Laporan Pasien Encounter Baru

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUAN 1. Definisi diare Diare adalah sindrome penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja). Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. 2. Etiologi 1). Faktor Infeksi a. Bakteri Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan nonradang. Dan enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu manisfestasi klinis. Umumnya diare radang akibat Aeromonas spp, Campilobakter jejuni, Clostridium Difficile, E.Coli Enteroinvasif, E. coli Enterohemoragik, Plesiomonas Shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp, Vibrio Parahaymoliticus dan Yersinia Enterocolitika. Diare nonradang dapat disebabkan oleh E.Coli Enteropatogen, E.Coli Enterotoksik dan Vibrio Cholerae. b. Parasit Enteropatogen parasit antara lain; Giardialamblia, Cryptosporidium, Entamoeba Hystolytica, Strongiloides Stercoralis, Isospora Belli dan Enterocytozoon. Dua agen terakhir ditemukan paling sering pada orang-orang dengan sindrom defisiensi imun didapat (AIDS). Peran Entamoeba Fragillis, Blastocysris Hominis dan Cyclospora spp, sebagai penyebab diare belum ditentukan sepenuhnya. c. Virus Empat penyebab gastroenteritis virus adalah Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astovirus, Norwalk virus, Small bowel structured virus, Cytomegalovirus dan Kalsivirus. d. Jamur Salah satu agen yang dapat menyebabkan gastroenteritis jamur adalah Kandida.

2). Faktor Non-infeksi a. Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. b. Makanan Diare dapat terjadi kerena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan elergi terhadap jenis makanan tertentu. c. Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas) d. Imunodefisiensi Diare juga dapat terjadi pada anak-anak yang imunodefisiensi, seperti pada anak yang menderita AIDS. 3. Patofisiologi Diare Mekanisme dasar yang menimbulkan diare adalah :a. Diare Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gejala klinis: - tinja cair, tidak seprogresif diare sekretori - diaper rash (pantat merah) yang diakibatkan oleh tinja yang asam - Demam (-), distensi abdomen (+) - pH tinja asam dan klinitest (+)b. Diare Sekretori

Gangguan sekretori mengakibatkan peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi usus. Hal ini disebabkan oleh enterotoksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme akan meningkatkan kadar enzim adenil siklase sehingga menyebabkan ATP menjadi cAMP dan cAMP meningkat. cAMP merangsang sekresi cairan dan elektrolit ke lumen usus seperti Cl, Na, air, K, dan HCO3. Selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Diare Eksudatif

Diare eksudatif ini terjadi akibat invasi mukosa usus oleh mikroorganisme sehingga terjadi kerusakan pada lapisan mukosa usus atau terbentuk mikro-mikro ulkus. Hal ini menyebabkan sel-sel radang dan PMN meningkat serta terjadi gangguan pada absorpsi usus sehingga tinja menjadi cair, berlendir dan berdarah. Gejala klinis:-

Tinja berlendir dan berdarah BAB sering tapi sedikit Nyeri abdomen, tenesmus ani Demam (+), batuk-pilek biasanya diakibatkan oleh rotavirus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

-

d. Gangguan Motilitas Usus menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Sebagai akibat diare akan terjadi : 1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadi gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya) 2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah)3. Hipoglikemia akibat gangguan absorpsi atau digesti karbohidrat 4. Gangguan sirkulasi, yaitu berupa shock hipovolemik.

Manisfestasi Klinis Mula-mula baik dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah makin lama menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defakasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai-

tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. Penilaian dehidrasi dapat ditentukan dari hal-hal sebagai berikut Ringan < 5% Sedang 5 9 % Normal s/d Tekanan darah Tekana nadi Frekuensi jantung Kulit Fontanela Membran mukosa Ekstremitas Status mental Keluaran urin Haus Normal Normal Normal Normal Normal Sedikit kering Terperfusi Normal Sedikit Normal s/d Naik Turgor Normal Kering Pengisian kembali lambat Normal s/d Lesu Berat 10 % s/d Takikardia Turgor Cekung Kering Dingin, berbintik (mottled) Lesu, Koma Tidak ada

4. Management dan Edukasi Pasien Diare Tujuan utama pendekatan umum pada anak dengan diare akut adalah (1) menilai tingkat dehidrasi dan memberi penggantian cairan dan elektrolit. (2) mencegah penyebaran enteropatogen dan (3) pada episode tertentu menentukan agen etiologi dan memberi terapi spesifik jika ada indikasi. Dasar pengobatan diare adalah :1. Terapi cairan 2. Terapi nutrisi (pemberian makanan)

