Upload
tranthien
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN
Pengunduhan/ Pengambilan Materi Genetik Tanaman Hutan
Pada Pengelolaan Pusat Persemaian dan Sumber Benih Rumpin
DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
JAKARTA
2015
i
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
KEGIATAN
PENGUNDUHAN/PENGUMPULAN MATERI GENETIK TANAMAN HUTAN
PADA KEGIATAN PENGELOLAAN PUSAT PERSEMAIAN DAN SUMBER BENIH RUMPIN
Jakarta, Desember 2015
Disahkan Oleh : Disusun Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan
Pejabat Pembuat Komitmen RSSNC,
Ir. Mintarjo, MMA
Ir. Benny Subandi, M.Sc
NIP. 19640307 199003 1 003
NIP. 195906281983031001
ii
KATA PENGANTAR
Kegiatan pengumpulan/pengunduhan materi genetik tanaman hutan
(vegetatif & generatif) merupakan salah satu usaha tindak lanjut
pengembangan perbenihan tanaman hutan dengan tujuan mendapatkan bibit
unggul dengan teknologi perbanyakan vegetatif atau generatif. Bahan materi
genetik hasil pengumpulan/pengunduhan akan diperbanyak dan
didistribusikan ke beberapa persemaian permanen sebagai bahan kebun
pangkas.
Pada tahun 2015 ini telah dapat dikumpulkan beberapa jenis benih
dan bibit hasil pengunduhan dari berbagai daerah dan hasil kerjasama
Direktorat Perbenihan Tanaman HUtan dengan Balai Besar penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta berupa benih Kayu
Putih dan klon Jati Unggul serta kerjasama dengan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Perum Perhutani Cepu berupa benih Jati dan Pinus
yang berasal dari Kebun Benih Klonal serta bibit Jati PHT 1 dan PHT 2.
Dengan selesainya laporan kegiatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya atas kerjasama kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga pelaksanaan pengumpulan/pengunduhan materi genetik
tanaman hutan (vegetatif & generatif) ini dapat berjalan dengan lancar dan
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.
iii
DAFTAR ISI
Halaman COVER LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ...................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv DAFTAR TABEL........................................................................... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................ 1 B. Maksud dan Tujuan ..................................................... 1 C. Ruang Lingkup ............................................................ 2 D. Sasaran Jenis dan Lokasi ............................................. 2
II. PELAKSANAAN A. Dasar Pelaksanaan ...................................................... 3 B. Organisasi Pelaksana ................................................... 3 C. Metode ....................................................................... 3 D. Waktu Pelaksanaan ..................................................... 6
III. HASIL KEGIATAN A. Pelaksana Pengumpulan Materi Genetik ...................... 7 B. Hasil Pelaksanaan ....................................................... 7
1. Pengambilan materi genetik di BBPBPTH Jogjakarta 8 2. Pengambilan anakan Damar Mata Kucing di Seluma 12 3. Mindi Besar Kabupaten Garut, Jawa Barat ............... 14 4. Pengunduhan materi genetik di Bali ....................... 15 5. Pengambilan bibit Jati PHT serta Klon Jati
Unggul Purwobinangun .......................................... 17 6. Bambang Lanang Sumatera Selatan ....................... 18 7. Pinus Bocor Getah di Banyumas ............................. 19
C. Permasalahan ............................................................. 21
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tegakan DMK di Desa Pasar Ngalam…………………......... 13
Gambar 2. Pengunduhan Mindi Besar di Garut…………………………… 15
Gambar 3. KBS Bentawas di Kabupaten Buleleng……………………….. 16
Gambar 4. Pelabelan dan Pengepakan bibit PHT………………………… 17
Gambar 5. Pengambilan Bibit Jati Unggul BBPBPTH…………………... 18
Gambar 6. Perbanyakan tanaman dengan BAJUS dan BAJOS…….. 21
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
Tabel 1. Pelaksanaan pengunduhan/ pengambilan materi genetik
tahun 2015 …………………............................................... 7
Tabel 2. Hasil pengambilan materi genetik di BBPBPTH...…………… 8
Tabel 3. Data inisiasi eksplan tunas Jati…………………………………….. 9
Tabel 4. Data klon Meranti Merah…………………………………………….. 10
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan di bawah Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rebuplik Indonesia berkomitmen
untuk melakukan pengembangan jenis – jenis tanaman hutan yang
berkualitas dan bernilai ekonomis dari berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu upaya mengembangkan jenis tanaman hutan yang
berkualias adalah dengan dilakukannya kerjasama pemanfaatan hasil
penelitian bidang pemuliaan tanaman hutan antara Direktorat
perbenihan Tanaman Hutan dengan Puslitbang Perum Perhutani
ataupun dengan BBPBPTH Jogjakarta. Jenis –jenis tanaman yang
dikembangkan tersebut merupakan jenis yang diminati oleh
masyarakat dan mempunyai keunggulan tertentu seperti produk kayu,
buah ataupun getahnya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Jenis tanaman bernilai ekonomis dan berkualitas perlu
dikembangkan sebagai langkah awal dalam pembangunan kehutanan
dimasa yang akan datang. Pengunduhan/pengumpulan materi genetik
ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2015 melalui dana
luncuran DIPA BA (29) untuk kegiatan pengunduhan/pengumpulan
materi genetik tanaman hutan pada pusat persemaian dan sumber
benih Rumpin.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengunduhan/pengumpulan materi genetik unggul
tanaman hutan adalah untuk mengumpulkan bahan tanaman baik
berupa bahan vegetatif (eksplan, bahan stek, anakan) ataupun
generatif (benih). Pengunduhan/ pengambilan materi genetik tanaman
hutan bertujuan untuk menyiapkan materi genetik unggul yang dapat
digunakan sebagai tanaman koleksi/ pembangunan SDG dan bahan
pembuatan kebun pangkas .
