11
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GIGITAN ULAR DI RUANG ICU RUMAH SAKIT A.W.SJAHRANIE SAMARINDA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan

LAPORAN PENDAHULUAN ICU

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GIGITAN ULAR

DI RUANG ICU RUMAH SAKIT A.W.SJAHRANIE

SAMARINDA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa.

Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular.

Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat

yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang

berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap

suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ.

Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis

yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan.

Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan

toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan

mangsanya;sering kali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat

defensive dan bertujuan mengusir predator; racun bersifat kurang

toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.

2. Penyebab

Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang

berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat

menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan. Banyak

bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada

anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak

terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :

a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular

yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah

merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel

darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut

(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,

mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender)

pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-

jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-

jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar

luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis).

Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan

saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti

saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh

tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

3. Patofisiologi

Bisa ular masuk ke dalam tubuh

Daya toksik menyebar melalui peredaran darah

Gangguan sistem neorologis Gangguan pernapasan

Gangguan pada sistem

cardiovaskuler

Mengenai saraf yang berhubungan Syok hipovolemik

dengan sistem pernapasan

Koagulopati hebat

Oedem pada saluran pernapasan

Gagal napas

Sukar bernapas toksik masuk

Ke pembuluh darah

hipotensi

4. Tanda dan gejala

Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan

ular,rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang

progresif. Bila timbul parestesi, gatal, dan mati rasa perioral, atau

fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang bermakna sudah terjadi.

Bahaya gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul setelah satu

atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan)

pada selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada

selaput lendir hidung, tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit

seluruh tubuh. Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air

kencing (urine) atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti usus dan

lambung dapat keluar melalui pelepasan (anus).

Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan pusing-pusing kepala,

menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan terasa

lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya

mati.

5. Komplikasi

a. Syok hipovolemik

b. Edema paru

c. Kematian

d. Gagal napas

6. Pemeriksaan penunjang / diagnostic

Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung

sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu

protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis,

dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan

yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah

merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

7. Penatalaksanaan

a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit.

Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-

satunya tindakan dilapangan adalah immobilisasi pasien dan

pengiriman secepatnya. Jika penanganan lebih dari 3-4 jam dan

jika envenomasi sudah pasti, melakukan pemasangan torniket

limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit

sesudah gigitan, immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih

baik pada suatu usungan, merupakan tindakan yang paling

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

berguna. Bila memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas

setinggi jantung. Jika dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular

tersebut untuk identifikasi.

b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan

laboratorium dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan

darah dan uji silang, waktu protombin, waktu tromboplastin

parsial, hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan gadar gula

darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan

pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu

pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

c. Derajat envenomasi harus dinilai, dan observasi 6 jam untuk

menghindari penilaian keliru dan envenomasi yang berat.

d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan

tangani syok jika ada.

e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas

hanya bila syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan.

f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk

menentukan kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Gejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian

setelah korban digigit ular. Kondisi korban setelah digigit :

a. Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk

b. Sakit kepala, pusing, dan pingsan

c. Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau

kaki

d. Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar

e. Sukar bernapas dan berkeringat banyak

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi

endotoksin

b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada

hipotalamus

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

tubuh tak adekuat

3. Rencana Tindakan

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi endotoksin

Intervensi :

- Auskultasi bunyi nafas

- Pantau frekuensi pernapasan

- Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih

tinggi

- Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam

- Observasi warna kulit dan adanya sianosis

- Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot

- Batasi pengunjung klien

- Pantau seri GDA

- Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)

- Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)

b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada

hipotalamus

Intervensi :

- Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis

- Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur

- Beri kompres mandi hangat

- Beri antipiretik

- Berikan selimut pendingin

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN ICU

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

tubuh tak adekuat

Intervensi :

- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi

- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien

- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali

- Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika

memungkinkan

- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari

- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan

- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka

atau antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi

- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis

- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut

- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

4. Evaluasi

a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi

nafas vesikuler

b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis

c. Mendemontrasikan suhu dalam batas normal

d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan

e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi