Laporan Kimpang Tahu Ikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengaruh penambahan tepung kulit pisang raja terhadap daya terima kue donat

Citation preview

11

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKimia panganadalah studi mengenaiproses kimiadan interaksinya dengan komponenbiologisdan non-biologisbahan pangan. Substansi biologis misalnyaproduk daging,sayuran,produk susu, produk perikanan dan sebagainya. Mirip denganbiokimiadengan komponen utamanya yaitukarbohidrat,lemak, danprotein,namun kimia pangan juga mempelajari komponen lain sepertiair,vitamin,mineral,enzim,zat aditif,perasa, danpewarna makanan (bahan tambahan makanan). Ilmu ini juga meliputi bagaimana suatu produk pangan mengalami perubahan akibat berbagai metode pemrosesan makanan maupun minuman dan cara untuk meningkatkan maupun mencegah terjadinya perubahan itu (Winarno, 2008).Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya sumber karbohidrat). Melalui penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional (Winarno, 2008).

1Kedelai merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat penting artinya sebagai bahan makanan, karena jumlah dan mutu protein yang dikandungnya sangat tinggi yaitu sekitar 40 % dan susunan asam amino essensialnya lengkap serta sesuai sehingga protein kedelai mempunyai mutu yang mendekati mutu protein hewani. Sebagai bahan baku makanan, kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai susunan zat yang lengkap dan mengandung hampir semua zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Protein kedelai yang sebagian besar adalah globulin, mempunyai titik isoelektris 4,1-4,6. Globulin akan mengendap pada pH 4,1 sedangkan protein lainnya seperti proteosa, prolamin dan albumin bersifat larut dalam air sehingga diperkirakan penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan terlarutnya komponen protein dalam air (Koswara, 2002).Tahu sebagai salah satu produk olahan dari kedelai merupakan sumber protein yang sangat baik sebagai bahan substitusi bagi protein susu, daging dan telur karena jumlah protein yang dikandungnya serta daya cernanya yang tinggi. Tahu pertama sekali dibuat oleh seorang raja bangsa Cina kira-kira 200 tahun yang lalu. Sejak saat itu maka tahu sebagai produk olahan kedelai diterima sebagai suatu sumber kesehatan bagi orang Asia. Proses pembuatan tahu terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan susu kedelai dan penggumpalan proteinnya. Susu kedelai dibuat dengan merendam kedelai dalam air bersih. Perendaman dimaksudkan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total padatan. Kedelai yang telah direndam kemudian dicuci, digiling dengan alat penggiling bersama-sama air panas (800C) dengan perbandingan 1:10. Bubur kedelai yang dihasilkan selanjutnya disaring dan filtratnya didihkan selama 30 menit pada suhu 100-1100C. Susu kedelai yang dihasilkan kemudian digumpalkan. Zat penggumpal yang dapat digunakan adalah asam cuka, asam laktat, batu tahu (CaSO4) dan CaCl2 (Koswara, 2002).Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan CaSO4 (batu tahu) yang merupakan ion ca yang bereaksi dengan protein susu kedelai dan bersama lipid membentuk gumpalan. Tahu merupakan bahan pangan dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Tahu dikonsumsi secara luas oleh masyarakat baik sewbagai lauk maupun makanan ringan, namun asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani. Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari Cina, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso Makanan tahu, memang mudah sekali hancur jika belum di masak. Agar tekstur tahu tidak rusak, cuci bersih tahu dan rendam dalam air hangat. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Maka tahu akan bertahan hingga 3 hari dalam lemari es. Pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, yaitu untuk mengiling kedelai menjadi bubur kedelai. Walaupun demikian, di dapur rumah tangga, tahu masih dapat dibuat, yaitu dengan menggunakan blender untuk menggiling kedelai, tetapi mutu tahu yang dihasilkan kurang baik (Santoso, 2003).Produk tahu berasal dari sari kedelai yang digumpalkan dengan asam. Bahan dasar pembuatan tahu adalah kacang kedelai. Oleh karena itu, kandungan protein tahu sangat berkualitas namun jumlah protein dalam tahu hanya 7,8%. Protein tahu tidak terlalu tinggi karena kadar air dalam tahu sangat tinggi, yaitu mencapai 84,8%. Umumnya, makanan dengan kadar air tinggi mengandung protein yang agak rendah. Karena mengandung kadar air yang tinggi, tahu cepat mengalami penyimpangan bau maupun rasa. Selain itu, kualitas kedelai, sumber air pembuatannya, sanitasi alat-alat pembuatan tahu dan pekerjanya mempengaruhi cita rasa tahu dan kecepatannya dalam mengalami penyimpangan bau. Jika tidak diawetkan, tahu hanya tahan disimpan selama dua hari bila direndam dalam air sumur atau air keran yang bersih (Santoso, 2003).Tahu ikan merupakan diversifikasi produk dengan memanfaatkan ikan yang dapat dibuat dari semua jenis ikan. Produk tahu ikan juga mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu perpaduan antara protein nabati dan protein hewani sehingga pengembangan produk tahu ikan ini dapat membantu dalam upaya peningkatan penyediaan protein di dalam negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pembuatan tahu ikan dengan cara mensubstitusi antara protein ikan dan protein nabati yang dapat memperkaya protein sehingga masyarakat akan menyukai baik protein hewani maupun protein nabati serta dapat memberikan nilai terhadap sumber pangan perikanan (Winarno, 2007).

B. TujuanAdapun tujuan dari analisis kualitas tahu ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan tahu ikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan penggumpal dan dilakukan pengujian fisik terhadap produk hasilnya.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Sistematika IkanAdapun sistematika Ikan Nila menurut Effendie (2002), adalah sebagai berikut:kingdom: Animaliaphylum: Chordatakelas: Osteichtyesordo: Perciformesfamily: Cichlidaegenus: Oreochromisspesies: Oreochromis niloticusIkan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini ikan nila telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan (Effendie, 2002).

4Ikan nila merupakan ikan pemakan segala (omnivora), pemakanplankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendaligulmaair. Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif. Nilai kurang bagi ikan nila sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam lemak omega-6 yang tinggi sementara kandungan asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran darah (Hasni, 2008).

B. Bahan Tambahan Pembuatan Tahu IkanMenurut John M. (2009), penggunaan bahan tambahan kimia dalam proses pengolahan atau pengawetan makanan dan minuman bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan dan minuman yang dihasilkan. Dalam kaitannya dalam pembuatan tahu ikan, digunakan beberapa macam bahan tambahan kimia tersebut sebagai berikut:1. Bahan penggumpalAda tiga jenis bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai bahan penggumpal protein pada proses pembuatan tahu ikan. Ketiga jenis bahan tambahan kimia tersebut adalah asam cuka/asam asetat (CH3COOH), batu tahu (CaSO4), dan cairan sisa (whey).2. Bahan Pelunak KedelaiBahan pelunak kedelai dapat menggunakan soda abu yang dicampurkan kedalam air rendaman kedelai dengan dosis 0,3 gr/10 liter air rendaman. Di samping itu, dapat digunakan pula soda kue dengan dosis 0,5 gr/10 liter air rendaman.3. Bahan PewarnaProduk tahu biasanya berwarna kuning. Pewarna kuning dapat menggunakan pewarna alami atau pewarna buatan/sintetik makanan yang diizinkan penggunaannya. Salah satu bahan pewarna alami yang dapat digunakan adalah kunir/kunyit (turmeric).4. Bahan PengawetBahan pengawet tahu dapat menggunakan salah satu dari beberapa macam bahan kimia sebagi berikut: natrium benzoate, nipagin, asam propionate, dan garam.5. Flavor SintetisUntuk memperbaiki cita rasa tahu, dapat ditambahkan flavor daging atau ayam dalam proses pembuatan tahu. Pengguanaannya adalah 5% dari bakal tahu yang akan digunakan. Adapun bahan tambahan kimia yang akan dibahas adalah ketiga jenis bahan penggumpal yaitu sebagai berikut:a. Asam Cuka (CH3COOH)Disamping sebagai zat penggumpal, asam cuka juga berperan sebagai pengawet dimana asam akan menurunkan pH bahan pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jumlah asam yang cukup akan menyebabkan denaturasi protein bakteri. Asam cuka juga dapat berfungsi untuk menambah cita rasa, mengurangi rasa manis dan dapat pula memperbaiki teksturAsam cuka atau asam asetat yang ada di pasaran merupakan asam asetat dalam kondisi pekat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan air dengan perbandingan 2:5 (2 bagian asam cuka dan 5 bagian air). Tiap liter bubur kedelai dapat digumpalkan dengan 3 cc asam cuka encer (Santoso, 2003).b. Batu Tahu (CaSO4)Batu tahu (CaSO4) paling umum digunakan untuk menggumpalkan dan sering digunakan berdasarkan perkiraan saja, dimana batu tahu diencerkan dalam air secukupnya lalu ditambahkan ke dalam susu kedelai sampai menggumpal dan penggunaan batu tahu dihentikan. Penambahan batu tahu akan menyebabkan terjadinya koagulasi. Hal ini disebabkan oleh ion Ca2+ yang bereaksi dan berikatan dengan protein susu kedelai dan bersama lipid membentuk gumpalanAgar dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, batu tahu yang semula mirip dengan pecahan kaca harus dibakar terlebih dahulu hingga dapat dihancurkan menjadi bubuk putih (tepung gips). Pembakaran tidak perlu dilakukan terlalu lama. Tepung gips tersebut dilarutkan ke dalam air sampai jenuh dan dibiarkan beberapa saat agar terbentuk endapan. Selanjutnya, bagian yang bening dipisahkan dan dipergunakan sebagai bahan penggumpal (Santoso, 2003).c. Cairan Sisa (whey)Cairan sisa proses penggumpalan dalam pembuatan tahu ikan masih dapat digunakan lagi sebagai bahan penggumpal dalam proses penggumpalan selanjutnya. Di samping itu, dapat dimanfaatkan untuk beberapa macam keperluan sebagai berikut: minuman penggemuk ternak, makanan ikan, pupuk tanaman dan jamur, serta bahan pembuatan nata de soya dan cuka manis (vinegar). Jika tidak dimanfaatkan dan langsung dibuang ke lingkungan, whey justruakan menyebabkan pencemaran lingkungan. Sewaktu masih baru cairan residu tersebut tidak berbau. Namun apabila tertimbun dalam waktu lebih dari enam jam, maka akan menimbulkan bau yang semakin lama semakin menyengat seperti bau busuk. Meskipun dalam bentuk cairan namau karena jumlahnya sangat banyak dan setiap saat bertambah, pada akhirnya tidak dapat lagi terserap ke dalam tanah. Agar dapat digunakan untuk menggumpalkan protein dalam pembuatan tahu ikan, cairan sisa harus disimpan selama 24 jam untuk memberikan kesempatan pada bakteri asam cuka untuk memfermentasi sehingga kemampuannya menjadi seimbang dengan tugas yang dibebankankan padanya. Bahan ini selain aman juga sangat ekonomis karena sudah tersedia di tempat pembuatan tahu (Santoso, 2003).

III. METODOLOGI PRAKTIKUMA. Waktu dan TempatPraktikum dilaksanakan pada hari kamis April 2013 pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di laboratorium bersama program studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

B. Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: baskom, pisau, ember plasik, gilingan daging, blender, kain saring, tali pengikat, alat pencetak, panci, kompor, takaran air, oven, pH meter, cawan porselen, desikator, neraca analitik. Bahan yang digunakan dalam praktikum terdiri dari: Ikan, air, kedelai, bahan penggumpal (asam cuka dan batu tahu).

C. Cara KerjaAdapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Pembuatan daging lumata. Ikan disiangib. Pembuatan fillet ikanc. Pemisahan daging dari tulangFillet dicuci bersih dengan menggunakan air mengalir, kemudian dagingnya dikerok dengan pisau sehingga terpisah dari tulang duri, kulit luarnya. Hasilnya ditampung dalam wadah untuk digilingd. Pembuatan lumatan daging ikan (penggilingan)Daging ikan yang sudah terpisah dari tulang dan kulit tersebut kemudian digiling dengan mesin penggilingan daging hingga lembut.2. 8Pembuatan Tahu Ikana. Kedelai dibersihkan kedelai dari kotoran dan kedelai direndam dalam dalam air bersih perendaman selama 8 jamb. Kedelai dicuci direndam kembalic. Digiling menjadi bubur halusd. Bubur kedelai halus ditambahkan air 5 liter untuk 1 kg kedelai yang telah dihaluskane. Direbus selama 15 menitf. Saring dan ambil sarinya g. Tambahkan lumatan daging ikan dan dilakukan penggilingan dengan blender h. Gumpalkan mengunakan penggumpal 1 gram untuk 1 liter sari kedelaii. Tahu dimasukkan kedalam cetakan yang telah dilapisi kain tipis, tutup bagian atas dengan yang serupaj. Tutup dengan papan diatasnya dengan berat 5 kg selama 15 menitk. Analisa organoleptik (tekstur, aroma, pH)3. Penghitungan Kadar Aira. Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit b. Dinginkan dalam desikator (sampai setimbang)c. Timbang sampel dalam cawan sebanyak 2 gr d. Masukkan kedalam oven dengan suhu 1050C selama 12-24 jam sampai berat konstane. Angkat cawan dari oven f. Masukkan kedalam desikator selama 15 menitTimbang sampel beserta cawan yang telah dikeringkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilAdapun hasil pengamatan kadar air pada pembuatan tahu ikan adalah:Tabel 1. Kadar Air pada Tahu Ikan.KelompokHari pertamaHari keduaHari ketiga

11.0017.0011.0017.0011.0017.00

1.234562,322,152,282,202,092,141,601,371,0831,461,541,512,152,082,202,162,042,091,500,60,830,50,60,72,072,022,062,062,012,061,120,30,0830,380,420,61

Grafik 1. Kadar air pada tahu ikanKet:H1.1: hari pertama pukul 11.11H1.2: hari pertama pukul 17.00H2.1: hari kedua pukul 11.00H2.2: hari kedua pukul 17.00H3.1: hari ketiga pukul 11.00H3.2: hari ketiga pukul 17.00

10B. PembahasanPada praktikum kimia pangan ini tentang pembuatan tahu ikan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada tahu ikan yang dihasilkan. Dimana pada praktikum ini bahan-bahan yang kami gunakan adalah seperti kedelai, batu tahu, asam cuka beserta alcohol. Pada awalnya kedelai tersebut dibersihkan terlebih dahulu kemudia direbus selama 2 jam. Setelah kedelai masak kami lakukan penggilingan menggunakan blender sampai kedelai tersebut membentuk cairan yang di inginkan.Proses pembuatan tahu ikan ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan tahu yang di inginkan, di dalam pembuatan tahu ikan ini cairan kedelai dicampurkan bersamaan dengan ikan yang telah digiling halus terlebih dahulu kemudian di aduk rata sampai tercampur semuanya. Proses pembuatan tahu ikan ini pada larutan kedelai dan ikan giling ditambahkan larutan asam cuka, dimana fungsi asam cuka ini sendiri adalah untuk menggumpalkan tahu itu sendiri. Pada praktikum ini kami menggunakan dua bahan yang berbeda untuk menggumpalkan tahu yang kami inginkan, kedua bahan ini yaitu asam cuka dan batu tahu.Dari kedua bahan yang berbeda ini kami bisa membedakan atau membandingkan hasil tahu ikan yang menggunakan batu tahu dan yang menggunakan asam cuka. Jelas terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara batu tahu dan asam cuka, alhasil tahu ikan yang menggunakan asam cuka hasilnya lebih sempuran dalam arti kata tahu ikan tersebut menggumpal dengan baik. Sedangkan tahu ikan yang menggunakan batu tahu hasilnya lebih jelek dibandingkan dengan menggunakan asam cuka.Setelah menghasilkan tahu ikan langkah selanjutnya yaitu kami melakukan perhitungan kadar air selama enam hari berturut turut yaitu dalam sehari dilakukan 2 kali pengecekan dengan selang waktu 6 jam setelah tahu tersebut dimasukkan dalam oven yang bersuhu 1800 C. Dengan dilakukan nya perakuan tersebut kami dapat melihat hasil kadar air yang terkandung dalam tahu yang kami buat, dengan perlakuan tersebut kami bisa melihat bahwa tahu tersebut semakin hari semakin mengalami penurunan kadar air yang dihasilkan.V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan dari praktikum pembuatan tahu ikan ini adalah sebagai berikut:1. Pada praktikum kimia pangan ini tentang pembuatan tahu ikan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada tahu ikan yang dihasilkan.2. Proses pembuatan tahu ikan ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan tahu yang di inginkan.3. Dalam pembuatan tahu ikan ini menggunakan batu tahu dan asam cuka sebagai media penggumpalan tahu.4. Proses pembuatan tahu ikan ini bahan utamanya menggunakan kedelai, ikan giling, dan asam cuka atau batu tahu.5. Proses pembuatan tahu ikan di masukan dalam oven dengan suhu 1800C.

B. SaranSebaiknya pada praktikum kimia pangan yang berjudul pembuatan tahu ikan ini benar-benar dilaksanakan dengan baik, sehingga praktikan lebih mengerti akan praktikum tersebut.

12