Upload
truonghanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG SANITASI DAN KONSEP SEHAT PARA PENGERAJIN JAMU GENDONG DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN BULELENG
SEBAGAI UPAYA HIDUP SEHAT
Dr. SITI MARYAM, M.Kes 0021026202 DEWI OKTOFA RACHMAWATI, S.Si., M.Si 0010127001
Dr. SUHEIMI SYA’BAN, M.Pd 0009035004
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No 70/UN.48.15/LPM/2014
tanggal 19 Mei 2014
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2014
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan P2M ini yang
berjudul :
“ Peningkatan Pengetahuan Tentang Sanitasi dan Konsep Sehat Para
Pengerajin Jamu Gendong di Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng
Sebagai Upaya Hidup Sehat “ tepat pada waktunya.
Dalam perencanaan, pelaksanaan P2M, hingga penulisan laporan ini, penulis
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu ijinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah mendanai dan
memfasilitasi kegiatan ini.
2. Teman teman dosen di Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha yang
telah banyak membantu kegiatan ini.
3. Lurah Kampung Bugis yang telah memberikan ijin Pengabdian Kepada
Masyarakat
4. Ibu ibu pengerajin jamu gendong di kelurahan Kampung Bugis yang
telah bersedia sebagai peserta dalam kegiatan ini .
5. Semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis meyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik
dan saran yang bersifat positif dan membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi oleh semua pihak.
Singaraja, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… ii
PRAKATA…………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHUKUAN
1.1 Analisis Situasi ……………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………… 5
1.3 Tujuan Kegiatan …………………………………………………… 6
1.4 Manfaat P2M ……………………………………………………… 6
BAB II Metoda Pelaksanaan Kegiatan ……………………………………….. 7
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah ……………………………………. 7
2.2 Khalayak Sasaran ………………………………………………….. 7
2.5 Metoda Kegiatan......……………………………………………….. 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………. 10
3.2 Pembahasan ………………………………………………………. 11
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN ……………………………………………………… 15
4.2 SARAN …………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 16
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Bagan Skematis Metode Pemecahan masalah …………………….. 5
DAFTAR TABEL
Tabel.2. 1 : Alternatif Pemecahan Masalah ...........................................................7
Tabel 2.2 : Keterlibatan khalayak sasaran ................................................................ 8
Tabel 3.1 : Rincian Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat…………………….. 10
Abel 3.2 : Hasil Kegiatan Yang Dilakukan .............................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kelurahan kampung bugis merupakan salah satu kelurahan yang ada di
Kecamatan Buleleng. Kelurahan ini terdiri dari 10 RT dengan jumlah penduduk
3.574 orang yang terdiri dari 1.779 orang laki laki dan 1.795 orang perempuan atau
1.136 KK ( Propil Kelurahan Kampung Bugis, 2013). Mata pencarian penduduk di
kelurahan ini sebagian besar adalah berwira usaha seperti berdagang baik itu dagang
pakaian maupun berdagang makanan jadi. Pada kelurahan ini, tidak hanya kaum laki-
laki yang bertugas pencari nafkah, melainkan kaum perempuannya pun mengambil
bagian dalam menopang ekonomi keluarga. Dengan demikian kaum perempuan pada
keluarahan kampung Bugis telah diperdayakanmelaui usaha mencari tambahan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga sehari hari.
Salah satu mata pencaharian kaum perempuan adalah pengerajin jamu
gendong. Pengerajin jagu gendong yang ada pada kelurahan ini, dalam
kesehariannya selalu dia yang meracik dari bahan dasar dan secara langsung ia pula
yang menjanjagannya baik itu di dalam kota maupun keluar kota hingga ke desa desa
seperti sangsit, jaga raga, kubutambahan dan juga pada daerah lain yang ada disekitar
buleleng.
