Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
(LAPORAN TRIWULAN II TA 2018)
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
i
KATA PENGANTAR
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas Laporan Kinerja, maka Puslitbang Industri
Hijau dan Lingkungan Hidup menyusun Laporan Kinerja pada Triwulan II Tahun Anggaran
2018 yang berdasarkan pada Perjanjian Kinerja yang mengacu pada Rencana Strategis BPPI
Tahun 2015 -2019.
Penyusunan laporan kinerja ini menampilkan proses perencanaan kinerja, penganggaran kinerja,
keterkaitan kegiatan/sub kegiatan dalam pencapaian target kinerja, dan monitoring serta evaluasi
pencapaian kinerja dan keuangan. Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum
dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Meskipun tingkat pencapaian sasaran dan tujuan serta hasil yang diperoleh berorientasi pada
pencapaian visi dan misi. Pencapaian pada tahun 2017 akan menjadikan tolok ukur untuk
peningkatan kinerja di tahun 2018. Namun demikian kami menyadari masih terdapat kelemahan-
kelemahan yang perlu terus ditingkatkan dalam upaya mengimplementasikan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Akhirnya melalui Laporan Kinerja pada Triwulan II Tahun Anggaran 2018 ini, kami harapkan
agar terjadi optimalisasi peran Puslitbang Industri Hijau dan Lingkungan Hidup dan peningkatan
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja seluruh jajaran pejabat dan pelaksana di
lingkungan Puslitbang Industri Hijau dan Lingkungan Hidup secara keseluruhan dalam
mewujudkan industri yang berdaya saing di dalam dan Luar Negeri.
Jakarta, Juni 2018
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Teddy Caster Sianturi
NIP. 196007171980111001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................... 1
1.2. Latar Belakang Kegiatan/Program ...................................... 3
1.3. Struktur Organisasi ............................................................. 5
BAB II. RENCANA PROGRAM/KEGIATAN
2.1. Kegiatan Tahun Anggaran 2018 ......................................... 6
2.2. Sasaran dan Indikator Kinerja Program TA 2018 ............... 39
BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Hasil yang Telah Dicapai dan Analisis Capaian Kinerja .... 40
3.1.1. Hasil Yang Telah Dicapai dan Analisis Capaian Kinerja
Berdasarkan Indikator Kinerja Dalam Perjanjian Kinerja .. 42
3.1.2. Hasil Yang Telah Dicapai dan Analisis Capaian Kinerja
Berdasarkan Indikator Pada Kinerja Output Kegiatan ........ 49
3.2. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan .................................. 55
3.2.1. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Perjanjian Kinerja .... 55
3.2.2. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Output Kegiatan ....... 56
3.3. Langkah dan Tindak Lanjut ................................................ 57
3.3.1. Langkah Tindak Lanjut Perjanjian Kinerja ......................... 57
3.3.2. Langkah dan Tindak Lanjut Pelaksanaan Output Kegiatan 58
BAB IV. PENUTUP
Lampiran
Form A
Form Pengukuran Rencana Aksi
Form ALKI
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tugas Pokok dan Fungsi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
(Puslitbang IHLH), merupakan satu diantara empat Pusat yang berada di bawah Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI), sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :107/M-IND/PER/11/2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Perindustrian, Tugas Pokok Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, pengkajian, dan
pengembangan di bidang industri hijau, lingkungan hidup, serta manajemen energi dan air.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pelaksanaan, penelitian,
pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
industri hijau;
b. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan programserta pelaksanaan penelitian,
pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
lingkungan hidup;
c. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pelaksanaan penelitian,
pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
manajemen energi dan air;
d. Pelaksanaan urusan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata
usaha dan rumah tangga pusat.
Struktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
(Puslitbang IHLH), terdiri dari :
1. Bidang Industri Hijau
Bidang Industri Hijau mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan
kebijakan teknis, rencana dan program serta pelaksanaan, penelitian, pengkajian dan
pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang industri hijau.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 2
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Industri Hijau menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta
pelaksanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan standardisasi industri hijau; dan
b. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pengembangan promosi dan
kerja sama industri hijau.
Bidang Industri Hijau terdiri atas:
a. Subbidang Standardisasi Industri Hijau; dan
b. Subbidang Promosi dan Kerja Sama.
2. Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pelaksanaan penelitian,
pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
lingkungan hidup.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program pelaksanaan
penelitian, pengkajian, pengembangan, pemantauan,evaluasi, dan pelaporan
harmonisasi kebijakan lingkungan hidup sektor industri; dan
b. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan
penelitian, pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pengendalian lingkungan hidup sektor industri.
Bidang Lingkungan Hidup terdiri atas:
a. Subbidang Harmonisasi Kebijakan Lingkungan Hidup; dan
b. Subbidang Pengendalian Lingkungan Hidup
3. Bidang Manajemen Energi dan Air
Bidang Manajemen Energi dan Air mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pelaksanaan penelitian,
pengkajian dan pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
manajemen energi dan air.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 3
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Manajemen Energi dan Air menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta
pelaksanaan penelitian, pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penerapan konservasi dan diversifikasi energi; dan
b. penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta
pelaksanaan penelitian, pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penerapan konservasi air.
Bidang Manajemen Energi dan Air terdiri atas:
a. Subbidang Konservasi dan Diversifikasi Energi; dan
b. Subbidang Konservasi Air
4. Subbagian Tata Usaha dan Manajemen Kinerja
Subbagian Program dan Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan rencana,
program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata usaha dan rumah tangga pusat.
1.2. Latar Belakang Kegiatan/Program
Sesuai dengan Kebijakan Industri Nasional, bahwa Proses pembangunan industri akan
diarahkan untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri yang berkelanjutan
yang didasarkan pada beberapa aspek diantaranya aspek pembangunan lingkungan hidup
dan pengembangan teknologi. Aspek pembangunan lingkungan hidup dilakukan dengan
menerapkan pencegahan dan pengendalian pencemaran melalui penerapan sistem
manajemen pencegahan dan pengendalian pencemaran, efisiensi penggunaan energi yang
tak terbarukan melalui audit dan konservasi energi, pengurangan emisi gas karbon
dioksida (CO2) dan gas-gas efek rumah kaca melalui pemanfaatan Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism), penggunaan bahan baku yang
lebih akrab lingkungan, efisiensi penggunaan sumber daya air dan promosi penerapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut upaya yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, antara lain :
1. Penghargaan Industri Hijau;
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 4
2. Implementasi Konservasi Energi dan Diversifikasi Energi Sektor Industri;
3. Pengembangan Profil Emisi GRK Sektor Industri;
4. Kajian Pengelolaan Limbah Industri Tekstil;
5. Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Sektor Industri;
6. Penyusunan upaya penurunan emisi GRK di Sektor IPPU dan Limbah Industri;
7. Penyusunan Standar Industri Hijau;
8. Sertifikasi Industri Hijau;
9. Penyusunan Kebijakan implementasi Konvensi Internasional di Sektor Industri;
10. Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di Sektor Industri;
11. Forum Koordinasi Nasional dan Internasional Dalam Rangka Pengembangan Industri
Hijau;
12. Penyusunan Program dan Rencana Kerja;
13. Operasional dan Pemeliharaan Kantor.
Program dan kegiatan tersebut sebagai tindaklanjut komitmen Bapak Presiden yang
disepakati melalui Menko Perekonomian pada tanggal 29 Desember 2009 bahwa sektor
industri telah ditargetkan untuk mengurangi emisi CO2 sebesar 1 Juta Ton CO2e
(menggunakan budget nasional) atau 4 Juta Ton CO2e (dengan bantuan donor) pada tahun
2020. Emisi CO2 dapat dihasilkan dari proses produksi, limbah maupun pemakaian energi.
Oleh karena itu kegiatan pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup diarahkan untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca,
sekaligus untuk menciptakan pengembangan industri hijau.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 5
1.3. Struktur Organisasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Memiliki struktur organisasi seperti berikut:
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 6
BAB II
RENCANA PROGRAM / KEGIATAN
2.1. Kegiatan Tahun Anggaran 2018
Sejalan dengan Tupoksi, bila dikaitkan dengan Issue lingkungan hidup yang terus
berkembang, tidak terkecuali terhadap berbagai kegiatan sektor industri, maka
program/kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Triwulan II Tahun 2018 ini, antara lain:
1. Penghargaan Industri Hijau
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian;
Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 18/M-IND/PER/3/2016 tentang
Penghargaan Industri Hijau
Gambaran Umum
Sebagaimana diketahui bersama, sektor industri pengolahan merupakan salah
satu kontributor terbesar dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Akan tetapi, dalam satu dekade terakhir, terdapat kecenderungan penurunan
kontribusi sektor industri terhadap struktur PDB. Hal tersebut perlu menjadi catatan
penting bagi Pemerintah terkait faktor penyebab dan bagaimana cara untuk
mengatasinya. Oleh karena hal tersebut, salah satu sasaran pembangunan industri
nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) adalah meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan
dapat mencapai pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi
sektor industri pengolahan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dapat mencapai
30%.
Salah satu tahapan dalam pembangunan industri nasional adalah menciptakan
industri yang kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui penggunaan teknologi
yang ramah lingkungan, penguatan struktur industri serta penguasaan teknologi
melalui inovasi maupun kegiatan penelitian dan pengembangan proses produksi.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 7
Pembinaan terhadap industri yang berwawasan lingkungan telah menjadi salah satu
tahapan penting untuk mencapai sasaran pembangunan industri nasional.
Penghargaan Industri Hijau adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan
oleh Kementerian Perindustrian sejak tahun 2010 yang bertujuan untuk memberikan
apresiasi kepada perusahaan industri yang telah melakukan implementasi industri
hijau. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya memperhatikan
faktor efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya baik berupa bahan baku, air
maupun energi yang digunakan. Selain memperhatikan faktor tersebut, perusahaan
industri juga harus memberikan perhatian terhadap pengelolaan limbah yang
dihasilkan sehingga dapat memenuhi baku mutu lingkungan dan tidak menimbulkan
kerugian bagi lingkungan dan masyarakat. Pengembangan dan pembangunan
industri hijau juga menuntut perusahaan industri untuk memberikan kemanfaatan
kepada masyarakat dari segi ekonomi maupun sosial.
Penghargaan industri hijau sebagai salah satu langkah implementasi dan
pengembangan industri hijau perlu dilakukan secara berkesinambungan dan massive
hingga sebagian besar populasi industri mengetahui akan program industri hijau.
Industri hijau penting untuk dilakukan dalam menyiapkan perusahaan industri agar
memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya dan tanggung jawab
dengan lingkungan.
Dalam menghadapi isu strategis globalisasi ekonomi yang termasuk di
dalamnya adalah perdagangan bebas dengan mengedapankan produk yang ramah
lingkungan, maka Pemerintah mendorong industri agar semakin berdaya saing
melalui penerapan industri hijau dan mendorong inovasi teknologi bersih. Faktor
sumber daya (alam dan manusia), aspek energi dan kemampuan teknologi, kegiatan
yang fokus pada penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta upaya
pelestarian lingkungan hidup merupakan faktor yang menjadi point penting dalam
penilaian Penghargaan Industri Hijau. Hal-hal yang sudah dilakukan perusahaan
industri dalam upaya penerapan industri hijau tersebut dapat menjadi input bagi
Pemerintah dalam membuat kebijakan dalam rangka mendorong dan memfasilitasi
proses difusi maupun alih teknologi yang memberikan peluang efisiensi untuk
dikembangkan dan diterapkan di perusahaan industri lainnya yang belum
menerapkan industri hijau.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 8
Pada tahun 2016, jumlah perusahaan industri yang menjadi peserta Penghargaan
Industri Hijau sebanyak 130 industri baik industri besar, menengah maupun industri
kecil. Jika dibandingkan dengan total populasi industri di Indonesia, maka jumlah
peserta Penghargaan Industri Hijau masih sangat minim. Oleh karena itu diharapkan
jumlah partisipan Penghargaan Industri Hijau di tahun-tahun berikutnya dapat
semakin meningkat agar program Industri Hijau dapat semakin dikenal dan
diterapkan oleh perusahaan industri nasional.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah perusahaan industri nasional, seluruh
stackeholder, dan masyarakat.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara swakelola dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
a. Pendaftaran Peserta
b. Verfikasi Dokumen
c. Rapat-rapat
d. Pembentukan Tenaga Teknis dan Dewan Pertimbangan
e. Koordinasi & Verifikasi Lapangan
f. Rapat Tim Teknis/FGD
g. Sanggahan
h. Rapat Dewan Pertimbangan
i. Penetapan Penerima Penghargaan
j. Penyelenggaraan Penganugerahan
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini hingga pencapaian keluaran dilakukan selama 12 (dua belas) bulan,
dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sebesar Rp.
1.100.000.000,- (Satu Milyar Seratus Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 9
Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun
Anggaran 2018.
2. Implementasi Konservasi dan Diversifikasi Energi di Sektor Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
UU No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Natoins Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC);
UU No. 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The UNFCCC;
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746).
Undang – Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Pengembangan
Perindustrian yang diturunkan melalui Kebijakan Pengembangan Industri
Nasional (KPIN).
Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi;
Peraturan Menteri ESDM No, 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi;
Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);
Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi
Gas Rumah Kaca Nasional.
Gambaran Umum
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian telah meletakkan
industri sebagai salah satu pilar ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar
kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan industri nasional secara terencana.
Peran tersebut diperlukan dalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh
lebih cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut, Kementerian Perindustrian
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 10
telah menerbitkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035
(RIPIN 2015-2035). RIPIN-2015-2035 merupakan gambaran keseriusan pemerintah
dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan perindustrian, yaitu; 1) Mewujudkan
industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; 2)
Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri; 3) Mewujudkan industri
yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau; 4) Mewujudkan
kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau
penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
masyarakat; 5) Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 6)
Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan 7) Meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Seiring dengan pertumbuhan industri di Indonesia, peningkatan konsumsi
energi juga meningkat pesat. Perhatian paling terkini adalah isu penggunaan energi
yang kurang efisien dimana berdasarkan data tahun 2014 konsumsi energi di sektor
industri adalah sekitar 49,14% dari total konsumsi nasional (ESDM, 2014). Secara
umum, pemanfaatan energi dalam industri masih kurang efisien yang disebabkan
oleh beberapa faktor. Dari hasil survei dan audit energi diperkirakan bahwa
konsumsi energi di berbagai sektor industri mempunyai peluang penghematan energi
15%-30% (Ditjen EBTKE, 2010. Audit Energi di Sektor Industri). Oleh karena itu
masih diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi
yang secara langsung akan memberikan banyak manfaat khususnya bagi industri dan
secara umum akan memperkuat ketahanan energi nasional.
Seperti sumber daya lainnya, biaya energi sebagai salah satu komponen biaya
produksi harus dikelola secara benar dan berkelanjutan sehingga dapat dimanfaatkan
secara optimal dan memberikan pengaruh untuk meningkatkan daya saing industri.
Hal-hal yang perlu diantisipasi adalah kecenderungan kegiatan konservasi energi
hanya dilakukan situasional, yang berarti bahwa kegiatan konservasi berlangsung
sewaktu-waktu tanpa disertai perangkat/ sistem yang memantau dan mengevaluasi
proses kegiatan konservasi energi.
Mengingat pentingnya konservasi energi dan pengurangan emisi GRK,
pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-Undang tentang Energi (UU No
30/2007) dan kemudian diikuti oleh PP No 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 11
Nasional dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen
Energi. Dinyatakan dalam PP 70/2009 bahwa setiap pengguna sumber energi dan
pengguna energi, yang menggunakan energi yang lebih besar dari atau sama dengan
6000 TOE / tahun, harus mempunyai manajemen energi untuk tujuan konservasi
energi
Selain itu, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan
iklim, Indonesia sangat berkepentingan dalam usaha penanggulangan pemanasan
global dan perubahan iklim. Walaupun Indonesia belum berkewajiban menurunkan
emisi GRK, tetapi karena sangat rentan terhadap perubahan iklim maka dirasa perlu
untuk turut melakukan mitigasi sebagai upaya yang bertujuan untuk menurunkan
laju emisi Gas Rumah Kaca (GRK) global sehingga konsentrasi GRK di atmosfer
masih berada dalam tingkatan yang dapat ditolerir.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim pada bulan Agustus
1994 melalui UU Nomor 6 Tahun 1994 dan Protokol Kyoto melalui UU Nomor 17
Tahun 2004. Dan Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK
sebesar 26 % pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi saat ini Bussines As
Usual (BAU), dan diharapkan dapat mencapai 41% dengan bantuan internasional.
Komitmen tersebut saat ini membutuhkan usaha dan tindakan nyata yang
menyeluruh, mencakup seluruh sektor pengemisi gas rumah kaca tidak terkecuali
sektor industri.
Sektor industri menghasilkan emisi GRK dari sumber energi yang digunakan,
dari proses produksi dan teknologi yang diterapkan serta dari limbah yang
dihasilkannya. Keragaman jenis industri, proses yang digunakan, teknologi yang
diterapkan dan sistem pengolahan limbah memberikan karakteristik pengemisian
yang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Kelompok industri yang
memiliki emisi yang cukup besar ialah semen, pulp & kertas, keramik, pupuk,
minyak goreng, gula rafinasi, tekstil, dan besi dan baja.
Berdasarkan hasil kajian, ada 8 (delapan) subsektor industri yang dikategorikan
lahap energi, yaitu industri Semen, Baja, Pulp & Kertas, Keramik, Pupuk, Teksil,
Kimia, Makanan dan Minuman. Agar industri-industri tersebut melakukan upaya
konservasi dan efisiensi energi, maka perlu disusun pedoman Pengelolaan/
manajemen energi di sektor industri. Pada tahun 2012 telah disusun pedoman untuk
industri pupuk dan keramik, pada tahun 2014 telah disusun pedoman untuk industri
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 12
tekstil dan kimia, pada tahun 2015 telah disusun pedoman di industri makanan
minuman serta kimia lainnya. Pada tahun 2018 rencananya akan disusunn pedoman
pengelolaan/ manajemen energi di sektor industri semen dan baja serta review
pedoman untuk sektor industri pupuk..
b. Penerima Manfaat
Untuk Tahun Anggaran 2018 penerima manfaat dari kegiatan ini adalah industri
Semeb, baja dan pupuk yang mempunyai peluang melakukan implementasi
konservasi energi dalam rangka menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan implemplementasi konservasi energi dan diversifikasi energi
di sektor industri ini dilaksanakan secara swakelola dengen rincian kegiatan sebagai
berikut :
a. Persiapan kegiatan, rapat teknis dan rapat koordinasi;
b. Survey pengumpulan data ke industri;
c. FGD Implementasi Konservasi dan Diversifikasi Energi di Sektor Industri;
d. Workshop Implementasi Konservasi dan Diversifikasi Energi di Sektor
Industri;
e. Penyusunan Laporan akhir.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi GRK di industri
akan dilaksanakan selama 10 bulan pada tahun anggaran 2018, dimulai pada bulan
Februari sampai November 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 800.000.000,-
(Delapan Ratus Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 13
3. Pengembangan Profil Emisi GRK Sektor Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746).
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 5492)
Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);
Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi
Gas Rumah Kaca Nasional;
Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri nasional Tahun 2015 – 2035.
Gambaran Umum
Salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) adalah sektor
industri. Emisi GRK di sektor industri berasal dari tiga (3) sumber, yaitu penggunaan
energi, proses produksi dan penggunaan produk (IPPU) dan limbah yang dihasilkan.
Berdasarkan RAN-GRK, Kementerian Perindustrian mempunyai tanggung jawab
melakukan pemantauan dan mengevaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK di
sektor industri. Pada tahun 2010-2011, Kementerian Perindustrian telah melakukan
inventori emisi GRK di sektor industri pengemisi GRK utama dan sebanyak 59
industri sudah berkomitmen menurunkan emisi GRK melalui penghematan energi,
modifikasi proses maupun pengelolaan limbah.
Untuk memonitor pelaksanaan rencana aksi sektor industri dalam mendukung
komitmen pemerintah menurunkan emisi GRK, sejak tahun 2013 telah melakukan
kajian untuk penembangan sistem informasi pemantauan pengurangan emisi GRK.
Sistim informasi tersebut merupakan sarana untuk memantau sekaligus
menerapkan sistem MRV pengurangan emisi GRK di sektor industri dengan data
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 14
dan informasi yang terintegrasi dan terpelihara. Sistem informasi monitoring (SIM)
tersebut dikembangkan secara online yang terintegrasi dengan website Kementerian
Perindustrian.
Pada tahun 2015, disamping melakukan pengembangan sistem SIM,
penyebaran informasi tentang sistem SIM juga dilakukan melalui bimbingan teknis
ke sektor industri termasuk dinas-dinas terkait di beberapa daerah. Karena sistem
SIM tersebut dijadikans ebagai sarana pelaporan data bagi sektor industri, dan
adanya amanat dari Perpres No 71/2011 sehingga disusun peraturan menteri
perindustrian tentang pelaporan data aktivitas sumber emisi gas rumah kaca sektor
industri. Peraturan tersebut nantinya akan menjadi landasan bagi industri untuk
melakukan pelaporan melalui sistem online SIM.
Pada tahun 2017 telah dilakukan penyempurnaan terhadap sistem SIM dan
penyusunan draft Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pelaporan Data Aktivitas
emisi GRK di Sektor Industri. Pada tahun 2018 diharapkan sudah dapat disusun
profil emisi GRK di Sektir industri serta penentuan intensitas konsumsi energi di
sektor industri.
b. Penerima Manfaat
Untuk Tahun Anggaran 2018 Penerima manfaat dari kegiatan pengembangan profil
emisi GRK ini adalah sektor industri yang menghasilkan emisi GRK sebagaimana
tertuang dalam Perpres 61 Tahun 2011 dan Kementerian/Lembaga terkait dan
stakeholder lainnya. Sedangkan penyusunan intensitas energi dilakukan di 2
subsektor industri, yaitu semen dan pupuk.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri
ini akan dilaksanakan secara swakelola dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan kegiatan, berupa koordinasi dengan narasumber dan stakeholder
untuk pengembangan profil emisi GRK
b. Rapat koordinasi dan rapat teknis untuk berkoordinasi dengan sektor
industri, asosiasi industri, direktorat teknis dan stakeholer.
c. Survey dan pengumpulan data, baik ke industri maupun ke dinas-dinas
terkait di daerah melalui monitoring, sosialisasi, dan bimbingan teknis
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 15
d. FGD pengembangan profil emisi gas rumah kaca sektor industri dan
penentuan intensitas konsumsi energi di 2 (dua) subsektor industri (semen
dan pupuk)
e. Penyusunan laporan akhir.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri akan
dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan pada tahun anggaran 2018, dimulai pada
bulan Februari 2018 hingga Novemberr 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 350.000.000,-
(Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian
dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
4. Pengendalian Pencemaran Lingkungan Di Sektor Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber
Daya Industri.
Gambaran Umum
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyebutkan
bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan perindustrian adalah mewujudkan industri
yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau. Undang-undang Nomor
3 Tahun 2014 tentang Perindustrian juga mengatur tentang pemanfaatan sumberdaya
alam yang harus diolah dan dimanfaatkan secara efisien, ramah lingkungan, dan
berkelanjutan oleh setiap industri dalam proses produksi, termasuk melakukan
optimalisasi sisa produk dan pengelolaan limbah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Pembangunan Sumber Daya
Industri, diatur tentang pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan sumberdaya
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 16
alam secara efisien dapat dilakukan melalui penghematan, penggunaan teknologi
ramah lingkungan, dan optimasi kinerja produksi.
Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup turut mendorong
pelaksanaan kebijakan tersebut melalui penyusunan beberapa pedoman
pengendalian pencemaran di sektor industri yaitu pedoman pengelolaan sampah
kemasan plastik, pedoman pengelolaan limbah elektronik, pedoman daur ulang
plastik. Sebagai tindak lanjut, akan disusun rancangan peraturan Menteri
Perindustrian dan sosialisasi beberapa pedoman tersebut kepada dunia usaha dan
instansi terkait.
Pengendalian pencemaran di sektor industri juga memerlukan koordinasi
dengan kementerian/lembaga lain untuk menyusun kebijakan, melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta membantu industri dalam
menyelesaikan kasus-kasus lingkungan di sektor industri.
Kegiatan ini meliputi penyusunan rancangan peraturan Menteri Perindustrian,
workshop kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan hidup di sektor industri,
dan koordinasi dengan kementerian/lembaga lain. Penentuan daerah berdasarkan
pada sebaran industri kemasan plastik, industri daur ulang plastik, industri
elektronik, dan industri daur ulang elektronik, yaitu di wilayah Jawa dan Sumatera.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah industri, stakeholder yang terkait dengan
industri, dan masyarakat.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana kerja
b. Penyusunan SK Kelompok Kerja
c. Koordinasi dengan pihak terkait
d. Rapat penyusunan Rapermen
e. Pengumpulan data dan informasi
f. Workshop
g. Penyusunan laporan akhir.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 17
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan pada tahun anggaran 2018
dimulai pada bulan Januari hingga Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp. 400.000.000,- (Empat
Ratus Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Tahun Anggaran 2018.
5. Penyusunan Upaya Penurunan Emisi GRK di Sektor IPPU dan Limbah Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
Undang-Undang No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Perubahan Iklim);
Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The
United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto
atas Konvensi kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan
Iklim);
Undang-undang No.6 Tahun 2016 tentang Perjanjian Paris
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional 2015-2035;
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 61 Tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (GRK);
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 71 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 18
Gambaran Umum
Pemerintah Republik Indonesia telah mengembangkan kerangka kebijakan
nasional perubahan iklim untuk berkontribusi dalam aksi global terkait isu
perubahan iklim. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim pada bulan
Agustus 1994 melalui UU Nomor 6 Tahun 1994 dan Protokol Kyoto melalui UU
Nomor 17 Tahun 2004 dan pada tahun 2016 Indonesia telah meratifikasi Perjanjian
Paris melalui UU No.6 Tahun 2016 dan berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK
sebesar 29 % tanpa bantuan luar negeri pada tahun 2030 dibandingkan dengan
kondisi saat ini (BAU) dan diharapkan dapat mencapai 41% dengan bantuan
Internasional.
