51
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Medis Tuberkulosis dan Efusi Pleura 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh yang lain, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. ( Bruner dan Sudarth, 2002, hal. 584 ) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. ( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosi , 2006 ) Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menular disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang biasanya menyerang jaringan parenkim paru. Namun juga

LAPORAN PENDAHULUA1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUA1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Medis Tuberkulosis dan Efusi Pleura

1. Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru, tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian

tubuh yang lain, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.

( Bruner dan Sudarth, 2002, hal. 584 )

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.

( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosi , 2006 )

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menular disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberkulosis yang biasanya menyerang jaringan

parenkim paru. Namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti

tulang, otak, ginjal, dan nodus limfe yang membutuhkan tetapi yang lama

dalam penyembuhannya.

( Halim Danusantoso, 2004, hal. 94 )

Page 2: LAPORAN PENDAHULUA1

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB ( mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

( Depkes , 2002)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis, yang biasanya ditularkan dari orang ke orang

melalui nuklei droplet lewat udara

(Sandra M. Nettina, 2002, hal 817)

Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan asam

disingkat BTA nama lengkapnya  Mycobacterium Tuberculosis

(htt p://nusaindah.tripod.com/kestbc.htm)

Tuberculosis Paru adalah suatu peradangan pada paru yang ditandai oleh

pembetukan tuberkel (benjolan) yang meninggalkan jaringan fibrotik

yang mengganas.

(Mansyoer, Arief. 2001. 74)

Efusi Pleura adalah suatau keadaan dimana terjadinya penumpukan cairan

Dalam rongga pleura.

(Irman Somantri. 2008. hal : 95 )

Efusi Pleura yaitu akumulasi cairan didalam rongga pleura. Timbulnya

efusi pleura didahului oleh keradangan pleura ( Pleuritis ).

(Hood Alsogaf. 2008. hal : 143 )

Page 3: LAPORAN PENDAHULUA1

Efusi Pleura adalah penimbunan cairan didalm rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebih dari permukaan pleura.

( http://www.google.com//efusipleura )

Efusi Pleura, pengumpulan cairan didalam rongga pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, adalah proses penyakit primer

yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain.

( Brunner & Suddarth. 2001. hal : 593 )

Page 4: LAPORAN PENDAHULUA1

2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Anatomi Pernafasan

Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan

paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang

melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.

Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,

bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian

rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga

suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang

Page 5: LAPORAN PENDAHULUA1

masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru,

disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada

dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal

terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan

pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan

dindingdada.

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada.

Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat

sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang)

tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.

Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting

sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah

Page 6: LAPORAN PENDAHULUA1

sebagaiberikut :

1). Interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga

2).Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum tulang dada

3).Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.

4).Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.

5).Otot perut yang menarik iga ke bawah dan diafragma keatas

6).Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus

kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25

kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir

sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga

agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUA1

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi

pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan

udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-

masing rata-rata 0,2 milimeter.

(http://images.google.co.id/)

b. Fisiologi Pernafasan

1) Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2

lubang ( kavum nasi ), yang dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ).

Didalamnya terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu

dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

2) Faring

Page 8: LAPORAN PENDAHULUA1

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong ( ± 13 cm ), letaknya

bermula dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus.

Faring digunakan pada saat “ digestion ” ( menelan ) seperti pada saat

bernafas.

Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi 3 :

a) Naso – faring ( dibelakang hidung ) penting sebagai mata rantai nodus

limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke

hidung dan tenggorokan.

b) Oro – faring ( dibelakang mulut ) untuk menampung udara dari naso –

faring dan makanan dari mulut.

c) Laringo – faring ( dibelakang laring ) berfungsi pada saat menelan dan

respirasi.

3) Laring

Merupakan kotak suara yang dindingnya tersusun atas tulang rawan, selain itu

di laring terdapat pita suara

4) Trakhea

Trakhea bersifat fleksibel, berotot, memiliki panjang 12 cm dengan cicin

kartilago berbentuk huruf C. Ujung cabang trachea disebut Carina. Didalam

trachea diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel

bersilia, untuk mengeluarkan benda – benda asing yang masuk bersama

dengan udara pernafasan.

5) Bronkus

Page 9: LAPORAN PENDAHULUA1

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trachea. Bronkus

bercabang – cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus, pada ujung

bronkiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.

6) Alveolus

Alveolus merupakan ujung dari saluran nafas. Pada alveolus inilsh terjsdi

proses difusi. Proses difusi ini erjadi di dinding alveolus. Dinding alveolus

terdiri atas sel epithel gepeng dan pembuluh darah yang berdinding endotel

7) Pleura

Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru – paru. Pleura

ada 2 macam :

a) pleura parietal ( lapisan luar paru )

b) pleura visceral ( lapisan dalam paru )

Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan ( 5 – 15 ml )

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak

tanpa adanya friksi. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari pada

tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru. Masuknya udara maupun

cairan kedalam rongga pleural akan menyebabkan paru – paru tertekan dan

kolaps.

(Drs. H. Syaifuddin, 2006. hal : 193 – 195 )

3 PENYEBAB

a. Tuberkulosis

1) Penyebab dari Tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium

Tuberkulosis yang mempunyai sifat khusus, yaitu:

Page 10: LAPORAN PENDAHULUA1

a) Tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula

sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

b) Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup beberapa jam ditempat gelap dan lembab.

c) Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama

beberapa tahun.

( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2003, hal. 9 )

2) Basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang

membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap

gangguan kimia dan fisik

(http://medscape.com)

b. Efusi Pleura

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan

primer pada pleura hanya ada 2 macam, yaitu :

1) infeksi kuman primer intra pleura

2) tumor primer pleura

Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi – kondisi :

1) gangguan pada reabsorbsi cairan pleura

2) peningkatan produksi cairan pleura

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah :

1) transudat

Page 11: LAPORAN PENDAHULUA1

gagal jantung, serosis hepatis dan ascites, pasca bedah abdomen,

hipoproteinemia pada nefrotik sindrom, dll.

2) eksudat

a) infeksi ( TBC, pneumonia, virus, jamur, parasit, abses )

b) neoplasma ( Ca paru, limfoma, leukemia )

c) emboli / infark paru

d) penyakit kolagen ( rheumatoid arthritis )

e) penyakit gastrointestinal ( pankreatitis, abses hati )

f) trauma ( hemothoraks )

(Irman Somantri. 2008. hal : 95 - 96 )

4 PATOFISIOLOGI

a. Tuberkulosis

M. Tuberculosis

Inhalasi droplet Bakteri mencapai Alviolus

Terjadi reaksi Antigen-antibody

Muncul reaksi Radang

Terjadi pengeluaran secret/ mucus

Akumulasi secret dijalan nafas menghalangi proses difusi Oksigenasi

Page 12: LAPORAN PENDAHULUA1

Bersihan jalan nafas tidak efektif Kompensasi tubuh meningkatkan gerakan pernafasan

Respon batuk-batuk sesak

penggunaan otot-otot abdomen pola nafas tidakefektif

Refluk fagal Transportasi O2 Tergangu

Mual, muntah Kelelahan

Kelemahan fisik

Nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh Otropi otot-otot

Keterbatasan aktivitas

Aktivitas kehiduapn sehari hari terganggu

(http://harnawatiaj.files.wordpress.com)

b. Efusi Pleura

Jantung tidak dapat memompa darah dengan maksimal

Cairan yang berada di pembuluh darah menjadi bocor

Hipertensi kapiler sistemik

Peningkatan tekanan hidrostik pada kapiler

Masuk ke dalam pleura

Pengumpulan abnormal cairan pleural

Efusi Pleura

Page 13: LAPORAN PENDAHULUA1

(Irman Somantri. 2008. Hal : 97 – 98 )

5 TANDA DAN GEJALA

a. Tuberkulosis

a) Batuk lama, kurang lebih 3 bulan, disertai riak dan kadang keluar darah.

b) Nafsu makan berkurang.

c) Berat badan berkurang.

d) Keluar keringat pada malam hari.

e) Badan terasa panas.

