26
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- LAPORAN KEGIATAN DI DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT 19 Maret – 10 April 2016 Oleh : ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. Hj. EMMA YOHANNA JEFFRIE GEOVANIE, M.Si. H. NOFI CANDRA, SE. 2016

LAPORAN KEGIATAN DI DAERAH PROVINSI SUMATERA … fileDaerah baik di Provinsi, Kabupaten/Kota dan menggelar pertemuan dengan konstituen dari berbagai unsur. Agenda prioritas kegiatan

Embed Size (px)

Citation preview

0

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA -----------

LAPORAN KEGIATAN DI DAERAH

PROVINSI SUMATERA BARAT 19 Maret – 10 April 2016

Oleh :

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. Hj. EMMA YOHANNA

JEFFRIE GEOVANIE, M.Si. H. NOFI CANDRA, SE.

2016

1

LAPORAN KEGIATAN DI DAERAH

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

------------------------- I. PENDAHULUAN

Assalamu’alaikum Wr, Wb. Selamat Siang dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua Om Swastyastu Yang Kami Hormati ; Saudara Pimpinan DPD RI Saudara-Saudara Pimpinan Alat Kelengkapan, Kepanitiaan serta Saudara Pimpinan Kelompok DPD di MPR RI Yang Kami Banggakan Seluruh Anggota DPD RI Serta hadirin sekalian yang berbahagia.

Marilah terlebih dahulu kita mengucap syukur Alhamdulillah kepada

Allah SWT atas segala limpahan karuniaNya hingga kita bisa kembali

berkumpul hari ini dalam Sidang Paripurna ke-8 DPD RI Masa Sidang

II Tahun Sidang 2014-2015 dengan agenda penyampaian laporan

kegiatan Anggota DPD RI di daerah pemilihan masing-masing.

Terkait pelaksanaan tugas-tugas konstitusional Anggota DPD RI di

daerah pemilihan Sumatera Barat dari tanggal 19 Maret hingga 10

April 2016, kami telah melakukan serangkaian kegiatan Rapat Kerja

Daerah baik di Provinsi, Kabupaten/Kota dan menggelar pertemuan

dengan konstituen dari berbagai unsur. Agenda prioritas kegiatan di

daerah pemilihan meliputi berbagai bidang yang terdapat pada

2

Komite I hingga Komite IV, serta pengawasan terhadap pelaksanaan

Undang-Undang tertentu.

II. PERMASALAHAN DAN SARAN

Saudara Pimpinan dan Anggota DPD RI serta Hadirin yang

Kami Hormati

Permasalahan dan aspirasi yang berhasil kami himpun selama

kegiatan di daerah Sumatera Barat dari tanggal 19 Maret hingga 10

April 2016 adalah sebagai berikut:

A. KOMITE I

1. Bidang Pemerintahan Daerah

a. Kampanye Pilkada mesti direvisi karena peraturan KPU No 7

Tahun 2015 tidak membolehkan kandidat untuk berkampanye

sendiri di media luar ruang dan di media massa. Sementara KPU

yang bertanggungjawab atas itu hanya mampu memasang baliho

dan spanduk di beberapa titik. Kebanyakan bila rusak hanya

diganti sekali dan setelah itu dibiarkan. Seharusnya KPU

bekerjasama dengan media massa sehingga dapat menjangkau

pemilih ke daerah-daerah. Perlu adanya inisiatif DPD RI untuk

mengusulkan perubahan peraturan ini ke KPU RI.

3

b. Terkait Pilkada yang belum lama ini diadakan di Sumatera Barat,

masyarakat mengharapkan ada semacam jaminan dari

pemerintah untuk menagih janji-janji kandidat semasa

kampanye. Yang sering terjadi janji-janji kampanye hanya

sedikit sekali yang ditepati kandidat ketika sudah terpilih. Hal ini

bisa dikategorikan sebagai janji palsu yang membuat masyarakat

semakin apatis dalam memilih sehingga partisipasi masyarakat

semakin menurun.

c. Masyarakat menyampaikan keluhan akan minimnya sosialisasi

pilkada yang dilakukan pada PIlkada serentak akhir tahun lalu.

