanahan tersebut dapat digunakan juga oleh instansi Pemerintah lainnya seperti BIG,
BPS, dan K/L lainnya;
BPN dan LAPAN akan melaksanakan pertemuan bilateral untuk melakukan pembahasan
dan penyepakatan lebih rinci mengenai lokasi-lokasi yang menjadi prioritas dalam
penyedian data citra satelit resolusi tinggi untuk pemenuhan peta dasar pertanahan, baik
untuk pengadaan LAPAN di TA 2015 maupun rencana pengadaan selama lima tahun dalam
kurun waktu 2015-2019.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|12
Setelah dilaksanakan rapat koordinasi tersebut, masih perlu dilakukan pertemuan bersama
dengan Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan dalam rangka menyusun skenario pendanaan
sebagai konsekuensi pendanaan dari pengadaan citra resolusi tinggi bagi BPN.
2.3.6 Pilot Project Tata Batas Kawasan Hutan
Rapat diadakan di SG 3 Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 28 Maret 2014. Pelaksanaan
kegiatan pilot project tata batas kawasan hutan dilakukan dalam rangka mendukung perubahan
kebijakan pendaftaran tanah publikasi positif. Selain itu, dilakukan untuk mengurangi konflik yang
terjadi antara masyarakat dan pihak kehutanan pada batas kawasan hutan. Pada rapat kali ini,
beberapa hal yang dibahas adalah sebagai berikut:
Terdapat alokasi anggaran untuk kegiatan pembuatan tata batas kawasan hutan di
Kementerian Kehutanan.
Kegiatan publikasi tata batas kawasan hutan dapat memberikan jaminan kepastian hukum
bagi masyarakat terutama yang berada di perbatasan kawasan hutan dan non hutan.
Mekanisme pembiayaan yang dapat dilakukan adalah melalui mekanisme PNBP yang juga
dapat berlaku untuk instansi pemerintah.
Menurut data Kementerian Kehutanan, lokasi pilot project yang diusulkan sudah
mendapatkan SK dari Menteri Kehutanan sehingga dapat dijadikan lokasi kegiatan pilot
project reforma agraria
Perlu dipikirkan apabila terdapat pemanfaatan ruang didalam kawasan hutan hasil
kunjungan lapangan di lokasi pilot project.
Akan dilakukan pemasangan patok terhadap hasil publikasi tata batas kawasan hutan
dengan jarak koridor sesuai ketentuan yang berlaku.
Perlu disiapkan prosedur teknis pengukuran tata batas kawasan hutan oleh BPN dan juga
perhitungan kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pilot project.
Dari pelaksanaan rapat tersebut diketahui bahwa sudah terdapat alokasi anggaran untuk
pembuatan tata batas kawasan hutan pada Kementerian Kehutanan. Namun, perlu dihitung
kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan pilot project ini dan mekanisme pendanaannya. Selain itu,
sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pertemuan lanjutan untuk membahas agenda kerja
pelaksanaan tata batas kawasan hutan, pembentukan tim serta sosialisasi internal di antara anggota
tim. Selain itu, perlu ada kontak perwakilan dari setiap kementerian yang terlibat untuk
memudahkan koordinasi.
2.3.7 Pembahasan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan
Pertemuan diadakan di Hotel Jambu Luwuk, Yogyakarta pada tanggal 13-14 Maret 2014
yangbertujuan membahas rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. Fokus
pembahasan adalah usulan kebijakan pertanahan dalam Draf RPJMN 2015-2019 yang terkait dengan
(i) Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di Pengadilan Negeri; (ii) Pembentukan Bank Tanah; dan
(iii) Reforma Agraria (Diskresi Kasus Tanah Transmigrasi). Terkait dengan usulan kebijakan yang
disampaikan, berikut tanggapan yang disampaikan oleh narasumber:
Prof. Maria Sumardjono
a. Usulan Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di Pengadilan Negeri
Permasalahan pertanahan sifatnya multi dimensi, lintas sektor dan aspeknya sangat luas sehingga tidak dapat dikategorikan kedalam satu kategori khusus baik itu pidana, perdata, maupun tata usaha negara sehingga pembentukan
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|13
pengadilan khusus/kamar khusus pertanahan di Pengadilan Negeri belum tentu efektif menyelesaikan kasus pertanahan yang ada.
Pembentukan Pengadilan Khusus harus jelas kekhususannya (seperti pengadilan anak, HAM, niaga, hubungan industrial, tipikor, pajak, perikanan, ekonomi).
Pembentukanpengadilan khusus/kamar khusus (special chambers) pertanahan sebaiknya ada di Mahkamah Agung.
Munculnya satu kasus pertanahan yang memiliki 3 (tiga) putusan yang berbeda dikarenakan pengajuan penyelesaian kasus tersebut tidak dalam waktu yang bersamaan sehingga memungkinkan kasus tersebut diputus secara pidana, perdata, dan tata usaha negara.
Proses pengambilan keputusan oleh hakim didasarkan pada materi yang diajukan sehingga satu kasus hanya diputus berdasarkan pidana, perdata, atau tata usaha negara sesuai yang diminta pemohon.
b. Pembentukan Bank Tanah
Bank tanah yang akan dibentuk tujuannya untuk mengendalikan harga tanah dan sifatnya lebih pada bank tanah umum yang pengadaan tanahnya dapat dimanfaatkan oleh seluruh sektor pembangunan yang memerlukan
Bank tanah harus jelas bentuknya, lembaganya, SDM, mekanisme operasionalnya dan sebaiknya tidak disangkutkan di BPN tapi lembaga nasional sendiri (board).
Sebaiknya SDM yang mengelola lembaga bank tanah berasal dari lintas K/L. Lembaga bank tanah yang akan dibentuk sebaiknya berjenjang/bertingkat
(nasional, provinsi, kabupaten/kota). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan bank tanah adalah:
(i) luas tanahnya yang dapat dibeli, (ii) mekanisme pengambilan tanahnya (sekaligus atau parsel), (iii) cara perolehan asal tanahnya (dari mekanisme jual-beli atau tanah terlantar), (iv) mekanisme pendanaannya seperti apa (usulan mekanisme masuk kas keluar kas); dan (v) Setelah tanah dibeli apakah akan dijual kembali atau hanya disewakan?
c. Reforma Agraria (Diskresi Kasus Tanah Transmigrasi)
Pelaksanaan transmigrasi bukan merupakan bagian dari Reforma Agraria karena BPN sifatnya hanya memberikan legalisasi aset saja. Konsep Reforma Agraria merupakan restrukturisasi Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
Permasalahan sertipikat tanah transmigrasi dikarenakan asal tanahnya (tanahnya berada dalam kawasan hutan). Masih ada terdapat ± 300 ribu bidang tanah transmigran yang belum disertipikatkan karena tanahnya masih bermasalah.
Bappenas perlu mendorong kejelasan kawasan hutan (tata batas kawasan hutan) terutama setelah terbitnya Keputusan MK No.35/PUU-X/2012
Konsep Reforma Agraria sudah dimasukkan dalam RUU Pertanahanan dan tantangannya adalah pada bagaimana mengkoordinasikan K/L untuk pemberian access.
Kasus diskresi tanah transmigran tujuannya sangat baik dan sebaiknya diselesaikan dengan SKB. Penyelesaian kasus tanah transmigran melalui diskresi harus hati-hati dan perlu dilakukan identifikasi ulang dan survei lapangan.
Sebaiknya aturan mengenai tanah terlantar sebagai sumber tanah redistribusi tanah dibuat dalam bentuk UU dan bukan PP.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|14
Prof. Budi Prayitno
a. Pembentukan Bank Tanah
Jenis bank tanah ada 2 (dua) yaitu : Bank Tanah Khusus (skala kecil dan berorientasi pasar); dan Bank Tanah Umum (skala umum dan tidak berorientasi profit).
Contoh bank tanah yaitu : USA (bank tanah khusus, cenderung pro kapitalis); dan Eropa (bank tanah Umum).
Perlu ada pergesaran administratif pertanahan kearah government based approach untuk menaungi pembentukan bank tanah .
Bank tanah harus dilihat sebagai skema pengembangan wilayah. Dalam draf RUU Pertanahan, Bank Tanah akan dibentuk dalam PP. Namun
sebaiknya dibentuk dalam wadah UU agar lebih kuat. Apabila lembaga bank tanah umum maka sebaiknya tidak ada bank khusus
didalamnya. Usulan pembentukan lembaga bank tanah dalam bentuk badan nasional
(national board) dan sebaiknya ada di level nasional jangan di level provinsi/kabupaten/kota. Lembaga bank tanah harus berada diluar wilayah kewenangan kerja BPN (tidak dibawah BPN).
Perlu ada regulasi yang ketat untuk mengatur mengenai kelembagaan bank tanah dan harus dilihat juga aturan lain terutama mengenai UU Otonomi Daerah.
Pembentukan bank tanah mungkin bisa mencontoh model bank perumahan (Bank BTN dibawah ada Bank Perumahan).
Lembaga bank tanah yang akan dibentuk harus mempertimbangkan dua hal yaitu kepentingan rakyat (welfare) dan kepentingan pembangunan berdaya saing (market) sehingga bank tanah harus menampung dua kepentingan tersebut. Hal ini dikarenakan di beberapa tempat tidak mungkin melakukan ‘freeze’ harga lahan di lahan komersial.
Isu reklamasi belum ada payung hukum yang mengaturnya sehingga ini dapat menjadi masuk bagian pengaturan bank tanah.
Dari kegiatan tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
Perlu ada diskusi dalam forum terbatas dengan mengundang BPN dan Mahkamah Agung
dalam waktu bersamaan atau waktu tersendiri dan diusulkan dalam 2 (dua) minggu
kedepan terkait pembentukan kamar khusus pertanahan di Pengadilan Negeri
Terkait pembentukan bank tanah perlu dikaji mendalam bentuk kelembagaan, SDM,
operasional dan mekanisme pendanaannya.
Untuk usulan diskresi tanah transmigrasi perlu dilakukan identifikasi ulang dan survey
lapangan untuk memastikan transmigran yang tinggal diwilayah tersebut merupakan
transmigrasi asli. Perlu didiskusikan dengan mitra kerja Kementerian Transmigrasi di
Bappenas
Diusulkan adanya kelembagaan setingkat kementerian untuk mengurus tata kelola
pertanahan
2.3.8 Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan PembangunanNasional
Tahun 2014
Rapat dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2014 di Ballroom Hotel Akmani. Rapat ini bertujuan
untuk: (1) Pengenalan Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014, (2) Persiapan substansi
bahan materi pameran. Poin penting yang disampaikan pada kegiatan tersebut, sebagai berikut:
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|15
Untuk materi pameran harus kembali dikonfirmasikan kepada masing-masing peserta dan
jika ada perubahan maupun masukan peserta harus menyerahkan kepada panitia
secepatnya. Termasuk di dalamnya permintaan booth (DJSN, Kemensos PKH, dan
KemenPAN RB Pelayanan Publik) dan pertimbangan kepastian materi.
Terkait dengan permintaan MenPAN RB, disarankan agar mengirimkan surat ke Menteri
PPN/Bappenas untuk diberi waktu menyerahkan penghargaan pelayanan publik terbaik.
Terkait untuk pembiayaan, sewa booth tetap dibebankan kepada peserta dengan fasilitas
yang kemudian ditawarkan oleh panitia. Ada 4 paket yang nantinya akan ditawarkan
kepada peserta. Harapannya untuk tahun depan, dapat dianggarkan oleh Bappenas
sehingga peserta tidak dikenakan biaya.
Terkait dengan layout dan desain sementara ini akan dibuat dengan empat warna dasar
yang berbeda untuk setiap subtema. Fasilitas booth nantinya akan disesuaikan dengan
kebutuhan peserta. Di atas booth akan dituliskan nama peserta, konsultan yang akan
menyediakan. Untuk Wall of fame, akan disimpan seluruh logo peserta.
Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, Maret 2014
Gambar 2.6
Sebagai tindak lanjut atas dilaksanakanya kegiatan rapat koordinasi Pameran tersebut maka:
Rapat berikutnya diadakan pada tanggal 11 April 2014 dengan agenda pembahasan materi
pameran dan sub tema.
Surat dari MenPANRB mengenai permintaan penambahan booth dan permohonan alokasi
waktu penyerahan penghargaan agar dipercepat.
Materi yang akan ditampilkan, beserta ringkasan materi yang dapat dikumpulkan ke panitia
melalui email: [email protected] maksimal paling lambat tanggal 5 April 2014.
2.4 Milis, Portal dan Scribd Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki beberapa media informasi dan komunikasi
diantaranya Milis, Portal dan Scribd yang bertujuan sebagai media komunikasi, interaksi, informasi
diantara para pemangku kepentingan bidang Tata Ruang dan Pertanahan dan tidak menutup
kemungkinan untuk umum.
2.4.1 Milis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Milismerupakan media diskusi onlinedi mana setiap orang bisa berlangganan dan berikutserta
didalamnya. Selama triwulan I, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah memiliki anggota milis
sebanyak 116 orang, terhitung dari bulan Februari 2014 hingga sekarang.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|16
2.4.2 Portal Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Sejauh ini, portal TRP secara umum mengalami peningkatan kunjungan dimana dengan jumlah
pengunjung (unique visitor) 391, jumlah kunjungan (number of visits) 753, jumlah halaman yang
dikunjungi 4.579, dan jumlah “klik” sebanyak 26.574 serta total download sebesar 1.906GB.
Tabel Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Diagram Statistik Portal Tata Ruang dan Pertanahan
2.4.3 Scribd Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Pustaka virtual Tata Ruang dan Pertanahan dengan alamat www.scribd.com/Tata Ruang dan
Pertanahan. Di dalamnya terdapat sebanyak 1,126 dokumen yang di published dengan jumlah
follower sebanyak 647 user. Sampai saat ini dokumen yang berada Pustaka virtual tersebut telah di
lihat sebanyak 149.465 kali.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Unique visitors Number of visits Pages Hits
Feb-14
Mar-14
Month Unique visitors
Number of visits
Pages Hits Bandwidth
Februari 208 361 1.530 10.817 1.78 GB
Maret 183 392 3.049 15.757 827.75 MB
Jumlah 391 753 4.579 26.574 1.906GB
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|17
BAB III
KEGIATAN EKSTERNAL
Di bawah ini merupakan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal Direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional ataupun kementerian/lembaga lain, sampai dengan akhir Bulan Maret 2014. Kegiatan eksternal dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.
3.1 Evaluasi Penyelenggaraan PPK Award TA 2012
Evaluasi Penyelenggaraan PPK Award TA 2012 dilaksanakan di Hotel Lumire pada tanggal 3
Maret 2014 dengan tujuan untuk melakukan sosialisasi tahapan pelaksanaan PPK Award Tahun 2014
(pelaksanaan kegiatan TA 2012 dan 2013) dan evaluasi pelaksanaan PPK Award tahun lalu. Adapun
beberapa masukan dari evaluasi pelaksanaan tahun lalu yaitu:
Perlu dipikirkan untuk juga diadakan Panitia Lelang Award;
Perlu dilakukan kategorisasi PPK berdasar aspek teknis dan yang administratif.
Pihak luar yang memiliki kepentingan sepeti vendor perusahaan-perusahaan tidak perlu
diikutkan dalam menilai PPK karena akan bias kepentingan.
Sebagai langkah selanjutnya akan dilaksanakankonsinyiring Tim Teknis dan Tim Penilai, untuk
membahas kuesioner dan mekanisme pelaksanaan yang dijadualkan tentative pada minggu ke-2
Bulan Maret 2014
3.2 Rapat Konsolidasi dalam rangka Proses Penetapan Raperda RTRW Provinsi Kepulauan Riau
Rapat diadakan di The Icon Hotel Morrissey pada tanggal 3 Maret 2014 dengan tujuan
menyepakati proses penyelesaian Raperda RTRW Provinsi Kepulauan Riau pasca terbitnya putusan
sela PTUN Tanjungpinang, sebagai tindak lanjut atas Surat Gubernur Kepulauan Riau Nomor
188.34/036.b/SET Tanggal 29 Januari 2014 Perihal Proses Penyelesaian Raperda RTRW Provinsi
Kepulauan Riau Pasca Terbitnya Putusan Sela PTUN Tanjung Pinang Nomor 16/G/PEN/ 2013/PTUN-
TPI. Adapun isi dari rapat tersebut yaitu:
Kepala Dinas Kota Batam dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (BP KPBPB Batam) telah menyampaikan gugatan kepada Kepala
Kantor Pertanahan Kota Batam dan Menteri Kehutanan melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) Tanjungpinang.
Berdasarkan putusan sela No. 16/G/PEN/ 2013/PTUN-TPI tanggal 4 Desember 2013 PTUN
Tanjungpinang menetapkan :
a. Mengabulkan permohonan Penggugat (Kadin Kota Batam dan BP KPBPB Batam)
kepada pengadilan, yaitu menunda pelaksanaan dari terbitnya objek sengketa
berupa SK Menteri Kehutanan No. SK.463/Menhut-II/2013 tanggal 27 Juni 2013.
b. Mewajibkan Tergugat II (Menteri Kehutanan) untuk menunda tindak lanjut
pelaksanaan: SK Menhut No. 463/ Menhut-II/2013 tanggal 27 Juni 2013, sampai
dengan putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali ada
penetapan lain di kemudian hari.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|18
Terdapat perbedaan mendasar dalam penetapan kawasan hutan hasil kajian Tim Terpadu
(Timdu) dengan SK Menteri Kehutanan No. 463/Menhut-II/2013 tanggal 27 Juni 2013
tentang Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau, yang
akan diintegrasikan kedalam rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Kepulauan Riau.
Raperda RTRWP Kepulauan Riau menggunakan holding zone untuk bagian kawasan hutan
yang belum mendapat persetujuan substansi dari Menteri Kehutanan dan telah disetujui
oleh DPRD Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagaitindak lanjut Kemenhut disarankan membuat SK baru dengan tidak menyinggung
kawasan yang termasuk DPCLS (menggantikan SK No. 463/2013), sehingga Mendagri dapat
melakukan evaluasi Raperda RTRW Provinsi Riau dengan SK kehutanan yang memiliki kekuatan
hukum (tidak bermasalah/digugat).