3. Terapi medikamentosa 4. Terapi zinc 5. Edukasi

Manajemen dehidrasi tetap merupakan dasar terapi diare anak-anak, terutama bayi, lebih rentan dari pada orang dewasa karena kebutuhan cairan dan elektrolit dasar perkilogramnya lebih besar dan karena mereka tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan ini. Penderita diare dan yang berkemungkinan dehidrasi harus dievaluasi untuk menilai tingkat dehidrasi karena jelas dari tanda-tanda dan gejala-gejala klinis, kehilangan yang sedang berlangsung dan kebutuhan harian. Bila rehidrasi telah selesai, makan harus diberikan lagi sementara larutan elektrolit oral diteruskan untuk mengganti kehilangan yang sedang berlangsung dari tinja dan untuk rumatan. Asi pada bayi harus dilanjutkan sesegera mungkin. Anak yang lebih tua harus diberi makanan kembali sesegera mungkin karena mereka dapat mentoleransi makan. Senyawa antidiare digolongkan menurut mekanisme kerjanya yang termasuk perubahan motilitas usus, absorbsi cairan atau toksin, perubahan mikroflora usus dan perubahan cairan dan sekresi elektrolit. Senyawa anti diare biasanya tidak dianjurkan untuk penggunaan pada anak dengan diare karena manfaat yang minimal dan kemungkinan efek samping. Terapi anti mikroba pada enteropatogen bakteri diberikan pada penderita tertentu dengan diare untuk mempersingkat perjalanan klinis, atau untuk mencegah komplikasi. Terapi anti mikroba pada enteropatogen bakteri diberikan pada penderita tertentu dengan diare untuk mempersingkat perjalanan klinis atau untuk mencegah komplikasi. Terapi anti mikroba untuk enteropatogen pada anak tergantung indikasinya. Agen anti mikroba tersebut antara lain : trimetoprin/sulfametoksasol, eritromisin, vankomisin atau metronidazol, ampisillin, kloramfenikol, cefotaksim, sefiksin, ciproproksasin, tetrasiklin dan doksisilin. Pada enteropatogen parasit obat-obat tertentu, senyawa anti diare dan barium dapat mengganggu identifikasi enteropatogen parasit. Pengobatan organisme ini tergantung pada keadaan klinis dan tersedianya terapi efektif. Agen anti mikroba yang dipakai antara lain : quinakrin HCL, metronidazol dengan atau disertai iodoquinal, furadolidon, trimetropin/sulfametoksasol dan tiabendazol. Untuk pencegahan diare pada anak dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut :

Siapkan makanan yang bersih dan higienis. Sebaiknya kita memasaknya sendiri. Penyediaan air minum yang bersih, tentunya di masak dengan baik. Kebersihan perorangan, baik kebersihan anak maupun kebersihan orang yang merawat anak tersebut Cuci tangan sebelum makan Pemberian ASI eksklusif Buang air besar pada tempatnya

Buang sampah pada tempatnya. Lindungi makanan dari serangga, seperti lalat, semut dan sebagainya yang sering hinggap pada makanan. Lingkungan hidup yang sehat

5. Komplikasi Diare Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti : 1. Dehidrasi. 2. Renjatan hipovolemik. 3. Hipokalemia. 4. Hipoglikemia. 5. Intoleransi laktosa sekunder. 6. Kejang. 7. Malnutrisi energi protein

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PASIEN DIARE

I. Nama Umur

Identitas : Muklis : 1 tahun 6 bulan : MLR (Mirilek, Lamreudeup) : Laki-laki Pekerjaan Status Berat Badan : 9,5 kg ::-

Alamat Jenis kelamin II. Anamnesis

Tinggi Badan : -

Keluhan utama RPS

: Mencret : Pasien mengalami mencret selama 2 hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali pada hari pertama dan sudah 3 kali pada hari kedua (hari saat berkunjung ke puskesmas) dengan keadaan feses yang masih mengandung ampas. Pasien juga mengalami muntah yang berisi air putih sebanyak 4 kali dalam sehari.

RPD

: Pada tanggal 8 November 2010, pasien mengalami disentri. Pada tanggal 15 Maret 2011, pasien mengalami gatal-gatal. Pada tanggal 23 Maret 2011, pasien mengalami demam dan diare. Pada tanggal 12 April 2011, pasien mengalami demam, pilek, dan gatalgatal. Pada tanggal 20 April 2011, pasien mengalami diare tanpa dehidrasi. Pada tanggal 4 Mei 2011, pasien menderita bisulan. Pada tanggal 8 September 2011, pasien mengalami infeksi kulit. Pada tanggal 1 Oktober 2011, pasien mengalami gatal-gatal di kepala. Pada tanggal 2 November 2011, pasien mengalami mencret.

RPK

:-

Anamnesis Sistem : vomitus (+), diare (+), melena (-), hematoskezia (-), hematemesis (-)

III.

Pemeriksaan Fisik

a. TD Nadi Suhu RR

Umum Vital sign : (tidak dilakukan pengukuran karena tidak terdapat alat) : 104 kali/menit : 36,2 : (tidak dilakukan karena anak tiba-tiba menangis)

Pemeriksaan Fisik Umum Kepala : Normal. Leher Dada Kulit : Terdapat bintik-bintik merah diseluruh leher. : Normal. : Terdapat bintik-bintik merah pada kulit.

Turgor : Normal b. Khusus Abdomen Inspeksi : Perut pasien tampak kembung. Gerakan dinding perut normal. Kulit perut tidak tegang. Tidak dijumpai adanya sikatrik, striae alba, dan keadaan abnormal lain pada dinding perut pasien. Pulsasi juga tidak tampak pada perut pasien. Palpasi : Tidak ada pembesaran organ pada abdomen Perkusi : Seluruh regio abdomen terdengar suara timpani Auskultasi : Suara peristaltik usus pasien meningkat dengan frekuensi 6 kali per menit namun tidak dijumpai adanya suara bising usus ataupun pembuluh darah. IV. Faktor Resiko Usia pasien yang masih tergolong balita (18 bulan) memiliki faktor resiko yang tinggi terhadap terjangkitnya berbagai penyakit terutama penyakit infeksi karena sistem imunitas tubuhnya yang belum baik. Selain itu kondisi kebersihan lingkungan dan sanitasi tempat tinggal pasien yang buruk ikut memberikan kontribusi terhadap timbulnya penyakit diare ini. Faktor resiko lainnya yang menyebabkan pasien mudah terjangkit penyakit adalah pemberian imunisasi yang tidak lengkap.

V.

Riwayat dan Respon Pengobatan Terkait penyakit yang sedang dialami pasien saat ini, pasien belum mendapatkan

pengobatan atau terapi. VI. -

Masalah Orang tua dari pasien mengaku bahwa anaknya tidak mengikuti imunisasi secara lengkap. Dari perawat di Puskesmas, diketahui bahwa daerah tempat tinggal pasien termasuk dalam kategori daerah dengan kebersihan (enviromental hygiene) dan sanitasi yang buruk.

VII. Keterkaitan Hasil Observasi dengan Masalah Pasien Mikroorganisme penyebab diare banyak ditemukan di daerah-daerah dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk seperti di daerah tempat tinggal pasien. Usia pasien yang masih balita menambah kerentanan pasien terhadap diare. Mikroorganisme penyebab diare akan lebih mudah masuk dan menginfeksi saluran cerna pasien terutama lapisan mukosa usus. Lapisan mukosa usus yang rusak akan menyebabkan penurunan fungsi penyerapannya sehingga zat-zat makanan yang ada dan menumpuk akan menarik lebih banyak air ke dalam lumen usus dan pada akhirnya akan meningkatkan volume dan keenceran feses. Selain itu, mikroorganisme tersebut juga akan menghasilkan gas di usus sehingga perut pasien akan nampak kembung. EVALUASI a. Hal-hal positif dan menyenangkan yang didapat selam kunjungan. Kami sangat senang dalam kunjungan pasien kali ini karena kami bisa mendapatkan pasien diare sehingga bisa mempraktikkan langsung pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan blok digestive yang sedang kami jalani. Pasien juga terbuka dalam menyampaikan informasi yang penting tentang penyakitnya sehingga memudahkan kami dalam melakukan anamnesa.b. Hal-hal negatif selama kunjungan

Kami hanya mendapatkan satu pasien diare sehingga tidak semua dari anggota kelompok dapat melakukan anamnesis maupun pemeriksaan fisik pada pasien. Selain itu, ruangan yang sempit menyebabkan sebagian anggota kelompok yang tidak melakukan anamnesis maupun pemeriksaan fisik pada pasien tidak dapat melihat ketika anggota kelompok yang lain melakukan anamnesis maupun pemeriksaan fisik.

REFERENSI

1. 2. 3. 4.

Suharyono, dkk. 2003. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Richard, E B. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

PORTFOLIO PATIENT ENCOUNTER

Disusun Oleh : 1. Hayatul Akmalia 2. Halbar August Kanda 3. Novenda Agyanto HP 4. Vivi Rosandi 5. Suciana 6. Ariza Farizka7. Yulia Dwiana Putri

1007101010023 1007101010143 1007101050059 1007101050015 1007101010155 1007101050051 1007101010024 1007101010070 1007101050024 1007101010068 1007101050014 0907101010207 1007101010046

8. Yenny Absah Hsb 9. Rovy Pratama 10. Marisa Mumtaz 11. Fakhrul Gamal Putra 12. Cut Muliana 13. Indra Anas Sulaiman

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh