147

LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020
Page 2: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja (LKJ) ii

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TAHUN ANGGARAN 2021

Page 3: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas instansi

Pemerintah dalam menjalankan kinerja pemerintahan selama

satu tahun. Penyusunan laporan kinerja didasarkan pada

perencanaan kinerja yang telah disusun pada tahun

sebelumnya dan dituangkan pada perjanjian kinerja.

Sekretariat Jenderal sebagai salah satu unit eselon I di

Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk

melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) yang digambarkan dalam Laporan

Kinerja. Laporan ini juga merupakan bagian dari pelaksanaan

transparansi dan akuntabilitas kinerja dalam rangka good governance.

Alhamdulilah, Laporan Kinerja Entitas Eselon 1 Sekretariat Jenderal telah selesai

disusun tepat waktu berdasarkan hasil evaluasi Indikator Kinerja Program (IKP) maupun

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Laporan kinerja berisi capaian kinerja dan capaian

anggaran, analisis kegagalan/keberhasilan, kendala dalam pencapaian target serta upaya

tindak lanjut.

Semoga laporan kinerja Sekretariat Jenderal ini bermanfaat baik sebagai bahan

evaluasi guna peningkatan kualitas kinerja Sekretariat Jenderal dalam mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang lebih sehat dan kuat, maupun menjadi umpan balik bagi satuan kerja di

bawah Sekretariat Jenderal untuk mendorong peningkatan kinerja yang lebih baik dan

memberikan manfaat dalam perencanaan kedepan bagi para pelaksana program kegiatan.

Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan Laporan Kinerja

Sekretariat Jenderal tahun 2020 maupun pihak/satker yang telah bekerja keras dalam

meraih capaian kinerja maupun anggaran, kami sampaikan ucapan terima kasih.

Jakarta, Februari 2021

Sekretaris Jenderal,

drg Oscar Primadi, MPH

NIP.196110201988031013

Page 4: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

IKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal ................................... 1

C. Struktur Organisasi ............................................................................. 2

D. Sistematika Laporan ........................................................................... 9

BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................... 10

A. Rencana Strategis ........................................................................... 10

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Kesehatan ................................................... 14

2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) ................................................. 15

B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal .............................................. 16

C. Definisi Operasional Indikator Kinerja Program ................................... 19

D. Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran

Kegiatan Tahun 2020 ........................................................................ 21

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................. 25

A. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................... 25

B. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan ...................... Error! Bookmark not defined.

C. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) ........ Error! Bookmark not defined.

BAB IV KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT ............................................... 147

A. Kesimpulan .................................................................................... 147

B. Tindak Lanjut .................................................................................. 148

Page 5: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ………………………………………………………….7

Tabel 1.2 ………………………………………………………….8

Tabel 2.1 ………………………………………………………….10

Tabel 2.2 ………………………………………………………….12

Tabel 2.3 ………………………………………………………….14

Tabel 2.4 ………………………………………………………….15

Tabel 2.5 ………………………………………………………….17

Tabel 2.6 ………………………………………………………….18

Tabel 2.7 ………………………………………………………….20

Tabel 2.8 ………………………………………………………….21

Tabel 3.a ………………………………………………………….25

Tabel 3.b ………………………………………………………….26

Tabel 3.c ………………………………………………………….31

Tabel 3.1.1 ……………………………………………………… 32

Tabel 3.1.2 ……………………………………………………… 35

Tabel 3.2.1 ……………………………………………………… 50

Tabel 3.2.2 ……………………………………………………… 51

Tabel 3.3.1 ……………………………………………………… 55

Tabel 3.3.2 ……………………………………………………… 56

Tabel 3.4.1 ……………………………………………………… 63

Tabel 3.4.2 ……………………………………………………… 64

Tabel 3.5.1 ……………………………………………………… 70

Tabel 3.5.2 ……………………………………………………… 73

Tabel 3.6.1 ……………………………………………………….. 82

Page 6: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

iv

Tabel 3.6.2 ……………………………………………………….. 83

Tabel 3.7.1 ……………………………………………………….. 85

Tabel 3.7.2 ……………………………………………………….. 86

Tabel 3.8.1 ……………………………………………………….. 89

Tabel 3.8.2 ……………………………………………………….. 89

Tabel 3.9.1 ……………………………………………………….. 91

Tabel 3.9.2 ……………………………………………………….. 92

Tabel 3.10.1 ………………………………………………………..95

Tabel 3.10.2 ……………………………………………………… 95

Tabel 3.11.1 ……………………………………………………… 97

Tabel 3.11.2 ……………………………………………………… 97

Tabel 3.12.1 ……………………………………………………… 102

Tabel 3.13.1 ……………………………………………………… 107

Tabel 3.13.2 ……………………………………………………… 108

Tabel 3.d ………………………………………………………….. 106

Tabel 3.e ….……………………………………………………… 114

Tabel 3.f …….……………………………………………………. 115

Tabel 3.g …...…………………………………………………….. 116

Tabel 3.h …………………………………………………………. 129

Page 7: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

v

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 merupakan gambaran

tentang capaian kinerja selama satu tahun. Laporan Kinerja ini disusun mengacu

pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi

Program Sekretariat Jenderal Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja (PK)

Sekretariat Jenderal Tahun 2020. PK Sekretariat Jenderal Tahun 2020 disusun

berdasarkan RKA KL. Namun, terdapat perbedaan nomenklatur program, kegiatan

dan indikator kinerja antara RKA KL dengan Renstra. Hal ini dikarenakan tahun

2020 merupakan tahun pertama Renstra Kemenkes 2020-2024. Renstra tersebut

ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2020 berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 21 tahun 2020, sedangkan perencanaan anggaran tahun 2020

sudah dimulai pada tahun 2019.

Terkait dengan hal tersebut di atas, Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal

tahun 2020 disusun berdasarkan Perjanjian Kinerja. Dalam Perjanjian Kinerja,

Sekretariat Jenderal mempunyai dua program yaitu:

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan, dengan sasaran program Meningkatnya koordinasi

pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen

Kementerian Kesehatan. Terdapat 4 indikator untuk menilai kinerja program

yaitu :

a. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes

b. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

c. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam

penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

d. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD

yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu

Indonesia Sehat (KIS), dengan sasaran program Terselenggaranya

Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Terdapat 2 indikator untuk menilai kinerja program yaitu :

a. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI)

rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS).

b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan

jaminan kesehatan

Page 8: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

vi

Pada tahun 2020, capaian indikator program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes sebesar 78,93 dari target 78,06,

b. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan sebanyak 2

dari target 2,

c. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan

SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebesar 20% dari target

20%,

d. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang

sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan sebesar 68% dari target

20%.

Capaian indikator program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah sebagai berikut:

a. Jumlah Penduduk yang menjadi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

sebanyak 96,18 juta jiwa dari target 96,80 juta jiwa

b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan

jaminan Kesehatan sebanyak 2 dari target 2.

Page 9: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

vii

Penghargaan Sekretariat Jenderal

Dalam pelaksanaan program tahun 2020, Sekretariat Jenderal mendapatkan

penghargaan antara lain :

1. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

Kementerian Kesehatan melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan

Masyarakat sebagai redaksi majalah MediaKom mendapatkan Gold Winner

sebagai The Best of Government Indonesia Inhouse Magazine Award yang

diadakan oleh Serikat Perusahaan Pers Indonesia (SPS) di Banjarmasin, 7

Februari 2020.

Page 10: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

viii

MediaKom juga mendapatkan 2nd Winner untuk kategori The Best Inhouse

Magazine yang diadakan oleh Indonesia Content Marketing Forum (ICMF) di

Jakarta, 11 September 2020.

Selain MediaKom, akun sosial media Kementerian Kesehatan berhasil

meraih 4 penghargaan di seluruh kategori yang dinominasikan dalam ajang

Government Social Media Summit (GSMS) tahun 2020 yang dilaksanakan secara

daring pada 27-29 November 2020.

Page 11: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

ix

2. Biro Umum

Melalui Biro Umum, Kementerian Kesehatan mendapatkan penghargaan

Peringkat 1 “Sangat Memuaskan” pada Kategori Kementerian hasil Pengawasan

Kearsipan yang diberikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.

Page 12: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

x

Biro Umum mendapatkan penghargaan Satker Berkinerja Terbaik dan

mendapatkan reward yaitu kartu prioritas dari KPPN diberikan di Jakarta, 3 Januari

2020

Biro umum mendapatkan Juara 1 Kantor Berhias (Berbudaya Hijau dan

Sehat) pada bulan Maret 2020.

3. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara

Kementerian Kesehatan melalui Biro Keuangan dan Barang Milik Negara

mendapatkan Juara Kedua atas kinerja yang baik di bidang pengelolaan BMN

kategori Peningkatan Tata Kelola Berkelanjutan dari Kementerian Keuangan.

Page 13: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

xi

4. Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Kesehatan mendapatkan penghargaan sebagai anggota

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang telah terintegrasi dengan

system JDIHN(jdihn.go.id) diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM kepada Biro

Hukum dan Organisasi sebagai penanggung jawabnya.

Penghargaan dari Menteri Kesehatan kepada Biro Hukum dan Organisasi

sebagai Satuan Kerja Kantor Pusat yang telah mengimplementasikan Aplikasi E-

Monev pada Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Kementerian Kesehatan.

Page 14: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

xii

5. Pusat Kesehatan Haji

Pusat Kesehatan Haji mendapatkan Peringkat Pertama Penilaian Indikator

Kinerja Pelaksanaan Anggaran Triwulan III Tahun Anggaran 2020 dari Menteri

Kesehatan

6. Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia

Page 15: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

xiii

Sekretariat KKI mendapatkan Piagam WBK sebagai Unit Kerja di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang memenuhi persyaratan menuju Wilayah

Bebas dari Korupsi selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dari Menteri Kesehatan.

Sekretariat KKI mendapatkan Juara 2 Penilaian Internal Gerakan Kantor

BERHIAS.

7. Pusat Krisis Kesehatan

Pusat Krisis Kesehatan mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan

sebagai Satuan Kerja Kantor Pusat yang telah mengimplementasikan Aplikasi

Electronic Monitoring and Evaluation (E-Monev) pada Pelaksanaan Program dan

Kegiatan di Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2020.

Page 16: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib

mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan dalam

bentuk Laporan Kinerja (LKj). Dimana Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan

kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah

diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi

secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan

kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Hal ini sejalan dengan

upaya reformasi birokrasi yang sedang dilakukan oleh seluruh Kementerian dan

Lembaga, yaitu mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan berwibawa

serta memiliki kinerja yang balk (Good Governance). Salah satu wujud perubahan

dalam program reformasi birokrasi, Sekretariat Jenderal berupaya mendukung

pembangunan Kesehatan secara sistematis, berdayaguna, berhasil guna, bersih

dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga

tercipta Good Governance.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Sekretariat Jenderal setiap tahun

wajib menyampaikan Laporan Kinerja kepada Menteri Kesehatan. Penyusunan

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2020 merujuk pada Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi Program Sekretariat

Jenderal Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun

2020.

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal

Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2015 tentang Kementerian Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan, Sekretariat Jenderal berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;

Page 17: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

2

2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian

Kesehatan;

3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama. Hubungan masyarakat,

arsip dan dokumentasi Kementerian Kesehatan;

4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;

5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangangan serta

pelaksanaan advokasi hukum;

6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan

pengadaan barang/jasa;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat Jenderal mengacu/

berpedoman kepada Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2020-2024 dan

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.

C. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka struktur organisasi

Sekretariat Jenderal adalah sebagai berikut :

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan

Page 18: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

3

Sekretariat Jenderal terdiri dari 7 Biro dan 5 Pusat. Adapun 7 Biro tersebut adalah

Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Keuangan dan Barang Milik Negara, Biro

Hukum dan Organisasi, Biro Kepegawaian, Biro Kerja Sama Luar Negeri, Biro

Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; dan Biro Umum. Sedangkan 5 pusat

adalah Pusat Data dan Informasi, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Pusat

Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Pusat Krisis Kesehatan dan Pusat

Kesehatan Haji.

a. Biro Perencanaan dan Anggaran

Biro Perencanaan dan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian. Dalam

melaksanakan tugasnya, Biro Perencanaan dan Anggaran menyelenggarakan

fungsi:

1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana strategis dan program

transfer daerah;

2. Penyiapan koordinasi dan penyusunan dan evaluasi rencana, program,

dan anggaran pendapatan dan belanja negara;

3. Penyiapan koordinasi dan penyusunan, pemantauan, dan evaluasi

pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan standar

pelayanan minimal bidang kesehatan;

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

b. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara

Biro Keuangan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan keuangan, barang milik negara, dan layanan pengadaan

barang/jasa di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro

Keuangan dan Barang Milik Negara menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan dan urusan

perbendaharaan;

2. Koordinasi dan pengelolaan akuntansi dan pelaporan keuangan;

3. Koordinasi dan pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa;

4. Koordinasi dan pengelolaan barang milik negara; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

c. Biro Hukum dan Organisasi

Biro Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

penyusunan peraturan perundang-undangan, advokasi hukum, dan penataan

organisasi dan tata laksana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

Page 19: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

4

undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Hukum dan Organisasi

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;

2. Pelaksanaan advokasi hukum;

3. Penataan organisasi dan tata laksana;

4. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi;

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

d. Biro Kepegawaian

Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan

kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas, Biro

Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

1. Pengelolaan urusan pengadaan pegawai;

2. Pengelolaan urusan mutasi dan penilaian kinerja pegawai;

3. Pengelolaan urusan pengembangan pegawai;

4. Penyiapan pelaksanaan urusan disiplin dan kesejahteraan pegawai; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro

e. Biro Kerja Sama Luar Negeri

Biro Kerja Sama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan

pemberian dukungan administrasi kerja sama kesehatan luar negeri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan

tugasnya, Biro Kerja Sama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama luar negeri bilateral, regional,

dan multilateral di bidang kesehatan;

2. Penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral, regional,

dan multilateral di bidang kesehatan; dan

3. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

f. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat serta dokumentasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan

tugasnya, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat menyelenggarakan

fungsi:

1. Pengelolaan opini publik, produksi komunikasi, dan peliputan;

2. Pelaksanaan hubungan media dan lembaga;

3. Pelaksanaan urusan pelayanan masyarakat; dan

Page 20: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

5

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

g. Biro Umum

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan,

kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Umum

menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan protocol;

2. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan;

3. Pelaksanaan urusan arsip dan dokumentasi;

4. Pengelolaan urusan gaji; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

h. Pusat Data dan Informasi

Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas, Pusat Data dan Informasi

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan sistem informasi,

pengelolaan teknologi informasi, dan pengelolaan data dan informasi;

2. Pelaksanaan di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan

teknologi informasi, dan pengelolaan data dan informasi;

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan sistem

informasi, pengelolaan teknologi informasi, dan pengelolaan data dan

informasi;

4. Pelaksanaan administrasi Pusat.

i. Pusat Analisis Determinan Kesehatan

Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan di bidang analisis determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat

Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis,

analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia;

2. Pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan

kesehatan inteligensia;

Page 21: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

6

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan

strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia; dan

4. Pelaksanaan administrasi Pusat.

j. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan di bidang analisis pembiayaan dan jaminan kesehatan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan

tugasnya, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan menyelenggarakan

fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan

serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan;

2. Pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi

ekonomi pembiayaan kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembiayaan dan jaminan

kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan; dan

4. Pelaksanaan administrasi Pusat.

k. Pusat Krisis Kesehatan

Pusat Krisis Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas Pusat Krisis Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pencegahan, mitigasi, dan

kesiapsiagaan, fasilitasi penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi

dan informasi krisis kesehatan;

2. Pelaksanaan di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, fasilitasi

penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi dan informasi krisis

kesehatan;

3. Pemantauan, pengelolaan informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang

pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, serta fasilitasi penanggulangan

krisis kesehatan; dan

4. Pelaksanaan administrasi Pusat.

l. Pusat Kesehatan Haji

Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan

teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

Page 22: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

7

pelayanan kesehatan haji sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Haji menyelenggarakan

fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembimbingan dan pengendalian

faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan

kesehatan haji;

2. Pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko,

pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji;

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembimbingan dan

pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi

pelayanan kesehatan haji; dan

4. Pelaksanaan administrasi pusat.

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

pelaksanaan kegiatan Sekretariat Jenderal didukung oleh sumber daya manusia

sebanyak 994 pegawai dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal

Kementerian KesehatanTahun 2020

No Unit Kerja JumlahPegawai

1 Biro Perencanaan dan Anggaran 75

2 Biro Keuangan dan BMN 96

3 Biro Hukum dan Organisasi 63

4 Biro Kepegawaian 120

5 Biro Kerjasama Luar Negeri 42

6 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat 58

7 Biro Umum 191

8 Pusat Data dan Informasi 74

9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan 49

10 Pusat Pembiayaan dan JaminanKesehatan 62

11 Pusat Krisis Kesehatan 50

12 Pusat Kesehatan Haji 62

13 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia 52

Total 994

Sumber; : Data SIMKA per Desember 2020

Page 23: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

8

Sekretariat Jenderal sebagai penggerak utama (prime mover) tentu

memerlukan SDM dengan kompetensi tinggi yang tercermin dari jenjang

pendidikan. Distribusi pegawai Sekretariat Jenderal berdasarkan dengan jenjang

pendidikan sebagai berikut :Jumlah S3: 9 orang, S2: 322 orang, S1: 386 orang,

DIV: 1 orang, DIII: 140 orang, SMA: 124 orang, SMP: 9 orang, SD: 3 orang, total

seluruh pegawai 994 orang.

Tabel 1.2

Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal Tahun 2020

Berdasarkan Pendidikan

No Unit Kerja

Pendidikan

S3 S2 S1/DI

V DIII SMA SMP SD JML

1 Biro Perencanaan dan Anggaran

0 35 27 10 3 0 0 75

2 Biro Keuangan dan BMN 0 22 46 8 20 0 0 96

3 Biro Hukum dan Organisasi 0 15 31 15 2 0 0 63

4 Biro Kepegawaian 0 23 50 40 7 0 0 120

5 Biro Kerjasama Luar Negeri

0 23 14 4 1 0 0 42

6 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

0 12 31 11 4 0 0 58

7 Biro Umum 1 27 58 23 70 9 3 191

8 Pusat Data dan Informasi 0 37 25 8 4 0 0 74

9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan

4 20 23 1 1 0 0 49

10 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

0 35 17 7 3 0 1 62

11 Pusat Krisis Kesehatan 1 20 23 5 1 0 0 50

12 Pusat Kesehatan Haji 3 35 19 5 0 0 0 62

13 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia

0 18 23 3 8 0 0 52

Total 9 322 387 140 124 9 3 994

Page 24: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

9

D. Sistematika Laporan

Laporan Kinerja ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai

berikut:

IKHTISAR EKSEKUTIF

Bagian ini berisi ringkasan Laporan Kinerja Setjen yang menyajikan tujuan dan

sasaran strategis program berdasarkan Renstra Kemenkes Tahun 2020 – 2024,

pencapaian outcome, permasalahan/kendala yang dihadapi serta terobosan yang

telah dilaksanakan untuk mencapai sasaran indikator program

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini disajikan latar belakang, maksud dan tujuan, penjelasan umum

organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (tugas pokok dan fungsi)

dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama

(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II : Perencanaan Kinerja

Bab ini menyajikan perencanaan, arah kebijakan dan strategis serta perjanjian

kinerja (dokumen penetapan kinerja).

BAB III : Akuntabilitas Kinerja

Bab ini memuat tentang capaian kinerja dan analisis pencapaian kinerja serta

realisasi akuntabilitas keuangan.

BAB IV : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan atas pencapaian kinerja dan tindaklanjut kedepan.

Lampiran

Page 25: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

10

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan

kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan koordinatif

dalam kurun waktu tertentu dengan berorientasi kepada hasil yang akan dicapai

selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala yang

ada maupun tantangan yang mungkin terjadi. Perencanaan strategis ini

dipergunakan untuk menentukan arah dan strategi untuk mencapai tujuan

organisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5 Tahun 2019,

setiap K/L wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL).

Renstra-KL adalah dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun)

Kementerian/Lembaga yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan program

dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga yang disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN). Kementerian Kesehatan telah menetapkan

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tertuang

pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020.

Pada Renstra Kementerian Kesehatan tercantum 5 (lima) tujuan strategis,

yakni :

a. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup;

b. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;

c. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan

kedaruratan kesehatan masyarakat;

d. Penigkatan sumber daya kesehatan; dan

e. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

Dalam rangka mencapai 5 (lima) tujuan strategis Kementerian Kesehatan tersebut

di atas, ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

No Tujuan Strategis No Sasaran Strategis

1 Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup

1 Meningkatnya kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat

2 Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

2 Meningkatnya ketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan

Page 26: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

11

No Tujuan Strategis No Sasaran Strategis

3 Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat

3 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat

4 Peningkatan sumber daya kesehatan

4 Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan

5 Meningkatnya pemenuhan SDM Kesehatan dan kompetensi sesuai standar

6 Terjaminnya pembiayaan kesehatan

5 Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

7 Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

8 Meningkatnya efektivitas pengelolaan litbangkes dan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan

Dari 8 sasaran strategis Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal

mendukung 3 sasaran strategis dari Kementerian yaitu “terjaminnya pembiayaan

kesehatan”, “meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata

kelola pemerintahan yang baik dan bersih” dan “meningkatnya efektivitas

pengelolaan litbangkes dan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan

keputusan”. Untuk dapat mencapai sasaran strategis tersebut, Sekretariat Jenderal

mempunyai dua program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Program

Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Masing-masing

program mempunyai sasaran, indikator dan target yang telah ditetapkan dalam

Renstra Kementerian Kesehatan.

Tahun 2020 merupakan tahun pertama Renstra Kemenkes 2020-2024. Renstra

tersebut ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2020 berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 sedangkan perencanaan anggaran tahun 2020

sudah dimulai pada tahun 2019. Oleh karena itu terdapat perbedaan nomenklatur

program dan kegiatan antara dokumen anggaran (DIPA dan/atau RKA KL) dengan

Renstra. Berikut adalah sandingan indikator kinerja program pada Renstra 2020-

2024, Renja 2020 dan DIPA 2020.

Page 27: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

12

Tabel 2.2

Sandingan Renstra, Renja, dan DIPA/PK 2020

RENSTRA 2020-2024 RENJA 2020 DIPA/PK 2020

PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET

Dukungan Manajemen

Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes

78,06 Poin Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

1. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes

78,06 Poin Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes

78,06 Poin

Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

2 2. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

2 Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

2

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20 3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20 Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20

Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

20 4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

20 Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

20

Page 28: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

13

RENSTRA 2020-2024 RENJA 2020 DIPA/PK 2020

PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET

Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2

Pelayanan Kesehatan dan JKN

Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

96,8 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

96,8 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

96,8

2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2

2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2

Page 29: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal 2020

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dikarenakan PK disusun berdasarkan

DIPA, untuk selanjutnya yang akan dipergunakan dalam laporan kinerja adalah

nomenklatur yang sesuai dengan pada DIPA 2020. Sekretariat Jenderal pada tahun

2020 mempunyai 2 Program yaitu Program Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan dan Program

Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat

(KIS).

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

Sasaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Kesehatan adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan,

memiliki 4 Indikator Kinerja Program (IKP) dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.3

Indikator Kinerja Program

No Program Sasaran Indikator Target

1

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan

Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes

78,06 Poin

Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

2

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20

Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

20

Page 30: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

15

Dalam rangka mencapai sasaran dan indikator tersebut, maka Sekretariat Jenderal

melakukan 12 kegiatan, yaitu:

1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan;

2. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara;

3. Perumusan Produk Hukum dan Organisasi;

4. Pembinaan Administrasi Kepegawaian;

5. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri;

6. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat;

7. Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian;

8. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan;

9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan;

10. Pengelolaan Krisis Kesehatan;

11. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji;

12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia;

Total anggaran yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut sebesar

Rp.2.371.745.771.000,-.