2
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pengunduhan/ pengumpulan materi
genetik adalah mengumpulkan dan membawa materi genetik jenis
tanaman unggul dan komersial untuk di kembangkan di RSSNC.
D. Sasaran Jenis
Sasaran jenis dalam kegiatan pengunduhan/pengumpulan
materi genetik unggul tanaman hutan tahun 2015 adalah : klon Jati
Unggul Purwobinangun, PHT-1 dan PHT-2 dari Puslibang perhutani
Cepu, serta jenis unggulan lokal bernilai ekonomis atau jenis langka
seperti Mindi besar, Damar Mata Kucing, Bentawas, Bambang Lanang
dan Pinus.
E. Anggaran
Kegiatan pengambilan/ pengunduhan materi genetik tanaman
hutan dibiayai oleh anggaran DIPA BA-29 Nomor 029-
04.1439573/2015 tanggal 17 April 2015 dan juga Hibah dari KIFC
untuk biaya transportasi pengangkutan benih dan bibit dari Cepu dan
Jogjakarta.
3
II. PELAKSANAAN
A. Dasar Pelaksanaan
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA BA-029 Nomor : 029-
04.1.439573/2015 tanggal 17 April 2015 Satuan Kerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung.
2. Pengesahan Petunjuk Operasional Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) BA-029
B. Organisasi Pelaksanaan
Kegiatan pengunduhan/ pengambilan materi genetik tanaman
hutan tahun 2015 dilaksanakan oleh Direktorat Bina Perbenihan
Tanaman Hutan dan Pusat Sumber Benih dan Persemaian Rumpin
(RSSNC) Kerjasama Korea - Indonesia.
C. Metode
Pengunduhan/pengambilan dilaksanakan dalam beberapa
tahap, disesuaikan dengan informasi ketersediaan materi genetik yang
menjadi sasaran atau target serta ketersediaan anggaran.
Pengambilan materi genetik dibantu oleh tenaga lokal (harian)
setempat berupa benih, stek, anakan ataupun stump dan putaran.
Tiap pohon yang diambil materi genetiknya dilakukan pengambilan
data koordinat dengan menggunakan GPS. Tim juga harus mengisi
blanko isian mengenai deskripsi jenis, lokasi, kondisi ekologis dan
kondisi tegakan. Pada tahun 2015 pengunduhan/ pengambilan materi
genetik diarahkan pada hasil penelitian ataupun materi-materi hasil
pemuliaan yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani dan BBPBPTH
selain juga jenis lokal dari berbagai daerah.
Peralatan dan bahan pengunduhan/pengambilan materi genetik
disiapkan sebelum ke lokasi. Alat dan bahan serta cara pengambilan
materi genetik tersebut adalah sebagai berikut :
4
1. Pengambilan dalam bentuk Eksplan
Tahap pelaksanaan pengambilan eksplan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan dan alat perbanyakan.
b. Memilih eksplan sebanyak 50 tunas per Klon Jati
Purwobinangun.
c. Sterilisasi dan inisiasi serta labelisasi (dilakukan di Laboratorium
BBPBPTH)
d. Packing dengan cara botol ditutup plastik da dikencangkan
dengan karet.
Alat dan bahan yang disiapkan sebelum melakukan
pengambilan eksplan klon Jati unggul Purwobinangun antara lain:
a. Penyiapan media kultur siap pakai di RSSNC sebanyak 80 -100
botol (media ME +BAP 1mg/l)
b. Menyiapkan alat inisiasi eksplan : botol, label, scalpel dan alat
lain –lain
c. Bahan sterilisasi : kloroks,tweeb blue-80, alkohol 70%
d. Bahan packing: ice box, plastik gulung, karet, plastik dan
sterofoam.
Untuk pengambilan bahan stek pucuk tahapannya adalah
sebagai berikut
a. Menyiapkan alat dan bahan yang (ice box, plastik, hormon
akar, kertas label, alat tulis, gunting stek, kertas koran).
b. Memilih sumber pucuk dari 5 Klon Jati Unggul Purwobinangun,
masing-masing 100 stek.
c. Pengambilan/penyetekan pucuk Jati dan pemangkasan daun
stek sepertiga daun.
d. Stek diikat per 10 pucuk dan diberi label identitas klon.
e. Pucuk direndam dalam hormon akar IBA 5mg/l
5
f. Pengepakan stek pucuk untuk pengangkutan ke RSSNC
dilakukan dengan disusun berlawanan arah, diberi label dan
dibungkus koran basah dan dimasukan dalam ice box.
g. Media stek berupa campuran cocopeat dan arang sekam telah
disiapkan di RSSNC di dalam propagation box yang di alasi
batu screen.
2. Pengambilan Jati hasil penelitian Perhutani dan BBPBPTH
dalam bentuk bibit
Materi genetik PHT-1 dan PHT-2 serta 5 klon Jati unggul
hasil Pemuliaan diperoleh dalam bentuk bibit hasil stek pucuk. Alat
yang dipersiapkan untuk pengangkutan antara lain: kardus, label,
koran, hormon anti stress dan alat penyiram (hand sprayer) selama
dalam perjalanan. Bibit diberi label sesuai nomor klon dan di kemas
sedemikian rupa untuk dibawa ke RSSNC.