Minimnya sosialisasi yang dilakukan KPU membuat masyarakat

tidak begitu mengenal kandidat sehingga masyarakat memilih

dengan pengetahuan yang minim. Perlu kiranya mengembalikan

system sosialisasi yang dilakukan ketika kampanye 5 tahun lalu

sebelum dikeluarkannnya Peraturan KPU N0 7 Tahun 2015

tersebut.

d. Proses pilkada sekarang yang tidak membolehkan kandidat

memasang alat peraga luar ruang secara mandiri dianggap tidak

efektif dan merugikan masyarakat. Selama ini masyarakat

dilibatkan dalam proses itu terutama untuk pencetakan alat

peraga dan pemasangan alat peraga, meski sedikit hal ini

membantu pemuda nagari untuk mengumpulkan dana dari

4

kandidat dan menggunakan untuk kepentingan kepemudaan.

Perlu untuk mengembalikan aturan KPU seperti sediakala.

e. Terjadi di Bukittinggi penolakan pemerintah kota terhadap

bantuan infrastruktur dari pemerintah pusat. Bantuan

infrastruktur pengembangan pariwisata antara lain

pembangunan jenjang seribu serta pembuatan sumur bor.

Penolakan ini dilakukan pemerintah Bukittinggi karena

ketiadaaan dana untuk perawatan infrastruktur itu nantinya. Hal

ini memperlihatkan malasnya pemko Bukittinggi pemerintahan

periode lalu dalam memikirkan dan membuat inovasi demi

kemajuan daerah. Malas berinovasi merupakan penyakit Pemda

yang selama ini mengandalkan DAU dan DAK dari pusat karena

itu butuh bantuan DPD RI untuk berkomunikasi dengan Pemko

Bukittinggi untuk dapat memikirkan inovasi daerah dalam

bidang ekonomi khususnya pariwisata.

f. Kondisi pembangunan di Sumatera Barat tidak menunjukkan

perkembangan signifikan. Berbeda dengan provinsi tetangga

seperti Riau dan Jambi yang mnegalami perkembangan pesat.

Hal ini memang karena SDA Sumbar jauh dibawah kedua

provinsi tersebut. Karena itu dibutuhkan inovasi pemerintah

provinsi maupun pemerintah daerah untuk menemukan potensi

selain SDA yang bisa dijadikan penghasilan utama daerah selain

5

dari pertanian. Belum terlihat adanya ide baru dari pemerintah

menuju hal ini misalnya mengembangkan Sumbar sebagai pusat

pendidikan di Sumatera. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh

DPD RI selaku perwakilan daerah dari Sumatera Barat.

g. Sumatera Barat sebagai satu kawasan masyarakat Adat

menerapkan sistem sosial dan pemerintahan adat yang berlaku

hingga sekarang. Berkaitan dengan itu ada keinginan beberapa

kalangan masyarakat untuk menjadikan Sumbar sebagai Daerah

Istimewa. Usulan ini patut dipertimbangkan untuk

diperjuangkan anggota DPD RI di Ibu Kota.

2. Bidang Pertanahan dan Tata Ruang

a. Daerah Anak Air mengalami banjir parah tahun ini meskipun

sesungguhnya daerah ini diketahui sebagai daerah yang tidak

pernah mengalami banjir. Penyebab banjir ditengarai dari

beralih fungsinya wilayah resapan air menjadi perumahan-

perumahan baru yang tumbuh kembang di kawasan ini.

Pertumbuhan kawasan pemukiman baru tampaknya tidak

memperhatikan tata ruang dan pembangunan drainase dengan

baik. Kecurigaan ini cukup beralasan karena itu dibutuhkan

perhatian khusus dari pemerintah kota Padang untuk

memperhatikan RTRW dan meninjau kembali izin yang

6

diberikan supaya pembangunan kawasan pemukiman di wilayah

resapan air tidak terjadi lagi.

b. Bencana banjir kemarin memperlihatkan ketidaksiapan

pemerintah daerah dalam merespon bencana yang datang tiba-

tiba. Ketika dilanda banjir warga setempat tidak mendapatkan

pertolongan dari pemerintah apakah itu membantu untuk

evakuasi ataupun informasi terakhir mengenai banjir tersebut.

Masyarakat menyelamatkan diri ke atas loteng rumah karena air

semakin meninggi tanpa bisa mendapatkan bantuan evakuasi.