2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Sasaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional adalah

terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia

Sehat (KIS) dengan 1 IKP yaitu Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima

Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia

Sehat (KIS) (dalam juta). Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mencapai

sasaran dan indikator program adalah Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan. Alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar

Rp.48.799.597.561.000,-.

Page 31: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

16

Tabel 2.4

Program, Sasaran, Indikator, dan Target Sekretariat Jenderal Tahun 2020

No Program Sasaran Indikator Target

2 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)

96,8 Juta Jiwa

Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 Dokumen

Total anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan di Sekretariat Jenderal

adalah sebesar Rp 51.171.343.332.000,-. Alokasi anggaran tersebut sesuai dengan

yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja.

B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal

Visi dan misi dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-

2024 mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya

Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong royong". Sebagai penjabaran visi dan misi Presiden tersebut, maka

dirumuskan berbagai kebijakan sebagai arah tindakan untuk mencapai tujuan dan

sasaran yang diharapkan dan tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2020-2024.

Sasaran strategis yang akan dicapai Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan pada tahun 2020 ini merupakan turunan dari sasaran strategis

Kementerian Kesehatan yang telah tercantum dalam Rencana Strategis Tahun

2020-2024. Sasaran strategis Sekretariat Jenderal tersebut telah diterjemahkan

Page 32: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

17

dalam sasaran Indikator Kinerja Program (IKP) yang tertuang dalam Perjanjian

Kinerja (PK) tahun 2020.

Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan

dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Perjanjian kinerja merupakan wujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan

antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja tertentu yang terukur

berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Target

kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan

tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahun.

Tabel 2.5

Program, Indikator dan Target

Sekretariat Jenderal Dalam Renstra 2020-2024

No

Program

Indikator Kinerja Utama

Target

2020 2021 2022 2023 2024

1. Dukungan Manajemen

1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

2. Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen kesehatan

3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

5. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

78,06 poin

2

20

20

2

78,96 Poin

2

40

40 2

79,32 Poin

2

60

60 2

79,95 Poin

2

80

80

2

80,58 Poin

2

100

100

2

Page 33: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

18

No

Program

Indikator Kinerja Utama

Target

2020 2021 2022 2023 2024

2. Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

1. Jumlah Penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

96,8 juta jiwa

108,6 juta jiwa

110 juta jiwa

111,4 juta jiwa

112,9 juta jiwa

Catatan:

Pada tahun 2020, pencantuman dalam DIPA/PK 2020 adalah sebagai berikut:

a. Program Dukungan Manajemen adalah Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan

b. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah Penguatan Pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Nasional

c. Indikator Kinerja Utama “Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan

Kesehatan” dalam Renstra merupakan Indikator Kinerja Program (IKP) Program Dukungan Manajemen, tetapi

dalam DIPA/PK merupakan IKP Projugram Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2020 yang ditandatangani oleh Sekretaris

Jenderal dengan Menteri Kesehatan sebagai berikut:

No Program Indikator Kinerja Program Target

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

2. Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen Kesehatan

3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

78,06 poin

2

20

20

2. Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

1. Jumlah Penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

96,8 juta jiwa

2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2

Page 34: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

19

C. Definisi Operasional Indikator Kinerja Program

1) Program Dukungan Manajemen.

Sasaran Program Dukungan Manajemen adalah meningkatnya koordinasi

pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian

Kesehatan dengan 5 Indikator Kinerja Program (IKP). Definisi operasional dan cara

perhitungan IKP tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.6

Definisi Operasional Indikator Kinerja Program Sesuai Renstra Kementerian

Kesehatan

No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

Hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB terkait pelaksanaan 8 area perubahan pada Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan

Menggunakan hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB

2 Dukungan pusat dalam penguatan manajemen kesehatan

Jumlah dukungan Pusat dalam bentuk norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atau Menteri Kesehatan

Menghitung jumlah absolut NSPK yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atau Menteri Kesehatan

3 Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan dalam pelaksanaan penerapan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota. Penguatan provinsi dilihat dari kemampuan provinsi dalam melakukan perencanaan kegiatan untuk pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan Provinsi yang terintegrasi dengan berbagai sektor dan/atau sumber dana, dan dalam melakukan pendampingan dan pembinaan Kab/Kota dalam pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota

Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan dalam rangka penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dan melaksanakan pembinaan penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%.

4 Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

Provinsi mengalokasikan anggaran APBD untuk Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka mendukung pencapaian target Prioritas Nasional atau target RPJMN bidang Kesehatan yang ditetapkan setiap tahunnya dalam APBD Provinsi.

Jumlah Provinsi yang mengalokasikan anggaran minimal 30 % dari total anggaran Dinas Kesehatan Provinsi, di luar belanja pegawai, yang bersumber dari APBD dalam rangka mendukung prioritas

Page 35: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

20

No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

nasional dibagi 34 Provinsi dikali 100%.

5 Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

Bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan adalah hasil penelaahan data/ hasil kajian/

Jumlah dokumen hasil penelaahan data/ hasil kajian/ rancangan regulasi/ regulasi yang dihasilkan dalam rangka pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan setiap tahunnya

2) Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.

Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional

adalah terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional dengan IKP

Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui

Jaminan Kesehatan Nasional. Definisi operasional dan cara perhitungan IKP

sebagai berikut :

Tabel 2.7

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan

No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Peserta PBI ditetapkan oleh Kementerian Sosial serta diatur melalui regulasi yang berlaku

Jumlah PBI yang terdaftar dan yang dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Definisi operasional dan cara perhitungan indikator kinerja program dalam dokumen

PK Sekretariat Jenderal tahun 2020 mengacu pada dokumen Renstra Kementerian

Kesehatan.

Page 36: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

21

D. Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran Kegiatan Tahun 2020

Realisasi Sekretariat Jenderal tahun 2020 ditampilkan berdasarkan

dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2020.

Tabel 2.8

Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran Kegiatan

Tahun 2020 Berdasarkan Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020

No. Program/ Kegiatan

SasaranSasaran Program/ Kegiatan

Indikator Target

Reali-sasi

I. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan

1 2 3 4

Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen kesehatan Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

78,06

2

20

20

78,93

2

20

68

1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan

1 1

Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

85 93,48

2 Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

20 20

3 Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan

20 68

2. Pembinaan Administrasi Kepegawaian

Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan

1 Persentase pejabat pimpinan tinggi, pejabat administrator dan pejabat pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan

75 81,25

2 Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki jabatan fungsional sesuai dengan kompetensinya

60 63,91

3 Tingkat kepuasan terhadap layanan kepegawaian

4.0 3,76

Page 37: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

22

No. Program/ Kegiatan

SasaranSasaran Program/ Kegiatan

Indikator Target

Reali-sasi

3 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara

Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) serta Pengadaan barang/jasa Kementerian Kesehatan secara efektif, efisien dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan

1 Persentase ketepatan waktu penyampaian rekonsiliasi laporan keuangan satuan kerja

100 100

2 Persentase capaian realisasi pelaksanaan pengadaan barang/Jasa

65 71,03

3 Persentase jumlah satker kantor pusat dan kantor daerah dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80

60 89,81

4 Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan

30 35,77

4. Perumusan Produk Hukum dan Organisasi

Meningkatnya Layanan Hukum dan Organisasi

1

Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun

125 245

2 Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

18 24

3 Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

206 227

4 Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal

80 92,44

5. Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian

Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance

1 Persentase kepuasan pelanggan terhadap layanan TU pimpinan dan protokol

80 86,69

2 Jumlah satker yang telah melaksanakan self assessment gerakan kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)

44 52

3 Jumlah satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)

88 88

4 Jumlah satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan

45 46

6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

Meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan

1

Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)

10 10

2 Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin

4 4

7. Penanggulangan Krisis Kesehatan

Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah

1

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

10 10

Page 38: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

23

No. Program/ Kegiatan

SasaranSasaran Program/ Kegiatan

Indikator Target

Reali-sasi

2 Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan

20 20

8. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat

Meningkatnya pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat

1 Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media

69.000 16.645

2 Jumlah layanan informasi publik (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan

19.690 45.764

3 Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan

30 30

9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan Kesehatan

1 Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan

4 4

10. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

Meningkatnya pembinaan kesehatan jemah haji mencapai istithaah (kemampuan)

1 Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)

Baik Baik

2 Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan

221.000 211.276

3 Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan

80 63,5

4 Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus sebelum keberangkatan

100 81,4

11. Peningkatan Kerja sama Luar Negeri

Meningkatkan peran aktif kerja sama luar negeri bidang kesehatan

1 Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani

3 3

2 Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan

5 5

12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

Meningkatnya pelayanan registrasi dan penyelenggaraan standarisasi pendidikan profesi, pembinaan serta penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

1 Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan

28 28

2 Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu

40.000 51.275

3 Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi

5 7

Page 39: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

24

No. Program/ Kegiatan

SasaranSasaran Program/ Kegiatan

Indikator Target

Reali-sasi

II.

Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional

1 2

Jumlah Penduduk yang menjadi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (dalam Juta Jiwa) Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

96,80

2

96,18

2

Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN

1 Jumlah kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan

1 1

2 Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan

1 1

3 Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 3

Page 40: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

25

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk

menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,

kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan

misi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan

antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja

yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Pengukuran kinerja

menggambarkan pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat

ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap

kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Indikator kinerja Kementerian Kesehatan telah tercantum dalam Renstra

yang mencakup ISS, IKP dan IKK. Indikator Kinerja harus memenuhi kriteria

SMART yaitu Spesific, Measurable, Achivable, Relevant dan Time Bound. Indikator

Program pada tahun 2020-2024 sudah lebih baik dalam hal pemenuhan kriteria

SMART bila dibandingkan dengan tahun 2015-2019.

Berikut ini adalah capaian Indikator Kinerja Program Dukungan Manajemen

dan Penguatan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan pada

tahun 2015-2019.

Tabel 3.a

Matriks Capaian Indikator Kinerja Program tahun 2015-2019

No IKP 2015 2016 2017 2018 2019

T C % T C % T C % T C % T C %

1 Jumlah kebijakan publik berwawasan Kesehatan

3 4 133.33 3 3 100 3 4 133.33 3 3 100 3 4 133.3

2 Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

90 220.5 245 92 105.3 132.6 94 124.65 132.6 96 124.5 127.92 98 119.09 121.52

Page 41: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

26

Hasil pengukuran kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 adalah sebagai

berikut:

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

Dari 8 sasaran strategis Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal

mendukung 3 sasaran strategis yaitu “Terjaminnya Pembiayaan Kesehatan”,

“Meningkatnya Sinergisme Pusat Dan Daerah Serta Meningkatnya Tata Kelola

Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih” dan “Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan

Litbangkes Dan Sistem Informasi Kesehatan Untuk Pengambilan Keputusan”. Pada

tahun 2020 capaian indikator keberhasilan sasaran strategis tersebut adalah:

Tabel 3.b

Capaian Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

No Sasaran Strategis

Kementerian Indikator Sasaran

Strategis Target Realisasi %

1 Terjaminnya pembiayaan kesehatan

Persentase anggaran Kesehatan terhadap APBN

5 5,2 104

2 Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

1

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20 20 100

2 Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

20 68 340

3 Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

78,06 78,93 101,12

4 Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

85 93,48 109,97

3 Meningkatnya efektivitas pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan untuk pengambilan keputusan

Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam aplikasi satu data kesehatan

10 10 100

Page 42: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

27

Hasil pengukuran Indikator Sasaran Strategis (ISS) dan analisis dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Persentase anggaran kesehatan terhadap APBN. Capaian pada tahun 2020

sebesar 104% dari target 5% tercapai 5,2%. Anggaran Kesehatan tahun 2020

sebesar Rp.132,2 Triliun dari total APBN sebesar Rp.2.540,4 Triliun.

Anggaran ini termasuk belanja pegawai. Alokasi belanja pegawai Kementerian

Kesehatan sebesar Rp.5,27 Triliun. Apabila tanpa belanja pegawai, alokasi

anggaran kesehatan sebesar Rp.126,93 Triliun atau 5% dari APBN. Besaran

anggaran Kesehatan ini sudah sesuai dengan pasal 171 UU Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan.

Anggaran kesehatan adalah anggaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan

derajat kesehatan, yang meliputi anggaran internal Kementerian Kesehatan

anggaran kantor pusat, kantor daerah; dan dekonsentrasi), anggaran di lintas

sector terkait (BKKBN, BPOM, dll) serta anggaran TKDD, baik DAK

Kesehatan Fisik dan Nonfisik maupun otonomi khusus. Berikut adalah

distribusi anggaran kesehatan tahun 2020:

Komponen Anggaran Kesehatan Anggaran

1. Anggaran Kesehatan melalui Belanja Pemerintah Pusat 97,249,2

A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 66.243,7

1. Kementerian Kesehatan 57.400,0

2. Badan POM 1.916,7

3. BKKBN 3.581,6

4. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya 3.345,5

i. Kementerian Pertahanan 1.302,9

ii. Kepolisian Negara Republik Indonesia 2.042,6

5. Penyesuaian Anggaran Kesehatan -

B. Melalui Belanja Non K/L 31.005,5

1. Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah 5.902,5

2. Cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional 1.650,0

3. Cadangan Anggaran Kesehatan 22.070,0

4. Defisit Keuangan DJS-BPJS 1.383,0

2. Anggaran Kesehatan melalui Transfer ke daerah dan Dana Desa 34.930,3

A. DAK Kesehatan dan Keluarga Berencana 20.781,2

B. BOK dan BOKB 11.676,0

B. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana Otsus Papua 2.473,1

3. Anggaran Kesehatan melalui Pembiayaan -

Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan

-

4. Anggaran Kesehatan (1+2+3) 132.179,5

5. Total Belanja Negara 2.540.422,5

RASIO ANGGARAN KESEHATAN (4:5) x 100% (%) 5,2

(Sumber data : https://www.kemenkeu.go.id)

Page 43: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

28

Dalam upaya untuk memenuhi anggaran kesehatan minimal 5% dari APBN

di luar gaji, Kementerian Kesehatan telah melakukan advokasi kepada lintas

sektor, antara lain Kementerian Keuangan, DPR, Kementerian Desa,

Bappenas, BPOM, BKKBN, Kemen PU-PR, dan Kementerian Dalam Negeri.

Di lingkup internal Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal melakukan

koordinasi dengan unit utama untuk menyusun rencana kerja (renja) dan RKA-

K/L secara efektif, efisien dan terintegrasi sehingga anggaran dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mencapai target pembangunan

kesehatan.

2. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan

SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari target 20% sudah

tercapai seluruhnya yaitu 20% (7 provinsi), sesuai dengan 2 (dua) cara

perhitungan capaian indikator yang dilakukan melalui verifikasi dokumen

perencanaan dan penganggaran provinsi dalam penerapan SPM Kesehatan

Provinsi (2 layanan). Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, ke-tujuh provinsi

tersebut telah mencantumkan kegiatan penerapan SPM Bidang Kesehatan

Provinsi pada dokumen perencanaan dan penganggarannya, dalam hal ini

dokumen rencana kegiatan dan anggaran (RKA) daerah.

Terkait dengan pelaporan pelaksanaan SPM kesehatan provinsi yang harus

dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir

merupakan aturan normatif yang tercantum dalam Permendagri 100 Tahun

2018 Tentang Penerapan SPM. Pemerintah Daerah diwajibkan melaporkan

pelaksanaan SPM karena akan dijadikan dasar bagi penetapan insentif dan

disinsentif daerah.

Pencapaian indikator ini memiliki turunan kegiatan berupa pembinaan,

pengawasan, pendampingan penguatan provinsi, pembentukan sekretariat

bersama SPM bidang kesehatan, dan turut serta secara aktif dalam rapat

koordinasi Tim Sekretariat Bersama SPM pemerintah pusat (Kemendagri).

Selain itu, pencapaian juga didukung oleh unit terkait yang secara rutin

melakukan kegiatan penguatan SPM kepada daerah sehingga Biro

Perencanaan dan Anggaran dapat turut serta berperan aktif dalam kegiatan

tersebut.

3. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang

sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan. Target tahun 2020

sebesar 20% dan sudah tercapai seluruhnya atau sudah ada 23 provinsi

dengan anggaran Kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan

Page 44: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

29

prioritas nasional di bidang Kesehatan yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau,

Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,

Kalimantan Utara, Lampung, Banten, Jawa Tengah, DI.Yogyakarta, NTT,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Selatan,

Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua.

Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pencapaian target antara lain a)

Pembahasan/desk usulan kegiatan program prioritas yang akan dimintakan

dukungan ke daerah dengan unit utama, b) Mengikuti dan berperan aktif

dalam dalam Rakortekrenbang Kemendagri setiap awal tahun, c) Evaluasi dan

umpan balik keselarasan program ABPD dengan program Prioritas Nasional,

d) Pembinaan/pendampingan penguatan Provinsi dalam penyusunan

perencanaan anggaran kesehatan daerah, e) Mengikuti pelaksanaan Evaluasi

Rancangan APBD Provinsi di Kementerian Dalam Negeri.

Sesuai dengan nomenklatur indikator “Persentase provinsi dengan anggaran

kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di

bidang Kesehatan”, saat ini yang dilakukan penilaian anggaran APBD yang

mendukung prioritas nasional bidang kesehatan baru di tingkat provinsi

dikarenakan dalam Musrenbangnas dan Rakortekbang baru mengakomodir

pembahasan perencanaan anggaran tingkat provinsi, belum membahas

perencanaan anggaran kabupaten/kota.

4. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan. Pada Tahun 2020 target

nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan sebesar

78,06%. Penilaian dilakukan oleh KemenPAN-RB pada bulan September

2020, namun hasil penilaian RB Kemenkes belum diterima Kemenkes sampai

dengan akhir bulan Desember 2020. Proses penilaian RB Kemenkes oleh Tim

RB Nasional (c.q. Kementerian PAN dan RB) telah selesai dilakukan pada

bulan Oktober 2020, namun demikian di internal Kementerian PAN dan RB

masih dilakukan panel untuk membandingkan hasil penilaian dari seluruh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, sehingga sampai saat ini nilai

untuk masing-masing Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum ada.

Oleh karena itu, nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan belum dapat

dicantumkan dalam dokumen laporan kinerja. Namun demikian jika

menggunakan hasil penilaian Tahun 2019 yang disampaikan ke Kemenkes

pada bulan Maret 2020, maka nilai Reformasi Birokrasi Kementerian

Kesehatan adalah 78,94 dengan kategori BB. Nilai RB tahun 2019 ini belum

dilaporkan pada LKj tahun 2019.

Page 45: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

30

Apabila berdasarkan hasil Monev Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Birokrasi (PMPRB) Kemenkes yang telah disampaikan ke Kementerian PAN

dan RB pada tanggal 30 Juni 2020, nilai pelaksanaan RB di Kementerian

Kesehatan sebesar sebesar 90,41 dengan persentase sebesar 115,82% dari

target yang telah ditentukan.

5. Nilai Kinerja Penganggaran Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2020 target

nilai kinerja anggaran Kementerian Kesehatan sebesar 85. Nilai kinerja

penganggaran Kementerian Kesehatan dilihat dari hasil perhitungan dengan

menggunakan aplikasi SMART-DJA Kementerian Keuangan. Capaian nilai

kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan per tanggal 25 Februari 2021

sebesar 93,48 atau sudah melebihi target yang ditetapkan. Nilai tersebut

adalah nilai terakhir setelah aplikasi SMART DJA ditutup yaitu pada tanggal 25

Februari 2021,

6. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam aplikasi satu data

Kesehatan. Target indikator ini di tahun 2020 yaitu sejumlah 10 (sepuluh)

aplikasi yang terintegrasi dalam ASDK, dan sudah terealisasi 100% atau 10

(sepuluh) aplikasi yang diidentifikasi terdapat pada ASDK melalui proses

integrasi dan data yang disajikan cukup baik sesuai periode data, adalah

Aplikasi SPM, Komdat, Sistem Informasi (SI) HIV/AIDS, PWS Imunisasi, SI

Gizi, SI SDMK, SI Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan, SI Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan da Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga, SI Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan SI Direktorat Produksi dan

Distribusi Kefarmasian.

Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan

I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan

Capaian IKP Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.c Capaian Indikator Kinerja Program

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

No Program Sasaran Indikator Target Capaian %

1 Program Dukungan

Meningkatnya koordinasi

Nilai Reformasi Birokrasi

78,06 Poin

78,93 101,12

Page 46: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

31

No Program Sasaran Indikator Target Capaian %

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan

Kemenkes

Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan

2 2 100

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

20 20 100

Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

20

68

340

Untuk mencapai Indikator Kinerja Program, Sekretariat Jenderal mempunyai

12 (dua belas) kegiatan yang dilengkapi dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

pada masing-masing kegiatan. Penjelasan lebih detil untuk target dan capaian

indikator pada masing-masing kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Perencanaan Dan Penganggaran Program Pembangunan

Kesehatan.

Sasaran kegiatan perencanaan dan penganggaran program pembangunan

kesehatan adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran

program pembangunan Kesehatan dengan indikator, definisi operasional dam

cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

Meningkatnya kualitas perencanaan dan

Nilai kinerja penganggaran Kementerian

Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui perhitungan kinerja

Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,

Page 47: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

32

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

penganggaran program pembangunan kesehatan

Kesehatan

menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :

1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi Anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, Efisiensi dan capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA KL secara tahunan

2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L dan RENSTRA K/L secara tahunan.

3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi, kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui intervensi program

konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi SMART Kemenkeu.

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan

Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan dalam pelaksanaan penerapan SPM

Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan dalam rangka penyelenggaraan

Page 48: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

33

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Bidang Kesehatan Provinsi dan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota. Penguatan provinsi dilihat dari kemampuan provinsi dalam melakukan perencanaan kegiatan untuk pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan Provinsi yang terintegrasi dengan berbagai sektor dan/atau sumber dana, dan dalam melakukan pendampingan dan pembinaan Kab/Kota dalam pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota

SPM Bidang Kesehatan Provinsi dan melaksanakan pembinaan penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%

Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan

Provinsi mengalokasikan anggaran APBD untuk Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka mendukung pencapaian target Prioritas Nasional atau target RPJMN bidang Kesehatan yang ditetapkan setiap tahunnya dalam APBD Provinsi.

Jumlah Provinsi yang mengalokasikan anggaran minimal 30% dari total anggaran Dinas Kesehatan Provinsi, di luar belanja pegawai, yang bersumber dari APBD dalam rangka mendukung prioritas nasional dibagi 34 Provinsi dikali 100%.

Berikut adalah capaian indikator kinerja kegiatan perencanaan dan penganggaran

program pembangunan Kesehatan.

Tabel 3.1.2

Capaian IKK Tahun 2020

No. Sasaran Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Target Realisasi

1. Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran program

Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

85 93.48

Persentase provinsi yang mendapatkan penguata dalam penyelenggaraan

20 20

Page 49: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

34

pembangunan kesehatan

SPM Bidang Keseatan provinsi dan Kabupaten/Kota

Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan

20 68

Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran

selama tahun 2020 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

a) Faktor Keberhasilan

- Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi Anggaran,

konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan capaian keluaran yang

ditargetkan di dalam RKA KL secara tahunan.

- Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian Indikator Kinerja

Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran Program/Indikator Kinerja Program

(IKP) dan Indikator Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja

K/L dan Renstra K/L secara tahunan.

- Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi, kejelasan, keterukuran

informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba dipecahkan

melalui intervensi program. Nilai agregat dari nilai aspek implementasi

(terdiri nilai realisasi, konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan

kesesuaian RPK-RPD), aspek manfaat dan aspek konteks

menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan.

Pada tahun 2020 target indikator Nilai kinerja penganggaran Kemenkes

adalah sebesar 85. Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi SMART-DJA

Kementerian Keuangan. Capaian nilai kinerja penganggaran

Kementerian Kesehatan per tanggal 25 Februari 2021 sebesar 93,48

atau sudah melebihi target yang ditetapkan.

