Upload
rifki-muhammad-iqbal
View
254
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAME
MENGHITUNG JUMLAH DAN KADAR KLOROFIL
MIKROALGA JENIS Closterium sp..
Disusun Oleh:
Nama : Rifki Muhammad Iqbal
NIM : 1211702067
Kelompok : III (Tiga)
Semester/ Kelas : IV B
Tanggal Praktikum : 09 Maret 2013
Tanggal Pengumpulan : 16 Maret 2013
Dosen : M. Rizal Maulana Hasby, S.Si.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
MENGHITUNG JUMLAH DAN KADAR KLOROFIL
MIKROALGA JENIS Closterium sp.
I. Tujuan
- Mengetahui pengaruh media terhadap jumlah sel Closterium sp.
- Mengetahui struktur tubuh (bentuk) Closterium sp.
- Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga.
- Mahasiswa mengetahui pengaruh media terhadap kandungan klorofil mikroalga
- Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga
-
II. Dasar Teori
Mikroalga adalah salah satu organisme yang dapat tumbuh pada rentang kondisi
yang luas dipermukaan bumi. Mikroalga biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang
lembab atau benda-benda yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair
pada lingkungan dipermukaan bumi. Mikroalga dapat hidup disemua tempat yang memiliki
cukup sinar matahari, air dan karbondioksida. (Ana, 2005).
Mikroalga merupakan tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan
memanfaatkan energi matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis. Hal ini menyebabkan
mikroalga memiliki waktu pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan tanaman darat,
yaitu mulai hitungan hari sampai beberapa minggu. Banyak sekali manfaat dari mikroalga
hijau ini yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia, antara lain sebagai bahan
makanan, pakan ternak, obat-obatan, campuran pupuk, dan sumber bahan bakar. (Ana, 2005).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen
inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang
disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas,
namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang
disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.
Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil,
tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh
kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari
ataupun penguapan air yang berlebihan (Salisbury, 2000).
Klorofil sebagaimana dikenal pada umumnya berperan dalam proses fotosintesis.
Dalam proses ini, ada tiga fungsi utama dari klorofil yaitu dengan memanfaatkan energi
matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi
ekosistem secara keseluruhan. Kekuatan mesin fotosintetik ini luar biasa hebat, produk yang
dihasilkannya mampu memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia (Gardiner,
1991).
Makin pekat suatu larutan zat yang berwarna, makin banyak menyerap cahaya,
sehingga kelihatan makin gelap, adanya hubungan antara penyerapan cahaya dengan
konsentrasi larutan, merupakan prinsip dasar dari kegunaan spektofotometer. Konsentrasi
suatu larutan zat berwarna dapat pula diketahui dengan mudah, berdasarkan harga
absorbansinya (OD = Optical Density), karena konsentrasi berhubungan secara linear dengan
OD. Selain itu, dengan menggunakan apektofotometer spektronik 21 D dapat pula tebaca
langsung konsentrasi suatu larutan yang diukur (Ismail. 2011).
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk
menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan
di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cukup cahaya, dan oleh
karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga fotosintesis. Lengkapnya kita katakan,
bahwa fotosintesis atau asimilasi zat karbon itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O
dan CO2 oleh korofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar.
(Dwidjoseputro, 1994). Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) dan
kemudian pengubahan energi kimia ini menjadi energy kerja pada peristiwa pernapasan dalam
tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia itu merupakan rangkaian proses kehidupan di dunia
ini. (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Dwidjoseputro (1994), lazimnya peristiwa fotosintesis dinyatakan dengan
persamaan reaksi kimia sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1994): 6 CO2 + 6 H2O C6 H12 O6 +
6 O2. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada klorofil dan ada cukup cahaya.
Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya
kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang
terkandung di dalamnya disebut grana. Menurut Dwidjoseputro (1994), pada tanaman tinggi
ada 2 macam klorofil, yaitu:
Klorofil a : C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan
Klorofil b : C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda)
Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai
inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana
intinya bukan Mg, melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil
yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim
klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya
hidrofil (suka akan air) (Dwidjoseputro, 1994).
III. Alat dan Bahan dan Cara Kerja
A. Pengukuran Jumlah Sel Mikroalga
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Rak kultur - Isolat alga Closterium sp.
- Botol kultur - Media basal bold
- Selang
- Aerator
- Lampu TL 40 watt
- Haemacytometer
- Lux meter
- Pipet tetes
Prosedur Kerja
Media Basal Bold
Closterium sp.
Selang Kultur
Pencahayaan Lampu TL
Data Hasil
Dibuat sesuai dengan panduan Bischoft 1963
Dipasang pada aerator kemudian masukkan pada botol kultur
Diatur maksimal 5000 lux
Diinokulasikan sebanyak 10% pada media dam diisolat selama
1 minggu kemudian hitung jumlah sel/hari menggunakan
haemacytometer dibawah mikroskop
B. Pengukuran Kadar Klorofil Mikroalga
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Spektrofotometer Kultur mikroalga
Centrifuge Aseton 90% atau Ethanol 96%
Gelas ukur
Tabung reaksi
Glass bead
Prosedur Kerja
Suspensi
Supernatan
Divortek selama 20 menit dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan yang
sama dan waktu yang sama.