Jamu adalah salah satu bentuk dari pemanfaatan dan pemasaran tanaman obat. Pada
umumnya pemanfaatan dan pemasaran bahan tanaman obat telah dilakukan di
seluruh dunia. Di Indonesia, jamu digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu jamu
gendong, jamu kemasan dan fito farmako. Pemanfaatan tanaman obat akan terus
menerus meningkat disebabkan karena kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia
terhadap kebudayaan memakai jamu (Syukur, 2002).
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat luas dari jenjang ekonomi lemah hingga menengah,
bahkan ekonomi tingkat tinggi. Jamu ini merupakan campuran atau ramuan
bermacam macam simplisia dari tanaman berhasiat obat, dan tersedia dalam bentuk
cairan yang dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Jamu gendong pada
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat sebagai minuman kesehatan sehari hari dan
minuman pelepas dahaga. Jamu beras kencur, kunir asam dan cabe puyang
merupakan jamu gendong yang sering dikonsumsi sehari hari. Teknik peracikan
jamu gendong tidak dipelajari secara khusus oleh pengerajin, namum hanya
berdasarkan pengalaman turun temurun. Proses peracikan sangat mempengaruhi
kualitas dari jamu gendong yang dihasilkan.
Proses pembuatan jamu gendong dilakukan dengan cara sederhana seperti :
pemilihan bahan baku yang berupa temu (umbi) , pembersihan umbi, penghancuran
umbi, penambahan air matang, penambahan asam, garam serta penyaringan. Alat alat
yang digunakannyapun berupa alat alat sederhana seperti lumpang dan alu untuk
menghaluskan umbi atau bahan dasar, panci untuk merebus airyang nantinya
digunakan untuk mengekstrak bahan dasar, kompor minyak tanah dan penyaringan.
Pengerajin umumnya menggunakan air sumur untuk meracik jamu. Adapun
sumur pengerajin umumnya berdekatan dengan kamar mandi, WC, dapur dan septik
tank sehingga air sumur yang digunakan meracik jamu gendong kemungkinan telah
terkontaminasi oleh materi mikroorganisme dan akan sangat mempengaruhi
kesehatan pengguna jamu gendong.
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya
berbeda. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi
langsung atau tidak langsung dengan sumber sumber pencemar mikroba seperti
tanah, udara, air, debu. Dalam batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan
akan memungkinkan akan tumbuh jika kondisi memungkinkan.
Sanitasi merupakan usaha mencegah penyakit yang menitik beratkan kegiatan
pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002). Sanitasi dapat
dilakukan dengan jalan memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subyeknya, sehingga untuk itu adanya penyediaan air yang bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempet sampah untuk mewadahi sampah agar tidak
dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya. Jika higiene sudah baik karena kebiasaan mencuci tangan telah dilakukan,
tetapi sanitasinya tidak mendukung disebabkan tidak tersedianya air bersih, maka
proses mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).
Agar dapat dihasilkan jamu gendong yang memiliki kualitas yang baik maka
pengerajin jamu gendong harus memperhatikan faktor sanitasi dan higiene dalam
proses meracik jamu gendong. Pengerajin merupakan unsur yang sangat penting
dalam menentukan atau mengontrol faktor sanitasi dan higiene jamu gendong,
sehingga para pengerajin harus memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
yang baik. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pengerajin dapat dipengaruhi
oleh faktor sosial-ekonomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha pemberian
pengetahuan yang mengungkap tentang sanitasi lingkungan bekerja yang pada
akhirnya akan berdampak pada masalah higiene.
Saat ini pengerajin jamu gendong banyak kita temui karena usaha jamu
gendong merupakan salah satu mata pencaharian yang dapat dilakukan oleh kaum
perempuan yang secara umum mereka memiliki latar belakang pendidikan yang
rendah. Ini merupakan baro meter bahwa banyak konsumen yang memanfaatkan
jamu gendong sebagai minuman kesehatan. Berbagai alasan mengapa konsumen
mengkonsumsi jamu gendong diantaranya karena kebiasaan yang terjadi, karena adat
turun temurun dari nenek moyang yang dipercaya dapat memelihara kesehatan.
