30
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK A. DEFINISI PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002) PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit Paru Obstruktif Kronis /PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis. Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002). Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002). B. KLASIFIKASI Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut : 1. Bronkitis kronik Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang- kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppok

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

A. DEFINISI

PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,

bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)

PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan

penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

Penyakit Paru Obstruktif Kronis /PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary

Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan

oleh emfisema atau bronkitis kronis.

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3

bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).

Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus

terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002).

B. KLASIFIKASI

Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah

sebagai berikut :

1. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai

pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling

sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

2. Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik

paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal

bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.

3. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang

trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai

penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat

bronkospasme.

4. Bronkiektasis

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan

oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda

asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap

tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.

C. Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor

risiko yang terdapat pada penderita antara lain:

1. Merokok sigaret yang berlangsung lama

2. Polusi udara

3. Infeksi peru berulang

4. Umur

5. Jenis kelamin

6. Ras

7. Defisiensi alfa-1 antitripsin

8. Defisiensi anti oksidan

Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling

memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

D. Patofisiologi

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan

elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,

kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen

yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat

hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga

disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan

juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan

terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau

obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada

saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping).

Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya

obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun

perfusi darah akan mengalami gangguan.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

E. PATHWAY

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

F. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan badan

2. Batuk

3. Sesak napas

4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

5. Mengi atau wheeze

6. Ekspirasi yang memanjang

7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

8. Penggunaan otot bantu pernapasan

9. Suara napas melemah

10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

11. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologis

Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar

dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang

menebal.

b. Corak paru yang bertambah

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.

Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.

b. Corakan paru yang bertambah.

2. Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah

dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan

KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow

rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas

lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena

permukaan alveoli untuk difusi berkurang.

3. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi

vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik

merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada

kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih

berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.

4. Pemeriksaan EKG

Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor

pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan

aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari

1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

6. Laboratorium darah lengkap

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada fase akut,

tetapi juga fase kronik.

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih

awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,

menghindari polusi udara.

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak

perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab

infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid

untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran

lambat 1 – 2 liter/menit.

8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.

b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan

yang paling efektif.

c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan

kesegaran jasmani.

d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat

kembali mengerjakan pekerjaan semula.

e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita

dengan penyakit yang dideritanya.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Aktivitas Dan Istirahat

Gejala :

Keletihan, kelelahan, malaise,

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernafas

Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi

Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda :

Keletihan

Gelisah, insomnia

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

2. Sirkulasi

Gejala :

Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda :

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan frekuensi jantung

Distensi vena leher

Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP

dada)

Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh

dan sianosis perifer

Pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Integritas Ego

Gejala :

Peningkatan factor resiko

Perubahan pola hidup

Tanda :

Ansietas, ketakutan, peka rangsang

4. Makanan/Cairan

Gejala :

Mual/muntah

Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan

penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan

meninjukkan edema (bronchitis)

Tanda :

Turgor kulit buruk

Edema dependen

Berkeringat

Penurunan berat badan, penurunan massa otot (emfisema)

5. Higiene

Gejala :

Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktivitas sehari-hari

Tanda :

Kebersihan buruk, bau badan

6. Pernafasan

Gejala :

Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala

menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode

berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan

untuk bernafas (asma)

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat

bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2

tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali

(bronchitis kronis)

Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini

meskipun dapat menjadi produktif (emfisema)

Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan

pernafasan dalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap

(mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji)

Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang

dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema)

Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan

hidung.

Dada: gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);

menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi

sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi

berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)

Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara dengan

emfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan,

mukosa)

Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abu

keseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”).

Pasien dengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena

warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi

pernafasan cepat.

Tabuh pada jari-jari (emfisema)

7. Keamanan

Gejala :

Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan

Adanya/berulang infeksi

Kemerahan/berkeringat (asma)

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

8. Seksualitas

Gejala : penurunan libido

9. Interaksi Sosial

Gejala :

Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung

Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda :

Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena

distress pernafasan

Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun

antara lain :

1. Tidak efektifnnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus

peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi

perfusi.