Diukur, lalu diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
645nm dan 663 nm dan hitung kadar klorofil tersebut dengan rumus
berdasarkan Arnon (1979).
10 ml sampel kultur mikroalga
Supernatan dan Endapan
Diambil dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
Hasil Perhitungan
Supernatan dibuang dan endapan diambil, lalu ditambahkan aseton 90% atau
etanol 96% sehingga volume akhir menjadi 10 ml dan masukkan beberapa
butir glass bead
IV. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pertumbuhan Sel Coelastrum
Rumus Kerapatan = N x104.
Ket : N = Jumlah sel
Hari ke-
Jumlah Pertumbuhan
SelKerapatan
Aerator Kontrol Aerator Kontrol
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 137 73 K = 1370000 sel/ml K = 730000 sel/ml
5 165 29 K = 1650000 sel/ml K = 290000 sel/ml
6 418 255 K = 4180000 sel/ml K= 2550000 sel/ml
Tabel 2. Kandungan Klorofil Coelastrum sp.
Rumus = Klorofil A = (12,7 A663) – (2,7 A645)Klorofil B = ( 22,9 A663) – (4,7 A645)Klorofiltotal (A + B) = (20,2 A645) + ( 8,0 A633)
Aerator
I645 = 0,315
663 = 0,583
A = (12,7 x 0, 583) – (2,7 x 0,315) = 7,4 –0,85 = 6,55 A = A 1+ A 2
2=6,55+8,36
2=14,91
2=¿
7,45 mg/lB = (22,9 x 0,583) – (4,7 x 0,315) = 13,35 – 1,48 = 11,87
T = ( 20,2 x 0,315) + (8,0 x 0,583) = 6,36 + 4,66 = 11,02 B = B 1+B 2
2=11,87+15,12
2=27
2 = 13,5
mg/l
II645 = 0,348
663 = 0,732
A = (12,7 x 0,732) – ( 2,7 x 0,348) = 9,3 –0,94 =8,36
B = (22,9 x0,732) – ( 4,7 x 0,348) = 16,76 – 1,64 = 15,12 T=T 1+T 272
=11,02+12,882
=24,082
=¿ 12,04
mg/lT = (20,2 x 0,348) + ( 8,0 x 0,732) = 7,03 + 5,85 = 12,88
Kontrol
I645 = 0,206
663 = 0,93
A = (12,7 x 0,93) – (2,7 x 0,206) = 11,81–0,55 = 11,26 A = A 1+ A 2
2=11,26+1,96
2=13,22
2=¿ 6,61
mg/lB = (22,9 x 0,93) – (4,7 x 0,206) = 21,3 – 0.96 = 20,34
T = ( 20,2 x0,206) + (8,0 x 0,93) = 4,16 + 7,44 = 11,6B =
B 1+B 22
=20,34+3,582
=23,922
= 11,96 mg/l
II645 = 0,29
663 = 0,216
A = (12,7 x0,216) – ( 2,7 x 0,29) = 2,74 –0,78 = 1,96
B = (22,9 x0,216) – (4,7 x 0,29) =4,94 – 1,36 = 3,58T =
T 1+T 22
=11,6+7,5782
=19,172
=¿9,59 mg/lT = (20,2 x 0,29 + ( 8,0 x 0,216) = 5,85+1,728 = 7,578
V. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu tentang penghitungan jumlah dan pengukuran kadar klorofil
dari jenis mikroalga Coelastrum sp. Pertumbuhan mikroalga pada umumnya membutuhkan 3
faktor yaitu sinar matahari, nutrisi, dan CO2. Adapun upaya untuk meningkatkan produksi
biomasa mikroalga dapat dilakukan dengan memanipulasi faktor lingkungan seperti bentuk
wadah kultur dan media. Media yang umum digunakan yaitu media sintetik dan alami. Media
sintetik terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan jumlahnya sudah ditentukan.
Salahsatunya dengan Medium basal bold (MBB), medium inilah yang digunakan pada
praktikum ini. MBB merupakan medium sintetik yang umum digunakan pada kultur
mikroalga.
Pada praktikum ini dibuat 2 perlakuan yaitu dengan aerator dan tanpa aerator
(kontrol). Untuk aerator dipasang selang kultur yang kemudian dimasukkan ke dalam botol
kultur. Selanjutnya pencahayaan diatur maksimal 5000 lux. Kemudian diinokulasikan
Coelastrum sp. pada kedua media tersebut (kontrol dan aerator), dan dikultur selama 1
minggu. Selanjutnnya dilakukan perhitungan terhadap jumlah selnya dengan menggunakan
haemocytometer yaitu dengan cara meneteskan kultur sel Coelastrum sp. yang akan dihitung
jumlah selnya sebanyak 1 tetes ke masing-masing dua bagian haemocytometer. Tutup dengan
menggunakan cover glass. Kemudian dilihat di bawah mikroskop dan difokuskan hingga
terlihat kisi-kisi tempat perhitungan sel. Adapun penghitungan jumlah selnya hanya dilihat
pada 4 kotak besar.