Page 50: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

35

b) Permasalahan

Permasalahan yang muncul pada :

- Kegiatan penyusunan rencana kerja Kementerian Kesehatan yaitu pada

saat penyusunan Renja 2020, sasaran strategis, indikator sasaran

strategis, indikator kinerja program (IKP), indikator output program (IOP),

indikator kinerja kegiatan (IKK) masih mengacu Renstra 2015-2019

sehingga evaluasi di tahun berjalan tidak inline dengan Renstra 2020-

2024 serta adanya pendemi Covid-19 pada tahun 2020. Pandemi

COVID-19 menyebabkan efisiensi dan realokasi/refocusing anggaran

sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian target-target indikator di

satker Kemenkes.

- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Kesehatan

adalah 1) Adanya Pandemi COVID-19 yang membuat penelitian RKAKL

tidak dapat dilakukan secara tatap muka, 2) Implementasi aplikasi baru

(SAKTI) Kemenkeu yang sosialisasinya sangat singkat, banyak fitur baru

yang belum dipahami oleh Satker dan 3) Waktu penelitian RKAKL yang

sangat singkat.

- Kegiatan monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan

perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan adalah 1)

terdapat kendala informasi kinerja yang meliputi perbedaan nomenklatur,

target dan satuan pada sistem yang tidak sesuai dengan dokumen

Renstra 2020-2024 sehingga sulit dilakukan penginputan hasil capaian;

2) Pandemi COVID-19 menyebabkan terlambatnya pelaksanaan

kegiatan, dan 3) terlambatnya pelaksanaan kegiatan menyebabkan

rendahnya capaian kinerja anggaran Kemenkes pada triwulan I - III

sampai akhir tahun 2020 (masih berproses)

- Informasi kinerja pada Sasaran Strategis 2020 tidak sesuai dengan

Renstra dan hasil Revisi KRISNA 2020 dan terdapat double input

informasi yang sama dengan aplikasi SMART DJA. Kesulitan identifikasi

indikator proyek nasional di unit utama di Kemenkes atau Kementerian

Lain Permasalahan selanjutnya adalah batas waktu input laporan di

Sistem Informasi Monev KSP sangat pendek dengan kegiatan yang

banyak menyebabkan unit utama dan satuan kerja memperoleh data

Page 51: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

36

yang tidak maksimal serta kurangnya kontrol hasil penginputan dan ada

sebagian besar unit utama dan satuan kerja melaporkan capaian janji

Presiden tidak tepat waktu dan mendekati batas waktu penutupan (close

date) Sismonev.

- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan

Intern, adalah 1) Agen perubahan pada unit kerja masih sebatas

melakukan perubahan dalam bentuk proyek perubahan dan belum

berperan sebagai agen yang mampu membangun social control diantara

rekan kerja dalam upaya penguatan integritas serta monitoring dan

evaluasi atas kinerja para agen perubahan belum optimal, 2) Evaluasi

terhadap pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan

yang telah dilakukan belum seluruhnya mengukur efektivitas dan

efisiensi pelaksanaan pengendalian penyusunan peraturan perundang-

undangan, 3) Telah dilakukan evaluasi kelembagaan yang mengarah

kepada organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, namun belum

sepenuhnya berfokus kepada kinerja yang akan dihasilkan, 4)

Implementasi e-government terkait pelayanan dan proses internal belum

seluruhnya terintegrasi, 5) Ukuran kinerja individu belum mengacu pada

kinerja organisasi dan belum menjadi dasar pemberian tunjangan kinerja

sehingga mengakibatkan kinerja pegawai pada setiap level tidak

sepenuhnya selaras dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, 6)

Pelaksanaan assesment belum dilakukan secara menyeluruh, 7) Monev

atas implementasi pada area pengawasan belum mengukur tingkat

efektivitas penanganan gratifikasi, penerapan SPIP, pengaduan

masyarakat, whistle blowing system dan benturan kepentingan, 8)

Implementasi sistem reward and punishment dalam pelayanan pada

sebagian unit layanan belum berjalan dengan baik, 9) Adalah Survey

kualitas pelayanan dan persepsi korupsi terhadap stakeholders dari

Kementerian Kesehatan belum dilakukan terhadap seluruh unit layanan

dan hasil survey belum sepenuhnya ditindaklanjuti.

- Kegiatan Pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja Kementerian : 1)

Perjanjian Kinerja (PK) kementerian tahun 2020 belum menyajikan

kondisi yang akan dicapai pada jangka menengah beserta indikatornya

seperti meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya

Page 52: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

37

daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap

risiko sosial dan finansial dibidang Kesehatan, 2) Renstra unit organisasi

belum dilengkapi dengan indikator tujuan untuk mengukur capaian

kinerja jangka menengah dan kualitas indikator kinerja sasaran pada

beberapa unit organisasi yang terdapat dalam dokumen perencanaan

masih belum memenuhi kriteria SMART terkait dengan relevansi,

formulasi pengukuran dan kecukupan indikator, 3) Penjabaran kinerja

organisasi ke kinerja individu pegawai belum dilakukan dengan baik

yang berpotensi pada pemberian reward dan punishment pada individu

pegawai yang kurang berorientasi pada kinerja, 4) Laporan kinerja belum

dimanfaatkan secara optimal oleh pimpinan unit organisasi sebagai

umpan balik dalam perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja

secara berkelanjutan, 5) Evaluasi internal dan implementasi unit

organisasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan telah dilakukan terhadap seluruh unit organisasi namun

kualitas hasil evaluasi masih perlu ditingkatkan. Beberapa rekomendasi

hasil evaluasi akuntabilitas kinerja belum ditindaklanjuti oleh sebagian

unit organisasi secara optimal untuk peningkatan budaya kinerja tinggi di

tingkat unit organisasi, dan 6) Evaluasi program yang dilakukan masih

berfokus pada capaian output untuk penyerapan anggaran dan belum

fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan-kegiatan

dengan sasaran strategis kementerian dan sasaran program yang akan

dicapai oleh organisasi.

c) Pemecahan Masalah

- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Kesehata adalah

Mengajukan usulan Revisi Renja Tahun 2020 untuk melakukan

perbaikan dan penyesuaian anggaran dan target-target capaian

indikator.

- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian

Kesehatan yaitu 1) Penelitian RKAKL dilakukan secara online dengan

menggunakan aplikasi SIAP Rorenggar, 2) Melakukan koordinasi

dengan DJA Kemenkeu terkait teknis penggunaan aplikasi SAKTI, 3)

Koordinasi dan kerjasama dengan Unit Utama dan Satker dalam

melaksanakan penelitian online.

Page 53: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

38

- Kegiatan Monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan

perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan 1) Telah

dilakukan revisi informasi kinerja pada aplikasi KRISNA dan SATU-DJA

yang telah disesuaikan dengan Renstra Kemenkes 2020-2024, 2)

Kegiatan tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol Kesehatan, 3)

Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan unit utama, satuan kerja

pusat, UPT vertikal dan dekonsentrasi untuk memaksimalkan capaian

kinerja anggaran dengan mengisi capaian keluaran, indikator keluaran,

capaian sasaran strategis pada aplikasi monev serta dilakukan

percepatan pelaksanaan kegiatan di triwulan IV tahun 2020, 4)

Melakukan berkoordinasi dengan PJ e-Monev Bappenas untuk

dilakukan update informasi kinerja serta Tetap melakukan penginputan

hasil capaian sesuai aplikasi, 5) Mengoptimalkan jadwal dan batas

waktu penginputan capaian janji Presiden serta tetap melakukan kontrol

hasil input untuk meng-crosscheck data capaian di Sismonev, 6)

melakukan Koordinasi dan komunikasi dengan unit utama dan satuan

kerja di pusat dan daerah agar tetap melaporkan capaian kegiatan tepat

waktu serta data yang akurat dan 7) Berusaha memahami dan

mempelajari aplikasi Sismonev serta memberikan masukan kepada

tenaga teknologi informasi di KSP.

- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan

Intern 1) Dukungan dan komitmen pimpinan yang tinggi untuk

melakukan berbagai perubahan ke arah perbaikan di tingkat pusat dan

unit kerja telah berjalan dengan baik, 2) Tim reformasi birokrasi

hendaknya berjalan cukup baik di tingkat pusat dan unit kerja

khususnya dalam penerpan zona integritas sebagai miniatur RB di

Kementerian Kesehatan, 3) Dengan melakukan identifikasi/analisis

terhadap peraturan perundangan yang tidak harmonis di lingkungan

Kementerian Kesehatan, 4) dengan melakukan evaluasi kelembagaan

dalam rangka klasifikasi dan penataan UPT di unit eselon I di

lingkungan Kementerian Kesehatan dan 5) Sistem manajemen SDM

didukung dengan sistem informasi manajemen berupa aplikasi

manajemen talenta untuk hasil assesment, aplikasi pengukuran kinerja

pegawai dengan SKP, aplikasi informasi kebutuhan diklat untuk

pengembangan kompetensi, dan aplikasi hukuman disiplin untuk

pencatatan hukuman disiplin yang pernah dijatuhkan.

Page 54: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

39

- Kegiatan Pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja Kementerian 1)

Meningkatkan kualitas perencanaan kinerja dalam dokumen Renstra

Kementerian Kesehatan dan unit organisasi tahun 2020-2024 dengan

menyajikan tujuan dan sasaran strategis yang berorientasi hasil beserta

indikator kinerja yang memenuhi kriteria SMART dan cukup untuk

mengukur tujuan dan sasaran strategis, 2) Mengintegrasikan aplikasi

perencanaan (e-planning), penganggaran (e-budgeting), dan

manajemen kinerja (e-kinerja) sehingga dapat mengoptimalkan

penerapan performance based budgeting secara konsisten, 3)

Menetapkan ukuran kinerja individu yang selaras dengan kinerja

organisasi dan mengembangkan aplikasi kinerja individu dan organisasi

secara berjenjang dan berkala serta dijadikan sebagai dasar pemberian

reward and punishment, 4) Memanfaatkan laporan kinerja sebagai

umpan balik dalam perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja

secara berkelanjutan, 5) Dengan meningkatkan kualitas evaluasi

internal terhadap implementasi SAKIP di unit organisasi serta

mendorong unit organisasi agar menindaklanjuti rekomendasi hasil

evaluasi akuntabilitas kinerja sehingga dapat meningkatkan budaya

kinerja tinggi di tingkat unit organisasi dan 6) Meningkatkan kualitas

evaluasi program yang berfokus pada analisis terkait kausalitas antara

kegiatan-kegiatan dengan sasaran strategis kementerian dan sasaran

program yang akan dicapai oleh organisasi.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Kesehatan

Berdasarkan usulan Revisi Renja Kementerian Kesehatan Tahun 2020

ke Bappenas, telah di tindak lanjuti dengan pertemuan tiga pihak antara

Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkes yang kemudian dilakukan

pembukaan aplikasi KRISNA Renja 2020 oleh Bappenas serta Unit

utama dan Satker melakukan perbaikan penyesuaian mengacu usulan

Revisi Renja yang telah dibahas dalam pertemuan tiga pihak.

- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian

Kesehatan 1) Melakukan Pengembangan dan penyempurnaan fitur

aplikasi SIAP Rorenggar untuk mempermudah penelitian online, 2)

Meningkatkan koordinasi dengan DJA Kemenkeu terkait teknis

penggunaan aplikasi SAKTI. Sosialisasi & Pembelajaran terkait aplikasi

Page 55: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

40

SAKTI Kemenkeu, dan 3) Meningkatkan partisipasi Unit Utama dan

Satker dalam melaksanakan penelitian online menggunakan aplikasi

SIAP Rorenggar.

- Kegiatan Monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan

perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan 1)

Penginputan informasi kinerja pada aplikai perencanaan (KRISNA) dan

anggaran (SATUDJA) baik nomenklatur target, satuan target informasi

kinerja, agar dapat dievaluasi melalui aplikasi monev (SMART) sesuai

dengan yang telah direncanakan, 2) Pelaksanaan program dan kegiatan

agar direncanakan sesuai dengan protokol Kesehatan, 3) Melakukan

update data penginputan data hasil capaian sampai batas waktu/closing

date ditentukan agar nilai kinerja dapat dicapai maksimal, 4) Memonitor

hasil updating informasi kinerja oleh Bappenas serta berkomunikasi

dengan Bappenas terkait double input hasil capaian yang sama pada

aplikasi yang berbeda, 5) Mengusulkan perpanjangan batas waktu

penginputan karena sistem pelaporan data kesehatan yang berjenjang

dari daerah sampai ke pusat agar data lebih lengkap serta dapat

dipertanggung jawabkan dan 6) Melakukan koordinasi dan komunikasi

dengan unit utama dan satuan kerja agar tetap melaporkan capaian

kegiatan secara tepat waktu dan akurat. Serta Memberikan masukan-

masukan untuk perbaikan Sistem Informasi kepada KSP.

- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan

Intern 1) Penyusunan road map RB Kemenkes tahun 2020-2025 agar

diselaraskan dengan Renstra Kemenkes 2020-2024, 2) Memperkuat

peran agen perubahan dengan membangun sosial kontrol diantara

rekan kerja dalam upaya penguatan integritas serta mengoptimalkan

monev atas kinerja agen perubahan, 3) Evaluasi terhadap pengendalian

penyusunan peraturan perundang-undangan agar mengukur efektivitas

dan efisiensi pelaksanaan pengendalian penyusunan peraturan

perundang-undangan, 4) Melakukan Reviu atas struktur organisasi

hendaknya lebih fokus kepada kesesuaian antara struktur organisasi

dengan kinerja yang ingin dihasilkan oleh Mandat Kemenkes, 5)

Melakukan pengembangan dan implementasi e-governmnet

terintegrasi, 6) Meningkatkan implementasi sistem manajemen SDM

untuk mendorong terwujudnya sistem merit di Kemenkes, 7) Melakukan

evaluasi atas efektivitas whistle-blowing system, dan benturan

Page 56: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

41

kepentingan serta meningkatkan pembangunan ZI secara kualitas dan

kuantitas pada seluruh unit layanan, 8) Meningkatkan kepatuhan

terhadap LHKASN sebagai wujud transparansi dan penegakan

integritas pegawai, 9) Meningkatkan implementasi sistem reward dan

punishment dalam pelayanan pada seluruh unit layanan, dan 10)

Melakukan survey mandiri terhadap kualitas pelayanan dan persepsi

korupsi terhadap stakeholder secara berkala di seluruh unit layanan,

sehingga terdapat peningkatan kualitas pelayanan dan integritas secara

berkelanjutan, Selain itu, hasil survey agar diinformasikan secara

terbuka.

- Kegiatan Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian, untuk

pemecahan masalah yaitu :

a. Perjanjian Kinerja (PK) kementerian tahun 2020 belum menyajikan

kondisi yang akan dicapai pada jangka menengah beserta

indikatornya

i. Menyusun peta Strategis Rencana Kemenkes 2020-2024 untuk

menggambarkan orientasi sasaran strategis menuju pada tujuan

dan visi misi Kemenkes

ii. Memastikan cascading kinerja selaras mulai dari tujuan-sasaran

strategis-sasaran program dan sasaran kegiatan

iii. Melibatkan unit utama dalam penyusunan Renstra Kemenkes

2020-2024

iv. Melibatkan pimpinan dalam penyusunan Renstra Kemenkes

2020-2024

v. Mempertimbangkan masukan para pakar dalam penyusunan

Renstra 2020-2024

vi. Mempertimbangkan keterukuran, ketercapaian, keberlanjutan,

pelaksanaan kinerja yang berorientasi outcome dan indikator

kinerja sesuai tujuan dan sasaran strategis Kementerian

Kesehatan agar memenuhi kriteria SMART

vii. Unit utama menyusun RAP selaras dengan Renstra Kementerian

Kesehatan

viii. Membuat logframe program di unit utama mulai input, proses,

output,outcome, impact

Page 57: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

42

ix. Penetapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2020-2024

b. Renstra unit organisasi belum dilengkapi dengan indikator tujuan

untuk mengukur capaian kinerja jangka menengah dan kualitas

indikator kinerja sasaran (dokumen perencanaan masih belum

memenuhi kriteria SMART terkait dengan relevansi, formulasi

pengukuran dan kecukupan indikator).

i. Menyelenggarakan revitalisasi digitalisasi sistem perencanaan

dan penganggaran yang terintegrasi dengan hasil monitoring dan

evaluasi dengan basis data yang berasal dari aplikasi Krisna,

RKA-KL, SAKTI dan SMART DJA. Pada tahun 2020 dimulai dari

modul penganggaran.

ii. Menyusun grand design sinkronisasi dan integrasi aplikasi

perencanaan, penganggaran dan monitoring evaluasi yang akan

dilakukan secara bertahap.

iii. Menggunakan aplikasi dan implementasi formula penilaian usulan

kegiatan prioritas yang telah memperhitungkan aspek kinerja

untuk perencanaan dan anggaran.

iv. Koordinasi dengan unit utama untuk mengintegrasikan semua

aplikasi perencanaan menjadi satu perencanaan Kementerian

Kesehatan/Plan Kemkes.

c. Penjabaran kinerja organisasi ke kinerja individu pegawai belum

dilakukan dengan baik yang berpotensi pada pemberian reward dan

punishment pada individu pegawai yang kurang berorientasi pada

kinerja

i. Seluruh unit utama menyusun Sasaran Kinerja Pegawai yang

selaras dengan kinerja unit organisasi

ii. Berkoordinasi dengan Biro Kepegawaian untuk mengintegrasikan

aplikasi e-performance dengan aplikasi kinerja pegawai oleh Biro

kepegawaian

iii. Mengintegrasikan e-performance dengan aplikasi e-SKP

(SIPEKA) oleh Biro Kepegawaian

iv. Pemberian Reward dan Punishment.

Page 58: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

43

v. membuat aplikasi terintegrasi untuk pemberian reward dan

punismant individu dalam pemanfaatan anggaran berdasarkan

variable kinerja individu dan variable absensi (pada permenkes

tukin) direncanakan merekrut konsultan SDM

vi. Biro Kepegawaian melakukan bridging e-performance dan e-

SKP, pemanfaatan penilaian kinerja individu dalam pemberian

tukin ASN

d. Laporan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal oleh pimpinan

unit organisasi sebagai umpan balik dalam perbaikan perencanaan

dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan

i. Menyusun laporan kinerja entitas Kementerian Kesehatan, entitas

Unit Organisasi dan entitas Satuan Kerja

ii. Melakukan reviu Laporan Kinerja

iii. Memberikan feedback hasil Lakip ke stakeholder khususnya para

Perencana Program

iv. Memanfaatkan hasil evaluasi pada Laporan Kinerja sebagai

umpan balik penyusunan Renja implementasi dari Permenkes 48

melalui pemanfaatan instrumennya, software dan analisisnya

e. Evaluasi internal dan implementasi unit organisasi yang dilakukan

oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan telah dilakukan

terhadap seluruh unit organisasi namun kualitas hasil evaluasi masih

perlu ditingkatkan

i. Melakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah secara online.

ii. Berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal untuk meningkatkan

kualitas evaluasi internal.

iii. Mendorong seluruh entitas untuk menindaklanjuti rekomendasi

SAKIP oleh APIP Inspektorat Jenderal.

iv. Unit utama membuat rencana aksi dalam rangka tindaklanjut atas

rekomendasi SAKIP dari APIP dan SAKIP KemenPAN/RB dibuat

deadline, dan menyiapkan data dukungnya serta dipantau secara

periodik.

f. Evaluasi program yang dilakukan masih berfokus pada capaian

output untuk penyerapan anggaran dan belum fokus pada analisis

pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan-kegiatan dengan

Page 59: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

44

sasaran strategis kementerian dan sasaran program yang akan

dicapai oleh organisasi

i. Melakukan analisa aspek konteks dan manfaat untuk mengkaji

relevansi aspek input dengan outcome program melalui aplikasi

SMART DJA.

ii. Badan Litbangkes melakukan evaluasi tematik program sesuai

ampuan masing-masing pusat.

iii. Melaksanakan evaluasi Tematik yang mengikutsertakan para

pakar.

iv. Unit eselon 1 melakukan evaluasi masing2 program PN.

v. Evaluasi Dekonsentrasi

vi. Evaluasi AKI/AKB

vii. Evaluasi Germas

viii. Evaluasi Stunting

Unit utama Menyusun logical framework program dalam

penyusunan RENSTRA 2020-2020

2. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam

penyelenggaraan SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

a) Faktor Keberhasilan

Terdapat unit lain yang secara rutin melakukan kegiatan penguatan SPM

sehingga Biro Perencanaan dan Anggaran dapat turut serta berperan aktif

dalam kegiatan tersebut

b) Permasalahan

- Pemahaman daerah dalam mensinkronkan antara standar mutu

pelayanan SPM dengan kegiatan yang akan direncanakan masih

beragam.

- Daerah belum seluruhnya memahami sumber anggaran yang beragam

yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.

- Indikator baru yang disepakati tahun 2020, sehingga belum dianggarkan

kegiatan untuk pelaksanaan penguatan.

Page 60: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

45

- Integrasi monev SPM bidang kesehatan masih mengalami kendala

karena adanya kebutuhan data dari setiap unit dengan kepentingan yang

berbeda, serta sudah adanya tools monev di Kemendagri.

c) Pemecahan Masalah

- Sosialisasi kepada daerah terkait Pemahaman daerah dalam

mensinkronkan antara standar mutu pelayanan SPM dengan kegiatan

yang akan direncanakan.

- Sosialisasi kepada daerah terkait pemahaman sumber anggaran yang

beragam yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.

- Terlibat aktif dalam acara penguatan daerah untuk penerapan SPM yang

dilaksanakan oleh unit lain.

- Rapat koordinasi antar unit untuk integrasi monev SPM bidang

Kesehatan.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Melakukan Bimbingan Teknis Kepada daerah yang menjadi fokus pada

tahun anggaran 2021 terkait pemahaman dan konsep daerah dalam

mensinkronkan antara standar mutu pelayanan SPM dengan kegiatan

yang akan direncanakan.

- Melakukan Bimbingan Teknis Kepada daerah yang menjadi fokus pada

tahun anggaran 2021 terkait pemahaman sumber anggaran yang

beragam yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.

- Menganggarkan kegiatan penguatan provinsi untuk penerapan SPM pada

tahun 2021.

- Pembahasan lebih lanjut terkait integrasi monev SPM dan meminta akses

tarik data dari aplikasi e-monev Kemendagri.

3. Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD

yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

a) Faktor Keberhasilan

- Terlaksananya 5 (lima) turunan kegiatan yaitu pembahasan/desk usulan

kegiatan program prioritas yang akan dimintakan dukungan ke daerah

dengan unit utama, mengikuti dan berperan aktif dalam dalam

Rakortekrenbang Kemendagri setiap awal tahun, evaluasi dan umpan

balik keselarasan program ABPD dengan Program Prioritas Nasional,

Page 61: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

46

pembinaan/pendampingan penguatan Provinsi dalam penyusunan

perencanaan anggaran kesehatan daerah dan mengikuti pelaksanaan

Evaluasi Rancangan APBD Provinsi di Kementerian Dalam Negeri

sehingga terbangunnya komitmen bersama antara para stakeholder yang

semakin kuat, baik dari tingkat pemerintahan pusat sampai tingkat

pemerintahan daerah, untuk memberikan dukungan kebijakan dan

sumberdaya bagi pemecahan permasalahan kesehatan yang ditujukan

pada upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

dukungan anggaran untuk program prioritas nasional bidang kesehatan.

- Upaya koordinasi, intergrasi dan sikronisasi yang dlaksanakan secara

berkelanjutan dalam rangka mewujudkan sinergitas berbagai kebijakan,

upaya dan alokasi sumberdaya dalam menyusun perencanaan

pembangunan kesehatan pada setiap tingkatan pemerintahan dan satuan

kerja.