3.3 Kick Off Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015
Rapat dilaksanakan pada tanggal 4 Maret bertempat di SG 1-2 Bappeas dengan tujuan untuk
mensejajarkan posisiKementerianKeuangan, Bappenas dan Kementerian/Lembaga dalam
penyusunan anggaran terkait tupoksi masing masing pihak. Terdapat beberapa hal penting yang
menjadi bahasan dalam rapat tersebut antara lain:
Pokok-pokok kebijakan dalam penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015
terkait dengan pergantian pemerintahan terdiri dari i) Pembagian resource envelope
menurut bagian anggaran K/L, ii) Pemberian ruang gerak bagi pemerintahan berikutnya
dalam pelaksanaan dan penyusunan kebijakan, iii) Pengalihan dana dekon dan TP ke DAK,
dan pelaksanaan kegiatan hibah ke daerah.
Inti dalam penyusunan anggaran untuk tahun 2015 adalah penyusunan baseline anggaran
yang bersifat konservatif sehingga dapat memberikan ruang gerak terhadap pemerintahan
yang baru.
Kementerian/Lembaga dalam penyusunan anggaran diharapkan sesuai dengan fungsi,
kebutuhan, dan sumber daya yang ada dan dapat menghindari kegiatan yang berada
diluar batas kemampuan. Kebutuhan yang diusulkan saat ini adalah kebutuhan yang
benar-benar mendasar, jika ada kebutuhan baru untuk mendukung kebutuhan dasar ini,
bisa dimasukkan dalam inisiatif baru dengan menyiapkan data pendukung lainnya.
Terkait dengan pemindahan dana Dekon dan TP diperlukan regulasi khusus yang
menjamin keberpihakan terhadap pengalokasian bagi kawasan perbatasan dan daerah
tertinggal.
3.4 Sosialisasi Anugerah Pangripta Nusantara
Sosialisasi dilaksanakan di Ternate, Maluku Utara pada tanggal 4 Maret 2014 dengan tujuan
mensosialisasikan teknis pelaksanaan penilaian Anugerah Pangripta Nusantara untuk kab/kota di
Maluku Utara. Adapun beberapa hal yang menjadi bahasan dalam kegiatan tersebut antara lain:
Materi sosialisasi:
a. Penjelasan umum hasil sosialisasi di Kementerian PPN/Bappenas oleh Sekretaris
Bappeda Provinsi Maluku Utara.
b. Penjelasan teknis penilaian tahap I, tahap II dan tahap III oleh TPT.
Pokok-pokok diskusi:
a. Klarifikasi kriteria penilaian dan skor untuk setiap indikator.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|19
b. Prosedur pemilihan dari 10 kab/kota menjadi tiga nominasi dan satu yang dikirimkan
ke Bappenas. Saran agar ketiga nominator bisa dikaji semua di Bappenas. Penjelasan
TPT: jumlah 99 kab/kota yang harus dibaca dalam waktu singkat akan menurunkan
keakuratan penilaian.
c. Klarifikasi penetapan anugerah utama dan pratama.
Saran dari peserta sosialisasi:
a. Perlu insentif dalam bentuk pendanaan untukkegiatan perencanaan bagi pemenang.
b. Perlu pelatihan bagi kab/kota dengan nilai kurang agar produk rencananya lebih baik
di tahun-tahun mendatang.
c. Hasil penilaian dan evaluasi terbuka, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan.
Berdasarkan sosialisasi tersebut direncanakan adanya pertemuan dengan pusbindiklatren
untuk menjajaki perumusan modul pelatihan bagi provinsi/kabupaten/kota dengan kapasitas
perencanaan rendah.
3.5 Pembahasan Persoalan Investasi pada KPI Wonogiri
Rapat dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2014 bertempat di Hotel Patra Jasa Semarang
dengan agenda utama untuk membahas usulan pembangunan Pabrik Semen dan Pelabuhan di KPI
Wonogiri. Berikut merupakan beberapa hal penting yang dikemukakan dalam rapat, antara lain:
Isu utama adalah usulan lokasi pabrik semen berada di kawasan Karst yang peruntukannya
bukan untuk industri.
Saat ini Badan Geologi sedang menyiapkan rekomendasi tanggapan terhadap usulan
tersebut. Rekomendasi ini yang akan menentukan apakah pabrik semen tersebut dapat
dibangun atau tidak. Sementara pembangunan pelabuhan tergantung kepada jadi
tidaknya pembangunan pabrik semen tersebut
Pada kesempatan tersebut, Bappenas menyampaikan perlunya dilakukan kajian yang
mendalam terhadap usulan perubahan peruntukan lahan. Sehingga perubahan
peruntukan lahan tersebut tidak berdampak negatif terhadap perkembangan suatu
daerah. Selain itu, usulan lokasi investasi seharusnya tidak hanya pada satu lokasi tetapi
terdapat alternatif lokasi lain.
DJPR Kemen PU sudah dengan jelas menyatakan sikapnya dalam suratnya No TR 03 03-
DR/168 tanggal 24 Mei 2013 bahwa usulan ini harus menunggu kajian dari Badan Geologi
Kemen ESDM. Jadi sepanjang hasil kajian belum ada, tidak ada manfaatnya mengadakan
rapat membahas usulan ini.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil rapat yaitu tidak tersedia SOP yang baku terkait
perubahan RTRW yang bersifat di 'luar jalur' seperti ini. Selain itu, usulan seperti ini masih menjadi
kontroversi ketika dikaitkan dengan isu apakah RTRW dapat di revisi sebelum lima tahun?. Untuk itu,
sekretariat BKPRN perlu menyiapkan pertemuan terkait isu ini. Sebagai bahan awal, Sekretariat
BKPRN perlu menyiapkan kajian singkat kelebihan dan kerugian revisi dibawah 5 tahun/di atas 5
tahun
3.6 Kunjungan DPRD Kabupaten Kulon Progo DIY
Rapat kunjungan DPRD Kabupaten Kulon Progo DIY dilaksanakan pada tanggal 5 Maret di
Ruang Rapat Sekretariat BKPRN dengan maksud untuk studi referensi RTRW dan RDTR. Terdapat hal-
hal yang dikonsultasikan oleh DPRD Kabupaten Kulon Progo tersebut, yaitu mengenai ketentuan
penentuan prioritas dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Kulon Progo dan
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|20
konflik antara kegiatan pertambangan dengan pembangunan bandara. Disamping itu terdapat hal-
hal lain yang dibahas dalam rapat tersebut antara lain:
RTRW Kabupaten Kulon Progo telah ditetapkan pada tahun 2012 melalui Perda No. 1
Tahun 2012.
Penentuan prioritas penyusunan RDTR dilakukan berdasarkan arahan RTRW Kabupaten,
terutama pada kawasan cepat tumbuh dan kawasan strategis perkotaan.
Kegiatan pemurnian bijih besi dalam kawasan pertambangan pasir besi di wilayah bagian
barat Kulon Progo ditengarai dapat mengganggu aktivitas bandara yang dibangun di
wilayah bagian timur akibat limbah pertambangan dan jarak lokasi penyimpanan bahan
bakar pesawat dan kawasan pertambangan yang terlalu dekat.
Rencana pemindahan instalasi pemurnian bijih besi dari kawasan pertambangan ke
kawasan industri tidak dapat dilakukan karena proses pemurnian dianggap sebagai
salahsatu kegiatan pertambangan (bukan kegiatan industri).
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kunjungan tersebut antara lain:
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Penetapan rencana detail beberapa kawasan sebaiknya dilakukan dalam 1 Peraturan
Daerah.
Pembangunan instalasi pemurnian bijih besi pada kawasan pertambangan harus
dilengkapi AMDAL. Jika AMDAL menunjukkan hasil negatif terhadap kondisi lingkungan
maka kegiatan pertambangan tersebut harus dibatasi/ditutup.
3.7 Koordinasi Penyusunan Program dan Kegiatan Lingkup Kementerian Dalam Negeri 2015
Rapat koordinasi dilaksanakan di Hotel Acacia pada tanggal 5 Maret 2014 dengan tujuan
untuk mengoordinasikan kegiatan level kementerian/lembaga. Berikut beberapa poin penting
dalam paparan rapat:
Target kegiatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tidak selalu terukur dan nyata
misalnya aspek kerukunan, persatuan, dan penanganan konflik. Oleh karena itu, banyak
kegiatan yang belum teranggarkan sebelumnya.
Kemendagri menggunakan 7 (tujuh) instrumen dalam penyusunan renja tahun 2015 yaitu:
a. Lingkup kewenangan b. Indikasi RPJM ke-3 dalam RPJPN c. Kerangka Pendanaan Jangka Menengah (KPJM) d. Tindak Lanjut Regulasi Terbaru e. Indikator Kinerja Utama (IKU) f. Evaluasi g. Evaluasi capaian renstra 2010-2014
Kemendagri memiliki 13 program tahun 2015 dan sebagian besar melanjutkan program
tahun 2014 yang lalu. Adapun program yang mengusulkan kenaikan anggaran adalah
program:
a. Pengelolaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah b. Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa c. Program Penataan Administrasi Kependudukan (DITJEN DUKCAPIL)
3.8 Penyampaian hasil penilaian tahap I dan Persiapan penilaian tahap II Anugrah Pangripta
Nusantara tahun 2014 dan Persiapan Verifikasi Lapangan
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|21
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 5 Maret bertempat di Kementerian PPN/Bappenas
dengan maksud untuk menyampaikan hasil penilaian tahap I dan mempersiapkan penilaian tahap II
Anugrah Pangripta Nusantara tahun 2014 dan Persiapan Verifikasi Lapangan. Terdapat beberapa hal
penting dalam kegiatan tersebut antara lain:
Disepakati 12 propinsi nominasi yaitu Jateng, Jabar, DIY, Jatim, Babel, DKI Jakarta, Sumsel,
Aceh, Gorontalo, Banten, NTB dan Sulteng.
Direktorat TRP terwakili oleh Direktur TRP sebagai anggota Tim Penilai Utama (TPU) dan
Kasubdit Infosos TRP sebagai anggota Tim Penilai Teknis (TPT).
Dari hasil kegiatan tersebut direncanakan Direktorat TRP (Direktur dan Kasubdit Infosos) akan
mengunjungi DKI Jakarta pada tanggal 11 Maret 2014 dan NTB pada tanggal 17 Maret 2014.
3.9 Pre-Workshop 3 Koordinasi Lintas Sektor dalam Upaya Penanganan DAS Ciliwung melalui
"Berbagi Informasi Program Kerja Untuk Penyusunan Rencana Tindak Lanjut di DAS Ciliwung
Pertemuan diadakan di Ruang Kalpataru, Gedung B Kementerian Lingkungan Hidup pada
tanggal 6 Maret 2014 dengan tujuan untuk berkoordinasi dan berbagi informasi program kerja
dalam upaya penanganan DAS Ciliwung yang dilakukan oleh berbagai stakeholders baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, LSM, dan swasta. Beberapa informasi penting yang disampaikan dalam
pertemuan ini, meliputi:
Permasalahan dalam penanganan masalah Ciliwung, yaitu kelembagaan tidak sinergis; dan
keterlibatan masyarakat tidak berkelanjutan.
Ditjen. SDA-KemenPU telah memiliki rencana sudetan kali ciliwung ke kanal banjir timur.
Kendalanya, masyarakat di daerah rencana sudetan adalah masyarakat yang tidak terkena
banjir sehingga sulit melakukan relokasi. Saat ini kegiatan masih berfokus pada normalisasi
hingga pintu air manggarai.
Pemanfaatan kawasan sempadan Sungai Ciliwung harus memperoleh rekomendasi dari
BBWSCC dengan memperhatikan prosedur yang telah ditetapkan oleh Ditjen. SDA,
KemenPU.
Dirjen. SDA-Kemen PU telah mengeluarkan surat edaran pada Tahun 2012 bahwa sesuai
amanat PP No.38/2011 tentang Sungai, di kawasan sempadan tidak diperbolehkan
dilakukan pembangunan. Untuk itu, hingga Tahun 2015 kawasan sempadan berada pada
status quo, dan di Tahun 2016 kawasan tersebut akan dikosongkan.
Puslitbang Permukiman-KemenPU telah melakukan penelitian terhadap Ciliwung dengan
output-nya berupa model dan teknologi untuk meminimasi dampak dari limbah
permukiman (bukan di sempadan) ke sungai ciliwung.
Neonet-BPPT memiliki database lengkap, salah satunya data normalisasi sungai. Saat ini,
KMC sedang fokus pada isu penanganan DAS Ciliwung.
Forum komunikasi dalam upaya penanganan Ciliwung ini akan diformalkan melalui SK.
Sebagai upaya tindak lanjut atas kegiatan pre-workshop tersebut akan dilakukan beberapa hal
sebagai berikut:
Upaya pengendalian dan normalisasi DAS Ciliwung, termasuk peningkatan kualitas air,
yang telah dirumuskan oleh forum komunikasi ini dapat menjadi masukan untuk evaluasi
dan review RTR KSN Jabodetabekpunjur.
Direktorat TRP mengikuti perkembangan KMC dan mengambil lesson learned dari
kegiatan-kegiatan di dalamnya. Untuk mengaktifkan KMC, KMC mempunyai topik/isu
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|22
tertentu tiap periode tertentu, dengan stakeholder yang jelas, yakni pihak-pihak yang
terlibat langsung di dalam isu tersebut.
3.10 Koordinasi Pelaksanaan Program Nasional Terpadu Gerakan Pembangunan Kampung 2014
Rapat dilaksanakan pada tangggal 6 Maret 2014 di Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat Program Nasional Terpadu Gerakan Pembangunan Kampung 2014 adalah uji coba untuk
koordinasi dan sinergi program yang didanai oleh APBN, APBD, CSR dan LSM. Kegiatannya untuk
mempercepat pembangunan di kampung dan kelurahan terutama untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan dan memeratakan pembangunan sampai desa. Beberapa hal penting
yang disampaikan dalam rapat yaitu:
Pada Tahun 2014 akan dilaksanakan koordinasi kegiatan di 26 lokasi, dan 12 lokasi akan
diluncurkan sebelum Juni 2014.
Seluruh K/L yang diundang diharapkan dapat berkontribusi melaksanakan program di 26
lokasi yang telah ditetapkan.
Lokasi dipilih berdasarkan komitmen dan kesiapan Bupati dan rekomendasi lokasi dari
Bupati dalam bentuk proposal kegiatan yang akan dilaksanakan.
Program yang disinergikan meliputi program di sektor perumahan rakyat, kesehatan,
pendidikan, transportasi desa (Kemdagri)
Adapun tindak lanjut dari kegiatan koordinasi tersebut yaitu:
Pertemuan konfirmasi dengan K/L untuk pembahasan lanjutan kegiatan 2014 dan
perencanaan kegiatan 2015.
Peluncuran kegiatan di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada 10 Maret 2014.
3.11 Review Baseline BPN RI (Finalisasi)
Kegiatan diadakan di Gedung BPN-RI pada tanggal 6 Maret 2014 yang merupakan lanjutan
pembahasan danReview Baseline BPN pada tanggal 4 Maret 2014. Beberapa hal pentingyang
mengemuka sebagai berikut:
Hasil efisiensi anggaran tahun 2015 dengan menghentikan beberapa komponen dalam
output kegiatan yang telah dilakukan BPN Tahun 2014, berjumlah sebesar Rp 2.521,8 juta.
Tahun 2015 pada Output “Laporan Evaluasi/Koordinasi/Kerjasama/Monitoring/
Pembinaan Bidang Survei Potensi Tanah” ditambahkan 2 (dua) komponen baru, yaitu:
“Rapat Kerja Koordinasi dan Evaluasi Peta Zona dan Kawasan” dan “Persiapan Rapat Kerja
Koordinasi dan Evaluasi Peta Zona dan Kawasan” dengan alokasi masing-masing Rp
285,087 juta dan Rp. 25,765 juta (309,3 juta dan 28 juta, atas dasar perhitungan inflasi
8,5%).
Pada tahun 2015 pula, untuk Kegiatan “Pengembangan Kebijakan Teknis dan Pelaksanaan
Penatagunaan Tanah” ada penambahan Output yaitu “Koordinasi Percepatan Pelaksanaan
Reforma Aset dan Akses” yang di dalam output tersebut terdapat dua komponen yaitu
“Sekretariat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Reforma Aset dan Akses” dan
“Sinkronisasi Kebijakan Lintas Sektor dalam Reforma Aset dan Akses” dengan alokasi
masing-masing Rp 1.200 juta dan Rp. 900 juta (Rp 1.302 juta dan Rp. 976,5 juta, atas dasar
perhitungan inflasi 8,5%).
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|23
Sebagai tindak lanjut hasil pertemuan, BPN akan mengirim hasil exercise review baseline, pada
tanggal 7 Maret 2014 yang kemudian hasilnya akan digabungkan ke dalam aplikasi baseline review
milik Bappenas.
3.12 Koordinasi Implementasi Renaksi NKB – Kumham
Rapat koordinasi dilaksanakan di Gedung KPK pada tanggal 7 Maret 2014, dalam rangka
penyusunan SK tim yang bertugas untuk membantu KemenkumHAM untuk menyusun tools dalam
mereview undang-undang terkait dengan sumberdaya alam dan agraria. Selain itu, penyusunan Tim
tersebut diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyusunan RPJMN 2015-2019 khususnya
mengenai kebutuhan regulasi terkait sumberdaya alam dan agraria. Terdapat beberapa poin yang
menjadi bahasan dalam rapat tersebut antara lain:
Walaupun tujuan pembentukan UU bidang SDA dan Agraria telah sesuai dengan amanat
UUD 1945, tetapi seringkali UU tersebut tidak bersinergi satu sama lain sehingga perlu
dilakukan harmonisasi.
Dalam menyusun peraturan perundangan dibutuhkan tahapan pengkajian yang
ditindaklanjuti dengan penelitian perlunya disusun peraturan baru atau tidak dengan
menyusun naskah akademis, namun seringkali proses penelitian tidak dilakukan sehingga
terjadi ketidakharmonisan peraturan.
Arahan Prof.Maria, dalam melakukan harmonisasi (review) peraturan perundangan
agarmenggunakan indikator/kriteria yang telah di susun oleh Prof Maria yang dilengkapi
dengan kriteria berdasarkan amanat TAP MPR No. IX/MPR-RI/2001. Hirarki Peraturan
Perundang-Undangan berdasarkan UU 12/2011, hasil konvensi internasional, hukum adat
dan dogma juga akan diacu dalam proses harmonisasi (review) peraturan perundangan ini.
Untuk melakukan harmonisasi dan review peraturan perundangan tersebut diharapkan
BPHN dapat memberikan daftar peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan
sumber Daya Alam dan Agraria beserta status peraturan tersebut sehingga memudahkan
identifikasi peraturan perundangan bidang SDA dan Agraria.
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan, pada pertemuan ini ditentukan milestone pertama dalam
pelaksanaan kegiatan Tim dengan target penyusunan outlook untuk RPJMN mengenai Harmonisasi
Peraturan Perundangan pada bulan Oktober. Sementara disepakati untuk target waktu kegiatan tim
sebagai berikut:
1. Mei : Diskusi mengenai indikator yang dapat terukur untuk harmonisasi 2. Juni-Agustus: Pelaksanaan kajian secara pararel untuk melihat gap antar peraturan 3. September – Oktober : Keluaran rekomendasi untuk RPJMN
3.13 Pembahasan dan sinkronisasi Rencana Kerja (Renja) 2014
Rapat diselenggarakan pada tanggal 11 Maret 2014 bertempat di Ruang Rapat Melati, Hotel
Milenium dengan agenda: pembahasan dan sinkronisasi agenda kerja dan mekanisme kerja Pokja
2014, dengan lingkup substansi dan pemantauan daerah (Kalimantan Barat, Kalumantan Selatan,
Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan). Fokus Pokja pada tahun ini adalah penyusunan SNI pemetaan
lahan rawa dan fasilitasi pemetaan rawa. Beberapa informasi penting dan kemajuan kegiatan
adalahsebagai berikut:
Saat ini sudah tersedia peta indikatif lahan rawa. Peta ini dapat dibagikan dan digunakan.
Sejauh ini, Kalimantan Barat dan Riau belum menggunakan; Jambi akan menggunakan
peta untuk perubahan RTR; dan Sumsel sudah menggunakan untuk penyusunan RTR.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|24
Kesatuan hidrologis dalam RPP pengendalian dan pengelolaan ekosistem gambut belum
jelas.
Perlu dilakukan kesepakatan dengan BIG untuk informasi geospasial sehingga
memudahkan integrasi peta dalam mendukung penyusunan SNI pemetaan rawa dan
pelaksanaan PP Rawa.
Tugas Pokja, meliputi: 1) menyiapkan rumusan perencanaan nasional pengelolaan lahan
rawa berkelanjutan melalui proses pembahasan dan dialog dengan pihak terkait; 2)
memasilitasi proses penyusunan rencana pengelolaan lahan rawa; 3) melakukan
koordinasi dan supervisi terhadap kegiatan inventarisasi lahan rawa dan proses
penyusunan rencana pengelolaan lahan rawa yang diselenggarakan donor dan pihak lain;
4) menyiapkan materi dan informasi; 5) membantu pelaksanaan timpelaksana; dan 6)
melaporkan kegiatan pokja.
Bidang Pertanian: 1) fokus pengelolaan rawa berada di Provinsi Kalbar, Kalsel, Jambi, dan
Sulsel; 2) rawa menjadi lahan produksi padi masa depan; 3) Tahun 2014, optimasi lahan
ditargetkan 200.000 ha, dan di 2015 akan meningkat; 4) dalam monev kegiatan cetak
sawah diperlukan tim terpadu; 5) Litbang Kementan sudah mengembangkan tanaman
yang bertahan di lahan rawa melalui program KATAM RAWA TERPADU dapat
merekomendasikan untuk jadwal tanam, varietas, perluasan area; 6) pemanfaatan lahan
rawa untuk pertanian meningkatkan indeks penanaman.
Lahan rawa tetap ditulis dalam RPJMN sebagai lahan untuk perluasan. Rawa sebagai lahan
masa depan berkelanjutan. Rawa menjadi penyangga produksi pertanian karena di musim
kemarau masih terdapat air sehingga bisa produksi.
Perihal cetak sawah, prasyaratnya adalah: 1)lahan; 2)air; 3)orang dan sarana produksi.
Namun kemampuan masih terbatas, saat ini masih 400.000ha/tahun dengan target
100.000ha/tahun).
Perihal ketahanan pangan model yang digunakan tetap peningkatan produksi, namun juga
berusaha untuk menurunkan konsumsi diversifikasi.
Bidang Perikanan: perihal RZWP3K, terdapat kasus di Probolinggo, dimana terdapat 3
kepentingan dalam satu wilayah (pusat dan daerah), sedangkan keputusan ada di daerah,
saat ini belum ada titik temu.
Bidang SDA: 17.4 % luas area indonesia adalah rawa.
Kemenhut: sudah menginisiasi working group tentang ekosistem mangrove melalui
Perpres 37/2012.
Sebagai tindak lanjut, akan dilaksanakan beberapa agenda terkait, antara lain:
Diskusi tata kelola cetak sawah di lahan rawa.
Pemetaan potensi rawa dan penjelasan mengenai siapa berbuat apa.
Revitalisasi tambak dan rehabilitasi mangrove.
3.14 FGD Pengaturan Zona Perairan di Kawasan Perbatasan Negara
FGD dilaksanakan di Hotel Ambhara-Jakarta pada tanggal 11 Maret 2014 dengan tujuan
mengkaji lebih lanjut dampak perubahan pengaturan wilayah perairan dengan telah
diundangkannya UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terhadap RTR Kawasan Perbatasan Negara di
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|25
Kalimpatan, Papua, Maluku, NTT, dan Maluku Utara-Papua Barat. Beberapa hal penting yang dibahas
di dalam rapat yaitu:
Draf RTR KSN Perbatasan Negara membagi zona perairan (Zona A) menjadi 3 dimana batas
deliniasi antara Zona A1 dan A2 hanya ditentukan berdasarkan fungsi yaitu:
a. Zona A1: merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berfungsi melindungi titik garis pangkal dari abrasi dan sebagai tempat pembibitan biota laut.
b. Zona A2: wilayah pengelolaan SDA dengan batas dari wilayah zona A2 sampai pada batas laut teritorial/ sampai dengan 12 mil laut.
c. Zona A3: wilayah setelah laut teritorial/setelah 12 mil laut hingga batas ZEE dan atau landas kontinen.
Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014, Wilayah Perairan yang
ditetapkan melalui RZWP-3-K membagi kawasan perairan menjadi: i) kawasan
pemanfaatan umum, ii) kawasan konservasi, iii) kawasan strategis nasional tertentu, dan
iv) alur laut.
Kawasan konservasi terbagi menjadi: i) zona inti; ii) zona perikanan berkelanjutan; iii) zona
pemanfaatan; iv) dan zona lainnya. Dalam hal ini kawasan konservasi ditetapkan melalui
SK Menteri KKP. Pemerintah Daerah juga dapat melakukan pencadangan kawasan
konservasi yang nantinya dapat diusulkan untuk ditetapkan dalam SK Menteri KKP menjadi
Kawasan Konservasi. Dit. Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan KKP telah memiliki peta
kawasan konservasi nasional yang akan diakomodir dalam RTR KSN Perbatasan.
Wilayah perairan RTR KSN Perbatasan dapat pula mengakomodir alur laut, kawasan
pelabuhan, dan pantai umum sebagaimana ketentuan Pasal 17 UU No. 1 tahun 2014,
walaupun belum ditentukan kriteria untuk pantai umum.
Tidak disebutkan adanya kewenangan Pemerintah Pusat dalam UU No. 27 Tahun 2007 jo
UU No. 1 Tahun 2014 untuk mengatur wilayah perairan 0-12 mil laut.
Pandangan Kasubdit Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas:
a. Zona A1 dan A2 menjadi 1 zona, sehingga zona perairan cukup terbagi dalam 2 zona. Hal ini terkait dengan kewenangan dan sinkronisasi program sektoral dan daerah.
b. Di dalam RTR KSN Kawasan Perbatasan agar pengaturan wilayah perairan diatur secara umum meliputi kegiatan pemanfaatan ruang: i) yang diperbolehkan; ii) yang tidak diperbolehkan; serta iii) yang dilakukan secara bersyarat. Sedangkan detail perancanaan wilayah perairan dituangkan melalui RZWP-3-K yang disusun oleh Pemda.
c. Diharapkan untuk mendukung operasionalisasi RTR KSN Kawasan Perbatasan, KKP dapat memproyeksikan bagaimana kecepatan penyusunan RZWP-3-K oleh Pemda khususnya RZWP-3-K di daerah perbatasan. Sebagai bahan masukan bagi KKP, agar penyusunan RZWP-3-K daerah perbatasan menjadi prioritas.
Terkait dengan dilaksanakanya rapat, dalam hal ini diperoleh beberapa kesimpulan dan
masukan, antara lain:
Terkait kawasan konservasi (termasuk kawasan konservasi yang dicadangkan oleh daerah),
RTR KSN Kawasan Perbatasan hanya akan menggambarkan deliniasi dan menyebutkan
jenis kawasan konservasi tanpa penggambaran zona-zona di dalamnya. Untuk detail zona-
zona tersebut akan dicantumkan dalam RZWP-3-K.
Terkait zona perairan, disepakati hanya dua zona perairan. Semula zona A1 dan zona A2
digabung menjadi zona A1, dan yang semula zona A3 menjadi zona A2 dengan masing-
masing pengaturan secara umum, sedangkan pengaturan secara detail diatur oleh sektor
terkait (akan ada klausul tersendiri/escape clause); dan
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|26
Perlu dicantumkan escape clause untuk mengakomodir pengaturan lebih lanjut mengenai
Kawasan konservasi, Pulau-Pulau Kecil Terluar, Zona A1, dan Zona A2 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.15 Penilaian Tahap II Anugerah Pangripta Nusantara 2014
Penilaian Tahap II Anugrah Pangripta Nusantara dilaksanakan pada tanggal 12 Maret di Hotel
Lumire-Jakarta dengan kegiatan Presentasi Tim Penilai Utama (TPU) yang menjelaskan secara umum
proses pemilihan penerima Anugerah Pangripta Nusantara Tahun 2014 serta secara khusus proses
Penilaian Tahap II dan Pendalaman oleh Tim Penilai Independen (TPI) dan TPU untuk seluruh kriteria.
3.16 Rapat Konsultasi DPRD Mojokerto
Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 12 Maret di SG-5 Kementerian PPN/Bappenas dengan
maksud untuk mengonsultasikan permasalahan terkait dengan RTRW. Dari rapat yang telah
dilalksanakan, terdapat beberapa point penting yang menjadi isi dalam rapat, antara lain:
RTRW Kabupaten Mojokerto sudah ditetapkan melalui Perda No. 9 Tahun 2012 dan
wilayah Trowulan di dalam RTRW ditetapkan sebagai kawasan Cagar Budaya, Industri, dan
Perkebunan.
Saat ini wilayah Trowulan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No 260/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan
sebagai kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional tertanggal 30 Desember 2013.
Keputusan Menteri tersebut akan diperkuat menjadi Keputusan Presiden di Tahun
2014.Dalam surat tersebut disebutkan bahwa Trowulan sebagai kawasan cagar budaya
peringkat nasional meliputi 49 desa, empat kecamatan, dan dua kabupaten yakni
Mojokerto dan Jombang. Empat kecamatan itu antara lain Kecamatan Trowulan dan Sooko
di Kabupaten Mojokerto serta Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno di Kabupaten
Jombang.
Terkait adanya SK Mendikbud tersebut, dapat disimpulkan usulan alternatif tindak lanjut
Alternatif pertama sebaiknya DPRD Mojokerto mengusulkan kepada daerah untuk
membentuk tim teknis dalam rangka peninjauan kembali Rencana Tata Ruang yang
dilakukan bukan bermaksud untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Jika
ingin melakukan revisi, maka persyaratan revisi RTRW harus dipenuhi sesuai UU 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Ruang.
Alternatif kedua, menyusun RDTR wilayah Trowulan sehingga lokus wilayah yang termasuk
cagar budaya dapat dipastikan. Sebaiknya pembangunan industri disekitar cagar budaya
tersebut harus disertai dengan AMDAL agar fungsinya tidak mengganggu kegiatan cagar
budaya.
Kemendikbud mengeluarkan peta persebaran cagar budaya secara rinci, jangan hanya
disebutkan desa-desanya saja.
3.17 Persiapan Rapat Kerja Regional BKPRN 2014
Rapat dilaksanakan di Hotel Kaisar pada tangggal 12 Maret 2014 yang diselenggarakan sebagai
persiapan pelaksanaan Rapat Kerja (Raker) Regional BKPRN tahun 2014. Hal-hal yang dibahas dalam
rapat antara lain:
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|27
Penentuan tema dan substansi Raker Regional yang berasal dari isu-isu penataan ruang
hasil Rakernas BKPRN 2013, Rakornas BKPRD 2014, serta permasalahan implementasi
kebijakan penataan ruang lainnya di daerah.
Pembahasan Raker Regional tahun 2014 sebaiknya fokus kepada pengendalian
pemanfaatan ruang.
Perlu adanya upaya peningkatan kapasitas BKPRN dan BKPRD.
Usulan waktu dan lokasi:
a. Regional I (Sumatera dan Jawa) di Bandung pada awal bulan Juni 2014
b. Regional II (Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan
Papua) di Bali pada pertengah bulan Agustus 2014.
Penyelenggaraan Raker Regional BKPRN 2014 akan dilaksanakan setelah penyelenggaraan
Rapat Koordinasi (Rakor) Nasional BKPRD pada akhir April/awal Mei 2014 di Bali.
Usulan Peserta daerah: Bappeda, Dinas PU, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Perhubungan, dan BPLHD. Distribusi perwakilan setiap wilayah akan
dilakukan selanjutnya.
Menindaklanjuti rapar persiapan tersebut, akan dilaksanakan Rapat Eselon II BKPRN pada
awal April 2014yang dikoordinasi oleh Ditjen Bangda, Kemendagri.
3.18 Konsinyasi Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam penyusunan atau peninjauan kembali rencana
tata ruang
Konsinyasi diadakan pada panggal 13 Maret 2014 di Hotel Ambhara dengan tujuan untuk
melakukan pembahasan ulang mengenai draf Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam penyusunan atau
peninjauan kembali rencana tata ruang. Dalam konsinyasi tersebut, telah dibahas beberapa hal
penting antara lain:
Masih belum terlihat penjelasan mengenai kedudukan KLHS: apakah KLHS untuk review
(peninjauan kembali) RTR diperlukan/tidak karena pada dasarnya KLHS diperlukan pada
saat revisi RTRW (setelah hasil review RTR menyatakan bahwa RTR perlu direvisi).
Legal drafting terutama pada batang tubuh draf Peraturan Menteri perlu diperbaiki pada
bagian judul, konsideran menimbang, dan Pasal 3 harus dilengkapi dengan sejumlah
ulasan.
Maksud, tujuan, ruang lingkup, serta istilah dan definisi sebaiknya dipindahkan ke batang
tubuh Draf Peraturan Menteri (tidak masuk lampiran).
Makna ‘strategis’ perlu diperdalam dan dikaji kembali sehingga kebijakan, rencana, dan
program (KRP) dalam rencana tata ruang (RTR) lebih terfokus untuk didapatkan alternatif
rekomendasinya. Pengertian strategis perlu dilihat dari sisi kebijakan (level perencanaan)
dan sisi dampak. Untuk sisi dampak tidak hanya dilihat berdasarkan akumulasi dampak
saja, tapi juga dari cakupan dampak, berulangnya dampak, dan jumlah manusia yang
terkena dampak.
Sebaiknya pedoman dilengkapi dengan matriks kedalaman informasi yang diperlukan
dalam penyusunan KLHS disesuaikan kedalaman RTR.
Perlu diperjelas apakah isu strategis KLHS untuk RDTR hanya merupakan turunan dari
RTRW atau dapat ditentukan isu strategis RDTR secara khusus.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|28
Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari rapat tersebut antara lain:
Substansi KLHS bersifat menguatkan substansi RTR dari sisi lingkungan hidup strategis dan
tidak menduplikasi substansi RTR.
Alternatif rekomendasi dari dokumen KLHS harus dapat menjawab isu lingkungan hidup
strategis yang dihadapi di suatu wilayah.
Perbaikan dan usulan pembahasan hari ini akan langsung ditindaklanjuti dengan proses
legal drafting.
3.19 Pembahasan Pengembangan Industri Agro (Kelapa Sawit) di Kota Dumai
Rapat dilaksanakan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 13
Maret 2014 dengan agenda rapat untuk membahas Surat dari Walikota Dumai Nomor
503/BPTPM/06 Tanggal 15 Januari 2014 kepada Menko Perekonomian tentang Permohonan
Rekomendasi dari BKPRN terkait Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Aekloba Sawit Jaya
Mandiri yang berada dalam kawasan yang didalam Draft RTRW Kota Dumai termasuk dalam
kawasan Pengembangan Dumai Baru. Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi
bahasan adalah:
Permasalahan:
a. Dalam Rancangan Perda RTRW Kota Dumai Tahun 2013 – 2032, terdapat pasal yang menyatakan bahwa tidak diperbolehkan pengembangan kegiatan industri didalam kawasan pengembangan Dumai Baru (Pasal 89 ayat 5).
b. Pengembangan Dumai Baru dalam Pasal 1 ayat 44, tertulis “Kawasan Pengembangan Dumai Baru adalah wilayah yang berdasarkan kondisi dan potensi ditetapkan untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran pemerintah, dan permukiman yang pembangunannya dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan yang berkelanjutan (sustainable development).
c. Perda No. 24 Tahun 2004 Tentang Perda RTRW Kota Dumai masa berlakunya telah habis pada Tahun 2012. Dan saat ini perda tersebut telah sampai pada proses pada persetujuan substansi Kementerian Pekerjaan Umum No. HK 01 03-Dr/328 tanggal 28 Juni 2012.
d. Dalam Perda No. 24 Tahun 2004 disebutkan bahwa mengenai peruntukan kawasan industri, seperti: Dalam Pasal 9 ayat 4, tertulis “Kawasan industri Bukit Kapur di kelurahan
Kayu Kapur seluas lebih kurang 500 Ha”. Pasal 13 ayat (5) huruf c tertulis, “Kawasan pengembangan Dumai Baru di
kelurahan Bagan Besar, Bukit kapur, Gurun Panjang dan kelurahan Kayu Kapur seluas lebih kurang 12.657 Ha.
Pembahasan dalam Rapat:
a. Kondisi eksisting disekitar lokasi Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Aekloba Sawit Jaya Mandiri berupa perkebunan masyarakat.
b. Sebaiknya lokasi industri berada dalam satu kawasan industri dengan menggunakan sistem pengelompokan (cluster).
c. Raperda Kota Dumai sudah mendapatkan persetujuan substansi PU dan sudah dapat dievaluasi oleh pemerintah provinsi dan persetujuan bersama dengan DPRD. Persub PU berfungsi untuk kebijakan nasional, bukan substansi lokal, jadi masih dapat berubah sebelum diperdakan.
d. Produk tata ruang ini masih berupa Rancangan Perda, kepala daerah masih dapat mengubah sebelum masuk ke substansi DPRD. Persetujuan substansi mengamankan kebijakan nasional, tetapi jika akan merubah muatan lokal masih bisa dilakukan di tingkat lokal.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|29
e. Kelapa sawit tidak dapat diolah lebih dari 3 hari, sehingga perkebunan dan pabrik kelapa sawit harus berdekatan lokasinya.
f. Rencana kegiatan dapat dilaksanakan dengan mengacu perda lama (2002), karena perda tersebut mengakomodir rencana pengembangan dalam kawasan pertanian.
g. Perlu ada kajian untuk mengetahui seberapa besar mengubah struktur ruang secara makro.
Sebagai tindak lanjut atas permasalahan yang dibahas dalam rapat, maka akan
dilakukankunjungankelapanganuntukmelihatlangsungdankonfirmasikePemda
(termasukuntukmelihatapakahadakonflikkepentinganantaraPemdadan DPRD).
3.20 Pembahasan Penajaman Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) K/L Tahun 2014
(Kemendagri dan Kemen PU)
Rapat dilaksanakan pada tanggal 14 dan 17 Maret 2014 di Hotel Oria dan SS 1-2 Bappenas
dengan tujuan untuk menyepakati ukuran keberhasilan berbagai strategi pencegahan dan
pemberantasan korupsi seluruh K/L pada bulan 3 (B03), B06, B09, dan B12 di tahun 2014 dan bukti
pendukungnya. Terdapat beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain:
Untuk Kementerian Dalam Negeri, berdasarkan daftar strategi pencegahan dan
pemberantasan korupsi, yang terkait dengan tata ruang adalah Evaluasi Perda Provinsi
tentang RTRW dan seluruh Perda telah digabungkan ke Biro Hukum Kemdagri. Disepakati
bahwa ukuran keberhasilan adalah berupa jumlah Perda yang masuk ke Biro Hukum,
dibandingkan dengan Perda yang telah dievaluasi (dengan bukti pendukung berupa scan
surat hasil evaluasi)
Untuk Kementerian PU tidak ada yang terkait dengan tata ruang sesuai dengan daftar
strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi.
3.21 Pembahasan Materi dan Teknis Pelaksanaan Rakorbangpus Tahun 2014
Rapat dilaksanakan pada tanggan 17 Maret 2014 di Ruang Rapat 203 dengan tujuan
membahas jadwal acara (rundown), materi, dan teknis pelaksanaan Rakorbangpus Tahun 2014.
Dalam rapat tersebut disampaikan beberapa informasi penting antara lain:
Pagu indikatif RKP Tahun 2015 akan diterbitkan pada tanggal 18 Maret 2014 dan akan
disampaikan kepada K/L pada saat pelaksanaan Rakorbangpus tanggal 20 Maret 2014
Pelaksanaan Rakorbangpus akan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Temu
Konsultasi Triwulanan Bappenas-Bappeda Seluruh Indonesia.
Agenda Rakorbangpus yaitu penyampaian pagu indikatif K/L sekaligus penjelasan
Kebijakan Fiskal dan Resource Envelopes Tahun 2015 oleh Menteri Keuangan dan
Penjelasan Rancangan Awal RKP Tahun 2015 oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Kemudian masih perlu diputuskan terkait agenda mengundang Menteri Dalam Negeri
untuk menyampaikan Sinergi Perencanaan Pusat dan Daerah dan juga agenda
mengundang Kepala BNPB untuk menjelaskan mengenai Kebijakan Pengurangan Resiko
Bencana.
Selain materi diatas, terdapat beberapa usulan materi yang perlu disampaikan dalam
Rakorbangpus tersebut antara lain terkait dengan Evaluasi dan Arah Kebijakan DAK Tahun
2015, Arah Kebijakan Dana Desa dan Anugerah MDG’s Award.
Agenda Temu Konsultasi Triwulanan II Bappenas-Bappeda Seluruh Indonesia adalah (i)
Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan RPJMN 2015-2019; (ii) Persiapan Pelaksanaan
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|30
Musrenbangnas Tahun 2014; (iii) Arah Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Tahun 2015.
Terkait dengan agenda Konsultasi Triwulanan II Bappenas-Bappeda Seluruh Indonesia
diatas, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan perlu menyiapkan bahan terkait dengan
Pameran Perencanaan Pembangunan.
Dalam Temu Konsultasi Triwulanan II sebaiknya perlu ada respon/tanggapan terhadap apa
yang disampaikan oleh daerah (Bappeda Provinsi) dalam Triwulanan sehingga dapat
diketahui seberapa besar usulan daerah yang telah diakomodir.
Diharapkan ada sekretariat tetap untuk Musrenbangnas sehingga untuk semua kegiatan
yang sifatnya pendukung bisa dilaksanakan oleh sekertariat musrenbangnas tersebut.
Sedangkan unit kerja yang ditugaskan fokus pada substansi sehingga diharapkan
pengorganisasian menjadi lebih baik ke depannya.
Perlu dilakukan identifikasi kebutuhan untuk pelaksanaan Rakorbangpus (seperti
komputer, kertas, dll) untuk kelancaran acara tersebut.
Akan disiapkan konsep SK Tim Pelaksana Rakorbangpus.
Sebagai kesimpulan, Draf agenda acara Rakorbangpus dan Temu Konsultasi Triwulanan II
yang dibahas ini sifatnya masih sementara sehingga perlu dibahas dalam Rapat Direktur untuk
memutuskan beberapa hal yang belum final. Selain itu, terdapat beberapa hal lain sebagai
kesimpulan antara lain:
Adanya masukan untuk memberikanrespon/tanggapan dari apa yang disampaikan oleh
daerah pada Triwulan I. Ini membutuhkan konfirmasi dari Direktorat sektor di Bappenas
untuk isu yang sifatnya sektoral dan juga Kemendagri untuk usulan penyederhanaan
skema perencanaan dan penganggaran.
Materi lainnya yang diusulkan untuk disampaikan adalah terkait persiapan menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Untuk materi Pameran Perencanaan Pembangunan disiapkan oleh Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan
3.22 Rapat Pimpinan Eselon I dan Eselon II mengenai Penyiapan Pagu Indikatif 2015
Rapim dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2014 di Ruang Wamen PPN/Wakil Kepala
Bappenas. Rapim ditujukan untuk memberi penjelasan tentang penyiapan Pagu Indikatif 2015.
Pertemuan ini dilaksanakan sebagai rangkaian pertemuan pembahasan Pagu Indikatif dengan
Kementerian Keuangan hari ini. Beberapa hal yang menjadi bahasan dalam rapat adalah:
Surat Bersama tentang Pagu Indikatif akan dikeluarkan hari ini (18 Maret 2014). Agenda
penting lainnya adalah Rakorbangpus dan pertemuan Bappenas - Bappeda Triwulanan
pada tanggal 20 Maret 2014; trilateral meeting 21 Maret-4 April 2014
Proses penetapan Pagu Indikatif silahkan lihat bahan presentasi Menteri PPN/Kepala
Bappenas pada Rapim tersebut (lihat Paparan lengkap Menteri PPN/Kepala Bappenas
pada hasilrapat.bappenas.go.id)
Catatan penting dari proses penetapan pagu indikatif bahwa dana optimalisasi tidak
diperhitungkan. Sehingga perbandingan pagu indikatif dengan anggaran tahun 2014
sebaiknya tanpa dana optimalisasi.
Mempertimbangkan waktu yang sangat terbatas, sehingga penyempurnaan pagu indikatif
dilaksanakan sekaligus pada saat Trilateral meeting
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|31
Terkait dengan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy), Menteri menekankan agar dana
penyediaan peta harus disiapkan.
Rancangan pagu indikatif ini akan didiskusikan dengan Kementerian Keuangan segera
setelah Rapim. Sebagai catatan, hasil pertemuan dengan pihak Kementerian Keuangan
masih belum diperoleh.
Tindak lanjut yang akan dilakukan terkait dengan pelaksanaan Rapim adalah Kasubdit Tata
Ruang dan Kasubdit Pertanahan diharapkan segera meyiapkan agenda dan materi trilateral meeting
dengan mitra terkait dan akan dilaksanakan internal meeting persiapan trilateral meeting pada hari
Senin 24 Maret 2014.
3.23 Rapat Penyusunan Program Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU
Rapat dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2014 di Denpasar Bali, bertujuan menjaring
masukan dari daerah terhadap rancangan RPJMN 2015-2019 bidang tata ruang dan rancangan
Renstra Kementerian PU 2015-2019. Beberapa poin yang mengemuka dari rapat untuk perbaikan
rancangan RPJMN 2015-2019 bidang tata ruang adalah:
Diperlukan adanya bimbingan teknis ke daerah terkait penyusunan RDTR dan Peraturan
Zonasi (PZ) termasuk kemungkinan pendanaannya.
Terkait penyediaan peta, diusulkan ada pelatihan GIS dan pembentukan institusi tersendiri
(bisa berupa eselon 4) di daerah agar ada GIS spesialis dan tidak terlalu tergantung kepada
BIG
Terkait PPNS, perlu perbaikan sistem termasuk perekrutannya karena belum jelasnya
kedudukan dan tugasnya
Dalam penyelesaian berbagai RTR, perlu ditambahkan Peninjauan Kembali (PK) RTRWN,
RTR KSN, RTR Pulau dan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota
Perlu dipertimbangkan bentuk detail kegiatan dalam rangka peningkatan kerjasama
antarnegara.
3.24 Pemaparan “RPJMN 2015-2019 dan RKP Tahun 2015 Bidang Pembangunan Perdesaan”
Rapat diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 2014 di Ruang Rapat SG-4 Bappenas dengan
tujuan untuk mensinkronkan program K/L dengan rancangan RKP yang sudah disusun. Pokok-pokok
paparan yang disampaikan dalam rapat antara lain:
Lahirnya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mendorong adanya reorientasi Dirjen PMD
itu sendiri. Nomenklatur kelurahan dan desa menjadikan timbulnya perbedaan perlakuan
antara desa dan kelemahan. Masyarakat mencakup desa dan kelurahan. Namun UU no. 6
berfokus pada desa. Ada kelemahan dalam kelurahan, sehingga bisa dikatakan tidak
peduli dengan keluraha yang ada di kota. Bagaimana kelurahan bisa dibawah kabupaten,
dan perlakuan yang sepada antara desa dan kelurahan.
Melihat potensi dana yang masuk desa, minimal rata-rata Rp 1 M s.d Rp 1,4 M di 2015.
Perlu adanya pendampingan yang sangat efektif bagaimana penggunaan dana tersebut
sesuai dengan RPJM Desa.
Kapasitas kepala dan perangkat desa rata-rata masih rendah. Mengenai BPD, walaupun
dalam UU tersebut, BPD bukan lagi termasuk dalam penyelenggaraan pemerintah desa,
namun tetap menjdi mitra pemerintah desa dan perlu dioptimalkan.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|32
Tindak lanjut yang akan dilakukan berdasarkan hasil rapat antara lain:
Perlu penajaman kegiatan, dengan mempertimbangkan : a) Kejelasan keterkaitan kegiatan
lintas unit kerja di Ditjen PMD, Kemendagri; b) Kegiatan Ditjen PMD, Kemendagri lebih
bersifat fasilitasi, bukanimplementasi; dan c) Rencana PNPM Perdesaankedepan
Perlu diperjelasoutput dari pilot project yang dilakukan PMD, sehinggadapatmenjadi
masukan bagi kebijakan nasional
Ditjen PMD Kemendagri dapat menyampaikan masukan/usulan untuk : a) Kegiatan Prona
dan redistribusi tanah; dan b) Lokasi-lokasi yang perlu diprioritaskan penyusunan RDTR –
nya.
3.25 Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD
Rapat dilaksanakan di Palembang pada tanggal 19 Maret 2014. Direktorat TRP Bappenas
berkesempatan menyampaikan paparan dengan judul 'Optimalisasi Peran BKPRD - Bercermin dari
BKPRN'. Beberapa hal penting yang dikemukakan dalam rapat antara lain:
BKPRD Provinsi Sumatera Selatan sedang menyiapkan Pedoman Tata Kerja BKPRD Provinsi
Sumatera Selatan dengan mengadopsi pedoman sejenis dari BKPRN.
BKPRD Provinsi Sumatera Selatan juga sedang menyiapkan Jaringan Data Tata Ruang
Daerah sebagai sumber data dan informasi terkait Tata Ruang di Sumatera Selatan.
Ketersediaan dan kualitas peta merupakan isu utama. Banyak konflik tata ruang di
lapangan terjadi karena kekurangakuratan peta.
Konflik antarfungsi lahan juga terjadi misalnya antara kehutanan dengan permukiman,
kehutanan dengan perkebunan, kehutanan dan pertambangan.
Terdapat 2 (dua) RTRW yang belum terselesaikan, yaitu RTRW Kabupaten Musi Banyuasin
dan RTRW Kota Prabumulih. Kendala utama adalah ketidaksepakatan antara pemerintah
daerah dengan kementerian Kehutanan. Dalam banyak kasus, penduduk yang bertempat
tinggal pada kawasan permukiman sejak jaman penjajahan Belanda kemudian ditetapkan
sebagai kawasan hutan melalui keputusan Menteri Kehutanan. Pihak Kementerian
Kehutanan menawarkan jalan keluar berupa pelepasan secara parsial, namun ini
memberatkan pemerintah daerah karena proses Timdu sendiri telah menghabiskan biaya
yang besar. Selain itu, konflik juga banyak terjadi berupa perkebunan sawit dan
permukiman penduduk, pertambangan dan kehutanan.
Batas administrasi antarkabupaten/kota dan antarprovinsi juga menjadi isu penting.
Ketidaksepakatan batas administrasi menyulitkan pemerintah daerah memberikan ijin
kepada investor.
Dari hasil rapat tersebut, maka dipertimbangkan beberapa tindak lanjut yang akan dilakukan
antara lain:
Pihak BKPRD meminta BKPRN untuk memasilitasi penyelesaian masalah tersebut di atas.
BKPRN memasukkan isu sengketa batas administrasi, tata batas, ketersediaan peta dan
kebuntuan penyelesaian PERDA RTRW dalam agenda rapat berkala BKPRN
Terobosan yang dilakukan oleh BKPRD seperti BKPRD Provinsi Sumsel sebaiknya juga
diagendakan dalam rapat berkala BKPRN.
Perlu dilakukan sinergi antara SIMTARU dan Jaringan data Tata Ruang yang dibangun oleh
BKPRD Provinsi Sumsel.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|33
Disamping itu, langkah BKPRD Provinsi Sumatera Selatan yang mengembangkan Pedoman
Tata Kerja BKPRD dan Mengembangkan Jaringan Data Tata Ruang perlu diapresiasi. Terobosan
seperti ini seharusnya bisa diberi penghargaan pada peringatan Hari Tata Ruang. Ini seharusnya
diinisiasi oleh BKPRN. Selain itu, BKPRN dapat mendokumentasikan dan menyebarluaskan terobosan
ini kepada BKPRD lainnya melalui saluran komunikasi yang ada (buletin, newsletter, situs, milis, dan
lainnya). Upaya ini dapat dikategorikan sebagai manajemen pengetahuan. Jika dipandang perlu,
BKPRD Sumsel dapat diundang sebagai pembicara dalam Raker BKPRD mendatang.
3.26 Pembahasan Kunjungan Tim Housing Mission World Bank
Pertemuan diadakan di Ruang Direktur Tata Ruang dan Pertanahan pada tanggal 19 Maret
2014. Tujuan dari pertemuan adalah pembahasan konsep Land Banking dan agenda kerja Hibah
Sapola yang terkait dengan bidang pertanahan untuk Bulan Maret - Oktober 2014. Pada rapat
tersebut, Bappenas menyampaikan isu-isu yang terkait dengan bidang pertanahan dan usulan
kebijakan yang ada di dalam Draf RPJMN 2015-2019.
Isu Bidang Pertanahan Usulan Kebijakan Bidang Pertanahan
Kepastian Hukum Hak Atas Tanah a. Pengembangan Sistem Pendaftaran Tanah
Publikasi Positif
b. Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di
Pangadilan Negeri
Ketimpangan Pemilikan, Penguasaan,
Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah
(P4T)
Pelaksanaan Reforma Agraria
Ketersediaan Tanah Untuk Pembangunan
Kepentingan Umum
Pembentukan Bank Tanah
Pelayanan Pertanahan Yang Optimal Perbaikan Proporsi Juru Ukur Pertanahan di
BPN
Terkait dengan isu ketersediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum dan
usulan kebijakan pembentukan Bank Tanah disampaikan bahwa praktek selama ini
pembebasan tanah untuk pembangunan sulit dilakukan karena ada penolakan dari
masyarakat. Hal ini yang melatarbelakangi disusunnya UU 2/2012 tentang Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum. Namun UU itu sifatnya pasif dan
menunggu inisiatif K/L yang memerlukan tanah sehingga perlu ada lembaga lain yang
sifatnya aktif untuk membeli tanah seperti Bank Tanah.
Pihak World Bank menyampaikan beberapa hal sebagai berikut terkait pembentukan bank
tanah
a. Pengertian Bank Tanah adalah lembaga publik yang melakukan penyediaan tanah
dengan membeli tanah terlantar atau tanah dipusat kota untuk kepentingan umum.
Bank tanah ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga lahan dan spekulasi
lahan.
b. Pengelolaan bank tanah dapat dilakukan oleh lembaga bank tanah pusat atau
melalui pembentukan komunitas masyarakat untuk melakukan penyediaan tanah
atas dasar kepercayaan (di Indonesia seperti konsep tanah wakaf).
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|34
c. Fase pembentukan bank tanah adalah (i) pembentukan kerangka regulasi dan
struktur kelembagaan; (ii) proses pembebasan lahan; (iii) pemanfaatan tanah untuk
pembangunan kepentingan umum; dan (iv) pengelolaan kelembagaan bank tanah.
d. Beberapa contoh bank tanah di negara lain adalah.
o Flint, Michigan, USA
o Bogota, Colombia
o Delhi, India
e. Persyaratan yang perlu dilakukan untuk pembentukan bank tanah adalah
pembuatan infrastruktur dasar pertanahan seperti sistem informasi pertanahan, dan
zona nilai tanah; mekanisme pendanaan; ketersediaan rencana tata ruang wilayah;
peningkatan kapasitas SDM, regitrasi/pendaftaran tanah.
Beberapa catatan yang disampaikan World Bank mengenai Bank Tanah adalah.
a. Perlu diperhatikan isu mengenai urbanisasi penduduk terutama di wilayah
perkotaan yang menyebabkan tingginya kebutuhan akan lahan diperkotaan sehingga
apakah bank tanah nantinya akan mampu menyediakan tanah yang cukup.
b. Keberadaan rencana tata ruang wilayah menjadi instrumen penting untuk
mengontrol ‘land market’.
c. Usulan pembentukan bank tanah sangat penting dan strategis, namun perlu
alternatif solusi untuk penyediaan tanah seperti ‘Land Readjustment’.
d. Sebaiknya kegiatan hibah Sapola terkait bidang pertanahan tidak hanya fokus pada
pembentukan bank tanah tapi juga pada isu ketersediaan akses tanah bagi
masyarakat.
3.27 Rapat Penelahaan Pemanfaatan Dana Optimalisasi DJPR Kemen PU
Rapat dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2014 di ruang DJA, Kementerian Keuangan.
Terdapat beberapa hal yang dibahas dalam rapat tersebut, yaitu:
Dana optimalisasi APBN TA 2014 untuk Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU adalah
sebesar Rp. 222,5 milyar.
Dana optimalisasi tersebut untuk lingkup seluruh Kementerian PU telah mendapat
persetujuan dari Komisi V DPR RI
Hal itu juga telah sesuai kriteria pemanfaatan dana optimalisasi hasil review BPKP, dan
telah disetujui di Sidang Kabinet.
Oleh Bappenas, dana optimalisasi diarahkan untuk memenuhi backlog RPJMN 2010-2014,
dan kegiatan yang bersifat fisik hanya diarahkan bersifat pilot project sebagai contoh
pemanfaatan ruang dalam implementasi RTRW
Sebagai tindak lanjut, perlu dilengkapi dengan rincian penggunaan dana optimalisasi APBN
2014 per program, kegiatan, satker dan sub komponen.
3.28 Koordinasi Implementasi Renaksi NKB – Kumham
Rapat Koordinasi diselenggarakan pada tanggal 21 Maret 2014 di Ruang Rapat KPK
menindaklanjuti pertemuan sebelumnya guna menyepakati metodologi harmonisasi peraturan
perundang-undangan bidang SDA dan lingkungan hidup. Sebagaimana pembahasan pertemuan yang
lalu bahwa metodologi yang akan digunakan untuk kajian adalah perpaduan i) 7 kriteria yang telah di
susun berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Prof. Maria; dan ii) prinsip-prinsip dalam TAP MPR No.
IX/MPR-RI/2001, yang menghasilkan rumusan awal metodologi kajian harmonisasi sebagai berikut:
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|35
UU akan dikaji berdasarkan 3 prinsip utama, yaitu Prinsip Keadilan Sosial, Prinsip
Demokrasi dan Negara Hukum, dan Prinsip Keberlanjutan.
3 prinsip diturunkan menjadi beberapa kriteria:
PRINSIP KRITERIA
Prinsip Keadilan Sosial Pengakuan, perlindungan dan pemajuan HAM terkait
dengan penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan SDA
Peningkatan kesejahteraan rakyat terutama masyarakat
hukum adat, kaum miskin, buruh tani, nelayan
Prinsip Demokrasi dan
Negara Hukum
Kedaulatan rakyat atas SDA
Desentralisasi yang demokratis dalam pengelolaan SDA
Kepastian hukum yang berkeadilan
Penghormatan pada pluralisme hukum
Transparansi, partisipasi dan akuntabilitas publik
Keterpaduan koordinasi kewenangan pengelolaan SDA
Penyelesaian konflik dan sengketa yang efektif
Pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan SDA
Tanggung jawab negara atas pengelolaan SDA
Prinsip Keberlanjutan Pemenuhan keadilan antar dan intra generasi dalam
pengeloaan dan pemanfaatan SDA
Pengelolaan sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan
Orientasi pengelolaan yang menyeimbangkan fungsi sosial
dan ekologis.
Prof Maria menyatakan bahwa kajian ini harus melakukan gap analysis terhadap
perencanaan dan pemanfaatan dalam penggunaan ruang.
BPHN mengusulkan menambahkan 1 prinsip yaitu Prinsip Internalisasi Biaya Lingkungan
yang dikaji dengan metode cost and benefit analysis karena terkait dengan adanya
kebijakan perubahan peruntukan fungsi dan penggunaan kawasan hutan yang harus dapat
diperhitungkan kemungkinan dampak negatif yang timbul. Tidak hanya terjadi pada sektor
kehutanan tetapi dimungkinkan terjadinya di sektor SDA lainnya. Sehingga dapat diketahui
sejauhmana potensi korupsi yang mungkin terjadi dari setiap kebijkan yang dibuat.
Berdasarkan output dan time frame Tim Harmonisasi, disepakati bahwa kajian
menggunakan Prinsip Internalisasi Biaya Lingkungan dapat saja dilakukan, tetapi
pelaksanaannya terpisah dengan kajian harmonisasi.
Dit. TRP berpandangan bahwa dalam melakukan kajian harmonisasi UU bidang SDA dapat
digunakan pula pengelompokan norma berdasarkan: i) Perencanaan; ii) Pemanfaatan; dan
iii) Pengawasan yang perlu dilakukan pendefinisian dari masing-masing kelompok tersebut
karena nomenklatur yang digunakan dalam tiap UU berbeda.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|36
Prof Maria berpandangan bahwa K/L yang akan melakukan kajian UU menggunakan
metodologi yang telah dihasilkan oleh Tim Harmonisasi karena K/L yang mengetahui
langsung implementasi UU.
Disepakati beberapa hal sebagai berikut:
Prinsip dan Kriteria akan didetailkan hingga tingkatan Indikator dan Verifier.
Jika mendatang disepakati bahwa K/L yang akan melakukan kajian terhadap UU, sosialisasi
kajian menggunakan metodologi yang dihasilkan oleh Tim Harmonisasi dapat dilakukan
melalui forum BKPRN.
3.29 Sosialisasi Gender dan Perubahan Iklim
Rapat diselenggarakan Ruang Olio, Hotel Alila pada tanggal 23 Maret 2014 dengan tujuan
memberikan pemahaman bahwa isu gender dalam perubahan iklim dapat meningkatkan daya ungkit
sasaran adaptasi perubahan iklim dan menghimpun rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan
iklim yang responsif gender. Beberapa Poin penting yang disampaikan pada kegiatan tersebut,
sebagai berikut:
Kelompok rentan bencana berasal dari masyarakat miskin, seperti anak-anak, perempuan,
masyarakat adat, petani, dan nelayan. Maka, adaptasi perubahan iklim salah satunya
dimulai dengan memberikan peran bagi perempuan dan kelompok rentan dalam
pengurangan risiko bencana.
Di Tahun 2016 akan dilakukan review kemajuan menuju keseteraan gender oleh UNFCCC.
BNPB sudah menyusun draf Perka tentang perarusutamaan gender dalam
penanggulangan bencana, dan dalam skala nasional sudah menyusun flatform nasional
yang dibawa ke Genewa.
Terkait dengan gender dan perubahan iklim, ada dua hal yang menjadi penekanan, yakni:
(1) Pendanaan iklim: Dana anggaran prioritasnya untuk adaptasi perubahan iklim, bukan
kepada mitigasi; (2) Perlu adanya standar perlindungan perempuan terkait dengan proyek
perubahan iklim, yang inklusif, sensitif, dan responsif gender.
Informasi dan partisipasi menjadi hal yang sangat penting dalam sosialisasi masyarakat
terkait isu gender dan perubahan iklim.
Akan dilaksanakan Pameran Indonesia Climate Change Education for Environment Expo:
‘Peran Perempuan dan Pemuda’ pada 1-4 Mei 2014 di JCC.
Untuk PPRG sudah ditandatangai SEB empat Menteri, yaitu Kemdagri, Bappenas, KPP-PA,
dan Kemenkeu. Dan, pada saat trilateral meeting harus disampaikan gender budget
statement untuk setiap program.
Terdapat beberapa hal yang dismipulkan yaitu:
Perempuan harus dilibatkan sebagai pelaku pembangunan dan mendapatkan ruang lebih
untuk membagikan kearifan lokal yang diketahui di berbagai aspek pembangunan, seperti
kesehatan, sosial, kelautan, kehutanan, transportasi, dan pertanian.
Pemerintah perlu melakukan upaya komprehensif dalam penanganan perubahan iklim,
perlu menyusun dan menghitung peran dan partisipasi perempuan agar terlihat dalam
statistik, dan meningkatkan program dan anggaran agar lebih responsif gender.
Pemerintah perlu melakukan upaya komprehensif dalam penanganan perubahan iklim
dengan memperhatikan faktor-faktor sosial budaya, politik dan ekonomi dalam rangka
menciptakan situasi yang kondusif untuk mendorong peningkatan akses dan kontrol
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|37
perempuan, laki-laki, anak dan kelompok marginal/kelompok rentan lainnya dalam
rencana aksi dan kebijakan terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang responsif
gender.
Pelatihan-pelatihan tentang gender dan perubahan iklim bagi pengambil keputusan dan
pelaksana program/proyek di lapangan perlu ditingkatkan agar mampu melaksanakan
pengarusutamaan gender dan PPRG secara optimal.
3.30 Workshop UNDP Country Programme Action Plan
Workshop dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2014 di SG-3 Bappenas dengan tujuan
menyampaikan hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan UNDP
yang tertera dalam CPAP UNDP 2011-2015 Tahun 2013. Hasil kegiatan ini akan menjadi masukan
dalam penyusunan rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019. Beberapa hal yang disampaikan dalam
workshop tersebut adalah sebagai berikut:
Alokasi anggaran APBN untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan jumlahnya menurun.
Pencapaian indikator MDG’s secara nasional mengalami kenaikan dan terjadi peningkatan
kualitas SDM. Tingkat disparitas antarwilayah menurun namun untuk Papua masih jadi
yang Provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Salah satu program untuk membantu
mengatasinya dengan Papua-PCPD II yaitu program pengembangan usaha lokal di
beberapa daerah di Papua.
Isu terkait lingkungan yang menjadi fokus kegiatan ini adalah pengelolaan sumber daya
alam, energi terbarukan, dan perubahan iklim. Secara umum, kondisi lahan kritis yang
direhabilitasi mengalami peningkatan namun kondisi terumbu karang yang ada semakin
memburuk.
Terkait energi terbarukan, rasio elektrifikasi mengalami peningkatan dan untuk perubahan
iklim sudah dilakukan penyusunan peraturan untuk program REDD+ dan telah dilakukan
sosialisasinya.
Untuk isu pencegahan konflik dan pengurangan resiko bencana, terdapat 12 provinsi yang
sudah memiliki BPBD (Badan Pananggulangan Bencana Daerah) dan terdapat perubahan
indeks dari indeks rawan bencana menjadi indeks resiko bencana.
Tantangan ke depan, yaitu: diperlukan pendekatan yang interaktif dan keterkaitan antar
dokumen perencanaan serta diperlukan kerjasama yang kuat antar berbagai lembaga yang
terkait.
Dari rapat tersebut, diketahui bahwa kegiatan CPAP merupakan kerjasama pemerintah
Indonesia dan UNDP yang berfokus pada 4 (empat) aspek yaitu (i) MDG’s dan Kemiskinan; (ii)
Pencegahan Konflik dan Pengurangan Resiko Kebencanaan; (iii) Lingkungan; dan (iv) Demokrasi.
3.31 Sosialisasi BPJS Kesehatan
Sosialisasi diadakan di Ruang SS 1-2 Bappenas pada tanggal 25 Maret 2014 dimana
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pemberian jaminan sosial khususnya
kesehatan dari pengalihan Asuransi Kesehatan (ASKES) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) secara menyeluruh kepada seluruh pegawai PNS Kementerian PPN/Bappenas yang terdaftar
menjadi peserta ASKES sebelumnya. Beberapa poin penting yang disampaikan dalam dalam
paparan:
Masyarakat membutuhkan informasi yang pasti tentang teknis pelaksanaan BPJS. Peserta
jaminan kesehatan terdiri dari (1) bukan penerima bantuan iuran (Bukan PBI) dan (2)
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|38
Penerima Bantuan Iuran (PBI). Anggota keluarga yang dapat dimasukkan dalam BPJS
Kesehatan ini dijamin sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang terdiri dari istri/suami yang
sah dari peserta, anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta.
Jika anak yang ada lebih dari 3 orang, maka anak ke 4 dan seterusnya dapat didaftarkan
dan dikenakan biaya iuran sebesar 1% dari gaji + tunjangan pegawai yang bersangkutan
serta dianggap sebagai anggota keluarga tambahan.
Terkait dengan keikutsertaan pegawai Non PNS yang ada, maka pegawai Non PNS
termasuk dalam kategori Pekerja Penerima Upah Pegawai Negeri (PPUPN) artinya
pembayaran gajji + tunjangan berasal dari murni APBN. Oleh karena itu, untuk iuran
keanggotaan BPJS dilakukan dengan sharing dari pemberi kerja sebesar 3% dan dari
pekerja itu sendiri sebesar 2%, jadi total 5% dan didaftarkan secara kolektif oleh badan
atau organisasi yang bersangkutan.
Iuran untuk perawatan kelas 1 sebesar Rp. 59.500,-/orang/bln, kelasa 2 sebesar Rp.
42.500,-/orang/bln, dan kelas 3 sebesar Rp. 25.500,-/orang/bln.
Mekanisme BPJS ini sama dengan mekanisme pelayanan kesehatan (ASKES). Dimana
setiap peserta harus mendapatkan rujukan dari puskesmas terdekat, setelah itu baru
dirujuk kembali untuk pelayanan kesehatah ke rumah sakit yang dirujuk. Jika peserta
dalam keadaan darurat, maka bisa langsung dibawa ke rumah sakit yang melakukan
kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Kesimpulan dan tindak lanjut dari pelaksanaan rapat tersebut adalah:
Bagi peserta PNS akan secara otomatis akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sama dengan penggunaan kartu ASKES dulu.
Semua orang dapat menggunakan BPJS kesehatan, dengan memenuhi persyaratan dan
prosedur yang telah ditetapkan, termasuk jika ada perbedaan data dan informasi dari
peserta BPJS.
Perlu ditindaklanjuti mekanisme untuk mendaftarkan peserta BPJS dari pegawai non PNS
termasuk cara pembayaran berupa cost sharing (iuran) nya.
Perlu koordinasi antara Biro SDM Bappenas dengan unit kerja di Bappenas atau dengan
penanggungjawab direktorat/kedeputian jika akan dilakukan pendaftaran secara kolektif
bagi pegawai non PNS tersebut.
Informasi terkait dengan non PNS di Direktorat TRP, telah dilakukan pengumpulan data-
data pegawai non PNS (fotokopi KTP, fotokopi KK, pas foto dan pengisian formulir) yang
akan ditindaklanjuti dengan proses pendaftaran ke BPJS terdekat. Mengenai pembiayaan
sebaiknya didiskusikan dalam rapat staf di Direktorat TRP.
3.32 FGD Perumusan Cakupan (Deliniasi) Kawasan Perbatasan Negara di Laut
FGD dilaksanakan di Ruang Rapat BNPP pada tanggal 25 Maret 2014. FGD diselenggarakan
untuk mencapai kesepakatan terkait rumusan cakupan kawasan perbatasan negara sehingga dapat
mendukung percepatan penetapan Rancangan Perpres RTR KSN Perbatasan Negara. Adapun
beberapa point penting yang dapat diambil dari rapat yaitu:
Pengelolaan kawasan perbatasan menjadi kewenangan BNPP berdasakan Perpres No. 12
Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. Dalam pelaksanaannya BNPP
menyusun Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan yang didasarkan pada rencana tata
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|39
ruang perbatasan. Oleh karenanya perlu segera dilakukan penetapan RTR KSN Perbatasan
yang ditargetkan selesai pada bulan Mei 2014.
Cakupan deliniasi kawasan perbatasan negara tidak hanya ke arah luar Negara, yaitu
wilayah perairan laut yang berbatasan dengan Negara tetangga, tetapi juga ke arah dalam
yaitu wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga.
Kawasan perbatasan Negara ke arah luar/laut telah ditentukan yaitu penggunaan
maksimum klaim dalam menetapkan batas wilayah laut NKRI berdasarkan hasil rapat
koordinasi K/L yang disampaikan oleh Kemenko Polhukam melalui surat No. B-
77/Menko/Polhukam/De-IV/HN.04.4/10/2013 tertanggal 9 Oktober 2013.
Penggambaran deliniasi perbatasan Negara ke arah luar/laut digambarkan dalam
Rancangan Perpres RTR KSN Perbatasan Negara dengan garis putus-putus sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan Kol. Laut (Purn.) Rusdi Ridwan sebagai salah satu Kelompok Ahli
BNPP menyarankan agar penggambaran batas delineasi kawasan perbatasan harus jelas
dan tegas (tidak dengan garis putus-putus) agar tidak terulang seperti sengketa Sipadan
dan Ligitan.
Belum tercapai kesepakatan mengenai deliniasi kawasan perbatasan Negara ke arah
dalam, apakah: i) kecamatan yang berhadapan langsung dengan negara tetangga yang
berada pada pulau utama; ii) kecamatan yang berada di pulau-pulau kecil (terdapat 330
kecamatan yang berada di wilayah pulau-pulau kecil); iii) garis sempadan pantai; atau iv)
garis baseline.
Dari rapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa BNPP masih belum dapat menentukan
cakupan wilayah kawasan perbatasan Negara ke arah dalam. Selain itu, akan diambil tindak lanjut
berupa Kementerian PU akan mengirimkan Rancangan Perpres RTR KSN Perbatasan Negara kepada
BNPP untuk dimintai masukan khususnya terkait cakupan wilayah kawasan perbatasan Negara dan
Dit. TRP memberikan masukan secara tertulis kepada BNPP terkait hal tersebut.
3.33 Rapat Diskusi Program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan tahun 2015 – 2019
Rapat diadakan pada tanggal 25 Maret 2014 di Ruang Rapat Lantai 2 Kementerian PU. Rapat
diselenggarakan untuk menyamakan persepsi pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan
antara Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I dan II juga dengan Bappenas. Pokok-pokok
penting dalam pembahasan diskusi:
Dalam pengembangan keseluruhan desa kita harus melihat kedudukan kegiatan yang
sudah dilakukan pemerintah daerah dan stakeholder terkait.
Perlu dipertimbangkan ulang misi yang akan dituju apakah dengan program ini akan
meningkatkan produksi bahan pangan atau meningkatkan ekonomi perdesaan.
Perlunya indikator kunci dan output yang jelas dengan adanya kata berkelanjutan dan
perlu dipikirkan akhir dari pilot percontohan P2KPB jika akan menjadi kebijakan nasional.
Kegiatan P2KPB perlu memiliki instrumen penataan ruang yang efektif berupa insentif dan
disinsentif apa yang dapat mencegah alih fungsi lahan. Dengan output yang dihasilkan
apakah dapat dihasilkan kebijakan nasional yang memiliki implikasi yang besar bagi
perekonomian.
Perlu dilakukan upaya-upaya untuk menghindari terjadinya konversi lahan antara lain
dengan memberikan insentif kepada Kabupaten yang telah berkomitmen untuk
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|40
mempertahankan lahan pertaniannya tetap sebagai lahan pertanian sebagaimana
tertuang pada RTRW.
Disamping itu, program perlu di dorong untuk mempertahankan perdesaan tetap menjadi
perdesaan (perdesaan lestari), dengan potensi/tipologi desa seperti; desa Agropolitan,
Minapolitan, desa Wisata, desa Adat/Budaya, desa tipologi lainnya, untuk menjaga
sinergitas hubungan kota dan desa.
Kesimpulan dari rapat tersebut adalah bahwa kawasan perdesaan yang ditetapkan
sebagaikawasan pengembangan P2KPB merupakan kawasan strategis kabupaten (KSK) sebagaimana
tertuang dalam RTRW. Kemudian sebagai tindak lanjut, tim teknis akan memantapkan konsep P2KPB
untuk penataan ruang kawasan perdesaan berkelanjutandi dalam internal DJPR dan memasukkan
kegiatan ke dalam penyusunan kegiatan Kementerian PU di Tahun 2015
3.34 Rapat Pleno Tim Peninjauan Kembali (PK) RTRWN dan Tim Penyiapan Materi
Rapat Pleno diadakan di Hotel Grand Kemang tanggal 25 Maret 2014 dalam rangka
peninjauan kembali PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yaitu penyampaian kemajuan pelaksanaan PK RTRWN dan Pembahasan rencana tindak lanjut dan
mekanisme PK RTRWN. Masukan penting dalam diskusi terkait substansi RTRWN maupun kegiatan
PK RTRWN:
Hasil evaluasi RTRWN masih belum diacu dalam penyusunan program pembangunan
Daerah maupun K/L;
Pentingnya mempertimbangkan daya dukung lingkungan dalam kajian RTRWN;
Kerangka muatan RTRWN perlu dipertahankan untuk menjaga konsistensi dan wibawa
rencana yang telah disusun;
Revitalisasi RTRWN untuk mempertegas peran dan fungsi RTRWN sebagai kebijakan
spasial pembangunan kewilayahan dan sektoral yang mengikat;
RTRWN sebaiknya tidak hanya mengumpulkan kegiatan berbagai sektor, tetapi juga
menganalisis kegiatan apa saja yang dibutuhkan dalam skala nasional untuk menjaga tata
ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan sehingga dapat diacu
pleh sektor;
Harus didudukkan kembali apakah RTRWN harus mengatur keseluruhan atau hanya
mengatur hal-hal yang strategis nasional saja. Konstelasi antara PKN, PKW, dan PKL perlu
dicermati kembali, terutama dengan banyaknya aspirasi pemerintah daeran mengenai
PKN;
RTRWN harus memuat pembagian kewenangan yang jelas antartingkatan pemerintah
dalam pengelolaan KSN
RTRWN Perlu mempertimbangkan Strategi Penguatan Konektivitas Nasional (national
connectivity) dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan
menghubungkan daerah tertinggal/terpencil dengan pusat pertumbuhan;
Perlu dilakukan pemfokusan kembali terhadap kebijakan dan strategi dalam RTRWN
terkait dengan pengembangan sistem transportasi nasional yang diarahkan pada penataan
sistem logistik nasional yang menitikberatkan pada pengembangan angkutan barang
nasional.
Tindak lanjut atas pembahasan dalam rapat adalah ditargetkan Peninjauan KembaliRTRWN
diselesaikan pada bulan September sebelum pergantian pemerintahan. Selain itu, mengingat
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|41
pentingnya keselarasan RTRWN dengan RPJMN, maka akan ditambahkan 1 sub tim mengenai
program dalam tim peninjauankembali RTRWN
3.35 Rapat pembahasan penyelesaian Konflik pemanfaatan ruang (Trowulan-Mojokerto, Dumai
dan teluk Benoa - Bali)
Rapat dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2014 di Ruang Rapat Menko Lantai 1 Gedung
Sekretariat KP3EI-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan tujuan untuk menyusun
rencana tindak lanjut penyelesaian konflik pemanfaatan ruang Trowulan-Mojokerto, Dumai, dan
Teluk Benoa. Adapun isi tentang rapat tersebut adalah:
Konflik Pembangunan Pabrik Baja Di Trowulan, Kabupaten Mojokerto
a. Kronologis Permasalahan
Surat dari Menteri PU No. UM.01 11-Mn/66 tanggal 12 Februari 2014,
yang berisi antara lain: i) Tim PU telah melakukan kunjungan lapangan;ii)
Pembangunan Pabrik Baja dilakukan di lokasi yang peruntukannya
ditetapkan untuk industri menengah (Perda No. 9 tahun 2012 RTRW Kab
Mojokerto); iii) Deliniasi kawasan Cagar Budaya Majapahit di Trowulan
belum ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; iv)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berpendapat surat BP3
Trowulan bukan surat Persetujuan; v) Pembangunan Pabrik Baja menuai
pro – kontra dari Masyarakat; vi) Permohonan agar dibahas di dalam Pokja
4 BKPRN.
Mendikbud telah menerbitkan Surat Keputusan No. 260/M/2013 tentang
Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan sebagai Kawasan Cagar
Budaya Peringkat Nasional, pada tanggal 30 Desember 2013.
b. Catatan Hasil Kunjungan Lapangan BKPRN
Surat Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto;
No. HK.501/0981/BP3JT/KPK/2012, bangunan tersebut bukan Bangunan
Cagar Budaya dan berada di luar wilayah pelestarian utama Gapura
Wringinlawang (Cell E/Zona Penyangga);
Perda No.9 tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Mojokerto, bahwa
lokasi dimaksud berada pada Peruntukan Industri yang sesuai dengan Peta
Pola Ruang dan pasal 46 ayat 4 huruf p.
Telaah dalam Permohonan Pendapat Hukum oleh Prof.Dr.H.Sadjiono,
SH.,M.Hum (Guru Besar Universitas Bhayangkara Surabaya), pada tanggal
27 Juli 2013 menyebutkan:
i. PT Manunggal Sentra Baja telah memiliki Dokumen yang sah dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat, diantaranya : (a) Izin
Mendirikan Bangunan No.1399 tanggal 7 Juni 2013, (b) Surat Bupati
Mojokerto No.503/4366/416/207.5/2012 tanggal 22 November
2012, perihal Rekomendasi Pendirian Industri Pengecoran Besi Baja,
dan (c) Surat Kepala BLHD Kab.Mojokerto No. 660/486/416-
203.A/2013 tanggal 13 Mei 2013, perihal Rekomendasi atas UKL-UPL
kegiatan usaha Industri Pengecoran Besi dan Baja oleh PT Manunggal
Sentral Baja di Desa Jatipasar.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|42
ii. Surat Plt. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Kab.Mojokerto
No.501/0981/BP3JT/KPK/2012 tanggal 18 Juli 2012, termasuk
kualifikasi surat keputusan (beschikking) dan mengandung nilai
rekomendasi yang memiliki kekuatan hukum mengikat.
iii. Lokasi Rencana Pembangunan Pabrik Baja berjarak lebih dari 500 m
dari Gapura Wringinlawang
Konflik Pemanfaatan Ruang Kota Dumai
a. Surat Walikota Dumai No. 503/BPTPM/06 tanggal 15 Januari 2014 perihal
permohonan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
terkait Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS), berupa:
Pertimbangan Terhadap Rencana Investasi PKS PT. Aekloba Sawita Jaya
Mandiri yang berada dalam Kawasan yang di dalam Draft Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Dumai termasuk kedalam Kawasan
Pengembangan Dumai Baru;
Menurunkan Tim BKPRN untuk Meninjau Lokasi Investasi Pembangunan
PKS.
Konflik Pemanfaatan Ruang Teluk Benoa
a. Melakukan pembahasan tata cara/governance Peninjauan Kembali (PK) dan
revisi RTR berdasarkan PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang dalam rangka proses PK RTR Perkotaan Sarbagita.
b. Menyusun Roadmap proses PK RTR Perkotaan Sarbagita.
Beberapa kesimpulan dan rekomendasi penyelesaian yang diberikan terkait dengan
permasalahan-permasalahan dalam pembahasan rapat antara lain:
Kesimpulan dan Rekomendasi BKPRN untuk Penyelesaian Konflik Pembangunan Pabrik
Baja Di Trowulan, Kabupaten Mojokerto:
a. Lokasi rencana pembangunan Pabrik Baja (PT Manunggal Sentra Baja) terletak
pada peruntukan industri menengah antara lain berlokasi di Zona Industri Desa
Jatipasar Kec.Trowulan sesuai dengan pasal 46 Perda No. 9 Tahun 2012 tentang
RTRW Kabupaten Mojokerto.
b. Permen Perindustrian No.41 tahun 2008 tentang ketentuan dan tatacara
pemberian izin usaha industri, izin perluasan, dan tanda daftar industri, belum
mengatur klasifikasi untuk Industri Menengah dan Besar, dan baru mengatur
pada Pasal 8 “industri kecil dengan nilai investasi 5 juta sampai dengan 200 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan”. Terkait hal tersebut, Kementerian
Perindustrian diharapkan memberi penjelasan tertulis tentang kriteria klasifikasi
industri untuk kelas menengah dan besar.
c. Pemerintah Kabupaten Mojokerto diharapkan segera menyusun dan
menetapkan Rencana Rinci Tata Ruang, untuk memastikan pemanfaatan ruang
baik untuk kepentingan konservasi (cagar budaya) maupun budidaya (antara lain
kegiatan indsutri), yang sesuai peruntukannya dengan ketentuan pada Perda
No.9 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Mojokerto.
d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan segera menyusun sistem
zonasi di kawasan cagar budaya khususnya di Trowulan (tindak lanjut
Kepmendikbud No.260/M/2013) sesuai ketentuan peraturan perundangan.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|43
Kesimpulan dan RekomendasiPenyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang Kota Dumai
a. Pada prinsipnya, ijin Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Aekloba
Sawita Jaya Mandiri dapat dilaksanakan dengan mengacu pada Perda RTRW
Kota Dumai No 11 Tahun 2002 berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
No. 188.34/1055/IV/Bangda tanggal 5 Februari 2013 tentang Percepatan
Penetapan Raperda Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota. Perkembangan
selanjutnya, perlu mengajukan permohonan dispensasi kepada Gubernur untuk
menggunakan substansi yang diatur dalam Perda RTRW Kota Dumai No 11
Tahun 2002 dengan tetap memperhatikan PP No. 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri.;
b. Berkaitan dengan Perda RTRW kota Dumai yang telah mendapatkan persetujuan
substansi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengeluarkan surat
rekomendasi untuk diusulkan sebagai pengajuan perubahan peruntukan
kawasan industri di Kawasan Pengembangan Dumai Baru;
c. Perlu diadakan kunjungan lapangan dan rapat pembahasan pengembangan
industri agro (kelapa sawit) di kota Dumai antara pemerintah pusat dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Kesimpulan dan rekomendasi penyelesaian konflik pemanfaatan ruang teluk benoa
a. Roadmap proses PK RTR Perkotaan Sarbagita (terlampir) b. Pengumpulan data sesuai roadmap yang disepakati akan dilakukan pada hari
Selasa, 1 April 2014.
3.36 Building Effective Communication Skills
Workshop diselenggarakan Bappenas, bekerja sama dengan AusAid melalui Knowledge
Sector Initiative (KSI) pada tanggal 26-27 Maret 2014 dengan pokok-pokok paparan sebagai berikut:
How to develop policy engagement strategy?
Karena kompleksitas policy process, diperlukan strategi: Rapid Outcome Mapping
Approach (Roma), yang intinya mengenal konteks policy process dan stakeholders yang
terkait.
Clear policy objective akan memudahkan stakeholders mapping. Dari pemetaan dapat
diketahui stakeholders yang: i) sebatas menyetujui (alignment); atau ii) menyetujui dan
berkepentingan (interest).
Pentingnya pemahaman mengenai policy process context akan membantu policy makers
untuk menjawab 4 pertanyaan kunci:
a. How much do we know about a complex policy issue?
b. How strong is the evidence base for an issue?
c. How confident are we that we know what’s happening?
d. How broad is our understanding of what’s important?
Dalam penulisan Policy Brief, terdapat beberapa pertanyaan kunci:
a. Isu apa yang akan direspon dan dilakukan perubahan melalui kebijakan?
b. Kepada siapa Policy Brief ditujukan?
c. Apa yang menjadi pesan kunci/key message(s)?
d. Adakah data/bukti pendukung?
e. Apakah ada rekomendasi/implikasi? Sebaiknya maksimal 3-5 rekomendasi/implikasi
saja.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|44
Adapun tindak lanjut dari hasil rapat tersebut adalah pentingnyamengetahui stakeholder
kunci, terutama yang memilikipengaruhataukewenanganbesardalampengambilan keputusan serta
koordinasi internal
Bappenasperludiperkuatuntukmeningkatkankualitaskebijakanperencanaanpembangunan.
3.37 Pembahasan Rancangan Awal Pagu Indikatif RKP 2015 Badan Pertanahan Nasional
Rapat dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 di hotel Akmani dengan tujuan untuk
meminalkan Pagu Indikatif K/L TA 2015, menetapkan kegiatan prioritas yang akan didanai di TA 2015
beserta indikator kinerja, output, target dan sasaran kinerja yang jelas dan terukur, dan menilai dan
menetapkan kegiatan prioritas yang belum didanai dalam Pagu Indikatif K/L TA 2015. Dalam rapat
tersebut, disampaikan beberapa poin penting dalam pembahasanya, antara lain:
Kegiatan prioritas yang telah disepakati besaran target dan alokasi pendanaannya adalah
(i) redistribusi tanah; (ii) IP4T; dan (iii) identifikasi tanah terlantar. Sedangkan kegiatan
yang masih perlu dibahas lebih lanjut adalah (i) penyusunan peta dasar pertanahan; dan
(ii) legalisasi aset.
Dalam RKP TA 2015 matriks program dan kegiatan harus lengkap baik itu kegiatan prioritas
maupun non prioritas sehingga ketika dijumlah keseluruhan kegiatannya maka jumlah
totalnya sama dengan total anggaran satu K/L.
Untuk mendukung matriks program dan kegiatan yang lengkap, perlu ada perbaikan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk semua kegiatan.
Apabila terdapat kebutuhan tambahan dana maka dilakukan refocussing terlebih dahulu
dan apabila tidak mencukupi juga maka menjadi catatan dalam trilateral meeting ini.
Namun, kebutuhan tambahan dana ini perlu disertai TOR dan RAB yang jelas.
Pergeseran alokasi anggaran dapat dilakukan namun tidak boleh digeser alokasi dari
Rupiah Murni (RM) ke PNBP dan begitu pula sebaliknya.
Untuk pagu BPN sebesar Rp. 4,25 T alokasi pendanaannya diprioritaskan untuk alokasi gaji,
biaya operasional, dan kegiatan prioritas nasional yang masih berlanjut. Baseline 2015 ini
belum dialokasikan untuk pembayaran renumerasi BPN.
Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan tersebut diperlukan sarana dan
prasarana BPN yang memadai serta dukungan instansi lain untuk kegiatan yang sifatnya
lintas sektor.
Terkait target penerimaan dan belanja PNBP, masih menggunakan aturan yang berlaku
saat ini yaitu PP No. 13/2010 sehingga tidak bisa mekanisme PNBP yang terpusat tetapi
harus berdasarkan masing-masing instansi pengumpul.
Kesimpulan dan tindak lanjut dari hasil rapat tersebut yaitu:
Dalam menyusun pagu indikatif rancangan awal RKP 2015 perlu dicermati kesesuaian
antara besaran target dan alokasi pendanaannya sehingga perencanaan dan
penganggaran dapat efektif dan efisien.
BPN perlu melakukan pemilihan IKK yang tepat untuk setiap output kegiatan sehingga
matrik program dan kegiatan BPN menjadi lengkap dan tepat.
Perlu dilakukan trilateral meeting lanjutan untuk penajaman pembahasan kegiatan yang
belum dapat diputuskan.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|45
3.38 Kunjungan DPRD Kabupaten Trenggalek (Konsultasi Pengembangan Infrastruktur Data
Spasial)
Konsultasi dilaksanakan di RR 203 Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 28 Maret 2014
dengan beberapa poin penting yang disampaikan, meliputi:
Terdapat dua metode pendekatan pengembangan wilayah:
a. Pendekatan berbasis sektoral; dan
b. Pendekatan berbasis spasial.
Pengembangan data spasial penting dan wajib dilakukan daerah untuk mendukung
penyelenggaraan penataan ruang.
Direktorat Pengembangan Wilayah telah bermitra dengan Badan Informasi Geospasial
(BIG) dalam pelaksanaan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan data spasial penataan
ruang daerah.
Pengembangan wilayah di Indonesia saat masih didominasi oleh ego wilayah, terutama
sejak diberlakukannya kebijakan ekonomi daerah. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik
terutama di kawasan perbatasan.
Instansi perencanaan daerah belum memiliki data spasial yang akurat dan sesuai dengan
kondisi saat ini.
Sebagai tindak lanjut, Direktorat Pengembangan Wilayah akan memasilitasi DPRD Kabupaten
Trenggalek untuk bertemu dengan BIG dalam rangka Bimtek Pengembangan Data Spasial
(Pemetaan) Penataan Ruang.
3.39 Rapat Persiapan Workshop Penguatan Kapasitas Pengelolaan Kawasan Strategis
Jabodetabekpunjur.
Rapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2014 di Hotel Orchard yang bertujuan untuk
meminta masukan terkait substansi dan teknis penyelenggaraan Workshop Penguatan Kapasitas
Pengelolaan Kawasan Strategis Jabodetabekpunjur. Beberapa masukan-masukan penting yang
disampaikan dalam rapat antara lain:
Pembahasan dalam workshop sebaiknya langsung spesifik terkait peraturan perundangan,
kelembagaan Jabodetabekpunjur, dan tata ruang.
Workshop perlu melibatkan Inisiator DPD, Tim Ahli DPD, BKSP (memberi tanggapan), LSM;
Perlu ada rumusan data-data pendukung yang akan disampaikan narasumber;
Untuk Narasumber daerah : fokus kepada implementasi dan implikasi pembangunan
Jabodetabekpunjur;
Sebaiknya workshop ini juga melibatkan Direktorat Perkotaan, Bappenas dan sektor-sektor
yang mengisi ruang seperti Kemenpera dan Perumnas.
Secara hukum, RUU Megapolitan Jabodetabekjur, akan berbenturan dengan UU 32/2004,
UU DKI , sehingga diperlukan dipetakan dengan UU eksisting.
Dapat ditambahkan satu tema lagi yaitu terkait pemetaan permasalahan
Jabodetabekpunjur dan alternatif penyelesaiannya;
Latar belakang : tidak spesifik menyebutkan RUU Megapolitan Jabodetabekjur, namun
harus lebih general
Sebagai tindak lanjut, masukan-masukan dalam rapat akan dibahas secara internal oleh
Kementerian Dalam Negeri dalam rangka pematangan konsep penyelenggaraan workshop baik dari
segi teknis maupun substansi
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|46
3.40 Koordinasi Pendalaman UU Nomor 6/2014 tentang Desa
Rapat Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2014 bertempat di SS 1-2 Bappenas.
Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa pokok diskusi yang dibahas didalamnya, antara lain:
Penyiapan kapasitas pemerintah desa sangat penting untuk mengelola dana desa
Perlu segera disusun juklak dan rambu pengalokasian, penyaluran dan pemanfaatan dana
desa.
Menjelang penetapan UU Desa, muncul pengusulan desa baru. Perlu diantisipasi
berlanjutnya hal tersebut, terutama DPR yang diharapkan menyikapinya dengan prinsip
kehati-hatian.
Dana ke desa terdiri atas realokasi/pengalihan dana yang bersumber dari belanja pusat
dan fresh money.
Jika yang berkenaan dengan penyaluran dana desa tidak memungkinkan (dari sisi waktu)
untuk dapat diakomodir dalam RKP 2015, akan diakomodir dalam RPJMN 2015-2019
Terdapat beberapa tindak lanjut dari hasil pembahasan dalam rapat antara lain:
Akan dilaksanakan trilateral meeting Kemenkeu- KementerianPPN –
Kemendagriuntukmenyiapkanjuklakpelaksanaan UU 6/2014.
Sektorterkait akan memetakandana yang layakdirealokasikankedesa,
dengantetapmengamankanprioritasnasional.
RoadmappenyiapankapasitaspemerintahdesaakandikoordinasikanolehDeputi Regional
danOtonomi Daerah.
3.41 Pembahasan Roadmap and Resource Mapping The Land, Housing, and Urban Development
Program Phase I
Rapat diselenggarakan di SG-4 Bappenas pada tanggal 28 Maret 2014.Rapat bertujuan untuk
menyepakati pelaksanaan kegiatan penyusunan roadmap Kebijakan Perumahan dan Permukiman.
Hasil dari penyusunan roadmap tersebut akan dijadikan masukan dalam RPJMN Bidang Perumahan
dan Permukiman tahun 2015-2019 serta Renstra K/L yang terkait dengan Bidang Perumahan dan
Permukiman. Dari rapat tersebut diperoleh beberapa hal pokok yang menjadi bahasan antara lain:
Dalam penyusunan roadmap tersebut terdapat isu yang berkaitan dengan Bidang
Pertanahan yaitu Penyusunan Kebijakan untuk meningkatkan akses terhadap lahan di
perkotaan untuk penyediaan perumahan bagi masyarakat miskin khususnya.
Terkait dengan Bidang Pertanahan terdapat beberapa target capaian dalam rangka
penyusunan roadmap tersebut, beberapa capaian tersebut meliputi (i) Pembahasan Isu
Strategis Kebijakan Pertanahan terkait Akses Masyarakat terhadap tanah serta identifikasi
jenis bank tanah yang ada di dunia (Apri-Mei); (ii) Draf Kebijakan Pertanahan di Wilayah
Perkotaan disertai dengan studi kasus (Juni-Juli); (iii) Masukan kebijakan pertanahan dalam
penyusunan roadmap kebijakan perumahan (September-Oktober).
Dengan adanya target dalam penyusunan kebijakan mengenai pertanahan tersebut
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan diberikan keleluasaan untuk menyusun jadwal
detail kegiatan sehingga dapat bersinergi dengan kegiatan lain di direktorat TRP dan
berhak menentukan dan mengarahkan kebijakan yang disusun sehingga dapat saling
mendukung dengan kebijakan lain di Bidang Pertanahan.
Dengan adanya kegiatan penyusunan roadmap tersebut diharapkan Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan sebagai salah satu unit kerja yang berhubungan dengan Bidang
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|47
Pertanahan dapat menjalin komunikasi dengan stakeholder di Bidang Pertanahan dan
memastikan kebijakan yang disusun dapat sejalan dan saling bersinergi.
Dari pelaksanaan rapat diketahui bahwa perlu dilakukan penyusunan rencana kerja dalam
penyusunan kebijakan pertanahan perkotaan sehingga tidak tumpang tindih dengan kegiatan
lain di direktorat. Selain itu, rapat ini akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan FGD untuk
mengompilasikan rencana kerja dalam rangka penyusunan Roadmap Kebijakan Perumahan
sesuai dengan isu strategis yang terkait dengan Bidang Perumahan dan Permukiman.
3.42 Rapat Pembahasan Penyusunan Grand Strategy Pembinaan Penyelenggaraan Penataan
Ruang Daerah Tahun 2015-2019
Tanggal 28 Maret 2014 telah dilaksanakan Rapat Pembahasan Penyusunan Grand Strategy
Pembinaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah Tahun 2015-2019 di Hotel New Ayuda Bogor.
Rapat tersebut bertujuan untuk menjaring masukan awal dari kementerian/lembaga dalam rangka
penyusunan kebijakan, strategi, dan program pembinaan penyelenggaraan penataan ruang daerah
Tahun 2015-2019 Ditjen Bina Pembangunan Daerah. Adapun beberapa hal yang disampaikan dalam
rapat antara lain:
Perlu diperjelas lagi bagaimana dan sejauh mana keterlibatan Ditjen Bina Bangda dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengaturan penataan ruang.
Perlu dilakukan pemetaan efektivitas kebijakan, sebagai masukan bagi penyusunan
kebijakan selanjutnya.
Perlu dilakukan sinkronisasi antar kementerian/lembaga terhadap kebijakan yang akan
diimplementasikan oleh Pemda.
Perda RTRW Provinsi dan Kab/Kota saat ini belum sepenuhnya mengakomodir aspek
mitigasi bencana.
Masih sulitnya pelaksanaan/implementasi peraturan perundang-undangan yang disusun
oleh pemerintah pusat oleh pemerintah daerah.
Belum ada instrumen/indikator untuk mengukur kinerja penataan ruang di daerah
(Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian Pemanfaatan).
RTRW seharusnya dapat mengakomodir kepentingan semua sektor, karena RTRW
seharusnya menjadi payung hukum pemanfaatan ruang.
Belum ada instrumen penerapan insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan ruang dan
saat ini sedang disusun pedoman penerapan insentif dan disinsentif oleh Kemen PU.
Pemetaan permasalahan penataan ruang menjadi prioritas dalam penyelesaian
permasalahan penatan ruang.
Kemendagri diharapkan dapat memperkuat BKPRN terkait pengawasan implementasi
Perda RTRW melalui penguatan BKPRD.
Perlu segera ditetapkan SOP “Mekanisme dan Tata Kerja BKPRD” guna mendukung upaya
optimalisasi kinerja BKPRD.
Perlu disusun kajian mengenai tata cara/prosedur peninjauan kembali (review) Perda
RTRW (proses pelaksanaannya, tahapan, jangka waktu, besaran deviasi/penyimpangan).
Dalam One map policy sesuai UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, BIG
telah membuat pokja (11 pokja) di tingkat pusat, yang selanjutnya diharapkan Ditjen Bina
Bangda dapat mendorong pembentukan dan pelaksanaannya di tingkat daerah.
Dibutuhkan peran Kemendagri dalam mendorong penyusunan RZWP3K.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|48
Sebagai kesimpulan rapat, setiap sektor memiliki kepentingan pemanfaatan ruang, sehingga
overlapping kegiatanantar K/L sangatmungkinterjadi, penyusunan grand strategy
Ditjenbangdadiharapkanmampumengurangihaltersebut. Disamping itu,
perlunyamelakukanpemetaan(roadmap) kelembagaanpenataanruang di pusatdandaerah,
sebagaibahanmasukanbagipenyusunankebijakan.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|49
BAB IV
RENCANA KEGIATAN BULAN APRIL 2014
Berdasarkan evaluasi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, disepakati beberapa agenda penting sebagai tindak lanjut yang akan dilaksanakan di Bulan April2014. Agenda-agenda tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel Rencana Kegiatan Bulan April 2014 No Nama Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Penyampaian Roadmap yang telah disusun oleh PU kepada K/L: BIG, LH, Kementan, Setkab, Kemenhut, dan KKP. (Tembusan K/L: Menko, Bangda, Sesditjen Tarunas PU)
1 April 2014
2 RakorEselon II: Sosialisasi KLHS pada tanggal 2 April 2014
3 Kick off meeting pelaksanaan pilot project reforma agraria nasional (Eselon I)
3 April 2014
4 Pertemuan dengan BKPRN dalam rangka Pembahasan RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
7 April 2014
5 Pembahasan draf buku manual e-BKPRN 10 April 2014
6 Rapat Koordinasi penyepakatan teknis dan anggaran pilot project tata batas kawasan hutan
11 April 2014
7 Rapat Koordinasi Bilateral dengan Land reform terkait dengan pelaksanaan pilot project reforma agraria (redistribusi tanah dan access reform)
14 April 2014
8 RakorEselon III: Validasi Peta LP2B, Tindak lanjut pasca Persub, Pembahasan Kunjungan Lapangan LP2B
14 April 2014
9 Rapat koordinasi pembaharuan data dan informasi cakupan peta dasar pertanahan dan wilayah bersertipikat TA. 2013
14-16 April 2014
10 Rapat koordinasi identifikasi potensi dan sebaran TORA 14-16 April 2014
11 RakorEselon II: Tata Batas Hutan 16 April 2014
12 Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan pra sertipikasi Program Agraria Daerah (PRODA)
16 April 2014
13 Musrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 29-30 April 2014
14 Pameran Musrenbangnas 29-30 April 2014
15 Persiapan Pameran Musrenbang: CD Regulasi, Leaflet BKPRN, Video BKPRN
minggu I-III April 2014
16 Persiapan FGD Pengelolaan Ruang Udara Nasional minggu II-IV April
2014
17 Persiapan kunjungan RZWP3-K: pembahasan KAK dan instrumen survey
minggu ke IV April 2014
18 Persiapan penyusunan bahan konsinyiring ke Malang minggu ke IV April
2014
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|50
BAB V
KEGIATAN TRIWULAN I dan RENCANA KEGIATAN TRIWULAN II
5.1 Kegiatan Triwulan I
Kegiatan Triwulan I merupakan keseluruhan kegiatan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
selama tiga bulan pertama pada tahun 2014 yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan
evaluasi mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan Triwulan I yang telah
dilaksanakan.Berikut merupakan ulasan singkat mengenai kegiatan triwulan I Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan.
Tabel Kegiatan Triwulan I Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
No Nama Kegiatan Keterangan
Subdit Tata Ruang
1 Penyusunan RPJMN 2015-2019 Berlanjut
2 Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 Bidang Tata Ruang
Berlanjut
Subdit Infosos
1 SosialisasiKajian Kajian Kebijakan RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
Berlanjut
2 Partisipasi dan Sosialisasi Kajian Bidang Tata Ruang dan Pertanahan pada Seminar IRSA 2014
Berlanjut
3 Pengembangan dan Optimalisasi Pengembangan e-BKPRN Berlanjut
4 Pemutakhiran Portal Tata Ruang dan Pertanahan Berlanjut
5 Penyusunan Kajian SCDRR “Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang berdasrkan Perspektif Pengurangan Resiko Bencana”
Berlanjut
6 Penyusunan Sistem Knowledge ManagementDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan
Berlanjut
7 Pelaksanaan PameranPerencanaan Pembangunan 2014 Selesai
Subdit Pertanahan
1 Penyusunan RPJMN 2015-2019 Berlanjut
2 Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 Berlanjut
Sekretariat RAN
1 Koordinasi dan persiapan timkoordinasi strategis RAN 2014 Selesai
2 Penyusunan rencana kerja tim koordinasi strategis Reforma Agraria Nasional
Selesai
3
Rapat Kebijakan sistem pendaftaran tanah stelsel positif
Pembaharuan cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang tanah bersertipikat
Diagendakankembalibulan April
4 Rapat dan perjalanan dinaspilot projectpublikasi tata batas kawasan hutan
Diagendakan kembali bulan Juli
5 Rapat Kebijakan redistribusi tanah dan access reform Belum terlaksana
6 Rapat Sertipikasi tanah transmigrasi Belum terlaksana
Sekretariat BKPRN
1 Penyusunan agenda kerja BKPRN 2014-2015 Selesai
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|51
2 Penyusunanrencanakerjadan SOP Internal Sekretariat BKPRN 2014
Selesai
3 Penyusunanlaporankegiatan BKPRN semester II tahun 2013 kepadaPresiden
Selesai
4 Fasilitasipenyelarasanimplementasi UU No. 26 Tahun 2007 dengan UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No. 1 Tahun 2014
Berlanjut
5 Fasilitasipenyelarasanimplementasi LP2B Berlanjut
6 Fasilitasipenyusunanpedomantatabataskehutanan Berlanjut
7 FasilitasiPercepatanPenyelesaian RTRW dan RDTR Berlanjut
8 Sosialisasi e-BKPRN Selesai
9 FasilitasipenyusunanPedoman Tata Kerja BKPRN dalamPenyelesaianKonflikPenaatanRuang (Koord: KemenkoPerekonomian)
Belum terlaksana
Kegiatan yang dilaksanakan Sekretariat BKPRN lainya
1 Pembahasan RUU PengelolaanRuangUdaraNasional Berlanjut
5.2 Rencana Kegiatan Triwulan II
Rencana kegiatan triwulan II merupakan tindak lanjut dari beberapa kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan pada triwulan I namun belum terselesaikan maupun rencana kegiatan baru sesuai
dengan agenda kegiatan tahunan. Berikut tabel kegiatan triwulan II Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan:
Tabel Rencana Kegiatan Triwulan II Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
No Nama Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
Subdit Tata Ruang
1 Trilateral Meeting dengan mitra K/L April
2 Musrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 April
3 Pertemuan dengan BKPRN dalam rangka Pembahasan RPJMN 2015-2019
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
April
4 Pertemuan bilateral pembahasan RPJMN 2015-2019 bidang tata ruang
dengan direktorat terkait Bappenas
Mei
5 Pertemuan dengan mitra K/L membahas substansi RPJMN 2015-2019 Mei
6 Rapat persiapan kegiatan monitoring dan evaluasi 2014 Mei
7 FGD Evaluasi RPJMN 2010-2014 Juni
8 Rapat koordinasi bersama mitra K/L untuk menyepakati substansi monitoring dan evaluasi
Juni
9 FGD Draft RPJMN 2015-2019 Daerah Juni
Subdit Pertanahan
1 Musrenbangnas 2014 dalam rangka penyusunan RKP 2015 Minggu 1 April
2 Koordinasi dengan K/L terkait jumlah usulan sertifikasi tanah 2015 Minggu 2 April
3 Pengumpulan data sertipikasi lintas K/L Minggu 2-4
April
4 Rapat Koordinasi bersama mitra K/L untuk menyepakati substansi monitoring dan evaluasi
Minggu 2-4 April
5 Pengumpulan data sekunder dalam rangka pemantauan dan evaluasi Minggu 2-4
April
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|52
6 FGD Draft RPJMN 2015-2019 internal Bappenas Minggu 1 Mei
7 FGD Draft RPJMN 2015-2019 K/L sektor Minggu 2 Mei
8 FGD Draft RPJMN 2015-2019 Daerah Minggu 3 Mei
9 Rapat Koordinasi dengan BPN untuk outline Penyusunan Profil
Pertanahan
Minggu 4 Mei
10 Pengumpulan data sekunder dalam rangka pemantauan dan evaluasi Minggu 1-4 Mei
11 Survey ke Kanwil dan Kantah BPN dalam rangka pengumpulan data
primer
Minggu 4 Mei
12 FGD Evaluasi RPJMN 2010-2014 Minggu 1 Juni
13 Pengumpulan data dan informasi untuk Penyusunan Profil Pertanahan Minggu 2-4 Juni
14 Rapat Koordinasi bersama mitra K/L untuk menyepakati substansi monitoring dan evaluasi
Minggu 3 Juni
15 Penyampaian surat ke mitra K/L untuk permintaan data terkait dengan penyusunan lampiran pidato kenegaraan
Minggu 4 Juni
Subdit Infosos
1 Full paper dan sosialisasi kajian seminar IRSA April-Juni
2 Sosialisasi Pengembangan e-BKPRN ke K/L Mei
3 Update Materi Portal TRP April-Juni
4 Laporan Akhir SCDRR Mei-Juni
5 Penyusunan K-Map TRP dan Revisi Aplikasi Knowledge Management Mei-Juni
6 Pameran Perencanaan Pembangunan April
7 Pemantauan dan evaluasi direktorat TRP Mei-Juni
Sekretariat RAN
1 Kick off meeting pelaksanaan pilot project reforma agraria nasional
(Eselon I)
3 April 2014
2 Rapat Koordinasi Bilateral dengan Landreform terkait dengan
pelaksanaan pilot project reforma agraria (redistribusi tanah dan access
reform)
Tebntative april/mei
3 Rapat Koordinasi penyepakatan teknis dan anggaran pilot project tata
batas kawasan hutan
11 April
4 Rapat koordinasi pembaharuan data dan informasi cakupan peta dasar
pertanhan dan wilayah bersertipikat TA. 2013
14-16 April
5 Rapat koordinasi identifikasi potensi dan sebaran TORA 14-16 April
6 Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan pra sertipikasi Program
Agraria Daerah (PRODA)
17 April 2014
7 Rapat koordinasi target sertipikasi tanah transmigrasi Minggu 1
8 Identifikasi target sertipikasi tanah transmigrasi Tentative Mei
9 Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Tata Batas
Kawasan Hutan (mengundang bali dan babel)
Minggu 1Mei
10 Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan pilot project tata batas kawasan
hutan (Provinsi Bangka Belitung)
Minggu 1 Mei
11 Rapat koordinasi persiapan teknis pelaksanaan pilot project reforma
agraria (Provinsi Bangka Belitung)
Minggu 1 Mei
12 Rapat koordinasi identifikasi kegiatan K/L dan SKPD terkait reforma
agraria 2014-2015
Minggu 2 Mei
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|53
13 Rapat koordinasi persiapan teknis pelaksanaan pilot project reforma
agraria (Provinsi Jawa Tengah)
Minggu 3 Mei
14 FGD pembentukan kamar khusus pertanahan di pengadilan negeri Minggu 3 Mei
15 Identifikasi target sertipikasi tanah transmigrasi Minggu 1 Juni
16 Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Tata Batas
Kawasan Hutan Minggu 1 Juni
17 Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan pilot project tata batas kawasan
hutan (Provinsi Bangka Belitung)
Minggu 2 Juni
Sekretariat BKPRN
1 Penyampaian Roadmap yang telah disusun oleh PU kepada K/L: BIG, LH,
Kementan, Setkab, Kemenhut, dan KKP. (Tembusan K/L: Menko, Bangda,
Sesditjen Tarunas PU)
01 April
2 Rakor Eselon II: Sosialisasi KLHS 02 April
3 Sosialisasi Draft 0 RPJMN Bidang TRP 07 April
4 BM Eselon IIPembahasan hasil peninjauan kembali Perpres No. 54Tahun
2008 08 April
5 Pembahasan drafbuku manual e-BKPRN 10 April
6 BM Eselon I:
Penyampaian Laporan BKPRN Semester II kepada Presiden, Review status rancangan SEB holding zone (sudah ditandatangani Menteri) dan Rencana Rakereg BKPRN
11 April
7 Rakor Eselon III:Validasi Peta LP2B,tindak lanjut pasca
persubpembahasan kunjunganlapangan LP2B 14 April
8 Rakor Eselon II: Tata Batas Hutan 16 April
9 Persiapan Pameran Musrenbang:CD Regulasi, Leaflet BKPRN,Video
BKPRN
Minggu I-III
April
10 Persiapan FGD Pengelolaan Ruang Udara Nasional Minggu II-IV
April
11 Persiapan Kunjungan RZWP3-K:Pembahasan KAK dan instrumen survei Minggu IV April
12 Persiapan Penyusunan Bahan Konsinyiring ke Malang Minggu IV April
13 FGD Perumusan Lingkup Pengelolaan Ruang Udara Nasional 05 Mei
14 Sosialisasi e-BKPRN dan SOP kepada 4 K/L 12 Mei
15 Rakernas BKPRD (Bali) 07-09 Mei
16 Laporan caturwulanan BKPRN Minggu II Mei
17 Evaluasi penggunaan e-BKPRN Mei-Juni
18 Kunjungan lapangan RZWP3K 12-14 Mei
19 Fasilitasi Konsinyasi Penyusunan SOP Perubahan RTR dengan Kemenko
Perekonomian 19-20 Mei
20 Konsinyasi Terpadu Direktorat Jilid I (Malang) 22-24 Mei
21 Evaluasi penggunaan e-BKPRN Mei-Juni
22 Perbaikan SOP, manual, dan sistem e-BKPRN (simultan) Juni
23 Rakereg BKPRN Wilayah I (Bandung) Juni
24 Penyiapan Bahan Sosialisasi Konsinyasi Eselon III
• (Materi: UU No. 27/2007 jo. UU No. 1/2014, NSPK, dll) 5-6 Juni
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|54
25 Rapat Eselon II:
• Rencana Akhir Sosialisasi Terintegrasi 17 Juni
26 Pelaksanaan Sosialisasi Terintegrasi (Surabaya/Lombok) 24 Juni
27 Penyusunan Bahan Laporan Kegiatan BKPRN Semester I kepada
Presiden Juni
28 Evaluasi penggunaan e-BKPRN Mei-Juni
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2014|55
BAB VI
PENUTUP
Secara umum pada bulan Maret 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah
melaksanakan kegiatan dengan baik sesuai dengan rencana pencapaian tahapan-tahapan kegiatan
yang telah ditetapkan. Secara individu, seluruh staf dan kasubdit telah memenuhi target kinerja yang
ditetapkan oleh pimpinan seperti kehadiran dan jam kerja serta tanggungjawab atas kegiatan
tertentu.
Untuk menjaga efektifitas pelaksanaan kegiatan di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan perlu
tetap dipertahankan pola kerja yang sistematis dan berkelanjutan. Disamping itu, mengoptimalkan
kerjasama dengan instansi/lembaga lain baik internal ataupun eksternal Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas dalam rangka percepatan dan optimalisasi pencapaian target
kinerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan di masa mendatang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan ke depan oleh internal Direktorat Tata
Ruang dan Pertanahan adalah:
1. Disiplin mengikuti mekanisme pemantauan dan evaluasi kegiatan dari setiap bagian yang
biasa dilaksanakan secara mingguan dan bulanan;
2. Koordinasi dan kerjasama antar bagian sehubungan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
secara serentak;
3. Pembagian beban kerja yang lebih proporsional sesuai dengan kapasitas perorangan dan
penciptaan suasana kerja yang kondusif dalam rangka persiapan menghadapi jadwal
kegiatan-kegiatan yang padat;
4. Melanjutkan keberlangsungan hubungan baik dengan mitra kerja Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan, termasuk dengan instansi di luar KementerianPerencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas.
KEGIATAN BULAN MARET 2014
No Nama Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Target Capaian Tindak Lanjut
Subdit Tata Ruang
1 Penulisan draf RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
Januari-Maret
Penyampaian Draf 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
Tersusunnya Draf 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
Akan diadakan pertemuan untuk pembahasan lebih lanjut mengenai RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
2 Pertemuan Bilateral Pembahasan RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dengan Direktorat terkait Bappenas
Maret-Juni Masukan dari Direktorat Bappenas terhadap Draf RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang
Diagendakan kembali Bulan Mei Disusun kembali jadwal pelaksanaan di bulan Mei
3 Penulisan draf rancangan awal RKP 2015 Bidang Tata Ruang
Januari- Maret
Draf rancangan Narasi dan Matriks RKP 2015 Bidang Tata Ruang
Tersusunnya draf rancangan Narasi dan Matriks RKP 2015 Bidang Tata Ruang
Akan diadakan pertemuan untuk pembahasan lebih lanjut mengenai RKP 2015 Bidang Tata Ruang
4 Pra-Trilateral Meeting dengan mitra K/L
Maret • Melakukan review data Baseline RKA KL 2014
• Melakukan penghitungan perkiraan kebutuhan pendanaan Tahun 2015 untuk RKP 2015
• Melakukan penghitungan perkiraan kebutuhan alokasi anggaran Tahun 2016-2019
Tersusunnya: • Review data Baseline RKA KL 2014 • Penghitungan perkiraan kebutuhan
pendanaanTahun 2015 untuk RKP 2015
• Penghitungan perkiraan kebutuhan alokasi anggaranTahun 2016-2019
Akan diadakan Trilateral Meeting kembali dengan mitra K/L
Subdit Infosos
1 Seminar IRSA Maret Tersusunya abstrak Proposal diterima pihak penyelenggara (tercapai)
Submit Full Paper dan Registrasi Presenter
2 Pengembangan dan optimalisasi e-BKPRN
Maret Manual Book (revisi)
Sosialisasi 4 K/L Tersusunnya revisi manual book e-
BKPRN (tercapai)
Jadwal ulang sosilisasi (diundur)
Sosialisasi diagendakan kembali pada 12 Mei 2014
3 Portal TRP Maret Lauching Aplikasi Tercapai untuk dilaksanakan Update aplikasi (berkelanjutan)
4 Penyusunan kajian SCDRR Januari-Maret
Inception Report
Outline Laporan Target telah tercapai untuk dilaksanakan
FGD (Mei) Draft Laporan Akhir (Mei) Workshop (Juni) Laporan Akhir (Juni)
5 Penyusunan K-Map - Knowledge Management
Maret K-Map TRP K-Map telah tercapai untuk dilaksanakan
K-Map (final) (Mei) Aplikasi /sistem (Juni)
6 Pameran Musrenbangnas Februari-Maret
Materi dan Peserta Pameran (Final)
Tercapai dalam proses persiapan pelaksanaan
Technical Meeting dengan K/L
Subdit Pertanahan
1 Penulisan draf RPJMN 2015-2019
Januari-Maret
Penyampaian Draf 0 RPJMN 2015-2019
Tersusunnya 0 RPJMN 2015-2019 Akan diadakan pertemuan untuk pembahasan lebih lanjut mengenai RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan
2 Pertemuan dengan mitra K/L untuk pembahasan substansi RPJMN 2015-2019
Februari - Juli Tersedianya masukan K/L terkait untuk penyusunan RPJMN 2015-2019
Diagendakan kembali Bulan Mei pasca pelaksanaan Musrenbangnas
Dijadwalkan kembali bulan Mei
3 FGD evaluasi RPJMN 2010-2014 Maret Tersedianya data capaian RPJMN 2010-2014 dan permasalahan pelaksanaan pembangunan bidang pertanahan
Diagendakan kembali Bulan Juni Dijadwalkan kembali bulan Juni
4 Penulisan draf rancangan awal RKP 2015
Januari- Maret
Draf rancangan Narasi dan Matriks RKP 2015
Tersusunnya draf rancangan Narasi dan Matriks RKP 2015
Akan diadakan pertemuan untuk pembahasan lebih lanjut mengenai RKP 2015 Bidang Pertanahan
5 Pembahasan bilateral meeting RKP 2015 dengan Deputi Pendanaan Pembangunan
Februari - Maret
Arahan kebijakan alokasi pendanaan tahun 2015
Tidak jadi/tidak perlu dilaksanakan -
6 Penyepakatan usulan inisiatif baru dalam RKP 2015 dengan mitra K/L
Maret - April Usulan inisiatif baru BPN 2015 Tidak jadi / Tidak Perlu dilaksanakan -
7 Pengumpulan data sertipikasi lintas K/L
Maret Data usulan target sertipikasi tanah lintas K/L 2015
Diagendakan kembali Bulan Mei Dijadwalkan kembali bulan Mei
8 Pengumpulan data dan informasi dalam rangka penyusunan profil pertanahan
Maret Tersedianya data dan informasi buku profil pertanahan
Sebelum pengumpulan data perlu diagendakan rapat koordinasi dengan BPN diagendakan kembali Bulan Mei
Dijadwalkan kembali bulan Mei
9 Penulisan profil pertanahan provinsi
Maret Tersusunnya buku profil pertanahan Diagendakan kembali bulan Juli Dijadwalkan kembali bulan Juli
Sekretariat RAN
1 Kick off meeting dan
penyepakatan rencana kerja TA.
2014
10 Maret
2014
Sosialisasi pembentukan tim dan
draft rencana kerja tim koordinasi
strategis reforma agraria nasional
tahun anggaran 2014
Penyepakatan rencana kerja tim
koordinasi strategis reforma agraria
nasional tahun anggaran 2014
dilakukan dalam kurun waktu 1 minggu
setelah pelaksanaan kick off meeting .
Rencana kerja Tim Koordinasi Strategis RAN akan disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas pada Tanggal 27 Maret 2014
2 Rapat koordinasi pembaharuan
data dan infomasi cakupan peta
dasar pertanahan dan wilayah
bersertipikat TA. 2013
Diagendakan
kembali
Bulan April -
Belum terselenggaranya rapat karena
agenda kegiatan yang padat -
3 Penulisan profil pertanahan provinsi
Maret Tersusunnya buku profil pertanahan Diagendakan kembali bulan Juli
Belum tersusunnya buku profil pertanahan dan akan diagendakan kembali bulan Juli
4 Rapat koordinasi identifikasi
potensi dan sebaran TORA
Diagendakan
kembali
Bulan April
- Belum terselenggaranya rapat karena
agenda kegiatan yang padat
Disusun kembali jadwal pelaksanaan di bulan April
5 Kick off meeting pelaksananaan
pilot project reforma agraria
nasional (Es I)
Diagendakan
kembali
Bulan April
- Belum terselenggaranya rapat karena
pergantian deputi
Disusun kembali jadwal pelaksanaan di bulan April
6 Identifikasi target sertipikasi
tanah transmigrasi
Diagendakan
kembali
Bulan Mei
- Belum terselenggaranya rapat karena
agenda kegiatan yang padat
Disusun kembali jadwal pelaksanaan di bulan Mei
Sekretariat BKPRN
1 Penyusunan rencana kerja dan SOP Internal Sekretariat BKPRN 2014
Maret Tersusunnya Agenda Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014
Tersusunnya Pedoman Tata Kerja (SOP) Internal Sekretariat BKPRN
Pendetailan Agenda Kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014 berdasarkan tugas pokok dan fungsi (telah disesuaikan dengan kegiatan lintas sektor)
Tersusunnya draf final SOP Internal Sekretariat BKPRN
Penyampaian draf final SOP kepada Dir.TRP melalui naskah dinas pada 14 April 2014
2 Fasilitasi Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dengan UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No. 1 Tahun 2014
Maret Tercapainya keselarasan
implementasi RZWP-3-K
Bilateral Meeting dengan KKP pada tanggal 17 Feb 2014 untuk menindaklanjuti Penyusunan Roadmap RZWP3K
Rakor Es.II BKPRN pada 12 Maret Agenda: Sosialisasi UU No. 27/2007 jo. UU No. 1/2014, pedoman pemberian tanggapan/saran dalam forum BKPRN, dan Roadmap akselarasi penyusunan RZWP3-K
Akan diselenggarakan Rakor Eselon II terbatas (Sosialisasi Dokumen RZWP3-K dan pembahasan pedoman pemberian tanggapan/saran dalam forum BKPRN)
3 Fasilitasi Penyelarasan Maret Tercapainya keselarasan
implementasi LP2B
Rakor Es.II BKPRN pada 19 Feb di Kementan dengan agenda sosialisasi
Akan diselenggarakan Rapat Teknis Eselon III BKPRN untuk pembahasan
Implementasi LP2B
Peta LP2B.
Bilateral Meeting dengan Kementan pada 4 Maret untuk penajaman 4tindaklanjut Rakor Es.II BKPRN.
LP2B (Validasi Peta, Tindak Lanjut Pasca Persub, Bahas Kunjungan Lapangan)
pada tanggal 14 April 2014.
4 Fasilitasi Penyusunan pedoman tata batas kehutanan
Maret Penyelesaian tata batas kehutanan
Sudah ada konfirmasi Dir. Pengukuhan
Hutan untuk bersedia menjadi
narasumber dalam Sosialisasi
Penetapan Tata Batas Kawasan Hutan
yang direncanakan akan
diselenggarakan pada 16 April 2014.
Akan diselenggarakan Rakor Eselon II BKPRN (Sosialisasi Penetapan Tata Batas Kawasan Hutan) pada tanggal 16 April 2014
5 Fasilitasi Percepatan Penyelesaian RTRW dan RDTR
Maret Diterbitkannya SEB Percepatan
Penyelesaian Penyusunan Perda
RTRW melalui Penetapan holding
zone
Terobosan: penerapan mekanisme Holding Zone
Instrument: SEB Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Dalam Negeri tentang Holding Zone.
SEB Holding Zone telah selesai ditandatangani oleh 3 Menteri (Menteri PU, Menhut, Mendagri) pada tanggal 17 Maret 2014.
Pemantauan distribusi dan implementasi SEB Holding Zone
6 Sosialisasi e-BKPRN
Maret Tersosialisasikannya e-BKPRN kepada
seluruh anggota BKPRN
Finalisasi Manual e-BKPRN
Sosialisasi Internal Sekretariat BKPRN dalam rangka optimalisasi e-BKPRN
Akan diadakan sosialisasi e-BKPRN dan SOP kepada 4 K/L anggota BKPRN (Bappenas, Kemenko Perekonomian, Kemendagri, Kementerian PU) pada 12 Mei 2014
7 Fasilitasi Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam Penyelesaian Konflik Penaatan Ruang
(Koord: Kemenko Perekonomian)
Maret Tersusunnya SOP penyelesaian Konflik Penataan Ruang
-
Kemenko Perekonomian akan lebih
memprioritaskan KP3EI.