Meracik jamu gendong yang dilakukan oleh para pengerajin jamu gendong
tidaklah berdasarkan cara yang pasti hal ini disebabkan usaha pengerajin jamu
gendong berdasarkan usaha turun temurun sejak jaman dahulu. Pekerjaan ini diawali
dari memilih bahan dasar berupa lempuyang, kunir, kencur dan lainnya. Bahan dasar
yang berupa umbi-umbian tersebut dibersihkan dan dicuci. Setelah itu bahan
ditumbuk dengan menggunakan lumpang yang terbuat dari batu dan alu yang terbuat
dari kayu. Selanjutnya ditambahkan air, dimana untuk satu kilo gram bahan
ditambahkan dengan 12 liter air. Untuk memberikan rasa asin dan juga untuk
penyegar maka pada bahan ditambahkan dengan garam dan asam secukupnya.
Campuran disaring dengan menggunakan saringan besar hingga akhirnya akan
didapat jamu cair yang siap dijanjakan. Proses terakhir adalah mengemas jamu
gendong yang diproduksi ke dalam botol botol yang teleh dipersiapkan. Rangkaian
proses meracik jamu gendong yang dilakukan para pengerajin jamu gendong di
kelurahan kampung bugis adalah sebagai berikut :
Gambar : a) bahan dasar jamu b) lumpang c) alu dan d) botol jamu
Gambar : sanitasi tempat pembauatan jamu
Pengerajin jamu gendong yang ada di kampung bugis semuanya berasal dari
daerah jawa tengah, mereka memiliki latar belakang pendidikan tamat sekolah dasar
dan usaha menbuat jamu adalah usaha turun temurun dari para pendahulu mereka.
Adanya tingkat pendidikan yang rendah, akan mengakibatkan terbatasnya akan
pengetahuan yang mendasari tentang kebersihan lingkungan dalam memproduksi
jamu hingga pengemasan jamu dan juga dalam hal menjanjakannya.
Mencuci bahan dasar jamu merupakan peri laku bersih yang dilakukan, akan
tetapi membuat jamu dengan menambahkan air sumur, dimana jarak sumur dengan
septik tank bukanlah merupakan peri laku sehat. Demikian pula dalam mengemas
jamu dalam botol botol dilakukan tanpa diawali dengan menyeterilkan botol. Kondisi
ini akan mengakibatkan terdapatnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit jika konsumen yang menikmatinya tidak dalam keadaan prima.
Minimnya pengetahuan akan sanitasi dan konsep sehat para pengerajin jamu
gendong akan dapat tertutupi apabila diberikannya pengetahuan sanitasi dan konsep
sehat lewat ceramah dan pemahaman tentang kesehatan. Dengan demikian konsumen
jamu gendong dapat menikmati jamu yang berkualitas.
1.2 Identifikasi dan perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, para pengerajin jamu gendong di
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng kurang memahami makna dari
sanitasi dan konsep sehat yang sebenarnya dapat dijaga dan dipertahankan , dimana
kesemuanya ini akan sangat dipengaruhi perilaku hidup bersih. Sejalan dengan itu,
permasalahan mitra adalah.
a). Para pengerajin jamu gendong di Kelurahan Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Buleleng kurang memahami makna sanitasi
b). Para pengerajin jamu gendong di Kelurahan Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Buleleng kurang memahami konsep sehat
c). Para pengerajin jamu gendong di Kelurahan Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Buleleng kurang mengetahui dampak perilaku tidak bersih
dalam memproduksi jamu gendong
d). Para pengerajin jamu gendong di Kelurahan Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Buleleng kurang mengetahui dampak negatif dari pengolahan
jamu gendong yang tidak tepat.
1.3 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari pengabdian pada masyarakat ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan pada para pengerajin jamu gendong di
Kelurahan kampung Bugis Kecamatan Buleleng tentang makna sanitasi
2. Memberikan pelatihan pada para pengerajin jamu gendong di Kelurahan
Kampung Bugis Kecamatan Buleleng tentang proses pembuatan jamu
gendong yang tepat
3. Memberikan pengetahuan pada para pengerajin jamu gendong di
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng tentang dampak
sanitasi yang kurang baik terhadap kesehatan
4. Memberikan keterampilan pada para pengerajin jamu gendong di
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng mengenai dampak
negatif dari pengolahan jamu gendong yang tidak tepat.
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini bermanfaat bagi para pengerajin jamu gendong di Kelurahan
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng karena akan dapat menambah
pengetahuan tentang sanitasi dan konsep sehat. Lebih lanjut pengerajin jamu
gendong yang ada di Kampung Bugis secara luas akan paham tentang sanitasi dan
konsep sehat sehingga pada akhirnya pengerajin jamu gendon dapat meningkatkan
perilaku hidup sehat dan akan bermuara dihasilkannya jamu gendong dapat
berfungsi mempertahankan hidup sehat dari pengguna atau konsumen secara luas.
BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini
berkaitan dengan kekurang pahaman para pengerajin jamu gendong di Kelurahan
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng terhadap masalag sanitasi dan
konsep sehat, serta tidak mengetahui dampak peri laku tidak sehat. Berbagai
alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alternatif Pemecahan Masalah
No Permasalahan Akar permasalahan Alternatif pemecahan masalah
1 Para pengerajin jamu gendong kurang memahami masalah sanitasi
Kurang informasi tentang sanitasi dan higiene
Ceramah dan diskusi tentang makna sanitasi
2 Para pengerajin jamu gendong kurang memahami konsep sehat
Kurang informasi tentang konsep sehat
Pemberian ceramah dan tanya jawab masalah kesehatan
3 Para pengerajin jamu gendong kurang memahami dampak peri laku tidak tepat
Kurang informasi tentang hubungan antara sanitasi dan kesehatan
Pemberian ceramah tentang dampak peri laku tidak tepat dan kesehatan
4 Para pengerajin jamu gendong kurang memahami proses pengolahan jamu gendong yang berkualitas
Kurang informasi tentang proses pembuatan jamu gendong yang berkualitas
Ceramah dan diskusi tentang pencegahan penyakit lansia
2.2 Khalayak Sasaran Strategis
Khalayak yang dijadikan sasaran kegiatan ini adalah para pengerajin jamu
gendong di Kampung Bugis Kecamatan Buleleng. Keterlibatan mereka dalam
kegiatan P2M ini dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Keterlibatan Khalayak Sasaran
Khalayak Kegiatan Sasaran
Para pengerajin jamu gendong Kelurahan Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng
Ceramah dan diskusi tentang sanitasi
Ceramah dan tanya jawab ttg konsep sehat
Mengkaitkan antara sanitasi dan konsep sehat
Meningkatkan pemahaman tentang sanitasi dan konsep sehat pada para pengerajin jamu gendong
2.3. Metoda Kegiatan
Kerangka berpikir untuk memecahkan masalah kegiatan ini digambarkan
seperti pada Gambar 1. Dari permasalahan yang muncul disusun berbagai alternatif
untuk memecahkan masalah. Selanjutnya dari berbagai alternatif, dipilih alternatif
yang paling mungkin dilaksanakan.
Gambar 1. Bagan Skematis Metode Kegiatan
Permasalahan Para pengerajin jamu gendong
kurang memahami makna sanitasi
Para pengerajin jamu gendong kurang memahami akan konsep sehat
Para pengerajin jamu gendong kurang memahami keterkaitan antara sanitasi dan konsep sehat
Pemecahan Masalah Meningkatkan pengetahuan
tentang sanitasi Meningkatkan pengetahuan
tentang konsep sehat Mengajak para pengerajin jamu
gendong selalu menjaga sanitasi lingkungan
Menigkatkan kualitas pendidikan para ibu rumah tangga tentang gizi dan kesehatan lansia
Metode Kegiatan Ceramah dan diskusi tentang
sanitasi Ceramah dan diskusi tentang
konsep sehat Tanya jawab hubungan antara
sanitasi dan konsep sehat Penyuluhan usaha usaha menjaga
sanitasi yang baik
Alternatif Pemecahan Masalah
Meningkatkan pemahaman para pengerajin jamu gendong tentang sanitasi dan konsep sehat melalui ceramah ,tanya jawab dan diskusi
b. Metoda Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ceramah dan diskusi
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang sanitasi dan
juga konsep sehat . Materi ini akan diberikan oleh staf dosen Undiksha yang ahli
dalam bidang biomedik, biokimia. Ceramah berupa atau menyangkut materi apa itu
sanitasi, bagaimana sanitasi yang baik , konsep sehat serta usaha usaha
menanggulangi pada sanitasi yang buruk
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan P2M ini dilaksanakan dalam bentuk ceramah dan diskusi
terprogram dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan jamu gendong. Rincian
kegiatan dapat diperlihatkan dalam tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat
Pertemuan ke Kegiatan
1 Sosialisasi program dan pre test
2 Ceramah dan diskusi tentang jamu gendong : pengertian, proses
pembuatannya
3 Ceramah dan diskusi : Sanitasi dan Jamu gendong
4 Ceramah dan diskusi : Higienes jamu gendong
5 Evaluasi
Untuk dapat memahami tentang pengetahuan tentang sanitasi dan konsep
sehat para pengerajin jamu gendong di Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan
Buleleng dalam hal ini bertindak sebagai peserta pengabdian pada masyarakat. Pada
kegiatan ini ada tiga orang yang bertugas dalam kegiatan ini yang terdiri dari : Dr
Siti Maryam, M.Kes sebagai nara sumber dan Dr Suheimi Sya’ban, M.Pd dan Dewi
Oktofa Rachmawati, S.Si.,M.Si selalu instruktur atau pembimbing dalam kegiatan
diskusi dan juga membuat rancangan pola hidup sehat pada perajin jamu gendong.
Kegiatan ceramah dan diskusi berjalan lancar dengan suasana kondusif, ibu ibu
dengan lugasnya berdiskusi sekali kali disertai dengan guyon sehinggga suasana
benar benar kondusif. Para seserta yang terdiri dari ibu ibu usia antara 35 hingga 60
tahun. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh ibu ibu tersebut adalah
bervariasi, ada yang tamat sekolah dasar, tamat sekolah menengah pertama dan juga
tamat sekolah menengah atas dan tidak ada yang tamat sarjana. Tetapi dari ketiga
tamatan tersebut, yang terbanyak adalah tamatan sekolah dasar.
Hasil pemberian pre test dan dilanjutkan dengan wawancara yang dilakukan
terhadap pengerajin jamu gendong pada awal pelatihan yang dilakukan, secara umum
mengindentifikasikan bahwa pengetahuan awal mengenai sanisi dan konsep sehat
menyangkut pengertian : sanitasi, syarat sanitasi, hidup sehat dan kaitan antara
sanitasi dan proses membuat jamu masih kurang. Ada bebera perajin yang
mengaggap bahwa sanitasi itu tidak harus dilakukan, dengan suatu kenyataan sampai
saat ini tidak pernah terjadi keracunan akibat jamu gendong
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran kegiatan yang dilakukan
No HAL HAL YANG DIUKUR / Pengetahuan yang dimiliki
AWAL AKHIR
1 Bahan Baku (empon) - Penggunaan bahan
baku/kesegaran - Cara menyimpan