Pemerintah perlu lebih tanggap dan siap dalam merespon

bencana ini serta koordinasi antara pemerintah Kota Padang

dengan jajarannya hingga tingkat RT perlu diperkuat sehingga

dapat memaksimalkan fungsinya dalam melayani masyarakat

c. Komplek perumahan di rimbo jariang kelurahan Lubuk Buaya

ini terletak di pinggir sungai dengan permukaan yang rata

dengan badan sungai. Dengan topografi seperti ini bila terjadi

hujan lebat akan membuat air sungai meluap ke perumahan dan

menyebabkan air bah yang deras dan membahayakan

keselamatan masyarakat. Kondisi ini membutuhkan bantuan

pemerintah atau pihak lain untuk membangun semacam dam

atau tembok penghalang disepanjang bibir sungai yang bisa

7

mencegah air sungai meluap. Pengerukan juga dibutuhkan

mengingat terjadi sedimentasi lumpur yang dibawa air dari hulu

hingga ke muara.

d. Hal yang perlu dicatat pada kejadian banjir kali ini adalah

telatnya bantuan pemerintah Kota Padang baik berupa SAR yang

menolong warga yang terperangkap banjir maupun bantuan

berupa logistic. Penduduk yang mengalami kebanjiran dari jam

2 pagi tidak melihat petugas yang bisa memberikan bantuan

hingga banjir surut. Hal ini memperlihatkan betapa kurang

terorganisirnya dan kurang tanggapnya pemerintah kota Padang

dalam merespon bencana. Perlu penjelasan dari pemerintah kota

Padang apa penyebab dari persoalan ini apakah kurangnya

personil atau kurangnya koordinasi antar instasi pemerintah

kota.

e. Perlunya dilakukan normalisasi berupa pengerukan sungai

Batang Kandih karena mengalami pendangkalan akibat

sedimentasi lumpur yang terbawa dari hulu sungai.

Pendangkalan sungai menyebabkan meluapnya air bila terjadi

hujan lebat di Kota Padang sehingga memasuki komplek

perumahan. Banjir hampir tiap tahun terjadi namun tahun ini

merupakan banjir yang paling parah selama kurun 15 tahun

8

terakhir. Perlu memperbaiki konsep tata ruang kota Padang

seiring dengan pesatnya pertumbuhan perumahan yang

memakai lahan resapan air yang menyebabkan makin

berkurangnya resapan air di Kota Padang.

f. Perlunya perbaikan drainase di komplek Jihad. Saluran air yang

menampung air hujan dari jalanan bercampur dengan saluran

buangan rumah tangga sehingga kapasitas saluran air tidak

mencukupi bila terjadi hujan lebat. Selama ini hampir tidak ada

perawatan karena itu butuh perhatian Pemerintah Kota Padang.

g. Perlunya perbaikan drainase di komplek Jihad. Saluran air yang

menampung air hujan dari jalanan bercampur dengan saluran

buangan rumah tangga sehingga kapasitas saluran air tidak

mencukupi bila terjadi hujan lebat. Selama ini hampir tidak ada

perawatan karena itu butuh perhatian Pemerintah Kota Padang.

h. Buruknya drainase antara lain juga diperparah oleh minimnya

partisipasi masyarakat dalam melakukan kerja bakti

membersihkan drainase yang ada. Ini merupakan penyakit khas

perkotaan dimana kurangnya rasa kebersamaan namun

diperparah oleh kurangnya perhatian pemerintah kota terhadap

sarana dan prasarana termasuk pengawasan terhadap tata

ruang.

9

i. Kelurahan Parak Jambu juga mengalami kondisi parah akibat

banjir bulan ini. Banjir mencapai ketinggian leher manusia

dewasa sehingga sangat membahayakan jiwa masyarakat. Banjir

di komplek ini antara lain disebabkan oleh berkurangnya lahan

resapan air dimana dahulunya sekitar daerah ini adalah tanah

rawa dan sekarang beralih fungsi menjadi pemukiman dan

perkantoran. Perpindahan pusat pemerintahan Kota Padang ke

seputaran daerah ini membuat tanah resapan berkurang drastis.

j. Pembangunan seharusnya diikuti juga dengan membuat system

drainase terpadu yang bisa menyalurkan air hujan dan air

buangan rumah tangga dan perkantoran ke tempat resapan atau

sungai. Bila ini tidak dilakukan bisa dipastikan masyarakat akan

mengalami banjir setiap tahunnya.

k. Pemerintah Kota Padang harus memahami semakin

berkurangnya tanah resapan karena pola pikir membuang air

resapan langsung ke sungai dan kelaut. Hal itu adalah pola

pemikiran salah karena bila air laut pasang dipastikan air sungai

meluap dan akan memasuki pemukiman penduduk. Dengan kata

lain RTRW Kota Padang yang saat ini masih kacau karena proses

pembangunan wilayah perkantoran dan pemukiman baru harus

ditata ulang dengan proyeksi puluhan tahun kedepan.

10

l. Bukittinggi masih mengalami kebuntuan soal perbaikan tata

ruang. Bukittinggi masih kekurangan lahan parker sehingga bila

musim libur tiba kota BUkittinggi jadi semrawut dan tidak elok

dipandang. Perlu inovasi dari Pemko Bukittinggi dalam

menyediakan lahan parker apakah dengan membangun

beberapa gedung parker atau mewajibkan setiap gedung di

Bukittinggi membangun basement khusus untuk parker. DPD RI

diharapkan bisa membicarakan hal ini dengan Pemko

Bukittinggi.

m. Rumitnya tata ruang kota Bukittinggi adalah sebagai pencetus

ide untuk diperluasnya kota Bukittinggi dengan memasukkan

beberapa kawasan dari kabupaten Agam. Namun ide ini yang

telah disetujui Mendagri dengan mengeluarkan Peraturan

Pemerintah No 84 tahun 1999 tidak bisa dieksekusi karena

tentangan dari warga Agam. Mengingat gentingnya persoalan

tata ruang Bukittinggi ini perlu kiranya DPD RI menghangatkan

kembali wacana ini dan memulai kembali pembicaraan dari awal

yang melibatkan perwakilan Bukkittinggi dan Agam.

3. Bidang Politik, Hukum dan HAM

a. Pemilihan Gubernur Sumatera Barat akhir tahun lalu dinilai

tidak menarik secara politik karena hanya ada dua pasang calon.

11

Penyebab hanya ada dua pasang calon ini patut diduga karena

partai politik menutup diri bagi kemungkinan munculnya

banyak calon yang menjanjikan perubahan-perubahan dan ide-

ide progresif. Seandainya partai politik mau membuka

kesempatan yang sama pada setiap bakal calon maka akan

muncul setidaknya 5 pasang calon sehingga pemilih disuguhkan

kandidat yang bersaing dengan memaparkan keunggulan

program masing-masing.

b. Kondisi ini memperlihatkan bahwa partai politik gagal dalam

menjalankan fungsi rekrutmen calon pemimpin dengan baik.

Patut diduga partai politik lebih mengutamakan calon yang

mampu memberi mahar politik yang lebih tinggi. Oleh Karena

itu perlu kiranya DPD RI dan pemerintah untuk memberikan

perhatian khusus terhadap hal ini dan dan dapat melahirkan

mekanisme pengawasan terhadap partai politik untuk

menghilangkan politik uang dengan bungkus mahar politik.

c. Hal lain yang patut menjadi perhatian DPD RI adalah tingginya

persyaratan partai politik untuk dapat mengusung calon dalam

Pilkada. Saat ini persyaratan adalah memiliki 20 kursi di DPRD

atau memiliki 25 % suara sah dalam Pemilu sebelumnya. Hal ini

memaksa partai yang tidak memenuhi persyaratan untuk

berkoalisi yang juga berimplikasi kepada beratnya kader partai

12

sendiri untuk diusung. Hal ini jugalah yang membuat terbukanya

kemungkinan bagi partai pengusung untuk menjadi pemburu

mahar politik.

d. Dengan kondisi itu, DPD RI sebaiknya mengusulkan untuk

mengubah UU Pilkada dengan memperingan syarat bagi parpol

untuk mengusung Pilkada menjadi sekitar 5- 10 kursi DPRD atau

10 persen suara. Dengan begitu parpol bisa leluasa untuk

mengusung calon sendiri tanpa harus “tunduk”kepada partai

yang memiliki lebih banyak kursi di dalam koalisi besar

pengusung. Kondisi ini akan membuat kompetisi dalam Pilkada

semakin menarik karena calon-calon potensial bisa maju untuk

meraih simpati dan dukungan masuarakat.

e. Tidak adanya calon perseorangan dalam Pilgub Sumbar akhir

tahun lalu bisa jadi merupakan indikasi sulitnya persayaratan

untuk maju dalam calon perseorangan. Saat ini syarat untuk

maju dalam perseorangan harus mengumpulkan dukungan dan

KTP sebanyak 6,5 %-10% dari daftar pemilih. Hal ini memang

dirasa cukup berat karena selain membutuhkan dana yang tidak

sedikit juga membutuhkan waktu yang panjang.

f. Berkaitan dengan ini perlu kiranya DPD RI memperjuangkan

kemudahan bagi calon perseorangan untuk mengikuti kompetisi

dalam Pilkada di Indonesia. Syarat dukungan sebaiknya

13

diturunkan menjadi 2-3 % dari jumlah pemilih sehingga tokoh

masyarakat yang merasa memiliki kemampuan bisa

menyalonkan diri. Masyarakatpun memiliki keleluasaan untuk

mempelajari kelebihan dan kekurangan semua calon sehingga

terpilih calon yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

g. Proses demokrasi di tingkat Kabupaten/Kota hingga tingkat

nasional ternyata memberikan pengaruh kepada proses

demokrasi di tingkat Nagari. Khususnya mengenai politik uang

yang terjadi dalam pemilihan Kepala Nagari yang ditengarai

membutuhkan uang yang cukup besar. Hal ini mengakibatkan

hanya orang kaya yang bisa menjadi kepala desa dan terlebih lagi

politik uang itu membuat masyarakat menjadi sangat

materialistis dan mengarah kepada rusaknya budaya

masyarakat. Pemerintah dan DPD RI perlu memperhatikan hal

ini.

h. Dalam bidang politik, masyarakat masih mengeluhkan calon

legislatif maupun calon pilkada yang tidak menepati janji

politiknya. Perlu dipikirkan mekanisme untuk menagih janji

kandidat tersebut. Perlu juga dipikirkan mekanisme punishment

bagi anggota legislatif dan pejabat yang tidak menepati janjinya.

14

Ini penting untuk memberikan pendidikan politik bagi pemilih

maupun calon.

i. Politik uang di Pilkada dirasa meningkat pada pilkada serentak

akhir tahun lalu. Maraknya politik uang ini antara lain

disebabkan oleh dibatasinya jumlah atribut dan alat peraga oleh

peraturn KPU sehingga calon bisa leluasa menggunakan sumber

dana untuk langsung menyentuh masyarakat. Hal ini perlu

perhatian khusus dari DPD RI karena kualitas Pilkada tidak

semakin membaik.

j. Peredaran narkoba kian memprihatinkan, Payakumbuh dan 50

Kota menurut data BNN adalah masuk peringkat dua dan tiga

dalam jumlah peredaran narkoba di SUmatera Barat. hal ini

sangat memprihatinkan dan mencemaskan karena itu

dibutuhkan usaha yang lebih keras dari pemerintah untuk

memberantas barang haram ini. Perlu kiranya pemerintah

mempertimbangkan membentuk Badan Nasional Anti Narkoba

hingga tingkat kecamatan.

k. Rasialisme dalam kampanye menjelang Pemilihan Gubernur di

DKI Jakarta sudah dalam tahap memprihatinkan. Hal ini bisa

menyebabkan kembali munculnya sentiment rasial dari pribumi

dan non pribumi, mayoritas vs minoritas. Hal ini membahayakan

kondisi social politik serta keamanan dalam negeri karena rawan

15

menyebar ke daerah-daerah. Sebagai barometer politik

Indonesia seharusnya DKI Jakarta menampilkan iklim poltik

yang sejuk dan damai bukan memanas seperti saat ini.

4. Bidang Desa

a. Penerapan UU no Tahun 2014 tentang Desa dianggap merugikan

Sumatera barat yang memiliki Nagari sebagai struktur

pemerintahan setingkat desa. Dengan luasnya wilayah nagari

serta banyaknya penduduk, Sumatera Barat jelas dirugikan

dengan pembagian dana desa bila dibandingkan jumlah

penerimaan dengan provinsi lain.

b. Secara geografis dan jumlah penduduk, nagari jauh lebih luas

daripada desa. Ketika penyeragaman menjadi desa semasa orde

baru, satu nagari bisa terdiri dari 2-12 desa yang dijadikan satu.

Sebelum UU no 32 tahun 1999 jumlah desa di Sumbar adalah

sebanyak 5.200 desa (sekarang 800 Nagari). Dengan demikian

jumlah dana desa yang diterima oleh Sumatera Barat saat ini

jauh lebih kecil dibandingkan provinsi lain.

c. Sebagai perbandingan 880 nagari yang ada di Sumatera Barat

dengan penduduk sebanyak 5,5 juta jiwa hanya akan

mendapatkan Rp. 600 miliar pada 2016 bandingkan dengan

Aceh yang berpenduduk 5,1 juta jiwa akan mendapatkan Rp. 3,6

triliun. Dengan kondisi itu jelaslah terjadi kerugian yang sangat

16

besar bagi Sumatera Barat dan tentunya akan menjadi makin

timpangnya pembangunan daerah di Sumatera khususnya. Bila

nagari tidak dapat dimekarkan maka perlu dicari rancangan

khusus supaya desa di UU Desa disetarakan dengan Jorong di

pemerintahan Nagari Minangkabau.

5. Bidang Komunikasi dan Informasi

a. Masyarakat mengeluhkan social media yang sarat dengan

hasutan dan pernyataan kebencian terkait dengan Pilkada DKI

Jakarta. Isu yang berkembang dikhawatirkan akan menuai isu

sara yang bisa berakibat menular ke daerah lain di Indonesia

sehingga membahayakan keutuhan bangsa. DPD sebaiknya

menjadi pelopor dalam mengurangi efek negative social media

tersebut apakah melalui kampanye anti sara atau membuat

regulasi khusus mencegak konflik sara dari konten social media.

6. Bidang Pemukiman dan Kependudukan

a. Data statistic yang memaparkan keluarga miskin tidak memadai,

data tersebut realitasnya sudah berubah. Banyak diantara

keluarga yang miskin sudah sejahtera. Sementara pemberian

bantuan apapun masih berdasarkan data tersebut. Sehingga

yang terjadi adalah keanggotaan BPJS, Jamkesmas, penerima

Raskin Kartu Perlindungan Sosial seringkali tidak tepat sasaran.

Ada yang sesugguhnya berhak mendapatkan tapi tidak mendapat

17

sebaliknya ada keluarga yang ekonominya sudah membaik

namun masih terdaftar sebagai orang miskin. Pemerintah harus

memperabrui data ini setiap tahun. Pendataan secara online

perlu dipikirkan untuk hal ini.

b. Butuh pembaruan data kependudukan terkait dengan penentuan

sebuah keluarga masuk kriteria keluarga miskin atau tidak. Saat

ini kondisi sudah sangat berubah sehingga sensus kependudukan

tahun 2010 sudah tidak relevan lagi. Padahal data ini masih

terkait dengan pembagian raskin, KIS, KIP, BPJS dan bantuan

pemerintah lainnya. Hal ini mengakibatkan banyaknya

masyarakat miskin yang tidak mendapatkan bantuan sebaliknya

banyak masyarakat yang mendapatkan bantuan sudah tidak

tergolong keluarga miskin lagi.

c. Terjadi ketidakmerataan dan ketidaksesuaian data masyarakat

yang berhak mendapatkan bantuan Jamkesmas/BPJS. Banyak

masyarakat yang seharusnya mendapatkan bantuan Jamkesmas

malah tidak terdata sebaliknya terdapat masyarakat yang

seharusnya tidak berhak malah mendapatkan fasilitas

Jamkesmas/BPJS tersebut. Hal ini terjadi karena tidak

diperbaharuinya data yang didapatkan pemerintah melalui

sensus tahun 2011 lalu.

18

7. Bidang Permasalahan Daerah di Wilayah Perbatasan

Negara

a. Belum lama terjadi kasus kapal CIna yang memasuki perairan

Indonesia namun gagal ditangkap karena dibantu oleh penjaga

perairan laut RRC. Hal ini mungkin menunjukkan perspekti RRC

terhadap negara kita. Dengan kata lain RRC menganggap remeh

kedaulatan kita atau merendahkan kemampuan militer kita.

Karena itu pemerintah Indonesia khusus TNI supaya

meningkatkan kemampuan maritime supaya negara lain

memiliki rasa segan dan takut untuk memasuki perairan

Indonesia.

8. Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum dan

Perlindungan Masyarakat

a. Kelompok teroris yang didalangi ISIS sepertinya sudah

menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan terror. Hal ini

dibuktikan dengan bom yang beberapa waktu lalu meledak di

kawasan jalan Thamrin Jakarta. Dengan kondisi seperti ini

pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

intelijen untuk dapat menangkal kegiatan teroris tersebut

b. Densus 88 sebagai pasukan antiteror dari kepolisian selama ini

dinilai melakukan prosedur yang tidak mengindahkan HAM. Hal

19

ini terbukti dengan ditembak matinya terduga teroris tanpa

terlebih dahulu menjalani proses pengadilan. Mendukung

tindakan Muhammadiyah yang melakukan advokasi terhadap

terduga korban salah sasaran atau korban yang mendapat

perlakuan diluar hokum yang dilakukan Densus 88. Berharap

DPD RI dapat menyampaikan ini ke pemerintah dan Kapolri.

c. Fenomena munculnya ISIS di Irak dan Suriah serta jaringan

internasionalnya sangat memojokkan Islam secara keseluruhan.

Hal ini juga diperparah oleh media massa maupun media sosial

yang seolah-olah melakukan framing Islam adalah agama yang

penuh kekerasan. Pemerintah Indonesia juga melakukan hal

yang sama secara tidak langsung terkait dengan kinerja Densus

88 anti terror dari kepolisian yang selalu melakukan prosedur

tembak mati bagi terduga teroris. Prosedur ini dianggap

melanggar HAM karena menembak mati orang tanpa dibuktikan

bersalah di pengadilan. Perlu rasanya DPD RI melakukan

evaluasi bersama pemerintah terkait prosedur Densus 88 ini.

Bila dibiarkan terus terjadi maka sentiment rasialis terhadap

keberadaan Densus 88 ini mungkin akan membesar dan tidak

baik bagi negara kita.

20

B. KOMITE II

1. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah

a. Banyak terdapat Balai Latihan Kerja di daerah-daerah, namun

banyak juga yang sama sekali tidak berjalan.

b. Sementara bagi masyarakat untuk memulai sebuah usaha rata-

rata terkendala oleh kurangnya modal usaha.

2. Bidang Pekerjaan Umum

a. Pasca terjadinya bencana banjir dan longsor di beberapa daerah

di Provinsi Sumbar, Pemerintah melalui BNPB menjanjikan

untuk segera memperbaiki infrastruktur terutama fasum, fasos,

puskesmas dan sekolah. Kami berharap janji tersebut dapat

segera direalisasikan.

3. Bidang Pertanian dan Perkebunan

a. Banyaknya petani yang menggantungkan kehidupannya dari

hasil perkebunan yang biasanya menjadi komoditi ekspor (pala,

kulit manis, dsb), namun sekarang menjadi tidak ada nilai dan

harganya. Mohon perhatian pemerintah, apakah hal tersebut

terjadi karena oknum atau memang produk tersebut tidak

diterima lagi oleh pihak luar negeri.

21

b. Perlunya sosialisasi dan penekanan dari pemerintah terhadap

penanaman padi secara serentak, karena sistem penanaman saat

ini menimbulkan serangan penyakit yang amat besar.

c. Di Sumatera Barat terdapat banyak lahan pertanian namun tidak

didukung oleh sarana dan prasarana salah satunya jalan usaha

tani. Untuk itu dibutuhkan pengembangan jalan usaha tani agar

dapat menunjang kegiatan pertanian.

C. KOMITE III

1. Bidang Kesejahteraan Sosial

a. Diharapkan perencanaan kampung KB guna untuk

meningkatkan partisipasi sekolah bagi anak yang telah

memasuki usia sekolah, menurunkan angka kemiskinan,

meningkatkan cakupan berKB dengan Tribina, yaitu Bina

Keluarga Balita, Bina Keluarga Lansia, dan Bina Keluarga

Remaja serta menurunkan angka pernikahan usia dini dan

peningkatan perekonomian masyarakat.

b. Pasca banjir yang melanda Kenagarian Kasang Kecamatan

Batang Anai pada tanggal 12 Maret 2016 lalu, banyak rumah

warga yang rusak terendam banjir dan jalan ambruk. Sekolah

dan tempat ibadah juga terendam air dan lumpur. Diharapkan

22

Pemerintah Daerah bergerak cepat untuk menanggulangi

permasalahan ini.

c. Hendaknya ada perhatian Pemerintah Daerah terhadap anak-

anak yang ada di Panti Asuhan. Dan juga diharapkan adanya

bantuan untuk pembangunan Panti Asuhan.

2. Bidang Agama

a. Diharapkan sering diadakan pertemuan atau seminar yang

diikuti oleh para guru bidang Agama Islam se-Kabupaten dan

Kota yang ada di Sumatera Barat, guna mencegah pengaruh

besar dari gerakan kelompok orang-orang yang tergabung

dalam gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan

Transgender).

3. Bidang Kesehatan

a. Terbatasnya tenaga dokter spesialis di daerah-daerah

b. Penderita HIV yang semakin meningkat di Sumatera Barat

menimbulkan kekhawatiran. Hal ini disebabkan karena dampak

pergaulan dari kelompok LGBT

c. Diharapkan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil

Padang segera menjadi Rumah Sakit rujukan nasional tipe A.

Karena jika tidak, dalam beberapa bulan kedepan RSUP M.

23

Djamil terancam turun kelas menjadi Rumah Sakit Daerah. Jika

turun ke Rumah Sakit Daerah, pemerintah provinsi tidak akan

sanggup mensubsidi rumah sakit ini karena menghabiskan 180

miliyar lebih pertahun nya.

d. Hendaknya sosialisasi yang dilakukan BPJS menyentuh

masyarakat langsung. Libatkan tokoh masyarakat agar

sosialisasi lebih efektif dan bisa langsung dipahami.

e. Hendaknya diberikan wewenang kepada Puskesmas untuk bisa

menggunakan anggaran BPJS yang disalurkan pemerintah

daerah, karena inti penanganan masalah kesehatan terpusat di

Puskesmas.

4. Bidang Kebudayaan

a. Salah satu program HWK Sumatera Barat adalah Sumbar

Talenta, yang menjadi wadah yang telah melahirkan remaja dan

anak-anak yang berbakat dan potensial dalam seni tarik suara,

drama, puisi, tari, dan bermain musik.

5. Bidang Pendidikan

a. Pentingnya perhatian dan peran Pemerintah Daerah dan Kepala

Sekolah akan fungsi utama pustaka sekolah. Karena tempat ini

24

tidak hanya dijadikan tempat membaca saja, tetapi juga tempat

mengasah kreatifitas.

b. Paham kebangsaan yang dikenal dengan empat pilar, merupakan

pengertian yang mendalam tentang apa dan bagaimana bangsa

ini mewujudkan masa depannya. Oleh karena itu, hendaknya

sosialisasi empat pilar ini dimasukkan ke dalam kurikulum

pendidikan, agar pelecehan terhadap Pancasila seperti yang

baru-baru ini terjadi tidak terjadi lagi.

c. Berkaitan dengan perpustakaan, masih banyak terdapat

kekurangan koleksi buku-buku sumber yang menjadi panduan

perkuliahan bagi mahasiswa.

d. Diharapkan adanya bantuan berupa beasiswa kepada mahasiswa

yang berekonomi rendah.

25

III. PENUTUP

Demikianlah laporan kegiatan penyerapan aspirasi ini dibuat dan

disampaikan pada Sidang Paripurna kali ini sesuai dengan amanat

konstitusi yang diberikan kepada anggota DPD RI untuk menjadi

acuan dan pertimbangan mendasar bagi pelaksanaan tugas-tugas

konstitusional DPD RI kedepan. Semoga bermanfaat bagi

masyarakat, daerah dan pembangunan kapasitas lembaga yang kita

cintai ini.

Wassalammualaikum wr.wb.

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Om Santi Santi Santi, Om

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI SUMATERA BARAT

H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA B-09

Hj. EMMA YOHANNA B-10

JEFFRIE GEOVANIE, M.Si. B-11

H. NOFI CANDRA, SE. B-12