3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi

sputum.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi

sputum berlebih.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas

tidak efektif.

6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pola Nafas tidak efektif

berhubungan dengan :

- Hiperventilasi

- Penurunan

energi/kelelahan

- Perusakan/pelemahan

muskulo-skeletal

- Kelelahan otot pernafasan

- Hipoventilasi sindrom

- Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi Neuromuskuler

- Obesitas

- Injuri tulang belakang

NOC:

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas,

dibuktikan dengan kriteria hasil:

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah,

tidakada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak

merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal, tidak ada suara nafas

abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan

darah, nadi, pernafasan)

NIC:

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Berikan bronkodilator

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

Pertahankan jalan nafas yang paten

Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Monitor vital sign

Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik

relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

Ajarkan bagaimana batuk efektif

Monitor pola nafas

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :

- Prosedur Infasif

- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan

lingkungan

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan

lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan

respon inflamasi)

- Penyakit kronik

- Imunosupresi

- Malnutrisi

- Pertahan primer tidak

adekuat (kerusakan kulit,

NOC :

Immune Status

Knowledge : Infection control

Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……

pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah

timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam

batas normal

NIC :

Pertahankan teknik aseptif

Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Pertahankan teknik isolasi k/p

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

Monitor adanya luka

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

trauma jaringan,

gangguan peristaltik)

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan :

Ketidakmampuan untuk

memasukkan atau mencerna

nutrisi oleh karena faktor

biologis, psikologis atau

ekonomi.

NOC:

a. Nutritional status: Adequacy of nutrient

b. Nutritional Status : food and Fluid Intake

c. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

Albumin serum

Pre albumin serum

Hematokrit

Hemoglobin

Total iron binding capacity

Jumlah limfosit

NIC:

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan

harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam

makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan

kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

nutrisi

Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen

makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang

adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan

cavitas oval

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas

tidak efektif berhubungan

dengan:

- Infeksi, disfungsi

neuromuskular,

hiperplasia dinding

bronkus, alergi jalan

nafas, asma, trauma

- Obstruksi jalan nafas :

spasme jalan nafas,

sekresi tertahan,

banyaknya mukus, adanya

jalan nafas buatan, sekresi

bronkus, adanya eksudat

di alveolus, adanya benda

asing di jalan nafas.

NOC:

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Aspiration Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

…………..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas

dibuktikan dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak

ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak

merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal, tidak ada suara nafas

abnormal)

Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor

yang penyebab.

Saturasi O2 dalam batas normal

Foto thorak dalam batas normal

NIC:

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

Berikan O2 ……l/mnt, metode………

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Berikan bronkodilator

Monitor status hemodinamik

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Berikan antibiotik

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan

sekret

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan

peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

Tirah Baring atau

imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan

antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

NOC :

Self Care : ADLs

Toleransi aktivitas

Konservasi eneergi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….

Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria

Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)

secara mandiri

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :

Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan

aktivitas

Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi

secara berlebihan

Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,

perubahan hemodinamik)

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan progran terapi yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas

Berhubungan dengan :

è ketidakseimbangan perfusi

ventilasi

è perubahan membran

kapiler-alveolar

NOC:

Respiratory Status : Gas exchange

Keseimbangan asam Basa, Elektrolit

Respiratory Status : ventilation

Vital Sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….

Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria

hasi:

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari

tanda tanda distress pernafasan

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed lips)

Tanda tanda vital dalam rentang normal

AGD dalam batas normal

Status neurologis dalam batas normal

NIC :

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Berikan bronkodilator

Barikan pelembab udara

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan

otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas, seperti dengkur

Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya

ventilasi dan suara tambahan

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

Observasi sianosis khususnya membran mukosa

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,

Suction, Inhalasi)

Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut

jantung

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

DAFTAR PUSTAKA

Ahern, Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014.

Jakarta: Salemba Medika.

Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,

alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC