Upload
wiji-napitupulu
View
297
Download
48
Embed Size (px)
Citation preview
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu konsekuensi dari ledakan jumlah penduduk adalah semakin
besarnya volume air limbah domestik yang harus diolah dan dibuang ke badan air.
Air limbah, terutama yang mengandung ekskreta manusia dapat mengandung
patogen yang berbahaya dan oleh karena itu harus dikelola dan diolah dengan
baik. Kurangnya pengelolaan dan pembuangan air limbah yang memadai dapat
menyebabkan morbiditas dan angka kematian yang tinggi.
Air limbah di kota Karsa cipta secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu
air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan
rumah tangga dan yang ketiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan
(daerah komersial). Saat ini, selain pencemaran akibat limbah industri,
pencemaran akibat limbah domestik pun telah menunjukkan tingkat yang cukup
serius. Di Karsa cipta, karena masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan
kota (sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan sungai oleh air limbah
domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukan sebagai bahan baku air minum
pun telah tercemar.
Sedangkan di Kecamatan Ponty city, karena keterbatasan dana dan
kompetisi dengan sektor pembangunan yang lain, pengelolaan air limbah biasanya
menempati prioritas yang rendah. Kalaupun ada usaha pengelolaan air limbah,
tidak didukung dengan teknologi dan sarana yang menunjang serta tidak
direncanakan dengan baik. Sehingga air limbah menjadi permasalahan yang
serius di daerah ini. Untuk itu diperlukan perencanaan untuk pengelolaan air
limbah di Kecamatan Ponty city ini.
1.2 Permasalahan Air Buangan di Kecamatan Ponty city
Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat juga terjadi di
Kecamatan Ponty city. Bertambahnya jumlah penduduk ini menimbulkan
berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang timbul akibat
TEKNIK LINGKUNGAN 1
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
bertambahnya jumlah penduduk adalah bertambahnya jumlah air buangan yang
dihasilkan oleh penduduk.
Selain akibat bertambahnya jumlah penduduk, permasalahan yang ada
sampai saat ini adalah laju perkembangan pembangunan/perdagangan di
Kecamatan Ponty city sehingga berdampak pada limbah (effluent) yang dihasilkan
pada setiap jenis kegiatan tersebut. Semakin lajunya perkembangan
pembangunan/perdagangan menyebabkan limbah yang dihasilkan akan semakin
beragam. Hal ini mengharuskan dibuatnya sistem pengelolaan limbah yang lebih
baik lagi.
Sedangkan pada kenyataannya di Kecamatan Ponty city belum ada
pengelolaan limbah secara terpusat, teknologi pengelolaan air limbah rumah
tangga individual (On Site treatment), ataupun pengolahan semi komunal yang
mengakibatkan pelaksanaan pengelolaan limbah di daerah ini tidak terlaksana
dengan baik.
1.3 Rumusan Masalah Air Buangan di Kecamatan Ponty city
Sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat di
Kecamatan Ponty city yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam
tangki septik dan air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau
dibuang ke saluran umum. Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal
dari mandi, cuci serta buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum.
Untuk mengatasi masalah air limbah tersebut akan dilakukan suatu kajian
untuk merancang bangunan pengolahan air limbah di Kecamatan Ponty city
dengan cara menghitung produksi air buangan, menghitung variasi air buangan
dan menentukan karakteristik air buangan.
1.4 Tujuan Perancangan Bangunan Air Buangan
Tujuan utama dari perancangan bangunan pengolahan air limbah adalah
1. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular melalui air
limbah;
2. Untuk mencegah kerusakan lingkungan serta;
TEKNIK LINGKUNGAN 2
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
3. Untuk mengurangi konsentrasi zat-zat pencemar seperti BOD5, TSS, N
dan P, fecal coliform, dan yang lainnya dalam air limbah sebelum
dibuang ke badan air penerima.
Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak konsep dan teknologi yang
tersedia. Pemilihan sistem pengelolaan air limbah tergantung dari kondisi
lingkungan lokal, situasi sosial-ekonomi, persepsi dan budaya masyarakat serta
teknologi pengolahan air limbah yang tersedia.
1.5 Keluaran (output) Perancangan Bangunan Air Buangan
Dengan adanya bangunan pengolahan air buangan ini akan dihasilkan
keluaran (output) yang sesuai dengan standar baku mutu air buangan sehingga
tidak mencemari badan air penerima serta terciptanya sanitasi lingkungan yang
bersih dan sehat di Kecamatan Ponty city.
TEKNIK LINGKUNGAN 3
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
BAB II
ANALISIS AIR BUANGAN DAN KECAMATAN PONTY CITY
2.1 Karakteristik Fisik Kecamatan Ponty city
Kecamatan Ponty City Utara merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Karsa cipta dengan luas wilayah mencapai 37,22 km2. Penyebaran penduduk di
Kecamatan Ponty City Utara terlihat belum merata dimana kecamatan memiliki
kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Ponty city dengan kepadatan
penduduk sebesar 2.909 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik Kota Karsa cipta 2008).
Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar wilayah Kecamatan Ponty
city memiliki tekstur tanah bergambut dan halus. Selanjutnya, dilihat menurut
penyebaran luas lereng, sebagian besar wilayah Kecamatan Ponty city masuk
dalam luas lereng 0 – 2 persen. Jenis tanah yang banyak terdapat di daerah ini
adalah jenis latosol dan aluvial dan hanya sebagian kecil jenis podsol.
Rata-rata curah hujan di Kecamatan Ponty city cukup tinggi, yaitu sekitar
178 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan sebanyak 7 hari. Curah
hujan yang tinggi ini dikarenakan wilayah Kecamatan Ponty city secara umum
yang berdekatan dengan garis ekuator sehingga beriklim tropis dengan salah satu
cirinya adalah curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan sering terjadinya banjir
di daerah ini.
2.2 Sumber, Debit dan Karakteristik Air Buangan di Kecamatan Ponty
city
Limbah pencemaran yang akan diolah di Kecamatan Ponty city berupa
limbah domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, pasar, sekolah, toserba,
bengkel, rumah makan, dll. Data jumlah sumber pencemaran di Kecamatan Ponty
city serta hasil perhitungan produksi air limbah dapat dilihat pada tabel berikut.
TEKNIK LINGKUNGAN 4
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Tabel 2.1. Perhitungan Volume Air Buangan
Sumber air Limbah Unit Debit air limbahkomplek 1, 5 jiwa/rumah 25 rumah 120 15000Pasar/Ruko 3 buah 32 96Kantor A 450 orang 40 18000Kantor B 600 orang 40 24000kantor C 350 orang 40 14000kantor D 500 orang 40 20000SD b 1500orang 32 48000perguruan tinggi 1 1000 orang 64 64000SD A 1500 orang 32 48000Hotel 400 bed 120 48000SMP b 1250 orang 40 50000perguruan tinggi 2 1500 0rang 32 48000rumah sakit 500 bed 340 1836000SMA a 1000 orang 64 64000komplek 2, 5 jiwa/rumah 34 rumah 120 20000komplek 3,5 jiwa/rumah 70 rumah 120 42000jumlah 2359096PF untuk rumah tunggal 2.5PF x debit aliran rumah 192500PF untuk pusat perdagangan kecil 3PF x debit pusat perdagangan 288jumlah 2551884
30 l/s0.03 m3/s
Sumber : Hasil Analisis
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa total volume air limbah yang
dihasilkan dan akan diolah di daerah Ponty city Dalam sebesar 0,03 m3/det.
Untuk menentukan besarnya limbah yang dihasilkan pada setiap jenis kegiatan
menggunakan tabel-tabel pada lampiran 1. Sedangkan perhitungan untuk
menentukan debit air limbah dapat dilihat pada lampiran 2.
Karakteristik limbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan
yang ada di Ponty city Dalam berupa unsur-unsur seperti BOD, N, P, TSS yang
nantinya akan diolah pada instalasi air buangan. Rumus yang digunakan untuk
menentukan besarnya beban pencemaran domestik yaitu :
TEKNIK LINGKUNGAN 5
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
PBP = α x Q x c ................................................................ (1)
Dimana : PBP = Perhitungan beban pencemaran
α = Koefisien transfer beban (0,3 – 0,8)
Q = Debit air buangan (m3/detik)
C = Konsentrasi zat pencemar (mg/L)
Perhitungan untuk menentukan besarnya beban pencemaran domestik
dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil perhitungan beban pencemaran domestik
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 Perhitungan Beban Pencemaran Domestik
BOD (mg/det)
TSS Lemak & minyak
(mg/det)
N (mg/det
)P (mg/det)
(mg/det)
1800 1800 360 720 180.00000
Sumber : Hasil Analisis
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa beban pencemaran domestik yang
paling besar di Ponty city Dalam terdapat pada BOD dan TSS yaitu sebesar 1800
mg/detik. Berikut ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan variasi harian
air buangan domestik beserta variasi beban pencemarannya.
TEKNIK LINGKUNGAN 6
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 220.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
DebitBOD
waktu(jam)
Grafik 1.Variasi Harian Air Buangan Domestik dan BOD
0 5 10 15 20 250.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
DebitTSS
Grafik 2.Variasi Harian Air Buangan Domestik dan TSS
TEKNIK LINGKUNGAN 7
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
0 5 10 15 20 250.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
DebitP
Grafik 3.Variasi Harian Air Buangan Domestik dan P
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 240.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
DebitN
Grafik 4.Variasi Harian Air Buangan Domestik dan N
TEKNIK LINGKUNGAN 8
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Produksi air limbah bervariasi menurut waktu seperti yang ditunjukkan
pada grafik diatas. Agar bangunan pengolahan air buangan dapat mengolah air
buangan tanpa mengalami tekanan (distress) maka perlu dilakukan perataan
(equalization/balancing) beban air buangan. Perataan yang akan dilakukan berupa
perataan debit dengan cara menahan air limbah di dalam tangki (equalization
tank) sebelum memasuki BPAB. Data debit air buangan di kecamatan Ponty city
akan disajikan pada tabel berikut.
TEKNIK LINGKUNGAN 9
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Tabel 2.3 Variasi Debit Air Buangan
Waktu Debit
Jam (m3/detik)0 0.0201 0.0272 0.0333 0.0364 0.0385 0.0406 0.0327 0.0348 0.0389 0.036
10 0.03411 0.03012 0.02813 0.03114 0.03415 0.03616 0.03817 0.04218 0.03819 0.03620 0.03421 0.03122 0.02823 0.025
Rata-rata 0.033Sumber : Hasil analisis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa air buangan di Kecamatan Ponty city
memiliki debit rata-rata sebesar 0,033 m3/detik. Dan pertama kalinya beban aliran
melewati rata-rata terjadi pada jam ketiga yaitu sebesar 0,036 m3/detik. Sehingga
untuk menghitung dimensi bak equalisasi dimulai dari jam ketiga.
TEKNIK LINGKUNGAN 10
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Dimensi Bak Equalisasi
Waktu Debit Vbar in Vbar out dS/dt Σ dS/dtjam m3/detik m3 m3 m3 m3
3 0.03600 129.60 119.809985
9.790 9.790
4 0.03800 136.80 119.809985
16.990 26.780
5 0.04000 144.00 119.809985
24.190 50.970
6 0.03173 114.24 119.809985
-5.570 45.400
7 0.03400 122.40 119.809985
2.590 47.990
8 0.03800 136.80 119.809985
16.990 64.980
9 0.03600 129.60 119.809985
9.790 74.770
10 0.03400 122.40 119.809985
2.590 77.360
11 0.03000 108.00 119.809985
-11.810 65.550
12 0.02800 100.80 119.809985
-19.010 46.540
13 0.03100 111.60 119.809985
-8.210 38.330
14 0.03400 122.40 119.809985
2.590 40.920
15 0.03600 129.60 119.809985
9.790 50.710
16 0.03800 136.80 119.809985
16.990 67.700
17 0.04200 151.20 119.809985
31.390 99.090
18 0.03800 136.80 119.809985
16.990 116.080
19 0.03600 129.60 119.809985
9.790 125.870
20 0.03400 122.40 119.809985
2.590 128.460
21 0.03100 111.60 119.809985
-8.210 120.250
22 0.02800 100.80 119.809985
-19.010 101.240
23 0.02500 90.00 119.809985
-29.810 71.430
0 0.02000 72.00 119.80998 -47.810 23.620
TEKNIK LINGKUNGAN 11
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
5
1 0.02700 97.20 119.809985
-22.610 1.010
2 0.03300 118.80 119.809985
-1.010 0.000
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari tabel hasil perhitungan di atas, nilai kapasitas maksimum terdapat
pada jam ke 20 yaitu sebesar 128.460 m3 sehingga didapatkan kapasitas
equalization tank/basin yang telah ditambahkan 25% tinggi jagaan yaitu:
128.460+ (25% x 128.460) = 160.575 m3. Dari hasil perhitungan dapat diketahui
bahwa kapasitas equalization tank/basin untuk perataan debit air buangan di
Kecamatan Ponty city adalah 160.575 m3.
2.3 Standar Kualitas Air Buangan (effluent standar)
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (lihat pada lampiran 1), kualitas air buangan
effluent tidak boleh melebihi kadar maksimum. Oleh karena itu parameter standar
kualitas air buangan effluent dari BPAB tidak boleh melebihi dari standar baku
mutu yang ditetapkan. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kadar maksimal
parameter BOD adalah sebesar 3 mg/l, kadar maksimal COD adalah 25 mg/l,
kadar maksimal TSS adalah sebesar 50 mg/l, kadar maksimal N adalah sebesar
0,06 mg/l, serta kadar maksimal P adalah sebesar 0,2 mg/l. Kadar tersebut
merupakan batas baku mutu air kelas 2, dimana air dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.4 Badan Air Penerima
Sungai landak merupakan badan air penerima air buangan effluent dari
BPAB. Sungai Landak memiliki lebar 8 m, kedalaman 5 m, serta debit 15
TEKNIK LINGKUNGAN 12
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
m3/detik. Karakteristik Sungai Landak yaitu airnya berwarna kecoklatan,
kandungan TSS cukup tinggi. Kualitas air Sungai Landak akan diberikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.4 Kualitas air Ponty city
ParameterTDSTSSBODCOD
Amonium (NH3)
Sumber : Data Sekunder
BAB III
ANALISA DISAIN PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR
BUANGAN
3.1 Parameter Air Buangan yang Harus Diolah
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 parameter kualitas air buangan
Kecamatan Ponty city belum memenuhi standar baku mutu effluent. Oleh karena
itu sebelum dibuang ke badan air, air buangan perlu dilakukan pengolahan untuk
menurunkan parameter kualitas air. Penurunan konsentrasi parameter tersebut
harus mencapai efisiensi pengolahan sehingga sesuai dengan standar baku mutu
effluent. Besarnya efisiensi dinyatakan dalam bentuk prosentase (%), dengan
rumus sebagai berikut :
Co - Ci
Ef = x 100% …………………………… (2)
Co
Dimana : Ef = efisiensi proses penurunan parameter (%)
Co = kosentrasi parameter saat masuk ke proses
Ci = konsentrasi parameter saat keluar dari proses.
TEKNIK LINGKUNGAN 13
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Konsentrasi parameter yang dihasilkan, standar baku mutu effluent
berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, serta efisiensi pengolahan yang harus dicapai
dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Efisiensi Pengolahan Zat-Zat Pencemar
Parameter Konsentrasi (mg/L)Standar effluent (mg/L) Efisiensi
pengolahan(PP No. 82 Tahun 2001)BOD 60 3 95.0%
N 24 0.06 99.8%P 12 0.2 98.3%
TSS 60 50 16.7%Sumber : Hasil Analisis
3.2 Alternatif-alternatif Pengolahan Pendahuluan
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa
proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,
equalization and storage, serta oil separation. Namun, pemisahan minyak pada
pengolahan awal ini tidak dilakukan karena pada umumnya rumah penduduk di
Kecamatan Ponty city sudah memisahkan air limbahnya dari minyak tersebut.
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Screening berupa batangan paralel, rods atau wires grating, saringan kabel
atau piringan yang dapat menyaring yang bukaannya dapat ditemukan dalam
TEKNIK LINGKUNGAN 14
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
berbagai bentuk tetapi pada umumnya bukaan berbentuk bulat atau persegi
panjang. Screen yang terdiri dari batangan yang disusun paralel disebut sebagai
Bar Racks/Bar Screen. Bar Screen dapat menyisihkan 60 – 70 % volume partikel
yang dapat disaring pada 1 - 4 inch (25 – 100 mm) screen. Dengan menggunakan
bar screen pada proses awal pengolahan maka sampah-sampah kasar seperti kayu,
daun-daun, plastik, kain-kain bekas dapat ditahan. Terdiri dari batangan dengan
jarak antar spasi 5/8 inch atau lebih.
Kriteria disain bar screen yang akan digunakan sebagai berikut:
- Pembersihan secara manual
- Bentuk bulat dengan faktor Kirscmer = 1,79
- Lebar batang 4 - 8 mm
- Jarak antar batang 25 - 50 mm
- Kemiringan ban ( dari horisontal ) 45o – 60o
- Headloss max saat clogging 800 mm
- Headloss yang diijinkan 150 mm
Disain yang akan digunakan sebagai berikut:
- β = 1,79 (bentuk bulat)
- Lebar batang 5 mm (ω)
- Jarak antar batang 25 mm (b)
- Kemiringan bar 60o
- Lebar saluran = 0,688 (L)
Selain menggunakan screening pada pengolahan pendahuluan, juga
menggunakan grit chamber yang berfungsi untuk mengendapkan tanah kasar,
TEKNIK LINGKUNGAN 15
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
pasir dan partikel kasar dari air buangan dengan kecepatan pengendapan atau
specific gravity lebih besar daripada partikel organik agar tidak mengganggu
proses pengolahan utama.
Kriteria disain grit chamber sebagai berikut :
Kecepatan di saluran (Vh) 0,15 – 0,3 m/detik;
Waktu detensi (td) 20 – 60 detik;
Dilakukan pengontrolan kecepatan agar tidak terjadi pengendapan SS
organik;
Pencucian grit untuk membersihkan SS organik bila point 4 tidak tercapai;
Overflow rate = 900 x rata-rata kecepatan mengendap partikel terkecil
yang akan disisihkan;
Across sama dengan debit aliran (tidak termasuk ruang pengumpul pasir
dan freeboard);
Tinggi grit (hgrit) = 10 – 20 cm.
Selain grit chamber, digunakan juga bak pra-sedimentasi (bak pengendap
pertama) dan tangki aliran rata-rata (TAR). Fungsi dari bak pengendap pertama
adalah untuk menurunkan kadar solid yang terdapat dalam air buangan dengan
cara mengendapkannya secara gravitasi.
Kriteria design bak pengendap pertama sebagai berikut:
- Waktu detensi (td) = 1,5 – 2,5 jam ; tipikal 2 jam
- Over flow rate
pada aliran rata-rata ( 32 – 49 ) m3/m2 hari
pada aliran maksimum ( 80 – 120 ) m3/m2 hari
- Beban pelimpah (weir loading) = ( 125 – 500 ) m3/m2 hari
- Kedlaman bak (3 – 5)m
Sumber: Metcalf Eddy, 1979
- Perbandingan panjang dan lebar ( 3 – 5 ) : 1
- Kemiringan dasar / slope ( S ) : 1 – 2 %
- Efisien penyisihan SS : ( 50 – 75) %
- Efisien penyisian BOD : ( 25 – 40 ) %
TEKNIK LINGKUNGAN 16
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Fungsi dari tangki aliran rata-rata adalah untuk mengatasi fluktuasi aliran,
fluktuasi beban BOD dalam air buangan menjadi rata-rata.
Kriteria design
- Talud : 3:1
- Kedalaman minimum ( 1,5 - 2 ) meter
- Free board 1 meter
Design
- Talud : 3 : 1
- Kedalaman minimum = 2 m
- Free board 1 m
- System TAR yang digunakan yaitu in line, artinya TAR berada dalam sistem
ini pencampuran mass loading dapat dijamin lebih baik
3.3 Alternatif-alternatif Pengolahan Kedua (utama)
Pada dasarnya, pengolahan tahap kedua ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung yaitu pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-
zat pencemar dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik
biasa.
Proses-proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation,
filtration, activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,
stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and
filter.
Pengolahan yang akan digunakan untuk mengolah air buangan di
Kecamatan Ponty city menggunakan activated sludge untuk menurunkan
kandungan BOD dan phosphor. Unit ini dipilih karena tingkat pengolahan lebih
baik, fleksibilitas operasional lebih tinggi, koagulan (kapur) yang digunakan lebih
murah. Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
TEKNIK LINGKUNGAN 17
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif (activated sludge)
yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif
(activated sludge) terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain:
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi
penurunan BOD dapat mencapai 85% - 90% (dibandingkan 80% - 85%) dan
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90% -
95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi
hidrolis total lebih pendek (4 - 6 jam). Efisiensi pengolahan lumpur aktif
(activated sludge) ini sangat sesuai dengan besarnya beban BOD yang akan diolah
yaitu sekitar 95% sehingga unit proses ini dipilih sebagai pengolahan (utama) air
buangan di Kecamatan Ponty city. Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kriteria desain lumpur aktif (activated sludge) adalah sebagai berikut:
Volatile Suspended Solid (VSS) yang akan masuk reaktor diabaikan
Ratio Food/ Mikroorganisme (F/M) = (0,2 - 0,6) kg BODs/kg MLVSS;
Volumetric Loading = 0,8 – 2,0 kg BODs/m3;
Mean all Residance time = 5 – 15 hari;
Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) = 3000 – 6000 mg/l;
V/Q Waktu detensi (td) = 4 – 9 jam;
Ratio resirkulasi (R) = 0,25 – 1,0;
Kedalaman tangki aerator = 3 – 5 jam;
Free Board = 0,3 – 0,6 m;
Konsentrasi O2 = 1 – 2 mg/l;
Volume Udara = 0,5 – 2 ft3/gall;
Kandungan BOD5 dan TSS dalam effluent 20 mg/l
3.4 Alternatif-alternatif Pengolahan Ketiga
TEKNIK LINGKUNGAN 18
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
Pengolahan lanjutan yang akan digunakan setelah activated sludge adalah
sedimentasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan
dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan
dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan
logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada
pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom
hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
3.5 Alternatif-alternatif Pengolahan Lanjutan (optional)
Dari rangkaian pengolahan air buangan akan menghasilkan limbah baru
yang berupa lumpur. Lumpur yang terbentuk sebagai hasil ketiga tahap
pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or
drying bed, incineration, atau landfill.
Penanganan lumpur ini dilakukan melalui proses dewatering, yaitu proses
penyisihan sejumlah air dari lumpur dengan tujuan untuk mengurangi volume
TEKNIK LINGKUNGAN 19
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
lumpur dengan cara pengeringan. Metode dewatering yang digunakan adalah
menggunakan unit sludge drying bed, yaitu bangunan untuk penampungan lumpur
yang akan diproses secara alamiah dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari. Pada unit ini, dewatering terjadi karena evaporasi dan drain (peresapan).
Pada musim kemarau, untuk mencapai kadar solid 30 - 40 % diperlukan waktu 2 -
4 minggu. Unit sludge drying bed terdiri dari :
Bak/bed yang ukurannya disesuaikan.
Pasir dengan tebal 15 – 25 cm.
Kerikil dengan tebal 15 – 30 cm.
Drain, di bawah kerikil untuk menampung resapan air dari lumpur.
Luas sludge drying bed dapat dihitung dengan persamaan berikut:
A = K (0,01 R + 1,0)…………………………………….(3)
Dimana:
A = luas per kapita, ft2/kap.
K = faktor yang tergantung pada tipe digestion
K = 1,0 untuk anaerobik digestion
K = 1,6 untuk aerobik digestion
R = hujan tahunan, in.
Hasil lumpur yang telah diolah dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik
dan dijual di pasaran atau pertanian dan perkebunan.
TEKNIK LINGKUNGAN 20
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
3.6 Pemilihan Alternatif
Berikut merupakan diagram alir unit-unit pengolahan air buangan di Kecamatan Ponty city :
Inffluent Effluent
Keterangan:
Aliran Air Buangan
Aliran Lumpur
Gambar 3.1. Diagaram Alir Unit Pengolahan Air Buangan Kecamatan Ponty city
TEKNIK LINGKUNGAN 21
Sreening Grit Chambe
r
Activated Sludge
Sludge Drying Bed
Pupuk
Bak Pengendapan
Equalisasi
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN AIR BUANGAN
4.1 Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Pendahuluan
4.1.1 SUMP WELL
Fungsi dari Sump Well adalah untuk menampung air buangan dari
saluran induk sebelum dilakukan pemompaan.
Perencanaan saluran pengumpul tergantung pada sistem pemompaan yang
berkaitan dengan adanya fluktuasi air buangan dan waktu detensi atau lamanya
air buangan berada dalam sumur tersebut.
Kriteria design (Porter. H. W waste water system engineering, 1978)
- Waktu detensi ≤ 10 menit agar tidak terjdi pengendapan dan dekomposisi
air buangan
- Panjang sumur disesuaikan dengan ruang pompa yang dibutuhkan
- Lebar sumur tergntung dengan kedalaman/ketinggian air buangan
- Tinggi muka air pa dumur pengumpul harus beada dbawah ujung pipa
induk air bungn agar tidak terjadi alir balik
Design
Direncanakan waktu detensi = 5 menit
Direncanakan lebar sump well = 7 m
Perhitungan
- Volume bak = Qmin x td
= 0,02 ×5 ×60
= 6 m3
- Kedalaman muka air minimum berdasarkan perhitungan perhitugan
screew pump, H1 = 0,553 m
- Panjangbak= vA
= 6
7 ×0,553=1.55 m
TEKNIK LINGKUNGAN 22
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
- Kedalaman muka air pada saat maksimum
o H 2=VA
= 0,042× 5×60
7×1.55=1.66 m
- Kedalaman muka air pada saat rata-rata
o H 3=VA
= 0,033 ×5×60
7×1.55=0.92m
4.1.2 Screw Pump
Adapun fungsi dari screw pump adalah untuk menaikkan air buangan
dari sumur pengumpul ke unit pengolahan selanjutnya.
Digunakan screw pump dengan pertimbangan:
- Mampu untuk memompa cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi
berdasarkan tinggi muka air pada inletnya. Dengan demikian tidak
diperlukan sistem pemompaan secara berangkai seperti halnya bila
menggunakan pompa sentrifugal untuk mengatasi adanya fluktuasia debit
- Mampu menaikkan / mengankat cairan sampai ketinggian 9 m
Kriteria Design
- Kapasitas maksimum (Q) = 265 m3/menit
- Head total maksimum = 9 m
- Sudut kemirigan Screw = = (22 – 39)o
- Putaran Screw (n) = (20-100) rpm
- Efisiensi pompa ( η ) = ( 70 – 78 ) %
Sumber: toishima pump MFG Co LTD. Screw Pump, Japan
Ukuran pompa yang digunakan disesuaikan dengan debit air buangan pada
keadaan maksimum untuk setiap periode design
TEKNIK LINGKUNGAN 23
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Design
Digunakan screw pump φ 900 mm sebanyak 2 buah ( 1 operasi, 1 cadangan)
Kapasitas pompa = 9,72 m3/menit
Banyak putaran screw = 54 rpm
H2 = 5,2 m
Sudut kemiringan = 35o
Efisiensi pompa = 70 %
Perhitungan:Qmax = 0,042 m3/detik = 2,52 m3/menitKapasitas pompa = 9,72 m3/menitKapasitas pompa diperoleh dari tabel karakteristik pump dan dapat dilihat pada lampiran 3.
Taraf muka air pada saluran pengumpul
h1=34
× D× cos∝
¿ 34
×900 × cos35
¿552,92 mm ≈ 0,553 m
Taraf muka air maksimum pada bagian outlet screw pump
dH=D4
=9004
=225 mm=0,225 m
Tinggi muka air minimum = 17,5 %× h1= 17,5 %× 0,553 m= 0,096 m
Total head (H)H = H 2+dH −H 1
= 5,2+0,225−0,096= 5,32 m
Daya pompa = 0,163 ×τ ×Q × H
η
= 0,163 ×0,99725 × 9,72×5,32
0,7
TEKNIK LINGKUNGAN 24
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
= 12,02 kW
4.1.3 SALURAN PEMBAWA
Fungsi : Menyalurkan air dari screw pump ke bars screen dan
untuk menyalurkan air buangan dari satu unit pengolahan ke unit
pengolahan selanjutnya.
Data : Q maksimum : 0,042 m3/detik
Q rata_rata : 0,033 m3/detik
Q minimum : 0,020 m3/detik
DESIGN
Direncanakan kecepatan pada saat debit maksimum 0,6 m/detik
Slope saluran : 0,001 m/m
n manning : 0,013
PERHITUNGAN
Rumus Manning : V=1n
R23 S
12
Pada saat debit maksimum (0,042 m3/detik)
R= byb+2 y
b = 2y
A = b . y
= 2y . y
= 2y2
A = QV
=0,0420,6
=0,070
A = 2y2
0,070 = 2y2
y2 = 0,035
y = √0,035
= 0,187 m
TEKNIK LINGKUNGAN 25
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
b = 2y
= 2 ×0,187
= 0,374 m
Jadi lebar saluran = 0,374 m
Tinggi muka air pada saat maksimum = 0,187 m
Pada saat debit minimum (0,020 m3/detik)
V=1n
R23 S
12
Qmin=b x Y 1 x 1n ( b x Y 1
b+2Y 1)
23 x0,001
12
0,02=0,688 xY 1 x 1
0,013 ( 0,374 ×Y 1
0,374+2Y 1)
23 x 0,001
12
0,02× 0,013
0,374 × ( 0,001 )1/2×Y 1
=( 0,374 ×Y 1
0,374 ×2Y 1)
2/3
0,0212Y 1
=( 0,374 ×Y 1
0,374+2Y 1)
2/3
( 0,0212Y 1 )
3 /2
=0,374 ×Y 1
0,374+2Y 1
0,003Y 1
3/2 =0,374 × Y 1
0,374+2Y 1
Setelah dilakukan perkalian silang, diperoleh persamaan :
0,374 Y 15 /2−0,006 Y 1−0,080=0
Dengan cara trial dan error, diperoleh Y1 = 0,25717 m
Check kecepetan pada saat minimum
vmin = 0,02
0,374 ×0,25717=0,208 m /detik
Jadi kedalaman air pada saat minimum
Free Board = 20% dari Qmaks
QFB ¿0,2 ×0,042=0,0084 m3/detik
TEKNIK LINGKUNGAN 26
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
QA
=1n
R2 /3 S1/2
Q=A ×1n
R2 /3 S1/2
Q=b ×Y 2 × 1n ( b×Y 2
b+2Y 2)
2/3
× 0,0011/2
0,0084=0,374× Y 2 × 1
0,013 ( 0,374× Y 2
0,374+2Y 2)
23 ×0,001
12
0,0084 ×0,013
0,374 × ( 0,001 )1/2×Y 2
=( 0,374 ×Y 2
0,374 ×2 Y 2)
2 /3
0,009Y 2
=( 0,374×Y 2
0,374+2Y 2)
2/3
( 0,009Y 2 )
3 /2
=0,374 ×Y 2
0,374+2Y 2
0,0008Y 2
3/2 =0,374 × Y 2
0,374+2 Y 2
Setelah dilakukan perkalian silang, diperoleh persamaan :
0,374 Y 25 /2−0,0016 Y 2−0,084=0
Dengan cara trial dan error diperoleh Y2 = 0,0953 m
Jadi tinggi saluran = tinggi muka air pada saat maksimum + tinggi free
board
= 0,87 + 0,0953
= 0,282 m
Jadi, tinggi saluran = 0,282 m
4.1.4 BARS SCREEN
Berfungsi untuk menyaring benda-benda kasar yang terbawa
dalam aliran seperti plastik, kayu, kertas, dll. Screening juga ditujukan
untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada pompa, value, peralatan
sludge removal dan unit pengolahan selanjutnya.
KRITERIA DESIGN
TEKNIK LINGKUNGAN 27
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
- Pembersihan secara manual
- Bentuk bulat dengan faktor Kirscmer = 1,79
- Lebar batang 4 - 8 mm
- Jarak antar batang 25 - 50 mm
- Kemiringan ban ( dari horisontal ) 45o – 60o
- Headloss max saat clogging 800 mm
- Headloss yang diijinkan 150 mm
DESIGN
- β = 1,79 (bentuk bulat)
- Lebar batang 5 mm (ω)
- Jarak antar batang 25 mm (b)
- Kemiringan bar 60o
- Lebar saluran = 0,688 (L)
Perhitungan
L=n× ω+(n+1 )b
0,374=n × 0,005+(n+1 ) 0,025
0,374=0,005 n+0,025 n+0,025
0,374=0,03 n
n=11.7
Jadi jumlah batang 12 buah
Jumlah bukaan
o S=12+1=13 buah
Lebar bukaan total
¿=13 x 0,025=0,325 m
Panjang kisi terendam
- Pada saat maksimum
Yt1=Y 1
sin 60o
= 0,187
sin 60o=0,216 m
- Pada saat minimum
TEKNIK LINGKUNGAN 28
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Yt 2=Y 2
sin 60o
= 0,25717
sin 60o=0,297 m
Kecepatan melalui bars screen
- Pada saat maksimum
V=Qmax
A= 0,042
0,325 × 0.216=0,599 m /detik
- Pada saat minimum
V=Qmin
A= 0,02
0,325 × 0,216=0,207 m /detik
Veocity head
- Pada saat maksmum
hv= V 2
2 g=
(0,599 )2
2× 9,81=0,018
- Pada saat minimum
hv= V 2
2 g=
(0,207 )2
2× 9,81=0,002
Head loss
- Pada saat maksimum
hl=β(ωb )
43 hv ×sin 60o
¿1,79( 0,0050,025 )
4 /3
×0,018 ×0,866
¿3,3 ∙10−3 m
¿3,3 mm
- Pada saat minimum
hl=β(ωb )
43 hv sin 60
¿1,79( 0,0050,025 )
4 /3
×0,002 ×0,866
¿4,0 ∙ 10−4 m
¿0.4 mm
TEKNIK LINGKUNGAN 29
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Ketinggian muka air setelah melewati bars screen
Y1 = Y2 + HL
Y2 = Y1 x HL
Y2 = tinggi muka air setelah bars
Y1 = tinggi muka air sebelum bars
H2 = head loss
- Pada saat maksimum
Y 2=Y 1−HL
¿0,187−0,0033
¿0,184 m
Check kecepatan : v=QA
= 0,0420,184 ×0374
=0,611m /detik
- Pada saat minimum
Y 2=Y 1−HL
¿0,25717−0,0004
¿0,2526
Check kecepatan = v=QA
= 0,0200,2526 × 0,374
=0,208 m /detik
4.1.5 COMMINUTOR
Berfungsi untuk memotong benda-benda padat menjadi
berukuran yang sama besarnya (homogen ).
Hal ini dimaksudkan agar :
Tidak mempengaruhi proses selanjutnya, misalnya pemompaan
Partikel diskrit tidak mengendap pada grit chamber
Penentuan jenis dan ukuran comminutor berdasarkan pada debit maksimum air
buangan.
Tabel 2.2 Ukuran dan kapasitas comminutor
No Ukuran MotorKapasitas (mgd)
Controlled Dischange Free Discharge7 B 1/4 0 - 0,35 0 - 0,3
10 A 1/2 0,17 - 1,1 0,17 - 0,8215 M 3/4 0,4 - 2,3 0,4 - 1,4
TEKNIK LINGKUNGAN 30
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
25 M 1 1/2 1,0 - 6,0 1,0 - 3,625 A 1 1/2 1,0 - 11,0 1,0 - 6,536 A 2 1,5 - 25,0 1,6 - 9,654 A Desain ditentukan oleh jenis pekerjaan
Sumber : Elwyn. E. Seelye, “Design“, John Willey Sons, Inc. New York, London,
Sydney
Diketahui : debit maksimum = 0,042 m3/detik = 0.324 mgd
Jenis comminutor yang akan digunakan adalah controlled discharge type no
36A dengan ukuran motor 2 dan kapasitas pengolahan 1,5 – 25 mgd tau
0,0657 – 1,095 m3/det.
4.1.6 GRIT CHAMBER dan ALAT UKUR PARSHALL FLUME
Fungsi Grit Chamber : Memisahkan pasir atau kerikil yang
terbawa dalam air dengan kecepatan pengendapan atau specific gravity
lebih besar daripada partikel organik agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya.
Pemisahan pasir/grit ini bertujuan untuk :
- Melindungi peralatan mekanik dan pompa dari abrasi
- Mencegah terjadinya clogging pada pipa
- Mencegah efek penyemenan pad dasar dari sludge digester dan bak
pengendap pertama
- Mengurangi akumulasi dari material inert pada bak aerasi dan sludge digester
Kriteria Design
- Diameter pasir > 0,2 mm
- Kecepatan horizontal (VH) = 0,5 – 1 feet/s atau 0,15 – 0,3 m/det
- Kecepatan pengendapan untuk partikel ϕ 0,2 mm = 51 inci/mnt
- Over flow rate = 900 x Vs gallon/ft2/day
- Waktu detens 20 – 60 dtk
TEKNIK LINGKUNGAN 31
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Sumber : Elwyn. E. Seelye, “Design“, John Willey Sons, Inc. New York,
London, Sydney
DESIGN
- Direncanakan 3 buah bak grit chamber (2 bak beroperasi, 1 cadangan )
- Kecepatan horizontal 0,3 m/dtk atau 1 fps
- Digunakan alat ukur parshall flume yang berfungsi untuk mengatasi
kecepatan horizontal yang tidak konstan akibat adanya fluktuasi yang
menyebabkan kedalaman air buangan pada pengendapan pasir yang
berubah-rubah dengan mengatur kedalaman air pada bak pengendap pasir
(grit chamber)
PERHITUNGAN :
Q maks = 0,042 m3/detik
Q rata2 = 0,033 m3/detik
Q min = 0,020 m3/detik
Q max untuk 1 bak=Qmax2
=0,0422
=0,021m3
detik=0,742
ft3
detik
Q min untuk 1bak=Qmin2
=0,0202
=0,010m3
detik=0.353
ft3
detik
Persamaan yang digunakan pada alat ukur Parshall Flume
Q=4,1 w Hd32
d+z=1,1 Hd
d=1,1( Q4,1 w )
23 −z
Hd=( Q4,1 w )
23
Q minQmax
=[1,1 (Q min /4,1 w )
23−z ]
[1,1 (Q max / 4,1 w )23−z ]
− d mindmax
TEKNIK LINGKUNGAN 32
GD
UD
DD
AD
AD
WD
BD
FD
Pharsall FlumeGrit Chamber
Z
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Gambar 4.1 Sketsa alat ukur Pashall Flume
Ukuran Pashall Flume yang digunakan
w = 1 ft = 0,3048 m
A = 4 ft = 1,372 m
1/3 A = 3 ft = 0,9144 m
B = 4 ft = 1,343 m
C = 2 ft = 0,6096 m
D = 2 ft = 0,845 m
E = 3 ft = 0,9144 m
F = 2 ft = 0,6096 m
G = 3 ft = 0,9144 m
K = 3 inchi = 0,0762 m
TEKNIK LINGKUNGAN 33
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
N = 9 inchi = 0,229 m
Q minQmax
=[1,1 (Q min /4,1 w )
23−z ]
[1,1 (Q max / 4,1 w )23−z ]
2,122,51
=[1,1 (2,12/4,1 w )
23 −z ]
[1,1 (2,51/4,1 w )23 −z ]
0,844= 0,71−z0,795−z
0,67−0,844 z=0,71−z
0,156 z=0,04
z=0,256 ft
d m aks=1,1(Q maks4,1 w )
23−z
¿1,1( 2,514,1 ×1 )
23 −0,256=0,540 ft
d min=1,1 (Q min4,1 w )
23−z
¿1,1( 2,124,1 ×1 )
23 −0,256=0,456 ft
Lebar saluran grid chamber
v = 0,3 m/s = 1 ft/s
TEKNIK LINGKUNGAN 34
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
b= Q minv ×d min
= Q maxv ×d max
b= 2,121× 0,456
= 2,511 × 0,540
b=4,64=4,64
b=4,64 ft=1,41m
Luas penampang (Ac)
Ac max ¿ 0,0210,3
=0,07 m2
Ac min¿ 0,010,3
=0,033 m2
Over flow rate = 900 x Vc x 900 x 57
= 48600 gall/day/ft2
= 0,07 fps
= 0,02135 m3/detik
Luas permukaan (As)
As= Qmaks¿ flow rate
= 0,0210,02135
=1m2
Panjang bak ( L )
L= Asb
= 11,41
=0,70 m
- Kedalaman muka air pada saat Q max
dmax = 0,540 ft = 0,16 m
- Kedalaman muka air pada saat Q min
dmin = 0,33 ft = 0,1 m
Volume bak
V = P x L x D
= 2,34 x 10,70 x 0,16
= 1m3
Check waktu detensi
TEKNIK LINGKUNGAN 35
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
td=VQ
= 10,021
=47,61detik ……….OK !
Free bord
FB = E – dmax – z
FB=0,9144−0,16− (0,256 ×0,3084 )
FB=0,67≈ 0,7 m
Tinggi bak grit chamber (dihitung dari permukaa ruang pasir)
T = dmax + FB
T=0,16+0,7
T=0,86 m
Ruang pasir
Qrat untuk 1 bak = 0,034
2=0,017m3/detik
= 0.60 ft3/detik
= 16,59 L/detik
= 4,38 gallon/detik
= 0,37mgd
Akumulasi rata-rata grit = 6 ft/million gallon
Volume pasir per hari = 6 × 0,37=2,22 ft3
Asumsi tinggi pasir = 12
ft=6 inchi=0,1524 m
Volume ruang pasir = P x L x T
= 1,94 x 1,11 x 0,1524
= 0,328 m3 = 17,65 ft3
Pengambilan pasir= volruan g pasirvol pasir per hari
=11,582,22
=5,21
∴ Pengambilan pasir dilakukan 5 hari sekali
TEKNIK LINGKUNGAN 36
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
4.1.7 BAK PENGENDAP PERTAMA
Berfungsi untuk menurunkan kadar solid yang terdapat dalam air
buangan dengan cara mengendapkannya secara gravitasi.
KRITERIA DESIGN
- Waktu detensi (td) = 1,5 – 2,5 jam ; tipikal 2 jam
- Over flow rate
pada aliran rata-rata ( 32 – 49 ) m3/m2 hari
pada aliran maksimum ( 80 – 120 ) m3/m2 hari
- Beban pelimpah (weir loading) = ( 125 – 500 ) m3/m2 hari
- Kedalaman bak (2 – 5)m
Sumber: Metcalf Eddy, 1979
- Perbandingan panjang dan lebar ( 3 – 5 ) : 1
- Kemiringan dasar / slope ( S ) : 1 – 2 %
- Efisien penyisihan SS : ( 50 – 75) %
- Efisien penyisian BOD : ( 25 – 40 ) %
PERHITUNGAN
Debit maksimum = 0,042 m2/detik
Pada debit maksimum diambil over flow rate = 80 m3/m2. hari
= 0,556 m3/m2. jam
= 9,259 . 10-4 m3/m2.
detik
Waktu detensi : 1,5 jam
Bak dibuat 3 buah ( 2 beroperasi, 1 cadangan )
q=Q max2
=0,0422
=0,021m3/detik
Volume bak pengendap = Qmax x td
= 0,021 m3/detik ×1,5 ×60 × 60
= 113,4 m3
TEKNIK LINGKUNGAN 37
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
luas bak= qV 0
= 0,021
9,259 .10−4=22,68 m2
Kedalaman bak= volumeA
=113,422,68
=5m………OK ‼
Perbandingan panjang dan lebar bak 4:1
P : L = 4 : 1
A = P x L = 4L2
22,68 = 4L2
L2 = 5.67
L = 2,38 m
P = 4L = AL
=22,682,38
=9,5 m
Panjang bak yang dihitung pada kenyataannya merupakan panjang zone
pengendapannya.
Panjang bak sebenarnya :
P=2 x (1 sd
1,5)kedalam bak+zone pengendapan
P=2 × (1 )5+9,5
P = 19,5 m
Dimensi bak pengendap : L = 2,38 m
: P = 19,5 m
: A = 46,41 m2
Kedalaman bak (d )=VA
=113,446,41
=2,5 m …………OK ‼
Free board direncanakan = 1 m
Pada saat Qmin
Volume=0,022
×1,5 ×60 × 60
= 54 m3
Kedalaman=VA
= 5446,41
=1.2 m
Sistem Outlet
Saluran pelimpah
TEKNIK LINGKUNGAN 38
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Beban pelimpah direncanakan 400 m3/m.hari = 4,63.10-3 m3/m.detik
Aliran maksimum untuk 1 bak = 0,021 m3/detik
Panjang saluran yang dibutuhkan
L= Qbeban pelimpah
= 0,021
4,63 . 10−3=4.56 m
Lebar bak = 2,38 m
Jumlah pelimpah yang dibutuhkan = 4,562,38
=1,9 ≈ 2 pelimpah
Direncanakan lebar saluran pelimpah = 0,5 m
Direncanakan tinggi saluran pelimpah = 0,3 m
Kehilangan tekanan (head loss) pada saluran pelimpah dinyatakan
dengan persamaan:
h0=¿¿ ( Fair dan Geyer )
0,3=¿¿
0,09=hL
2+0,003292,4525 hL
hL2−0,221 hL+0,00329=0
hL=0,205 m
Jadi head loss yang terjadi pada saluran pelimpah :
hL = 0,3 – 0,205
= 0,095 m
Alat ukur
Alat ukur yang digunakan ialah V notch standar 900 dengan jarak 20 cm
dari pusat ke pusat sehingga setiap meter ambang pelimpah terdapat 5
buah V notch.
Jumlah total V notch = 5 x 4,56
= 22,8 ≈ 23
Debit tiap V notch pada saat Q rata-rata
qv=
0,0342
23=7,4.1 0−4m3/detik
TEKNIK LINGKUNGAN 39
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Aliran melalui V notch dihitung :
Q= 815
Cd x√2 g x tanθ2
x h52
Dimana : Q = aliran per V notch ( m3/s )
Cd = koefisien of discharge ( 0,584 )
H = tinggi muka air di notch ( m )ϴ = sudut V notch ( 900 )
7,4. 10−4= 815
×0,584 ×√2× 9,81 × tan902
x H 5 /2
7,4. 10−4=1,38 × H 5 /2
H=0,015 m=1,5 cm
Jadi tinggi muka air pada V notch pada saat aliran rata-rata ialah 1,5 cm
Debit tiap V notch pada saat alira maksimum
q=0,02123
=9,2. 10−4 m3/detik
Dengan cara yang sama diperoleh:
H = 0,003 m = 0,3 cm
Jadi tinggi muka air pada V notch saat aliran maksimum adalah 0,3
cm
Penyisihan Ss
Diperkirakan pada bak pengendap pertama ini terjadi penyisihan ss
sebesar 70%
Penyisihan BOD
Akibat adanya waktu detensi selama 1,5 jam akan terjadi pengurangan
konsentrasi BOD yang besarnya tergantung dari over flow rate yang
digunakan dalam design
Tabel 2.3 Removal BOD berdasarkan over flow rate
BOD Removal ( % ) Over Flow Rate ( m3/m2/det )20 0,0010424 0,00025
TEKNIK LINGKUNGAN 40
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
27 0,0007130 0,0005732 0,0004734 0,0003836 0,0002537 0,00018
Sumber: Waste Water Engineering, fair, geyer & Olun: volume 2
Dari data tabel terlihat bahwa dengan over flow rate 9,259 x 10-4 m3/det
akan terjadi pengurangan BOD sebesar 22,5 %.
4.1.8 TANGKI ALIRAN RATA-RATA
Berfungsi untuk mengatasi fluktuasi aliran, fluktuasi beban BOD
dalam air buangan menjadi rata-rata.
KRITERIA DESIGN
- Talud : 3:1
- Kedalaman minimum ( 1,5 - 2 ) meter
- Free board 1 meter
DESIGN
- Talud : 3 : 1
- Kedalaman minimum = 2 m
- Free board 1 m
- System TAR yang digunakan yaitu in line, artinya TAR berada dalam
sistem ini pencampuran mass loading dapat dijamin lebih baik
PERHITUNGAN
Berdasarkan gambar volume komulatif dan kecepatan pengendapan
diperoleh volume bak 6400 m3
Direncanakan permukaan tangki berbentuk bujur sangkar
Volume limas total=13
x luas alas x tinggi
TEKNIK LINGKUNGAN 41
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
¿ 13
x (2 a)2 x t
¿ 43
a2 t
Talut 3 : 1
t : a = 1 : 3
maka a = 3t
Jadi volumelimas total = 4/3 ( 3t )2
Jika tinggi limas yang dipancung = 2 m
Maka sisi alasnya = 3 x 2 x 2 = 12 m
Volume limas yang dipancung = 13
×122 ×2=96 m3
Volume limas terpancung = volume TAR
Volume TAR = volume limas total – volume limas dipancung
6400 = 12t3 – 96
t = 8,2 m a = 3t = 24,6 m
Maka panjang sisi tangki = 2a = 49,2 m
Kedalaman = 8,2 – 2 = 6,2
Free board = 1 m
Tabel 2.4. Data debit dan konsentrasi BOD per jam
JamDebit Volume Kumulatif
AliranBOD yg masuk TAR
BOD Mass Loading
(m3/det) (m3) (mg/L) (Kg/jam)
0 - 1 0.020 72 244.29 > 17.591 - 2 0.027 169 256.17 > 24.902 - 3 0.033 288 258.97 > 30.773 - 4 0.036 418 261.00 > 33.834 - 5 0.038 554 262.26 > 35.885 - 6 0.040 698 261.19 > 37.616 - 7 0.032 813 260.72 > 29.787 - 8 0.034 935 261.69 > 32.038 - 9 0.038 1072 260.23 > 35.60
9 -10
0.0361201 258.94 > 33.56
TEKNIK LINGKUNGAN 42
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
10 -
11
0.0341324 259.65 > 31.78
11 -
12
0.0301432 264.79 > 28.60
12 -
13
0.0281533 263.13 > 26.52
13 -
14
0.0311644 261.69 > 29.20
14 -
15
0.0341767 262.63 > 32.15
15 -
16
0.0361896 262.55 > 34.03
16 -
17
0.0382033 260.92 > 35.69
17 -
18
0.0422184 260.73 > 39.42
18 -
19
0.0382321 261.86 > 35.82
19 -
20
0.0362451 263.37 > 34.13
20 -
21
0.0342573 265.97 > 32.55
21 -
22
0.0312685 265.38 > 29.62
22 -
23
0.0282785 261.34 > 26.34
23 -
24
0.0252875 244.64 > 22.02
Sumber : Hasil Analisis
Perhitungan BOD Moss loading
1. Volume tiap periode waktu dihitung dengan cara
volume=q ×3600detjam
× 1 jam
Contoh : pada jam 4 - 5
q = 0,038 m3/detik
v = 0,038 x 3600 x 1 = 136,8 m
2. BOD moss loading sebelum diekualisasi
BOD moss loading=q ×CBOD ×3600 dtk
jam×
1k g1000 mg
TEKNIK LINGKUNGAN 43
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Contoh : pada jam 4 - 5
CBOD = 262,26 mg/L
BOD moss loading = 0,038 x 262,26 x 3,6
= 35,87 kg/jam
3. Volume bak pada tiap akhir perioda
V SC=Vsp+Vi−Vo
Vsc = volume sekarang
Vsp = volume sebelumnya
Vi = volume masuk
Vo = volume keluar x volume rata-rata
Contoh : pada jam 4 - 5
Vsc = 0 + 554 – 418 = 136 m3
4. Konsentrasi aliran yag meninggalkan bak
yo=V 1 × X 1+V SP× X sp
V i+V SP
Contoh: pada jam 4 - 5
y0=262,26 ×35,87+0
262,26+0
y0=262,26 mg/L
5. BOD moss loading yang akan diekualisasi
BODmoss loading=y0 ×q× 3600
1000
Contoh : pada jam 4 - 5
BOD moss loading = 262,26 ×0,0 34 × 3600
1000=35,87
kg/jam
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 2.5 Perhitungan volume kumulatif dan BOD Moss Loading
TEKNIK LINGKUNGAN 44
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
JamDebit
BODRemoval BOD di BP
1BOD sisa yang masuk
TAR
(m3/det) (mg/L) (mg/L) (mg/L)0 - 1 0.020 315.22 70.92 244.291 - 2 0.027 330.54 74.37 256.172 - 3 0.033 334.16 75.19 258.973 - 4 0.036 336.78 75.77 261.004 - 5 0.038 338.40 76.14 262.265 - 6 0.040 337.02 75.83 261.196 - 7 0.032 336.42 75.69 260.727 - 8 0.034 337.67 75.98 261.698 - 9 0.038 335.79 75.55 260.239 - 10 0.036 334.12 75.18 258.94
10 - 11 0.034 335.03 75.38 259.6511 - 12 0.030 341.67 76.88 264.7912 - 13 0.028 339.53 76.39 263.1313 - 14 0.031 337.67 75.98 261.6914 - 15 0.034 338.88 76.25 262.6315 - 16 0.036 338.78 76.22 262.5516 - 17 0.038 336.67 75.75 260.9217 - 18 0.042 336.43 75.70 260.7318 - 19 0.038 337.89 76.02 261.8619 - 20 0.036 339.84 76.46 263.3720 - 21 0.034 343.19 77.22 265.9721 - 22 0.031 342.43 77.05 265.3822 - 23 0.028 337.21 75.87 261.3423 - 24 0.025 315.67 71.03 244.64
Sumber: Hasil Analisis
Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai BODmass loading tidak ada yang melebihi
nilai BOD yang masuk ke dalam tangki aliran rata-rata (TAR). Oleh karena itu,
pada sistem pengolahan ini tidak perlu ditambahkan tangki ekualisasi.
4.2 Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Kedua (utama)
Pengolahan biologis atau disebut pengolahan tingkat dua (sekunder)
adalah proses pengoloahan yang menerapkan aktivitas biologis. Pada dasarnya
pengolahan ini digunakan untuk menghilagkan substansi organik biodegradable
pada air. Pada pengolahan tingkat dua kadang-kadang terjadi pengolahan secara
TEKNIK LINGKUNGAN 45
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
kimiawi yang bertujuan untuk mengurangi/menghilagkan kontaminan yang tidak
dapat terurai dengan cara penambahan bahan kimia atau melalui reaksi kimia.
Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan tingkat satu dan tingkat dua
diolah dalam unit pengolahan lumpur yang bertujuan untuk:
- Mereduksi volume lumpur
- Mengontrol proses pembusukan
- Menstabilkan kondisi lumpur
- Memanfaatkan lumpur untuk keperluan lain.
PROSES PENGOLAHAN YANG DIGUNAKAN
Unit-unit proses pengolahan yang digunakan dapat dilihat dari diagram alir
dibawah ini:
4.2.1 ACTIVATED SLUDGE
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organic menjadi CO2 dan H2O, NH4. Dan sel biomassa
baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower
(diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok
TEKNIK LINGKUNGAN 46
Promary Treatment
Activated Sludge
Clarifier
Desinfeksi
Thickener
Digester
Dewatering
Final Disfosal
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan
memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.
Activated sludge berfungsi untuk mengolah air buangan melalui proses aerobik
dengan bantuan mikroorganisme.
Kriteria design Volatile Suspended Solid (VSS) yang masuk reaktor diabaikan
Ratio food / mikroorganisme (F/M) = (0,2 – 0,6) Kg BOD5 / Kg MLVSS
Volumetric Loading : (0,8 – 2,0) Kg.BOD5/m3
Mean all Residence time : (5 – 15) hari
Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) = (3000 – 6000) mg/L
V/Q = waktu detensi = td = (4 – 8) jam
Ratio resirkulasi = R = 0,25 – 1,0
Kedalaman tangki aerator = (3 – 5) m
Free Board : (0,3 – 0,6)
Konsentrasi O2 = (1 – 2) mg/L
Volume udara : (0,5 – 2) ft3/gall
Kandungan BOD5 dan TSS dalam effluent < 20 mg/L
PerhitunganKonsentrasi BOD terlarut dalam effluent
a. Bagian yang terurai dari effluent biological solids.Asumsi effluent mengandung 22 mg/L biological solids dan terbiodegradable 65%BOD ultimate = 0,65 x 22 x 1,42 = 20,3 mg/LBOD dalam effluent SS = 20,3 x 0,68 = 13,8 mg/L
b. Effluent diharapkan mengandung BOD5 sebesar 20 mg/LEffluent BOD5 = influent BOD5 terlarut + BODs dalam effluent SS
20 = S + 13,8S = 6,2 mg/L
Jadi influent mengandung 6,2 mg/L BOD5 terlarut
1. Effluent TSS dan BODs dari Primary Treatment
Q = 0,033 m3/det = 2851,2 m3/hari
TEKNIK LINGKUNGAN 47
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
BOD5 (removal 22,5%) =641,52 kg/hari
= 641,522851,2
x 1000 = 225 mg/l
TSS (Removal 70%) = 1995,2 kg/hari
= 1995,22851,2
x 1000 = 700 mg/l
2. Kuantitas lumpur yang dibuang tiap hari
Y abs = Y
1+kd . dc
dimana Y abs = observed Yield
Y = koefisien kecepatan pertumbuhan m.o
Kd = koefisien delay m.o (waktu -1)
dc = mean cell residence time (hari)
Yobs = 0,5
1+0,06 .10=0,3125 hari−1
Mass Volatile Woste (TVSS)
Px= Yobs (So . S) Q
dimana So = konsentrasi substrat Inf. ivent air buangan (mg/l)
S = Konsentrasi substrat effluent a.b (mg/l)
Q = debit a.b
Px = 0,3125 (700−6,2 ) 2851,2 m3/hari
1000 gr /kg
Px= 618 kg/hari
Asumsi MLUSS/MLSS = 0,8
Masa lumpur untuk Suspended Solid (TSS)
Px(S) = 6180,8
= 772,5 kg/hari
TEKNIK LINGKUNGAN 48
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
3. BODs yang masuk reactor = 225 mg/l
TSS = 7200 mg/l
Q = 0,033 m3/dtk = 2851.2 m3/hari
Influent bak aerasi ditingkatkan 5 - 10 % untuk mengatasi penetapan yang
tidak pasti.
Jadi BODs = 236,25 mg/l
TSS = 735 mg/l
Q = 0,034mg/l = 2837,6
4. Efisiensi reaktor 236,25−6,2
236,25= x 100% = 97,73%
Efisiensi pengolahan seluruhnya = 236,25−20
236,25 x 100% = 92,67%
5. Volume Reaktor
V = Q. dc .Y (So−S)
X (1+kd .dc )
Dimana dc = mean cell residence time 10 hari
Y = Yield pertumbuhan
So = konsentrasi BODs influen
S = konsentrasi MLUSS dalam bak aerasi
kd = koefisien endogenasi decay
V = 2837,6
m3
h arix10 hari x0,5 x (236,25−6,2)
3500(1+0,06 x 10)=582,8 m3
Direncanakan 4 bakaerasi
Volume 1 bak = 291 m3
p : l = 4 : 1
kedalaman bak = 4,5 m
A = 65 m2
4 L2 = 65 m2
TEKNIK LINGKUNGAN 49
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
L2 = 16,25 m
L = 4 m
p = 4L = 16m
Free board = 0,5 m
6. Return Sludge Rate
MLSS ( Q + Qr ) = Tss dalam sludge x Qr
4500 (Q + Qr) = 10000.Qr
4500Q + 4500Qr = 10000Qr
4500Q = (10000 – 4500)Qr
Qr
Q=4500
5500=0,81
Qr = Q x 0,81
Qr = 0,034 x 0,81
Qr = 0,2754 m3/detik
7. Cek waktu Periode Aerasi
periode aerasi=VQ
=582,80,034
×1
3600=4,7 jam
8. Cek Food / Mikroorganisme ; F/M = U
u=Q0 ( S0−S )
Vx
u=2837,6 (236,25−6,2 )
582,8 ×3500
= 0,32 / hari …….OK!!
9. Cek organik loading ¿S0 x Q
V
= 236,25× 2837,6
582,8 ×1000
= 1,15 kg BOD5 / m3 / hari……….OK !
10. Massa BODs ultimate yang dimanfaatkan
TEKNIK LINGKUNGAN 50
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
¿Q ( S0−S ) (103 g/kg )−1
0,68
¿2837,6 (236,25−6,2 )
0,68 × 1000
¿959,98 kg /hari
11. Kebutuhan udara teoritis
¿Q ( S0−S )
BODs /BODL
−1,42 Pa
= 2777,8 – (1,42 x 919)
= 1472,84 kg/hari
Kebutuhan udara
O2 dalam udara = 23,2%
Berat jenis udara = 1,201 kg/m3
Kebutuhan udara = 1472,84
0,23 ×1,201=5331,9 m3/hari
Efisiensi diffuser = 8%
Kebutuhan udara = 5331,9
0,08=66649,1 m3/hari
Udara yang disediakan = 150% udara teoritis
Total design udara = 66649,1 x 1,5
= 99973,7 m3/hari
= 1666,2 m3/menit (untuk 4 bak)
= 416,5 m3/menit (untuk 1 bak)
12. Volume udara yang disupply/kg BODs yang dihilangkan
¿66649,1
m3
h ari×1000
grkg
(236,52−6,2 ) grm3 × 2837,6
= 102.10 m3/kg
Volume supply udara/m3 air buangan yang diolah
¿ 66649,102837,6
=23,48 m3/m3
TEKNIK LINGKUNGAN 51
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Volume supply udara (m3/hari)/m3 volume tangki aerasi
¿ 66649,10582,8
=114,36 m3/m3 hari
13. Design system diffused aerator
Jenis aerator yang digunakan diffuser tube
Dimensi tube = 600 x 75 mm
Discharge = 0,21 m3udara standar/menit/tube (7,4 cfm)
Total jumlah diffuser tube/bak aerator = 102,10
0,21=486,2 ≈ 486 tube
Dalam lebar bak aerasi dibuat 10 baris diffuser tube
Jumlah diffuser tube/baris = 48610
=48,6
4 knee joint dan swing joint vertical hanger pipe / baris
Maka jumlah diffuser tube/hanger pipe = 48,6
4=12,15 ≈ 12 tube
14. Head loss dalam pipa dan diffuser
Faktor friksi untuk pipa pembawa udara :
f =0,029 × D0,027
Q 0,140
D dalam mm
Q dalam m3/menit
Head loss dalam pipa :hL=fLD
∙ h v
hL=9,82 ×10−8 f¿Q2
P D 5
Dimana:
hL = head loss, mm H2O
T = temperatur dalam0K
= T0 (P/P0)0,283
L = panjang equivalen, m
T0 = temperature udara ambient, 0K
P0 = tekanan barometric ambient, atm
P = tekanan supply udara, atm
TEKNIK LINGKUNGAN 52
Total losses dalam pipa 20,4967 mmLosses dalam filter udara 55 mmLosses dalam silencers (centrifugal) 30 mmLosses dalam perlengkapan pipa = 10% 3 mmSubmergence (kedalaman air diatas diffuser) 4000 mmDiffuser Losses, fine bubble diffuser tube 350 mmClogging yang diizinkan masih terjadi dalam kondisi darurat 880,2 mmTotal 5338,697 mm
5,34 m17,52 ft
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
hv = velocity head, mm H2O
Q = aliran udara, m3/mnt
D = diameter pipa, m
T=T 0( PP0 )
0,283
T=303( 1,560,95 )
0,283
= 348,66 oK
Tabel 3.1. Head loss dalam pipaf Air flow Velocity L hL
(cm) (m3/min) (m/min) (m) (mm)0 - a Horizontal diffuser header 10 2,73 347,58 1,3 0,024 0,5000a - a' Hanger pipe 26 tube 10 5,46 695,19 4,5 0,021 6,2412a' - b Pipe Header untuk 1 hp 20 5,46 173,80 2,4 0,022 0,1060b - c Pipe Header untuk 2 hp 20 10,92 347,59 2,4 0,020 0,3826c - d Pipe Header untuk 3 hp 20 16,38 521,39 2,4 0,018 0,8108d - e Pipe Header untuk 4 hp 20 21,84 695,19 2,4 0,018 1,3812e - f 50 43,68 222,46 7 0,016 0,1527f - g 50 87,36 444,92 7 0,015 0,5511g - h 50 131,04 667,38 7 0,014 1,1677h - i 50 174,72 889,84 7 0,013 1,9894i - j 50 218,4 1112,30 7 0,013 3,0070j - k Pipa utama dari kompresor untuk 2 bak aerasi 65 436,8 1316,33 10 0,012 4,2070
Jalur Keterangan f
Total 20,4967
15. Design blower
Diketahui 1 atm standar = 10,34 m air
Absolute supply pressure = (5,34 + 10,34) / 10,34
= 1,52 atm
16. Power yang dibutuhkan
ρw=W ∙ R ∙T 0
8,41 e [( PP0
)0,283
−1]TEKNIK LINGKUNGAN 53
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Dimana : ρw = kebutuhan power untuk masing-masing blower kW
W = flow dari udara, kg/det
R = konstanta gas, 8,314 kJ/K mole 0K
8,41 = konstanta untuk udara, kg/ k mole
T0 = temperature inlte, 0K
P0 = tekanan inlet absolute, atm
P = absolute outlet pressure, atm
e = efisiensi mesin (70-80) %
jika diasumsikan efisiensi mesin 75%, maka:
ρw=102,10
m3
menit×1,201
kgm3 × 8,314
kJKmole
×303 K.o
8,41kg
K mole
×0,75 × 60detikmenit
[( 1,510,95 )
0,283
−1]
= 149,08 kW
= 202,69 Hp
4.3 Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Ketiga
4.3.1 Bak Pengendap ke - II
Bak pengendap kedua berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang
terdapat pada air buangan yang sudah melalui pengolahan biologis
Kriteria design
Over flow rate = 16 - 32 m3/m2hari
Loading = (3 - 6) kg/m3/jam
Kedalaman = (3,5 - 5) m
Weir loading = (125 - 500) m3/m2hari
Φ bak = (3 - 60) m
Kemiringan dasar saluran = 60 mm/m
Waktu detensi = 2 - 4 jam
Sumber : Met Calf dan Eddy, 1985
Perhitungan
1. Direncanakan dibuat 2 bak sedimentasi
TEKNIK LINGKUNGAN 54
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Q yang masuk pada bak sedimentasi = Qav
= 0,034 m3/detik
Aliran untuk 1 bak = 0,017 m3/detik
Waktu detensi direncanakan 2,5 jam
Volume bak = Q x td
= 0,017 x 2,5 x 3600
= 153 m3
Direncanakan over flow rate = 32 m3/m2.hari
A = q
V 0
=( 0,01732 )× 86400
A = 45,9m2
Daiameter bak = d = ( 4× 45.9π )
12 = 7,64 m
Tinggi bak = Volume
A= 153
14
π .7,642=3,33 m
Free board = 0,5 m
Total kedalaman = 3,86 m
2. Sistem Inlet
Digunakan centre feed yaitu air buangan dialirkan melalui bagian
tengah bak dengan menggunakan pipa cast iron f 400 mm
v=QA
= 0,01714
π ∙ (0,4 )2=0,13m /detik
3. Ruang lumpur
Asumsi konsentrasi lumpur yang diresirkulasi = 10000 mg/L
Qr
Q=0,81
Qr = 0,81 x 0,1407 = 0,027 m3/detik
Berat MLVSS yang dialirkan ke Activated Sludge
= 27 L/detik x 10000 mg/L
= 270000 mg/detik
TEKNIK LINGKUNGAN 55
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
= 270 gr/detik
TSS yang dihasilkan dalam bak aerasi = 1148,75 kg/hari
= 13,29 gr/detik
TSS pada effluent Activated Sludge = 270 + 13,29
= 283,29 gr/detik
Ratio MLVSS / MLSS = 0,8
Q yang dialirkan ke Thickener
Qwaste = TSSL/XR ;
dimana XR = Konsentrasi lumpur yang diresirkulasi = 10000 mg/L
TSSL = TSS dalam effluent Bak Pengendap II
TSSl = TSS yang dikehendaki sebesar 15 mg/L
TSSl = 15 mg/L x Ql
= 15 mg/L x 0,034 x 103L/d = 510 mg/detik
= 60 kg/hari
TSSL = TSS - TSSQ
= 283,29 – 60
= 223,9 kg/hari
Qwaste =
223,9kg
hari
10kg
m3
=22,3m3
hari=0,25 L/d
Untuk 1 bak = 1,12/4 = 0,0625 L/d
Berat SS untuk masing-masing bak = 3 gr/detik
= 260 kg/hari
(kadar SS = 4%)
TEKNIK LINGKUNGAN 56
1,5
Y
0,5
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Berat Lumpur = 100
4×260=6500 Kg
Berat jenis Lumpur = 1,03 kg/L
Volume lumpur = 18007,5 = 18 m3
Volume ruang lumpur didesain dengan bentuk kerucut terpancung
Dinding ruang lumpur dibuat miring (vertical : horizontal = 2 : 1)
Alas = (0,5 – 1,5) m
Atas = (1,5 – 1,5) m
X = 1,52
–0,52
X/Y = ½
Y = 2 ×(1,52
–0,52
)
Tinggi prisma terpancing = 2 x (1,52
−0,52
)
= 1 m
Volume ruang lumpur = 13
(1,53−0,53 )
= 1,08 m3
Periode pengambilan lumpur = 1,08 / 18
= 0,06 hari = 1,44 jam
4. Sistem Effluent
Digunakan alat ukur Vnotch 90o
Panjang effluent weir plate = d = d = x 7,64 = 24 m
Jarak antara Vnotch, dari pusat ke pusat = 40 cm
Jumlah pelimpah = 24
0,40=60 ≈ 60
TEKNIK LINGKUNGAN 57
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Debit pelimpah = q0 = 0,2114
60
= 3,52 x 10-3 m3/detik
Tinggi muka air pada pelimpah = h0 = [ q1,4 ]
25
= [ 3,5 ∙ 1−31,4 ]
25
= 0,094 m
= 9,4 cm
Saluran pengumpul supernatant
Bentuk segi empat
L = 1 m
v = 0,6 m/detik
Weir loading = 30000 gall/hari.ft2
Panjang saluran = 2r = 87,92 m
Q = 0,8457 m3/detik4
= 0,2114 m3/detik
Across = 0,2114 / 0,5
= 0,35 m2
Tinggi saluran = 0,35
1=0,35 m
4.3.2 Sludge Thickener
Berfungsi untuk mengurangi kadar air pada lumpur sehingga dapat
mengurangi volume lumpur yang akan diolah.
Kriteria design
Lumpur berasal dari unit primary treatment dan secondary treatment dengan
kadar lumpur = (4 - 9) %
Surface loading = (400 - 900) gallon per day/ft2
Solid loading = (8 - 16) lb/ft2hari
Tinggi sludge thickener = (10 - 15) ft
TEKNIK LINGKUNGAN 58
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Sludge volume ratio = (0,5 - 2,0)
Perhitungan :
1. Berat solid dari BP I = 6088,32 kg/hari
Berat solid dari BP II = 1148,75 kg/hari
Total SS yang masuk = 6088,32 kg/hari + 1148,75 kg/hari
= 7237,07 kg/hari
Konsentrasi solid = 5%
Berat lumpur dari BP I = 100
5×6088,32=121766,4 kg/hari
Berat lumpur dari BP II = 100
5×1148,75=22975 kg/hari
Total = 121766,4 + 22975
= 144741,4 kg/hari
2. Luas permukaan thickener = Berat SS
Solid Loading
Solid loading = 16 lb/ft2/day = 78,12 kg/m2.day
A =
7237,07kg
h ari
78,12kg
m2 ∙hari
=92,64 m2
f bak = [ 4 Aπ ]
12
= [ 4× 92,64π ]
12
= 10,86 m
Dibuat 2 buah bak
Luas tiap bak = 46,32 m2
f tiap bak = 7,68 m
Kedalaman bak direncanakan = 3,5 m
Volume bak = A x H
= 14
π 7,682×3,5
= 162,05 m3
TEKNIK LINGKUNGAN 59
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Free board = 0,6 m
3. Kadar solid campuran = 7237,07
144741,4× 100 %=5 %
Kadar air = 95%
Pada BP I
Konsentrasi solid = 6088 × 106 mg
h ari
0,142.103 ×86400
= 496,21 mg/L
Fixed matter = 0,4 x 496,21 = 198,48 mg/L
Volatile matter = 0,6 x 496,21 = 297,77 mg/L
Pada BP II
Konsentrasi solid = 7237,07 x 106
0,114 . 103 ×86400
= 734,75 mg/L
Fixed matter = 0,7 x 734,75
= 514,325 mg/L
Volatile matter = 0,3 x 734,75
= 220,425 mg/L
Kadar fixed matter = [ 514,325+198,48496,21+734,75 ]×100 %
= 57,90%
Kadar volatile matter = (100 – 57,90)% = 42,1%
Brt jnis solid campuran = (0,579 x 1,3) + (0,421 x 2,5) = 1,8052
Brt jnis lumpur campuran = (0,05 x 1,8052) + (0,95 x 1) = 1,04
Volume lumpur yang masuk = 144741,4
1,04×
11000
=139,17 m3/hari
Volume SS yang masuk = 7237,07
1,75=4135,47 L/hari
= 4,13 m3/hari
Volume air yang masuk = 139,17 – 4,13
= 135,04 m3/hari
Kadar lumpur effluent direncanakan mengandung 8% solid dan 92% air
TEKNIK LINGKUNGAN 60
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Berat jenis lumpur = (0,08 x 1,75) + (1 x 0,92) =1,06
Berat lumpur yang keluar = 100
8×7237,07
= 90463,375 kg/hari
Volume lumpur yang keluar
V = 90463,375
1,06=85342,81 L/hari = 85,34 m3/hari
Volume air = 101,62
Volume air yang keluar = 135,04 – 101,62
= 33,42 mg/L
4.3.3 Sludge Digester
Berfungsi untuk:
- Menguraikan zat organik yang volatile
- Mereduksi volume lumpur
- Menguraikan zat-zat beracun yang terdapat dalam lumpur
Kriteria design
Detention time = (10 – 20) hari
Gas yang dihasilkan = (0,75 – 1,12) m3/kg
Kemampuan menurunkan VSS = (40 – 50) %
Solid Loading = (2,4 – 6,4) kg/m3. Hari
Sumber : Syed.R.Kasim
Perhitungan:
1. Berat lumpur dari thickener = 90463,375 kg/hari
Volume lumpur dari thickener = 85,34 m3/hari
Jumlah air yang masuk = 67,7 m3/hari
2. Dalam tangki terjadi reduksi volatile matter = 50%
VM reduksi = 42,1% x 0,5 = 21,05%
VM sisa = 21,05%
Fixed matter tidak mengalami reduksi
TEKNIK LINGKUNGAN 61
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
FMout ¿57,90 %
(57,90 %+21,05 % )=73,34 %
VMout ¿21,05 %
(57,90+21,05)=26,66 %
3. Kadar air effluent = 90%
Kadar sisa effluent = 10%
Berat jenis Solid = (0,7334 x 2,5) + (1,3 x 0,2666) = 2,2
Berat jenis lumpur = (1 x 0,9) + (0,1 x 2,2) = 1,12
4. Berat lumpur effluent = 10010
×7237,07
= 72370,7 kg/hari
Volume lumpur yang keluar = 72370,7 / 1,12
= 64616,69 L/hari
= 64,62 m3/hari
5. Effisiensi digester
E=(VM
FM )∈−( VMFM )out
( VMFM )∈¿×100 %¿
E=( 42,157,90 )−( 26,66
73,34 )( 42,157,90 )
× 100 %
E = 50%
6. Kapasitas Digester
B=0,08 (2−fVM ) Wt
1−WM
Dimana : B = kapasitas digester (ft3)
F = digester VM dalam waktu t = 50%
VM = %VM = 42,1%
W = Berat solid yang dimasukkan (lb/hari)
t = waktu detensi (hari)
TEKNIK LINGKUNGAN 62
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
WM = kadar air rata-rata dalam digester
= (92+90)/2 = 91%
B=0,008 (2−0,5 × 0,421 ) (7237,07 /0,454 )×15 hari
1−0,91
B = 38034,47 ft3
B = 1077,02 m3
Tabel Volume Tangki Sludge Digester
16 20 24 28 32
20 2,5 5,28 6,54 7,8 9,05 10,3125 3,12 8,36 10,33 12,2 14,26 16,2230 3,74 12,19 15,02 17,86 20,67 23,535 4,37 16,79 20,04 34,49 27,74 32,0840 5 22,3 27,23 32,26 37,29 42,2845 5,62 28,42 34,78 41,14 47,5 53,8650 6,25 35,4 53,36 51,12 59,6 66,92
Diameter tangki (ft) Depth Bottom Line (ft)Side wall depth of water (ft)
Volume digester (x 1000 ft3
Sumber: Parker, 1975
Dari tabel diperoleh untuk volume digester = 1358,5 m3
Kedalaman bak = 7m
Diameter bak = 50ft = 15,24 m
Kedalaman kerucut = 6,25ft = 1,91 m
Volume bak sebenarnya = volume silinder + volume kerucut
= (H x ¼ d2) + (1/3 x ¼d2t)
=
(7× ¼× 3,14 ×15,242)+(13
×¼ ×3,14 × 15,242 ×1,91)
= 1393 m3
TEKNIK LINGKUNGAN 63
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Digester heating
Panas yang dibutuhkan = HR = Q.Cp.(T2 - T1)
Dimana HR : Panas yang dibutuhkan (J/hari)
Q : Berat sludge (kg/hari)
Cp : spesifik heat lumpur (4200 J/kgoC)
T2 : Temperatur digester (oC)
T1 : Temperatur thickener sludge (oC)
HR = 90463,375 kg/hari x 4200 J/kgoC x (30 – 20)OC
= 0,38 x 1010 J/hari
= 6780808,84 BTV/hari
Panas yang hilang , HL = UAt(T2 – T1)
Dimana HL : Heat Loss (J/jam)/(BTV/hari)
U : Koefisien heat transfer (J/detik.m2. oC)
A : Area dimana heat loss terjadi (m2)
T2 : digester operating temperature
T1 : temperature
Temperatur diatas permukaan tanah = 75oF
Temperatur diluar tangki di bawah tanah = 50oF
Harga t : atap = 0,24
Tanah = 0,25
Bawah tanah = 0,18
Lantai = 0,12 m2
Luas dasar = ¼ d2
= ¼ 15,242
= 182,32 m2
Luas dinding bagian atas = x 15,24 x 2/3 x 7
= 223,31 m2
Luas dinding bagian bawah = x 15,24 x 1/3 x 7
= 111,65 m2
TEKNIK LINGKUNGAN 64
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Luas atap = ¼ x 15,392 = 186,09 m2 (tebal dinding = 0,5)
Kehilangan panas :
Atap = 0,24 x (186,09 / 0,3048) x (100 – 75) = 3663,18 BTU/jam
Dinding bawah = 0,18 x (111,65 / 0,30482) x (100 – 75) = 5408,23
BTU/jam
Dinding atas = 0,35 x (223,31 / 0,30482) x (100 – 75) = 21032,96
BTU/jam
Dasar = 0,12 x (182,32 / 0,30482) x (100 – 75) = 5887,62 BTU/jam
Total = 35991,99 BTU/jam
Panas yang dihasilkan
1 lb volatile solid menghasilkan 12 ft3 gas
1 ft3 gas = 700 BTU
VM yang dihasilkan = 0,5 x 0,421 = 0,2105
Berat solid = 7237,07 kg/hari
= 15954,84 lb/hari
Panas yang dihasilkan = 0,183 x 12 x 700 x 15954,84
= 24525780,05 BTU/hari
Kebutuhan panas total = kehilangan panas + kebutuhan panas
= (35991,99 x 24) + 6780808,84
= 7644616,6 BTU/hari
Sisa panas = panas yang dihasilkan – kebutuhan panas total
= 24525780,05 – 7644616,6
= 16881163,45 BTU/hari
= 24115,94 ft3/hari
Dimensi tangki gas
Produk gas = 24115,94 ft3/hari
Direncanakan 6 tangki
Kapasitas tangki gas = 30%
= 30% x (24115,94/6)
= 1205,797 ft3
TEKNIK LINGKUNGAN 65
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
h = 10 ft = 3,048 m
A = 120,58 ft2
f = 13,87 ft = 4,2 m
4.4 Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Lanjutan (optional)
4.4.1 Sludge drying bed
Berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam lumpur
Kriteria design
Perioda pengeringan (10 - 15) hari
Tebal lumpur (8 - 12) inchi
Media bed : Tebal pasir = (8 - 12)’’
ES = 0,3 - 0,75 m
UC = 4
Tebal kerikil = 1 ft
Φ = ½ - 1 inch
Perhitungan
Direncanakan 6 buah sludge drying bed (5 beroperasi, 1 cadangan)
Perioda pengeringan = 10 hari
Tebal lumpur = 12” = 30 cm
Tebal pasir = 12” = 30 cm
Volume lumpur dari digester = 81,45 m3/hari
Lumpur yang masuk = 81,45 x 10 hari = 814,5 m3
Luas permukaan untuk masing – masing sludge drying bed
As = V /2
T=814,5 /5
0,6=271,5 m2
Direncanakan : P : L = 3 : 1 maka P = 3L
As = 3L2
L = √ 271,53
L = 9,5 m
P = 3L = 28,5 m
TEKNIK LINGKUNGAN 66
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
4.4.2 Desinfeksi
Berfungsi untuk :
Mereduksi bakteri pathogen khususnya golongan coli di dalam effluent hasil
pengolahan air buangan sebelum dibuang kebadan penerima.
Mengurangi konsentrasi ammonia yang terdapat dalam air buangan
Kriteria design
Dosis kaporit (3 - 10) mg/l
Kadar CaCOCl2 = 60%
Pembubuhan dilakukan dengan menggunakan bak mom dengan kapasitas
pembubuhan 500 cc/menit
Waktu kontak 15 - 45 menit
BJ kaporit = 0,8 - 0,88 kg/L
Menggunakan bak khlorinasi
Kecepatan pada saluran bak klorinasi
= (2 - 4,5) m/jam
= 0,038 m/detik
= 0,075 ml
Perhitungan
1. Asumsi dosis yang digunakan = 10 mg/L
Kebutuhan kaporit = 10060
×10mgL
× 0,034m3
detik
= 566,6 mg/detik
= 0,5666 gr/detik
= 33,96 gr/menit
= 48,95 kg/hari
2. Kapasitas pembubuhan = 1000 cc/menit
Kadar kaporit dalam larutan =
kebutuh an kaporitkapasitas pembubu h an × specific gravity
= 33,96
1000× 0,85
TEKNIK LINGKUNGAN 67
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
= 4%
3. Perioda pengisian direncanakan = 24 jam
Kapasitas bak mom = 1000 x 24 x 60
= 1440000 cc = 1,44 m3
Ukuran bak mom = P = 2 m
L = 1,2 m
t = 0,6 + 0,2
= 0,8 m (free board)
4. Volume kaporit / hari = 48,95 kg /hari
0,85
= 0,057 m3
Volume air pelarut = ( 84,2415,76 )× 0 , 057
= 0,30 m3
Volume kaporit + volume air pelarut = 0,057 + 0,30
= 0,357 m3
5. Dimensi bak khlorinasi
Asumsi kecepatan dalam saluran (VL) = 0,06 m/detik
td = 20 menit
Volume bak = Q x td
= 0,034 x 20 x 60
= 40,8 m3
Panjang total saluran = V x td
= 0,06 x 20 x 60
= 72 m
Direncanakan lebar saluran = 2 m
Luas penampang saluran = Qav
V L
=0,0 340,06
=0,56m2
Kedalaman efektif = 0,56 / 2
= 0,28 m
TEKNIK LINGKUNGAN 68
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
Free board = 0,6 m
Kedalaman total = kedalaman efektif + free board
= 0,28 + 0,6
= 0,88 m
Volume bak sebenarnya = 2 x 0,88 x 72
= 126,72 m3
Cek td = 126,72
0.0 34 ×60=62,11≈ 62menit
Direncanakan jumlah saluran = 5 buah
Jumlah belokan = 5 – 1 = 4 buah
Panjang bak = L
72 = ((L – 2) + 2 )4 + (L – 1)
72 = 4L – 8 + 8 + L – 1
72 = 5L – 1
73 = 5L
L = 14,6 m
6. Jari-jari hidrolik (R)
A = 0,88 ×2
2+(2 ×0,88)=0 , 46
n = 0,015
S = 0,0152× 0,0 62
0,8 843
=1,109 ∙106
m/m
H = S x L
= 1,109.10-6 x 14,6
= 1,62.105 m
7. Kehilangan tekanan dalam bak (h)
Vbelokan = 3 x Vlurus
= 3 x 0,06
= 0,18 m/d
h=mV 2
2 g+(m−1 )
V b2
2 g+
n2 V L2 L
R43
TEKNIK LINGKUNGAN 69
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
h=50,0 62
2 ∙9,81+4 ×
0,182
2∙ 9,81+ 0,0152 ×0,0 62×72
0,5343
h=0,007659 m
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bangunan pengolahan air limbah yang direncanakan di Kecamatan
Pontianak Selatan dapat menurunkan konsentrasi zat-zat pencemar yang
berupa TSS, BOD5, minyak dan lemak serta phospor.
2. Konsep dan Teknologi yang digunakan dalam pengolahan air limbah di
Kecamatan Pontianak Selatan disesuaikan dengan parameter pencemar
yang akan diolah supaya lebih efisien.
TEKNIK LINGKUNGAN 70
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN
5.2. Saran.
Akan lebih baik apabila disediakan teknologi alternatif pengolahan air
buangan apabila sistem pengolahan yang pertama kurang berfungsi optimal
dikarenakan semua data merupakan data sekunder dan asumsi penyusun
laporan.
TEKNIK LINGKUNGAN 71