Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
rAKAAN UGM
Kl )8.3
I
Jr :.
. LAPORAN PENELITiAN
STUDI 1"'ENT.ANG SERAPAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SERTA SIFA1"' PENGGUNAAN
INPUT DAN liASIL BALli{ PRODUKSI P ADA SEKTOR INDUSTRI
DI D.I. YOGYAKARTA
PROYEK f•ENELITIAN OPF - UGM TAHUN ANGG'ARl~N 199 ·e 11 S92
DIAJUIG\· ' 0 ! E :
.: ! 1 'E1CNOLOGI JNDUST'Rl PERTANIAN .l.iLTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITA GADJAH MADA
OGYAKARTA 1992
LAPORAN PENELITIAN
STUDI TENTANG SERAPAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SERTA SIFAT PENGGUNAAN
INPUT DAN HASIL BALIK PRODUKSI P ADA SEKTOR INDUSTRI
DI D.I. YOGYAKARTA
PROVEK PENELITIAN OPF- UGM TAHUN ANGGARAN 1991/1992 .
. ··•-- ,_
DIAJUKAN OLEH :
ADI DJOKO GURITNO
, · ..
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN~
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
1992 . .
( . . I
i
J . I
ABSTRAK
Penelitian · ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja serta produktivitas y ang dihasilkannya serta penilaian tentang sifat input y ang digunakan untuk sektor industri di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri tekstil, paka ian jadi dan kulit (kode industri 32) serta industri makanan dan minuman paling banyak menyerap tenaga kerja (kode 31) dibandingkan industri lainnya yaitu sebesar (63,88%). Sementara itu dari tinjauan inputnya (terdiri atas fak tor mod al dan tenaga kerja) ternyata industri tekstil dan industri kimia di Yogyakarta mengarah ke padat karya sedangkan industri lainnya mengarah ke padat modal, hal ini terlihat dari perhitungan elastisitas modal ya itu sebesar 0,3616 (kode 32) dan 0,2692 (kode 35). Dari a rah per kembangan usahanya industri teks til dan sejenisnya (kode 32), industri kayu dan sejenisnya (kode 33) dan industri kertas dan sejenisnya (kode 34 ) mengalami l aju per tumbuhan yang menurun (decreasing retu r n to scale}. Pacta industri kimia , industri makanan dan minuman serta industri tekstil mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dibanding industri lainnya. Sedangkan dar i perbandingan indeks produktivitas totalnya ant ara beberapa jenis industri tidak menunjukkan perbedaan y ang besar.
ABSTRACT
This research was conducted to identify of labo r abso rption, labor productivity and evaluated inpu t uti lization on industrial sector in Yogyakarta. The resu lt shows textile, garment and leather industrie s (industrial code 32), food and baverage indutri e s have the high labor absorption (62,88%). In another hand , input utilization (consisting of capital and labo r fact ors) of textile and chemical industries tend t o capital intensive amounting of 0,3616 (code 32 ) a nd 0,2692 (code 35).
The tendency of development industry analyses shows that textile industries (code 32 ), wood industries (code 33) a nd paper industries (code 34) have decreasing return to scale . In chemical, food and baverage , and t e xt ile industri e s have better labor productivity than t he othe rs. Values of total productivity index of many indbstr ie s in Yogyakarta show non significan t .
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt atas
terselesaikannya laporan penelitian OPF ini dengan lancar
dan baik.
Laporan ini merupakan studi lanjutan atas data
sekunder yang diberikan oleh Biro Pusat Statistik D.I.
Yogyakarta, khususnya pada sektor industri besar dan
sedang. Maksud penelitian ini adalah memberikan
kelengkapan informasi atas data yang ada sehingga dapat
dimanfaatkan untuk melihat perkembangan sektor industri
melalui investasi, tenaga kerja dan indeks
produktivitasnya selama periode tahun 1984 sampai 1989.
Terima kasih penulis ucapkan untuk petugas
perpustakaan Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta dan
petugas perpustakaan FTP UGM yang telah banyak membantu
dalam pengumpulan data.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini banyak
kekurangan dan kelemahannya. Walaupun demikian semoga
laporan ini dapat berguna bagi yang memerlukannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFTAR T ABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............ 1
1.2. Pokok Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3. Batasan Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . 4
1.4. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.5. Hipotesa .......................... 5
1.6. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Penduduk dan Angkatan Kerja ....... 7
2.2. Sektor Industri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3. Produktivitas dan Ruang Lingkupnya 11
2.4. Model Cobb Douglas 13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Variabel
Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.2. Pengambilan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3.3. Cara Pengolahan Data 19
3.3.1. Penghitungan Tingkat Sera-
pan Tenaga Kerja . . . . . . . . . . 19
3.3.2. Penghitungan Hasil Balik
\ I '
Skala Produksi . . . . . . . . . . . . 19
iii
BAB IV
BAB V
Halaman
3.3.3. Penghitungan Indeks Produk
tivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
3.4. Kerangka Penelitian . . . . . . . . . . . . . . 21
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Penghitungan Serapan Tenaga Kerja 2J 4.2. Penghitungan Hasil Balik Skala
Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
4.3. Penghitungan Indeks Produktivitas 26
4.3.1. Penghitungan Deflator ..... 26
4.3.2. Penghitungan Indeks Produk
tivitas Tenaga Kerja . . . . . . 27
4.3.3. Penghitungan Indeks Produk-
tivitas Total 30
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................... 32
5. 2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN
{
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pengelompokan Industri I I I I I I I I I 0 I o I I 10
Tabel 2 Golongan Industri I I I I I I I I 0 I I I I I 0 0 0 0 0 18
Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri 22
Tabel 4 Serapan Tenaga Kerja Sektor Industri 23
Tabel 5 Hasil Perhitungan Indeks
Produktivitas I I I I I I I I I I I I I I I I I I 0 0 I I I 25
Tabel 6 Penghitungan Defflator I 0 0 0 I I I I 0 0 0 I I 0 26
Tabel 7 Koreksi Nilai Output I I 0 I I I I I I I I I I I I 0 27
Tabel 8 Koreksi Nilai Pengeluaran
Tenaga Kerja I I 0 I I I I I I 0 0 I 0 I 0 I I 0 I 0 0 0 0 I 28
Tabel 9 Koreksi Nilai Input I 0 I I I I 0 I I I I I I I o I I 29
Tabel 10 Indeks Produktivitas Tenaga Kerja ... 29
Tabel 11 Indeks Produktivitas Total .......... 31
I (
( '
(
I ~
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini kontribusi sektor pertanian dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto masih paling besar
dian tara sektor yang lainnya (industri,
pertambangan/penggalian dsb). Pada pola pembangunan
jangka panjang, Indonesia berusaha merombak struktur
ekonomi yang bercorak pertanian kearah struktur ekonomi
yang lebih seimbang antara sektor pertanian dan industri.
Pembangunan industri dimaksudkan untuk
kesempatan kerja, meratakan kesempatan kerja,
devisa, meningkatkan ekspor dan sebagainya.
memperluas
menghemat
Sumbangan sektor Industri dalam pembentukan PDRB di
DI. Yogyakarta juga mengalami kenaikan dari 9,78% (th
1988) menjadi 9,86% (th 1989). Dari kenaikan sumbangan
tersebut peranan sektor industri sebagai dinamisator bagi
sektor yang lain akan semakin besar peranannya.
Dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja,
peranan sektor industri juga terus berkembang dimana pada
sub sektor industri besar dan sedang walaupun jumlah
total industri yang ada mengalami penurunan tetapi secara
keseluruhan terjadi kenaikan penyerapan jumlah tenaga
kerja. Pada tahun 1984 tenaga kerja yang terserap
sebanyak 14.683 orang untuk 179 buah perusahaan kemudian
meningkat menjadi 20.520 orang denga~ jumlah perus~haan
sebanyak 163 buah pada tahun 1985. Walaupun terjadi
1
2
kenaikan penyerapan tenaga kerja, hal yang cukup penting
untuk diperhatikan adalah besarnya produktivitas tenaga
kerja itu sendiri.
Produktivitas yang tinggi dengan sendirinya akan
lebih menjamin nilai tambah yang akan diperoleh oleh
industri yang bersangkutan. Demikian pula sifat
penggunaan input dapat menggambarkan apakah industri
tersebut termasuk padat modal atau padat karya. Sifat
tersebut secara kasar dapat memperlihatkan tingkat
teknologi yang digunakan.
1.2. Pokok Pernasalahan
Secara garis besar fokus persoalan dalam hal ini .
adalah permasalahan dalam sektor industri sedang dan
besar dapat diperinci sebagai berikut:
1. Belum adanya klasifikasi tingkat serapan tenaga kerja
pacta sektor industri.
2. Belum diketahui sifat kenaikan output akibat
pertambahan faktor produksi (tenaga kerja dan
investasi), yang digolongkan dalam hasil balik skala
menaik (increasing return to scale), hasil balik skala
tetap (constant return to scale) dan hasil balik skala
menurun (decreasing return to scale).
3. Belum adanya data tentang indeks produktivitas tenaga
kerja dalam berbagai sub sektor industri.
Serapan tenaga kerja menggambarkan besarnya rasio
antara jumlah tenaga kerja yang terlibat pacta kelompok
3
industri terhadap jumlah tenaga kerja keseluruhan pada
sektor industri. Sebenarnya masalah ini muncul karena
selama ini tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di
Indonesia masih tergolong rendah. Tingkat partisipasi
angkatan kerja
penduduk yang
dikelompokkan
menunjukkan perbandingan antara jumlah
bekerja terhadap jumlah totalnya yang
menurut umur. Dengan demikian apabila
diinginkan untuk mempertegas jenis kelompok industri yang
banyak menyerap tenaga kerja maka sebaiknya dilakukan
pengklasifikasian terlebih dahulu dari beberapa jenis
kelompok industri yang ada.
Permasalahan tentang hasil balik skala produksi akan
memberikan informasi yang cukup berharga untuk membuat
perkiraan laju perkembangan industri untuk masa yang akan
datang. Dari hasil balik skala produksi akan dapat
terlihat apakah suatu perusahaan ada pada fase
pertumbuhan, fase pertumbuhan tetap atau fase penurunan.
Selain itu juga dapat digunakan untuk memeprkirakan
apakah jenis industri tersebut termasuk padat modal atau
padat karya.
Masalah produktivitas sebenarnya telah menjadi topik
nasional yang banyak dilontarkan oleh Departemen Tenaga
Kerja. Walaupun demikian dalam data-data statistik yang
dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik yang dapat terlihat
hanyalah produktivitas relatif yang dihitung setiap
tahun. Kondisi demikian ini apabila akan dilakukan
analisa seringkali mengalami kesulitan karen a
4
penghitungan tersebut hanya memberikan perbandingan per
periode penghitungan. Untuk melihat produktivitas
keseluruhan sebaiknya dilakukan penghitungan indeks
produktivitas atas dasar tahun tertentu. Dengan demikian
dapat dilihat kecenderungan produktivitas per kelompok
industri dari tahun dasar tertentu yang ditetapkan.
1.3. Batasan Permasalahan
Supaya pelaksanaan penelitian lebih jelas ruang
lingkupnya maka akan dilakukan pembatasan persoalan
yaitu:
1. Obyek penelitian adalah jenis-jenis industri besar dan
sedang yang ada di D.I. Yogyakarta.
2. Data penelitian menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari Kantor Wilayah Perindustrian D.I.
Yogyakarta.
3. Pendekatan model untuk mengetahui sifat hasil balik
produksi adalah model Cobb Douglas.
4. Obyek penelitian terdiri dari sub sektor industri
besar dan sedang, karena sub sektor industri kecil
tlata yang tersedia tidak memadai (BPS DIY, 1990).
1.4. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dengan adanya
penelitian ini adalah:
1. Dapat diketahuinya tingkat penyerapan tenaga kerja
dari berbagai jenis usaha pada sektor industri yang
ada di D.I. Yogyakarta.
5
2. Dapat diketahuinya sifat hasil balik pacta sub sektor
industri besar dan sedang di DI. Yogyakarta.
3. Dapat diketahui tingkat indeks produktivitas total dan
indeks produktivitas tenaga kerja sehingga
dilakukan analisa lebih lanjut.
dapat
1.5. Hipotesa
Terdapat perbedaan serapan dan produktivitas tenaga
kerja pacta setiap kelompok jenis usaha dalam sektor
industri di D.I. Yogyakarta.
1.6. Sistematika Penulisan
Supaya
penelitian
dalam
lebih
penyajian permaslahan
terarah maka disusun
dan hasil
sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bersisi tendang latar belakang
BAB II
BAB III
masalah, rumusan pokok masalah, manfaat
penelitian, batasan masalah dan sistematika
penulisan.
Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, berisi
teori-teori yang menunjang langsung dan tidak
langsung terhadap penelitian seperti: penduduk
dan angkatan kerja, industri di DI. Yogyakarta,
produktivitas, model Cobb Douglas dan
sebagainya.
Metodologi Penelitian, · berisi definisi
operasional variabel-variabel penelitian,
BAB IV
BAB V
6
pengambilan data, cara pengolahan data dan
kerangka model penelitian.
Pengolahan Data dan Pembahasan, berisi data
penelitian dan hasil pengolahan data tentang
penentuan deflator ,
produktivitas, penentuan
produksi dan sebagainya.