Dua peraturan presiden yang telah dikeluarkan untuk mengatur pelaksanan
langkah aksi penurunan emisi dan inventarisasi gas rumah kaca ialah Perpres
61/2011 dan 71/2011. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan PP No 61/2011
tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)
dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020,
dengan menggunakan sumber pendanaan dalam negeri dan sebesar 41% pada tahun
2020 bila menggunakan dukungan dana internasional. Dalam rangka memenuhi
amanat Perpres 71/2011, maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Rumah Kaca Nasional. Pedoman ini disusun untuk memberikan informasi mengenai
proses penyelenggaraan dan metodologi pelaksanaan inventarisasi emisi Gas Rumah
Kaca, yang dilaksanakan di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota.
Berdasarkan dokumen First Nationally Determined Contribution (NDC)
Republic of Indonesia, bahwa Indonesia berkomitmen untuk melakukan aksi untuk
mencegah kenaikan temperatur global sebesar 2oC dan membatasi kenaikan
temperatur menjadi 1,5oC mulai dari 2020 melalui beberapa aksi mitigasi pada
beberapa sektor diantara sektor Proses Industri dan Penggunaan Produk (IPPU) dan
sektor limbah cair industri.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) nasional haruslah di dukung oleh semua pihak yang terkait. Peran aktif semua
pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk menurunkan emisi setiap sektor
yang kemudian akan berkontribusi pada pencapaian target penurunan emisi GRK
nasional.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 19
Sektor industri juga turut berpartisipasi dalam melakukan langkah-langkah
penurunan emisi GRK. Kementerian Perindustrian telah menetapkan 8 sub-sektor
industri prioritas yang diharapkan dapat berperan aktif dalam menerapkan aksi-aksi
penurunan emisi gas rumah kaca dan diantaranya adalah industri pulp kertas, industri
baja, dan industri minyak kelapa sawit.
Untuk menunjang kelancaran proses penyusunan upaya penurunan emisi gas
rumah kaca di sektor ippu dan limbah industri, maka akan dilakukan perjalanan dinas
ke beberapa daerah seperti Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI. Yogyakarta. Tujuan melakukan perjalanan
dinas ke lokasi tersebut adalah untuk berkoordinasi dan berdiskusi dengan seluruh
pemangku kepentingan (pemerintah daerah, industri, asosiasi industri, dan
akademisi) untuk melakukan penyusunan upaya penurunan emisi gas rumah kaca di
sektor ippu dan limbah industri. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena di
daerah tersebut terdapat banyak industri pulp kertas, baja, minyak kelapa sawit dan
instansi terkait. Adapun dalam melakukan perjalanan dinas ke daerah tersebut, akan
dilakukan oleh 2-3 orang pegawai selama 3 hari dan dimungkinkan dilakukan
sebanyak 2-3 kali perjalanan. Hal ini dilakukan untuk menunjang keefektifan
penyusunan kajian dan efisiensi penggunaan anggaran.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah internal Kementerian Perindustrian,
Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah,
Asosiasi Industri Pulp Kertas, industri besi dan industri minyak kelapa sawit.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :
a. Studi literatur
b. Koordinasi dengan industri dan instansi terkait
c. Melakukan perhitungan baseline di industri pulp kertas, besi dan minyak
kelapa sawit
d. Melakukan identifikasi upaya mitigasi yang dapat dilakukan dalam rangka
penurunan emisi GRK di industri pulp kertas, besi dan minyak kelapa sawit
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 20
e. Pelaksanaan FGD dan Konsinyering
f. Penyusunan laporan.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2018 dengan pencapaian
keluaran dilakukan selama 12 (duabelas) bulan, dimulai pada bulan Januari hingga
Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 500.000.000,-
(Lima Ratus Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
6. Penyusunan Standar Industri Hijau
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan penyusunan Standar Industri Hijau (SIH)
mengacu pada UU Nomor 3/2014 tentang Perindustrian yang disebutkan bahwa
salah satu tujuan industri nasional adalah mewujudkan industri hijau. Industri hijau
didefinisikan dengan Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Arah kebijakan
pelaksanaannya, ditegaskan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14/2015 tentang
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 – 2035 dan Peraturan
Pemerintah nomor 41 tahun 2015.
Dalam PP Nomor 14/2015, disebutkan bahwa untuk menjamin keberlanjutan
sektor industri di masa depan, pembangunan industri hijau perlu diprioritaskan,
antara lain regulasi ecoproduct, pemakaian energi terbarukan dan ramah lingkungan,
serta bahan-bahan berbahaya. Kebijakan nasional dalam rangka pengembangan
industri tersebut, diintegrasikan dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2015
tentang Pembangunan Sumber Daya Industri, terutama dalam pasal 19 pada ayat (1)
yang disebutkan bahwa Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri wajib
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 21
memanfaatkan Sumber Daya Alam secara efisien, ramah lingkungan, dan
berkelanjutan.
Lebih lanjut, dalam pasal 21 pada ayat (1) disebutkan bahwa Pemanfaatan
Sumber Daya Alam secara efisien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 paling
sedikit dilakukan melalui: Penghematan, penggunaan teknologi yang ramah
lingkungan dan optimasi kinerja proses produksi. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
secara ramah lingkungan dan berkelanjutan tersebut, diterapkan dengan melakukan
pengurangan konsumsi sumber daya alam (reduce), penggunaan kembali (reuse),
dan pengolahan kembali (recycle); serta pemulihan (recovery).
Dalam proses pelaksanaan penyusunan SIH, panduan penyusunan SIH mengacu
pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 51/M-IND/PER/6/2015 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Industri Hijau, yang memuat tahapan-tahapan antara
lain survey, benchmarking, penyesuaian Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) 5 digit, penetapan rancangan peraturan SIH dan pemberlakuan
SIH.
Gambaran Umum
Dalam rangka percepatan pencapaian salah satu tujuan industri nasional adalah
mewujudkan industri hijau sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Nomor
3/2015, Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
melaksanakan upaya-upaya strategis dengan menyusun Standar Industri Hijau
(SIH), mendorong Lembaga/instansi menjadi Lembaga Sertifikasi Industri Hijau
(LSIH), meningkatkan kompetensi tenaga assesment (auditor) industri hijau, dan
membina serta fasilitasi industri dalam penerapan industri hijau. Upaya tersebut,
dikelompokkan sebagai salah satu sub-output infrastruktur industri hijau yang
memuat tiga komponen atau kegiatan, yaitu Penyusunan SIH, Sertifikasi Industri
Hijau, dan Penghargaan Industri Hijau.
Terkait dengan kegiatan Penyusunan SIH, tujuan yang hendak dicapai adalah
tersusunnya SIH yang akan diterapkan oleh Industri sebagai standar dalam
mewujudkan industri hijau dalam bentuk regulasi Kementerian Perindustrian. Pada
saat ini, regulasi SIH telah diberlakukan secara sukarela (voluntaire) untuk 18
(delapan belas) industri, antara lain Semen Portland, Tekstil Pencelupan, Ubin
Keramik, Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas, Karet Remah (Crumb Rubber), Karet
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 22
Pengasapan (RSS), Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer; Pengolahan Susu
Bubuk, Kaca Lembaran, Barang Lainnya dari Kaca, Kemasan dari Kaca, Kaca
Pengaman Diperkeras, Kaca Pengaman Dilapisi, Penyamakan Kulit, Pengawetan
Kulit, Gula Kristal Putih, Baja Flat Product, Oleo Chemichals dan Baja Long
Product. Sementara itu, pada tahun 2017, tengah dilaksanakan proses penyusunan
SIH untuk industri Batik, Tableware, Minyak Goreng dari Sawit, Kertas, dan
Biskuit.
Lebih lanjut, SIH akan terus disusun secara berkelanjutan hingga semua industri
yang menyerap penggunaan energi dan sumber daya yang besar serta berdampak
terhadap kelestarian fungsi lingkungan dapat terpenuhi. Untuk itu, pada tahun yang
akan datang kegiatan Penyusunan SIH dilaksanakan dengan mengevaluasi dan
mengkoordinasikan kembali Tim Teknis serta melibatkan Narasumber atau Praktisi
yang berasal dari Asosiasi, Perusahaan Industri, Industri Kecil dan Menengah,
Akademisi, dan Instansi Pemerintah terkait. Adapun SIH yang akan disusun
sebanyak empat industri dengan daerah sasaran utama lokasi industri seperti wilayah
sekitar DKI Jakarta, Jawa, Kepulauan Riau, dan Sulawesi.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan Penyusunan SIH pada tahun yang akan datang
adalah pelaku industri, akademisi, dan seluruh stakeholder terkait serta masyarakat
umum guna mewujudkan industri hijau secara nasional.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dengan melibatkan Narasumber atau
Praktisi yang berasal dari Asosiasi, Perusahaan Industri, Industri Kecil dan
Menengah, Akademisi, dan Instansi Pemerintah terkait. Metode pelaksanaan dalam
mencapai output (keluaran) kegiatan, sebagai berikut:
a. Persiapan Kegiatan
b. Pembentukan Tim Teknis dan Narasumber
c. Studi literatur
d. Benchmarking
e. Survey
f. Penyusunan draft peraturan SIH
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 23
g. FGD Perumusan, Pra-konsensus, dan Konsensus
h. Laporan akhir
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan yang dimulai pada bulan
Pebruari sampai dengan bulan Nopember Tahun 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya pelaksanaan kegiatan Penyusunan Standar Industri Hijau (SIH) sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian
dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
7. Sertifikasi Industri Hijau
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian;
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pengembangan Industri Nasional Tahun 2015-2035;
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 86/M-IND/PER/9/2009 tentang
Standar Nasional Bidang Industri.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2011 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Yang Berlaku Pada Kementerian
Perindustrian.
Gambaran Umum
Sertifikasi industri hijau adalah salah satu komponen atau kegiatan dalam sub-
output infrastruktur industri hijau yang akan dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup pada tahun yang akan datang.
Kegiatan tersebut, dimaksudkan sebagai tools dalam evaluasi kriteria regulasi SIH
yang telah berlaku pada tahun 2016 terhadap proses produksi yang terjadi di industri
baik skala besar maupun Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Tujuan pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Industri Hijau ini adalah memberikan
pengakuan kepada Industri atas upaya industri untuk memenuhi Standar Industri
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 24
Hijau dalam bentuk Sertifikat Industri Hijau dari LSIH yang ditetapkan oleh Menteri
Perindustrian. Untuk dicapainya tujuan tersebut, pada tahun anggaran 2017, tengah
dilaksanakan proses bantuan sertifikasi industri hijau kepada industri-industri yang
diutamakan pernah mengikuti Program Penghargaan Industri Hijau dengan cakupan
18 (delapan belas) industri, antara lain Semen Portland, Tekstil Pencelupan, Ubin
Keramik, Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas, Karet Remah (Crumb Rubber), Karet
Pengasapan (RSS), Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer; Pengolahan Susu
Bubuk, Kaca Lembaran, Barang Lainnya dari Kaca, Kemasan dari Kaca, Kaca
Pengaman Diperkeras, Kaca Pengaman Dilapisi, Penyamakan Kulit, Pengawetan
Kulit, Gula Kristal Putih, Baja Flat Product, Oleo Chemichals dan Baja Long
Product.
Untuk itu, pada tahun yang akan datang kegiatan Sertifikasi Industri Hijau
dilaksanakan dengan melakukan serangkaian proses penilaian kesesuaian yang
berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis, bahwa proses produksi perusahaan
industri telah memenuhi Standar Industri Hijau. Sertifikasi dilakukan melalui
tahapan kegiatan penerbitan sertifikat terhadap perusahaan industri dalam
pemenuhan Standar Industri Hijau. Hal ini, sebagaimana yang diamanatkan dalam
UU No 3/2014 tentang Perindustrian bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dapat memberikan fasilitas untuk mempercepat pembangunan industri. Salah satu
fasilitasi yang dapat diberikan pemerintah adalah sertifikasi Standar Industri Hijau.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan Sertifikasi Industri Hijau adalah para pelaku
industri, seluruh stakeholder terkait dan masyarakat umum dalam mewujudkan
Industri Hijau secara nasional.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Sertifikasi Industri Hijau akan dilaksanakan secara swakelola dibantu oleh
tenaga assesment (auditor) industri hijau dan Lembaga Sertifikasi Industri Hijau
dengan metode pelaksanaan sebagai berikut:
a. Persiapan Kegiatan
b. Penyusunan kriteria/mekanisme bantuan sertifikasi
c. Penyusunan usulan industri penerima bantuan sertifikasi IH
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 25
d. Audit Stage 1: Pemeriksaan dokumen kelayakan penerima bantuan
sertifikasi Standar Industri Hijau
e. Audit Stage 2: Verifikasi ke perusahaan industri penerima bantuan sertifikasi
Standar Industri Hijau, (penilaian; proses sertifikasi dan evaluasi).
f. Proses Sertifikasi Industri Hijau
g. Penyusunan laporan akhir: pelaporan pelaksanaan sertifikasi Standar Industri
Hijau tahun 2017
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Sertifikasi Industri Hijau dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan, dimulai
pada bulan Januari sampai dengan bulan Nopember Tahun 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang
dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
8. Penyusunan Kebijakan Implementasi Konvensi Internasional di Sektor Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun;
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Industri
Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035.
Keputusan Presiden No 92 Tahun 1998 tentang Pengesahan Montreal Protocol
on Substances that Depleted the Ozone Layer
Peraturan Presiden No 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal
Amendement to the Montreal Protocol on Substances that Depleted the Ozone
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 26
Layer
Konvensi Minamata tentang Merkuri.
Gambaran Umum
Dunia Internasional saat ini sudah memberi perhatian yang besar terhadap isu-
isu lingkungan. Indonesia sebagai negara yang juga mempunyai kepedulian terhadap
keberlangsungan lingkungan hidup selalu ikut serta dan berperan aktif terhadap
konvensi internasional yag terkait dengan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Beberapa konvensi internasional telah ditandatangai dan diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia sebagai wujud komitmennya sebagai masyarakat internasional
yang berwawasan Lingkungan serta bervisi untuk melakukan kegiatan
pembangunan berkelanjutan, salah satunya adalah Perpres No 46 tahun 2005 tentang
Amandemen Montreal atas Protokol Montreal tentang bahan-bahan yang merusak
lapisan ozon. Pada tahun 2013, Indonesia juga telah menandatangani konvensi
minamata mengenai merkuri sebagai bentuk komitmen untuk menanggulangi
pencemaran merkuri.
Tindak lanjut yang akan dilakukan Kementerian Perindustrian terkait konvensi
internasional tersebut diantaranya penyusunan pedoman teknis penggunaan merkuri
di industri lampu, pedoman teknis pengendalian emisi merkuri di industri semen,
non-ferrous metal, dan industri berbahan bakar batu bara. Berdasarkan pedoman
teknis tersebut, pada tahun 2018 Kementerian Perindustrian akan melakukan
penyusunan rencana aksi pengurangan merkuri dan pengendalian emisi merkuri di
sektor industri. Diharapkan rencana aksi tersebut dapat menjadi panduan bagi
Pemerintah dan Industri dalam mempersiapkan sektor industri supaya tetap berdaya
saing tinggi dan tidak terkena dampak yang merugikan bagi pertumbuhan industri
pada saat penerapan Konvensi Minamata ini. Disamping implementasi konvensi
minamata, pada tahun 2018 juga akan dilakukan penyusunan revisi terhadap
Peraturan Menteri Perindustrian No 41 Tahun 2014 tentang Larangan Penggunaan
Hydrochlorofluorocarbon (HCFC) di Bidang Perindustrian.
Untuk menunjang kelancaran proses Penyusunan Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Merkuri dan Pengendalian Emisi Merkuri Di Sektor Industri, maka
akan dilakukan perjalanan dinas ke beberapa daerah yang terdapat banyak industri
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 27
yang menggunakan merkuri dan juga menghasilkan emisi merkuri seperti NAD,
Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Tujuan melakukan perjalanan dinas ke
lokasi tersebut adalah untuk berkoordinasi dan berdiskusi dengan seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah daerah, industri, asosiasi industri, dan akademisi) untuk
memperoleh informasi kesiapan industri dan stakeholder serta mendapat masukan
dalam penyusunan rencana aksi nasional pengurangan merkuri dan pengendalian
emisi merkuri.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah internal Kementerian Perindustrian,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, Asosiasi
Industri, industri lampu, industri cat dan industri baterai.
c. Metode Pelaksanaan
Tahapan kegiatan penyusunan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Merkuri dan
Pengendalian Emisi Merkuri di sektor industri sebagai berikut:
a. Studi literatur;
b. Koordinasi dengan industri dan instansi terkait;
c. Melakukan sosialisasi dan review Best Available Techniques (BAT) dan
Best Environmental Practices (BEP) tentang pengelolaan emisi merkuri
untuk sektor industri semen, industri logam dasar bukan besi dan industri
pengguna boiler berbahan bakar batubara;
d. Melakukan uji coba BAT/BEP pengendalian emisi merkuri di salah satu
industri semen, industri logam dasar bukan besi dan industri pengguna boiler
berbahan bakar batubara;
e. Pelaksanaan FGD dan Konsinyering;
f. Penyusunan Rencana Aksi Nasional;
g. Penyusunan laporan.
Tahapan kegiatan Revisi Peraturan Menteri Perindustrian No 41 Tahun 2014 tentang
Larangan Penggunaan Hydrochlorofluorocarbon (HCFC) di Bidang Perindustrian:
a. Pelaksanaan FGD dan Konsinyering;
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 28
b. Pelaksanaan rapat koordinasi untuk melakukan revisi Peraturan Menteri
Perindustrian No 41 Tahun 2014 tentang Larangan Penggunaan
Hydrochlorofluorocarbon (HCFC) di Bidang Perindustrian
c. Penyusunan laporan.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan pada tahun anggaran 2018
dimulai pada bulan Januari hingga Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp. 400.000.000,00 (empat
ratus lima puluh juta rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Tahun Anggaran 2018.
9. Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di Sektor Industri
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional
Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air
Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air
Peraturan Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penggunaan
Sumber Daya Air.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 29
Gambaran Umum
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang vital bagi sektor industri.
Penggunaan air di sektor industri sangat banyak, diantaranya adalah: pencucian,
bahan baku, pendinginan, steam/uap, power plant, dan lainnya. Ketersediaan dan
kualitas air tentunya juga memegang peranan penting.
Dengan adanya peningkatan jumlah industri, tentunya akan berdampak pada
peningkatan jumlah kebutuhan air untuk industri, sehingga ketersediaan air untuk
industri akan berkurang. Disamping itu juga, adanya eksploitasi air yang kian besar
akan berdampak negatif bagi lingkungan sekitar industri. Ketidakseimbangan
ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu wilayah tertentu akan menimbulkan
masalah, diantaranya krisis air. Keadaan ini mengharuskan sektor industri harus
melakukan penghematan pemakaian air dan menerapkan upaya-upaya efisiensi air.
Pemanfaatan air untuk berbagai penggunaan cenderung melebihi pasokan air
yang tersedia dan belum terintegrasi dengan upaya konservasi air. Penggunaan air
bagi industri sering kali mengabaikan upaya konservasi air yang seharusnya
dilakukan dalam mendukung penghematan penggunaan air sebagaimana yang
digariskan dalam konsep produksi bersih. Upaya konservasi air selain untuk
menunjang daya dukung lingkungan, juga berdampak positif pada peningkatan
efisiensi industri yang pada akhirnya mampu meningkatkan daya saing bagi industri.
Proyeksi kebutuhan air industri sangat kompleks dengan segala faktor-faktor yang
ikut mendukungnya. Semakin besar suatu industri maka pemanfaatan air akan
semakin banyak, hal ini juga dipengeruhi oleh jenis industri yang diusahakan.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
disebutkan bahwa perusahaan industri tertentu wajib melaksanakan manajemen air.
Batasan perusahaan industri tertentu yang wajib melaksanakan manajemen air ini
perlu ditetapkan lebih lanjut oleh Kementerian Perindustrian. Sebelum menyusun
peraturan turunannya, Kementerian Perindustrian melalui Puslitbang IHLH perlu
melakukan kajian mengenai dampak kebijakan manajemen air terhadap industri,
sehingga dapat diketahui sejauh mana kesiapan industri terhadap kebijakan
manajemen air ini. Selain itu, apabila ada indikasi bahwa industri belum siap, dapat
dikaji langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan industri.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 30
b. Penerima Manfaat
Untuk Tahun Anggaran 2018 penerima manfaat dari kegiatan ini adalah sektor
industri, Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder lainnya.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di Sektor Industri ini
akan dilaksanakan secara penunjukan langsung dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
a. Persiapan kegiatan, terdiri dari koordinasi dengan narasumber yang
kompeten untuk berkontribusi dalam penyusunan kajian analisis dampak
konservasi air; menyelenggarakan rapat teknis dan rapat koordinasi dengan
sektor industri, stakeholer terkait, dan asosiasi industri
b. Penunjukan tim ahli
c. Studi literatur dan referensi terkait
d. Survey data dan informasi baik ke industri maupun ke dinas-dinas terkait di
daerah
e. FGD dalam rangka penyusunan kajian analisi dampak kebijakan konservasi
air sektor industri,
f. FGD dalam rangka pembahasan Draft Permenperin tentang Manajemen Air,
g. Penyusunan laporan akhir..
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di Sektor Industri akan
dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan pada tahun anggaran 2018, dimulai pada
bulan Januari 2018 hingga Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 600.000.000,-
(Enam Ratus Juta Rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2018.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 31
10. Forum Koordinasi Nasional dan Internasional Dalam Rangka Pengembangan
Industri Hijau
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
UU Nomor 6 tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi Perubahan Iklim
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi yang akan datang.
UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
Kepres Nomor 23 tahun 1992 tentang Ratifikasi Indonesia tentang Konvensi
Wina dan Protokol Montreal
Perpres 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
GRK (RAN-GRK);
Perpres 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK.
Gambaran Umum
Berbagai permasalahan lingkungan hidup tidak mengenal batas suatu negara.
Pelestarian Lingkungan dan iklim bumi merupakan tugas penting dari komunitas
negara semesta, sehingga penanganannya membutuhkan upaya bersama lintas batas
suatu negara. Kerjasama internasional di bidang lingkungan juga penting terhadap
kemampuan merencanakan solusi yang baik bagi tantangan lingkungan global yang
dihadapi negara dimanapun. Berbagai konvensi internasional telah dihasilkan
seperti Konvensi Rotterdam, Konvensi Basel, Konvensi Pop’s (Persisten Organik
Polutans) dibentuk Dalam upaya menghadapi limbah beracun, bahan kimia, dan
pestisida berbahaya, sementara UNCBD (United Nations Convention on Biological
Diversity, CITES (Convention of International Trade Endangered Species) dibentuk
untuk menghadapi permasalahan keanekaragaman hayati, IPCC (Intergov
Pernmental Panel on Climate Change), Conference of the Parties (COP), Conference
of the Serving as Meeting (CMP) dibentuk untuk menghadapi perubahan iklim yang
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 32
selanjutnya dikenal dengan UNFCCC (United Convention on Climate Change) yang
menghasilkan Montreal Protocol dan Kyoto Protocol. Pembentukan UNFCCC
dimaksudkan dalam upaya menghadapi zat-zat yang merusak lapisan ozon,
perlindungan lapisan ozon, pengurangan emisi CO2 serta pengurangan emisi Gas
Rumah Kaca (GRK).
Indonesia telah berpartisipasi aktif Dalam berbagai kegiatan di lingkungan
Hidup dalam kerangka kerja sama multilateral dan bilateral, baik di lingkup global
maupun regional. Kementerian Perindustrian menyadari bahwa perkembangan
lingkungan strategis dalam fora bilateral, regional dan multilateral mempunyai
dampak terhadap daya saing industri. Oleh karena itu Kementerian Perindustrian
telah secara aktif ikut dalam perundingan di fora tersebut diatas guna mengamankan
kebijakan pengembangan industri sekaligus dan memperjuangkan kepentingan
Indonesia.
Bagaimanapun baiknya produk Konferensi tentang lingkungan hidup dan
pembangunan yang telah diselenggarakan itu, tanpa adanya tindak lanjut untuk
menerapkan hasil-hasil yang telah dicapai, maka konferensi yang demikian besarnya
itu tidak akan banyak maknanya. Tujuan utama diselenggarakannya Konferensi
Internasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan adalah menyelamatkan
bumi sebagai planet yang layak huni. Berkaitan dengan kelanjutan dari Konferensi
tersebut diperlukan kesadaran, niat dan biaya untuk menyelamatkan bumi. Oleh
karena itu melalui Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan Industri Hijau tahun
anggaran 2015, Kementerian Perindustrian siap berpartisipasi pada sidang-
sidang/workshop internasional. Kebijakan luar negeri di bidang lingkungan hidup
diarahkan pada pendekatan harmonisasi antara kebijakan nasional dan kebijakan
global Dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional.
Salah satu tahapan dalam pelaksanaan kegiatan Forum Koordinasi Nasional dan
Internasional Dalam Rangka Pengembangan Industri Hijau adalah melalui survey
dan pengumpulan data serta diskusi ke instansi terkait. Instansi terkit yang dimaksud
adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi dan Balae Besar atau
Baristand Industri. Mengingat rencana forum inernasional adalah terkait
pengembangan industri hijau, lingkungn hidup dan energi, maka lokasi survey dan
koordinasi yang direncanakana dalah Propinsi/ Daerah yang terdapat industri –
industri yang lahap energi dan menghasilkan emisi GRK tinggi (Industri semen,
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 33
baja, pulp & kertas, tekstil, kimia, pupuk, keramik, makanan & minuman). Setiap
survey direncanakan terdiri dari 2 (dua) orang selama 3 (tiga) hari.
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat kegiatan ini adalah, para pemangku kepentingan yang terkait
dengan program industri hijau, energi dan Lingkungan hidup antara lain Unit-unit di
lingkungan Kementerian Perindustrian, instansi pemerintah dan swasta (di Pusat
dan Daerah) dan Lembaga-lembaga non Pemerintah dalam dan luar negeri yang
bekerjasama dan peduli terhadap upaya pencegahan dan pengendalian lingkungan
hidup.
c. Metode Pelaksanaan
Pengumpulan data/bahan dengan mengadakan rapat koordinasi dengan instansi
terkait dengan melakukan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
a. Persiapan Kegiatan
1. Melakukan inventarisasi data/agenda pelaksanaan sidang-
sidang/workshop bilateral, regional dan multilateral;
2. Menyusun agenda inventarisasi data pelaksanaan sidang-
sidang/workshop bilateral, regional dan multilateral;
3. Menyiapkan bahan-bahan untuk kepentingan delegasi Indonesia sesuai
dengan kebutuhan dan tupoksi Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan
Industri Hijau;
4. Menghitung dan mempersiapkan administrasi perjalanan dalam rangka
menghadiri sidang-sidang/workshop bilateral, regional dan multilateral;
b. Pelaksanaan Kegiatan
1. Mengadakan rapat/pertemuan dengan instansi terkait dalam rangka
persiapan, diskusi hasil-hasil sidang/workshop yang telah dihadiri atau
rapat lainnya yang bersifat bilateral, regional, dan multilateral;
2. Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dalam setiap rapat atau
persidangan/workshop yang telah dihadiri;
3. Evaluasi Kegiatan;
4. Pembuatan Laporan.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 34
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Forum Koordinasi Nasional dan,Internasional Dalam Rangka
Pengembangan Industri Hijau ini hingga pencapaian keluaran dilakukan selama (12
dua belas) bulan pada tahun anggaran 2018, dimulai pada bulan Januari hingga
desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 513.423.000,-
(Lima ratus tiga belas juta empat ratus dua puluh tiga ribu rupiah) yang dibebankan
pada DIPA Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup - BPPI Tahun
Anggaran 2018.
11. Penyusunan Program dan Rencana Kerja
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
& Anggaran Kementerian/Lembaga;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perindustrian;
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;
Peraturan MENPAN No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Gambaran Umum
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-
IND/PER/10/2010 tanggal 4 Oktober 2010 bahwa Pusat Pengkajian Industri Hijau
dan Lingkungan Hidup (PPIHLH) mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan
pengkajian di bidang industri hijau dan lingkungan hidup. Guna melaksanakan tugas
tersebut, Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup menyelenggarakan
fungsi : penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian dan
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 35
pengkajian di bidang industri hijau, lingkungan hidup, dan energi, pelaksanaan
penelitian dan pengkajian di bidang industri hijau, lingkungan hidup, dan energi,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengkajian di
bidang industri hijau, lingkungan hidup dan energi, dan pelaksanaan urusan tata
usaha dan manajemen kinerja Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan sistem perencanaan dan
sinkronisasi program yang akan menunjang kegiatan Pusat Pengkajian Industri Hijau
dan Lingkungan Hidup dengan mengacu kepada Renstra BPKIMI dan Kementerian
Perindustrian serta monitoring dan mengevaluasi program-program kegiatan yang
telah dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi diharapkan dapat memberikan
gambaran tingkat keberhasilan pelaksanaan program serta upaya-upaya perbaikan
kinerja pada program mendatang. Secara bertahap program-program ini akan
dituangkan ke dalam Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja dalam satu Laporan
Kinerja Akuntabilitas sehingga jelas nampak tingkat keberhasilan maupun
manfaatnya.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas perlu dukungan rencana
kegiatan beserta anggarannya. Dalam menyusun dan merencanakan program
anggaran tersebut diperlukan data-data dan informasi yang akurat melalui koordinasi
dengan unit terkait di Kementerian Perindustrian maupun lainnya. Salah satu
tahapan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan program dan rencana kinerja
adalah melalui survey dan pengumpulan data serta diskusi ke instansi terkait.
Instansi terkit yang dimaksud adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi
dan Balae Besar atau Baristand Industri. Mengingat tupoksi Pusat Pengkajian
Industri Hijau dan Lingkungan Hidup terkait dengan Pengembangan Industri Hijau
dan Penurunan Emisi GRK, maka lokasi survey dan koordinasi yang direncanakana
dalah Propinsi/ Daerah yang terdapat industri – industri yang lahap energi dan
menghasilkan emisi GRk tinggi (Industri semen, baja, pulp & kertas, tekstil, kimia,
pupuk, keramik, makanan & minuman). Setiap survey direncanakan terdiri dari 2
(dua) orang selama 3 (tiga) hari.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 36
b. Penerima Manfaat
Penerima manfaat kegiatan ini antara lain : Pihak-pihak terkait dalam Perencanaan,
Penyusunan dan Evaluasi Program / Kegiatan baik internal maupun eksternal.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara swakelola dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
a. Penyusunan Kelompok Kerja;
b. Rapat-rapat Persiapan;
c. Pelaksanaan Konsinyering Program / Kegiatan;
d. Penyusunan Renkin;
e. Penyusunan Renja dan Penetapan Kinerja;
f. Konsinyering Lanjutan dalam penyusunan KAK, RAB dan Satuan 3B;
g. Koordinasi dan Konsultasi Penyusunan KAK, RAB dan Satuan 3B dalam
rangka penyusunan Pagu Indikatif;
h. Penyusunan RKA-KL;
i. Penyusunan LAKIP dan Laporan Kegiatan.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan dan dimulai sejak bulan
Januari hingga Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sebesar Rp 194.038.000,-
(Seratus sembilan puluh empat juta tiga puluh delapan ribu rupiah ) yang dibebankan
pada DIPA Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup - BPPI Tahun Anggaran 2018.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 37
12. Operasional dan Pemeliharaan Kantor
a. Latar Belakang
Dasar Hukum
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 105/M-
IND/PER/10/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian.
Gambaran Umum
Pimpinan Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup sesuai dengan tangggung jawabnya adalah menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani
memikul resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukaknnya,
sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal.
Dalam menjalankan tugasnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri
Hijau dan Lingkungan Hidup membutuhkan penyediaan operasional dan
pemeliharaan perkantoran.
b. Penerima Manfaat
Pimpinan di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup.
c. Metode Pelaksanaan
Kegiatan operasional perkantoran Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri
Hijau dan Lingkungan Hidup dilaksanakan melalui penyediaan kebutuhan alat tulis
kantor, penyelenggaraan operasional, honor yang terkait dengan operasional satuan
kerja, penyelenggaraan rapat-rapat pimpinan, pemeliharaan peralatan dan mesin dan
perjalanan pimpinan. Tahapan pelaksanaan kegiatan operasional perkantoran adalah
sebagai berikut:
a. Mendata kebutuhan operasional unit kerja Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
b. Melakukan pemesanan dan penyediaan kebutuhan operasional unit kerja
Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup.
c. Mendistribusikan kebutuhan operasional unit kerja Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 38
d. Evaluasi kegiatan setiap 3 bulan sekali
e. Pembuatan laporan kegiatan.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran pencapaian
keluaran dilakukan selama 12 (dua belas) bulan pada tahun anggaran 2018, dimulai
pada bulan Januari 2018 hingga Desember 2018.
e. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 600.000.000,-
(Enam Ratus Juta rupiah) yang dibebankan pada DIPA Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup - BPPI Tahun Anggaran 2018.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 39
2.2. Sasaran dan Indikator Kinerja Program Tahun Anggaran 2018
No SASARAN PROGRAM /
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA PROGRAM /
KEGIATAN
1 Tersedianya Kebijakan Penurunan
Emisi GRK
Implementasi Konservasi dan Diversifikasi
Energi di Sektor Industri
Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah
Kaca Sektor Industri
Kajian Pengelolaan Limbah Industri
Tekstil
Pengendalian Pencemaran Lingkungan di
Sektor Industri
Penyusunan penurunan emisi GRK di
sektor IPPU dan Limbah Industri
Penyusunan Kebijakan Implementasi
Konvensi Internasional di Sektor Industri
Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di
sektor industri
2 Tersedianya Infrastruktur Industri
Hijau
Penyusunan Standar Industri Hijau
Sertifikasi Industri Hijau
3 Terlaksananya Kerjasama dan
sosialisasi penerapan Industri
Hijau
Isu-isu nasional dan internasional terkait
penerapan industri hijau yang
teridentifikasi
Dokumen Rencana Kerja,Program dan
Evaluasi yang disusun
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 40
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Hasil yang telah dicapai dan analisis capaian kinerja
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Implementasi
Konservasi dan
Diversifikasi Energi di
Sektor Industri
3 Pedoman 15
Rapat Persiapan, Rapat
Koordinasi dengan Stake
Holder dan Survei Awal dan
FGD Penetapan Metode
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri.
45
Survei dan FGD
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
75
Survei dan FGD
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industr
100
Workshop dan FGD
Pengolahan Data
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri, FGD
Pengolahan Data
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri, dan
Penyusunan Laporan
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Pengembangan Profil
Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Industri
1 Dokumen 9
Persiapan Kegiatan, Rapat
koordinasi dan Rapat
Teknis, Pengumpulan data
dan informasi, Monitoring
Inventarisasi Emisi GRK di
Industri
32
Monitoring Inventarisasi
Emisi GRK di Industri, FGD
penyusunan Profil Emisi
GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi
GRK Sektor Industri
71
Penyusunan Profil Enisi
GRK Sektor Induatri,
Bimbingan Teknis
Penghitungan dan
Pelaporan Emisi GRK di
Sektor Industri
100
Monitoring Inventarisasi
Emisi GRK di Industri, FGD
penyusunan Profil Emisi
GRK Sektor Industri,
Penyusunan Laporan Akhir
Kegiatan
Kajian Pengelolaan
Limbah Industri Tekstil1 Dokumen
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan di Sektor
Industri
1 Pedoman 3
Penyusunan rencana kerja
dan koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait,
Koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, rapat
koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, dan
menyusun rancangan
regulasi.
20
Koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, rapat
koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait dan
menyusun rancangan
regulasi.
70
Koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, rapat
koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, menyusun
rancangan regulasi, dan
workshop.
100
Koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, rapat
koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait, dan
penyusunan laporan.
Penyusunan
penurunan emisi GRK
di sektor IPPU dan
Limbah Industri
1 Dokumen 3
Persiapan pelaksanaan
kegiatan dan Rapat
Koordinasi
20 Konsinyering dan
Koordinasi55
FGD dan Koordinasi,
Konsinyering100
Koordinasi, Penyusunan
laporan akhir dan rapat
koordinasi, dan Pencetakan
dokumen dan laporan akhir
Penyusunan Kebijakan
Implementasi
Konvensi Internasional
di Sektor Industri
1 Dokumen 5Persiapan pelaksanaan
kegiatan, Rapat Koordinasi26
FGD, Konsinyering dan
Koordinasi65
FGD dan Koordinasi,
Konsinyering100
Koordinasi, Penyusunan
laporan akhir dan rapat
koordinasi, Pencetakan
dokumen dan laporan akhir
Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air di
sektor industri1 Dokumen 3
Persiapan kegiatan, Rapat
koordinasi dan rapat teknis
dan Pengumpulan data dan
informasi
20
FGD pembahasan Kajian
Teknis dan Draft Permen
Manajemen Air
60
FGD pembahasan Kajian
Teknis dan Draft Permen
Manajemen Air
100
FGD pembahasan Kajian
Teknis dan Draft Permen
Manajemen Air dan
Penyusunan Laporan Akhir
1 Tersedianya
Kebijakan
Penurunan Emisi
GRK
Anggaran di blokir
Unit Organisasi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Rencana Aksi
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 41
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
Target
Antara
(%)
Rencana Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan Standar
Industri Hijau 4 RSIH 10
Persiapan kegiatan
penyusunan Standar
Industri Hijau (SIH), studi
literatur dan pencarian
benckmark dan
Pembentukan tim teknis
dan penunjukkan
Narasumber.
55
survey dalam rangka
kelengkapan data teknis,
Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat
FGD tim teknis
83 rapat FGD tim teknis 100
rapat FGD tim teknis, rapat
FGD Pra Konsensus dan
Konsensus dan Penyusunan
Laporan Akhir dan Evaluasi
Kegiatan
Sertifikasi Industri
Hijau
6 Perusahaan
Industri
Tersertifikasi
12
Persiapan pelaksanaan
kegiatan Sertifikasi Industri
Hijau, lanjutan
pembahasan Draft Permen
Tata Cara Sertifikasi
Industri Hijau, Koordinasi
dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan
Sertifikasi Industri Hijau
dan Rapat pembahasan
draft awal Tim Penilain dan
Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon
LSIH
53
Koordinasi dengan LSIH
terkait rencana
pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat
pembahasan draft awal Tim
Penilain dan Pengawas LSIH
serta penerimaan berkas
calon LSIH, Pemilihan calon
peserta Sertifikasi Industri
Hijau, pembahasan draft
Permen Tim Penilai dan
Pengawas LSIH serta
assesment calon LSIH
90Proses Sertifikasi Industri
Hijau100
Evaluasi hasil Sertifikasi
Industri Hijau, rekomendasi
dan tindak lanjut hasil
Sertifikasi Industri Hijau
serta pembuatan laporan
akhir
Isu-isu nasional dan
internasional terkait
penerapan industri
hijau yang
teridentifikasi
1 Laporan 15Perencanaan, identifikasi
dan koordinasi40
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertem
uan internasional
80
Koordinasi dan
pelaksanaan forum
koordinasi, menghadiri
sidang/konferensi/pertem
uan internasional
100Koordinasi, evaluasi, dan
penyusunan laporan
Dokumen Rencana
Kerja,Program dan
Evaluasi yang disusun
1 Dokumen 15
Pengumpulan dan
Penyusunan usulan
Rencana Kegiatan dan
Program Tahun 2019,
Penyusunan Dokumen
Kinerja 2018 ,Laporan
Kinerja Tahun 2017,
Laporan PP 39 Triwulan I
60
Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran sesuai pagu
indikatif Tahun 2019,
penyusunan Laporan PP 39
Triwulan II
85
Penyusunan dan
pembahasan Rencana Kerja
dan Anggaran sesuai pagu
alokasi Tahun 2019 dan
penyusunan laporan PP
triwulan III
100
Penyusunan dan Finalisasi
Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu
defenitif Tahun 2019,
Penyusunan Laporan PP 39
Triwulan IV
3 Terlaksananya
Kerjasama dan
sosialisasi
penerapan
Industri Hijau
Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2 Tersedianya
Infrastruktur
Industri Hijau
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Rencana Aksi
Triwulan I
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 42
3.1.1. Hasil Yang Telah Dicapai dan Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan
Indikator Kinerja Dalam Perjanjian Kinerja
Target
Antara
(%)
Realisasi
Antara
(%)
Rencana Kegiatan Realisasi Kegiatan
1 2 3 4 6 7 8 9
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi di
Sektor Industri
3 Pedoman 45 45
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Pengembangan Profil Emisi
Gas Rumah Kaca Sektor
Industri
1 Dokumen 32 33,5
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK
Sektor Induatri
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK
Sektor Induatri, Bimbingan Teknis
Penghitungan dan Pelaporan Emisi
GRK di Sektor Industri
Kajian Pengelolaan Limbah
Industri Tekstil1 Dokumen
Pengendalian Pencemaran
Lingkungan di Sektor
Industri
1 Pedoman 20 20
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Penyusunan penurunan
emisi GRK di sektor IPPU
dan Limbah Industri
1 Dokumen 20 20 Konsinyering dan Koordinasi Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor
Industri
1 Dokumen 26 26 FGD, Konsinyering dan Koordinasi FGD, Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air di sektor
industri
1 Dokumen 20 20FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
PENGUKURAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA
TRIWULAN II TA.2018
Unit Organisasi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau
No.Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Rencana Aksi
Fisik Kegiatan
Tersedianya
Kebijakan
Penurunan
Emisi GRK
1
Anggaran di blokir
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 43
Target
Antara
(%)
Realisasi
Antara
(%)
Rencana Kegiatan Realisasi Kegiatan
1 2 3 4 6 7 8 9
Penyusunan Standar
Industri Hijau 4 RSIH 55 55
Survey dalam rangka kelengkapan
data teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Survey dalam rangka kelengkapan
data teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Sertifikasi Industri Hijau
6 Perusahaan
Industri
Tersertifikasi
53 45
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat
pembahasan draft awal Tim Penilain
dan Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon LSIH,
Pemilihan calon peserta Sertifikasi
Industri Hijau, pembahasan draft
Permen Tim Penilai dan Pengawas
LSIH serta assesment calon LSIH
dan Proses Sertifikasi Industri Hijau
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat
pembahasan draft awal Tim Penilain
dan Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon LSIH,
Pemilihan calon peserta Sertifikasi
Industri Hijau, pembahasan draft
Permen Tim Penilai dan Pengawas
LSIH serta assesment calon LSIH
dan Proses Sertifikasi Industri Hijau
Isu-isu nasional dan
internasional terkait
penerapan industri hijau
yang teridentifikasi
1 Laporan 40 40
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Dokumen Rencana
Kerja,Program dan
Evaluasi yang disusun
1 Dokumen 60 60
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif
Tahun 2019, penyusunan Laporan
PP 39 Triwulan II
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif
Tahun 2019, penyusunan Laporan
PP 39 Triwulan II
3 Terlaksananya
Kerjasama dan
sosialisasi
penerapan
Industri Hijau
2 Tersedianya
Infrastruktur
Industri Hijau
No.Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Rencana Aksi
Fisik Kegiatan
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 44
a. Sasaran Kegiatan I : Tersedianya Kebijakan Penurunan Emisi GRK
Target
Antara
(%)
Realisasi
Antara
(%)
Realisasi Antara Realisasi Kegiatan
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi di
Sektor Industri
3 Pedoman 45 45
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Pengembangan Profil Emisi
Gas Rumah Kaca Sektor
Industri
1 Dokumen 32 33,5
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK
Sektor Industri
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK
Sektor Induatri, Bimbingan Teknis
Penghitungan dan Pelaporan Emisi
GRK di Sektor Industri
Kajian Pengelolaan Limbah
Industri Tekstil1 Dokumen
Pengendalian Pencemaran
Lingkungan di Sektor
Industri
1 Pedoman 20 20
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Penyusunan penurunan
emisi GRK di sektor IPPU
dan Limbah Industri
1 Dokumen 20 20 Konsinyering dan Koordinasi Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor
Industri
1 Dokumen 26 26 FGD, Konsinyering dan Koordinasi FGD, Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air di sektor
industri
1 Dokumen 20 20FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
Tersedianya
Kebijakan
Penurunan
Emisi GRK
Anggaran di blokir
Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Triwulan II
Fisik Realisasi
Sasaran Kegiatan I terdiri dari Indikator Kinerja :
1. Implementasi Konservasi dan Disversifikasi Energi di Sektor Industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
45% dengan rencana kegiatan meliputi : Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi Sektor Industri.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 45%, dengan realisasi kegiatan : Survei
dan FGD Implementasi Konservasi dan Diversifikasi Energi Sektor Industri.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 45
2. Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
32% dengan rencana kegiatan meliputi : Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil Emisi GRK Sektor Industri, Penyusunan
Profil Enisi GRK Sektor Industri.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 33,5%, dengan realisasi kegiatan :
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri, Penyusunan Profil Enisi GRK Sektor Induatri,
Bimbingan Teknis Penghitungan dan Pelaporan Emisi GRK di Sektor Industri.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
3. Kajian Pngelolaan Limbah Industri Tekstil
Sampai Triwulan II TA. 2018 anggaran dari kegiatan ini masih diblokir.
4. Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Sektor Industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
20% dengan rencana kegiatan meliputi : Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 20%, dengan realisasi kegiatan :
Koordinasi dengan K/L dan instansi terkait, rapat koordinasi dengan K/L dan
instansi terkait dan menyusun rancangan regulasi.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
5. Penyusunan Penurunan emisi GRK di sektor IPPU dan Limbah Industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
20% dengan rencana kegiatan meliputi : Konsinyering dan Koordinasi.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 20%, dengan realisasi kegiatan :
Konsinyering dan Koordinasi.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 46
6. Penyusunan Kebijakan Implementasi Konvensi Internasional di Sektor
Industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
26% dengan rencana kegiatan meliputi : FGD, Konsinyering dan Koordinasi.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 26%, dengan realisasi kegiatan : FGD,
Konsinyering dan Koordinasi.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
7. Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di sektor industri
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
20% dengan rencana kegiatan meliputi : FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 20%, dengan realisasi kegiatan : FGD
pembahasan Kajian Teknis dan Draft Permen Manajemen Air.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 47
b. Sasaran Kegiatan II : Tersedianya Infrastruktur Industri Hijau
Target
Antara
(%)
Realisasi
Antara
(%)
Realisasi Antara Realisasi Kegiatan
Penyusunan Standar
Industri Hijau 4 RSIH 55 55
Survey dalam rangka kelengkapan
data teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Survey dalam rangka kelengkapan
data teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Sertifikasi Industri Hijau
6 Perusahaan
Industri
Tersertifikasi
53 45
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat
pembahasan draft awal Tim Penilain
dan Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon LSIH,
Pemilihan calon peserta Sertifikasi
Industri Hijau, pembahasan draft
Permen Tim Penilai dan Pengawas
LSIH serta assesment calon LSIH
dan Proses Sertifikasi Industri Hijau
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat
pembahasan draft awal Tim Penilain
dan Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon LSIH,
Pemilihan calon peserta Sertifikasi
Industri Hijau, pembahasan draft
Permen Tim Penilai dan Pengawas
LSIH serta assesment calon LSIH
dan Proses Sertifikasi Industri Hijau
Tersedianya
Infrastruktur
Industri Hijau
Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Triwulan II
Fisik Realisasi
Sasaran Kegiatan II terdiri dari Indikator Kinerja :
1. Penyusunan Standar Industri Hijau
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
55% dengan rencana kegiatan meliputi : Survey dalam rangka kelengkapan
data teknis, Keterangan penyusunan rancangan SIH dan rapat FGD tim teknis.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 55%, dengan realisasi kegiatan :
Survey dalam rangka kelengkapan data teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim teknis.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
2. Sertifikasi Industri Hijau
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
53% dengan rencana kegiatan meliputi : Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi Industri Hijau dan Rapat pembahasan draft
awal Tim Penilain dan Pengawas LSIH serta penerimaan berkas calon LSIH,
Pemilihan calon peserta Sertifikasi Industri Hijau, pembahasan draft Permen
Tim Penilai dan Pengawas LSIH serta assesment calon LSIH dan Proses
Sertifikasi Industri Hijau.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 48
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 45%, dengan realisasi kegiatan :
Koordinasi dengan LSIH terkait rencana pelaksanaan Sertifikasi Industri Hijau
dan Rapat pembahasan draft awal Tim Penilain dan Pengawas LSIH serta
penerimaan berkas calon LSIH, Pemilihan calon peserta Sertifikasi Industri
Hijau, pembahasan draft Permen Tim Penilai dan Pengawas LSIH serta
assesment calon LSIH dan Proses Sertifikasi Industri Hijau.
c. Sasaran Kegiatan III : Terlaksananya Kerjasama dan Sosialisasi
Penerapan Industri Hijau
Target
Antara
(%)
Realisasi
Antara
(%)
Realisasi Antara Realisasi Kegiatan
Isu-isu nasional dan
internasional terkait
penerapan industri hijau
yang teridentifikasi
1 Laporan 40 40
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Dokumen Rencana
Kerja,Program dan
Evaluasi yang disusun
1 Dokumen 60 60
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif
Tahun 2019, penyusunan Laporan
PP 39 Triwulan II
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif
Tahun 2019, penyusunan Laporan
PP 39 Triwulan II
Terlaksananya
Kerjasama dan
sosialisasi
penerapan
Industri Hijau
Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Triwulan II
Fisik Realisasi
Sasaran Kegiatan III terdiri dari Indikator Kinerja :
1. Isu-isu nasional dan internasional terkait penerapan industri hijau yang
teridentifikasi
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
40% dengan rencana kegiatan meliputi : Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan internasional.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 40%, dengan realisasi kegiatan :
Koordinasi dan menghadiri sidang/konferensi/pertemuan internasional.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
2. Dokumen Rencana Kerja, Program dan Evaluasi yang disusun
Pada Triwulan II TA. 2018 target antara dari indikator ini perkembangannya
60% dengan rencana kegiatan meliputi : Penyusunan Rencana Kerja dan
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 49
Anggaran sesuai pagu indikatif Tahun 2019, penyusunan Laporan PP 39
Triwulan II.
Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 60%, dengan realisasi kegiatan :
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran sesuai pagu indikatif Tahun 2019,
penyusunan Laporan PP 39 Triwulan II.
Realisasi kegiatan ini telah mencapai target.
3.1.2. Hasil yang telah dicapai dan analisis capaian kinerja berdasarkan indikator
pada kinerja output kegiatan
Kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup pada Triwulan II TA 2018 (1 April – 30 Juni 2018) terdiri dari output:
a. Output I : Penghargaan Industri Hijau
S R S R
(%) (%) (%) (%)
Penghargaan Industri Hijau 1.100.000 19,26 8,92 42 42
OUTPUT I
Pagu Triwulan II
Keuangan Fisik
(Rp000)
Output Penghargaan Industri Hijau pada Triwulan II :
1. Operasional dan Pemeliharaan Kantor capaian realisasi keuangan sebesar
8,92% sedangkan sasaran yang telah ditetapkan sebesar 19,26%, dengan
realisasi fisik sebesar 42%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan kegiatan Penghargaan Industri
Hijau, revisi buku pedoman penilaian Penghargaan Industri Hijau dan Rapat
Koordinasi, Revisi Buku Pedoman lanjutan, Pembuatan draft peraturan Kepala
BPPI tentang revisi Buku Pedoman, Pendaftaran Peserta Penghargaan Industri
Hijau serta verifikasi dokumen peserta Penghargaan Industri Hijau, dan
Persiapan Verifikasi lapangan dan Penilaian peserta Penghargaan Industri
Hijau (verifikasi lapangan dan presentasi).
