Upload
phamkhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 - 2018
27 Februari - 3 Maret 2018
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2018
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2017 – 2018 27 FEBRUARI – 3 MARET 2018
I. PENDAHULUAN
A. DASAR
Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan
pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.
Surat Tugas Nomor: ST/10/Kom.VI/DPR RI/II/2018 tentang Penugasan
Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada
Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi
Sumatera Utara.
Sesuai keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI tanggal 15 Januari
2018, bahwa Komisi VI DPR RI akan melaksanakan Kunjungan Kerja
Reses Masa Persidangan III yang direncanakan dilaksanakan pada akhir
masa reses ke 3 (tiga) daerah provinsi, salah satunya adalah ke provinsi
Kalimantan Barat.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan
sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang menyangkut bidang tugasnya
selama Kunjungan Kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam rangka
memenuhi salah satu fungsi Dewan sebagaimana diatur dalam Peraturan
DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
2
C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA
Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:
1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan, khususnya
yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR RI.
2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di
dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.
3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation (PSO)
dan pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait dengan
bidang tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.
5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang
berkembang berkaitan dengan pengembangan industri, koperasi dan
UKM, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal.
Sedangkan obyek yang dikunjungi adalah Kantor Gubernur Provinsi Nusa
Tenggara Barat, KEK Mandalika, PLTMGU Lombok Peaker milik PT PLN
(Persero), Depo Ampenan milik PT Pertamina (Persero), dan kunjungan ke
UKM Binaan Perbankan yaitu UKM Binaan Bank Mandiri, Sasak Maiq.
Selain itu Tim Komisi VI juga melakukan pertemuan rapat dengan PT PLN
(Persero), PT Pertamina (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero)
Tbk., Direksi PT Angkasa Pura I (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero),
PT Pelindo III (Persero), PT PELNI (Persero), Perbankan (PT Bank mandiri
(Persero) Tbk, PT BNI (Persero) Tbk, PT BRI (Persero) Tbk, PT BTN
(Persero) Tbk), PT Indonesia Tourism Development Corporate (ITDC), dan
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.)
D. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA
1. Pertemuan dengan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
dihadiri Bupati/Walikota se-Prov.Nusa Tenggara Barat disertai Dinas
Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi & UKM, BKPMD
serta instansi terkait di Provinsi Nusa Tenggara Barat
2. Peninjauan ke PLN (PLTMGU Lombok Peaker), kunjungan ke Pertamina
yaitu Depo Ampenan dan kunjungan ke UKM Binaan Bank Mandiri,
Sasak Maik.
3. Pertemuan dengan PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya
3
4. Pertemuan dengan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero), PT Garuda
Indonesia (Persero), PT.Pelindo III (Persero) dan PT PELNI (Persero),
Perbankan (PT Bank mandiri (Persero) Tbk, PT BNI (Persero) Tbk, PT
BRI (Persero) Tbk, dan PT BTN (Persero) Tbk).
5. Peninjauan KEK Mandalika dan pertemuan dengan PT Indonesia
Tourism Development Corporete (Persero) (ITDC) dan PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk.
E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA
(Terlampir)
II. HASIL KUNJUNGAN KERJA
A. Indentifikasi Masalah/Data dan Pembahasan
1. Pemerintah Daerah
Pertemuan ditunda karena Gubernur Prov. NTB tidak menghadiri rapat
sehingga rapat yang direncanakan pada Selasa 27 Februari 2018 tidak
berjalan sesuai rencana. Rapat bersama Gubernur ditunda dan akan
diundang ke Komisi VI DPR RI.
2. PT PLN (Persero)
Kondisi kelistrikan di Regional JTBN, khususnya Provinsi NTB. Seluruh
sistem kelistrikan di Regional JTBN dalam keadaan surplus. Khusus
untuk sistem Lombok memiliki daya mampu mencapai 242 MW dengan
beban puncak sebesar 222 MW, sistem Sumbawa memiliki daya mampu
mencapai 58 MW dengan beban puncak sebesar 40 MW. Kemudian
untuk sistem Bima memiliki daya mampu mencapai 49 MW dengan
beban puncak sebesar 43 MW.