Kesimpulan dan Saran.
penyusunan
hasil balik
indeks
skala
---------- -- -
BAB II
···-. LANDASAN TRORX
2.1. Penduduk dan Angkatan Kerja
Walaupun laju pertambahan penduduk di Indonesia
menurut hasil Sensus Penduduk 1990 mengalami penurunan
dari 2,32 persen (periode 1971 sampai 1980) menjadi 1,97
per sen (periode 1980 sampai 1990), tetapi masalah
pemenuhan kesempatan kerja bagi penduduknya tetap menjadi
masalah yang rumit. Demikian pula di D.I. Yogyakarta,
pada periode tahun 1980 sampai 1990 mempunyai laju
pertambahan penduduk paling rendah diantara propinsi lain
di Indonesia, tetapi persentase angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja baru sebesar 64,06 persen yang
artinya baru 64,6 persen penduduk yang terpenuhi lapangan
kerjanya dari keseluruhan angkatan kerja yang ada. Dengan
demikian walaupun jumlah angkatan kerja merupakan sumber
day a yang besar tetapi belum dapat dimanfaatkan
sepenuhnya karena keterbatasan lapangan pekerjaan.
Sampai saat ini jika dilihat dari lapangan pekerjaan
utam~, tenaga kerja yang paling banyak tercatat pada
sektor pertanian (55,6 %) kemudian diikuti jasa (15,9%),
perdagangan (14,66 %), industri (8,8 %) dan lainnya
(5,2%). Dari kondisi tersebut ternyata bila ditinjau dari
besarnya upah yang diterima masih rendah dan umumnya
kenaikan upah yang diterima masih dibawah laju inflasi
yang terjadi yaitu 9 persen. Hal yang menggembirakan dari
segi upah ini dicatat oleh sektor industri dimana pada
7
8
beberapa sub sektor industri mengalami kenaikan upah
diatas 10 persen (diatas laju inflasi yang terjadi) yaitu
pada industri kertas dan penerbitan, industri barang
galian bukan logam dan industri dasar besi dan baja.
Untuk melihat kontribusi penyerapan tenaga kerja
dalam kaitannya dengan pemenuhan lapangan kerja, maka
dilakukan penghitungan serapan tenaga kerja pada sektor
industri sedang dan besar. Penelitian tidak dilakukan
pada sektor industri kecil karena: (1) data yang tersedia
tidak memadai (2) misi utama industri kecil lebih
diutamakan untuk penyerapan tenaga kerja (3) sektor
industri ditinjau dari segi kenaikan upah cukup baik
karena dapat melampaui laju inflasi yang terja9i.
Tingkat serapan tenaga kerja dapat dilihat dari 2
segi yaitu serapan tenaga kerja per sub sektor industri
dan serapan tenaga kerja total. Serapan tenaga kerja
per sub sektor industri menyatakan rasio antara jumlah
tenaga kerja yang bekerja pada suatu jenis industri
terhadap jumlah tenaga kerja keseluruhan pada sektor
in~ustri. Sedangkan serapan tenaga kerja total adalah
rasio antara jumlah tenaga kerja yang bekerja pada suatu
jenis industri terhadap jumlah tenaga kerja total · dari
keseluruhan sektor.
Serapan tenaga kerja per sub sektor industri
E TK pada suatu jenis industri = ------------------------------ X 100 %
E TK total sektor industri
9
Serapan tenaga kerja total = E TK pada suatu jenis industri
= ------------------------------ X 100 % E TK total keseluruhan sektor
(catt : TK = tenaga kerja)
Dari hasil perhitungan serapan tenaga kerja untuk
setiap jenis industri maka dapat dikelompokkan jenis-
jenis industri berdasarkan atas besarnya serapan tenaga
kerja.
2.2. Sektor Industri
Menurut Statistik Indonesia 1990, sektor industri
dibedakan menjadi: industri besar, industri sedang,
industri kecil dan industri rumah tangga. Industri besar
dan sedang pada tahun 1988 berjumlah 14.644 buah dengan
menyerap tenaga kerja sebanyak 2.064.689 orang, dan jika
dibandingkan dengan tahun 1987 keadaan tersebut mengalami
peningkatan jumlah perusahaan sebesar 14,76 % dan
peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 15,45 %. Kondisi
demikian ini sangat menggembirakan bila dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia.
Dari segi output industri besar d~ sedang
menghasilkan nilai Rp. 43.753 milyar dengan nilai tambah
(value added) sebesar Rp. 13.874 milyar. Golongan
industri makanan dan minuman menghasilkan nilai tambah
sebesar Rp. 3.688 milyar kemudian besarnya nilai tambah
ini diikuti golongan industri kimia dan miyak bumi
sebesar Rp. 2.275 milyar.
10
Sedangkan pengklasifikasian sektor industri
berdasarkan sub sektornya di Indonesia terdiri dari:
1. Sub sektor Aneka Industri, yang terdiri dari:
pengolahan pangan, tekstil, kimia, alat listrik dan
logam serta bahan bangunan.
2. Sub sektor Industri Logam Dasar.
3. Sub sektor Industri Kecil, yang terdiri dari:
pengolahan pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan
bangunan, kerajinan dan umum serta logam dan jasa.
4. Sub sektor Industri Kimia Dasar.
Sedangkan menu rut Hilal (1985) pengelompokan
industri adalah sebagai berikut:
label 1 • Pengelo1pokan Industri
Keloapok Industri Hisi Jenis Teknologi Tenaga Kerja/Hodal
1. Industri loga; dasar Pertu1buhan ekono1i Teknologi ;aju dan teruji Tidak padat karya
Industri kiaia dasar Penguatan struktur Teknologi ;aju dan teruji Tidak padat karya
') Industri hilir Pertuabuhan ekonoai Teknologi aaju Tidak padat karya Lo
Peaerataan Teknologi tepat guna Padat karya
3. Industri kec:il Peaerataan Teknologi tepat guna Padat karya
Dari tabel diatas terlihat bahwa misi industri
diantaranya adalah padat karya dan sangat berkaitan
dengan tenaga kerja. Dengan demikian masukan-masukan yang
-berkaitan dengan ketenaga kerjaan pada sektor industri
akan sangat berguna.
11
2.3. Produktivitas dan Ruang Lingkupnya
Menurut Miller dan Schmidt (1984), produktivitas
merupakan suatu konsep bagaimana kita memanfaatkan sumber
daya secara baik. Peningkatan produktivitas merupakan
tujuan karena mendorong peningkatan standar hidup baik
dengan meningkatkan efektivitas maupun pengefisienan
sumber daya yang digunakan. Secara umum pengertian
produktivitas adalah ratio antara output dan input.
Keluaran yang diperoleh Produktivitas =
Masukan yang digunakan
Hasil yang diperoleh = ---------------------
Sumber yang digunakan
Secara umum produktivitas tipe produktivitas ada 3
macam yaitu (Bain, 1982):
a. Produktivitas total
Adalah perbandingan antara keseluruhan output yang
dihasilkan dengan jumlah keseluruhan input yang
digunakan. Pengukuran produktivitas total mencerminkan
pengaruh bersama seluruh input (masukan) dalam
menghasilkan output .
Adalah perbandingan antara output bersih (net
income) dengan jumlahan input kapital dan tenaga kerja.
keluaran bersih merupakan output total dikurangi dengan
jumlah barang dan jasa yang dibeli.
12
Adalah perbandingan antara keseluruhan ouput dengan
salah satu input yang digunakan (misalnya kapital,
tenaga kerja, lahan dsb). Produktivitas parsial ini
memperlihatkan tingkat sumbangan salah satu input
terhadap keluaran totalnya.
Beberapa kriteria yang dapat membantu untuk
mendapatkan ratio produktivitas adalah (Dar El, 1986):
a. Validitas: adalah ukuran yang secara tepat dapat
menggambarkan perubahan produktivitas sebenarnya yang
diukur.
b. Kelengkapan (completeness): adalah ketelitian dari .
seluruh keluaran atau hasil yang diperoleh a tau
masukan yang digunakan dapat diukur dan termasuk dalam
perbandingan produktivitas yang digunakan.
c. Dapat dibandingkan (comparability): adalah
produktivitas yang merupakan ukuran relatif dapat
dibandingkan antara periode waktu yang berbeda atau
terhadap sasaran standar sehingga dapat diketahui
apakah pemakaian sumber lebih efisien atau tidak dalam
mencapai hasil.
d. Ketermasukan (inclusiveness): adalah pemasukan
jangkauan pengukuran diluar obyek yang diukur
produktivitasnya sehingga hasil pengukuran yang
diperoleh dapat digunakan secara lebih baik untuk
peningkatan efektivitas dan efisiensi.
13
e. Berketetapan waktu (timeliness): adalah hasil
pengukuran produktivitas yang diperoleh sedapat
mungkin segera dapat dikomunikasikan ke berbagai pihak
yang berkepentingan sehingga dapat segera dimanfaatkan
untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan tidak
terj ad i kelambatan informasi sehingga data
produktivitas sudah kadaluwarsa.
f. Keefektifan ongkos (cost effectiveness): adalah . pengukuran produktivitas harus dilakukan dengan tidak
mengganggu usaha produktif yang sedang berjalan dan
sumber yang digunakan dalam pengukuran dipandang
sebagai sumber baru dan dimanfaatkan seefisien mungkin
untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan.
2.4. Model Cobb-Douglas:
Menurut Gaspersz (1990) model ini paling banyak
digunakan dan ini mempunyai asumsi yaitu (a) elastisitas
produksi bersifat tetap dan (b) hanya cocok untuk menguji
hipotesis bahwa proses produksi sedang berada pada fase
ked~a dalam fungsi produksi neo klasik.
Bentuk fungsi Cobb-Douglas adalah sbb
y = bo X1b1 xzb2 .... Xnbn
Y - bo E Xibi
dimana:
Y = variabel dependen
Xi - variabel independen untuk input i
bi - elastisitas produksi pada input i
n - jumlah variabel yang independen
bo - konstanta
14
Untuk mempermudah pengolahan data, maka bentuk non
linier pada model Cobb Douglas ditransformasikan pada
bentuk logaritmis sehingga akan diperoleh bentuk linier :
ln Y = ln bo + b1 ln X1 + ... + bn ln Xn
Bentuk umum model Cobb-Douglas dengan input tenaga
kerja dan kapital adalah sbb:
Dari model tersebut akan berlaku sifat-sifat:
Jika: a < 0 , maka penggunaan input mengarah ke padat
karya.
a +
a > 0 , maka penggunaan input mengarah ke padat
modal.
a = 0
0 = 1
maka penggunaan input mengarah berimbang.
maka sifat kenaikan produksi hasil balik
skala tetap (constant return to scale)
artinya apabila input dilipatkan n kali,
maka output akan menjadi n kali lipat.
a + 0 > 1 , maka sifat kenaikan produksi hasil balik
skala menaik (increasing return to scale)
artinya apabila input dilipatkan n kali,
maka output akan menjadi lebih besar dari n
kali lipat.
15
a + ~ < 1 , maka sifat kenaikan produksi hasil balik
skala menurun (decreasing return to scale)
artinya apabila input dilipatkan n kali,
maka output akan menjadi kurang dari n kali
lipat.
Dalam penggunaan fungsi produksi Cobb Douglas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Dalam analisa dengan Cobb Douglas tidak dikehendaki
faktor yang bernilai nol sedangkan dalam kenyataannya
hal ini dapat terjadi. Untuk mengatasi hal ini maka
disarankan mengganti variabel yang bernilai nol ini
dengan bilangan yang sangat kecil sehingga diharapkan
tidak berpengaruh terhadap hasil analisisnya.
b. Dalam menghitung rata-rata nilai produk marjinal
masing-masing pengamatan terhadap masing-masing harga,
dihitung berdasarkan nilai rata-rata geometrik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Beberapa definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Serapan tenaga kerja per sub sektor industri
adalah persentase rasio antara jumlah tenaga kerja
yang bekerja pada suatu jenis industri terhadap jumlah
tenaga kerja keseluruhan pada sektor industri.
2. Sedangkan serapan tenaga kerja total adalah persentase
rasio antara jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
suatu jenis industri terhadap jumlah tenaga kerja
total dari keseluruhan sektor.
3 . Indeks produktivitas total adalah rasio antara nilai
output dan nilai input pada suatu golongan industri
yang nilainya telah dikalikan angka deflator pada
tahun yang bersangkutan.
4. Produktivitas tenaga kerja merupakan rasio antara
nilai output dan pengeluran untuk tenaga kerja untuk ~
tahun yang bersangkutan.
5 . Hasil balik produksi menyatakan besarnya kontribusi
investasi yang digunakan dan pengeluaran tenaga kerja
secara relatif sehingga dapat menghasilkan kondisi
perusahaan sebagai berikut:
a. Laju pertumbuhan menurun (decreasing return to
scale).
b. Laju pertubuhan tetap (constant return to scale).
16
17
c. Laju pertumbuhan meningkat (increasing return to
scale).
d . Kondisi golongan industri mengarah pad a pad at
modal.
e. Kondisi golongan industri mengarah pad a pad at
karya.
