10
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) LANDASAN TEORI MEDIS I. PENGERTIAN DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). II. ETIOLOGI Infeksi sekunder – secondary heterologous infection Immune enhancement The Second Heterologous = The Sequential Infection DBD terjadi setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi kedua dengan serotipe lain setelah 6 bulan – 5 tahun Kompleks antigen – antibodi aktivasi komplemen anafilatoksin C 3a , C 5a permeabilitas kapiler kebocoran plasma (plasma leakage) Antigen – antibodi = IgG spesifik Anafilatoksin = mediator Immune Enhancement a. Monosit Makrofag sel fagosit mononuklear Histiosit infeksi virus dengue primer Sel Kupffer b. Antibodi non neutralizing : sebagai reseptor spesifik permukaan sel fagosit mononuklear virus dengue melekat c. Replikasi virus dalam sel fagosit d. Sel monosit mengandung kompleks imun menyebar ke usus, hati, limpa, sumsum tulang e. Sel monosit teraktivasi interaksi dengan sistem humoral dan sistem komplemen mediator lepas (zat anafilatoksin) permeabilitas kapiler perembesan plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma leakage), hipovolemia dan syok Mediator agregasi trombosit, aktivasi sistem koagulasi

Laporan Pendahuluan Dbd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

demam berdarah

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANDEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

LANDASAN TEORI MEDIS

I. PENGERTIANDHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

II. ETIOLOGI Infeksi sekunder – secondary heterologous infection Immune enhancement

The Second Heterologous = The Sequential Infection DBD terjadi setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi kedua dengan

serotipe lain setelah 6 bulan – 5 tahun Kompleks antigen – antibodi aktivasi komplemen anafilatoksin C3a, C5a

permeabilitas kapiler kebocoran plasma (plasma leakage)Antigen – antibodi = IgG spesifikAnafilatoksin = mediator

Immune Enhancementa. Monosit

Makrofag sel fagosit mononuklearHistiosit infeksi virus dengue primerSel Kupffer

b. Antibodi non neutralizing : sebagai reseptor spesifik permukaan sel fagosit mononuklear virus dengue melekat

c. Replikasi virus dalam sel fagositd. Sel monosit mengandung kompleks imun menyebar ke usus, hati, limpa,

sumsum tulange. Sel monosit teraktivasi interaksi dengan sistem humoral dan sistem

komplemen mediator lepas (zat anafilatoksin) permeabilitas kapiler perembesan plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma leakage), hipovolemia dan syokMediator agregasi trombosit, aktivasi sistem koagulasi (koagulopati) perdarahan hebat.

III.PATOFISIOLOGISetelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

IV. KLASIFIKASI DHFWHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

1) Derajat IDemam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3) Derajat IIIDitandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )

4) Derajat IVNadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

V. MANIFESTASI KLINISSelain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.- Asites- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

VI. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS- Trombositopeni ( 100.000/mm3)

- Hb dan PCV meningkat ( 20% )- Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )- Isolasi virus- Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-

6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

VII.PENATALAKSANAANIndikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang )

atau kejang-kejang.- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif /

negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.- Panas disertai perdarahan- Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum ataub. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak

dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk

anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jamApabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut : 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg. 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg. 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN1.1Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )

1.2Keluhan UtamaPasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

1.3Riwayat penyakit sekarangRiwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

1.4Riwayat penyakit terdahuluTidak ada penyakit yang diderita secara specific.

1.5Riwayat penyakit keluargaRiwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

1.6Riwayat Kesehatan LingkunganBiasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti

airnya, bak mandi jarang dibersihkan.1.7Riwayat Tumbuh Kembang1.8Pengkajian Per Sistem

1.8.1 Sistem PernapasanSesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

1.8.2 Sistem PersyarafanPada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

1.8.3 Sistem CardiovaskulerPada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

1.8.4 Sistem PencernaanSelaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

1.8.5 Sistem perkemihanProduksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

1.8.6 Sistem Integumen.Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran

intravaskuler ke ekstravaskuler Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )

Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Dx 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normalKriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37

Nyeri otot hilang

Intervensi :a. Beri komres air kran

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi

b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringatRasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

Dx 2: Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairanKriteria : Input dan output seimbang

Vital sign dalam batas normalTidak ada tanda presyokAkral hangatCapilarry refill < 3 detik

Intervensi :a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

b. Observasi capillary RefillRasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJRasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravenaRasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

Dx 3: Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemikKriteria : Tanda Vital dalam batas normalIntervensi :a. Monitor keadaan umum pasien

Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebihRasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahanRasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravenaRasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, tromboRasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

Dx 4: Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisiKriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan berat badan yang seimbang. Intervensi :a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensib. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makanRasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

Dx 5: Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )

Tujuan : Tidak terjadi perdarahanKriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuatTidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkatIntervensi : a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-

tanda klinis seperti epistaksis, ptike.b. Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.

e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.