8
Hafizha M Putri 240210120037 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Minyak merupakan salah satu bahan pangan yang digunakan untuk memberikan aroma dan cita rasa tambahan bagi makanan. Salah satu contoh jenis minyak yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra ( daging kelapa yang dikeringkan) atau perasan dari santannya. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06- 0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986). Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari suatu bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Dimana tujuan dari ekstraksi ini adalah untuk memperoleh lemak atau minyak tanpa dirusak oleh prosesnya dan dalam keadaan semurni mungkin, untuk memperoleh hasil lemak atau minyak setinggi mungkin, dan untuk menghasilkan sisa (residu) yang bernilai setinggi mungkin (Buckle, 1987). Proses ekstraksi untuk mendapatkan minyak juga ada ekstraksi basah dan ekstraksi kering.

laporan lemak dan minyak makan 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekstraksi minyak

Citation preview

Hafizha M Putri

240210120037

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Minyak merupakan salah satu bahan pangan yang digunakan untuk memberikan aroma dan cita rasa tambahan bagi makanan. Salah satu contoh jenis minyak yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra ( daging kelapa yang dikeringkan) atau perasan dari santannya. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986).

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari suatu bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Dimana tujuan dari ekstraksi ini adalah untuk memperoleh lemak atau minyak tanpa dirusak oleh prosesnya dan dalam keadaan semurni mungkin, untuk memperoleh hasil lemak atau minyak setinggi mungkin, dan untuk menghasilkan sisa (residu) yang bernilai setinggi mungkin (Buckle, 1987). Proses ekstraksi untuk mendapatkan minyak juga ada ekstraksi basah dan ekstraksi kering.

Praktikum kali ini digunakan cara ekstraksi basah untuk mendapatkan minyak. Ekstraksi minyak cara basah memiliki beberapa cara, seperti: cara basah tradisional, cara basah fermentasi, cara basah sentrifugasi, dan cara basah dengan penggorengan. Bahan baku yang diduga mengandung minyak adalah berupa kelapa. Pengujian kali ini menggunakan cara basah tradisional dan cara basah fermentasi.

1.Cara Basah Tradisional

Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Penambahan air pada parutan kelapa dilakuan 2 perlakuan perbandingan, yaitu 1 : 1 dan 2 : 1 (Air : Kelapa). Ini dimaksudkan untuk membandingkan dan mengukur serta mengetahui karakteristik dari minyak yang didapatkan. Kemudian santan dipanaskan diatas api kecil untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak dengan cara disaring dan terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa minyak. Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan minyak cara basah tradisional:Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Minyak Cara Basah Tradisional

1:11:2

Berat kelapa500 g500 g

Volume santan (ml)5001.09

Lama pemanasan39 menit72 menit

WarnaKuning kehijauanKuning kecoklatan

AromaGalendoGosong

Kejernihan Kuning jernihKeruh

Volume minyak25 mL25 mL

Rendemen5%2.29%

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)

Berdasarkan hasil pengamatan didapat data bahwa pembuatan minyak dengan perbandingan (1:1) memiliki volume santan 600 ml. rendemen yang dihasilkan sebesar 5%. Pada pembuatan minyak dengan perbandingan (1:2) menghasilkan volume santan 1.09 ml. Waktu pemasakan dan rendemen yang dihasilkan berbeda. Warna yang dihasilkan dari pemasakan minyak (1:2) juga berbeda dengan minyak kelapa komersial. Perbedaan hasil rendemen ini disebabkan oleh bedanya besar api yang digunakan untuk memanaskan santan. Akibat lain dari besarnya api pemasakan adalah, warna minyak yang dihasilkan menjadi lebih gelap menjadi kuning keruh daripada

2. Cara Basah Fermentasi

Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.

Pemerasan santan menggunakan air panas bertujuan untuk mematikan mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat mengganggu proses ekstraksi minyak tersebut, serta menon-aktifkan enzim yang merugikan selama proses ekstraksi. Santan yang diambil untuk kemudian diekstraksi adalah santan kepala atau krimnya, karena bagian tersebut yang kandungan lemak atau minyaknya paling tinggi, sehingga efektif untuk diekstraksi dalam artian dapat menghasilkan minyak yang kita inginkan.

Ekstraksi dengan memfermentasikan santan kepala dengan inokulum tadi selama 3 hari, dilakukan dalam kondisi suhu ruang dan aerob, karena dalam kondisi itu mikroba penghasil enzym tumbuh dan berkembang biak dengan optimal, serta enzim yang dihasilkannya pun aktif dalam kondisi tersebut. Setelah tiga hari penginkubasian atau fermentasi bahan, akan terbentuk minyak dan galendo, serta bibit yang masih utuh sehingga masih dapat digunakan untuk proses selanjutnya. Kemudian dilakukan pemisahan bibit dengan minyak+galendo, selanjutnya minyak+galendo dipanaskan selama 5-10 menit, dimana pemanasan ini bertujuan untuk menon-aktifkan dan mematikan mikroba serta enzimnya yang mungkin masih terdapat dalam minyak + galendo tadi. Pemanasan ini juga agar dalam tahapan pemisahan antara minyak dan galendonya dapat lebih mudah, dan minyak yang terkandung dalam galendopun dapat dibebaskan. Dan terakhir tahapan penyaringan, yaitu untuk memisahkan minyak dan galendonya tadi. Sehingga dari tahapan-tahapan ekstraksi tersebut akan dihasilkan minyak kelapa. Berikut merupakan hasil pengamatan pembuatan minyak ekstraksi basah cara enzimatis.Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembuatan Minyak Metode Enzimatis1:11:2

Berat kelapa500 gr500 gr

Volume santan300 mL300 mL

Volume krim70 mL75 mL

Volume minyak--

Volume rendemen--

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Proses fermentasi akan dinyatakan berjalan baik jika dari campuran tersebut terbentuk tiga lapisan, yakni lapisan atas berupa minyak kelapa murni, lapisan tengah berupa blondo (warna putih), dan lapisan bawah berupa air. Lapisan minyak dipisahkan secara hati-hati. Minyak ini memberi aroma khas dan warna yang lebih jernih.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, proses fermentasi pada perbandingan 1:1 dan 1:2 tidak berjalan sempurna, sehingga minyak akhir tidak diperoleh. Kemungkinan yang menyebabkan ekstraksi tidak berjalan maksimal adalah karena ragi tempe dan fermipan yang digunakan sudah dalam keadaan tidak baik, sehingga mikroorganisme di dalam ragi tidak mengeluarkan enzim secara maksimal yang berfungsi untuk menggumpalkan lemak, sehingga proses fermentasi tidak berhasil, selain itu bisa juga disebabkan oleh tingkat kematangan/ketuaan kelapa, pengerjaan yang tidak aseptis sehingga memungkinkan adanya kontaminan yang menghambat proses fermentasi, lamanya proses pemasakan, dan lain lain.V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakuakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Minyak yang dibuat pada ektraksi basah cara tradisional dengan perbandingan (1:1) memiliki jumlah volume santan 500 ml.

Rendemen yang dihasilkan pada pembuatan minyak dengan perbandingan 1:1 adalah 5% Minyak yang dibuat pada ektraksi basah cara tradisional dengan perbandingan (1:2) memiliki jumlah volume santan 1.09 ml.

Pembuatan minyak cara enzimatis tidak ada yang berjalan maksimal

Kemungkinan yang menyebabkan ekstraksi tidak berjalan maksimal adalah karena ragi tempe dan fermipan yang digunakan sudah dalam keadaan tidak baik, tingkat kematangan/ketuaan kelapa, pengerjaan yang tidak aseptis sehingga memungkinkan adanya kontaminan yang menghambat proses fermentasi, dan lamanya proses pemasakan5.2 SARAN Selama pembuatan minyak dengan cara enzimatis seharusnya praktikan bekerja secara aseptis agar proses fermentasi berjalan maksimal. Kelapa yang digunakan tingkat kematangannya harus pas.

DAFTAR PUSTAKABuckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.