Gambar 1. Tim Kunker Komisi VI Meninjau Lombok Peaker, NTB.
4
Dalam beberapa tahun ke depan direncanakan Provinsi NTB juga akan
mendapatkan tambahan pasokan daya listrik dari beroperasinya
pembangkit-pembangkit baru, yaitu dari PLTMGU Lombok Peaker
berkapasitas 150 MW ditargetkan selesai pada akhir 2019. PLTMG
Sumbawa dan PLTMG Bima, masing-masing berkapasitas 50 MW
ditargetkan selesai pada akhir 2018. Rasio elektrifikasi (RE), saat ini RE
di NTB hingga Januari 2018 telah mencapai 84,74 persen. PLN
menargetkan pada akhir 2018 RE di NTB telah mencapai 90 persen dan
mencapai 100 persen pada 2020. Targetnya Desember 2019. Lombok
Peaker dia bisa dioperasikan saat beban puncak, dan kalau sudah lewat
beban puncak dimatikan kembali tidak masalah.
Kendala:
Untuk pembangunan Lombok peaker dilaporkan belum ada kendala
hingga saat ini.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi terhadap pembangunan
Lombok peaker, untuk selanjutnya Anggota Komisi VI akan
mengundang untuk membahas permasalahan yang sedang dihadapi
lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
3. PT Pertamina (Persero)
Kunjungan ke Terminal BBM Badas merupakan salah satu Terminal
BBM yang melayani dan mendistribusikan BBM kepada konsumen di
Kab. Sumbawa dan Kab. Sumbawa Barat serta BBK (Pertamax &
Pertalite) untuk Pulau Sumbawa. Terletak di Jl. Raya Garuda Km. 08
Jur. Pelabuhan Badas, Kab. Sumbawa, Prop. Nusa Tenggara Barat.
Dibangun pada Thn. 1979, Beroperasi Thn 1981 dan Luas Area +
41,300 m2.
Tugas utama TBBM Ampenan sebagai Penyedia Energi utama dan
supply point satu-satunya di pulau Lombok untuk semua jenis
BBM/LPG, dengan produk yang didistribusikan antara lain: Avtur,
Pertamax, Pertalite, Dex, Dexlite, Solar, Biosolar dan LPG.
Kendala:
Dalam pertemuan dengan PT Pertamina, diungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapi yaitu mengenai holding dan
adanya beban investasi yang harus disiapkan karena dikhawatirkan
dapat menggerus laba perusahaan.
5
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
4. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
Saat ini PT PP bekerjasama dengan PT PLN dalam pembangunan
LOMBOK GECC Power Plant (Peaker)130-150 MW. Berlokasi di desa
Tanjung Karang, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jarak
dari bandara Internasional Praya sekitar 39,6 Km dan jarak dari
Pelabuhan Lembar sekitar 27,5 Km
Kerjasama yang sedang dilakukan oleh PT PP (Persero) khususnya di
Wilayah NTB antara lain:
a. PLN – Lombok Peaker 130-150 MW, sebagai kontraktor yang
menyediakan ketenagalistrikan di wilayah Lombok;
b. Pelindo III – Dermaga Cruise dan Terminal Petikemas Gilimas,
sebagai kontraktor untuk menunjang pariwisata di Lombok;
c. Equis – PLTS - Solar Cell (3x7MW tersebar di lokasi Selong,
Sengkol dan Pringgabaya);
d. Pembangunan Paramount Hotel & Resort di KEK Mandalika
Lombok, kerjasama antara PT PP (Persero) Tbk, dengan investor
dari Amerika yaitu EBD Paragon;
e. Pembangunan Hotel Club Med di KEK Mandalika Lombok.