3. Pengambilan dalam bentuk Buah dan cabutan
Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan benih dan
cabutan tanaman antara lain:
a. Pengambilan buah ataupun cabutan
Wadah Benih (karung, kantong kain)
kain/plastik ukuran 4 x 2 m
Alat penanda pohon (cat berwarna, dll).
Galah berkait, gunting tanaman, pisau, gergaji tangan, tali.
Alat panjat, teropong, label identitas (kertas label, pita) dan
alat penulis tahan cuaca.
Alat pengepres dan kertas kering contoh tanaman.
Kantong plastik ukuran besar dan kecil.
Box Ice dan Dry ice.
b. Peralatan Untuk Identifikasi Lokasi
Peta situasi, peta jalan, peta topografi.
Buku catatan, buku lembar kerja.
6
Kompas dan GPS.
Peralatan pengukur tinggi pohon (Clinometer)
Kamera dan perlengkapannya.
Pengumpulan data dan dokumentasi berfungsi sebagai sumber
informasi tentang tempat asal benih bagi uji coba yang dilaksanakan
serta sebagai alat bantu untuk interpretasi data dalam rangka
penyimpulan hasil uji coba. Informasi yang harus dicatat dalam
pengunduhan buah/ benih adalah:
a. Keterangan Lokasi.
b. Keterangan Ekologi Lokasi.
c. Keterangan Tegakan.
d. Keterangan Pengumpulan Benih.
Pengunduhan dapat dilakukan dengan mengunduh buah dari
pohon yang masih berdiri dengan menggunakan alat panjat, alat
pembantu lain (galah, bandul, dll), alat perontok dan dipungut dari
lantai hutan. Jumlah buah/benih yang dikumpulkan diusahakan
sebanyak mungkin untuk dapat mencukupi pembangunan uji coba
seluas mungkin dan yang juga sangant penting adalah pemilihin buah
yang masak dan sehat.
Untuk pengambilan anakan (cabutan), anakan dipisahkan dan
dilabeli sesuai lokasi pengumpulan anakan dan pohon induknya.
Anakan yang diambil harus berupa tanaman sehat, dikemas dalam
kertas koran atau pelepah pisang kemudian dimasukkan kedalam ice
box untuk pengangkutan ke RSSNC.
D. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pengunduhan/ pengambilan materi genetik tanaman
hutan pada pengelolaan Pusat Persemaian dan Sumber Benih Rumpin
Tahun Anggaran 2015 dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan
Desember 2015.
7
III. HASIL PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Pengumpulan Materi Genetik
Pengambilan materi genetik dalam rangka pengembangan
perbenihan tanaman hutan ini dilakukan di beberapa lokasi dengan hasil
berupa bibit, anakan dan benih tanaman hutan. Waktu dan pelaksana
kegiatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pelaksanaan pengunduhan/ pengambilan materi genetik tahun
2015
No Waktu
pelaksanaan Pelaksana Lokasi Target/ Hasil
1. 03 s.d 06 Juni
2015
- Yuli Fitriani, S.Hut
- Isnawati R, S.Hut
BBPBPTH
Jogjakarta
Bahan vegetative Jati,
Benih Kayu Putih dan Bibit Meranti
2. 17 s.d 20 Juli
2016
- Agung W, S.Hut
- Dwi W, A.Md
Kab. Seluma
Bengkulu
Anakan Damar mata
kucing
3. 19 s.d 21
Agustus 2015
- Isnawati R, S.Hut
- Selly M.A, S.Hut
- Perta M, S.E
Garut, Jawa
Barat
Buah Mindi Besar
4. 24 s.d 26
Agustus 2015
- Akmal M, S.Ag
- M.Ari K, S.Hut
KPH Bali Barat
Bali
Bentawas
5. 24 s.d 30 November
2015
- Dwi W,A.Md - Agung W,S.Hut
Cepu, Jogja Jati PHT dan Klon Unggul
Purwobinangun
6. 21 s.d 23 Desember
2015
- Isnawati R, S.Hut - Tri Wahyani,
S.Hut
Palembang, SUMSEL
Benih Bambang lanang, bibit Ulin
7. 21 s.d 23 Desember 2015
- Selly M.A, S.Hut - Agung W, S.Hut
Banyumas, JATENG
Benih Pinus bocor getah
B. Hasil Pelaksanaan
Sesuai dengan arahan kegiatan Perbenihan Tanaman Hutan Tahun
2015-2019 yaitu penggunaan materi genetik unggul untuk penyediaan
bahan tanaman kebun pangkas, maka pada tahun 2015 pengunduhan/
pengambilan materi genetik di RSSNC mengacu pada perjanjian
kerjasama pemanfaatan materi genetik hasil pemuliaan dari Perum
Perhutani ataupun dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
8
Tanaman Hutan (BBPBPTH) selain melakukan pengunduhan buah untuk
jenis endemik dan komersil dari berbagai daerah di Indonesia. Berikut
adalah uraian hasil kegiatan berdasarkan lokasi;
1. Pengambilan materi genetik di BBPBPTH Purwobinangun
Dengan terbitnya Material Transfer Agreement (MTA) yang telah
ditandatangani oleh Direktorat Bina PTH dan BBPBPTH terkait
kesepakatan transfer materi genetik beberapa spesies tanaman di
BBPBPTH untuk dikembangkan di RSSNC, Bogor, maka sebagai tindak
lanjut hal tersebut, tim RSSNC ditugaskan untuk mengambil dan
menggandakan materi genetik sesuai yang tertera dalam MTA.
Kegiatan berlangsung selama 4 hari dari tanggal 03 sampai 06 Juni
2015. Adapun jenis dan jumlah materi genetik yang didapatkan dalam
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil pengunduhan/ pengambilan materi genetik dari BBPBPTH
No Nama Materi Asal Jumlah Keterangan
1 Klon Jati
Unggul
Kebun Pangkas
BBPBPTH
500 bahan
stek
Dari 5 Klon
2 Klon Jati
Unggul
Kebun Pangkas
BBPBPTH
230
eksplan
Dari 6 Klon
3 Kayu Putih KB Kayu F1, Gunung
Kidul, DIY
2 gram Benih
4 Meranti
Merah
Pohon Plus 25 Bibit Dari 25 Klon
Adapun teknis pelaksanaan pengambilan materi genetik khusus
tanaman jati dilakukan melalui beberapa alternatif, diantaranya yaitu :
1. Melakukan inisiasi eksplan di laboratorium kultur jaringan BBPBPTH,
menggunakan fasilitas yang ada di laboratorium BBPBPTH, namun
untuk media tanam eksplan disiapkan dari RSSNC. Jenis media
yang dibawa yaitu : Media MS 60, WPM + BAP 0,1 gr/ml, dan DKW
2. Mengambil bahan stek pucuk tunas jati dari 5 klon, untuk setiap
klon masing-masing 100 pucuk
9
3. Meminta bantuan tenaga BBPBPTH untuk melakukan stek pucuk
dengan anggaran yang disediakan oleh RSSNC sehingga dapat
diterima dalam bentuk bibit.
Ketiga alternatif tersebut seluruhnya dilaksanakan dalam
rangka mengantisipasi kegagalan dalam proses transfer materi
genetik, terutama hasil inisiasi dan bahan stek, mengingat jarak yang
cukup jauh dikhawatirkan eksplan dan bahan stek tidak dapat
bertahan dalam waktu yang lama.
a. Inisiasi eksplan tunas jati (Tectona grandis Linn.)
Inisiasi eksplan dilakukan dalam rangka penggandaan materi
genetik, dalam hal ini yaitu tanaman jati dari 5 klon yang telah
dikembangkan oleh BBPBPTH Yogyakarta. Kegiatan ini diawali
dengan pemilihan tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber
eksplan. Bagian tanaman yang dijadikan sebagai eksplan berasal
dari tunas muda, juvenil, dan masih berwarna hijau. Bagian
tanaman diambil dari 5 klon jati unggul yang berasal dari Watusipat,
Gunung Kidul dan 1 klon berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah yang
ditanam di kebun pangkas BBPBPTH Purwobinangun pada bulan
Desember 2012 dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Jumlah masing-
masing klon dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Data inisisasi eksplan tunas Jati.
No No. Blok Nama Klon
Jenis Media
Total MS
MS
60 DKW WPM
1 I III-1-1 17 15 6 15 53
2 II II-3-4 16 10 14 10 50
3 III I-13-3 9 11 11 11 42
4 IV IV-18-4 9 8 8 8 33
5 V III-34-2 0 12 14 12 38
6 VIII 2-2-11-3 3 4 3 3 16
Jumlah 232
10
Dari ke enam klon tersebut, klon pada blok tanam I – V adalah klon
terbaik dan sudah diuji cobakan.
Langkah selanjutnya adalah inisiasi eksplan. Hal yang terpenting
dalam inisiasi ini adalah sterilisasi eksplan. Tahapan sterilisasi
meliputi :
Pencucian dengan detergen
Perendaman dengan fungisida dan bakterisida
Perendaman dengan larutan clorox
Pencelupan dengan alkohol 70 %
b. Pengambilan bahan stek pucuk Jati
Bahan stek pucuk jati yang diambil berasal dari 5 klon jati
unggul yang berasal dari Watusipat, Gunung Kidul. Masing-masing
klon berjumlah 100 pucuk. Pucuk yang diambil adalah 3 ruas ke
atas yang mempunyai batang berbentuk bulat dan atau sudah
berbulu. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan pelepah
daun pisang, sebelumnya pucuk direndam terlebih dahulu dengan
fungisida.
c. Pengambilan materi genetik bibit Meranti Merah serta benih Kayu
Putih
Bibit meranti merah yang dibawa ke RSSNC berasal dari 25
klon yang berbeda, setiap klon berjumlah satu bibit. Bibit ini
direncanakan akan dijadikan sebagai pohon induk untuk
diperbanyak melalui kultur jaringan. Jumlah dan jenis klon terdapat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Data klon Meranti Merah
No Nama Klon Jumlah
1 B 8 – 9 1
2 B 11 – 1 1
3 B 22 – 7 1
11
4 C 11 – 2 1
5 C 12- 8 1
6 K 03 – 1 1
7 K 13 – 1 1
8 K 13- 9 1
9 K 14 – 5 1
10 K 26 – 9 1
11 K 26 – 9 1
12 K 28 - 5 1
13 K 28 – 9 1
14 K 30 – 9 1
15 KB 01 – 5 1
16 KB 18 - 2 1
17 KB 20 – 7 1
18 WL 01 – 2 1
19 WL 01 – 5 1
20 WL 01 – 9 1
21 WL 06 – 3 1
22 WL 11 – 3 1
23 WL 14 – 1 1
24 10-10 1
25 11-8 1
Ket : B ; Populasi Berau, Kalimantan Timur C ; Poopulasi Carita, Pandeglang K ; Populasi Kenangan, Kalimantan Timur KB ; Populasi Kalimantan Barat WL ; Populasi Muara Wahau, Kalimantan Timur Nomor pertama ; Nomor Familly Nomor Kedua ; Nomor Pohon
Benih Kayu Putih yang diberikan ke RSSNC sebanyak 2 gram
berasal dari kebun benih F1, Gunung Kidul, Yogyakarta. Benih
12
tersebut diunduh pada bulan Mei 2015 , saat laporan ini dibuat
sudah menjadi bibit siap tanam sebanyak 1500 batang.
Permasalahan yang timbul pada saat kegiatan pengambilan
materi genetik di BBPBPTH Jogjakarta antara lain :
1. Kesulitan dalam mendapatkan bahan eksplan dan bahan stek
pucuk yang bagus yang sesuai dengan kriteria (pucuk sudah
terlalu tua, daun tanaman mengalami bercak-bercak coklat).
2. Tidak adanya bahan indukan di bawah naungan (paranet)
untuk dijadikan sebagai bahan eksplan (bahan eksplan diambil
dari kebun pangkas), demikian juga untuk bahan stek.
3. Tidak adanya perlakuan awal (karantina) bahan eksplan dan
stek.
4. Adanya keterbatasan air steril, sehingga sterilisasi eksplan
dilakukan dengan menggunakan air keran.
5. Kondisi laminar dengan blower yang berada di bawah
sangatlah tidak sesuai untuk kegiatan kultur jaringan. Kondisi
ini memungkinkan kontaminan masuk ke dalam laminar.
Bahan stek setelah tiba di RSSNC ditanam pada tiga jenis
media, yaitu media pasir + eceng gondok (3 : 4), kompos + arang
sekam + cocopeat (1 : 3 : 1) dan arang sekam + cocopeat ( 3 : 1).
Hasil stek pada media pasir + eceng gondok mengalami kematian
dan eksplan yang telah diinisiasi pada hari ke -7 mengalami
kontaminasi 100 %, jadi tidak ada eksplan steril yang tersisa, maka
kegiatan pengambilan materi genetik dilakukan dengan penyetekan
kembali dan dipelihara di BBBPTH dan akan diambil pada ulan
November 2015 dalam bentuk bibit.
2. Pengambilan anakan Damar mata kucing di Seluma, Bengkulu
Damar mata kucing (Shorea javanica) merupakan jenis pohon
penghasil resin dari familia Shorea/ meranti yang digunakan dalam
industria cat, vernis, farmasi, kosmetika bahkan bahan additif pangan.
Damar mata kucing menyebar terbatas secara alami di Sumatera dan
13
sedkit di temukan di Jawa. Pada tahun 2015 Damar Mata Kucing
(DMK) menjadi salah satu target pengunduhan/ pengambilan materi
genetik tanaman hutan oleh RSSNC. Pengambilan anakan dilakukan di
bawah tegakan yang terbentuk secara alami di daerah pesisir Provinsi
Bengkulu, yaitu di Desa Pasar Ngalam, Kecamatan Air Periukan,
Kabupaten Seluma. Tegakan berbatasan langsung dengan kebun
kelapa sawit. Anakan DMK memerlukan naungan pada fase awal
tumbuh hingga mencapai tinggi 1 meter. Dibawah tegakan DMK di
lokasi banyak ditemukan anakan dan juga pada saat dilakukan
pengambilan anakan sedang musim berbuah, informasi yang diperoleh
tidak akurat maka tidak dapat dilakukan pemanjatan karena pohon
DMK tingginya mencapai lebih dari 30 meter dengan tinggi bebas
cabang lebih dari 10 meter dan posisi buah berada di ujung ranting.
Gambar 1. Tegakan Damar Mata Kucing di Desa Pasar Ngalam
Pohon DMK Anakan DMK Getah/ Resin DMK
Hasil pengambilan materi genetik berupa anakan DMK sebanyak
200 batang dengan tinggi rata-rata 30-40 cm. Pengepakan anakan
dilakukan dengan metotong ¾ bagian daun dan akar untuk
mengurangi penguapan kemudian dibungkus dengan pelepah pisang.
14
3. Mindi Besar Kabupaten Garut, Jawa Barat
Kegiatan pengambilan mindi besar dilakukan tanggal 19
sampai dengan 21 Agustus 2015 di Desa Selaawi, Kecamatan Talegong
Kabupaten Garut, Jawa Barat (070 19’ 09,9” S dan 1070 28’ 21,0” E)
dengan ketinggian tempat 771 mdpl. Bulan Juli- Agustus merupakan
musim buah mindi besar dan tim memperoleh 48 kg buah mindi besar.
Kegiatan ekstraksi dan pengujian benih dilakukan di Laboratorium
Pengelolaan Benih RSSNC. . Mindi besar merupakan jenis endemik
Garut, khususnya Talegong dan hanya dapat tumbuh dengan baik di
Garut selain itu mindi besar memiliki sifat yang tahan terhadap hama
penyakit, daunnya dapat dijadikan sebagai pestisida nabati, tergolong
fast growing species dan kayunya banyak dimanfaatkan untuk
pertukangan. Jenis Mindi besar perlu dikembangkan lebih lanjut karena
pohon dengan diameter besar di lokasi sebaran alaminya mulai
berkurang jumlahnya dikarenakan aktivitas penebangan oleh
massyarakat untuk mengambil kayu mindi. Saat ini Mindi besar yang
menjadi ikon sektor kehutanan di Garut, sebagai kayu komersil asli
Garut diharapkan kedepan dapat menggantikan dominasi sengon di
Garut.