- Regulasi dan kebijakan pemerintah yang dirumuskan dan ditetapkan oleh

Kementerian\Lembaga terkait yang semakin relevan dalam memberikan

arahan pedoman perencanaan pembangunan khususnya bidang

kesehatan pada setiap tingkatan pemerintahan baik pusat maupun

daerah, seperti peraturan perundang-undangan penyusunan

perencanaan dan penganggaran yang diterbitkan oleh Kementerian

Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas,

Kementerian Kesehatan dan regulasi di daerah.

b) Permasalahan

- Terdapat Provinsi dalam penyusunan APBD belum optimal

mengakomodasi atau berkontribusi terhadap pencapaian program

prioritas bidang kesehatan.

- Kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia Dinas Kesehatan

Provinsi sebagai perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat

relatif masih kurang, sehingga masih mengalami kendala dalam

penyusunan perencanaan kesehatan daerah dan dalam menjalankan

fungsi pengarah Kab/Kota untuk menyusun APBD yang mendukung

program prioritas nasional bidang kesehatan.

Page 62: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

47

- Belum optimalnya pemanfaatan Sistim Informasi Pemerintah Daerah

(SIPD) yang di kelola dan dikembangkan oleh Kementerian Dalam

Negeri, sehingga untuk pengumpulan data monitoring dan evaluasi

indikator melalui permintaan data kepada Dinas Kesehatan Provinsi yang

belum dapat menyajikan data APBD dalam mendukung program prioritas

nasional bidang kesehatan.

c) Pemecahan Masalah

- Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) setiap yang

diselenggarakan Kementerian Kesehatan yang diikuti oleh satuan kerja di

lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kementerian/Lembaga terkait, menjadi forum pembahasan pokok-pokok

permasalahan kesehatan dan menentukan program prioritas sebagai

upaya pemecahan permasalahan kesehatan yang masih dihadapi, untuk

menjadi perhatian dan perlu dukungan dari semua pihak.

- Advokasi dan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, agar

program prioritas nasional bidang kesehatan dapat masuk dalam muatan

materi Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan

RKPD dan APBD yang diterbitkan pada setiap tahunnya, yang

memberikan arahan agar Provinsi/Kab/Kota memberikan perhatian dan

dukungan terhadap program prioritas nasional dalam penyusunan RKPD

dan APBD.

- Membangun Forum dan peningkatan koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi antara Kementerian Kesehatan dengan Dinas Kesehatan

Provinsi sebagai perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

- Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia

perencana daerah pada Dinas Kesehatan Provinsi, serta pendampingan

tata kelola program kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

- Perlunya melakukan monitoring dan evaluasi rancangan RKPD dan

APBD untuk mengetahui sejauh mana program prioritas nasional masuk

dalam dokren RKPD dan APBD sesuai dengan karakteristik dan ke

khasan permasalahan kesehatan daerah dan secara aktif terlibat dalam

forum Kemendagri yang mengevaluasi rancangan RKPD dan APBD,

Page 63: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

48

untuk memastikan program prioritas masuk dalam dokumen rencana

RKPD dan APBD.

- Optimalitas mempergunakan Cara Pengumpulan Data melalui Sistim

Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) dan membangun koordinasi dengan

Ditjen Bangda dan Ditjen Keuda Kementerian Dalam Negeri dan

pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Provinsi

d) Rencana Tindak Lanjut

- Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) setiap yang

diselenggarakan Kementerian Kesehatan yang diikuti oleh satuan kerja di

lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kementerian/Lembaga terkait.

- Advokasi dan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, agar

program prioritas nasional bidang kesehatan dapat masuk dalam muatan

materi Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan

RKPD dan APBD.

- Membangun Forum dan peningkatan koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi antara Kementerian Kesehatan dengan Dinas Kesehatan

Provinsi.

- Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia

perencana daerah pada Dinas Kesehatan Provinsi.

- Melakukan monitoring dan evaluasi rancangan RKPD dan APBD.

- Koordinasi dengan Ditjen Bangda dan Ditjen Keuda Kementerian Dalam

Negeri untuk aksesibilitas SIPD.

- Melakukan pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Provinsi.

b. Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian

Sasaran kegiatan pembinaan administrasi kepegawaian adalah terwujudnya

penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan dengan indikator, definisi

operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 64: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

49

Tabel 3.2.1

Definisi Operasional Dan Cara Hitung

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan

Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan

Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pejabat Administator dan Pengawasa di lingkungan Kemenkes yang sedang menduduki jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dengan hasil nilai kompetensi minimal 80% dari standar kompetensi jabatan

Jumlah Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sedang menduduki jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dengan hasil nilai kompetensi minimal 80% dari standar kompetensi jabatan dibagi dengan Jumlah Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sedang menduduki jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dikali 100%

Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional

Persentase PNS dilingkungan Kementerian Kesehatan yang diangkat (inpassing, alih jabatan dan pengangkatan pertama) dalam jabatan fungsionalkesehatan dan non kesehatan sesuai dengan kompetensinya

Jumlah pemangku jabatan fungsional kesehatan dan non kesehatan dibagi dengan jumlah pejabat pelaksana dan pejabat fungsional kesehatan dan non kesehatan dilingkungan Kementerian Kesehatan dikali 100%

Page 65: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

50

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian

Tingkat kepuasan penerima layanan kepegawaian, meliputu pimpinan satker, pengelola kepegawaian, dan jabatan fungsional Anpeg terhadap layanan kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan

Penilaian Kepuasan Layanan Kepegawaian menggunakan skala likert (1 sd 5). Cara perhitungan adalah jumlah nilai terbobot seluruh responden dibagi dengan total jumlah responden

Tabel 3.2.2 Capaian Indikator Tahun 2020

Sasaran Indikator Target Realisasi

Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan

Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan

75% 81,25%

Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional

60% 63,91%

Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian

4 3,76

Analisis pencapaian atas masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat

Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan

a) Pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:

- Melaksanakan proses pelaksanaan penilaian Badan Pertimbangan

Jabatan dan Kepangkatan atau BAPERJAKAT.

- Melaksanakan pengisian jabatan eselon I dan II yang dilaksanakan oleh

Panitia Seleksi Terbuka (PANSEL) yang dalam penentuan mutasi dan

promosi jabatan eselon I dan II juga memperhatikan kompetensi pejabat

yang akan menduduki jabatan.

- Melakukan pemanggilan pejabat yang belum mengikuti Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM).

Page 66: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

51

- Melakukan Uji Kompetensi (Assessment) kepada seluruh pejabat

struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan secara bertahap tiap

tahunnya

b) Permasalahan

- Belum seluruh Pegawai telah dilakukan penilaian kompetensi dikarenakan

keterbatasan anggaran.

- Pelaksanaan pelatihan peningkatan kompetensi yang belum terencana

dengan baik.

- Belum dilakukan evaluasi pelaksanaan keseluruhan dari setiap proses

yang dilakukan dalam seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi di

lingkungan Kementerian Kesehatan.

- Terbitnya peraturan yang baru sehingga peraturan yang sudah ditetapkan

atau konsep peraturan yang sedang direvisi dan telah disusun harus

disesuaikan dengan peraturan tersebut.

c) Rencana Tindak Lanjut

- Perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman

Pelaksanaan Uji Kompetensi sebagai dasar pembagian kewenangan

pelaksanaan uji kompetensi;

- Perlu peta perencanaan pengembangan kompetensi (pendidikan dan

pelatihan) baik untuk kebutuhan individu ataupun organisasi;

- Perlu dibangun unit assessment center untuk penetapan kompetensi

berbasis teknologi informasi Aparatur Sipil Negara Kementerian

Kesehatan;

- Pengembangan infrastruktur manajemen talenta (Tim Manajemen Talenta,

IT, Pedoman, Penetapan Pool Mentor);

- Pilot Project pengisian JPT Pratama/Koordinator/Subkoordinator melalui

manajemen talenta (Jab Target, Calon Talent, Talent pool,

pengembangan);

- Penerapan Sistem Merit dengan kategori sangat baik (Tim Merit,

Roadmap, evaluasi);

- Penyusunan Pola Karir Kementerian Kesehatan.

-

Page 67: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

52

2. Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki

Jabatan Fungsional

a) Pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:

- Pemetaan Jabatan Fungsional;

- Peningkatan Kapasitas Analis Kepegawaian dan Tim Penilai Analis

Kepegawaian Kementerian Kesehatan;

- Penyusunan pedoman tata laksana analis kepegawaian di lingkungan

kemenkes;

- Percepatan Penyelesaian Administrasi Jabatan Fungsional, Jabatan

Pelaksana (JFU) dan Inpassing Nasional;

- Pengembangan SILK Jabfung dan SILK Usul sesuai dengan

perkembangan peraturan kepegawaian;

- Pembuatan aplikasi online untuk usul ralat SK dan TBR (Tenaga Bahaya

Radiasi);

- Pelaksanaan paper-less aplikasi SILK Jabfung dan SILK arsip;

- Pelantikan Jabatan Fungsional.

b) Permasalahan

- Banyaknya Pegawai yang tidak lulus Uji Kompetensi Inpassing Jabatan

Fungsional.

- Adanya ketentuan untuk beberapa Jabatan Fungsional tertentu yang

mewajibkan lulus Diklat Fungsional.

- Masih banyak komposisi jabatan pelaksana yang menjadi jabatan

fungsional. Saat ini sudah ada Permen PANRB Nomor 41 tahun 2018

yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan jabatan pelaksana di

Kementerian Kesehatan. Penataan pegawai (distribusi, mutasi, rotasi) saat

ini belum seluruhnya menyesuaikan dengan peta jabatan

- Belum ditetapkan kebijakan internal tentang pengembangan kompetensi

jabatan fungsional Kesehatan.

c) Rencana Tindak Lanjut

- Melaksanakan penilaian Uji Kompetensi Jabfung secara berjenjang;

- Menyusun standar kompetensi teknis;

- Melakukan pembinaan terhadap tim penilai angka kredit;

- Melaksanaan sertifikasi bagi tim penilai UKOM dan PAK besama Puskat

Mutu.

Page 68: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

53

3. Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian

a) Permasalahan

- Hasil survei tahun 2018 digunakan sebagai garis dasar penentuan target

RENSTRA Biro Kepegawaian untuk tahun 2020, yaitu indeks nilai 4.

- Pelaksanaan penilaian survei pada tahun 2019 menggunakan dua produk

kepegawaian,, yaitu Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Jenjang Jabatan

Fungsional serta menggunakan pihak ketiga, sedangkan pada tahun ini

menggunakan seluruh produk kepegawaian di lingkungan Biro

Kepegawaian.

- Penilaian dilakukan secara mandiri karena keterbatasan anggaran yang

disebabkan efisiensi untuk penanganan COVID-19.

- Tidak semua responden mengetahui dan melakukan proses dari seluruh

layanan kepegawaian.

- Jumlah responden yang tidak representative.

b) Rencana Tindak Lanjut

- Pelaksanaan menggunakan pihak ketiga, yaitu lembaga yang memiliki

kredibilitas dan reputasi di bidang penelitian dan survei.

- Pengelompokan pertanyaan berdasarkan responden.

- Penentuan jumlah responden berdasarkan teknik penentuan sample

sesuai dengan kaidah statistik.

c. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan Dan Barang Milik Negara.

Sasaran kegiatan pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang

milik negara adalah meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan barang

milik negara (BMN) serta pelaksanaan pengadaan barang/jasa kementerian

kesehatan secara efektif, efisien dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan

dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 69: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

54

Tabel 3.3.1

Definisi Operasional Dan Cara Hitung

NO SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

1 Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) serta pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Kementerian Kesehatan secara Efektif, Efisien dan Dipertanggungjawabkan Sesuai Ketentuan

Persentase ketepatan waktu penyampaian Rekonsiliasi Laporan Keuangan Satuan Kerja

Persentase Ketepatan seluruh satuan kerja menyampaikan Laporan Keuangan kedalam aplikasi e-Rekon&LK setiap bulannya dalam rangka proses rekonsiliasi data transaksi keuangan dan penyusunan Laporan Keuangan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan Kementerian Keuangan

Jumlah Satuan Kerja Aktif (Penerima DIPA Kemenkes Tahun Berjalan) yang melakukan upload data keuangan dalam aplikasi E-Rekon&LK secara tepat waktu : Jumlah satuan Kerja di Kemenkes RI dikali 100

Persentase Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Persentase Capaian Realisasi Paket Pengadaan Barang/jasa keseluruhan (Tender, e-Purchasing dan Penunjukan Langsung) yang sedang diproses, dalam pelaksanaan dan yang telah kontrak

Jumlah realisasi paket pengadaan barang/jasa Satker dibagi Total Paket Pengadaan Barang/Jasa yang ada dalam SIRUP dikali 100

Persentase jumlah satker kantor Pusat dan Kantor Daerah dengan Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80

persentase satker kantor pusat dan kantor daerah diluar Badan Layanan Umum dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >=80

Jumlah satker kantor pusat dan kantor daerah dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80 dibagi jumlah satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah dikali 100

Page 70: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

55

Tabel 3.3.2

Capaian Indikator 2020

Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Meningkatnya kualitas pengelolaan

keuangan dan Barang Milik Negara

(BMN) serta Pengadaan barang/jasa

Kementerian Kesehatan secara efektif,

efisien dan dipertanggungjawabkan

sesuai ketentuan

1 Persentase ketepatan

waktu penyampaian

rekonsiliasi laporan

keuangan satuan kerja

100 100

2 Persentase capaian

realisasi pelaksanaan

pengadaan barang/Jasa

65 71,03

3 Persentase jumlah satker

kantor pusat dan kantor

daerah dengan nilai

Indikator Kinerja

Pelaksanaan Anggaran

(IKPA) >= 80

60 89,81

4 Persentase nilai Barang

Milik Negara (BMN) yang

telah mendapatkan Surat

Keputusan Penetapan

Status Penggunaan (SK

PSP) sesuai ketentuan

30 35,77

Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan

Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) Kementerian Kesehatan yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP), sebagaimana tercatat dalam Sistem Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN) dan diperoleh pada 1 (Satu) tahun sebelum tahun berjalan

Total Nilai Barang Milik Negara (BMN) pada 1 (satu) tahun sebelumnya yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) dibagi total Nilai Barang milik negara (BMN) pada 1 (satu) tahun sebelumnya dikali 100

Page 71: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

56

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Persentase ketepatan waktu penyampaian rekonsiliasi laporan keuangan

satuan kerja

a) Faktor keberhasilan

- Adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

104/PMK.05/2017 Tentang Pedoman Rekonsiliasi Dalam Penyusunan

Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara Dan Kementerian

Negara/Lembaga yang menyatakan bahwa apabila satuan kerja tidak

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu dan berkualitas

akan dikenakan sanksi berupa Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi

yang selanjutnya disingkat SP2S adalah surat pemberitahuan tentang

pengenaan sanksi yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara selaku Kuasa BUN kepada Unit Akuntansi

Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak melakukan Rekonsiliasi sampai

batas waktu yang ditentukan

- Komitmen seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dalam melaporkan dan

menyajikan laporan keuangan yang berkualitas dalam rangka mendukung

perolehan opini WTP atas LK yang berkelanjutan.

- Pengoptimalan aplikasi erekon sehingga dapat mengidentifikasi

ketidaksesuaian lebih dini.

b) Permasalahan

- Adanya pembatasan kegiatan tatap muka, sehingga penelusuran

dokumen/konfirmasi terkait penyajian data dan informasi pada Laporan

Keuangan mengalami beberapa kendala apabila ditemukan

permasalahan.

- Masih ditemukan permasalahan Kualitas penyajiian data dalam LK yang

di rekonsiliasi kedalam e-Rekon & LK misalnya kesalahan Penggunaan

akun dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran.

c) Pemecahan Masalah

- Pengoptimalan penggunaan media online dalam proses pencapaian

kinerja dan penyajiian Laporan Keuangan yang berkualitas antara lain

Page 72: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

57

pengungkapan dampak dan penanganan pandemi COVID-19 setiap

entitas akuntansi dan entitas pelaporan secara memadai

- Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi serta analisis kualitas LK dalam

e-Rekon & LK

- Melakukan koordinasi dengan satker dan eselon 1 terkait apabila

ditemukan permasalahan hasil Monev dan analisisi LK untuk segera

dituntaskan atau koreksi

- Melakukan koordinasi dengan Kemenkeu selaku pembina Kemenkes

apabila permasalahan yang ditemukan penuntasan perlu dilaksanakan

oleh Kemenkeu.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Peningkatan koordinasi dengan satker dan eselon 1 serta kementerian

keuangan dalam rangka pelaksanaan rekonsiliasi secara tepat waktu dan

penyajiian LK yang lebih berkualitas

- Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi ketepatan pelaksanaan rekonsiliasi

LK dan analisis serta pelaksaaan telaahan LK secara berjenjang

dilakssanakan secara konsisten setiap bulannya

- Peningkatan Kapasitas SDM penyusun LK melalui pelatihan, seminar dan

Workshop

2. Persentase Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

a) Faktor keberhasilan

- Kepatuhan satker dalam pengisian RUP pada aplikasi SIRUP yang cukup

baik

- Perubahan Kebijakan Pemanfaatan anggaran di lingkungan Kemenkes

- terdapat paket pengadaan bagi kantor daerah/dekonsentrasi dengan

nominal yg besar namun karena pengadaannya dilaksanakan dipusat

sehingga memakan waktu lama bagi kebutuhan tersebut sampai di kantor

daerah/dekonsentrasi

- Koordinasi yang intensif dan optimal dengan Unit Utama dan LKPP

Page 73: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

58

b) Permasalahan

- Terdapat perubahan jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

dikarenakan kebijakan Work From Home (WFH) guna penanganan

masalah penyebaran Covid19.

- Adanya kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada terjadinya lelang

ulang dan tidak terlaksana

- Terlambatnya pelaksanaan PBJ yang disebabkan oleh terlambatnya

penyiapan dokumen PBJ dan kualitas dokumen PBJ

- Perencanaan dan pelaksanaan PBJ Pra DIPA masih belum optimal

- Pembahasan e catalogue bidang kesehatan di LKPP memakan waktu

yang cukup lama dikarenakan LKPP memerlukan bantuan teknis dari

kementerian terkait.

- Banyak pelaksanaan paket PBJ di lingkungan Kementerian Kesehatan

dilakukan melalui mekanisme PBJ dengan kondisi darurat, sehingga

banyak realisasi PBJ tidak terekam melalui sistem.

c) Pemecahan Masalah

- Berkoordinasi dengan LKPP terkait kebijakan updating aplikasi agar tidak

menghambat proses pelaksanaan PBJ.

- Optimalisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pra DIPA tahun 2020.

- Peningkatan kualitas SDM terkait pemahaman dan penyusunan dokumen

PBJ

- Membuat rancangan pembuatan aplikasi PBJ dengan melibatkan tenaga

IT di lingkungan Biro Keuangan dan BMN dan Narasumber dari LKPP.

- Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ di lingkungan

Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.

- Penyusunan ecatalogue sektoral di delegasikan ke Kementerian terkait

(Kemnterian Kesehatan) sehingga tidak perlu menunggu dari LKPP

- Melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendorong pengelola PBJ

melakukan inovasi dalam proses PBJ seperti kontrak payung, pengadaan

melalui e catalogue dan/atau e purchasing Rencana Tindak Lanjut

- LKPP sudah menyiapkan aplikasi untuk pencatatan sesuai dengan Surat

Edaran Kepala LKPP Nomor 20 Tahun 2020 tentang pelaksanaan

pencatatan pengadaan darurat pada SPSE.

Page 74: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

59

- Membuat Surat Edaran Sekretaris Jenderal, agar satuan kerja yang

melaksanakan pengadaan darurat untuk peanganan COVID-19 untuk

melakukan pencatatan pada aplikasi SPSE Terpusat.

3. Persentase Jumlah Satker Kantor Pusat Dan Kantor Daerah Dengan Nilai

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

a) Faktor keberhasilan

- Penyesuaian kebijakan pelaksanaan anggaran belanja K/L akibat kondisi

kahar (force majeure) yang disebabkan oleh risiko penyebaran Corona

Virus Disease 2019 (COVID-19), serta memperhatikan pengaturan

mengenai penilaian IKPA belanja K/L sesuai dengan Perdirjen

Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis

Penilaian IKPA K/L dan ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Biro

Keuangan a.n. Sekretaris Jenderal Nomor KU.03.01/1/858/2020 Hal

Kebijakan Relaksasi Penilaian IKPA Tahun 2020 pada Aplikasi OM SPAN

Tanggal 23 Maret 2020

- Penerapan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-

614/PB/2020 tanggal 17 Juli 2020 bahwa, dalam rangka memasuki

tatanan normal baru(new normal), menjaga tata kelola (govermance)

pelaksanaan anggaran, serta mendorong akselerasi belanja pemerintah

untuk penanganan covid -19 dan pemulihanan nasional, maka Kebijakan

penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) tahun 2020

yang sebelumnya 'tidak dilakukan penilaian", sebagaimana diatur dalam

surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-258/PB/2020 tanggal 23 Maret

2020 tentang kebijakan Realisasi Penilian Indikator Kinerja Pelaksanaan

Anggaran (IKPA) Tahun 2020 dinyatakan akan "dilakukan penilaian

kembali" mulai Triwulan III tahun 2020.

- Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-682/PB/2020 tanggal

14 Agustus 2020 hal Langkah-langkah Percepatan Penyerapan Anggaran

Belanja dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, disampaikan

Pimpinan Satuan Kerja agar memastikan percepatan penggunaan

anggaran pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan pencairan

dana dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional

- Outstanding kontrak juga terealisasi pada triwulan IV dengan jumlah yang

cukup signifikan terhadap pagu, menyebabkan kenaikan angka capaian

Page 75: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

60

IKPA khususnya pada indikator "Penyerapan Anggaran" dan "Halaman III

DIPA”

b) Permasalahan

- Kebijakan GUP dan SPM pada saat pandemi covid19 yang belum

diantisipasi oleh satker-satker serta keterlambatan pengelolaan anggaran

dikarenakan menunggu proses refocussing anggaran.

- Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk

kegiatan-kegiatan yang bersifat mendukung percepatan penanganan

COVlD-19 dengan melakukan refocussing kegiatan dan realokasi

anggaran melalui mekanisme revisi anggaran yang cepat, sederhana, dan

akuntabel.

c) Pemecahan Masalah

- Optimalisasi Penerapan kebijakan langkah-langkah akhir tahun anggaran

2020

- Meningkatkan koordinasi dan konsultasi yang intensif dengan satker, unit

utama serta Ditjen Perbendaharaan dan KPPN

- Redefinisi dan perubahan pembobotan IKPA

d) Rencana Tindak Lanjut

- Meningkatkan koordinasi dan konsultasi yang berkelanjutan dengan

KPPN dan Ditjen Perbendaharaan;

- Meningkatkan pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan teknis bagi petugas

pengelola anggaran satker

4. Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat

Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan

a) Faktor keberhasilan

- Komitmen pimpinan dalam mendorong peningkatan tata Kelola BMN,

terutama dalam penetapan status penggunaan BMN

- Koordinasi yang baik antara satker dan KPKNL terkait penerbitan SK PSP

BMN.

Page 76: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

61

b) Permasalahan

- Terjadinya wabah COVID-19 sehingga membatalkan Pertemuan yang

semula direncanakan untuk Updating data PSP BMN

- Proses PSP satker pada KPKNL setempat kurang optimal akibat dari

pandemi COVID-19

- Adanya rotasi Pengelola BMN di satker sehingga proses penyiapan data

dukung PSP menjadi terhambat karena kurangnya pengetahuan

c) Pemecahan Masalah

- Mengoptimalkan Pengunaan Aplikasi e-BMN

- Koordinasi secara intens dengan satker dan KPKNL melalui media online

terkait PSP

d) Rencana Tindak Lanjut

- Mewajibkan pengunaan aplikasi e-BMN untuk menginput data usulan

PSP agar termonitor secara intensif

- Melakukan pembinaan kepada satker yang belum bisa/kurang

memahami apliksi E-BMN

- Diusulkan agar adanya sanksi kepada satker yang tidak melakukan PSP

berupa penolakan RKBMN terhadap BMN yang belum di PSP kan.

d. Perumusan Peraturan Perundang-Undangan Dan Pembinaan Organisasi

Sasaran kegiatan perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan

organisasi adalah meningkatnya bidang layanan dan hukum dengan Indikator

kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan

organisasi dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 77: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

62

Tabel 3.4.1

Definisi Operasional Dan Cara Hitung

SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

CARA PERHITUNGAN

Meningkatnya bidang layanan dan hukum dengan Indikator kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan organisasi

Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun

Jumlah RUU, RPP, R.Perpres/R.Inpres yang telah diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi, Permenkes dan Kepmenkes strategis mendukung prioritas nasional yang telah diundangkan atau ditetapkan, MoU dan PKS yang ditangani

Jumlah RUU, RPP, Perpres/ R.Inpres yang telah diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi dalam satu tahun anggaran dan/atau telah selesai menjadi UU, PP, Perpres/Inpres pada tahun-tahun berikutnya + Jumlah Permenkes + Kepmenkes strategis mendukung prioritas nasional (Kepmenkes yang memiliki substansi pengaturan dan tidak termasuk Kepmenkes yang bersifat individual konkrit seperti Kepmenkes mengenai pembentukan tim/panitia/kelompok kerja/komite/dewan pengawas) yang telah diundangkan atau ditetapkan dalam satu tahun anggaran + MoU dan PKS yang ditangani dalam satu tahun anggaran.

Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan

Jumlah usulan penataan organisasi, tatalaksana, dan analisis jabatan, serta fasilitasi pelaksanaan atau evaluasi reformasi birokrasi Kemenkes

Jumlah usulan penataan organisasi ke lintas sektor terkait + produk ketatalaksanaan dan analisis jabatan yang diusulkan untuk ditetapkan + fasilitasi pelaksanaan atau evaluasi reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan

Page 78: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

63

SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL

CARA PERHITUNGAN

Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

Jumlah penanganan kasus hukum di pengadilan, penanganan permasalahan hukum di luar pengadilan, penanganan pengurusan penyelesaian proses Kekayaan Intelektual, dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang Kesehatan

Jumlah kasus hukum yang tertangani dari tingkat pertama sampai dengan pelaksanaan eksekusi + penanganan permasalahan di luar pengadilan + penanganan pengurusan penyelesaian proses Kekayaan Intelektual + laporan fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal

Hasil penilaian reformasi birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal pada tahun berjalan

Nilai reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan dibagi standar nilai dikalikan seratus persen

Tabel 3.4.2

Capaian Indikator Tahun 2020

Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Meningkatnya bidang layanan

dan hukum dengan Indikator

kinerja kegiatan Perumusan

peraturan perundang-

undangan dan pembinaan

organisasi

1 Jumlah peraturan

perundang-undangan dan

produk hukum lain bidang

kesehatan yang disusun

125 245

2 Jumlah produk penataan

organisasi dan tatalaksana

serta fasilitasi pelaksanaan

reformasi birokrasi

Kementerian Kesehatan

18 24

3 Jumlah permasalahan dan

kasus hukum yang

tertangani serta fasilitasi

pengawasan dan

penyidikan bidang

kesehatan

206 227

4 Nilai Reformasi Birokrasi di

lingkup Sekretariat Jenderal

80 92,44

Page 79: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

64

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang

kesehatan yang disusun.

a) Permasalahan

- Kehadiran dan masukan perwakilan kementerian/lembaga terkait masih

menjadi kendala dalam pembahasan penyusunan RUU, RPP dan R

Perpres. Ketidakhadiran perwakilan menjadi salah satu faktor

penghambat karena terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan

klarifikasi dari kementerian yang menjadi penanggungjawabnya;

- Masih terdapat rancangan produk hukum dalam bentuk Permenkes dan

atau Kepmenkes dari unit teknis yang masuk ke Biro Hukum dan

Organisasi belum jelas secara substansi sehingga harus lakukan gelar

substansi kembali. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama

dalam penyelesaiannya;

- Khusus pada produk keputusan dan peraturan menteri, jumlahnya

melebihi target karena banyaknya permintaan dari unit teknis, dan

banyak draf yang diajukan secara cito;

- Belum adanya konsistensi antara perencanaan yang telah diusulkan

dalam program legislasi kesehatan dengan realisasi usulan yang masuk.

b) Pemecahan Masalah

- Dalam menyusun usulan perencanaan program legislasi kesehatan,

sebaiknya unit teknis perlu kematangan konsep sehingga pada saat

pelaksanaan usulan yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi tidak

jauh berbeda dengan apa yang telah direncanakan demikian pula perlu

dilakukan penyaringan yang lebih ketat terhadap usuluna regulasi;

- Melaksanakan uji kelayakan pembentukan peraturan untuk menyaring

peraturan yang akan ditetapkan

- Ditetapkannya kesepakatan agar pejabat yang mewakili dibekali dengan

masukan materi yang akan dibahas.

- Pertemuan koordinasi sinkronisasi dengan unit organisasi eselon I untuk

peningkatan pemahaman konten hukum dan kepatuhan terhadap SOP;

- Melakukan pembahasan secara intensif misalnya dengan pendampingan

penyusunan rancangan awal produk peraturan.

Page 80: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

65

c) Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut dalam penyusunan produk hukum adalah

memperbaiki atau menyempurnakan program kerangka regulasi legislasi

kesehatan n-1 (untuk tahun berikutnya) dengan menambahkan persyaratan

urgensi dan kesiapan rancangan peraturan.

2. Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi

pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan

a) Permasalahan

- Kebijakan pimpinan yang berubah-ubah menyebabkan kesulitan dalam

memutuskan penetapan OTK UPT

- Kesulitan dalam pengumpulan data hasil kinerja UPT yang akan menjadi

kriteria penilaian dalam penataan UPT

- Penempatan SDM dalam jabatan administrasi yang belum seluruhnya

sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi menyebabkan kesulitan dalam

proses pemetaan penyetaraan jabatan administrasi menjadi jabatan

fungsional.

- Pelaksanaan RB di level eselon I terlambat dilakukan, karena adanya

perubahan kebijakan KemenPANRBusulan/masukan substansi dan tindak

lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-

ubah/tidak sesuai substansi;

- Tindak lanjut dari unit pembina untuk materi substansi teknis tidak

komprehensif dan sering terlambat, yang menyebabkan perlu turun langsung

ke satuan kerja yang dituju untuk mendapatkan masukan/konfiirmasi.

- Konsep proses bisnis yang disusun masih berubah-ubah mengikuti

perubahan penyusunan RPJMN dan Renstra Kemenkes 2020-2024.

- Terdapat kesulitan dalam mendapatkan masukan unit teknis dalam

penyusunan Proses Bisnis UPT, sehingga perlu konfirmasi masukan

langsung dari UPT terkait untuk penyusunan SOP UPT.

- Perubahan kebijakan menyebabkan pengelolaan organisasi dan tatalaksana

serta penataan jabatan menjadi terhambat

- Usulan satuan kerja terhadap peta jabatan hanya memperhitungkan

keberadaan SDM yang ada, bukan berdasarkan beban kerja dan kebutuhan

organisasi.

Page 81: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

66

b) Pemecahan Masalah

- Penguatan koordinasi dengan lintas sektor terkait seperti Kementerian PAN

dan RB, Kementerian Dalam Negeri, BKN, dan intansi pembina JF untuk

menyamakan persepsi kegiatan organisasi dan tata laksana;

- penguatan dan pembagian peran yang jelas dengan Sekretariat Unit Eselon

I dalam penyelesaian permasalahan kegiatan;

- menstandarkan output/produk/tahapan kegiatan untuk satuan kerja yang

sejenis;

- membangun aplikasi SOP AP untuk memudahlan pengumpulan data dari

unit dan untuk menjadi data base untuk evaluasi SOP AP Kementerian

Kesehatan;

- penguatan kompetensi sumber daya manusia dalam perencanaan dan

implementasi konsep organisasi dan tatalaksana.

c) Rencana Tindak Lanjut

- Melakukan pembahasan penyederhanaan birokrasi dengan Kementerian

PANRB

- Menguraikan Konsep proses Bisnis yang telah disetujui Pimpinan menjadi

sub-sub proses hingga ke level (n)

- Pembahasan di tingkat Pimpinan untuk menentukan stuktur organisasi

Kemenkes untuk segera diusulkan ke KemenPANRB

- Melakukan pertemuan rutin dan berkala dengan Tim POKJA RB Kemenkes

dan Tingkat Eselon I.

- Memproses Penetapan Rancangan Peta Proses Bisnis UPT.

- Memfasilitasi penyusunan SOP yang terstandard.

- Mendorong unit pembina JF segera menetapkan formasi JF

- Memproses penetapan peta jabatan kantor pusat dan UPT di lingkungan

Kementerian Kesehatan.

- Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi

pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

3. Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi

pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

a) Permasalahan

- Kebijakan pimpinan yang berubah-ubah menyebabkan kesulitan dalam

memutuskan penetapan OTK UPT

Page 82: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

67

- Kesulitan dalam pengumpulan data hasil kinerja UPT yang akan menja di

kriteria penilaian dalam penataan UPT

- Penempatan SDM dalam jabatan administrasi yang belum seluruhnya

sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi menyebabkan kesulitan dalam

proses pemetaan penyetaraan jabatan administrasi menjadi jabatan

fungsional.

- Pelaksanaan RB di level eselon I terlambat dilakukan, karena adanya

perubahan kebijakan KemenPANRBusulan/masukan substansi dan tindak

lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-

ubah/tidak sesuai substansi;

- Tindak lanjut dari unit pembina untuk materi substansi teknis tidak

komprehensif dan sering terlambat, yang menyebabkan perlu turun langsung

ke satuan kerja yang dituju untuk mendapatkan masukan/konfiirmasi.

- Konsep proses bisnis yang disusun masih berubah-ubah mengikuti

perubahan penyusunan RPJMN dan Renstra Kemenkes 2020-2024.

- Terdapat kesulitan dalam mendapatkan masukan unit teknis dalam

penyusunan Proses Bisnis UPT, sehingga perlu konfirmasi masukan

langsung dari UPT terkait untuk penyusunan SOP UPT.

- Perubahan kebijakan menyebabkan pengelolaan organisasi dan tatalaksana

serta penataan jabatan menjadi terhambat

- Usulan satuan kerja terhadap peta jabatan hanya memperhitungkan

keberadaan SDM yang ada, bukan berdasarkan beban kerja dan kebutuhan

organisasi.

b) Pemecahan Masalah

- Mengadakan rapat koordinasi di awal tahun mengenai rencana tindak lanjut

penyelesaian kasus dan permasalahan di lingkungan kementerian

kesehatan dengan unit terkait.

- Melakukan advokasi kepada upt agar dapat mengidentifikasi hal-hal yg

berpotensi menjadi permasalahan kasus hukum.

- Memperbaiki sistem pendokumentasian arsip, khususnya yang terkait

dengan aset BMN.

- Meminimalisir permasalahan agar tidak sampai ke ranah peradilan.

- Tetap memantau penyelesaian kasus yang prosesnya sudah di luar

Kemenkes dengan berkordinasi secara intensif dengan K/L terkait dan

Page 83: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

68

Kementerian Kesehatan akan melakukan upaya hukum di jalur litigasi

sehingga ada progres yang konkrit terhadap penanganannya

c) Rencana Tindak Lanjut

- Mendorong Hukormas untuk berperan aktif dalam penanganan kasus dan

masalah di lingkungan Kementerian kesehatan melalui rapat-rapat

koordinasi

- Memperbaiki sistem pendokumentasian arsip, khususnya yang terkait

dengan aset BMN

- Meminimalisir permasalahan agar tidak sampai ke ranah peradilan

- Membuat matrik prioritas penyelesaian dan penanganan kasus hukum dan

aset. Terdapat 4 prioritas kasus dan masalah yang harus diselesaikan tahun

2020 yaitu; persiapan gugatan kepada ahli waris dr. Anantyo Muchtar

dengan objek gugatan rumah negara di Jl. Karang Anyar Gunung,

Semarang, Persiapan gugatan kepada penghuni rumah negara Jl. Tjik Di

Tiro No. 3 dan 7 Jakarta Pusat, Persiapan gugatan kepada penghuni rumah

negara milik Poltekkes Bandung, Persiapan gugatan kepada penghuni

rumah negara milik Poltekkes Semarang.

4. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal

Tidak ada uraian khusus terkait IKK Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup

Sekretariat Jenderal karena sudah dijelaskan di tiga IKK sebelumnya.

e. Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga,

Keuangan Dan Gaji

Sasaran kegiatan pengelolaan urusan tata usaha, keprotokolan, rumah tangga,

keuangan dan gaji adalah pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan

Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance dengan

indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel

berikut :

Page 84: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

69

Tabel 3.5.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK

SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN

Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance

Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol

1. Definisi pelanggan adalah pimpinan dan satuan kerja di unit utama Kementerian Kesehatan yang menerima pelayanan TU Pimpinan dan Protokol serta stakeholder lain yang mempunyai kepentingan dengan pimpinan

2. Definisi pimpinan mencakup: Para Pimpinan Tinggi Madya dan Staf Khusus Menteri (SKM)

3. Definisi angket adalah sejumlah pertanyaan yang menggambarkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan TU Pimpinan dan Protokol yang didistribusikan kepada para pelanggan setiap bulannya

4. Definisi Pelayanan pimpinan adalah pelayanan mengenai persuratan (surat masuk, surat keluar) dan Keprotokolan

Rata-rata persentase dan angket berskala likert yang diisi oleh pelanggan

Rumus: nilai yang didapat dari angket dibagi dengan nilai maksimum dikali 100%

Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)

1. Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) adalah sebuah upaya sistematis untuk mewujudkan kantor hijau dan sehat di lingkungan Kementerian Kesehatan melalui pendekatan aspek kantor ramah lingkungan, efisiensi energi dan air, 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin), keselatan dan kesehatan kerja perkantoran, dan pengelolaan kearsipan.

Jumlah hasil penilaian self-assessment Gerakan Kantor Berbydaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) oleh seluruh Satker dengan nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 75 (kumulatif dari tahun sebelumnya)

Page 85: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

70

SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN

2. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan kementerian Kesehatan

3. Self-assessment/penilaian mandiri adalah sebuah teknik penilaian penyelenggaraan gerakan kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) menggunakan instrument penilaian sebagaimana tertuang pada juknis yang dilakukan oleh satker Pusat/UPT yang bersangkutan

Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)

1. GNSTA yang dimaksud adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran Satker dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan kearsipan melalui aspek kebijakan, organisasi, SDM kearsipan , prasarana dan sarana, pengelolaan arsip serta pendanaan kearsipan.

2. Sembilan langkah GNSTA meliputi 1) Penciptaan naskah dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, 2) Penggunaan aplikasi Electronic Filling System (EFS), 3) Pemberkasan Arsip Aktif yang dilakukan pada central file serta melaporkan daftar arsip aktif setiap 6 (enam) bulan, 4) Pelaksanaan program arsip vital dan arsip terjaga, 5) Mengusulkan ASN yang akan menjadi jabatan fungsional, 6)

Jumlah satker yang melaksanakan Gerakan Nasonal Sadar Tertib Arsip (GNSTA) kumulatif dari tahun sebelumnya

Page 86: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

71

SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN

Melakukan pemindahan arsip inaktif secara berkala, 7) Melakukan pemusnahan arsip yang telah habis masa retensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 8) Melakukan penyerahan arsip statis dan 9) Melakukan pengawasan terhadap kearsipan

3. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan.

4. Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip. adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memenuhi minimal 5 (lima) langkah dari 9 (sembilan) langkah GNSTA

Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan

1. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan

2. Aplikasi E Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan adalah aplikasi yang memberikan layanan penggajian berupa daftar gaji, perincian gaji, dan bukti potong pajak serta layanan lainnya yang dapat diakses secara mandiri

3. Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E Monev adalah Satker yang telah mengakses data layanan penggajian pada aplikasi tersebut

Jumlah Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang menggunakan aplikasi E-Monev belanja pegawai Kementerian Kesehatan selama 1 tahun

Page 87: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

72

Tabel 3.5.2

Capaian Indikator Tahun 2020

SASARAN INDIKATOR TARGET CAPAIAN

Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance

Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol

80 % 86,69%

Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)

44 satker 52 satker

Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)

88 satker 88 satker

Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan

45 satker 46 satker

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan

Protokol

a) Faktor Keberhasilan

- Komitmen dari Pimpinan maupun Pelaksana dalam menjalankan setiap

tugas untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

- Kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

menjalankan tugas sehari hari.

- Tersedianya anggaran dan sarana prasarana yang cukup untuk

menunjang setiap kegiatan pelayanan TU Pimpinan dan Protokol.

- Terjalinnya komunikasi yang baik dan perbaikan terus menerus baik

internal maupun eksternal.

- Tersedianya database yang baik untuk menunjang pekerjaan rutin sehari

hari. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di Bagian TU

Pimpinan dan Protokol telah dilaksanakan dengan baik

Page 88: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

73

b) Permasalahan

- Bahan untuk acara yang mendadak sifatnya akan bersifat kurang

maksimal karena waktu penyiapan yang sangat singkat.

- Proses penyiapan bahan Pimpinan melalui tahapan/rantai birokrasi yang

terlalu lama yang berdampak waktu penyelesaian dan penyampaian

bahan kepada Bagian TU Pimpinan dan Protokol.

- Aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE) yang terkadang

mengalami kendala teknis.

- Peningkatan beban kerja Pegawai yang disebabkan karena adanya

perubahan kebijakan dalam hal manajemen kepegawaian PNS di

Kementerian Kesehatan sehingga terjadi penumpukan verbal-verbal

yang perlu ditandatangani dan atau diparaf oleh Pimpinan (Menteri

Kesehatan dan Sekretaris Jenderal).

- Pengurangan jumlah pegawai yang bertugas setiap harinya dikarenakan

adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta

kebijakan Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19 yang

mewajibkan pembagian jadwal piket pegawai.

- Kegiatan Pimpinan yang dinamis dan membutuhkan respon cepat

terutama terkait upaya penganggulangan pandemi COVID-19 sehingga

perlu dilakukan revisi acara harian yang sudah tersusun dan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait.

- Pelayanan keprotokolan menjadi terbatas terutama pada kegiatan

Pimpinan yang berupa inspeksi mendadak, hal ini dikarenakan Pimpinan

ingin mengetahui kondisi terkini di lapangan.

- Adanya Pegawai yang terkait pelayanan TU Pimpinan dan Protokol

terinfeksi COVID-19.

c) Pemecahan Masalah

- Pembagian piket yang proposional sehingga pegawai dapat bekerja lebih

optimal.

- Perbaikan aplikasi TNDE.

- Peningkatkan kapasitas SDM terhadap teknologi informasi yang

diperlukan di masa pandemi.

- Peningkatan koordinasi dan komunikasi dengan Pihak-Pihak terkait

pelayanan TU Pimpinan dan Protokol.

Page 89: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

74

- Bimbingan Teknis (Bimtek) Keprotokolan ke daerah daerah untuk

sosialisasi mengenai keprotokolan di kalangan internal Kementerian

Kesehatan agar dapat membantu tugas protokol di daerah.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Mengadakan rapat koordinasi penyiapan bahan yang melibatkan Pihak-

Pihak khususnya Satker yang menangani bahan-bahan pimpinan.

- Perlu dilakukan manajemen piket untuk hotline tersendiri terkait dengan

acara Pimpinan sehingga lebih mudah untuk berkoordinasi.

- Penunjukan dalam penugasan harus lebih efektif dan efisien dengan

tetap mempertimbangkan protokol kesehatan sehingga semua kegiatan

bisa terakomodir dengan baik sesuai dengan jenis acara dan jumlah titik

lokasi yang dikunjungi oleh Pimpinan.

- Diperlukan pemeriksaan rutin terhadap Pegawai terkait pelayanan TU

Pimpinan dan Protokol.

- Pembagian piket khusus untuk Pelaksana yang berada di sekitar

pimpinan.

2. Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor

Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)

a) Faktor keberhasilan

- Dengan adanya pandemi COVID-19 tingkat kepedulian pegawai

terhadap lingkungan kerja lebih meningkat dan berupaya melakukan

adaptasi kebiasaan baru.

- Sistem pemberlakukan jam kerja pegawai WFH/WFO mengakibatkan

tingkat okupansi pegawai yang masuk kantor menjadi lebih sedikit

menyesuaikan jadwal WFH/WFO, sehingga berdampak pada efisiensi

energi.

b) Permasalahan

- Budaya pegawai untuk beradaptasi kebiasaan baru.

- Pandemi COVID-19 menyebabkan ketidaksesuaian perencanaan awal

dengan pelaksanaan pada tahun berjalan dikarenakan adanya

kebutuhan yang mendesak khususnya anggaran untuk dukungan sarana

dan prasarana dalam upaya Pencegahan dan Penularan

Page 90: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

75

- Efisiensi anggaran terhadap kegiatan Pertemuan Monev BERHIAS,

berdampak terhadap kurang maksimalnya pelaksanaan monev terhadap

permasalahan yang terjadi pada Satker/UPT di lingkungan kantor

Kemenkes.

- Adanya penambahan instrumen penilaian terkait Pencegahan dan

Penularan COVID-19 yang mengakibatkan Satuan Kerja/UPT perlu

adaptasi terhadap instrumen penilaian yang baru, termasuk penyesuaian

anggaran untuk dukungan sarana dan prasarana.

c) Pemecahan Masalah

- Melakukan koordinasi secara tatap muka maupun pertemuan online

guna memonitor penyelenggaraan Kantor BERHIAS di lingkungan

kantor Kemenkes, serta memanfaatkan dukungan komunikasi melalui

pengiriman surat secara berkala terkait Satker/UPT yang telah

melakukan self assessment BERHIAS.

- Melakukan reviu kegiatan yang terdapat dalam DIPA dan

menyesuaikan kembali perencanaan sesuai kebutuhan yang bersifat

mendesak untuk operasional perkantoran agar target capaian indikator

kinerja tetap tercapai.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Membangun budaya kerja pegawai melalui infografis, media KIE terkait

adaptasi kebiasaan baru.

- Monitor dan evaluasi secara berkala agar kegiatan berjalan sesuai

dengan target yang telah direncanakan secara tepat sasaran.

3. Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip

(GNSTA)

a) Faktor pendukung

- Menteri Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Nasional Sadar Tertib

Arsip (GNSTA) dengan penandatangan pakta integritas antara Menteri

Kesehatan dengan semua Pimpinan Tinggi Madya kemudian

ditindaklanjuti dengan penandatangan antara Pimpinan Tinggi Madya

dengan seluruh Pimpinan Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Teknis

Page 91: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

76

- ditetapkannya Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.01/Menkes/231/2017 tentang Pengelolaan Arsip pada Satuan

Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Pusat di lingkungan Kementerian

Kesehatan

- Unit Utama telah mempunyai records center untuk penyimpanan Arsip

inaktif dan anggaran dukungan perngolaan sarpras kearsipan

- Inpassing Nasional dan deeselonisasi Jabatan Pengawas dan

Administrator

- Koordinasi yang baik antara Biro Umum dengan Sekretariat Unit Utama

dalam pendampingan pengelolaan kearsipan

- Komunikasi dan kerjasama yang baik antara Kementerian Kesehatan

dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Balai Sertifikasi

Elektronik (BSRE), Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) dan Badan/

Lembaga lainnya

- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor

HK.02.02/III/2367/2020 tentang road map Kearsipan di Lingkungan

Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

b) Permasalahan

- Pelaksanan 9 (sembilan) langkah GNSTA belum optimal dilaksanakan

oleh Satuan Kerja dan UPT terutama pada langkah penyerahan arsip

statis, pemusnahan arsip, program arsip vital dan arsip terjaga serta

pemindahan arsip inaktif

- Sebaran Arsiparis belum merata di setiap Satuan Kerja dan UPT

- Pengetahuan, keterampilan dan kompetensi Fungsional Arsiparis yang

diangkat melalui inpassing belum komprehensif

c) Pemecahan Masalah

- Penguatan pengelolaan arsip di Unit Utama dengan melakukan

koordinasi dan pendampingan pengelolaan arsip di Unit Utama, dan

diharapkan dapat diterapkan di satker dan UPT di Unit Utama masing-

masing

- Melakukan mapping sebaran serta menghitung beban kerja Fungsional

Arsiparis pada satuan kerja dan UPT, untuk Satuan Kerja atau UPT yang

belum atau masih kekurangan Fungsional Arsiparis dapat diberi

rekomendasi untuk alih jabatan atau pengadaan CPNS.

Page 92: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

77

- Memfasilitasi Fungsional Arsiparis yang ada di Satuan Kerja dan UPT

untuk mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi

-

d) Rencana Tindak Lanjut

- Pendampingan 9 (sembilan) langkah GNSTA meliputi penciptaan naskah

dinas, penggunaan aplikasi TNDE, pemberkasan arsip aktif, program

arsip vital dan arsip terjaga, pemindahan arsip inaktif, pemusnahan arsip,

penyerahan arsip statis dan pengawasan arsip dengan metode on job

training

- Berkoordinasi dengan ANRI terkait pengangkatan Fungsional Arsiparis

melalui alih jabatan, dan Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan

terkait pengadaan CPNS Arsiparis tahun 2021

- Berkerjasama dengan ANRI, Lembaga Pelatihan Kearsipan maupun

Asosiasi Arsiparis Indonesia untuk kegiatan sertifikasi kearsipan,

pelatihan, workshop, dan lain-lain

4. Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai

Kementerian Kesehatan

a) Faktor keberhasilan

- Telah dilakukan uji coba pengimplementasian aplikasi selama tahun

anggaran 2019 kepada 13 (tiga belas) Satker di Lingkungan Sekretariat

Jenderal dan penggunaan secara resmi dilaksanakan pada tahun

anggaran 2020.

- Komitmen dan peran serta Pimpinan dalam menindaklanjuti dan

mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018

tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

Nomor HK.02.02/III/1299/2020 tentang Penambahan Menu E-Monev

Belanja Pegawai pada E-Office di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

- Telah diterbitkan Surat Edaran Kepala Biro Umum Nomor

UM.03.02/4/1256/2020 tanggal 15 Mei 2020 tentang Penggunaan

Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.

- Telah dilaksanakan Sosialisasi Virtual Penggunaan Aplikasi E-Monev

pada tanggal 8 Juli 2020 dengan peserta sebanyak 32 Satker yang

Page 93: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

78

merupakan target capaian tahun 2020 sesuai Surat Kepala Biro Umum

Nomor KU.02.01/4/1460/2020 tanggal 6 Juli 2020 dengan fokus

pertemuan adalah sosialisasi awal terkait aplikasi E-Monev Belanja

Pegawai.

- Telah dilaksanakan Workshop dan Monitoring E-Monev Belanja Pegawai

pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2020 dengan peserta 28 Satker sesuai

Surat Plt. Kepala Biro Umum Nomor IR.02.01/4/2309/2020 tanggal 12

Oktober 2020 dengan fokus pertemuan adalah pendalaman substansi

dan tata cara penggunaan aplikasi,

- Telah dilaksanakan Rapat Evaluasi E-Monev Belanja Pegawai pada

tanggal 5 dan 6 November 2020 dengan peserta 14 Satker sebagai

tindak lanjut pertemuan sebelumnya sesuai Surat Plt. Kepala Biro Umum

Nomor UM.03.01/4/2469/2020 tanggal 27 Oktober 2020.

- Telah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan secara

langsung/tatap muka di beberapa Satuan Kerja target. Satker di

Lingkungan Sekretariat Jenderal dan penggunaan secara resmi

dilaksanakan pada tahun anggaran 2020.

- Komitmen dan peran serta Pimpinan dalam menindaklanjuti dan

mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018

tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

Nomor HK.02.02/III/1299/2020 tentang Penambahan Menu E-Monev

Belanja Pegawai pada E-Office di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

- Telah diterbitkan Surat Edaran Kepala Biro Umum Nomor

UM.03.02/4/1256/2020 tanggal 15 Mei 2020 tentang Penggunaan

Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.

- Telah dilaksanakan Sosialisasi Virtual Penggunaan Aplikasi E-Monev

pada tanggal 8 Juli 2020 dengan peserta sebanyak 32 Satker yang

merupakan target capaian tahun 2020 sesuai Surat Kepala Biro Umum

Nomor KU.02.01/4/1460/2020 tanggal 6 Juli 2020 dengan fokus

pertemuan adalah sosialisasi awal terkait aplikasi E-Monev Belanja

Pegawai.

- Telah dilaksanakan Workshop dan Monitoring E-Monev Belanja Pegawai

pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2020 dengan peserta 28 Satker sesuai

Surat Plt. Kepala Biro Umum Nomor IR.02.01/4/2309/2020 tanggal 12

Page 94: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

79

Oktober 2020 dengan fokus pertemuan adalah pendalaman substansi

dan tata cara penggunaan aplikasi,

- Telah dilaksanakan Rapat Evaluasi E-Monev Belanja Pegawai pada

tanggal 5 dan 6 November 2020 dengan peserta 14 Satker sebagai

tindak lanjut pertemuan sebelumnya sesuai Surat Plt. Kepala Biro Umum

Nomor UM.03.01/4/2469/2020 tanggal 27 Oktober 2020.

b) Permasalahan

- Belum terdapat aturan yang mewajibkan Satker untuk menggunakan

Aplikasi E-monev Belanja Pegawai khususnya Satker yang tidak memiliki

CPNS yang mengusulkan pembayaran uang makan CPNSnya kepada

Biro Umum;

- Belum adanya surat balasan dari Biro Umum kepada Satker terkait

permintaan user Satker sebagai bukti pengaktifan admin approval

maupun admin pengelola pada Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.

- Data kehadiran pada menu pengusulan uang makan di Aplikasi E-Monev

Belanja Pegawai terintegrasi dengan Aplikasi E-Office, sedangkan masih

terdapat Satker di lingkungan Kementerian Kesehatan baik Kantor Pusat

maupun Kantor Daerah/UPT yang belum menggunakan aplikasi E-Office

sebagai pengelolaan kehadiran/absensi sehingga penginputan data

kehadiran/absensi harus dilakukan secara manual.

- Belum dilakukan sinkronisasi secara berkala data pegawai pada aplikasi

E-Office dengan data pegawai pada aplikasi SIMKA Biro Kepegawaian,

sehingga berdampak pada data Aplikasi E-Monev (contohnya: masih

terdapat data pegawai pensiun yang masih aktif di Aplikasi E-Monev

Belanja Pegawai).

- Belum terdapat menu pada Aplikasi E-Monev yang dapat mengakomodir

penghasilan pegawai selain gaji dan tukin/remunerasi (misalnya pada

Satker Rumah Sakit) dan potongan gaji lainnya (misalnya pinjaman

bank).

- Pengaturan tanggal pada menu usulan uang makan belum menampilkan

hari libur nasional atau cuti bersama, sehingga Pengelola Satker

kesulitan melakukan input manual apabila terdapat libur nasional atau

cuti bersama.

- Masih terdapat Satker yang belum terinfo secara jelas mengenai

penggunaan Aplikasi E-monev Belanja Pegawai bagi internal Satker.

Page 95: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

80

- Apabila terjadi pergantian Pejabat/Pengelola Aplikasi E-Monev Belanja

Pegawai pada Satker, Pengelola sebelumnnya tidak melakukan transfer

knowledge terlebih dahulu dengan Pengelola baru.

- Jumlah SDM Biro Umum yang mampu mengelola Aplikasi E-Monev

masih terbatas.

- Admin satker memerlukan waktu lebih untuk memahami masing-masing

alur dan fungsi yang terdapat pada Aplikasi E-monev Belanja Pegawai

c) Pemecahan Masalah

Pengembangan aplikasi khususnya pada menu pengusulan dimana

terdapat 2 alternatif pengusulan yang memudahkan Satker yaitu:

- Menarik data dari E-Kehadiran yang sudah terintegrasi dengan Aplikasi

E-Office Kemenkes

- Menginput manual menggunakan menu set default dimana menu

tersebut memudahkan Satker untuk mengisi usulan tiap pegawai

menjadi kategori M (masuk)

- Menyusun dan mensosialisasikan Surat Edaran Sekretaris Jenderal

terkait penggunaan Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai untuk

Pengelolaan Pembayaran Gaji CPNS Kemenkes.

2. d) Rencana Tindak Lanjut

- Mensosialisasikan E-Monev Belanja Pegawai melalui media Komunikasi

Informasi Elektronik (KIE)

- Melakukan sinkronisasi data pegawai secara berkala

- Menyusun surat balasan usulan permintaan user Satker yang berisikan

username dan password sebagai bukti pengaktifan admin approval

maupun admin pengelola pada Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai

- Menetapkan nomor call center Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai

- Menyusun dan mensosialisasikan Surat Edaran Kepala Biro Umum

terkait tata cara unduhan pada aplikasi E-Monev Belanja Pegawai

seperti rincian gaji, daftar gaji, bukti potong pajak, dan lain-lain

- Melakukan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan komitmen Tim

Pengelola Aplikasi E-monev Belanja Pegawai Biro Umum

Page 96: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

81

- Melakukan penyempurnaan Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai secara

bertahap, termasuk salah satunya yaitu simplifikasi alur dan tahapan

pengajuan usulan uang makan CPNS Kemenkes

- Sosialisasi/Bimbingan Teknis baik secara virtual maupun tatap muka

secara kontinyu serta melakukan pendekatan baik formal maupun

informal untuk Satker yang belum menggunakan Aplikasi E-Monev

Belanja Pegawai

f. Pengelolaan Data Dan Informasi

Sasaran kegiatan pengelolaan data dan informasi adalah meningkatnya pengelolaan

data dan informasi kesehatan dengan indikator, definisi operasional dam cara

perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK

Sasaran Indikator Definisi Operasional

Cara Perhitungan

Meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan

Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)

Suatu sistem informasi dinyatakan telah terintegrasi dalam ASDK bila data yang bersumber dari aplikasi sistem informasi tersebut telah disepakati dan terdapat pada ASDK. Target pada tahun 2020 yaitu 10 aplikasi.

Tahapan dalam mengintegrasikan sistem informasi yaitu menetapkan data, variabel serta indikator yang dilengkapi atribut data; membuat Application Programming Interface (API), memastikan data yang masuk dalam sistem informasi unit sama dengan data di database ASDK serta memastikan data terkumpul dan tersaji/tersedia sesuai periode data.

Persentase Indikator Pembangunan Kesehatan yang Diukur dengan Data Rutin

Indikator pembangunan kesehatan yang berasal dari data rutin dengan kualitas data baik yang merupakan sumber data bagi program dalam memantau capaian kinerja

jumlah indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin dan berkualitas baik (numerator) dibagi jumlah seluruh indikator pembangunan kesehatan yang diusulkan diukur dengan data rutin (denominator) dikali 100%

Page 97: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

82

Tabel 3.6.2

Capaian Indikator Tahun 2020

Sasaran Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Meningkatnya

pengelolaan data dan

informasi kesehatan

Jumlah Sistem Informasi

Kesehatan yang terintegrasi

dalam Aplikasi Satu Data

Kesehatan (ASDK)

10 10

Persentase indikator

pembangunan kesehatan yang

diukur dengan data rutin

4 4

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu

Data Kesehatan (ASDK)

a) Faktor Keberhasilan

Koordinasi dan komunikasi antara unit/satker/fasilitas pelayanan kesehatan

dengan Pusat Data dan Informasi; kelengkapan atribut data; ketersediaan

standar pertukaran data atau Application Programming Interface (API); dan

kepatuhan sumber data dalam melaporkan datanya.

b) Permasalahan

- Dengan adanya kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa

kegiatan pengintegrasian mundur dari waktu yang sudah ditetapkan.

- Anggaran kegiatan pengintegrasian mengalami refocusing atau

pengalihan anggaran untuk penanganan COVID-19.

- Umumnya pengembangan aplikasi atau sistem informasi di unit/satker

menggunakan jasa pihak ketiga dan tidak dilengkapi dengan API

sehingga memerlukan waktu dalam penyusunan API

- Masih terdapat ego program/ego sektoral terhadap suatu data yang sama

yang dikumpulkan oleh unit/satker yang berbeda.

Page 98: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

83

c) Rencana Tindak Lanjut

- Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan unit/satker yang

mengembangkan aplikasi/sistem informasi

- Membuat forum data yang membahas data hasil integrasi aplikasi/sistem

informasi agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.

2. Persentase Indikator Pembangunan Kesehatan yang Diukur dengan Data

Rutin

a) Faktor Keberhasilan

Indikator ini bergantung pada unit pelapor indikator pembangunan kesehatan

dalam hal ini provinsi dan kabupaten/kota. Berbeda dengan data survei, data

rutin memerlukan komitmen dan keaktifan unit pelapor untuk menyampaikan

cakupan indikator pembangunan data rutin. Kegiatan pengelolaan data rutin

juga mempengaruhi kualitas data. Kegiatan pengumpulan, pengisian dan

pelaporan data rutin perlu memperhatikan periodisasi pelaporan data, yang

terdiri atas bulanan, triwulanan dan tahunan.

Media pencatatan dan pelaporan juga mempengaruhi kualitas data pada

akhirnya, diupayakan data didapatkan, dicatat dan dilaporkan secara

elektronik untuk menjamin ketepatan waktu dan terjamin ketersediaannya.

Untuk melaksanakan seluruh tahapan tersebut sangat diperlukan koordinasi

dari berbagai pihak penyedia data rutin yaitu pengelola data dan informasi

dari berbagai program dan lintas sektor serta daerah (provinsi dan

kabupaten/kota).

b) Permasalahan

- Belum semua indikator pembangunan kesehatan dapat dipantau

langsung pada sistem atau database Pusat Data dan Informasi.

- Terdapat indikator pembangunan kesehatan (RPJMN) yang memerlukan

penguatan dalam pengumpulan datanya karena merupakan indikator baru

dan definisi operasional indikator yang masih perlu disosialisasikan pada

pengelola program dan pengelola data.

- Masih terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan

sistem pencatatan dan pelaporan secara elektornik sehingga kecepatan

dan ketepatan waktu masih belum terpenuhi.

Page 99: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

84

c) Rencana Tindak Lanjut

- Unit program perlu meningkatkan sosialisasi indikator pembangunan

kesehatan yang menjadi ampuannya kepada unit pelapor (provinsi,

kabupaten/kota, fasilitas pelayanan kesehatan).

- Meningkatkan anggaran DAK fisik dan non fisik untuk menjamin

tersedianya fasilitas pencatatan dan pelaporan elektronik, juga internet

sebagai media yang mempercepat laporan disampaikan kepada unit di

atasnya hingga Kementerian Kesehatan.

- Meningkatkan koordinasi pengintegrasian sistem pelaporan yang ada ke

dalam database Kementerian Kesehatan sehingga dapat dimanfaatkan

dalam pengambilan keputusan.

g. Penanggulangan Krisis Kesehatan

Sasaran kegiatan penanggulangan krisis kesehatan adalah meningkatnya upaya

Kesehatan pengelolaan krisis Kesehatan di daerah dengan indikator, definisi

operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan

Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah mendapatkan advokasi, sosialisasi dan pendampingan melalui kegiatan:

- Assesment Kapasitas Daerah Dalam Penerapan Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Penyusunan Peta Respon

- Penyusunan Rencana Kontijensi

- Penyelenggaraan Gladi/Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

Jumlah kabupaten/kota yang

Jumlah kabupaten/kota yang

Jumlah kabupaten/kota yang

Page 100: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

85

Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan

mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan.

mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan

Tabel 3.7.2

Capaian IKK Tahun 2020

Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

10 10

Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan

20 20

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya

dalam upaya pengurangan risiko krisis Kesehatan. a) Faktor

keberhasilan

- Terlaksananya kegiatan pendukung yaitu Assesment Kapasitas Daerah

dalam pemerapan manajemen penanggulangan krisis kesehatan 15

lokasi.

b) Permasalahan

- Sejak kasus pandemi COVID-19 melanda Indonesia terjadi pembatasan

pergerakan orang sehingga tidak dapat dilakukan wawancara ke daerah

sasaran.

- Refocusing anggaran karena anggaran dialokasikan pada

penanggulangan pandemi COVID-19

c) Pemecahan Masalah

- Merencanakan pelaksanaan kegiatan lebih awal dan menginformasikan

kepada Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten/kota untuk menyiapkan

Page 101: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

86

data dukung/dokumen yang diperlukan untuk melengkapi kegiatan

assessment untuk penginputan dan pengolahan data dengan

menggunakan aplikasi sehingga lebih mudah dan lebih cepat dalam

menghasilkan informasi yang dibutuhkan;

- Menunda pelaksanaan kegiatan sampai kondisi lebih kondusif dan

mendapatkan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Komunikasi yang intensif dengan Provinsi, Kabupaten/Kota agar

kebutuhan data dan informasi dibutuhkan dapat dihimpun untuk

memudahkan penginputan data;

- Membuat komitmen bersama seluruh pejabat dan staf pusat krisis

kesehatan terkait pelaksanaan kegiatan di masa yang akan datang.

Memasukkan target 2020 ke dalam perencanaan anggaran 2021, dengan

mengkombinasikan metode daring dan luring.

2. Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan

kab/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan.

a) Faktor Keberhasilan

- Koordinasi Klaster Kesehatan Nasional berjalan dengan baik,

sehingga pelaksanaan mobilisasi tenaga bantuan kesehatan pusat,

organisasi Profesi dan LSM dapat dilakukan secara cepat dan tepat

untuk upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayah terdampak

bencana;

- Komitmen untuk dukungan bantuan kesehatan melalui mekanisme

Klaster Kesehatan Nasional sangat baik.

b) Permasalahan

- Petugas yang sudah dilatih manajemen penanggulangan krisis

kesehatan, karena kebijakan pemerintah daerah sudah di

rotasi/mutasi ke program lain, sementara petugas pengelola program

krisis kesehatan pengganti belum memperoleh transfer ilmu

pengetahunan manajemen krisis kesehatan;

- Petugas kesehatan yang dibutuhkan untuk upaya penanggulangan

krisis kesehatan di Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dan fasilitas

Page 102: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

87

kesehatan ikut terdampak bencana sehingga pelayanan kesehatan

mengalami kelumpuhan;

- Kecepatan respon Klaster Kesehatan Nasional terhambat karena

sulitnya sarana transportasi dan jalan ke lokasi bencana akibat

terkena dampak bencana.

c) Pemecahan Masalah

- Melaksanakan kegiatan pendampingan ke dinas kesehatan provinsi,

kab/kota untuk memperkuat manajemen penanggulangan krisis

kesehatan;

- Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota

terdekat dan lintas sektor terkait, serta organisasi profesi dan LSM

untuk mobilisasi sumber daya kesehatan;

- Melakukan evaluasi pasca penanggulangan krisis kesehatan untuk

pembelajaran atas upaya yang dilakukan untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

- Penyegaran pengetahuan sumber daya manusia dalam manajemen

penanggulangan krisis kesehatan

d) Rencana Tindak Lanjut

- Koordinasi yang lebih baik antara Pusat Krisis Kesehatan dengan

dinas kesehatan kab/kota dan dinas kesehatan kab/kota dengan lintas

sektor terkait di wilayah masing-masing untuk manajemen

penanggulangan krisis kesehatan;

- Merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas manajemen

penanggulangan bencana bagi sumber daya manusia Dinas Provinsi,

Kab/Kota.

h. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

Sasaran kegiatan peningkatan kerja sama luar negeri adalah meningkatkan peran

aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan dengan indikator,

definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 103: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

88

Tabel 3.8.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan

Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan

Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani

Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Kesehatan adalah Perjanjian Kerja Sama Teknis Bidang Kesehatan atau hibah luar negeri antara Kementerian Kesehatan RI dengan Kementerian Kesehatan Negara Mitra, Organisasi Internasional atau Organisasi Non Pemerintah Asing lainnya

Jumlah Dokumen Perjanjian Kerja sama Bilateral Bidang Kesehatan yang ditandatangani dalam satu tahun

Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan

Prakarsa Indonesia adalah gagasan/inisiatif yang disampaikan dan diterima, baik sebagian atau keseluruhannya, dalam dokumen akhir Pertemuan Regional dan Multilateral Bidang Kesehatan

Jumlah Dokumen akhir pertemuan Regional dan Multilateral yang memuat prakarsa Indonesia diantaranya dalam bentuk resolusi, keputusan, deklarasi, kesimpulan, rekomendasi, concept note, atau kerangka acuan dalam satu tahun

Tabel 3.8.2

Capaian Indikator Tahun 2020

SasaranSasaran Program/Kegiatan

Indikator Target Realisasi

Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan

Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani

3 3

Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan

5 5

Page 104: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

89

Hal hal yang mempengaruhi pencapaian target

a) Faktor Keberhasilan

Pencapaian kinerja tersebut di atas, terkait langsung dengan sumber daya yang

tersedia di Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya pembiayaan pelaksanaan

kegiatan.

Seperti diuraikan sebelumnya, dibalik terpenuhinya target jumlah kesepakatan

kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan pada tahun

2020, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai

pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :

1) Keberhasilan Indonesia atau Kementerian Kesehatan menyelenggarakan

pertemuan internasional.

2) Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti

perkembangan isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.

3) Komitmen Indonesia untuk menjadi chair/Ketua pada forum-forum

internasional

4) Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup.

b) Permasalahan

Meskipun hasilnya cukup baik, sejumlah tantangan/permasalahan masih perlu

menjadi perhatian Biro Kerja Sama Luar Negeri. Tantangan tersebut adalah:

1) Terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh dunia sehingga menyebabkan

banyak sekali kegiatan-kegiatan baik Nasional maupun internasional yang

batal diselenggarakan secara tatap muka

2) Banyak kegiatan-kegiatan yang ditunda pelaksanaannya dan dijadwalkan

ulang sehingga tidak sesuai dengan rencana awal pelaksanaan kegiatan

3) Pembatasan Sosial Berskala Besar yang diterapkan di wilayah Jakarta dan

sekitarnya dan mekanisme masuk kerja dengan Work From Home dan Work

From Office menyebabkan terkendalanya koordinasi secara langsung

4) Perubahan mekanisme pencairan anggaran dengan sistem online

menyulitkan koordinasi dengan pihak KPPN karena tidak bisa dilakukan

koordinasi secara langsung/tatap muka dan kesulitan dalam koordinasi

secara daring

c) Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Biro Kerja Sama Luar Negeri telah

melakukan hal-hal sebagai berikut :

Page 105: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

90

1) Karena kegiatan tidak dapat dilakukan secara tatap muka sehingga

dilakukan secara virtual

2) Revisi anggaran dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan secara

virtual

3) Melakukan koordinasi dan rapat rutin antara pimpinan dan staf melalui

aplikasi meeting virtual

4) Terus melakukan koordinasi secara intensif dengan KPPN mitra terkait

pencairan anggaran.

i. Pengelolaan Komunikasi Publik Dan Pelayanan Masyarakat

Sasaran kegiatan pengelolaan komunikasi public dan pelayanan masyarakat

adalah meningkatnya pengelolaan komunikasi publik dengan indikator, definisi

operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan

Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

Meningkatnya pengelolaan komunikasi publik

Jumlah publikasi kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media

Informasi program pembangunan kesehatan yang dipublikasikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik, media sosial (facebook, twitter, youtube, website) rilis penerbitan, dan media tatap muka (sosialisasi/pertemuan)

Menjumlahkan total publikasi yang disebarkan ke masyarakat oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarkat melalui media cetak dan elektronik, rilis, media sosial yaitu : facebook, twitter, youtube, website, penerbitan dan , media tatap muka (sosialisasi/pertemuan)

Jumlah layanan informasi publik (permohonan dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan

Layanan informasi publik adalah berupa permohonan informasi dan pengaduan masyarakat yang masuk ke Biro Komunikasi dan

Menjumlahkan total permohonan informasi dan pengaduan masyarakat yang masuk melalui aplikasi Saluran Informasi Aspirasi dan

Page 106: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

91

Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

Pelayanan Masyarakat melalui aplikasi Saluran Informasi Aspirasi dan Pengaduan ( Halokemenkes, email, pojok info,, PPID, LAPOR, SMS, Surat, Whatsapp)

Pengaduan ( Halokemenkes, email, pojok info,, PPID, LAPOR, SMS, Surat, Whatsapp) dengan status telah terselesaikan

Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan

Kategori Baik adalah jumlah UPT Kemenkes yang telah menerapkan interaksi pelayanan publik sesuai Permenkes No. 33 Tahun 2019 tentang Panduan Perilaku Interaksi pelayanan publik di lingkungan Kementerian Kesehatan dan memperoleh angka penilaian diatas 70.