76 (23 or)
67 (20 or)
89 (27 or)
100
2 Penggunaan air - PAM - Sumur
83 (25 or) 17 (5or)
100 100
3 Alat yang digunakan - Panci - Kuali tanah liat
73 (22 or) 26 (8 or)
86 (26 or) 14 (4 or)
4 Pengolahan/pembuatan - Kebersihan - Jarak dgn kamar mandi
79 (24 or) 47 (14 or)
100
67 (20 or) 5 Pengemasan
- Pembersihan botol - Memasukkan jamu
50 (15 or) 67 (20 or)
100 100
6 Higiene perorangan (cuci tangan, kuku, pakaian kerja)
67 (20 or)
100
3.2 Pembahasan
Berdasakan kuisioner yang dijawab oleh perajin jamu gendong dan diskusi
yang dilakukan dapat dibahas beberapa persoalan yang mendasar antara lain :
3.2.1 Pengetahuan Sanitasi dan Konsep Hidup Sehat
Perajin jamu gendong dengan keterbatasan tingkat pengetahuan yang
dimiliki, dimana mereka hampir sebagian besar tamat Sekolah Dasar maka
pengetahuan akan sanitasi dan konsep hidup sehat masih rendah. Mereka tidak
mengetahui bahwa letak kamar mandi yang berdekatan dengan tempat bekerja
meramu atau meracik jamu gendong dapat menurunkan kualitas dari jamu gendong
yang mereka produksi. Menurunnya kualitas jamu gendong yang dihasilkan akan
berdampak pada menurunnya daya jual, hal ini dapat disebabkan karena semakin
rendah kualitas jamu gendong yang dihasilkan maka daya awet dari jamu akan
menurun dan akan berkontribusi pada semakin rendahnya kesegaran dari jamu
gendong yang diproduksi dengan demikian kesehatan konsumen atau pengguna akan
semakin rendah.
Letak kamar mandi yang dekat atau disekitar tempat meracik jamu gendong
dapat sebagai sumber berjangkitnya mikroorganisme seperti bakteri coliform.
Adanya coliform pada jamu gendong yang dihasilkan akan dapat menimbulkan
penyakit bagi konsumen yang memanfaatkannya. Usaha ini dapat diatasi dengan
jalan adanya sterilasasi wadah atau botol sebagai tempat jamu. Sterelisasi dari botol
dapat dilakukan dengan jalan menuangkan air yang mendidih pada botol yang akan
dipergunakan sebagai tempat penyimpan jamu atau kemasan jamu.
Sanitasi merupakan suatun usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia, seperti kebersihan
lingkungan kerja meliputi jarak antara kamar mandi dan tempat mercik jamu, saluran
air yang ada pada tempat produksi jamu karena genangan air juga merupakan sumber
bersarangnya bibit penyakit, letak tempat sampah dilingkungan kerja dan juga
apakah sampah dalam kedaan bertumpuk atau tidak. Kebersihan alat alat yang
digunakan saat produksi jamu. Kesemuanya itu merupakan usaha usaha sanitasi dan
higiene yang pada akhirnya jika dilaksanakan pada semua pekerjaan yang dilakukan
akan menghasilkan hidup sehat, karena kita terhindar dari penyakit yang akan
menderika kita.
3.2.2 Peningkatan Pengetahuan tentang Sanitasi dan Konsep Sehat pada Produksi Jamu Gendong
Pemberian pengetahuan tentang sanitasi dan konsep sehat pada produksi jamu
gendong dapat meningkatkan akan pengetahuan pada perajin jamu. Pemberian
pengetahuan tentang sanitasi dan konsep hidup sehat dilakukan melaui ceramah dan
juga diskusi antara perajin jamu gendong dengan nara sumber.
Pengetahuan awal tentang sanitasi lingkungan perajin jamu gendong
sebenarnya sudah ada, hanya saja belum maksimal. Hal ini disebabkan karena
umumnya perajin jamu gendong hanya mengeyam pendidikan di sekolah dasar,
pengetahuan mengenai kesehatan masih rendah. Dengan adanya penjelasan dan juga
diskusi pengetahuan tentang sanitasi dan konsep hidup sehat bertambah. Ini
dibuktikan dengan kuisioner yang dijawab saat pertemuan pertama (tes awal/pre tes)
dan kuisioner hari terakhir (post tes) , yaitu setelah proses pemberian ceramah dan
diskusi dilakukan. Peningkatan ini terlihat pada beberapa butir test mengenai segala
sesuatu perbuatan yang dilakukan pada para perajin jamu gendong saat memproduksi
jamu.
Air merupakan salah satu komponen yang fital saat produksi jamu. Sebagian
besar para perajin jamu gendong telah menggunakan air PAM saat produksi jamu.
Penggunaan air PAM untuk produksi jamu merupakan langkah tepat yang dilakukan
oleh para perajin jamu, karena air PAM memiliki nilai higienes yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan air sumur. Apalagi sumur yang ada pada rumah perajin jamu
dekat dengan septik tank, kedekatan letak antara septik tank dengan sumur akan
memungkinkan terjadinya perembesan kuman penyakit kedalam sumur dan pada
akhirnya akan mempengaruhi higienes dari air yang digunakan untuk membuat jamu
dan secara keseluruhan akan mempengaruhi produksi jamu yang dihasilkan.
Penggunaan empon yang segar, diawal kegiatan masih ada perajin jamu
gendong yang dalam produksi jamunya menggunakan empon yang kurang segar.
Mereka tidak mengetahu bahwa pada empon yang tidak segar apalagi pada empon
yang busuk terdapat mikroorganisme yang bersifat negatif terhadap tubuh. Dengan
penjelasan yang singkat dan juga diskusi yang dilakukan, kelakuan atau kebiasaan
memproduksi jamu yang berasal dari empon yang tidak segar berkurang. Perajin
mengetahui bahwa dalam empon yang tidak segar akan terdapat kuman dan pada
akhirnya akan mempengaruhi produk jamu yang dihasilkan.
Cara menyimpan empon juga ada peningkatan, awalnya perajin jamu
menyimpan empon sesuka hati. Ada yang diletakkan begitu saja, tanpa diperhatikan
kebersihannya dan ada pula yang menyimpan empon dibawah bale bale, padahal
pada tempat tersebut banyak terdapat kecoak dan juga hewan kecil lainnya. Setelah
adanya pemaparan, bahwa jika empon dihinggapi oleh kecoak atau hewan kecil
lainnya maka akan berdampak negatif terhadap kebersihan dan higienes dari empon.
Pada akhirnya prosentase perajin yang menyimpan empon sembarangan dapat
ditekan sekecil mungkin.
Ada konsep yang salah saat membersihkan botol plastik yang digunakan
sebagai tempat penyimpan jamu. Perajin hanya berpikir membersihkan botol plastik ,
yang sebelumnya botol plastik tersebut sudah digunakan. Perajin tahu, bahwa baiklin
adalah cairan yang dapat berfungsi untuk membersihkan noda, karena sifat dari klor
yang ada dalam baiklin. Mereka tidak tahu bahwa baiklin hanya dipergunakan
sebagai pembersih pada pakaian dan lainnya, tidak digunakan pada wadah yang
dipakai sebagai tempat penyimpan makanan atau minuman. Saat diskusi langsung
diberikan pengetahuan bagaimana membersihkan botol plastik, yaitu dengan
menggunakan krikil dan juga dengan ditambahkan sabun sehingga warna kuning
bekas jamu sebelumnya dapat hilang. Pada kesempatan itu juga diinfokan bahwa
penggunaan botol maksimal hanya dua kali, dan diganti dengan botol yang lain.
Perajin jamu sebagian besar telah menerapkan cara atau tingkah laku yang
bersih saat memproduksi jamu, di mana saat membuat jamu mereka telah
menggunakan pakaian yang bersih, kuku tangan telah dipotong demikian juga
mencuci tangan saat bekerja. Faktor kebersihan yang dilakukan akan berdampak
pada jamu yang diproduksinya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan Pengabdian Pada
Masyarakat ini antara lain :
1. Pengetahuan sanitasi dan konsep sehat para perajin jamu gendong di
kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Buleleng meningkat melalui
pemberian pengetahuan dan diskusi tentang sanitasi lingkungan
2. Konsep hidup sehat para perajin jamu gendong di kelurahan kampung
bugis kecamatan buleleng meningkat melalui ceramah dan diskusi
tentang pola hidup sehat
3. Para perajin jamu di kelurahan kampung bugis kecamatan buleleng lebih
higienis dalam memproduksi jamu gendong sehingga secara keseluruhan
akan membantu terciptanya pola hidupsehat.
