laporan mikrobiologi MIC cair_kelompok IX.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PENENTUAN

    MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION (MIC)

    DARI SUATU SEDIAAN UJI

    YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK

    Kamis , 9 Maret 2015

    Kelompok IX

    Kamis, Pukul 10.00 13.00 WIB

    Nama NPM Tugas

    Farianti Eko Nur K. 260110130024

    Tujuan, prinsip ,

    kesimpulan dan Editor

    Irma Rahayu L. 260110130025 Pembahasan

    Nunung Nurjanah 260110130027 Teori dasar, data

    pengamatan, dan prosedur

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Sani Asmi ) (Casuarina)

  • PENENTUAN

    MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION (MIC)

    DARI SUATU SEDIAAN UJI

    YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK

    I. Tujuan

    - Menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) suatu

    sediaan uji terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif,

    dengan menggunakan metoda MIC cair

    II. Prinsip

    2.1.MIC

    Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan

    MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah

    dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan

    mikroba tertentu.

    2.2.Makrodilusi

    Makrodilusi adalah suatu metode penentuan MIC antibiotic

    menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan bakteri

    tertentu serta ditambahkan sejumlah antibiotic dengan konsentrasi yang

    berbeda-beda tiap tabungnya dengan kekeruhan media sebagai penentu

    dimana MICnya.

    2.3.Pertumbuhan Bakteri

    Adanya pertumbuhan bakteri atau tidaknya dilihat dari kekeruhan

    pada media cair pada tabung reaksi.

    2.4.Teknik Aseptis

    Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam

    memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke

    tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba

    lain dalam kultur

  • III. Teori Dasar

    Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

    yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer, untuk menghambat

    pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme. Salah satu jenis antibiotik

    adalah kloramfenikol. Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang

    efektif terhadap beberapa jenis bakteri dan kuman anaerob. (Dian, 2015)

    Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC

    (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari

    antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan

    mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari

    antibiotika dan mikroba. MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba

    digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika.

    Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin

    rendah nilai MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan

    semakin besar. (Jawetz et al.,1996).

    Penetapan MIC dapat dilakukan dengan menguji sederetan

    konsentrasi yang dibuat dengan pengenceran, metode yang digunakan dapat

    dengan cara turbidimetri (dengan melihat kekeruhan) ataupun cara difusi

    agar. Konsentrasi terendah di mana pertumbuhan bakteri terhambat

    dinyatakan sebagai konsentrasi minimum untuk inhibisi (MIC). (

    Pelczar,1958 )

    Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang

    pendek yang memiliki panjang sekitar 2 m, diameter 0,7 m, lebar 0,4-

    0,7m dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang

    bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Smith-Keary, 1988 ;

    Jawetz et al., 1995).

    E. coli dapat dilihat pada gambar 1.

    (Smith-Keary,1988)

  • Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang

    dalam sel tunggal atau berpasangan, merupakan anggota family

    Enterobacteriacea dan flora normal intestinal yang mempunyai kontribusi

    pada fungsi normal intestine dan nutrisi tetapi bakteri ini akan menjadi

    pathogen bila mencapai jaringan di luar jaringan intestinal. Spesies E.coli

    bersifat motil dengan flagel peritrik yang dimilikinya, tetapi beberapa ada

    yang nonmotil. Manifestasi klinis dari infeksi E. coli ini tergantung pada

    daerah infeksi dan tidak dapat dibedakan dari gejala yang disebabkan oleh

    bakteri lainnya. (Noviana, 2014)

    Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba

    yang mempunyai khasiat antimikroba. Mekanisme kerja antibiotik antara

    lain adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas

    membran sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat

    sintesis protein (proses translasi), menghambat replikasi DNA.

    (Immanudin, 2010)

    Antibiotik kloramfenikol akan melekat pada subunit 50s ribosom

    bakteri sehingga menghalangi enzim Peptidil-tranferase. Enzim inilah

    yang melaksanakan 3 langkah dengan membentuk ikatan peptida antara

    asam amino baru yang masih melekat pada tRNA-nya, dan asam amino

    terakhir peptida yang sedang berkembang. Hal ini menyebabkan sintesis

    protein terhenti seketika. Bila tidak terjadi perubahan struktur purin oleh

    bakteri maka sensitifitasnya tidak akan berkurang. Purin merupakan

    tempat masuknya antibiotik agar antibiotik dapat bekerja pada dinding

    sitenya. Struktur purin yang tetap pada dinding sel bakteri menyebabkan

    bakteri. Escherichiacoli masih sensitif terhadap antibiotik kloramfenikol.

    (Goodman, 2007)

    Kloramfenikol Kloramfenikol diisolasi pertama kali dari

    Streptomyces venezuelae Karena daya anti mikrobanya yang kuat, maka

    penggunaannya meluas hingga tahun 1950, dan diketahui obat ini dapat

    menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya,

  • penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati infeksi yang

    mengancam kehidupan dan tidak ada alternatif lain. (Hani,2012)

    Mekanisme kerja Kloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit

    50S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein kuman. Yang

    dihambat ialah enzim peptidil trasferase yang merupakan katalisator untuk

    pembentukan ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman.

    Karena kemiripan ribosom mitokondria mamalia dengan bakteri, sintesis

    protein pada organela ini dihambat dengan kadar klorafenikol tinggi yang

    dapat menimbulkan toksisitas sumsum tulang. Efek toksiknya pada sel

    mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga

    berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini (Volk, 1988).

    Zat antimikrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan

    dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan

    mikroorganisme. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

    memilih zat antimikrobial kimiawi adalah :

    1. Jenis zat dan mikroorganisme : Zat antimikrobial yang akan digunakan

    harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena memiliki

    kerentanan yang berbeda-beda.

    2. Konsentrasi dan intensitas zat antimicrobial : Semakin tinggi

    konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka semakin tinggi

    pula daya kemampuannya dalam mengendalikan mikroorganisme

    3. Jumlah organisme : Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat

    atau dibunuh, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk

    mengendalikannya.

    4. Suhu : Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat

    antimicrobial

    5. Bahan organic : Bahan organik asing dapat menurunkan efektivitas zat

    antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan tersebut atau

    melindungi mikroorganisme. Hal tersebut karena penggabungan zat

    dan bahan organik asing membentuk zat antimikrobial yang berupa

    endapan sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat

  • mikroorganisme. Akumulasi bahan organik terjadi pada permukaan sel

    mikroorganisme sehingga menjadi pelindung yang mengganggu

    kontak antara zat antimikrobial dengan mikroorganisme (Boyd, 1980).

    IV. Alat dan Bahan

    4.1.Alat

    a. Inkubator

    b. Labu ukur 100 ml

    c. Mikropipet

    d. Mortir dan stamper

    e. Pembakar spiritus

    f. Tabung reaksi + rak tabung

    g. Volum pipet 1 ml

    h. Volum pipet 10 ml

    4.2.Bahan

    a. Antibiotik Kloramfenikol

    b. Aquades steril

    c. Media cair NB (Nutrient Broth) double strength

    d. Media cair NB (Nutrient Broth)

    e. NaCl fisiologis steril

    f. Suspensi bakteri Eschericia coli

    4.3.Gambar alat

    Inkubator

    Labu ukur 100 ml

    Mikropipet

  • Mortir dan stamper

    Pembakar spiritus

    Tabung reaksi + rak

    tabung

    Volum pipet 1 ml

    Volum pipet 10 ml

    V. Prosedur

    Sediaan uji dimasukan ke dalam labu ukur, dilarutkan dengan sedikit

    pelarutnya. Kemudian air suling steril ditambahkan sampai tanda batas. Jika

    sediaan uji berbentuk padat, sediaan digerus dahulu dalam mortir, sebelum

    dimasukkan ke dalam labu ukur. Pengenceran direncanakan dan konsentrasi

    campuran dihitung pada masing-masing tabung besar dan tabung-tabung

    kecil. Pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dibuat dengan air suling

    steril dalam tabung-tabung reaksi besar. Tabung reaksi kecil pertama diisi

    dengan 1 mL NB double strength, sedangkan tabung-tabung reaksi

    selanjutnya dengan 1 mL NB biasa. 1 mL hasil pengenceran terakhir dipipet

    ke dalam tabung 1 berisi NB double strength, kocok sampai homogen. 1 mL

    campuran diipet dari tabung 1 ke tabung 2, lalu dikocok sampai homogen.

    Langkah tersebut diulangi sampai tabung terakhir. 1 mL campuran dibuang

    dari tabung terakhir. 1 ose bakteri Eschericia coli ditambahkan ke dalam

    masing-masing tabung kecil, kocok sampai homogen., namun sebelumnya

  • suspensi bakteri tersebut diencerkan terlebih dahulu, dengan cara 100g

    suspensi bakteri dimasukan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan

    mikropipet kemudian tambahan dengan 9.9 ml larutan NaCl fisiologi steril.

    Kontrol positif dan 1 kontrol negatif dibuat. Kontrol positif terdiri dari 1 mL

    NB dan 1 ose bakteri. Kontrol negatif hanya berisi 1 mL NB. Semua tabung

    kecil diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Kekeruhan yang terjadi

    diamati lalu dibandingkan dengan kontrol positif dan negatif. MIC nya

    ditentukan. MIC terletak pada tabung bening terakhir, atau sebelum tabung

    keruh pertama.

    VI. Data Pengamatan Dan Hasil Perhitungan

    1. Pengenceran antibiotic 250mg / 100 ml

    250 mg / 100 ml x 1000 = 2500 mikrogram

    a) Tabung besar 1 pengenceran 1 (M2 = 250g)

    V1. M1 = V2. M2

    1ml. 2500g/ml = V2 . 250g

    V2 = 10 ml

    b) Tabung 2 pengenceran 2 ( M2 = 50g )

    V1. M1 = V2. M2

    1 ml. 250g/ml = V2 . 50g

    V2 = 5 ml

    c) Tabung kecil 1

    V1. M1 = V2. M2

    1 ml . 50 g = V2 . 25 g

    V2 = 2 ml

    (konsentrasi dari tabung kecil 1 sampai 5 yaitu 25 ; 12,5 ; 6,25 ;

    3,125 ; 1,5625 ; 0,78125. Dari ke enam konsentrasi tersebut V2 = 2

    ml untuk setiap tabumg kecil)

    2. Pengenceran suspensi bakteri

    V1. M1 = V2. M2

  • V1 . 1 x 108 Cfu/ml = 10 ml. 1 x 10

    6 Cfu/ml

    V1 = 0,1 mg (100 g)

    3. Tabel Pengamatan

    No Gambar Keterangan

    1.

    Hasil uji MIC antibiotic

    kloramfenikol pada bakteri

    E.coli setalah dinkubasi selam

    18 jam.

    Semua tidak ada pertumbuhan

    (bening).

    2.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 25 g/ml tidak terjadi

    pertumbuhan.

    3.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 12,5 g/ml tidak

    terjadi pertumbuhan.

    4.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 6,25 g/ml tidak

    terjadi pertumbuhan

  • 5.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 3,125 g/ml tidak

    terjadi pertumbuhan

    6.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 1.5625g/ml tidak

    terjadi pertumbuhan

    7.

    Pada konsentrasi antibiotic

    sebesar 0,78125 g/ml tidak

    terjadi pertumbuhan.

    8.

    Control negative keruh (ada

    pertumbuhan

    mikroorganisme).

    9.

    Kontrol positif bening atau

    tidak ada pertumbuhan.

  • No Konsemtrasi per

    tabung

    Hasil

    1 25 -

    2 12,5 -

    3 6.25 -

    4 3,125 -

    5 1,5625 -

    6 0,78125 -

    No Kontrol Hasil

    1 Kontrol positif -

    2 Kontrol negatif +

    VII. Pembahasan

    Menurut Kusnadi (2003), bakteri merupakan organisme bersel tunggal

    yang bereproduksi dengan cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner.

    Setiap macam bakteri dianggap suatu spesies, yang dibentuk dari kumpulan

    strain yang memberikan beberapa gambaran sangat berbeda dari strain lain.

    Suatu strain merupakan progeni atau subkultur dari isolat koloni tunggal

    dalam kultur murni. Dinding selnya merupakan struktur yang kaku

    berfungsi membungkus dan melindungi protoplasma dari kerusakan akibat

    faktor fisik dan kimia seperti menjaga keseimbangan antara kondisi intrasel

    dengan ekstrasel.

    Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan Minimum

    Inhibitory Concentration (MIC) suatu bakteri gram negative yaitu E. Coli

    dengan menggunakan metode MIC cair.

    Nilai MIC (Minimum inhibitory concentration) diperoleh dengan

    menentukan konsentrasi minimum senyawa obat yang mampu menghambat

    aktivitas protease bakteri lebih dari 99%. (Nurhayati, 2010).

  • Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar hambat

    minimal (minimum inhibitory concentration/MIC), kemampuan pertahanan

    tubuh individu, lokasi infeksi, dan profil farmakokinetika antimikroba.

    (Dwiprahasto, 2005).

    MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk

    mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC

    berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai

    MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar.

    MIC dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC

    terhadap seluruh strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies

    mikroba adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya (Greenwood,

    1995).

    Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

    yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer, untuk menghambat

    pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme. Antibiotik yang relatif non-

    toksik terhadap penjamunya digunakan sebagai agen kemoterapeutik dalam

    pengobatan penyakit infeksi pada manusia. Salah satu jenis antibiotik adalah

    kloramfenikol. Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang efektif

    terhadap beberapa jenis bakteri dan kuman anaerob. (Dian, dkk., 2015).

    Mula-mula disiapkan alat dan bahan yang steril. Alat dan bahan harus

    disterilisasikan karena dibutuhkan teknik aseptis pada perhitungan MIC ini

    agar didapatkan hasil MIC yang tepat dan tidak terjadi kontaminan.

    Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan

    kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media maupun

    mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Semua proses

    baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan,

    terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo 2007).

    Antibiotik yang sudah berada di dalam labu ukur berukuran 100ml,

    diencerkan ke dalam tabung reaksi besar yang sudah berisi 9 ml air.

    Antibiotik yang digunakan pada penentuan MIC ini adalah Kloramfenikol.

  • Kloramfenikol adalah salah satu jenis antibiotika turunan amfenikol

    yang secara alami diproduksi oleh Streptomy-ces venezuelae (Reynolds,

    1982). Melalui pengembangan teknologi fermentasi, kloramfenikol dapat

    diisolasi, disemisintesis menjadi antibitoka turunannya, antara lain

    tiamfenikol dan turunan lain melalui berbagai reaksi kimia dan enzimatis.

    (Susanti et al, 2009).

    Mekanisme kerja kloramfenikol sebagai anti bakteri bersifat

    stereospesifik, karena hanya satu ste- reoisomer yang memiliki aktivitas anti

    bakteri, yaitu D(-) treo-isomer. Kloramfenikol bekerja pada spektrum luas,

    efektif baik terhadap Gram positif maupun Gram negatif. Mekanisme kerja

    kloram- fenikol melalui penghambatan terhadap biosintesis protein pada

    siklus pemanjangan rantai asam ami- no, yaitu dengan menghambat

    pembentukan ikatan peptida. Antibiotika ini mampu mengikat subunit

    ribosom 50-S sel mikroba target secara terpulihkan, akibatnya terjadi

    hambatan pembentukan ikatan peptida dan biosintesis protein.

    Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, namun pada konsentrasi

    tinggi dapat bersifat bakterisid terhadap bakteri-bakteri tertentu. (Susanti et

    al, 2009).

    Selanjutnya dilakukan pengenceran antibiotic kloramfenikol. Prinsip

    metode pengenceran adalah senyawa antibakteri diencerkan hingga

    diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing

    konsentrasi ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan

    tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri,

    yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan. Larutan uji senyawa

    antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

    pertumbuhan bakteri uji, ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM)

    atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC). Larutan yang ditetapkan

    sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa

    penambahan bakteri uji ataupun senyawa antibakteri, dan diinkubasi selama

    18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan

  • sebagai Kadar Bunuh Minimal (KBM) atau Minimal Bactericidal

    Concentration (MBC). (Pratiwi, 2008).

    Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi. Karena

    hampir semua metode penelitian dari penghitungan jumlah sel mikroba

    menggunakan teknik ini. (Herdyastuti, 2009).

    Konsentrasi antibiotik yang tadinya sebesar 2500 g/ml, setelah

    diencerkan menjadi 250 g/ml dan larutan dikocok sampai homogen.

    Kemudian diencerkan lagi menjadi 50 g/ml dengan cara 1 ml pengenceran

    1 ditambah 4 ml aquades steril. Lalu, dari tabung reaksi besar, larutan

    antibitok dilakukan pengenceran bertingkat ke sejumlah 6 tabung reaksi

    kecil. Tabung 1 berisi 1 ml NB double strength. NB double strength ini

    adalah cairan NB yang konsentrasinya dua kali dari biasanya. Double

    strength ini dimaksudkan untuk agar pada saat pengenceran ke tabung

    kedua, konsentrasi antibiotik berasal dari konsentrasi yang sebanding

    dengan konsentrasi yang tadinya berada dalam labu ukur ke tabung reaksi

    besar. Untuk tabung-tabung selanjutnya diisi dengan 1 ml NB biasa.

    Konsentrasi mulai dari tabung 1 sampai tabung 6 secara berturut-turut

    adalah, 25 g/ml; 12,5 g/ml; 6,25g/ml; 3,125 g/ml; 1,5625 g/ml; dan

    0.78125g/ml.

    Sebanyak 1 ml hasil pengenceran pada tabung reaksi besar dipipet ke

    dalam tabung 1 berisi NB double strength dan dikocok hingga homogen

    agar konsentrasi yang terambilnya tetap sama seperti konsentrasi dalam

    tabung. Lalu, 1 ml campuran dari tabung 1 ke tabung 2 dipipet dan dikocok

    hingga homogen, begitu seterusnya sampai tabung ke-6. Untuk 1 ml sisa

    dari tabung terakhir, dibuang saja.

    Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung

    nutrisi yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni

    dan harus steril sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan.

    (Kenneth,2008).

    Setelah itu, ke dalam masing-masing tabung yang sudah berisi media

    pertumbuhan bakteri dan antibiotik, dimasukkan 1 ml suspensi bakteri

  • Escherichia coli dengan menggunakan mikro pipet agar hasilnya akurat.

    Pekerjaan ini harus selalu dilakukan secara aseptis agar tidak ada bakteri

    lain yang masuk ke dalam wadah percobaan dan agar mendapatkan hasil

    yang diinginkan. Bekerja secara aseptis dapat dilakukan dengan cara selalu

    mendekatkan alat-alat yang digunakan dengan api yang menyala dan

    praktikan tidak boleh banyak berbicara.

    E. coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek,

    motil aktif dan tidak membentuk spora. Pembiakkan E. coli bersifat aerob

    atau fakultatif anaerob, pertumbuhan optimum pada suhu 37C. E.

    colimempunyai beberapa antigen, yaitu antigen O (polisakarida), antigen K

    (kapsular), antigen H (flagella). Antigen O merupakan antigen somatik

    berada dibagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit

    berulang polisakarida. Antibodi terhadap antigen O adalah IgM. Antigen K

    adalah antigen polisakarida yang terletak di kapsul (Juliantina dkk., 2008).

    Setelah itu, membuat kontrol positif. Hal ini dilakukan agar pada saat

    pengamatan hasil percobaan bisa dibandingkan dengan kontrol positif

    tersebut. Kontrol positif dibuat dari 1 ml NB yang ditempatkan di dalam

    tabung reaksi. Dalam melakukan prosedur ini, juga harus dilakukan secara

    hati-hati (dalam arti aseptis) agar bisa menjadi pembanding yang baik pada

    saat pengamatan hasil percobaan. Setelah semua selesai, tabung-tabung

    reaksi tadi dimasukkan ke dalam inkubator yang suhunya telah disesuaikan

    agar bakteri bisa tumbuh. Sampel percobaan diinkubasi selama 18-24 jam

    pada suhu 37oC.

    Selanjutnya adalah penentuan MIC. MIC ditentukan dengan

    membandingkan OD setelah perlakuan inkubasi dikurangi OD sebelum

    perlakuan. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang menghambat

    pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan (OD

    bakteri adalah 0), maka didapatkan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)

    atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC). Nilai OD yang positif

    menunjukkan adanya peningkatan nilai absorbansi yang berarti masih

    terdapat pertumbuhan bakteri. Masih adanya pertumbuhan bakteri

  • menunjukkan bahwa pada konsentrasi ekstrak tersebut belum dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri. (Dewi, 2010).

    Hasil yang didapatkan pada penentuan MIC dari antibiotic

    kloramfenikol terhadap bakteri Escherichia coli adalah pada kesuluruhan

    konsentrasi terlihat jernih atau bening hal ini membuktikan bahwa bakteri

    yang terdapat dalam tabung reaksi tersebut telah mati. Seharusnya, terdapat

    konsentrasi yang berwarna keruh yang menunjukkan bakteri dalam

    konsentrasi tersebut positif masih terdapat bakteri yang tumbuh atau hidup.

    Hal tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang pertama

    adalah penentuan konsentrasi antibiotik yang digunakan terlalu besar

    konsentrasi yang digunakannya. Karena pada farmakope Indonesia, dosis

    tengah dari tetrasiklin adalah 2.5 g. Dosis tengah untuk uji aktivitas

    kloramfenikol dengan bakteri E. coli sesuai Farmakope Indonesia Edisi IV

    adalah 2.5 g. (Susanti et al, 2009). Faktor yang kedua adalah ketidak

    homogenan suspensi bakteri saat pengambilan bakteri karena seharusnya

    sebelum digunakan, suspensi tersebut harus dikocok-kocok terlebih dahulu

    agar homogen sehingga bakteri dapat terambil. Factor yang ketiga adalah,

    kesalahan praktikan dikarenakan keliru (tertukar) dalam mengambil

    antibiotic dan NaCl fisiologis, sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri.

    VIII. Kesimpulan

    - Penentuan MIC atau minimum inhibitory concentration untuk antibiotic

    kloramfenikol dengan bakteri E. coli tidak diketahui dikarenakan hasil

    inkubasi pada media cair Nurient Broth negative semua atau tidak ada

    pertumbuhan bakteri dari keenam tabung yang diujikan.

  • Daftar Pustaka

    Boyd, Robert F., 1988. General Microbiology. Second Edition. Times

    Mirror/Mosby College Publishing.

    Dewi, Fajar Kusuma. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu

    (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging

    Segar. Sripsi Biologi Fmipa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

    Dian, Fatimawali, Budiarso. 2015. Uji Resistensi Bakteri Escherichiacoli Yang

    Diisolasi Dari Plak Gigi Terhadap Merkuri Danantibiotik Kloramfenikol.

    Jurnal E-Biomedik (Ebm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015.

    Dian, Fatimawali, Dkk. Uji Resistensi Bakteri Escherichia Coli Yang Diisolasi

    Dari Plak Gigi Terhadap Merkuri Dan Antibiotik Kloramfenikol. Jurnal e-

    Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015. [diakses 16 april

    2015]

    Dwiprahasto, Iwan. 2005. Kebijakan untuk Meminimalkan Risiko Terjadinya

    Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit. JMPK Vol.

    08/No.04/Desember/2005.

    Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan

    oleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Greenwood. 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test,. Antimicrobial and

    Chemoteraphy. USA: Mc Graw Hill. Company.

    Hani,2012.Inhibisiantibiotic.Tersediadi:http://www.academia.edu/7423598/ANTI

    BIOTICTHAI HIBITSPROT.SYNTESIS. [diakses 17 april 2015]

    Herdyastuti N, Raharjo, JT, Mudasir & Matsjeh S. 2009. Kitinase dan

    mikroorganisme kitinolitik: isolasi, karakterisasi dan manfaatnya. Indo.

    J. Chem. Vol 9(1): 37-38.

    Immanudin H. Pola Pertumbuhan Dan Toksisitas Bakteri Resisten Hgcl2. Jurnal

    Ekosains. 2010;2(1).

  • Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston,

    1995, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San

    Francisco.

    Jawetz et. al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC:Jakarta.

    Juliantina, F. R., Ayu, D. C. M, dan Nirwani, B. 2008. Manfaat Sirih Merah

    (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial Terhadap Bakteri Gram

    Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.

    Kenneth, Todar. 2008. Available online at http://www.textbookofbacteria.com.//

    [diakses tanggal 17 April 2015].

    Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.

    Noviana, hera. Pola kepekaan antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari

    berbagai spesimen klinis. J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol.

    23 No. 4. [diakses 16 april 2015]

    Nurhayati, Tati dkk. 2010. Aktivitas Inhibitor Protease dari Ekstrak Karang

    Lunak, Asal Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Ilmu Kelautan

    Juni 2010. vol. 15 (2) 59-65.

    Pelczar, M. J. Jr., R. G. Reid. 1958. Microbiology. Mc Graw-Hill Book Company,

    Inc. London.

    Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I.

    UI Press, Jakarta.

    Pratiwi, Sylvia. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Reynolds, T.D. 1982. Unit Operation and Process in Environmental Engineering.

    Boston: Brooks/Cole Engineering Division.

    Susanti, Et Al./ 2009. Validasi Metode Bioautografi Untuk Determinasi

    Kloramfenikol. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 1/No. 1/Januari/2009

    Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid I. Penerbit

    Erlangga. Jakarta.

    Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UPT. Penerbit Universitas

    Malang.