Melakukan penilaian melalui survei dengan angka sange standar penilaian sebagai berikut : 91-100 Prima; 81-90 sangat baik; 71-80 Baik; 61-70 Cukup; 51-60 Kurang; 0-50 Buruk.

Tabel 3.9.2

Capaian Indikator Tahun 2020

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1.Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan

kepada masyarakat

a) Faktor Keberhasilan

- Sumber Daya Manusia

Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Target Realisasi

Meningkanya pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat

Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat

69.000 16.645

Jumlah layanan informasi public (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan

19.690 45.764

Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaaan standar interaksi pelayanan

30 30

Page 107: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

92

Sumber daya manusia pada Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

sudah sesuai dengan analisa kebutuhan dan sesuai dengan peta jabatan

yang telah ditetapkan oleh Kemenpan RB, namun demikian perlu

dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya dalam bidang

Kehumasan.

- Time Schedule, Semua pekerjaan memiliki deadline waktu

- Dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan pimpinan terhadap kegiatan yang direncakan oleh Biro

Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

b) Permasalahan

- Adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan dan terjadinya refocusing anggaran untuk

penanganan pandemi COVID-19

- Mediakom yang terbit 12 edisi setiap tahun (Terbit setiap Bulan) belum

bisa terbit tepat waktu

- Digitalisasi Mediakom sudah selesai dilaksanakan, namun belum optimal

beroperasi dan akan dioptimalkan secara penuh di tahun 2021

- Kegiatan publikasi melalui media televisi dan radio, di tahun 2020

bentuknya masih berupa talkshow dan beberapa media cetak dan online.

c) Pemecahan Masalah

- Menjadwalkan ulang kegiatan dan alokasi anggaran terkait dengan

penanganan pandemi COVID-19

- Dilaksanakan Pelatihan Mediakom untuk menjaring kontributor baru dan

membantu menyelesaikan satu edisi Mediakom

- Diperlukan metode lain untuk publikasi program kesehatan melalui TV

dan Radio, apakah bentuk sinetron atau drama kesehatan lainnya.

Namun tantangannya adalah membutuhkan dana besar.

- Pemecahan masalah dari SDM adalah meningkatkan kapasitas petugas/

staf.

d) Rencana Tindak Lanjut

- Tahun 20210 akan diatasi dengan dibuatkan PJ untuk setiap rubrik, Dari

20 Rubrik yang saat ini ada, dikelompokkan kedalam empat rubric besar,

dan setiap rubriknya akan dipasang satu orang pranata humas sebagai

Penanggung Jawab

- Proses Digitalisasi Mediacom akan running di tahun 2021.

Page 108: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

93

- Diperlukan penambahan metode lain untuk publikasi program kesehatan

melalui tv dan radio, apakah bentuk sinetron atau drama kesehatan

lainnya. Namun tantangannya adalah membutuhkan dana besar.

- Dilakukan pelatihan singkat untuk staf di internal Birokom Yanmas dan

unit utama lain serta Dinas Kesehatan yang berkontribusi kuat terhadap

capaian indikator Rokomyanmas

2. Jumlah Layanan Informasi (Permohonan Informasi dan Pengaduan

Masyarakat) yang diselesaikan

a) Permasalahan

Dalam Indikator ke 2 ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

agar puas sering kali kesulitan saat harus berhubungan dengan Unit Satker

lain. Dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga akan

menimbulkan kekurangpuasan masyarakat.

b) Pemecahan Masalah

Koordinasi dengan unit-unit teknis lainnya dengan melakukan pertemuan

untuk membahas semua permasalahan yang dihadapi selama pelayanan.

c) Rencana Tindak Lanjut

Sebagai realisasi UU Keterbukaan Informasi Publik, PPID akan melakukan

internalisasi Permenkes No 37 tahun 2019 tentang Pedomman Permohonan

Informasi Publik di lingkungan Kemenkes. Untuk menciptakan pelayanan

pemerintah yang mudah diakses masyarakat. ULT akan memberikan

pelayanan perizinan dan non perizinan yang cepat dan tidak berbelit,

mempercepat respon terhadap masyarakat, seperti halnya mengacu pada

penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang memiliki tugas untuk

melayani perizinan dan non perizinan dengan sistem satu pintutetapi di

lingkup kerja Kementerian Kesehatan.

j. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

Sasaran kegiatan peningkatan analisis determinan kesehatan adalah kebijakan

pembangunan Kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan dengan

Page 109: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

94

indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.10.1

Definisi Operasional dan Cara perhitungan

Sasaran Indikator Definisi

Operasional Cara Perhitungan

Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan

Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan

Jumlah rancangan kebijakan pembangunan kesehatan yang disusun berdasarkan analisis kebijakan determinan kesehatan

Jumlah dokumen hasil analisis kebijakan determinan kesehatan yang digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan kebijakan pembangunan kesehatan

Tabel 3.10.2

Capaian Indikator Tahun 2020

Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

1. Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang

diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan

a) Faktor Keberhasilan

- Adanya tugas lain yang mendesak diluar output PADK sesuai arahan

dari pimpinan.

- Penyerapan kegiatan paket meeting yang tidak sesuai

dengan perencanaan (undangan peserta dll), penyerapan belanja

modal tidak maksimal karena gagal lelang, revisi anggaran yang

Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Target Realisasi

Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan

Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan

4 4

Page 110: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

95

menyesuaikan dengan situasi yang ada

b) Permasalahan

- Ketidaksesuaian antara jadwal dengan RPK/RPD

- Kurang dukungan Lintas Sektor/Program

c)Pemecahan Masalah

- Fokus dalam mengerjakan output

- Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan

penyerapan anggaran

- Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai

dengan ouput dan kegiatan PADK. Kerjasama antar lintas

program/sektor yang mendukung pelaksanaan penyerapan anggaran

- Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran.

d) Rencana Tindak Lanjut

Menyesuaikan jadwal dengan RPK/RPD

k. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

Sasaran peningkatan kesehatan jemaah haji adalah jemaah haji yang

mendapatkan pelayanan Kesehatan haji denagn indeks kepuasan minimal baik

dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.11.1

Definisi Operasional Dan Cara Perhitungan

Sasaran Indikator Definisi

Operasional Cara Perhitungan

Jemaah haji yang mendapatkan pelayanan kesehatan haji dengan indeks kepuasan minimal baik

Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)

Nilai kepuasan Jemaah Haji terhadap pelayanan kesehatan haji saat operasional di Arab Saudi baik

Nilai kepuasan Jemaah haji yang menyatakan baik (dengan metode survey)

Page 111: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

96

Sasaran Indikator Definisi

Operasional Cara Perhitungan

Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan

Jemaah haji yang mendapatkan pembinaan, pemeriksaan kesehatan, vaksinasi sesuai dengan kuota yang ditetapkan pada tahun berjalan.

Jumlah Jemaah haji yang mendapatkan pembinaan, pemeriksaan kesehatan, vaksinasi serta memiliki Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) .

Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan

Pengukuran kebugaran jemaah haji dilaksanakan sebelum masuk Embarkasi dengan menggunakan metode Rockport atau Six Minutes Walk Test

Jumlah Jemaah haji yang dilakukan pengukuran kebugaran pada tahun berjalan dibagi Jumlah Total Jemaah haji yang akan berangkat pada tahun yang sama dikali 100% .

Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus sebelum keberangkatan

Jemaah Haji yang memperoleh vaksinasi atau profilaksis terhadap penyakit Meningitis meningokokus setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Jumlah Jemaah haji yang diberikan vaksin meningitis atau profilaksis lainnya dibagi Jumlah Total Jemaah haji yang akan berangkat pada tahun yang sama dikali 100%

Tabel 3.11.2

Capaian Indikator Tahun 2020

Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Meningkatnya pembinaan kesehatan jemah haji mencapai istithaah (kemampuan)

Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)

Baik Baik

Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan

221.000 211.276

Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan

80 63,5

Page 112: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

97

Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus sebelum keberangkatan

100 81,4

Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target

Capaian untuk 3 IKK yaitu Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan

kesehatan, Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran

jasmani sebelum keberangkatan, Persentase jemaah haji memperoleh

perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus

sebelum keberangkatan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.Faktor Keberhasilan

- Adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 yang menetapkan bahwa

jemaah haji dapat diberangkatkan ke Tanah Suci bila memenuhi persyaratan

kesehatan, sehingga semua jemaah haji harus mendapatkan pembinaan,

pelayanan dan perlindungan kesehatan.

- Adanya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2016 tentang

Isithaah Kesehatan Jemaah Haji.

- Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.01/Menkes/33/2020

tentang Kategori Sakit Permanen Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji.

Adanya Surat Edaran Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian

Agama RI Nomor 4001 Tahun 2018 tentang Persiapan Operasional

Penyelenggaraan Ibadah Haji Dalam Negeri Tahun 1439H/2018M, yang

mewajibkan jemaah dapat melunasi BPIH bila sudah diperiksa kesehatannya

dan ditetapkan statusnya Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan. Selain itu

proses pembuatan visa dapat dilakukan bila jemaah haji sudah menerima

vaksinasi meningitis meningokokus.

2. Permasalahan

- Adanya pandemi COVID-19 sehingga jemaah haji tidak dapat melakukan

pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan dan pemberian vaksinasi. Hal ini

disebabkan karena jemaah khawatir tertular COVID-19 bila melakukan aktifitas

di luar rumah. Selain itu juga beberapa sarana kesehatan difokuskan untuk

Page 113: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

98

melayani dan melakukan upaya promotif preventif terkait penyebaran COVID-

19.

- Dibatalkannya keberangkatan jemaah haji tahun 2020, sesuai Keputusan

Menteri Agama no. 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan

Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1441H/2020M.

- Hal ini berimbas pada jemaah haji yang belum melakukan pemeriksaan

kesehatan, maka jemaah tersebut tidak akan melakukan pemeriksaan

kesehatan lagi karena tidak harus melunasi Bipih.

- Jemaah haji yang belum dilakukan penyuntikan vaksin meningitis juga tidak

melanjutkan upaya penyuntikan, karena tidak akan diproses pembuatan visanya

tahun ini.

3. Pemecahan Masalah

- Dibuat Surat Edaran Kepala Pusat Kesehatan Haji Nomor HK.02.03/3/954/2020

kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Kepala

Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi se-Indonesia agar tetap melakukan

kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji di daerahnya, baik pemeriksaan

kesehatan, pembinaan kesehatan dan perlindungan kesehatan (Surat Edaran

terlampir)

- Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan bersamaan dengan pemberian

vaksinasi, dengan menggunakan protokol kesehatan, sehingga jemaah haji

tidak datang serempak pada waktu bersamaan.

- Pembinaan kesehatan jemaah haji tetap dilaksanakan dengan memperhatikan

protokol kesehatan, salah satunya dengan menggunakan metode online.

- Membuat vlog haji sehat dan disebarluaskan melalui berbagai saluran media

guna meningkatkan pengetahuan dan perilaku jemaah agar tetap

mempraktekkan hidup sehat

- Tetap dilakukan koordinasi dan peningkatan kapasitas petugas kesehatan

menggunakan metode online (webinar).

- Pelatihan pengelola kesehatan haji kabupaten/kota secara online (e-learning).

- Pengerahan petugas kesehatan ke daerah masing-masing (Petugas kesehatan

melakukan pembinaan kesehatan haji di wilayah masing-masing, dengan dana

diserahkan kepada Dinas Kesehatan masing-masing).

- Koordinasi petugas kesehatan baik yang akan berangkat ke Arab Saudi maupun

ke pengelola program dilakukan melalui webinar

Page 114: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

99

4. Rencana Tindak Lanjut

- Penguatan promotif dan preventif kepada jemaah haji Indonesia;

- Pelaksanaan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan haji dalam

kondisi new era dengan penerapan kebiasaan protokol kesehatan;

- Petugas kesehatan haji yang telah direkrut tahun 2020 dan batal berangkat,

akan menjadi petugas kesehatan haji tahun 2021

- Penguatan tatanan manajemen kesehatan haji.

- Penguatan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji di kabupaten/kota.

- Penguatan penyuluhan/dakwah kesehatan haji.

- Pengerahan calon petugas dalam memperkuat pembinaan kesehatan haji di

wilayahnya masing-masing.

- Penguatan komunikasi dan advokasi dengan stakeholders terkait dengan

penyelenggaraan kesehatan haji.

- Penguatan kemitraan kesehatan haji.

- Penguatan pemberdayaan masyarakat.

- Rencana pemberian vaksin COVID-19 pada jemaah haji.

Indeks Kepuasan Jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan Haji di Arab

Saudi minimal baik pada saat operasional haji.

Untuk Indikator “Indeks Kepuasan Jemaah haji terhadap pelayanan

kesehatan Haji di Arab Saudi minimal baik pada saat operasional haji”, tidak dapat

dilaksanakan karena adanya pembatalan keberangkatan jemaah haji, sehingga

survey dilaksnakan kepada jemaah haji di Indonesia.

Keputusan Pemerintah untuk membatalkan keberangkatan jemaah haji

Indonesia bukan berarti kegiatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan

kesehatan pada jemaah haji tidak diselenggarakan. Sebagai upaya menilai

kepuasan jemaah terhadap pelayanan kesehatan haji, maka Pusat Kesehatan Haji

melaksanakan survey kepuasan jemaah terhadap pelayanan kesehatan di Tanah

Air, karena penilaian Indikator Indeks kepuasan jemaah haji tetap harus dipenuhi

(format kuesioner survey terlampir).

Dalam mewujudkan tercapainya indikator tersebut Pengukuran Indeks

kepuasan pada jemaah haji di Tanah Air diharapkan memberikan dampak yang baik

terhadap pelayanan kesehatan haji dan kepercayaan jemaah. Hal ini merupakan

Page 115: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

100

satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan kesehatan Haji. Hasil

Indeks Kepuasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Pengukuran Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia yang dilaksanakan

berdasarkan 5 (lima) dimensi Kinerja Jasa, yang terdiri dari unsur Tangible,

Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty. Kegiatan ini dilaksnakan di

28 provinsi, dengan jumlah responden 16.164 jemaah. Penilaian dilakukan

berdasarkan Tabel Indeks Kepuasan terlampir.

2) Hasil Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia terhadap Pelayanan pemeriksaan

Kesehatan, Pembinaan dan Perlindungan Kesehatan Jemaah Haji didapatkan :

- Indeks rata rata Pemeriksaan kesehatan (77,79)

- Indeks rata rata Pembinaan kesehatan haji (76,44)

- Indeks rata rata Perlindungan kesehatan jemaah haji (77,08)

Berdasarkan ketiga hasil rata-rata indeks diatas, didapatkan hasil Indeks

terhadap Pemeriksaan, Pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji 77,10

dengan mutu pelayanan bernilai BAIK, yang berarti kinerja jasa terhadap

Pemeriksaan, Pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji dinilai baik oleh

masyarakat.

l.Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

Sasaran kegiatan pengelolaan konsil kedokteran Indonesia dengan indikator,

definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.12.1

Analisis Capaian Kinerja 2020

No. Program/ Kegiatan

Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi

1. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

Meningkatnya pelayanan registrasi dan penyelenggaraan standarisasi pendidikan profesi, pembinaan serta penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan

28 28

Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu

40.000 51.275

Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi

5 7

Page 116: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

101

Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Sekretariat KKI selama tahun

2020 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah Penanganan kasus pelanggaran disiplin profesi dokter dan dokter

gigi yang terselesaikan

a) Permasalahan:

- Diperlukan kesamaan konsep dan pemahaman pada saat penyusunan

peraturan perundang-undangan, terutama pada saat harmonisasi

sebagaimana amanah Permenkumham no 23 tahun 2018 tentang

Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Menteri, Rancangan

Peraturan Lembaga Pemerintah Nonkementerian, Atau Rancangan

Peraturan Dari Lembaga Nonstruktural Oleh Perancang Peraturan

Perundang-Undangan;

- Dalam menyusun Peraturan Perundang-undangan, masih ditemukan

resistensi dari pemangku kepentingan terhadap materi muatan regulasi

yang sedang disusun;

- Karena adanya Pandemi COVID-19 mengakibatkan keterbatasan

mobilitas persidangan dan Verifikasi.

- Karena Mayoritas Majelis berusia diatas 60 tahun dimana termasuk ke

dalam usia resiko tinggi.

- Adanya perubahan anggaran yang berdampak terhadap keterbatasan

pelaksanaan sidang.

- Kurangnya kuantitas SDM sebagai Panitera/Analis Materi Sidang

b) Pemecahan Masalah:

- Diperlukan peningkatan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan

HAM serta Kementerian/Lembaga lainnya yang menerbitkan Peraturan

Perundang-undangan terkait.

- Diperlukan optimalisasi diseminasi dan sosialisasi serta advokasi

peraturan dan undang-undang bidang praktik kedokteran.

- Diperlukan peningkatan Kuantitas dan kualitas SDM.

c) Rencana Tindak Lanjut:

- Advokasi Pemangku Kepentingan dengan meningkatkan kerjasama dan

koordinasi dengan pemangku kepentingan berkenaan dengan

pelaksanaan tugas dan fungsi dalam hal melakukan regulasi terutama

yang terkait dengan registrasi, fungsi pengesahan standar pendidikan

profesi dan fungsi pembinaan praktik kedokteran;

Page 117: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

102

- Meningkatkan optimalisasi dalam harmonisasi peraturan perundang-

undangan baik secara vertikal atau horisontal yaitu antara UUPK dengan

UU Sistem Pendidikan Nasional, UU Pendidikan Kedokteran, UU

Pendidikan Tinggi untuk peningkatan kualitas pendidikan profesi

kedokteran dan juga peraturan perundang-undangan lainnya yang

terkait;

- Diseminasi dan sosialisasi serta advokasi peraturan dan undang-undang

bidang praktik kedokteran perlu ditingkatkan;

- Melakukan peningkatan Kuantitas Panitera/Analis Materi Sidang.

2. Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang

teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu

a) Faktor Keberhasilan

1) Analisa Manajemen - Meningkatnya kesadaran dokter dan dokter gigi terhadap pentingnya

registrasi.

- Penyempurnaan sistem registrasi online.

- Responsif melalui Sistem Komunikasi Cepat (SMS gateway).

- Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan semua pemangku

kepentingan yang terkait dengan penjagaan mutu pendidikan profesi

dan pembinaan praktik kedokteran.

- Reviu regulasi tentang registrasi agar sesuai dengan kebutuhan

pelayanan.

- Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan, registrasi dan

pembinaan.

- Menjaga mutu pelayanan registrasi untuk mempertahankan ISO

9001:2008.

2) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian

kinerja adalah sebagai berikut

- Adanya kesepakatan interoperabilitas data Registrasi dengan

Organisasi Profesi.

- Pemutakhiran dan pengembangan Sistem Informasi Registrasi dan

Website KKI.

- Paper less system yang sudah dijalankan sejak Juli tahun 2019

- Pelayanan satu pintu (mencakup semua kegiatan divisi)

- Keterpaduan pelaksanaan program KKI dan MKDKI.

Page 118: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

103

3) Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian

target kinerja yaitu:

- Peningkatan kapasitas SDM.

- Mempertahankan mutu SOP.

- Pemutakhiran dan pengembangan sistem interoperabilitas registrasi

online yang terintegrasi dengan sistem ijazah dan sertifikat

kompetensi.

- Harmonisasi dalam penyusunan regulasi antara KKI dengan

pemangku kepentingan.

- Penyampaian produk KKI kepada masyarakat dan para stakeholder

melalui pertemuan koordinasi, website, Buletin KKI, dan media

lainnya.

3. Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi

a) Faktor Keberhasilan

1) Analisa Manajemen

- Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders terkait penyelesaian

shared competency dan pengusulan pengesahan standar pendidikan

profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

- Penyempurnaan sistem Alihiptekdok online.

- Review regulasi program Divisi Standar Pendidikan (Adaptasi,

Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran

Gigi).

- Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan profesi

kedokteran dan kedokteran gigi.

2) Analisa atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian

kinerja adalah sebagai berikut:

Pemutakhiran dan pengembangan sistem ALIHIPTEKDOK online yang

sudah dijalankan sejak Desember tahun 2016. Pelayanan satu pintu

(mencakup semua kegiatan divisi; Adaptasi dokter/dokter gigi/dokter

spesialis/dokter gigi spesialis) danKeterpaduan pelaksanaan program KKI

dan stakeholders terkait.

Page 119: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

104

3) Analisa program/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian target

kinerja yaitu:

- Peningkatan kapasitas SDM.

- Mempertahankan mutu SOP.

- Pembuatan panduan pengusulan pengesahan Standar Pendidikan

Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi.

- Pemutakhiran dan pengembangan sistem ALIHIPTEKDOK online.

- Koordinasi dalam penyusunan regulasi antara KKI dengan

stakeholders.

- Penyampaian produk KKI khususnya Divisi Standar Pendidikan

Profesi kepada masyarakat dan para stakeholders melalui pertemuan

koordinasi, laman www.kki.go.id, Buletin KKI, dan media lainnya.

II. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Capaian IKP Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.d Capaian Indikator Kinerja Program

Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS)

No Program Sasaran Indikator Target Capaian Realisasi

1 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)

96,8 Juta Jiwa

96,18 Juta Jiwa

99,36

Page 120: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

105

2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 Dokumen

2 Dokumen

100

Sasaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) dengan indikator, definisi operasional dan

cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.13.1

Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK

SASARAN INDIKATOR DEFINISI

OPERASIONAL CARA

PERHITUNGAN

Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN

Jumlah kajian Penilaian Teknologi Kesehatan yang dihasilkan

Rangkaian kegiatan analisis yang dilakukan secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin untuk menilai dampak penggunaan teknologi kesehatan dalam program JKN

Jumlah dokumen analisis/kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya

Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan

Rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan komprehensif untuk menghasilkan potret aliran dana dalam sistem kesehatan dalam periode satu tahun

Jumlah dokumen kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya

Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

Hasil penelaahan data/hasil kajian/ rancangan regulasi/ regulasi pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan

Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya

Page 121: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

106

Indikator Kinerja Kegiatan Untuk mencapai Indikator Kinerja Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) mempunyai 5 (lima)

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Penjelasan lebih detil untuk target dan capaian

indikator pada masing-masing kegiatan sebagai berikut:

Tabel 3.13.2

Capaian Indikator Kinerja Kegiatan tahun 2020

No. Program/ Kegiatan

Sasaran Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Target Realisasi

1. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN

1. Jumlah kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan

1 1

2. Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan

1 1

3. Jumlah kajian kebijakan teknis pembiayaan kesehatan termasuk sumber pembiayaan yang baru

0

0

4. Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 3

5. Jumlah advokasi dan sosialisasi pembiayaan kesehatan

0 0

Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan selama tahun 2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jumlah kajian Penilaian Teknologi Kesehatan yang dihasilkan

a)Faktor Keberhasilan

- Target HTA dalam Rencana Strategis Kemenkes RI tahun 2020-2024.

- Koordinasi dengan Komite PTK, organisasi profesi terkait studi PTK, akademisi,

unit-unit terkait di Kemenkes (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat

Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes), BPJS Kesehatan, tim pelaksana

studi PTK.