Kerjasama atau sinergi antara PT PP (Persero) Tbk, dengan BUMN
lain yaitu ITDC.
Selain itu, kerjasama dengan BUMN/BUMD serta pihak swasta juga
kami lakukan di provinsi lainnya, antara lain :
a. Pengembangan Pariwisata :
1) Pembangunan Resort di Labuan Bajo, Nusa tenggara timur,
kerjasama antara PT PP (Persero) Tbk, dengan BUMN lainnya
yaitu PT ASDP; dan
2) Pembangunan Cagar Budaya Colomadu, Solo dengan PT Jasa
Marga Proprty dan PT Taman Wisata Candi Borobudur.
b. Infrastruktur Tol, pada beberapa ruas tol PT PP banyak bersinergi
dengan BUMN lain:
1) Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, PT PP bekerjasama dengan
PT Jasa Marga, PT WIKA, dan satu pihak swasta yaitu PT
Bangun Tjipta Sarana;
6
2) Tol Manado-Bitung, PT PP bekerjasama dengan PT Jasa Marga
dan PT WIKA;
3) Tol Medan Kualanamu-Tebing tinggi, PT PP bekerjasama
dengan PT Jasa Marga dan PT Waskita Toll Road;
4) Tol Pandaan Malang. PT PP (Persero) Tbk, bekerjasama
dengan PT Jasa Marga dan PT SMI;
5) Tol Depok Antasari dan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan dengan
pihak swasta yaitu PT Citra Marga Nusaphala Persada;
6) Pembangunan Tol Serang Panimbang dengan PT Wijaya Karya.
c. Infrastruktur Pelabuhan:
1) Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung, PT PP (Persero) Tbk
bekerjasama dengan PT Pelindo 1 dan PT Waskita Karya; dan
2) Pembangunan Executive Terminal Merak – Bakauheni dengan
PT ASDP.
d. Pembangunan PLTU Meulaboh di Aceh dengan pihak swasta asing
yaitu PT China Datang Overseas.
Gambar 2. Pertemuan Tim Kunker Komisi VI dengan Mitra Kerja BUMN.
Kendala:
Kerjasama investasi yang dilakukan di NTB, khususnya di Kawasan
Ekonomi Khusus Mandalika, proses investasi sampai dengan
pembebasan lahan tidak memiliki kendala yang berarti. Namun
secara umum kendala yang dihadapi di beberapa wilayah lainnya
adalah terkait pembebasan lahan dan perijinan.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
7
5. Direksi PT Angkasa Pura I (Persero)
Bandara udara saat ini melayani penerbangan keluar dan ke Lombok
sebanyak 50 kali per hari. Bandara ini dirancang untuk dapat
menampung sebanyak 3.250.000 penumpang pertahun dengan
kapasitas parker yang cukup luas. Bandara ini terkoneksi ke 11 kota di
Indonesia dan 2 kota diluar negeri yaitu Kuala Lumpur dan Singapura.
Rencana bisnis berupa jalur penerbangan baru dengan mengikuti route
development yang diikuti diluar negeri sehingga bisa digunakan untuk
meningkatkan promosi pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara.
Kendala:
1. Masih ada perusakan pagar karena luasnya bandara dan belum
digunakan dengan baik;
2. Masih ada yang menggembala hewan dekat bandara;
3. Beroperasinya transportasi dan pedagang liar yang masih keluar
masuk bandara;
4. Alat produksi masih kurang karena melampaui dari maksimal
kapasitas bandara;
5. Dropzone masih terlalu dekat dengan terminal keberangkatan;
6. Fasilitas apron untuk parkir pesawat dan jumlah garbarata yang
masih kurang;
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi terhadap, untuk
selanjutnya Anggota Komisi VI akan mengundang untuk membahas
permasalahan yang sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat
bersama di DPR RI.
6. PT Garuda Indonesia (Persero)
Bandara internasional terbesar di NTB adalah Lombok Internasional
Airport yang berlokasi di Praya ( Lombok Tengah). Akses menuju kota
Mataram mayoritas adalah melalui jalan darat yaitu mobil/bis dengan
jarak tempuh 2 s.d. 12 jam. Sementara untuk beberapa kota seperti
Bima dan Sumbawa dapat menuju Bandara Sepinggan dengan pesawat
terbang yaitu dengan ATR yang dimiliki oleh beberapa airline.
Saat ini terdapat 7 rute penerbangan inbound dan outbound domestik
Lombok dengan 14 penerbangan tiap harinya, yaitu LOPCGK pp,
LOPSRG pp, LOPSUB pp, LOPDPS pp, LOPSWQ pp, LOPBMU pp, dan
LOPUPG pp.
8
GA melakukan ekspansi signifikan untuk intra NTB dengan membuka
Lombok-Bima pada tahun 2014 dan Lombok-Sumbawa pada Mei 2015
menggunakan pesawat ATR.Tingkat Isian pada 2017 adalah 87% atau
tumbuh membaik 2 pp. dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2017, GA menjaga kinerja intra Bali – Nusra
dengan rencana penambahan frekuensi pada rute Lombok-Denpasar .
Market share penerbangan rute in/out Lombok mencapai sekitar 33%
pada 2017.
Adapun pada rute DPS-LOP dan LOP-BIM GA menjadi market leader
dengan pangsa pasar 41 dan 56%
Kendala:
a) Runway length. Perlunya perpanjangan runway di beberapa kota di
NTB seperti Bima dan Sumbawa (saat ini bandara tsb hanya bisa
dilandasi oleh pesawat ATR, Cesna dan sejenis)
b) Operating Hours. Peningkatan operating hours di bandara menjadi
24 jam untuk bandara yang telah mempunyai night facility, serta
operating hours sampai dengan real sunset untuk bandara yang
belum dilengkapi dengan night facility.
c) Slot Capacity, Peningkatan kapasitas slot penerbangan di pairing
Station.
d) Incentives / Hardblock Sale, Saat ini, permintaan pasar untuk
destinasi-destinasi baru belum begitu besar untuk mencukupi skala
ekonomi airline. Sehingga dibutuhkan insentif baik dari sisi
operasional maupun finansial seperti dengan hardblock sale.
e) Parking stand & Avio Bridge. Penambahan parking stand & Avio
Bridge di Lombok Internation airport dimana selama ini kedua item
itu masih terbatas.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
7. PT Pelindo III (Persero)
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan
Pelindo 3 merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam jasa layanan operator terminal pelabuhan.
Pelindo III berencana untuk melakukan pengembangan Pelabuhan di
Gilimas Lombok sebagai Zona Marina, Art Market, Cruise Ship, Zona
9
Terminal Penumpang, Pengembangan Dermaga 440 Mtr, Zona
Perkantoran, Binis dan Komersial, Gudang, Container Yard, Zona
Petikemas. Dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di
Kawasan Timur Indonesia serta menciptakan standarisasi pelayanan
penumpang kapal laut, Pelindo III melakukan modernisasi untuk 10
pelabuhan cabang di wilayah kerjanya. Program ini selaras dengan
upaya pemerintah dalam memeratakan pembangunan di Indonesia.
Kendala:
Kepastian adanya jalan tembus ke Mandalika sehingga saling
terintegrasi antar destinasi wisata.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
8. PT PELNI (Persero)
PT PELNI (Persero) merupakan moda transportasi angkutan laut yang
memiliki rute terjadwal (Regular Liner Service) yang melayani Ujung
Barat (Meulaboh) ke Ujung Timur (Merauke) serta Ujung Utara
(Miangas) ke Ujung Selatan (Rote) dengan 94 Cabang dengan 5.820
ruas. Perusahaan secara konsolidasi Tahun 2017 memperoleh laba
sebesar Rp 316,954 juta.
Kendala:
1. Terminal pelabuhan di Lembar dan Bima belum steril;
2. Keterbatasan fasilitas ruang tunggu dan dermaga pelabuhan;
3. Fasilitas tangga penumpang di Pelabuhan Lembar sering rusak; dan
4. Pendangkalan pada alur pelabhan di Bima sehingga menyulitkan
manuver kapal untuk sandar.
Adapun upaya yang telah dilakukan diantaranya:
1. Berkoordinasi dengan pengelola pelabuhan dan instansi terkait untuk
pengamanan dan penertiban orang-orang yang tidak berkepentingan
di area pelabuhan
2. Berkoordinasi dengan pengelola pelabuhan untuk penambahan
fasilitas umum penumpang di pelabuhan
3. Berkoordinasi dengan pengelola pelabuhan agar diadakan perbaikan
tangga secara berkala, dan
4. Berkoordinasi dengan pihak terkait untuk dilakukan pengerukan alur
pelabuhan.
10
Rekomendasi
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
9. PT Bank mandiri (Persero) Tbk
Lingkup operasional Bank Mandiri yang tersebar di beberapa kabupaten
di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan akhir tahun 2017 sbb:
48 kantor Cabang (33 Cabang Micro & 15 Cabang Reguler) 156 Unit
ATM dan 1 Unit ATM Mobile 2,934 Unit EDC.
Penghimpunan Danamas di Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh 21 %
(YoY) lebih tinggi dari pertumbuhan dana perbankkan yang sebesar 18
%. Saat ini Penyaluran Kredit di Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh
21 % dengan NPL terjaga lebih kecil dari 1%. Dari total kredit yang
disalurkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 27 % disalurkan
untuk UMKM.Tingkat pengembalian KUR dari posisi Sept 2015 sampai
dengan posisi Januari 2018 dengan kolektibilitas lancar rata-rata
sebesar 96,82%
Kendala:
Secara umum relatif tidak ada kendala dalam penyaluran KUR namun
ditemukan ada beberapa kendala yang ditemukan, antara lain:
Masyarakat belum memahami produk perbankan sehingga
diperlukan edukasi dan bimbingan dalam pengenalan produk
perbankan tersebut sehingga diharapkan masyarakat dapat
memanfaatkan untuk peningkatan usaha
Penyaluran belum merata dikarenakan keterbatasan jaringan kantor
cabang
Masih terdapat persepsi di masyarakat bahwa KUR adalah hibah dari
pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan pinjamannya
Tidak semua calon debitur KUR memiliki e-KTP dan NPWP
(persyaratan dalam Sistem Informasi Kredit Program).
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
11
10. PT BNI (Persero) Tbk.
Sampai dengan 31 Desember 2017, BNI di NTB memiliki 26 Outlet
(KCU/KCP/KK), tersebar di 8 Kab dan 2 Kota. Dari 26 outlet
(KCU/KCP/KK) yang ada, sebagian besar berlokasi di Shopping Area
(69,23%).Terdapat 4 outlet OBO yaitu KCP Praya, KCP Selong, KCP
Dompu dan KCP Taliwang.
Sampai dengan 31 Desember 2017, BNI di NTB memiliki 363 unit
ATM, tersebar 8 Kab/ 2 Kota yaitu Tunai 349 unit, Cashless 4 unit
dan CRM 10 unit.
Dari 363 unit ATM tersebut terdapat 96,14% merupakan ATM tunai
sedangkan sisanya merupakan ATM cashless dan CRM
Growth CAGR pertumbuhan aset BNI di NTB periode 2013 - 2017
tumbuh sebesar 6,45%.Growth CAGR pertumbuhan Pinjaman BNI di
NTB periode 2013 - 2017 tumbuh sebesar 10,36%. Pertumbuhan
terbesar terjadi pada tahun 2016 sebesar 12,8%.Growth CAGR
pertumbuhan DPK BNI di NTB periode 2013 - 2017 tumbuh sebesar
7,79% dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2015 sebesar
15,8%.
Kendala:
Berikut Upaya yang dilakukan BNI untuk mengatasi Kredit yang
bermasalah:
Melakukan restrukturisasi kredit
Melakukan pengajuan klaim kepada perusahaan penjamin (khusus
KUR)
Upaya BNI mencegah kredit bermasalah
Lebih selektif dalam memilih sektor ekonomi yang akan dibiayai
Mendukung program pemerintah dengan memberi pembiayaan pada
sektor produksi (khusus KUR) : seperti pertanian, peternakan, dan
industri pengolahan
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
12
11. PT BRI (Persero) Tbk.
Kinerja BRI di Provinsi NTB terus tumbuh positif selama dalam 5 tahun
terakhir dengan pertumbuhan kredit 12,3% dan pertumbuhan simpanan
18,0%. Saat ini 153 Jaringan Kantor Konvensional BRI memberikan
akses layanan perbankan di Provinsi NTB mengcover 70 dari 116
Kecamatan. Penyaluran KUR di Provinsi NTB terlampaui targetnya baik
dalam hal jumlah debitur maupun besarnya penyaluran. Kualitas
penyaluran kredit KUR terjaga dengan baik di bawah 1,20%. Bank BRI
konsisten menyalurkan KUR sebagai modal pemberdayaan usaha
masyarakat mikro dan kecil di NTB. Penyaluran KUR di Provinsi NTB
terlampaui targetnya baik dalam hal jumlah debitur maupun besarnya
penyaluran. Pada tahun 2017, dari 75.232 debitur KUR, sebesar 50%
debitur yang berusaha di sektor perdagangan.
Kendala:
Tidak ada kendala
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
12. PT BTN (Persero) Tbk.
Di Per 31 Desember 2017, Aset Bank BTN tumbuh 22,04%, Penyaluran
Kredit & Pembiayaan tumbuh 21,01% serta penghimpunan Dana Pihak
Ketiga tumbuh sebesar 20,45%. Beberapa faktor diindikasikan
menyebabkan realisasi KUR belum optimal dan NPL KUR yang tinggi
yaitu: Jenis Usaha Pada Wilayah Provinsi NTB, rata-rata bergerak pada
sektor pertanian, peternakan dan perdagangan skala kecil seperti
kerajinan tangan yang memiliki risiko cukup tinggi seperti gagal panen,
tidak kuat dalam persaingan bisnis.
Realisasi belum optimal karena:
a. Calon debitur memiliki kredit usaha berdasarkan data SLIK ideb
b. Calon debitur memiliki kredit dengan kolektabilitas NPL sesuai data
SLIK ideb
c. Untuk KUR Kecil (>25 juta) calon debitur tidak memiliki agunan
tambahan (fix A)
13
Program yang dilakukan oleh Bank BTN dalam meningkatkan kualitas
kredit mikro, kecil menengah diantaranya:
a. Melakukan pembinaan dan monitoring secara intensif terkait usaha
yang dikelola agar usaha semakin berkembang.
b. Memberikan pembelajaran proses pemasaran/penjualan berbasis
internet/secara online.
Dan terdapat beberapa kendala dalam menjalankan program tersebut
yaitu:
1. Petugas/staff Bank BTN KC Mataram yang terbatas
2. Lokasi calon debitur cukup jauh dari kantor cabang Bank BTN
Kendala:
Beberapa faktor diindikasikan menyebabkan realisasi KUR belum
optimal dan NPL KUR yang tinggi yaitu:
a. Jenis Usaha Pada Wilayah Provinsi NTB, rata-rata bergerak
pada sektor pertanian, peternakan dan perdagangan skala kecil
seperti kerajinan tangan yang memiliki risiko cukup tinggi seperti
gagal panen, tidak kuat dalam persaingan bisnis.
b. Realisasi belum optimal :
Calon debitur memiliki kredit usaha berdasarkan data SLIK
ideb;
Calon debitur memiliki kredit dengan kolektabilitas NPL
sesuai data SLIK ideb;
Untuk KUR Kecil (>25 juta) calon debitur tidak memiliki
agunan tambahan (fix Asset);
Petugas/staff Bank BTN KC Mataram yang terbatas; dan
Lokasi calon debitur cukup jauh dari kantor cabang Bank BT.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
13. PT Indonesia Tourism Development Corporete (ITDC)
Pembangunan Infrastruktur Dasar The Mandalika membutuhkan biaya
sebesar 4.54 triliun dengan waktu pengembangan sampai dengan 2026.
Mandalika Resort telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun
2014. Proyek pengembangan pariwisata di kawasan Mandalika Lombok
yang diharapkan dapat menjadi kawasan bertaraf International di
Lombok yang dilakukan ITDC.
14
Kendala:
Permasalahan yang masih dihadapi diantaranya:
1. Kebutuhan permodalan investasi infrastruktur yang cukup besar
mencapai Rp4,54 Triliun.
2. Pendudukan lahan ITDC dan klaim masyarakat atas tanah yang
sudah menjadi HPL ITDC.
3. Pembebasan lahan enclave yang terkena proyek pembangunan
kawasan seluas 16,4 Ha.
Selain itu dalam proses mobilisasi material sering terjadi keterlambatan
karena jarak yang jauh dan kondisi cuaca.
Dalam penyediaan infrastruktur dasar kawasan Pariwisata Mandalika
Lombok (KPML) dengan PT ITDC (Persero) bekerjasama dengan
beberapa rekanan, diantaranya yaitu:
Daftar Rekanan Pekerjaan No. SPK
PT Perentjana Djaja Jasa Konsultan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Mandalika Resort
06/SPK/Dir/ITDC/I/2017
PT Wijaya Karya (Persero) Pembangunan jalan dan taman kawasan ruas C-I, E-R-S-T, dan Pantai Kuta
17/SPK/Dir/ITDC/I/2017
PT Wika Gedung Masjid Mandalika 54/SPK/PD/ITDC/KPM/ IX/2016
PT Wika Gedung Pembangunan Hotel Pullman 75/SPK/Dir/ITDC/XI/ 2017
PT Barokah Karya Mataram
Pagar Kawasan 166/SPK/Dir/ITDC/VII/ 2016
PT Ciriajasa Cipta Mandiri MK Masjid 240/SPK/Dir/ITDC/XII/ 2016
PT Prosys MK pembangunan jalan dan taman kawasan ruas C-I, E-R-S-T, dan Pantai Kuta
04/SPK/Dir/ITDC/I/2017
PT Bunga Raya Lestari Pemagaran Kawasan 06/SPK/DIR/ITDC/VIII/ 2017
PT Kuantan Graha Marga MK Pembangunan UMKM 007/SPK/Dir/ITDC/II/ 2018
Rekanan Lainnya
PT Bita Enarcon Engineering
PT Seliacipta Bestari Bima
PT Indulexco PT Sinar Bali Binakarya
PT Aecom PT Lombok Infrastruktur Perkasa
PT Himindo Fajar Jaya PT Parama Karya Mandiri
PT Hasta Buana Lombok PT Mastautin Jasa Negeri
CV. Global Recon Rekanan Lokal lainnya
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI.
15
14. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
WIKA membagi bisnisnya ke dalam lima segmen, yaitu: Infrastruktur dan
Gedung, Energi dan Industrial Plant, Real Estate dan Properti, Industri
dan Investasi. WIKA menjalankan segmen bisnisnya dengan
menggunakan strategi Forward and Backward. Forward adalah strategi
WIKA untuk memperoleh semua bisnis yang bisa dilakukan di masa
depan. Backward adalah strategi WIKA untuk memperoleh semua
bisnis atau perusahaan yang mendukung kompetensi kunci WIKA.
Kendala:
Kendala yang dihadapi di dalam proses pengerjaan proyek
di Lombok, diantaranya:
a. Keamanan dan lingkungan, Kawasan wisata aktif sehingga tidak
diperbolehkan menutup kawasan wisata 100%. Sehingga
memungkinkan adanya kehilangan material atau alat.
b. Teknis, menunggu finalisasi desain dari pihak owner dan kebutuhan
akan spesifikasi material yang tinggi dan/atau unik sehingga
membutuhkan pengiriman material dari luar pulau Lombok, terutama
dari pulau Jawa, yang harus melalui jalur penyeberangan laut
sehingga membutuhkan waktu pengiriman yang cukup lama dan
rentan terhadap kondisi cuaca, sehingga berpotensi pada
keterlambatan pendatangan material dengan risiko yang cukup
tinggi.
Rekomendasi:
Banyaknya permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya Anggota
Komisi VI akan mengundang untuk membahas permasalahan yang
sedang dihadapi lebih lanjut dalam rapat bersama di DPR RI
15. UKM Binaan Bank Mandiri, Sasak Maik
Komisi VI DPR RI bersama direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
mengunjungi pelaku usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM) di
Batulayar, Lombok Barat, Selasa (27/2). Direktur Ritel Banking, Bank
Mandiri, Tardi mendampingi langsung rombongan Komisi VI DPR RI ke
UD Sasak Maiq, salah satu UMKM debitur loyal dari Bank Mandiri sejak
tahun 1995. Direksi Bank Mandiri turut hadir, Senior Vice President
Corporate Secretary Group PT Bank Mandiri, Rohan Hafas, Head
Region Area Bank Mandiri Mataram, Gunawan Edi Sasongko, ikut
memperkenalkan produk UMKM UD Sasak Maiq yang memanfaatkan
16
berbagai pangan olahan berbahan baku Rumput Laut. Mulai dari kue
rumput laut, hingga kopi berbahan baku rumput laut.
Gambar 3: Tim Komisi VI UKM Binaan Bank Mandiri Sasak Maiq, NTB.
III. SARAN/REKOMENDASI
Beberapa rekomendasi yang diberikan pada saat kunjungan kerja di Provinsi
1. Penggunaan sumber energi lain seperti energi nuklir agar dapat dijadikan
wacana yang perlu diperhatikan dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di
Indonesia.
2. Pembangunan pelabuhan dan pemeliharaan fasilitas pelabuhan lebih
diperhatikan agar lebih representatif, bersih dan nyaman.
3. Perlu pembahasan lebih lanjut dengan pemerintah masalah holding dan dan
adanya beban investasi yang harus disiapkan karena dikhawatirkan dapat
menggerus laba perusahaan.
4. Pembangunan ruang publik dan private area dalam pembangunan KEK
Mandalika perlu diperhatikan agar nyaman dan aman agar tidak ada
masalah sosial di masyarakat.
IV. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI ke Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017-2018
yang dilaksanakan pada tanggal 27 Februari-03 Maret 2018. Dalam acara
kunjungan kerja tersebut ditegaskan pentingnya koordinasi antara BUMN
17
dengan pemerintah daerah setempat dalam menunjang kelancaran
pembangunan didaerah. Dan untuk kegiatan berikutnya perlu koordinasi antara
Tim Kunker Komisi VI dengan Pemda setempat dalam hal ini adalah Gubernur
Provinsi Nusa Tenggara Barat beserta jajarannya untuk dapat hadir sehingga
dapat membahas permasalahan yang dihadapi di daerah dengan tepat sasaran.
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan menjadikan laporan ini
menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI terutama sebagai bahan bagi fungsi
Pengawasan dan Penganggaran DPR RI. Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini
akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti terutama dalam
melakukan perencanaan bagi pembangunan dan atau pemeliharaan serta
perbaikan bagi kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Ketua Tim, Ttd.