4.2 Saran
Hal yang dapat disarankandari hasil kegiatan ini sebagai berikut:
1) Pemberian pengetahuan tentang sanitasi dan konsep sehat perlu dioptimalkan
terutama masalah kebersihan lingkungan serta usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya, sehingga produksi jamu gendong tetap hiegenies
2) Perlu Diskusi diskusi yang terpokus pada masalah kesehatan, sehingga para
perajin jamu gendong dapat bekerja dengan optimal.
Daftar Pustaka Anonim. 2004. Kajian Potensi Tanaman Obat. Pusat penelitian dan Pengembangan
Farmasi dan Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Kajian Potensi Tanaman Obat. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Farmasi dan obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Martha Tilaar Innovasion Center. 2002. Budidaya Tanaman Organik Tanaman Obat
Rimpang. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharmiati dan Handayani, 2005, Bahan baku, khasiat dan cara pengolahan jamu
gendong, Puslitbang Yankes Depkes RI Soemantri. 2002. Teknik Penanganan dan Pengelolaan Pascapanen Rimpang.
Majalah Warta No.2 Tahun 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Bogor.
Syukur, Chepy. 2004. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Penebar Swadaya
Jakarta.
Lampiran 01 : DAFTAR NAMA PENGERAJIN JAMU GENDONG
NO NAMA NO NAMA
1 EKANINGSIH 16 YUYUN
2 SUMARMI 17 LASMINI
3 AYUNI 18 ROHANA
4 HARYATI 19 SUMAIYAH
5 KARNITI 20 SRI ENDRAYATI
6 MARIANI 21 WINARTI
7 MURYANTI 22 ENI
8 RAHMAH 23 WINARTI
9 MARHAMAH 24 SANIAH
10 KEMI 25 DERMI
11 NGATINI 26 NURYANTI
12 SUMIRAH 27 SANIAH
13 SUTINEM 28 JUMILAH
14 TRISNA 29 MAIMUNAH
15 MISNI 30 SUWARTI
Lampiran 02 :
KUISEONER JAMU GENDONG
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jalan melingkari
1. Air yang digunakan untuk membuat jamu gendong berasal dari :
a. PAM b, Air Sumur c. Air Kali
2. Jamu yang diproduksi berupa
a. Jamu kunir b. Puyang c. Temu Ireng d. Beras Kencur
3. Dalam meracik jamu , maka empon empon
a. Dibersihkan dengan air b. Didiamkan saja c. Dihilangkan
kotorannya
4. Tempat meracik jamu :
a. Dekat dengan kamar mandi (1 meter) b.Jauh dari kamar mandi / WC
5. Alat yang digunakan untuk menghancurkan untuk menghancurkan / menggiling
empon empon adalah
a. Lumpang dan alu b. Digiling mesin c. Diparut
6. Botol penyimpan jamu dibersihkan setiap :
a. Akan menggunakan b. Jika sudah kotor
7. Membersihkan botol jamu menggunakan :
a. Air dan sabun b. Air dan baiklin c. Kerikil dan air sabun
8. Penyimpanan bahan baku ditempatkan :
a. Digeletakkan begitu saja b. Disimpan pada tempat tertentu
9. Jamu yang akan dijual dikemas/dimasukkan dalam botol pada saat
a. Selesai membuat b. Saat akan jualan
10. Jika jamu yang dijual masih tersisa, usaha yang dilakukan
a. Disimpan dalam kulkas b. Didiamkan dan besok dihangatkan
c.Dibuang d. Tidak pernah sisa
Lampiran 03
FOTO KEGIATAN
FOTO SETELAH PELATIHAN
FOTO SAAT MEMBERIKAN PELATIHAN
DISKUSI DIANTARA PERAJIN JAMU GENDONG
FOTO SAAT PRE TEST
PESERTA MENYIMAK PENJELASAN
MEMBERI PENGARAHAN
Lampiran 05