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 50
b. Output II : Kebijakan Penurunan Emisi GRK
S R S R
(%) (%) (%) (%)
Implementasi Konservasi dan
Diversifikasi Energi di Sektor
Industri
800.000 36,25 15,54 45 45
Pengembangan Profil Emisi
Gas Rumah Kaca Sektor
Industri
350.000 37,71 18,26 31,63 33,5
Kajian Pengelolaan Limbah
Industri Tekstil450.000
Pengendalian Pencemaran
Lingkungan di Sektor Industri400.000 20 28,09 20 20
Penyusunan penurunan emisi
GRK di sektor IPPU dan
Limbah Industri
500.000 16 30,25 20 20
OUTPUT II
Pagu Triwulan II
Keuangan Fisik
(Rp000)
Anggaran diblokir
Output Kebijakan Penurunan Emisi GRK pada Triwulan II :
1. Implementasi Konservasi energi dan Disversifikasi Energi Sektor Industri
capaian realisasi keuangan sebesar 15,54% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 36,25%, dengan realisasi fisik sebesar 45%.
Realisasi fisik dari output adalah Rapat Persiapan, Rapat Koordinasi dengan
Stake Holder, Survei Awal dan FGD Penetapan Metode Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi Sektor Industri dan Survei dan FGD
Implementasi Konservasi dan Diversifikasi Energi Sektor Industri.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
2. Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri
capaian realisasi keuangan sebesar 18,26% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 37,71%, dengan realisasi fisik sebesar 33,50%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan Kegiatan, Rapat koordinasi dan
Rapat Teknis, Pengumpulan data dan informasi, Monitoring Inventarisasi
Emisi GRK di Industri, FGD penyusunan Profil Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Emisi GRK Sektor Industri, Bimbingan Teknis
Penghitungan dan Pelaporan Emisi GRK di Sektor Industri.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 51
Realisasi telah mencapai sasaran yang direncanakan.
3. Kajian Pengelolaan Limbah Industri Tekstil
Sampai Triwulan II TA.2018 anggaran dari kegiatan ini masih di blokir.
4. Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Sektor Industri
capaian realisasi keuangan sebesar 28,09% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 20%, dengan realisasi fisik sebesar 20%.
Realisasi fisik dari output adalah Penyusunan rencana kerja dan koordinasi
dengan K/L dan instansi terkait, Koordinasi dengan K/L dan instansi terkait,
rapat koordinasi dengan K/L dan instansi terkait, dan menyusun rancangan
regulasi.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
5. Penyusunan penurunan emisi GRK di sektor IPPU dan Limbah Industri
capaian realisasi keuangan sebesar 30,25% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 16%, dengan realisasi fisik sebesar 20%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan pelaksanaan kegiatan dan Rapat
Koordinasi, Konsinyering, Koordinasi.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan
c. Output III : Infrastruktur Industri Hijau
S R S R
(%) (%) (%) (%)
Penyusunan Standar Industri
Hijau 1.000.000 41,66 36,51 55 55
Sertifikasi Industri Hijau 600.000 0 18,2 52,5 45
Penyusunan Kebijakan
Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor
Industri
400.000 20,41 20,95 26 26
Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air di sektor
industri
600.000 14,6 13,66 20 20
OUTPUT III
Pagu Triwulan II
Keuangan Fisik
(Rp000)
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 52
Output Infrastruktur Industri Hijau pada Triwulan II :
1. Penyusunan Standard Industri Hijau
capaian realisasi keuangan sebesar 36,51% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 41,66%, dengan realisasi fisik sebesar 55%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan kegiatan penyusunan Standar
Industri Hijau (SIH), studi literatur dan pencarian benckmark dan
Pembentukan tim teknis dan penunjukkan Narasumber, survey dalam rangka
kelengkapan data teknis, penyusunan rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
2. Sertifikasi Industri Hijau
capaian realisasi keuangan sebesar 18,20% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 0%, dengan realisasi fisik sebesar 45%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan pelaksanaan kegiatan Sertifikasi
Industri Hijau, lanjutan pembahasan Draft Permen Tata Cara Sertifikasi
Industri Hijau.
3. Penyusunan Kebijakan Implementasi Konvensi Internasional di Sektor Industri
capaian realisasi keuangan sebesar 20,95% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 20,41%, dengan realisasi fisik sebesar 26%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan pelaksanaan kegiatan, Rapat
Koordinasi, FGD, Konsinyering dan Koordinasi.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
4. Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di sektor industri
capaian realisasi keuangan sebesar 13,66% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 14,60%, dengan realisasi fisik sebesar 20%.
Realisasi fisik dari output adalah Persiapan kegiatan, Rapat koordinasi dan
rapat teknis, Pengumpulan data dan informasi, FGD pembahasan Kajian Teknis
dan Draft Permen Manajemen Air.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 53
d. Output IV: Kerjasama Dan Sosialisasi Penerapan Industri
Hijau
S R S R
(%) (%) (%) (%)
Forum Koordinasi Nasional
Dan Internasional
Dalam Rangka Pengembangan
Industri Hijau
513.423 38,95 22,31 40 40
Penyusunan Program Dan
Rencana Kerja194.038 59,27 68,89 60 60
OUTPUT IV
Pagu Triwulan II
Keuangan Fisik
(Rp000)
Output Kerjasama dan sosialisasi penerapan Industri Hijau pada Triwulan II :
1. Forum Koordinasi Nasional Dan Internasional Dalam Rangka Pengembangan
Industri Hijau
capaian realisasi keuangan sebesar 22,31% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 38,95%, dengan realisasi fisik sebesar 40%.
Realisasi fisik dari output adalah Perencanaan, identifikasi dan koordinasi,
Koordinasi dan menghadiri sidang/konferensi/pertemuan internasional.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
2. Penyusunan Program Dan Rencana Kerja
capaian realisasi keuangan sebesar 68,89% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 59,27%, dengan realisasi fisik sebesar 60%.
Realisasi fisik dari output adalah Pengumpulan dan Penyusunan usulan
Rencana Kegiatan dan Program Tahun 2019, Penyusunan Dokumen Kinerja
2018, Laporan Kinerja Tahun 2017, Laporan PP 39 Triwulan I, Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran sesuai pagu indikatif Tahun 2019, penyusunan
Laporan PP 39 Triwulan II.
Realisasi telah mencapai sasaran fisik yang direncanakan.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 54
e. Output V: Layanan Perkantoran
S R S R
(%) (%) (%) (%)
Operasional Dan Pemeliharaan
Kantor600.000 50 55,65 50 50
OUTPUT V
Pagu Triwulan II
Keuangan Fisik
(Rp000)
Output Layanan Perkantoran pada Triwulan II :
1. Operasional dan Pemeliharaan Kantor
capaian realisasi keuangan sebesar 55,65% sedangkan sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 50%, dengan realisasi fisik sebesar 50%.
Realisasi fisik dari output adalah Penyelenggaraan operasional perkantoran
Triwulan I dan Penyelenggaraan operasional perkantoran Triwulan II.
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 55
3.2. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan
3.2.1. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Perjanjian Kinerja
Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pelaksanaan Perjanjian Kinerja
kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau pada Triwulan II Tahun
2018:
NO KEGIATAN HAMBATAN/KENDALA
1 Implementasi Konservasi Energi dan Diversifikasi
Energi
Tidak ada
2 Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Industri
Tidak ada
3 Kajian Pengelolaan Limbah Industri Tekstil Tidak ada
4 Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Sektor
Industri
Tidak ada
5 Penyusunan penurunan emisi GRK di sektor IPPU
dan Limbah Industri
Tidak ada
6 Penyusunan Kebijakan Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor Industri
Tidak ada
7 Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di sektor
industri
Tidak ada
8 Penyusunan Standar Industri Hijau Tidak ada
9 Sertifikasi Industri Hijau Tidak ada
10 Isu-isu nasional dan internasional terkait
penerapan industri hijau yang teridentifikasi
Tidak ada
11 Dokumen Rencana Kerja,Program dan Evaluasi
yang disusun
Tidak ada
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 56
3.2.2. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Output Kegiatan
Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan output kegiatan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Industri Hijau pada Triwulan II Tahun 2018:
NO KEGIATAN HAMBATAN/KENDALA
1 Penghargaan Industri Hijau Adanya sebagian anggaran yang
diblokir
2 Implementasi Konservasi Energi dan
Diversifikasi Energi
Tidak ada
3 Pengembangan Profil Emisi Grk Sektor
Industri
Ada beberapa input dari perusahaan
untuk pengembangan sistem informasi
ini, namun segera diselesaikan di
tempat saat FGD. Ada beberapa
perusahaan yang masih belum
memiliki akun
4 Kajian Pengelolaan Limbah Industri
Tekstil
Tidak ada
5 Pengendalian Pencemaran Lingkungan di
Sektor Industri
Tidak ada
6 Penyusunan Upaya Penurunan Emisi
GRK Di Sektor IPPU Dan Limbah
Industri
Tidak ada
7
Penyusunan Standar Industri Hijau
Pada fgd ke 3 pembahasan SIH kelapa
sawit di tunda sementara oleh keruan
tim teknis penyusunan SIH 2018
karena peserta (sebagian dari dewan
sawit dan direktorat pembina ) tidak
Menghendaki bahan baku (spesifik
bahan baku dan rasio bahan baku )
menjadi parameter penilaian SIH.
Padahal parameter tersebut sangat
penting untuk kriteria didalam
pencapaian efisiensi Penggunaan
bahan baku di suatu industri.
8 Sertifikasi Industri Hijau Tidak ada
9 Penyusunan Kebijakan Implementasi
Konvensi Internasional Di Sektor Industri
Tidak ada
10 Penyusunan Kebijakan Konservasi Air Di
Sektor Industri
1. Adanya pergeseran tanggal
pelaksanaan kegiatan sehingga
penyerapan tertunda/berkurang
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 57
11 Forum Koordinasi Nasional dan
Internasional Dalam Rangka
Pengembangan Industri Hijau
Adanya sebagian anggaran yang
diblokir sehingga mengurangi realisasi
2. Anggaran perjalan dinas untuk
kegiatan forum/pertemuan
internasional banyak yang dibiayai
oleh lembaga donor internasional
sehingga anggaran perjalanan dinas
biasa-luar negeri belum bisa terealisasi
12 Penyusunan Program dan Rencana Kerja Tidak ada
13 Operasional dan Pemeliharaan Kantor Tidak ada
3.3. Langkah Tindak Lanjut
3.3.1. Langkah Tindak Lanjut Pelaksanaan Perjanjian Kinerja
Langkah dan tindak lanjut yang perlu dilakukan guna mengatasi
kendala/hambatan yang ada adalah:
NO KEGIATAN TINDAK LANJUT
1 Implementasi Konservasi Energi dan Diversifikasi
Energi
Tidak ada
2 Pengembangan Profil Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Industri
Tidak ada
3 Kajian Pengelolaan Limbah Industri Tekstil Tidak ada
4 Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Sektor
Industri
Tidak ada
5 Penyusunan penurunan emisi GRK di sektor IPPU
dan Limbah Industri
Tidak ada
6 Penyusunan Kebijakan Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor Industri
Tidak ada
7 Penyusunan Kebijakan Konservasi Air di sektor
industri
Tidak ada
8 Penyusunan Standar Industri Hijau Tidak ada
9 Sertifikasi Industri Hijau Tidak ada
10 Isu-isu nasional dan internasional terkait
penerapan industri hijau yang teridentifikasi
Tidak ada
11 Dokumen Rencana Kerja,Program dan Evaluasi
yang disusun
Tidak ada
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 58
3.3.2. Langkah dan Tindak Lanjut Pelaksanaan Kinerja Output Kegiatan
Langkah dan tindak lanjut yang perlu dilakukan guna mengatasi
kendala/hambatan yang ada adalah:
NO KEGIATAN HAMBATAN/KENDALA
1 Penghargaan Industri Hijau Mengusulkan Revisi pembukaan blokir
2 Implementasi Konservasi Energi dan
Diversifikasi Energi
Tidak ada
3 Pengembangan Profil Emisi Grk Sektor
Industri
Diselesaikan ditempat kegiatan FGD
4 Kajian Pengelolaan Limbah Industri
Tekstil
Tidak ada
5 Pengendalian Pencemaran Lingkungan di
Sektor Industri
Tidak ada
6 Penyusunan Upaya Penurunan Emisi
GRK Di Sektor IPPU Dan Limbah
Industri
Tidak ada
7
Penyusunan Standar Industri Hijau
Memberikan pandangan kepada dewan
sawit dan pelaku industri kelapa sawit
tentang pentingnya SIH kelapa sawit
disamping adanya standar lain ISPO
Yg sdh ada saat ini namun masih
bersifat kwalitatif
8 Sertifikasi Industri Hijau Tidak ada
9 Penyusunan Kebijakan Implementasi
Konvensi Internasional Di Sektor Industri
Tidak ada
10 Penyusunan Kebijakan Konservasi Air Di
Sektor Industri
Melanjutkan ke FGD berikutnya
11 Forum Koordinasi Nasional dan
Internasional Dalam Rangka
Pengembangan Industri Hijau
Mengusulkan revisi pembukaan blokir
anggaran ke Ditjen Anggaran
Kemenkeu
12 Penyusunan Program dan Rencana Kerja Tidak ada
13 Operasional dan Pemeliharaan Kantor Tidak ada
Laporan PP 39 Triwulan II TA. 2018 Puslitbang IHLH 59
BAB IV
PENUTUPAN
Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan sesuai dengan
PP No. 39 Tahun 2006 Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup pada Triwulan II TA 2018 sudah terlaksana secara keseluruhan.
Implementasi PP No. 25 Tahun 2000 dan UU No. 32 Tahun 2004 telah membawa
konsekuensi terhadap kewenangan tugas pokok dan fungsi di dalam pembinaan, perencanaan
dan pelaksanaan program-program pembangunan di berbagai sektor termasuk sektor industri.
Komitmen bersama antara Baristand Industri Medan dengan instansi terkait sangat diperlukan
untuk mensinergikan pembangunan industri.
Dalam upaya mengoptimalkan kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup, faktor sumber daya manusia sangat menentukan. Rekruitmen pegawai
sesuai kompetensinya, pertimbangan karier, etos kerja dan disiplin merupakan syarat utama
disamping syarat-syarat utama lainnya untuk mengembangkan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup menjadi organisasi yang berbasis
knowledge guna terwujudnya profesionalisme.
FORMULIR A
I. DATA UMUM
1. Nomor Kode dan Nama Unit Organisasi
2. Nomor Kode dan Nama Fungsi
3. Nomor Kode dan Nama Sub Fungsi
4. Nomor Kode dan Nama Program
5. Indikator Hasil
6. Nomor Kode dan Nama Kegiatan
7. Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan/Tahun Ke : 1/1
8. Penanggung Jawab Kegiatan
9. Tempat Kedudukan Penanggung Jawab Kegiatan
10. Nomor Surat Pengesahan DIPA
II. DATA KEUANGAN DAN INDIKATOR KELUARAN PER OUTPUT KEGIATAN
No. Loan PHLN Rupiah Total
2 3 4 5 6 7
001 - 1.100.000 1.100.000 Jumlah Perusahaan industri yang menerapkan
prinsip-prinsip Industri Hijau
130 Industri
002 - 2.500.000 2.500.000 Jumlah Kebijakan Penurunan Emisi GRK sektor
industri
5 Kebijakan
003 - 2.600.000 2.600.000 Jumlah Infrastruktur Industri Hijau 4 Infrastruktur
005 - 707.461 707.461 Jumlah kerjasama sosialisasi penerapan dan
pengembangan Industri Hijau
2 Kerjasama
994 - 600.000 600.000 Jumlah bulan layanan operasional perkantoran 12 Bulan
- 7.507.461 7.507.461
Kebijakan Penurunan Emisi GRK
Infrastruktur Industri Hijau
Kerjasama dan sosialisasi penerapan industri hijau
Layanan Perkantoran
Total
Nomor Kode dan Nama OutputAnggaran (Rp. 000)
Indikator Keluaran (Output) Satuan (Unit)
1
Penghargaan Industri Hijau
: 04.07.12. Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri
:
: 1861 - Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
: Ir. Teddy Caster Sianturi, MA
: Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53, Lt. 20 Jakarta Selatan
: DIPA- 019.07.1.248035/2018
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2018
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
: (248035) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
: 04. Ekonomi
: 04.07. Industri Dan Konstruksi
III. TARGET DAN REALISASI PELAKSANAAN PER OUTPUT
S R S R S R S R S R S R
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
001 4,56 3,14 10,00 15,00 14,70 2,93 32,00 27,00 19,26 6,07 42,00 42,00 DKI JAKARTA
002 5,88 6,56 7,11 7,52 17,40 10,42 18,85 18,77 23,28 16,98 25,96 26,29 DKI JAKARTA
003 6,26 8,06 8,00 5,31 16,27 14,35 33,88 34,85 22,53 22,41 41,88 40,15 DKI JAKARTA
005 11,73 11,67 15,00 4,11 32,79 20,76 30,49 23,23 44,53 32,43 45,49 27,34 DKI JAKARTA
994 25,00 19,10 25,00 - 25,00 28,86 25,00 50,00 50,00 47,96 50,00 50,00 DKI JAKARTA
7,90 8,06 10,02 6,93 18,67 13,13 27,57 28,46 26,57 21,19 37,59 35,39
Layanan Perkantoran
Jumlah
Fisik
1
Penghargaan Industri Hijau
Kebijakan Penurunan Emisi GRK
Infrastruktur Industri Hijau
Kerjasama dan sosialisasi penerapan industri hijau
OutputS.D. Triwulan Lalu (%) Triwulan Ini (%) S.D. Triwulan Ini (%)
Lokasi KegiatanKeuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan
IV. KENDALA DAN LANGKAH TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
No
1
1. 001 Penghargaan Industri Hijau - 1. Adanya sebagian anggaran yang diblokir
sehingga mengurangi realisasi
- Mengusulkan Revisi pembukaan blokir - Ditjen Anggaran Kemenkeu
2. 002 Kebijakan Penurunan Emisi GRK - Ada beberapa input dari perusahaan untuk
pengembangan sistem informasi ini, namun segera
diselesaikan di tempat saat FGD. Ada beberapa
perusahaan yang masih belum memiliki akun
- Diselesaikan ditempat kegiatan FGD - Perusahaan Industri terkait dan PUSDATIN
Kemenperin
3. 003 Infrastruktur Industri Hijau - Pada fgd ke 3 pembahasan SIH kelapa sawit di
tunda sementara oleh keruan tim teknis
penyusunan SIH 2018 karena peserta (sebagian
dari dewan sawit dan direktorat pembina ) tidak
Menghendaki bahan baku (spesifik bahan baku dan
rasio bahan baku ) menjadi parameter penilaian
SIH. Padahal parameter tersebut sangat penting
untuk kriteria didalam pencapaian efisiensi
Penggunaan bahan baku di suatu industri.
- Memberikan pandangan kepada dewan sawit dan
pelaku industri kelapa sawit tentang pentingnya SIH
kelapa sawit disamping adanya standar lain ISPO
Yg sdh ada saat ini namun masih bersifat kwalitatif
- - Asosiasi Industri Kelapa Sawit - Direktorat
Industri Hasil Hutan & Perkebunan -
Kementerian Pertanian
4. 003 Infrastruktur Industri Hijau - Adanya pergeseran tanggal pelaksanaan kegiatan
sehingga penyerapan tertunda/berkurang
- Melanjutkan ke FGD berikutnya - Koordinasi dengan bagian keuangan
5. 005 Kerjasama dan sosialisasi penerapan
industri hijau
- 1. Adanya sebagian anggaran yang diblokir
sehingga mengurangi realisasi 2. Anggaran
perjalanan dinas untuk kegiatan forum/pertemuan
internasional banyak yang dibiayai oleh lembaga
donor internasional sehingga anggaran perjalanan
dinas biasa-luar negeri belum bisa terealisasi
- Mengusulkan revisi pembukaan blokir anggaran ke
Ditjen Anggaran Kemenkeu
- 1. Ditjen Anggaran Kemenkeu 2. Bagian
Program BPPI kemenperin
Ir. Teddy Caster Sianturi, MA
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Jakarta Selatan, Juli 2018
Output Kendala Tindak Lanjut yang DiperlukanPihak yang Diharapkan Dapat Membantu
Penyelesaian Masalah
2 3 4 5
Target
Antara (%)
Realisasi
Antara (%)Rencana Kegiatan Realisasi Kegiatan
1 2 3 4 6 7 8 9
Implementasi Konservasi
dan Diversifikasi Energi di
Sektor Industri
3 Pedoman 45 45
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Survei dan FGD Implementasi
Konservasi dan Diversifikasi Energi
Sektor Industri
Pengembangan Profil Emisi
Gas Rumah Kaca Sektor
Industri
1 Dokumen 32 33,5
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK Sektor
Industri
Monitoring Inventarisasi Emisi GRK
di Industri, FGD penyusunan Profil
Emisi GRK Sektor Industri,
Penyusunan Profil Enisi GRK Sektor
Induatri, Bimbingan Teknis
Penghitungan dan Pelaporan Emisi
GRK di Sektor Industri
Kajian Pengelolaan Limbah
Industri Tekstil1 Dokumen
Pengendalian Pencemaran
Lingkungan di Sektor
Industri
1 Pedoman 20 20
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Koordinasi dengan K/L dan instansi
terkait, rapat koordinasi dengan K/L
dan instansi terkait dan menyusun
rancangan regulasi.
Penyusunan penurunan
emisi GRK di sektor IPPU
dan Limbah Industri
1 Dokumen 20 20 Konsinyering dan Koordinasi Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Implementasi Konvensi
Internasional di Sektor
Industri
1 Dokumen 26 26 FGD, Konsinyering dan Koordinasi FGD, Konsinyering dan Koordinasi
Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air di sektor
industri
1 Dokumen 20 20FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
FGD pembahasan Kajian Teknis dan
Draft Permen Manajemen Air
Penyusunan Standar Industri
Hijau 4 RSIH 55 55
Survey dalam rangka kelengkapan data
teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Survey dalam rangka kelengkapan data
teknis, Keterangan penyusunan
rancangan SIH dan rapat FGD tim
teknis
Sertifikasi Industri Hijau
6 Perusahaan
Industri
Tersertifikasi
53 45
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat pembahasan
draft awal Tim Penilain dan Pengawas
LSIH serta penerimaan berkas calon
LSIH, Pemilihan calon peserta
Sertifikasi Industri Hijau, pembahasan
draft Permen Tim Penilai dan
Pengawas LSIH serta assesment calon
LSIH dan Proses Sertifikasi Industri
Hijau
Koordinasi dengan LSIH terkait
rencana pelaksanaan Sertifikasi
Industri Hijau dan Rapat pembahasan
draft awal Tim Penilain dan Pengawas
LSIH serta penerimaan berkas calon
LSIH, Pemilihan calon peserta
Sertifikasi Industri Hijau, pembahasan
draft Permen Tim Penilai dan
Pengawas LSIH serta assesment calon
LSIH dan Proses Sertifikasi Industri
Hijau
Isu-isu nasional dan
internasional terkait
penerapan industri hijau
yang teridentifikasi
1 Laporan 40 40
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Koordinasi dan menghadiri
sidang/konferensi/pertemuan
internasional
Dokumen Rencana
Kerja,Program dan Evaluasi
yang disusun
1 Dokumen 60 60
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif Tahun
2019, penyusunan Laporan PP 39
Triwulan II
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran sesuai pagu indikatif Tahun
2019, penyusunan Laporan PP 39
Triwulan II
3 Terlaksananya
Kerjasama dan
sosialisasi
penerapan
Industri Hijau
Fisik Kegiatan
2 Tersedianya
Infrastruktur
Industri Hijau
Tersedianya
Kebijakan
Penurunan Emisi
GRK
1
Kendala/Permasalahan
PENGUKURAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA
TRIWULAN II TA.2018
10
Unit Organisasi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau
No.Sasaran
KegiatanIndikator Kinerja Target
Rencana Aksi
-
Anggaran di blokir
-
-
-
Pada fgd ke 3 pembahasan SIH
kelapa sawit di tunda sementara
oleh keruan tim teknis
penyusunan SIH 2018 karena
peserta (sebagian dari dewan
sawit dan direktorat pembina )
tidak Menghendaki bahan baku
(spesifik bahan baku dan rasio
bahan baku ) menjadi parameter
penilaian SIH. Padahal parameter
tersebut sangat penting untuk
kriteria didalam pencapaian
efisiensi Penggunaan bahan baku
di suatu industri.
-
-
-
-
-
No. Kegiatan Pagu Target
Fisik
Target
Keuangan
Realisasi
Keuangan
1. 1861.001 - Penghargaan Industri Hijau 1.100.000.000 42% 19,26% 8,92%
2.
1861.002 - Implementasi Konservasi
Energi Dan Diversifikasi Energi Sektor
Industri
800.000.000 45% 36,25% 15,54%
3.1861.002 - Pengembangan Profil
Emisi Grk Sektor Industri350.000.000 31,63% 37,71% 18,26%
4.1861.002 - Kajian Pengelolaan Limbah
Industri Tekstil450.000.000 0% 0% 0%
5.1861.002 - Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Di Sektor Industri400.000.000 20% 20% 28,09%
6.
1861.002 - Penyusunan Upaya
Penurunan Emisi Grk Di Sektor Ippu
Dan Limbah Industri
500.000.000 20% 16% 30,25%
7.1861.003 - Penyusunan Kebijakan
Konservasi Air Di Sektor Industri600.000.000 20% 14,60% 13,66%
8.
1861.003 - Penyusunan Kebijakan
Implementasi Konvensi Internasional
Di Sektor Industri
400.000.000 26% 20,41% 20,95%
9. 1861.003 - Sertifikasi Industri Hijau 600.000.000 52,50% 0% 18,20%
10.1861.003 - Penyusunan Standar
Industri Hijau1.000.000.000 55% 41,66% 36,51%
11.
1861.005 - Forum Koordinasi Nasional
Dan Internasional Dalam Rangka
Pengembangan Industri Hijau
513.423.000 40% 38,95% 22,31%
12.1861.005 - Penyusunan Program Dan
Rencana Kerja194.038.000 60% 59,27% 68,89%
13.1861.994 - Operasional Dan
Pemeliharaan Kantor600.000.000 50% 50% 55,65%
TOTAL 7.507.461.000 36% 27,24% 25,94%
PUSLITBANG INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
FORM ALKI