3.2. Penganbilan Data
Pengumpulan data dilakukan dari data sekunder yang
tersedia di Kantor Wilayah Perindustrian dan Biro Pusat
Statistik D.I. Yogyakarta. Pengumpulan data didasarkan
pada suatu tahun dasar yaitu 1984 sampai 1989, dengan
pertimbangan bahwa pada tahun 1982 pemerintah melakukan
devaluasi nilai rupiah sehingga mempengaruhi aktivitas
sektor industri, sedangkan pemilihan tahun 1989 lebih
didasarkan pacta ketersediaan data di BPS setempat.
Beberapa jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Tingkat inflasi yang terjadi.
2. ~engeluaran untuk tenaga kerja pacta setiap golongan
industri.
3. Hasil (output) pada setiap golongan industri.
4. Masukan (input) pacta setiap golongan industri.
5. Jumlah investasi yang digunakan untuk setiap golongan
industri.
6. Angkatan kerja dan penduduk yang bekerja baik di
pedesaan dan perkotaan untuk setiap golongan industri.
I
18
7. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada setiap golongan
industri.
Pengambilan data dilakukan pada jenis industri besar
dan industri sedang. Industri besar adalah industri yang
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih tanpa
memperhatikan besarnya modal dan pemakaian tenaga .
industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga
kerja 20 sampai 99 orang.
Penggolongan jenis industri mengikuti pengelompokan
yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik yang dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Golongan industri
Kode Industri
31
32
33
34
35
36
37 *)
38
39
Industri tembakau.
Jenis Industri
makanan, minuman dan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.
Industri kayu dan barang-barang kayu termasuk perabot rumah tangga.
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.
Industri kimia dan bahan kimia, minyak karet dan plastik.
barang- barang bumi, batu
dari bar a,
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara.
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya.
Industri pengolahan lainnya.
Keterangan: *) Tidak terdapat di D.I. Yogyakarta. Sumber : Biro Pusat Statistik, 1990.
19
3.3. Cara Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Science)
dan Lotus. Perincian cara pengolahan data adalah sebagai
berikut:
3.3.1. Penghitungan Tingkat Serapan Tenaga Kerja.
Serapan tenaga kerja per sub sektor industri
E TK pada suatu jenis industri = ------------------------------ X 100 %
E TK total sektor industri
Serapan tenaga kerja total = E TK pada suatu jenis industri
= ------------------------------ X 100 % E TK total keseluruhan sektor
3.3.2. Penghitungan Hasil Balik Skala Produksi
- Hitung output untuk setiap golongan industri.
- Hitung investasi untuk setiap golongan industri.
- Hitung pengeluaran tenaga kerja untuk setiap golongan
industri.
- Transformasikan setiap data ke bentuk logaritmis
sepingga akan diperoleh persamaan linier :
ln Y = ln a + a ln K + ~ ln L
dimana : Y = nilai output
K = nilai investasi
L - pengeluaran tenaga kerja
a, a, ~ = konstanta
- Setelah diperoleh nilai a dan ~ maka lakukan
intrepetasi hasil balik skala produksi.
20
3.3.3. Penghitungan Indeks Produktivitas
- Hitung nilai deflator untuk setiap tahun berdasarkan
laju inflasi yang terjadi.
- Lakukan koreksi terhadap nilai output setiap tahunnya
dengan mengalikan terhadap deflator masing-masing.
- Lakukan koreksi terhadap nilai input setiap tahunnya
dengan mengalikan terhadap deflator masing-masing.
- Hitung indeks produktivitas tenaga kerja
nilai output terkoreksi = ----------------------------
pengeluaran T.K. terkoreksi
nilai output terkoreksi - Hitung indeks produktivitas = -------------------------
nilai input terkoreksi
21
3.4. Kerangka penelitian
Pengu;pulan data J
Tabulasi ke tabel induk I
~ Transformasi ke bentuk logaritmik
Hitung serapan tenaga Penghitungan elastisitas Hitung nilai deflator per sub sektor industri produksi pada bentuk atas dasar laju inflasi
persa;aan linier yang terjadi
Hitung serapan tenaga I kerja total Peabentukan ;odel Hitung nilai output
Cobb Douglas terkoreksi
I I Diperoleh elastisitas Hitung nilai input faktor produksi terkoreksi
' J Hitung indeks pro-duktivitas total
I
lntrepetasi Hasil '
I Kesimpulan J
I
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEKBAHASAN
Dalam bab pengolahan data dan pembahasan ini akan
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
4.1. Penghitungan serapan tenaga kerja.
4.2. Penghitungan hasil balik skala produksi.
4.3. Penghitungan indeks produktivitas.
4.1. Penghitungan Serapan Tenaga Kerja
Walaupun dari segi penyerapan tenaga kerja sektor
industri masih lebih rendah dari sektor lainnya tetapi
sektor industri mampu memberikan upah kepada tenaga
kerjanya lebih baik dari sektor lainnya. Besarnya tenaga
kerja pada sektor industri di D.I. Yogyakarta dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah tenaga kerja sektor industri (orang)
Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 ---------------------------------------------------------
31 3526 4002 3539 5133 3893 3848
32 6630 7463 7239 7873 8744 9260
33 ~ 324 879 644 629 457 903
34 923 1227 1254 1278 1320 1533
35 360 482 440 444 576 618
36 709 945 901 871 1144 1227
38 1822 2344 2452 2364 2514 2770
39 389 631 385 340 321 361 ---------------------------------------------------------Jumlah 14683 17973 16855 18932 18969 20520
22
23
Dari tabel tersebut terlihat bahwa industri tekstil
dan pakaian jadi serta industri makanan, minuman dan
tembakau paling banyak menyerap tenaga kerja. Besarnya
serapan tenaga kerja untuk setiap golongan industri dan
serapan tenaga kerja total dapat dilihat pada tabel 4.
Kode
31
32
33
34
35
36
38
39
Tabel 4. Serapan tenaga kerja sektor industri (%)
1984 1985
24,01 22,27 0,286
45,15 41,52 0,533
2,21 4,89 0,063
6,29 6,83 0,088
2,45 2,68 0,034
4,83 5,26 0,068
12,41 13,04 0,167
2,65 3,51 0,045
1986
35,39 0,234
42,95 0,479
3,82 0,043
7,44 0,083
2,61 0,029
5,35 0,060
14,55 0,162
2,28 0,026
1987
27,11 0,339
41,59 0,521
3,32 0,042
6,75 0,085
2,35 0,029
4,60 0,058
12,49 0,157
1,79 0,023
1988
20,52 0,253
46,09 0,568
2,41 0,029
6,96 0,086
3,04 0,037
6,03 0,074
13,25 0,163
1,69 0,021
1989
18,75*) 0,236**)
45,13 0,569
4,40 0,056
7,47 0,094
3,01 0,038
5,98 0,075
13,49 0,170
1,76 0,022
Keterangan: *) = serapan tenaga kerja sub sektor industri
**) = serapan tenaga kerja total
Serapan tenaga kerja total untuk tahun 1984 tidak
tercatat karena tidak tersedianya data. Dengan demikian
terlihat bahwa urutan serapan tenaga kerja pada setiap
golongan industri di D.I. Yogyakarta dari serapan yang
paling besar adalah:
Kode 32
Kode 31
Kode 38
Kode 34
Kode 36
Kode 35
- Kode 39
industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.
industri makanan minuman dan tembakau.
industri barang dari logam, mesin
peralatannya.
24
dan
industri kertas, percetakan dan penerbitan.
industri barang galian bukan logam.
industri kimia dan barang-barang dari bahan
kimia.
industri pengolahan lainnya.
4.2. Penghitungan Hasil Balik Skala Produksi
Faktor produksi yang dilibatkan dalam penghitungan
hasil balik skala produksi dengan model Cobb Douglas ini
adalah investasi yang digunakan dan pengeluaran untuk
tenaga kerja. Karena data investasi yang digunakan pacta
Statistik Industri oleh BPS baru mulai tersedia dari
tahun 1988 maka penghitungan menggunakan data tahun 1988
dan 1989.
Dari hasil perhitungan ternyata
dengan kode industri 32 , 33 dan
hasil balik skala produksi yang
golongan industri
34 mengalami laju
menurun (decreasing
return to scale) sedangkan golongan industri yang lainnya
menunjukkan laju hasil balik skala produksi yang menaik
(increasing return to scale).
Apabila ditinjau dari perbandingan besarnya peran
antara faktor produksi modal dan tenaga kerja ternyata
golongan industri dengan kode 32 (industri tekstil) dan
25
35 (industri kimia) mengarah ke penggunaan tenaga kerja
yang lebih besar (padat karya) sedangkan golongan
industri lainnya mengarah ke padat modal.
Tabel 5. Hasil perhitungan elastisitas produksi
---------------------------------------------------------------------------------------------------Kode Investasi/11odal Pengeluaran T.K. Elastisitas Elastisitas Keterangan
(Rp 1000 1-) (Rp 1000,-) Modal Tenaga Kerja ---------------------------------------------------------------------------------------------------
31 23.381.203*) 5.430.196 1,96630 -0,5000 Increasing return 19.173.141U) 5. 921.671 to scale
32 17.867.418 6.873.733 0,36162 0,5000 Decreasing return 28.976.072 9.441.453 to scale
33 1.676.180 282.623 1,57406 -1,0000 Decreasing return 1.856.292 537.596 to scale
34 1. 787.622 1.492.335 1,43503 -1,0000 Decreasing return 6.153.492 1. 783.994 to scale
35 260.745 294.050 0,26017 1,0000 Increasing return 357.856 415.522 to scale
36 478.800 696.213 2,89418 0,5000 Increasing return 566.609 923.191 to scale
38 3.823.114 1. 972.401 1,32245 1,0000 Increasing return 9.738.190 2.284.401 to scale
39 141.830 253.236 8,39477 -1,0000 Decreasing return 188.480 265.67~ to scale
¥ -----------------------------------------------------------------------------------------------
- tahun 1988 tahun 1989
Keterangan: *) **) -
26
4.3. Penghitungan Indeks Produktivitas
4.3.1. Penghitungan Deflator
Karena data output, input dan pengeluaran tenaga
kerja berupa rupiah maka untuk menghilangkan pengaruh
inflasi perlu dikalikan dengan faktor deflator. Definisi
deflator adalah suatu bilangan yang dikalikan terhadap
nilai uang suatu periode untuk menghasilkan nilai uang
riil yang setara dengan nilai uang pada tahun dasar yaitu
tahun 1984.
Deflator dihitung dengan rumus:
Dt-1 Dt =
1 + It/100
dimana,
Dt - deflator pada tahun ke t
Dt-1 - deflator pada tahun ke t-1
It - inflasi pada periode t (%)
Kemudian setelah deflator diketahui maka semua nilai
selain periode dasar harus dikalikan koreksi, karena
dalam penyusunan indeks produktivitas faktor dapat
dibapdingkan antara periode satu dengan lainnya harus
terpenuhi.
Tabel 6. Penghitungan deflator
Tahun
1984 1985 1986 1987 1988 1989
Inflasi (%)
7,86 5,76 9,23
10,37 4,43 5,21
Deflator (1984=1)
1,0000 0,9455 0,8656 0,7843 0,7510 0,7138
27
4.3.2. Penghitungan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja
Indeks produktivitas tenaga kerja adalah rasio
antara nilai output terkoreksi dengan nilai pengeluaran
untuk tenaga kerja yang terkoreksi.
Tabel 7. Koreksi nilai output
-----------------------------------------------------------------------------------------------Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 -----------------------------------------------------------------------------------------------31 31.487.822 33.672.807 38.125.476 57.469.315 63.539.768 75.341.612 t)
31.487.822 31.873.639 33.001.412 45.214.358 47.718.366 53.778.843 U)
32 38.352.809 30.659.913 60.700.949 87.125.019 102.701.457 115.192.712 38.352.809 28.988.948 52.542.742 68.332.152 77.128.794 82.224.558
33 801.721 2.369.916 1.682.028 1. 770.061 1.159.487 3.190.217 801.721 2.240.756 1.455. 963 1.388.259 870.775 2.277.177
34 4.169.750 6.775.903 7.846.569 10.085.483 11.141.956 14.395.117 4.169.750 b.40b.b1b b. 791.990 7.910.052 8.367.609 10.275.235
35 2.039.713 2.079.337 2.594.684 3.695.498 5.319.166 5.819.876 2.039.713 1.966.013 2.245.959 2.898.379 3.994.694 4.154.228
36 1. 087.110 2.541.074 2.557.760 3.414.741 3.454.456 7.817.352 1.087.110 2.402.586 2.213.997 2.678.181 2.594.297 5.580.026
38 8.534.035 9.090.898 16.370.999 17.916.148 21.621.628 26.256.131 8.534.035 8.595.444 14.170.737 14.051.634 16.237.843 18.741.626
39 562.142 1. 233.174 927.102 1.082.434 849.110 1. 242.289 562.141 1.165. 9bb 802.499 848.953 637.682 886.752
Keterangan: *) nilai asli **) : nilai terkoreksi
28
Tabel 8. Koreksi nilai pengeluaran tenaga kerja
-----------------------------------------------------------------------------------------------Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 -----------------------------------------------------------------------------------------------31 3.332.668 4.900.724 3.772.336 5.046.903 5.430.196 5.921.671 .)
3.332.668 4.633.644 3.265.334 3.958.286 4.078.077 4.226.889 U)
32 3.874.449 4.613.124 4.946.293 6.407.934 6.873.733 9.441.453 3.874.449 4. 3b1. 709 4.297.092 5.025.743 5.1b2.174 b.739.309
33 182.973 b8b.057 373.788 352.174 282.623 537.59b 182.973 b48.b67 323.551 27b.210 212.250 383.73b
34 933.030 1.095.234 1.279.204 1. 50b.421 1.492.335 1. 783.994 933.030 1.035. 544 1.107.331 1.181.48b 1.120. 744 1.273.415
35 3b3.83b 198.908 214.330 245.382 294.050 415.522 3b3.83b 188.0b8 185.524 192.453 220.832 295.b00
3b 246.895 590.101 43b .134 451.573 690.213 923.191 246.895 563.614 377.518 354.169 522.856 658.974
38 929.194 1.283.378 1.638. 501 1.641.820 1. 972.401 2.284.401 929.194 1.213.434 1.418. 287 1.287.679 1.481.273 ,1.630.605
39 108.364 226.344 212.652 222.236 253.901 265.675 108.364 214.008 184.072 174.300 190.680 189 .639
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ket e rangan: *) nilai asli ** ) : nilai terkoreksi
zg
Tabel 9. Koreksi nilai input
-----------------------------------------------------------------------------------------------Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 -----------------------------------------------------------------------------------------------31 18.644.108 20.723.295 23.532.073 36.295.769 36.977.169 49.132.121 l)
18.644.108 19.593.875 20.369.362 28.438.537 27.769.854 35.070.508 U)
32 29.096.662 25.956.600 43.316.352 58.595.336 71.450.221 78.607.348 29.096.662 24.541.965 37.494.634 45.956.322 53.659.116 56.209.925
33 409.713 1.062.037 861.994 855.004 625.878 2.020.002 409.713 1.004.156 746.142 670.580 470.034 1. 441.877
34 1.728.519 2.699.975 3.678.864 5.109.461 3.703.345 6.584.998 1.728.519 2.552.826 3.184.409 4.007.350 2. 781.212 4.700.372
35 1.227. 375 1.815.683 2.054.418 3.125.085 4.476.318 4.888.315 1. 227.375 1. 716.728 1. 778.304 2.451.004 3.361. 715 3.489.279
36 640.598 1.411. 957 1. 582.421 2.227.083 1.679.124 4.133.488 640.598 1.335.005 1. 369.744 1.746.701 1. 261.022 2.950.484
38 7.077.523 6.468.374 10.625.255 10.652.336 13.643.363 19.082.919 7.077.523 6.115.848 9.197.221 8.354.627 10.246.166 13.621.388
39 394.064 737.860 396.998 512.085 491.020 644.128 394.064 697.647 343.642 401.628 368.756 459.779
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan *) nilai asli **) : nilai terkoreksi
Dari hasil perhitungan indeks produktivitas parsial
tenaga kerja ternyata golongan industri dengan kode 35
(industri kimia), 31 (industri makanan) dan 32 (industri
tekstil mempunyai produktivitas tenaga kerja yang cukup
baik dibandingkan lainnya. Sedangkan untuk industri kayu
mempunyai produktivitas tenaga kerja paling rendah.
dengan melihat produktivitas tenaga kerja ini secara
garis besar dapat dilihat bahwa industri yang mempunyai
indeks produktivitas tenaga kerja rendah biasanya
30
Tabel 10. Indeks produktivitas tenaga kerja
---------------------------------------------------------Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 -- - ------------------------------------------------------
31 9,4482 6,8709 10,1066 11,4227 11,7012 12,7230
32 9,8989 6,4620 12,2275 13,5964 14,9411 12,2007
33 4,3816 3,4544 4,4999 5,0261 4,1026 5,9342
34 4,4690 6,1867 6,1337 6,6950 7,4661 8,0690
35 5,6057 10,4537 12,1061 15,0602 18,0893 14,0535
36 4,4031 4,2628 5,8646 7,5619 4,9618 8,4677
38 9,1843 7,0836 9,9915 10,9124 10,9621 11,4937
39 5,1875 5,4482 4,3597 4,8706 3,3443 4,6760
bersifat tradisonal yaitu sangat mengandalkan tenaga
kerja dalam produksinya atau dengan kata lain belum
banyak digunakan alat bantu dan mesin untuk produksinya.
4.4.3. Penghitungan Indeks Produktivitas Total
Indeks produktivitas total merupakan rasio antara
nilai output terkoreksi dan input terkoreksi. Dengan
melihat indeks produktivitas total ini maka dapat
diketahui apakah suatu golongan industri secara
keseluruhan dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi
yang digunakan sebaik-baiknya dalam pembentukan hasil
produksinya. Apabila suatu golongan industri mempunyai
nilai produktivitas total yang tinggi berarti industri
tersebut telah mampu beroperasi secara efisien dalam
penggunaan sumberdayanya sehingga dapat menghasilkan
output secara efektif.
31
Tabel 11. Indeks produktivitas total
---------------------------------------------------------Kode 1984 1985 1986 1987 1988 1989 ---------------------------------------------------------
31 1,6889 1,6249 1,6202 1,5899 1,7184 1,5334
32 1,3181 1,1812 1,4013 1,4869 1' 4374 1,4654
33 1,6338 2,2315 1,9513 2,0702 1,8526 1,5793
34 2,4123 2,5096 2,1329 1,9739 3,0086 2,1861
35 1, 6618 1,1452 1,6299 1,1825 1,1883 1,1906
36 1,6970 1,7997 1,6164 1,5333 2,5073 1,8912
38 1,2058 1,4054 1,5408 1,6819 1,5848 1,3759
39 1,4265 1,6713 2,3353 2,1138 1,7293 1,9287
---------------------------------------------------------
Indeks produktivitas total paling tinggi dicapai
oleh industri kertas dan percetakan, industri barang
gal ian dan industri pengolahan lainnya. Besarnya
produktivitas total ini antara satu golongan industri dan
lainnya tidak banyak bervariasi, hanya pada golongan
industri kimia produktivitas totalnya masih rendah.
5.1. Kesinpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil perhitungan maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Industri tekstil, industri makanan dan industri barang
logam mempunyai tingkat serapan tenaga kerja yang
tinggi dibanding industri lainnya pada sub sektor
industri besar dan sedang.
2. Industri tekstil dan industri kimia bila lebih
mengarah ke padat karya sedangkan jenis industri
lainnya lebih mengarah ke padat modal.
3. Industri tekstil, inddustri kayu dan industri kertas
mempunyai hasil balik skala produksi yang menurun
sedangkan golongan industri lainnya mempunyai hasil
balik skala produksi yang meningkat. 4. Indeks
produktivitas tenaga kerja paling rendah terdapat pada
industri kayu, hal ini menunjukkan bahwa industri kayu
masih sangat mengandalkan tenaga kerja (dibandingkan
dengan mesin) dalam proses produksinya.
5 . Indeks produktivitas total antara beberapa jenis
industri di D.I. Yogyakarta tidak banyak berbeda yaitu
berkisar antara 1,00 sampai 2,25.
5 . 2. Saran
Dalam intrepetasi data sekunder apabila
digunakan untuk membandingkan kondisi antar
32
akan
periode
33
sebaiknya disajikan dalam bentuk indeks dengan
menghilangkan pengaruh inflasi yang terjadi. Bagi data
dari Biro Pusat Statistik belum banyak diinformasikan
tentang tingkat efisiensi, investasi dan data-data
industri kecil dan rumah tangga, sehingga hal tersebut
dapat lebih diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
---------------, 1986. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
--------------- 1985. Statistik Industri 1984: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
--------------- 1986. Statistik Industri 1985: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
--------------- 1987. Statistik Industri 1986: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
--------------- 1988. Statistik Industri 1987: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
1989. Statistik Industri 1988: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah , Istimewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
--------------- 1990. Statistik Industri 1989: Hasil Pengolahan Data Perusahaan Industri Daerah Istim.ewa Yogyakarta . Biro Pusat Statistik D.I. Yogyakarta.
---------------, 1986. Produk Domestik Regional Daerah Istimewa Yogyakarta 1985.. Biro Statistik D.I. Yogyakarta.
Bruto Pus at
---------------, 1990. Statistik Indonesia (Statistical Year Book of Indonesia) 1990. Biro Pusat Statistik. Jakarta ..
Bain~ D, 1982. The Productivity Prescription: The Managers Guide to Improving Producrivity and Profits. Me Graw Hill Book Co. Toronto.
Dar El, E.M., 1986. Productivity Improvement: Employee Involvement and Gainsharing Plans. Elsevier. Tokyo.
Gaspersz, V. 1990. Anal is is Kuan t ita t if Untuk Perencanaan. Tarsito. Bandung.
Hilal, M. 1987. Analisa Industri Jawa Barat 1980 - 1985. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri ITB. Bandung.
Miller, H dan Schmidt, 1988. Industrial Engineering and Operation Research. John Wiley & Sons. Singapore.
Lampiran : Hasil Perhitungan Elastisitas Produksi
data list free/ X1 X2 Y. variable labels X1 'investasi'
begin data. end data.
X2 ' tenaga kerja ' Y 'output ' .
2 cases are written to the unco;pressed active file. This procedure was completed at 9:10:04 title analisa regresi. coapute X3=ln(X1). co;pute X4=ln(X2). co1pute Y2=ln(Y). regression variables=X3 X4 Y2 The raw data or transfor;ation pass is proceeding
2 cases are written to the unco1pressed active file. /dependent=Y2 /;ethod=enter.
Page 2 ANALISA RE6RESI
l l l l M U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Nu;ber 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Number 1.. X4
Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
1.00000 1.00000 1.00000
.00000
Analysis of Variance OF
Regression 1 Residual 0
Su1 of Squares .01451 .00000
Equation Nu;ber 1 Dependent Variable.. Y2
Mean Square .01451 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
1.96630 -19.20006
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 -.50000 -1.00000 2.2204E-16
1/18/92
Page 2 ANALISA RE6RESI
l l l l M U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Nu1ber 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Nu1ber 1.. X4
Multiple R 1.00000 R Square 1.00000 Adjusted R Square 1.00000 Standard Error .00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Su; of Squares .00659 .00000
Equation Nu1ber 1 Dependent Variable.. Y2
Mean Square .00659 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
.36162 17.16397
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 .50000 1.00000 2.2204E-16
Page 2 ANALISA RE6RESI
l l l l M U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Nu1ber 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Nu1ber 1.. X4
Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
1.00000 1.00000 1.00000
.00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Su; of Squares .51218 .00000
Mean Square .51218 .00000
1/18/92
1/18/92
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
1.57406 -9.75940
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 -1.00000 -1.00000 .00000
Page 2 ANALISA RESRESI
l l l l M U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Nuaber 1.. X4
Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
1.00000 1.00000 1.00000
.00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Sua of Squares .03281 .00000
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
Mean Square .03281 .00000
-------~----------- Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
1.43503 -7.17905
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 -1.00000 -1.00000 -4.441E-16
1/18/92
Page 2 ANALISA RE6RESI
i i i i M U l T I P l E R E 6 R E S S I 0 N i i t t
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. ¥2
Variable(s) Entered on Step Number 1.. X4
Multiple R 1.00000 R Square 1.00000 Adjusted R Square 1.00000 Standard Error • 00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual
1 0
Sum of Squares .00405 .00000
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. ¥2
Mean Square .00405 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
.26017 17.32150
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 1.00000 1.00000 2.2204E-16
Page 2 ANALISA RE6RESI
i i i i M U l T I P l E R E 6 R E S S I 0 N t t i i
Equation Nu;ber 1 Dependent Variable.. ¥2
Variable(s) Entered on Step Number 1.. X4
Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
1.00000 1.00000 1.00000
.00000
1/18/92
1/18/92
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Sua of Squares .33348 .00000
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
11ean Square .33348 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
2.89418 -36.96~93
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
X3 .50000 1.00000 2.2204E-16
Page 2 ANALISA REGRESI
l l l l 11 U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Nuaber 1.. X4
Multiple R 1.00000 R Square 1.00000 Adjusted R Square 1.00000 Standard Error .00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Su111 of Squares .01886 .00000
Equation Nuaber 1 Dependent Variable.. Y2
Mean Square .01886 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable
X4 (Constant)
B
1.3224~
-4.~0689
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial 11in Toler T Sig T
X3 1.00000 1.00000 .00000
1/18/92
Page 2 ANALISA RE6RESI
l l l l M U L T I P L E R E 6 R E S S I 0 N l l l l
Equation Number 1 Dependent Variable.. Y2
Variable(s) Entered on Step Number 1.. X4
Hul tiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
1.00000 1.00000 1.00000
.00000
Analysis of Variance DF
Regression Residual 0
Sum of Squares .07240 .00000
Equation Number 1 Dependent Variable.. Y2
Mean Square .07240 .00000
------------------ Variables in the Equation ------------------
Variable B
X4 8.39477 (Constant) -141.89976
SE B Beta T Sig T
.00000 1.00000
.00000
------------- Variables not in the Equation -------------
Variable Beta In Partial Min Toler T Sig T
-1.00000 -1.00000 .00000
1/18/92