Page 122: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

107

- Koordinasi dan penerimaan RS sebagai tempat pengumpulan data primer studi

PTK

- Panduan pelaksanaan Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK)/HTA

- Kapasitas SDM pelaksana PTK dan Regulasi/ kebijakan Rumah Sakit.

b) Permasalahan

- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses

Koordinasi dengan Komite PTK, organisasi profesi terkait studi PTK, akademisi,

unit-unit terkait di Kemenkes (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat

Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes), BPJS Kesehatan, tim pelaksana

studi PTK dan

- Kurang optimalnya pengambilan data ke Rumah Sakit akibat dari pandemi

COVID-19

- Waktu yang cukup lama dalam mendapatkan persetujuan etika penelitian dan

ijin penelitian RS sebagai syarat sebelum dilakukan pengumpulan data di RS

tersebut, sehingga untuk menghasilkan 1 dokumen studi PTK/HTA memerlukan

waktu yang panjang.

- Validitas data RS (tidak lengkapnya data yang dibutuhkan dalam proses

penyusunan HTA.

- Terbatasnya SDM pelaksana PTK.

c) Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut

- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait

PTK.

- Menyusun time schedule yang dapat disepakati bersama oleh para pelaksana

PTK.

- Optimalisasi pengumpulan dan analisis data studi HTA ditengah pandemi

COVID-19.

- Pelaksanaan hasil studi HTA dilakukan appraisal oleh Komite PTK.

- Meningkatkan kapasitas SDM PTK termasuk mengirim tenaga SDM PTK untuk

pelatihan yang berhubungan dengan HTA di dalam negeri maupun luar negeri

- Menetapkan topik prioritas PTK dengan melibatkan institusi dan ahli terkait.

- Pelaksanaan appraisal oleh Komite PTK dan melaksanakan diseminasi hasil

PTK kepada para pemaku kepentingan.

Page 123: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

108

2. Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan

a) Faktor keberhasilan

- Ketersediaan data belanja kesehatan publik di bulan Juli setelah keluar LRA

audit.

- Ketersediaan data belanja kesehatan non publik (BPS) setelah Oktober.

- Ketersediaan data DHA/PHA sebagai dasar pemecah belanja kesehatan tingkat

subnasional.

- Perjanjian kerja sama (PKS) dengan BPS pada penyusunan dokumen NHA.

- Perubahan situasi di K/L lain, seperti: Perubahan situasi di K/L lain, seperti:

perubahan kuesioner Susenas MKP oleh BPS.

b) Permasalahan

- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses

Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan NHA.

- Data terfragmentasi dan tidak tersedia secara detil sebagaimana yang

dibutuhkan untuk klasifikasi SHA.

- Pemahaman pelaksana di daerah terhadap akun DHA/PHA perlu disamakan

melalui Pelatihan namun tidak tersedia dukungan dana.

c) Pemecahan masalah dan tindak lanjut

- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait

penyusunan NHA.

- Pemutakhiran data belanja kesehatan melalui pertemuan rutin tim dan

dukungan studi tambahan.

- Update data terbaru dan juga sumber potensial data untuk memperbaiki kualitas

data sebagaimana dibutuhkan klasifikasi SHA.

- Peningkatan kapasitas pelaksana DHA/PHA dan menambah kab/kota yang

membuat DHA/PHA.

3.Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

a) Faktor Keberhasilan

- Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi terkait

penyusunan bahan dukungan pembiayaan dan JKN.

- Arah kebijakan dalam penetapan tariff INA CBG dan komitmen organisasi

profesi kedokteran yang terlibat dalam penyusunan reklasifikasi INA CBG

Page 124: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

109

- Tenaga/ kapasitas tim teknis pelaksanaan kegiatan terkait capaian indikator

kinerja.

- Koordinasi pihak terkait untuk kebutuhan data baik kuantitatif maupun kualitatif,

serta data kuantitatif dan kualitatif yang lengkap dan valid pada pelaksanaan

kegiatan Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan Terhadap

Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

- Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi terkait

penyusunan kebijakan pengembangan pembiayaan dan JKN.

b) Permasalahan

- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses

koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan bahan

dukungan pembiayaan dan JKN.

- Koordinasi dengan Organisasi Profesi Kedokteran membutuhkan waktu yang

cukup lama dalam melakukan pengelompokkan diagnosis dan prosedur serta

membuat algoritma grouper dan pengumpulan data billing RS belum sesuai

sehingga dapat menghambat pelaksanaan kegiatan Reklasifikasi INA-CBG.

- Recall bias pada saat pengumpulan data kualitatif analisis DAK Non Fisik

Bidang Kesehatan: Dana Jampersal.

- Terbatasnya tenaga/ Narasumber yang menguasai analisis efektivitas dan

efisiensi pembiayaan kesehatan.

- Belum fokusnya metodelogi yang digunakan dalam pelaksanaan studi-studi

khusus.

c)Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut

- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait

penyusunan bahan dukungan pembiayaan dan JKN.

- Melibatkan asosiasi fasilitas kesehatan untuk pengumpulan data untuk kegiatan

INA CBG’s dan Melakukan koordinasi dengan BPJS Kesehatan terkait data

individual peserta JKN

- Melakukan uji coba grouper INA CBG, membuat manual coding serta

melakukan sosialisasi grouper.

- Dukungan kegiatan dari pusat untuk fasilitasi penyusunan DHA/PHA, perbaikan

modul dan juknis DHA/PHA, peningkatan kapasitas pelaksana DHA/PHA dan

menambah kab/kota yang membuat DHA/PHA.

Page 125: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

110

- Memperluas Diseminasi kepada para pemangku kepentingan agar dapat

menjadi umpan balik peningkatan kualitas produksi dokumen NHA.

- Mencari alternatif data dari sumber lain di luar Kemkes RI.

- Membuat susunan tim penyusun kegiatan agar diperoleh suatu keterikatan kerja

sama dalam mencapai output kegiatan. Pembuatan tim ini juga sebagai untuk

mengatasi agar peserta atau pembahas pada kegiatan tersebut tetap orang

yang sama dan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga capaian

outputnya dapat optimal.

- Penajaman metodologi membutuhkan pelaksanaan studi-studi khusus yang

perlu didukung dengan kecukupan anggaran di tahun selanjutnya.

B. SUMBER DAYA/REALISASI ANGGARAN

Di tahun 2020, anggaran Sekretariat Jenderal mengalami perubahan

dibandingkan dengan DIPA awal. Berdasarkan DIPA Induk tahun 2020 yang terbit

pada tanggal 12 November tahun 2019, eselon 1 Sekretariat Jenderal mendapatkan

alokasi anggaran sebesar Rp28.728.715.426.000,- dengan rincian untuk Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Kesehatan adalah sebesar Rp1.950.005.652.000,- dan untuk Program Penguatan

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

sebesar Rp26.778.709.774.000,-. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan di

2020, terdapat efisiensi penyesuaian belanja K/L untuk Pemulihan Ekonomi

Nasional (PEN) dan penanganan Pandemi COVID-19, dengan rincian sebagai

berikut:

1. Perubahan Postur dan Rincian APBN TA 2020.

Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan

Postur dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2020 dan surat

Menteri Keuangan Nomor S-302/MK.02/2020 hal Langkah-langkah Penyesuaian

Belanja K/L 2020. Pagu Sekretariat Jenderal mengalami penambahan sebesar

Rp21.713.878.842.000.- yang terdiri dari:

a. Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Kesehatan dilakukan penghematan sebesar

Rp323.121.158.000.- dan tambahan anggaran terkait insentif kinerja

sebesar Rp15.000.000.000.- sehingga pagu menjadi Rp.

1.641.884.494.000,-.

Page 126: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

111

b. Anggaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dilakukan penghematan sebesar

Rp48.000.000.000.- dan tambahan anggaran PBI sebesar

Rp22.070.000.000.000.- sehingga pagu anggaran menjadi

48.800.709.774.000,-.

2. Realokasi anggaran antar program dan kegiatan.

Menindaklanjuti Keputusan Menteri Agama nomor 494 Tahun 2020 mengenai

pembatalan keberangkatan Jemaah haji pada penyelenggaraan ibadah haji

tahun 1441 H/2020 M, terjadi pergeseran/realokasi anggaran antar program dan

kegiatan. Realokasi anggaran antar program sebesar Rp 35.796.954.000,-

digunakan untuk sosialisasi adaptasi kebiasaan baru pada program Pembinaan

Pelayanan Kesehatan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan. Realokasi antar kegiatan pada Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Kesehatan sebesar Rp 137.379.652.000,- digunakan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Krisis Kesehatan, Pengelolaan Data dan

Informasi Kesehatan, Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan

Barang Milik Negara, Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian dan

Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan.

3. Realokasi antar program untuk penanganan COVID-19.

Pagu Sekretariat Jenderal berkurang sebesar Rp. 89.707.416.000,- dengan

rincian:

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis lainnya

Kementerian Kesehatan berkurang sebesar Rp. 88.595.202.000 di satuan

kerja Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum dan Pusat Analisis

Determinan Kesehatan.

b. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu

Indonesia Sehat (KIS) berkurang sebesar Rp. 1.112.214.000 di satuan kerja

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan.

Anggaran tersebut dialihkan ke Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

SDM Kesehatan untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan.

Page 127: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

112

Berdasarkan berubahan pagu diatas maka pagu akhir eselon 1 Sekretariat Jenderal

menjadi Rp. 51.171.377.446.000.- dengan rincian:

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan sebesar Rp. 2.371.779.885.000

2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu

Indonesia Sehat (KIS) sebesar Rp. 48.799.597.561.000

Berdasarkan data Omspan tanggal 2 Februari 2021. realisasi anggaran Sekretariat

Jenderal adalah sebesar 98.18% yaitu sebesar Rp. 50.240.067.587.738,- dari total

pagu Rp 51.171.377.446.000,- dengan rincian per kegiatannya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.e

Realisasi Anggaran per Kegiatan

NO KEGIATAN PAGU REALISASI %

1 Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi

7.366.235.000 6.974.699.013 94,68

2 Pembinaan Administrasi Kepegawaian

24.177.734.000 23.655.358.889 97,84

3 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara

11.512.773.000 11.278.256.913 97,96

4 Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

85.054.278.000 77.153.266.959 90,71

5 Pengelolaan Urusan Tata Usaha. Keprotokolan. Rumah Tangga. Keuangan. dan Gaji

1.062.205.911.000 1.033.702.464.524 97,32

6 Pengelolaan Data dan Informasi

56.753.856.000 54.066.220.805 95,26

7 Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

7.604.733.000 7.246.410.898 95,28

8 Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

74.009.573.000 61.763.421.254 83,45

9 Pengelolaan Komunikasi Publik

23.044.522.000 22.001.764.629 95,48

10 Penanggulangan Krisis 988.189.359.000 275.345.397.571 27,86

Page 128: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

113

NO KEGIATAN PAGU REALISASI %

Kesehatan

11 Peningkatan Manajemen Konsil Kedokteran Indonesia

27.178.942.000 25.153.321.850 92,55

12 Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

4.681.969.000 4.487.122.500 95,84

13 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS

48.799.597.561.000 48.637.239.881.933 99,67

Total 51.171.377.446.000 50.240.067.587.738 98,18

Sumber: Omspan 2 Februari 2021

Dalam mencapai sasaran Sekretariat Jenderal melakukan kegiatan Dekonsentrasi.

terdapat 5 kegiatan di Sekretariat Jenderal yang dilimpahkan kewenangan kepada

daerah. Berikut adalah alokasi 5 kegiatan Dekonsentrasi Sekretariat Jenderal

beserta realisasinya di tahun 2020.

Tabel 3.f

Realisasi Anggaran Dekonsentrasi per Kegiatan

NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI PERSENTASE

1 Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

22.477.414.000 12.693.473.624 56,47%

2 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan

3.261.682.000 3.222.828.630 98.81%

3 Perencanaan dan Penganggaran kesehatan

12.495.876.000 10.374.575.726 83,02%

4 Pembinaaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan BMN

700.012.000 611.213.125 87,31%

5 Pengelolaan Data dan Informasi

4.765.182.000 3.561.138.674 74,73%

Total 43.700.166.000 30.463.229.779 69,71%

Sumber: Omspan 2 Februari 2021

Page 129: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

114

Pada tabel di atas dapat dilihat, realisasi anggaran dekonsentrasi tertinggi

ada pada kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dengan persentase

realisasi sebesar 98,31% dan realisasi anggaran dekonsentrasi terendah ada pada

kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji sebesar 56,47%. Total realisasi dari

keseluruhan anggaran dekonsentrasi adalah sebesar 69,71%.

Rincian alokasi dan realisasi dana dekonsentrasi per provinsi adalah sebagai

berikut:

Table 3.g

Realisasi Anggaran Dekonsentrasi per Provinsi

No Satker Alokasi Realisasi Persentase

1 Dinas Kesehatan Prov DKI Jakarta

2.392.261.000 713.786.000 29.84

2 Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat

3.494.504.000 1.225.908.088 35.08

3 Dinas Kesehatan Prov Jawa Tengah

3.841.477.000 2.406.183.645 62.64

4 Dinas Kesehatan Prov D.I.Y

579.035.000 390.539.575 67.45

5 Dinas Kesehatan Prov Jawa Timur

4.258.794.000 3.717.002.010 87.28

6 Dinas Kesehatan Prov NAD

1.444.006.000 901.796.930 62.45

7 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Utara

2.372.590.000 2.068.322.500 87.18

8 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Barat

1.640.565.000 1.027.102.505 62.61

9 Dinas Kesehatan Prov Riau

592.251.000 571.385.400 96.48

10 Dinas Kesehatan Prov Jambi

653.612.000 554.504.069 84.84

11 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Selatan

1.370.570.000 1.259.338.400 91.88

12 Dinas Kesehatan Prov Lampung

725.044.000 548.322.700 75.63

13 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Barat

720.109.000 474.079.027 65.83

14 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Tengah

547.865.000 443.900.071 81.02

15 Dinas Kesehatan Prov 1.238.863.000 1.068.814.301 86.27

Page 130: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

115

No Satker Alokasi Realisasi Persentase

Kalimantan Selatan

16 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Timur

1.359.059.000 999.157.330 73.52

17 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Utara

1.029.922.000 856.782.700 83.19

18 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Tengah

903.590.000 849.189.000 93.98

19 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Selatan

2.274.650.000 1.736.913.600 76.36

20 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Tenggara

785.824.000 766.478.850 97.54

21 Dinas Kesehatan Prov Maluku

881.224.000 599.947.003 68.08

22 Dinas Kesehatan Prov Bali

563.737.000 480.993.000 85.32

23 Dinas Kesehatan Prov Nusa Tenggara Barat

992.990.000 902.766.231 90.91

24 Dinas Kesehatan Prov Nusa Tenggara Timur

1.077.668.000 1.070.196.890 99.31

25 Dinas Kesehatan Prov Papua

1.495.323.000 394.326.960 26.37

26 Dinas Kesehatan Prov Bengkulu

584.713.000 554.737.754 94.87

27 Dinas Kesehatan Prov Maluku Utara

681.326.000 644.283.025 94.56

28 Dinas Kesehatan Prov Banten

609.265.000 420.618.700 69.04

29 Dinas Kesehatan Prov Bangka Belitung

496.499.000 439.356.700 88.49

30 Dinas Kesehatan Prov Gorontalo

593.480.000 497.611.870 83.85

31 Dinas Kesehatan Prov Kepulauan Riau

1.534.068.000 568.102.400 37.03

32 Dinas Kesehatan Prov Papua Barat

881.498.000 462.648.492 52.48

33 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Barat

474.239.000 356.351.793 75.14

34 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Utara

609.545.000 491.782.260 80.68

Total 43.700.166.000 30.463.229.779 69.71

Sumber: Omspan 2 Februari 2021

Page 131: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

116

Realisasi anggaran dekonsentrasi per provinsi terendah ada pada provinsi Papua

yaitu sebesar 26,37% dan tertinggi ada pada provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu

sebesar 99,31%. Total realisasi adalah sebesar 69,71%.

Page 132: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal 2020

ANALISA ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

Tabel 3.h

Realisasi Indikator Kegiatan dan Anggaran

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

A Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

85,054,278 78,437,253 92

1

Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan

85 93,48 109,97

2

Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

20% 20% 100

3

Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan

20% 68% 340

Page 133: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

130

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

B Pembinaan Administrasi Kepegawaian

24,177,734 23,655,359 97.84

4

Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan

75% 81,25% 108,3

5

Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional

60% 63,91% 106,52

6

Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian

4% 3,76 94

Page 134: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

131

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

C Perumusan Produk Hukum dan Organisasi

7,366,235 6,974,699 94,68

7

Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun

125 245 196

8

Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan

18 24 133,33

9

Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan

206 227 110,19

10

Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat

80 92,44 115,55

Page 135: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

132

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

Jenderal

D Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara

10,812,761 10,770,607 99.61

11

Persentase ketepatan waktu penyampaian Rekonsiliasi Laporan Keuangan Satuan Kerja

100 100 100

12

Persentase Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

65 71,02 109,23

13

Persentase jumlah satker kantor Pusat dan Kantor Daerah dengan Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) lebih dari atau sama dengan 80

60 89,81 150

14

Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai

30 35,77 119,23

Page 136: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

133

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi % ketentuan

E Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian

1,062,205,911 1,034,233,474 97,37

15

Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol

80 86,69 108,36

16

Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)

44 52 118,18

17

Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)

88 88 100

18

Jumlah Satker yang menggunakan

45 46 102,22

Page 137: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

134

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan

F Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

56,753,856 54,022,358 95.19

19

Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)

10 10 100

20

Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin

4 4 100

G Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

7,604,733 7,246,411 95,29

21

Jumlah Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Kesehatan yang ditandatangani

3 3 100

22

Jumlah Prakarsa Indonesia yang menjadi hasil Pertemuan

5 5 100

Page 138: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

135

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

Regional dan Multilateral Bidang Kesehatan

H Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

51,498,045 49,034,548 95,22

23

Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan

80 63,5 79,37

24

Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus

100 81,4 81,4

25

Indeks kepuasaan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji minimal baik (pada saat operasional haji)

Baik Baik 100

Page 139: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

136

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

26

Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan Kesehatan

221000 211276 95,6

I Pengelolaan Krisis Kesehatan 988,189,359 275,704,006 27,9

27

Jumlah provinsi dan kab/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

10 10 100

28

Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan

20 20 100

J Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

27,178,942 25,153,322 92,55

29

Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan

28 28 100

Page 140: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

137

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

30

Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu

40000 51275 128,18

31

Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi

5 7 140

K Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

4,681,969 4,487,123 95,84

32

Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan

4 4 100

L Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat

23.044.522 22.001.765 95,48

Page 141: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

138

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

Jumlah Publikasi Program Pembangunan Kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media

69000 16645 24,12

Jumlah Layanan Informasi Publik (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan

19690 45764 232,42

Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan

30 30 100

Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

Terlaksananya pembayaran iuran PBI JKN

48,796,335,879 48,634,017,053 99,67

Page 142: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

139

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

32

Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (juta jiwa)

96.8 96.18 99.36

33

Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 2 100

Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN

34

Jumlah Dokumen pembayaran iuran PBI JKN

1 1 100

35

Jumlah dokumen studi Penilaian Teknologi Kesehatan yang dihasilkan

1 1 100

36

Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan

1 1 100

Page 143: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020

140

No Kegiatan

PK/DIPA RKAKL

INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)

Alokasi Realisasi %

37

Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan

2 3 150

TOTAL 51,121,859,702 50,203,001,460 98.11

Page 144: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020

146

Dalam penggunaan sumber daya anggaran, dari tabel di atas terlihat semua

kegiatan sangat baik dalam hal pencapaian hasil dan serapan. Dari total anggaran

sebesar Rp 51.171.343.332,- terealisasi sebesar Rp 50.203.001.460,- (98,11%).

Efisiensi sebesar Rp 968.341.872, dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana banyak

kesulitan dalam merealisasikan target indikator kinerja serta anggaran, Sekretariat

Jenderal selalu berupaya optimal agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai

walaupun masih ada target yang harus dilakukan penyesuaian.

Selain itu dengan anggaran yang tersedia membuat para stakeholder

pengelola anggaran di Sekretariat Jenderal mengoptimalkan penyerapan anggaran

tersebut ke kegiatan-kegiatan prioritas yang mendukung peningkatan indikator kinerja

satker. Pada tahun-tahun mendatang perlu adanya evaluasi efektifitas perencanaan

anggaran tiap-tiap program yang mendukung indikator kinerja sehingga penggunaan

anggaran dan kualitas pencapaian kinerja lebih meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan anggaran tahun 2020 berjalan dengan

sangat efektif untuk mendukung pencapaian kinerja, terbukti dengan capaian kinerja

dapat memenuhi/ melebihi target dengan penggunaan dana/anggaran yang ada.

Page 145: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020

147

BAB IV

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 merupakan wujud

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Jenderal dalam

mencapai sasaran, indikator dan target kinerja yang tercantum pada Perjanjian Kinerja

Sekretariat Jenderal Tahun 2020. Laporan kinerja ini juga sebagai bahan evaluasi atas

pencapaian kinerja selama 1 (satu) tahun anggaran serta sebagai bahan informasi

untuk perbaikan dan peningkatan kinerja ke depannya.

1. KESIMPULAN

1. Hasil capaian Indikator Sekretariat Jenderal tahun 2020 menunjukkan, bahwa

Indikator Kinerja Sekretariat Jenderal dapat tercapai 96,34%, yaitu :

A. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Kesehatan

a. Indikator Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes Capaian 101,12%

b. Indikator Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang

Kesehatan capaian 100%

c. Indikator Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam

penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

capaian 100%

d. Indikator Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam

APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan

capaian 340%

B. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional(JKN)/Kartu

Indonesia Sehat (KIS)

a. Indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan

luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia

Sehat (KIS) capaian 99,36%

b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan

dan jaminan kesehatan capaian 100%

2. Realisasi Anggaran sebesar 98,11%, tidak terserap sebesar Rp 968,341,872

ada beberapa kegiatan yang tidak bisa direalisasikan dikarenakan penambahan

anggaran terjadi di akhir tahun dan adanya pandemi COVID-19 sehingga

kegiatan sulit terlaksana.

Page 146: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020

148

3. Faktor Keberhasilan dan Permasalahan

Pada analisis atas capaian kinerja, faktor keberhasilan dan permasalahan yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut:

Faktor keberhasilan

a) Kebijakan Langkah-Langkah Akhir Tahun Anggaran 2020

b) Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.

c) Koordinasi yang baik antara unit satuan di lingkungan Setjen, Kemenkes

dan lintas sektor. Sebagai contoh bentuk koordinasi yang telah dilakukan,

di antaranya dalam bentuk rapat koordinasi.

d) Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu dengan

membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap kegiatan.

e) Komitmen pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal untuk pencapaian

kinerja tahun 2020.

f) Pengoptimalisasian sumber daya dalam penggunaan teknologi komunikasi.

Faktor penghambat /permasalahan

a) Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses

koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

b) Adanya pandemi COVID-19 yang menuntut perubahan pola penyelesaian

pekerjaan dengan fleksibilitas tempat dan metode penyelesaian pekerjaan

secara online/ daring.

c) Kegiatan Pimpinan yang dinamis dan membutuhkan respon cepat

terutama terkait upaya penanggulangan pandemi COVID-19 sehingga

perlu dilakukan revisi acara harian yang sudah tersusun dan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait.

d) Pengurangan jumlah pegawai yang bertugas setiap harinya dikarenakan

adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta

kebijakan Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19 yang

mewajibkan pembagian jadwal piket pegawai

2. TINDAK LANJUT

Dalam rangka perbaikan serta peningkatan kinerja pada tahun yang akan

datang, Sekretariat Jenderal akan:

1. Meningkatkan koordinasi internal lingkup Setjen/Kesehatan, lintas K/L/Sektor

dan pihak terkait lainnya dalam pencapaian target indikator kinerja.

2. Meningkatkan kompetensi SDM dan terus memotivasi seluruh pegawai agar

dapat bekerja lebih baik, lebih terarah dan lebih disiplin sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Page 147: LAPORAN KINERJA TAHUN 2020

Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020

149

3. Melakukan monitoring secara berkala terkait progres pencapaian target

indikator kinerja beserta anggarannya, serta pembahasan

kendala/permasalahan dan solusi penyelesaiannya.