Perlu adanya pendampingan terhadap masyarakat Desa
Selaawi dan sekitarnya untuk tidak menebang pohon mindi besar
secara terus-menerus. Masyarakat perlu diberikan keterampilan untuk
dapat mengektraksi buah mindi besar karena harga benih mindi besar
yang mahal perkilo mencapai 1 juta dan membuat obat pembasmi
hama dan penyakit alami. Pemberian keterampilan-keterampilan lain
diharapkan mampu mengalihkan kebiasaan masyarakat dalam
menebang pohon mindi besar. Kegiatan eksplorasi/ pengunduhan
materi genetik khususnya jenis lokal harus tetap dilakukan agar jenis
tanaman unggulan lokal yang terdapat di setiap daerah dapat
dikembangkan, sehingga keberadaan jenis-jenis tanaman unggulan
15
tersebut dapat terus lestari. Berikut gambar kegiatan pengunduhan
Mindi besar.
Gambar 2. Pengunduhan Mindi Besar di Garut
Tegakan Mindi Besar umur 3 tahun
di Desa Selaawi, Talegong
Pengambilan titik kordinat
Buah Mindi Besar hasil
pengunduhan di Kab. Garut
Benih Mindi Besar, dalam 1 buah
terdapat 3-4 biji
4. Pengunduhan materi genetik di Bali
Salah satu target pengunduhan materi genetik tanaman
hutan di Provinsi Bali adalah Bentawas (Wrightia pubescens) dari
sumber benih Bentawas Pejarakan I seluas 5 hektar di Desa Pejarakan
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng (1140 33’ 52,82”-1140 33’
59,72” BT dan 080 09’ 35,44 – 080 09’ 43,99” LS). Sumber benih
16
berada pada ketinggian 8 mdpl. Sumber benih Pejarakan 1 adalah
sumber benih dengan kelas Kebun Benih Semai (KBS). KBS dibangun
dari 84 Famili yang berasal dari 6 Kabupaten / Kota di Bali pada tahun
2003. Pada saat dilakukan pengunduhan yaitu bulan Agustus masih
dalam masa buah masak sehingga masih diperoleh benih Bentawas
(masih berupa buah) sebanyak 20 kg. Tinggi rata-rata pohon dalam
sumber benih 4,7 meter dengan diameter 8,4 cm dan tinggi bebas
cabang 2,3 meter sehingga pengunduhan memungkinkan untuk
dilakukan dengan menggunakan galah ataupun dipanjat. Buah
betawas memiliki ukuran panjang antara 15-25 cm dan bergetah,
untuk perlakuan pendahuluan adalah dipotong ujungnya dan dijemur
selama 2-3 hari sehingga mudah diekstraksi. Buh bentawas diekstraksi
di laboratorium Pengelolaan Benih RSSNC dan disemaikan. Persentase
tumbuh bentawas mencapai 80%, pada ahir tahun 2015 telah disapih
sebanyak 9000 batang bibit dari hasil pengunduhan di KBS Bentawas
Pejarakan 1.
Gambar 3. Kebun Benih Semai Bentawas di Kab. Buleleng
KBS Bentawas Kab. Buleleng, Bali. Pengunduhan Bentawas
menggunakan galah.
17
5. Pengambilan bibit Jati PHT 1 dan PHT 2 serta Klon Jati Unggul
BBPBPTH
Jati PHT-1 dan PHT-2 merupakan hasil pengembangan dari
Jati Plus Perhutani (JPP), yang merupakan klon terbaik dari hasil
pemulian yang dilakukan oleh Puslitbang Perum Perhutani.
Berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan dan Puslitbang Perhutani Cepu, salah satunya
mengenai pemanfaatan hasil-hasil penelitian Perum perhutani (Jati,
Kayu Putih, Pinus Bocor Getah) berupa bibit hasil perbanyakan
vegetatif ataupun benih dari Sumber Benih milik Perhutani untuk dapat
dikembangkan oleh RSSNC, melalui Dit. PTH. Kegiatan pengambilan
Jati PHT-1 dan PHT-2 dilakukan pada 26 sampai 30 November 2015
sekaligus mengambil Jati Unggul dari BBPBPTH di Jogjakarta. Bibit
PTH-1 sebanyak 200 batang dan PHT-2 juga 200 batang. Pelabelan
merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk menjaga identitas klon.
Berikut adalah gambar kegiatan pemberian label/ pita identitas klon
serta pengepakan bibit untuk dibawa ke RSSNC.
Gambar 4. Pelabelan dan pengepakan bibit PHT
Sortasi bibit dan pelabelan
Bibit PHT 2 Pengemasan bibit PHT1
Bibit PHT tersebut akan digunakan sebagai bahan
pembuatan Kebun Pangkas di RSSNC, penanaman telah dilakukan
pada bulan Desember 2015 dalam 6 bedeng, tiap bedeng berisi 40
18
bibit. Kebun Pangkas tersebut direncakan untuk memproduksi bahan
tanaman vegetatif baik melalui stek pucuk ataupun sebagai bahan
perbanyakan dalam pembuatan bibit melalui kultur jaringan.
Jati Unggul Purwobinangun yang diambil sebanyak 500
batang dalam bentuk bibit hasil stek pucuk terhadap 5 klon terbaik
hasil penelitian BBPBPTH tiap klon 100 bibit.
Pada saat pengambilan Jati Purwobinangun masih berada
dalam sungkup, dan dalam proses pertumbuhan akar. Akar menjadi
hal penting dalam perbanyakan bibit secara vegetatif seperti stek
pucuk. Bibit ditata dalam kendaraan untuk meminimalisir kerusakan,
berikut adalah gambar proses pelabelan dan pengankutan bibit.