(Mansyoer, Arief. 2001. 74)

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan

gejala sistemik:

1) Gejala respiratorik, meliputi:

a) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur

darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau

bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUA1

c) Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-

hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2). Gejala sistemik, meliputi:

a). Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari

mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya

sedang masa bebas serangan makin pendek.

b). Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta

malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga

timbul menyerupai gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan

ciri-ciri sebagai berikut :

1). Batuk darah

(a). Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

Page 15: LAPORAN PENDAHULUA1

(b). Darah berbuih bercampur udara

(c). Darah segar berwarna merah muda

(d). Darah bersifat alkalis

(e). Anemia kadang-kadang terjadi

(f). Benzidin test negatif

2). Muntah darah

(a). Darah dimuntahkan dengan rasa mual

(b). Darah bercampur sisa makanan

(c). Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

(d). Darah bersifat asam

(e). Anemia seriang terjadi

(f). Benzidin test positif

3). Epistaksis

(a). Darah menetes dari hidung

(b). Batuk pelan kadang keluar

(c). Darah berwarna merah segar

(d). Darah bersifat alkalis

(e). Anemia jarang terjadi

(http://medscape.com)

b. Efusi Pleura

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik. Timbul gejala sesuai dengan

penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan :

Page 16: LAPORAN PENDAHULUA1

1) demam

2) menggigil

3) nyeri dada

Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan

batuk. Efusi pleura yang besar mengakibatkan nafas pendek.

(.Irman Somantri. 2008. hal : 98 )

Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minmal atau tidak

sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi.

( Brunner & Suddarth. 2001. hal : 593 )

Menurut Mansyoer, Arief ( 2001) Tanda dan gejala dari Efusi Pleura yaitu :

a) Nyeri dada

b) Batuk

3). Fibris

4) Gerakan nafas menurun

5) Redup pada perkusi

6) Suara nafas menghilang (Fokal vrimitus mengecil pada saat palpasi)

7) Dispneu berfariasi

6 KOMPLIKASI

a. Tuberkulosis

1) Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:

- Hemoptisis berat

Page 17: LAPORAN PENDAHULUA1

Terjadi akibat perdarahan saluran napas bawah, dapat mengakibatkan

kelemahan karena syock hipovolumi atau tersumbatnya jalan napas.

- Kolaps dari lobus

Terjadi akibat dari retraksi bronkial.

- Bronkiektasis dan Fibrosis pada Paru

Lesi yang menyebabkan Mycobacterium Tuberkulosis menyebabkan

fibrosis pada paru.

- Pneumotorak spontan

Yaitu kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

- Penyebaran infeksi ke organ lain

Penyebaran infeksi dapat menuju ke organ lain seperti ginjal, otak, tulang,

persendian, nodul limfe, dll karena ikutnya basil Mycobacterium

Tuberkulosis beredar bersama aliran darah dan sistem limfe.

- Insufisiensi Kardiopulmoner

Apabila pada penderita TB kronik dapat menyebabkan jantung dan paru –

paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

(Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )

b. Efusi Pleura

Ada beberapa keganasan yang menimbulkan efusi pleura :

1) adenokarsinoma

keganasan ini biasanya terletak di daerah perifer paru

2) keganasan payudara

3) tumor pancreas, uterus, ovarium, lambung, hati, prostate, dan testis

( http://www.google.com//komplikasiefusipleura )

Page 18: LAPORAN PENDAHULUA1

7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Tuberkulosis

1) Pemeriksaan BTA

Diagnosis Paru orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya

BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan

dinyatakan positif sedikitnya dua dari 3 spesimen pemeriksaan SPS

(Sewaktu, Pagi, Sewaktu) BTA hasilnya positif.

Bila hanya satu spesimen positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut

yaitu foto rontgen thorak atau pemeriksaan dahak SPS diulang.

- Jika hasil rontgen mendukung TB, maka penderita

didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.

- Jika hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan

dahak SPS diulang. Apabila fasilitas memadai, maka dapat dilakukan

pemeriksaan lain, misal biakan.

( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )

2) Pemeriksaan Laboratorium darah rutin

- Biasanya ditemukan LED mengalami peningkatan.

- Terjadi Limfositosis.

3) Tes Tuberkulin / Mantoux test

Tes kulit yang digunakan untuk menentukan apakah telah terinfeksi basil

TB. Ekstrak Basil Turbekel (Tuberkulin) disuntkan kedalam lapisan

intradermal pada aspek di dalam lengan bawah, sekitar 10 cm di bawah

Page 19: LAPORAN PENDAHULUA1

siku. 0,1 ml PPD (Derivat Protein yang dilemahkan) disuntikan

membentuk benjolan pada kulit melembung.

Pada saat menyuntikkan jangan lupa menuliskan tempat, nama antigen,

nomor Lot dan tanggal serta waktu tes dilakukan. Hasil pemeriksaan akan

terlihat 48 sampai 72 jam. Tes kulit Tuberkulin memberikan reaksi

setempat lambat, yang menandakan bahwa individu tersebut sensitif

terhadap tuberkulin.

Reaksi terjadi ketika tampak indurasi maupun eritema:

a) Reaksi signifikan (+) , apabila reaksi yang ditimbulkan luasnya lebih

dari 10 mm.

b) Reaksi mungkin signifikan (ragu-ragu), apabila reaksi yang

ditimbulkan diameternya 5 mm.

c) Reaksi non signifikan (-), apabila reaksi yang dimbulkan diameter 0 –

4 mm.

Makin kuat reaksi, makin besar kecenderungan infeksi aktif.

( Bruner dan Sudarth ; 2002 ; hal. 586 )

4) Foto Thorak, gambaran fotto thoraks yang menonjol dignosis TB, yaitu:

a) Bayangan lesi terletak dilapang atas paru atau segmen apikal lobus

bawah.

b) Bayangan berwarna (Patchy) atau bercak (nodular).

Page 20: LAPORAN PENDAHULUA1

c) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.

d) Kelainan bilateral, terutama dilapang atas paru.

e) Adanya klasifikasi (pada inaktif).

f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.

g) Bayangan milier.

5) Teknik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai

tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 microorganisme

dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

6) Beckton Dickinson Diagnostik Instrument System (BACTEC)

Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme

asam lemak oleh Mycobacterium Tuberkulosis.

7) Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.

Pelaksanaannya rumit dan aintibodi dapat menetap dalam waktu lama

sehingga menumbuhkan masalah.

8) Mycodot

Deteksi antibodi memakai antigen Lipoarabinomanan yang direaksikan

pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam

serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai

maka warna sisir akan berubah.

( Halim Danusantoso ; 2004 ; hal. 97 )

b. Efusi Pleura

Page 21: LAPORAN PENDAHULUA1

1) sinar tembus dada

yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya

mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan

2) torakosintesis

aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun

terapeutik. Pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada posisi duduk.

Pengeluaran cairan tidak boleh lebih dari 1000 – 1500 cc pada setiap kali

aspirasi

3) biopsy pleura

pemeriksaan histology satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat

menunjukan 50 – 75 % diagnosis kasus pleuritis tuberculosis dan timor

pleura

4) pemeriksaan tambahan :

a) bronkoskopi : pada kasus – kasus neoplasma, korpus alienum, abses

paru

b) scanning isotop : pada kasus dengan emboli paru – paru

c) torakoscopi : pada kasus dengan neoplasma atau TBC

(Irman Somantri. 2008. hal : 98 – 99 )

8. PENATALAKSANAAN MEDIK

a. Tuberkulosis

1) Pengobatan TB

Page 22: LAPORAN PENDAHULUA1

a) Pengobatan TB mempunyai tujuan:

(1) menyembuhkan pasien

(2) mencegah kematian

(3) mencegah kekambuhan

(4) memutuskan rantai penularan

(5) mencegah terjadinya resistensi kuman

b) Jenis OAT dan Dosis

JENIS OAT SIFATDosis yang direkomendasikan (mg / kg)Harian 3x seminggu

ISONIAZID (H)BAKTERISID

5(4 – 6)

10(8 – 12)

RIFAMPILIN ( R ) BAKTERISID 10

(8 – 12)

10

(8 – 12)

PYRAZINAMIDE (Z) BAKTERISID 25(20 – 30)

35(30 – 40)

STREPTOMYCIN (S) BAKTERISID 15(12 – 18)

15(12 – 18)

ETHAMBUTOL (E) BAKTERIOSTATIK

15(15 – 20)

30(20 – 35)

c) Panduan OAT dan Peruntukannya

(1) Kategori – I (ZHRZE / 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

- pasien TB Paru BTA positif

- pasien TB Paru BTA negatif, foto torak positif

- pasien TB Paru ekstrak paru

TAHAP INTENSIF

TAHAP LANJUTAN

3 KALI SEMINGGU

Page 23: LAPORAN PENDAHULUA1

BERAT

BADAN

TIAP HARI SELAMA 56

HARI

RHZE (150/75/400/275)

SELAMA 16

minggu

RH (150/150)

30 -37 Kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38 -54 Kg 3 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

55 -70 Kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

> 71 Kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

(2) Kategoti – 2 (ZHRZE / HRZE / 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA Positif yang telah

diobati sebelumnya:

- pasien kambuh

- pasien gagal

- pasien dengan pengobatan setelah difault (terputus)

Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2

BERAT

BADAN

Tahap Intensif

Tiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap lanjutan

3x seminggu

RH (150/150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 -37 Kg

2 tablet 4 KDT

+ 500 mg

streptomycin inj.

2 tablet 4 KDT

2 tablet 4 KDT

+ 2 tab Etambutol

38 -54 Kg

3 tablet 4 KDT

+ 500 mg

streptomycin inj.

3 tablet 4 KDT

3 tablet 4 KDT

+ 3 tab Etambutol

55 -70 Kg

4 tablet 4 KDT

+ 500 mg

streptomycin inj.

4 tablet 4 KDT

4 tablet 4 KDT

+ 4 tab Etambutol

Page 24: LAPORAN PENDAHULUA1

> 71 Kg

5 tablet 4 KDT

+ 500 mg

streptomycin inj.

5 tablet 4 KDT

5 tablet 4 KDT

+ 5 tab Etambutol

Catatan :

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk

streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomicin vial 1 gr yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4 ml (1 ml = 250 mg).

(3) OAT sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap

intensif kategori I hanya diberikan selama sebulan (28 hari).

Dosis KDT untuk sisipan;

Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama28 hariRHZE ( 150 / 75 / 275 )

30 -37 Kg 2 tablet 4 KDT

38 -54 Kg 3 tablet 4 KDT

55 -70 Kg 4 tablet 4 KDT

> 71 Kg 5 tablet 4 KDT

( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2006, hal. 20 – 22 )

b. Efusi Pleura

Page 25: LAPORAN PENDAHULUA1

1) Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar

dan pengosongan cairan ( torasentesis ).

Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :

a) Menghilangkan sesak nafas yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan

rongga pleura.

b) Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal

c) Bila terjadi reakumulasi cairan

Pengambilan cairan pertama jangan lebih dari 1000 cc, karena

pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah banyak

dapat menimbulkan sembab paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.

Kerugian :

a) Tindakan torasentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada

di dalam cairan pleura.

b) Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura ( empiema )

c) Dapat terjadi pneumotoraks.

(Hood Alsagaf. 2008. hal : 152 )

2). Aspirasi Cairan Pleura

Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi secara berulang atau

dengan pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal

Drainage ( WSD ). Aspirasi cairan berulang merupakan tindakan penanganan

yang tidak berbeda dengan torakosentesis untuk tujuan diagnostik.

3). Pleurodesis

Tujuan utama tindakan ini adalah melekatnya pleura viseralis dengan pleura

parietalis, dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau kuman ke dalam

Page 26: LAPORAN PENDAHULUA1

rongga pleura sehingga terjadi keadaan pleuritis obliteratif. Pleurodesis

merupakan penanganan terpilih pada keganasan efusi pleura. Bahan kimia

yang lazim digunakan adalah sitostatika, seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen

mustard, 5 – fluorourasil, adriamisin dan doksorubisin.

( http://www.google.com//keganasanefusipleura )

B. Landasan Teori Keperawatan Tuberkulosis dan Efusi Pleura

1. Pengkajian Dasar

a. Tuberkulosis

Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelelahan umum dan kelemahan

Napas pendek karena kerja

Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil

dan /atau

berkeringat

Mimpi buruk

Tanda : Takikardia, Takipnea / dispnea pada kerja

Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

Page 27: LAPORAN PENDAHULUA1

2) Integritas Ego

Gejala : adanya / faktor stres lama

Masalah keuangan, rumah

Perasaan tak berdaya / tak ada harapan

populasi budaya / etnik : Amerika asli atau imigran dari Amerika

Tengah.

Asia Tenggara, Indian, anak Benua

Tanda : Menyangkal

Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

3) Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan

Tak dapat mencerna

Penurunan berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, keringat / kulit bersisik

Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

4) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit

Perilaku distraksi, gelisah

5) Pernapasan

Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif

Napas pendek

Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi

Page 28: LAPORAN PENDAHULUA1

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis

parenkim paru dan

pleura)

6) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh; AIDS, Kanker

Tes HIV Positif

Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut

7) Interaksi Sosial

Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular

erubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas

fisik untuk melaksanakan peran

8) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga TB

Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk

Gagal untuk membaik / kambuhnya TB

Tidak berpatisipasi dalam terapi

( Marilynn E. Doenges ; 2000 ; 240 – 241 )

b. Efusi Pleura

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala : dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

2) Sirkulasi

Tanda : takikardi, frekuensi tidak teratur. TD : hipertensi / hipotensi.

3) Integritas ego

Page 29: LAPORAN PENDAHULUA1

Tanda : ketakutan, gelisah

4) Makanan / cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral / infus tekanan

5) Nyeri / kenyamanan

Gejala : ( tergantung pada ukuran / area yang terlibat ) : nyeri dada unilateral,

meningkat karena pernafasan. Batuk tajam dan nyeri, menusuk yang

diperberat oleh nafas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen

( efusi pleural ).

Tanda : berhati – hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan

wajah.

6) Pernafasan

Gejala : kesulitan bernafas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : inflasi /

infeksi paru.

Tanda : perkusi dada : bunyi pekak diatas area yang terisi cairan.

Pernafasan : peningkatan frekuensi / takipnea.

7) Keamanan

Gejala : adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan

8) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya bedah intratorakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik

(Doenges. 2000. hal : 195 – 196 )

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 30: LAPORAN PENDAHULUA1

a. Tuberkulosis1) Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan / kelelahan.

2) Ansietas berhubungan dengan Dispnea.

3) Ketidakefektifan Pemberian Jalan Napas berhubungan dengan sekresi

yang berlebihan.

4) Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan.

5) Syndrom defisit Perawatan diri (mandi, berpakaian, toileting, makan)

berhubungan dengan kelemahan fisik.

( Judith M Wilkinson ; 2007 ; hal. 618 )

b. Efusi Pleura

1) Pola nafas tidak efektif

Hal tersebut berhubungan dengan :

a) Penurunan ekspansi paru – paru ( akumulasi dari udara / cairan )

b) Proses radang

2) Resiko tinggi terhadap trauma

Hal tersebut berhubungan dengan :

a) Ketergantungan alat eksternal

b) Proses penyakit saat ini

3) Nyeri akut

Hal tersebut berhubungan dengan :

a) Terangsangnya saraf intratoraks sekunder terhadap iritasi pleura

b) Inflamasi parenkim paru - paru

4) Kerusakan pertukaran gas

Hal tersebut berhubungan dengan :

Page 31: LAPORAN PENDAHULUA1

a) Penurunan kemampuan rekal paru - paru

b) Gangguan transportasi oksigen.

5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

Hal tersebut berhubungan dengan :

a). Kurang terpajan pada informasi

6) Kurang mandiri dalam merawat diri

Hal tersebut berhubungan dengan :

a) Keletihan , kelemahan otot

(Imam Somantri. 2008. hal : 100 )

Page 32: LAPORAN PENDAHULUA1

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut b/d inflamasi

parenkim paru

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …

diharapkan klien dapat :

Menyatakan nyeri

hilang atau terkontrol

Menunjukan rileks,

istirahat / tidur

Menunjukan

peningkatan aktivitas

dengan tepat

1. tentukan karakteristik nyeri, missal,

tajam, konstan, ditusuk. Selidiki

perubahan karakter / lokasi /

intensitas nyeri

2. Pantau tanda vital

3. Berikan tindakan nyaman, missal,

pijatan punggung, perubahan posisi,

musik tenang / perbincangan,

relaksasi / latihan nafas.

4. Tawarkan pembersihan mulut dengan

sering.

5. Anjurkan dan bantu klien dalam

1. nyeri dada biasanya ada dalam beberapa

derajat, juga dapat timbul komplikasi

2. Perubahan frekuensi jantung atau TD

menunjukan bahwa pasien mengalami

nyeri

3. Tindakan non analgestik diberikan

dengan sentuhan lembut dapat

menghilankan ketidaknyamanan dan

memperbesar efek terapi analgestik.

4. Pernafasan mulut dan terapi oksigen

dapat mengiritasi dan mengeringkan

Page 33: LAPORAN PENDAHULUA1

teknik menekan dada selama episode

batuk.

6. Berikan analgestik sesuai indikasi.

membrane mukosa, potensial

ketidaknyamanan umum.

5. Alat untuk mengontrol

ketidaknyamanan dada sementara

meningkatkan keefektifan batuk.

6. Obat ini dapat digunakan untuk

meningkatkan kenyamanan / istirahat

umum.

2 Pola nafas tidak efektif

b/d penurunan ekspansi

paru ( akumulasi udara /

cairan )

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …

diharapkan klien dapat :

Menunjukan pola

nafas efektif.

Bebas sianosis dan

tanda / gejala hipoksia.

1. Mengidentifikasi etiologi / factor

pencetus, contoh kolaps spontan,

trauma, keganasan, infeksi

2. Efaluasi fungsi pernafasan, catat

kecepatan / pernafasan serak,

dispnea, “ lapar udara “ terjadinya

sianosis, perubahan tanda fital.

1. Pemahaman penyebab kolaps paru

perlu untuk pemasangan selang dada

yang tepat dan memilih tindakan

terapiutik lain.

2. Distress pernafasan dan perubahan

pada tanda vital dapat terjadi sebagai

akibat stress fisiologis dan nyeri atau

Page 34: LAPORAN PENDAHULUA1

3. Auskultasi bunyi nafas

4. Kaji pasien adanya area nyeri tekan

bila batuk, nafas dalam.

5. Pertahankan posisi nyaman dan

tenang, bantu pasien untuk “ control

diri “ dengan menggunakan

pernafasan lebih lambat / dalam

6. Kaji seri foto thorak.

7. Awasi / gambarkan seri GDA dan

nadi oksimetri.

8. Berikan oksigen tambahan melalui

dapat menunjukkan terjadinya syok

sehubungan dengan hipoksia.

3. Bunyi nafas dapat menurun atau tak

ada pada lobus, sigmen paru, atau

seluruh area paru.

4. Sokong terhadap dada dan otot

abdominal membuat batuk lebih

efektif / mengurangi trauma.

5. Membantu pasien mengurangi efek

fisiologis hipoksia, yang dapat

dimanifestasikan sebagai ansietas

atau takut.

6. Mengawasi kemajuan perbaikan dan

ekspansi paru, dalam efusi pleura.

7. Mengkaji status pertukaran gas dan

ventilasi. Perlu untuk kelanjutan

Page 35: LAPORAN PENDAHULUA1

kanula / masker sesuai ndikasi. dalam terapi.

8. Meningkatkan penghilangan distress

respirasi dan sianosis.

3 Kerusakan pertukaran

gas b/d transportasi

oksigen

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama . . . .

diharapkan pasien dapat :

Menunjukkan

perbaikan ventilasi dan

oksigen jaringan

adekuat.

Berpartisipasi dalam

program pengobatan

dalam tingkat

kemampuan / situasi.

1. Kaji frekuensi, kedalaman

pernafasan.

2. Tinggikan kepala tempat tidur,

bantu pasien untuk memilih posisi

yang mudah untuk bernafas.

3. Kaji / awasi secara rutin kulit dan

warna membrane mukosa.

4. Auskultasi bunyi nafas.

5. Awasi tanda vital

6. Berikan oksigen tambahan yang

1. Berguna dalam evaluasi derajat

distress pernafasan dan / kronisnya

proses penyakit.

2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki

dengan posisi duduk tinggi dan latihan

nafas untuk menurunkan kolaps.

3. Sianosis mungkin perifer atau sentral.

4. Bunyi nafas mungkin redup karena

penurunan aliran udara / cairan.

5. Takikardia, disritmia, dan perubahan

TD dapat menunjukkan kemajuan /

tidaknya keadaan pasien.

Page 36: LAPORAN PENDAHULUA1

sesuai dengan indikasi hasil GDA

dan toleransi pasien.

6. Dapat memperbaiki / mencegah

memburuknya hipoksia.

Page 37: LAPORAN PENDAHULUA1

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf Hood, 2008. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam Cetakan 5. Airlangga

Univercity : Surabaya.

Doenges E. Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.

Somantri Irman, 2008. Sistem Pernafasan. Salemba Medika : Jakarta.

Suddarth, Brunner, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC : Jakarta

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.

http://www.google.com//efusipleura

http://www.google.com//keganasanefusipleura

http://www.google.com//komplikasiefusipleura

Page 38: LAPORAN PENDAHULUA1