Gambar 5. Pengambilan bibit Jati Unggul asal BBPBPTH
Persiapan pelabelan Penataan bibit untuk pengangkutan
6. Bambang Lanang Sumatera Selatan
Bambang lanang (Madhuca aspera) merupakan jenis
endemik Sumatera, kayunya dimafaatkan sebagai bahan bangunan.
Lokasi pengunduhan Bambang lanang adalah di sumber benih Talang
Pelawi, Muara Payang, Lahat Sumatera Selatan. Musim berbuah dan
buah masak dimulai sejak Agustus sampai dengan Desember dan
berdsarkan kondisi di sumber benih tempat dilakukan pengunduhan,
buah sebagian besar telah diunduh pada bulan November, namun
masih tersisa buah yang cukup di beberapa pohon induk. Benih
19
bambang lanang bersifat semi rekasiltran, sehingga jika buah selesai
diunduh dan diekstraksi, harus segera disemaikan menggunakan
media pasir/tanah. Hal ini untuk meningkatkan persentase tumbuh.
Berdasarkan informasi dari kelompok tani Purnomo, sebenarnya untuk
eksplorasi tanaman ini lebih efektif jika membawa anakan kemudian
ditanam di RSSNC dibandingkan membawa buah untuk diekstraksi
atau benih yang siap tanam, karena berdasarkan pengalaman, anakan
bambang lanang lebih tahan lama dan jika ditanam persentase
tumbuhnya lebih besar dibandingkan benih siap tanam, namun karena
di lokasi pengunduhan tidak terdapat anakan yang bisa dibawa, maka
alternatif yang dilakukan yaitu selain membawa benih siap tanam, tim
juga membawa 150 batang batang bibit cabutan dan bibit Ulin 15
batang hasil eksplorasi yang dilakukan oleh BPTH Sumatera.
7. Pinus Banyumas, Jawa Tengah
Menindaklanjuti perjanjian kerjasama antara Direktorat
perbenihan Tanaman Hutan dengan Perum Perhutani tahun 2015
tentang Pemanfaatan dan Pembangunan Sumber Benih serta
Sumberdaya Genetik, maka RSSNC dapat memanfaatkan materi
genetik hasil pembangunan sumber benih dan sumberdaya genetik
milik Perum Perhutani untuk dapat dikembangkan di RSSNC. Pinus
merupakan salah satu jenis tanaman unggulan Perhutani untuk diambil
getahnya dan Perum perhutani telah melakukan penelitian mengenai
pinus bocor getah dibeberapa lokasi yaitu di KPH Sumedang, KPH
Jember dan KPH Banyumas Timur. Bentuk pemanfataan yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan materi genetik Pinus bocor getah ini
adalah berupa pengunduhan benih/klon -cabang dari pohon plus bocor
getah kemudian disemaikan. Hasil pengunduhan/ pengambilan materi
genetik jenis pinus di KBS Pinus merkusii di Baturaden, KPH Banyumas
Timur diperoleh benih 100 gram dengan perkiraan hasil sebanyak
20
2000 batang. KBS Pinus Baturaden memiliki luas 116,9 hektar dengan
jumlah pohon 75 batang.
Pemeliharaan KBS Pinus Baturaden dilakukan untuk
menjaga pohon induk dapat tumbuh dan memproduksi benih secara
berkelanjutan. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan berupa babat
total tumbuhan bawah, pendangiran dan pemupukan. Selain tindakan
pemeliharaan tanaman, kegiatan perlindungan hutan berupa juga
dilakukan dengan pemasangan patok batas blok, pembuatan jalur
ilaran api, pemberantasan hama dan penyakit dan tindakan
pengamanan hutan untuk mencegah terjadinya kerusakan/ kematian
tegakan, kebakaran, perambahan, bibrikan ataupun pengecrekan.
Pengunduhan kerucut/ cone/ buah dilakukan dengan pemanjatan dan
diplih kones yang sudah masak, denga ciri berwarna hijau tua
kecoklatan ataupun berwarna cokelat keseluruhan.
Selain dengan menggunakan biji/ benih, pinus dapat
diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk, cangkok ataupun
dengan cara BAJOS dan BACUK, sedangkan dengan cara kultur
jaringan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. BAJOS adalah
cara budidaya pinus dengan melukai/ mengupas kulit cabang
kemudian di biarkan hingga berkalus, selanjutnya kalus ditutup dengan
media berupa tanah sampai berakar. BACUK adalah bajos pucuk,
diamana pengambilan bahan tanaman berasal dari pucuk, sehingga
hasilnya lebih banyak tidak hanya cabang namun juga setiap ruas-ruas
pucuk dan batang. Tanaman yang dapat dilakukan BAJOS, BACUK,
stek ataupu cangkok adalah tanaman yang berumur 5 tahun. Tanaman
yang terlalu tua umurnya akan sulit dilakukan dengan cara vegetatif
dikarenakan proses regenerasi lambat. Berikut adalah gambar cara
perbanyakan BACUK dan BAJOS Pinus merkusii di Banyumas.
21
Gambar 6. perbanyakan tanaman dengan teknik BAJOS dan BACUK
Cara perngambilan bahan tanaman dengan BACUK dan BAJOS
Hasil perbanyakan dengan BAJOS
C. Permasalah yang di hadapi
Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengunduhan/
pengambilan materi genetik tanaman hutan tahun 2105 terjadi pada
pengambilan materi genetik berupa bahan tanaman/ eksplan melalui
kultur jaringan, selain kesulitan dalam mendapatkan bahan eksplan
dan bahan stek pucuk yang bagus yang sesuai dengan kriteria (pucuk
sudah terlalu tua, daun tanaman mengalami bercak-bercak coklat)
juga karena alat yang digunakan di laboratorium kultur jaringan
BBPBPTH kurang tepat seperti kondisi laminar dengan blower berada
di bawah sangatlah tidak sesuai untuk kegiatan kultur jaringan, karena
memungkinkan kontaminan masuk ke dalam laminar. Materi genetik
berupa Jati Unggul asal BBPBPTH yang diambil pada tahap pertama
melalui kultur jaringan ataupun bahan stek mengalami kontaminasi
dan kematian, maka alternative pemecahan masalah yang dilakukan
adalah pembuatan bibit melalui stek pucuk yang buat di BBPBPTH
untuk 5 klon terbaik masing-masing klon 100 batang dan diambil pada
tahap ke dua yaitu bulan November 2015. Masalah yang terjadi
kembali adalah bibit yang dihasilkan melalui stek pucuk masih terlalu
muda dan perakaran belum terbentuk sempurna ketika pengambilan
BACUK
BAJOS
22
tahap ke dua, maka bibit tetap dibawa ke RSSNC dan setibanya di
Rumpin segera di sungkup. Dari hasil penyetekan tersebut diketahui
bahwa klon no IV sangat sulit untuk distek/ persen keberhasilan
sangat rendah, maka disarankan untuk diganti dengan klon nomor
VIII. Kondisi saat ini bibit Jati unggul asal BBPBPTH sudah berakar
dan dikeluarkan dari sungkup.
Permasalahan yang terjadii lainnya antara lain lokasi yang
jauh dan akses yang sulit menyebabkan pengambilan materi genetik
tanaman endemik (Mindi besar, Garut) sedikit terhambat akan tetapi
masih dapat dilakukan.
23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari berbagai Institusi melalui
Perjanjian Kerjasama seperti Perjanjian Kerjasama antara
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan dengan Perum Perhutani
ataupun dengan Badan Litbang Kehutanan/ BBPBPTH sangat
diperlukan untuk mendukung tersedianya materi genetik unggul
dalam pembuatan kebun pangkas ataupun pembangunan ASDG di
RSSNC.
2. Pengunduhan/ pengambilan materi genetik tanaman hutan untuk
dapat dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan
tanaman yang berkualitas untuk pembangunan kehutanan dan
perbaikan kualitas hidup masyarakat dengan tetap menggali dan
mengembangkan jenis unggulan lokal merupakan kekayaan
sumberdaya alam (plasma nutfah) yang harus dijaga kelestariannya
sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
B. Saran
1. Kesepakatan kerjasama antar Institusi terkait dengan Perbenihan
perlu ditingkatkan dan diarahkan dalam rencana jangka panjang
pembangunan tanaman hutan, sehingga hasil-hasil penelitian dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung.
2. Kegiatan pengunduhan jenis endemik, lokal dapat dilaksanakan
secara berkelanjutan agar jenis unggul lokal yang terdapat disetiap
daerah dapat dikembangkan di RSSNC dan keberadaan jenis
tanaman tersebut dapat terus lestari.
23
Lampiran 1. Foto kegiatan
1. BBPBPTH Jogjakarta
Kebun Pangkas BBPBPTH Pengambilan bahan Sterilisasi eksplan
Perendaman dengan bahan disinfektan Sterilisasi didalam laminar
Penanaman ekplan ke media kultur Eksplan hasil inisiasi
24
Bahan stek pucuk Perendaman stek dalam disinfektan
Pengepakan stek pucuk Jati Bibit Meranti Merah
Benih Kayu Putih sebanyak 2 gram Bibit Meranti Merah 25 klon
25
2. Damar Mata Kucing, Kabupaten Seluma
Pohon DMK Anakan DMK Batang dan getah DMK
Buah DMK di lantai hutan Perbandingan ukuran buah DMK
Anakan DMK Pemotongan ¾ daun Pengepakan
26
3. Pengunduhan Mindi Besar Garut
Persemaian Permanen BPTH Jawa Madura (1.5 Ha) dan
Dishut Garut (0.5 Ha)
Persemaian Permanen BPTH Jawa Madura (1.5 Ha) dan
Dishut Garut (0.5 Ha)
Jenis-jenis tanaman yang dikembangkan (contoh: mindi besar, akasia, dll)
Kebun benih Mindi besar usia
3 tahun di Ds. Selaawi, Talegong, Garut
Lokasi Kebun Benih mindi besar di Ds. Selaawi,
Talegong, Garut
Pengambilan titik koordinat
Buah Mindi Besar
Ektraksi Buah Mindi Besar di Rumpin
Biji Mindi besar yang siap
ditabur
27
4. Pengunduhan Materi Genetik di Bali
5. Pengambilan bibit Jati di Cepu dan Jogjakarta
Bibit PHT 2 Pengepakan bibit PHT Tegakan PHT di Ngawi
Tegakan Bentawas Pengunduhan buah
Biji Bentawas
Buah Bentawas
28
6. Bambang lanang, Sumatera Selatan
Pengangkutan Jati PWB Stek Jati PWB
Buah Bambang Lanang Benih Bambang Lanang
Pengepakan bibit Bambang
Lanang dan Ulin
Ekstraksi benih Bambang Lanang
29
7. Pinus Banyumas Timur
BACUK BACUK
Persemaian Pinus merkusii
BACUK
BAJOS
Pemilihan bahan tanaman dan pelukaan batang untuk pembuatan BAJOS dan BACUK
KBS Pinus Baturaden (116,9 ha) Penomoran Pohon Plus di KBS