Berdasarka hasil pengamatan diperoleh pertumbuhan sel Coelastrum sp.pada hari
ke-4 yaitu sebanyak 73 untuk kontrol dan 137 untuk aerator. Hari ke-5 diperoleh jumlah sel
sebanyak 165 untuk aerator dan 29 untuk kontrol. Sedangkan pada hari terakhir diperoleh sel
sebanyak 418 untuk aerator dan 255 untuk kontrol.Angka-angka tersebut merupakan jumlah
dari keempat kotak yang diamati. Sehingga diperoleh nilai kerapatan untuk masing-masing
perlakuan yaitu hari ke-4 diperoleh nilai kerapatan sebesar 1370000 sel/ml untuk aerator dan
730000 sel/ml untuk kontrol. Hari ke-5 diperoleh nilai kerapatan sebesar 1650000 sel/ml
untuk aerator dan 290000 sel/ml untuk kontrol. Hari ke-6 diperoleh nilai kerapatan sebesar
4180000 sel/ml untuk aerator dan 550000 sel/ml untuk kontrol. Nilai kerapatan ini
menunjukkan populasi sel per satuan luas. Kepadatan sel dipengaruhi oleh beberapa fakor
yaitu temperatur, aerasi, cahaya, dan pH (Boyd, 2004).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan dengan aerator dihasilkan jumlah sel
lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan aerator ini berfungsi untuk
menggerakkan air di dalam labu erlenmeyer yang berisi kultur alga sehingga akan menambah
luas permukaan gas CO2 dengan air. Dengan cara ini diharapkan semakin banyak gas CO2
yang akan terserap oleh air sehingga pertumbuahn mikroalga di dalamnya akan lebih
maksimal. Penggunaan karbondioksida pada kultivasi mikroalga memberikan pengaruh yang
baik bagi pertumbuhan dan kelimpahan sel mikroalga. Hal ini dapat dilihat dari kelimpahan
sel mikroalga pada setiap harinya yang selalu mengalami kelimpahan tertinggi bila
dibandingkan dengan kultivasi tanpa aerasi (kontrol).
Menurut Benemann (1997), penggunaan karbondioksida pada kultivasimikroalga
memiliki beberapa keuntungan yaitu mikroalgadapat tumbuh sangat cepat dan mikroalga
tidak membutuhkan tempat atau lahanyang sangat luas untuk tumbuh. Untuk organisme
seperti mikroalga,karbondioksida merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi
pertumbuhandan metabolisme mikroalga Selain CO2 faktor lainnya yaitu cahaya, nutrien,
salinitas dan suhu. Faktor faktor tersebut merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
mikroalga khususnya untuk proses fotosintesis.
Berikut adalahkurva pertumbuahn sel mikroalga Coelastrumsp.
Berdasarkangrafik di atas dapat terlihat fase pertumbuhan dari mikroalga. Dari
grafik tersebut terlihat bahwa pertumbuhan mikroalga Coelastrumsp. tergolong cepat. Pada
praktikum ini hanya teramati dari mulai hari ke-3, sedangkan hari ke-1 dan ke-2 tidak
teramati. Hal ini disebabkan karena pada hari tersebut hanya terlihat sel- sel mikroalganya
saja dengan jumlah yang sedikit dan tidak terlihat adanya kisi-kisi tempat perhitungan sel
sehingga kami sulit untuk menghitungnya.
Berdasarkan literatur bahwa terdapat lima fase pertumbuhan mikroalga yang
terdiri dari fase lag (adaptasi atau istirahat), fase eksponensial, fase penurunan kecepatan
pertumbuhan (deklinasi), fase stationer dan fase kematian. Fase lag merupakan fase adaptasi.
Pada fase ini mikroalga masih mengalami proses adaptasi sehingga belum terjadi proses
1 2 3 4 5 60
50000010000001500000200000025000003000000350000040000004500000
Pertumbuhan Sel Coelastrum sp.
Aerator
Kontrol
Umur kultivasi ( hari )
Kep
adat
an s
el (
sel/m
l)
pembalahan sel. Karena Fase eksponensial merupakan fase dimana fase ini dimulai dengan
pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi
kultivasi optimum maka laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimum.
Fase deklinasi merupakan fase yang ditandai oleh pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak
seintensif pada fase sebelumnya sehingga laju pertumbuhannya pun menjadi menurun
dibandingkan fase sebelumnya. Fase stasioner merupakan fase yang ditandai oleh laju
reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi
atau tetap sama dengan sebelumnya (stasioner). Fase kematian merupakan fase yang ditandai
dengan angka kematian yang lebih besar dari pada angka pertumbuhannya sehingga terjadilah
penurunan jumlah kelimpahan sel dalam wadah kultivasi (Kabinawa, 2001).
Berdasarkan literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hari ke-1 – ke-3
termasuk fase lag, dengan adanya jumlah sel mikrolaga yang sangat sedikit menunjukkan
bahwa pada hari itu sel mikroalga masih beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga
jumlahnya sedikit. Sedangkan pada hari ke-4 – ke-6 merupakan fase eksponensial, karena dari
hari ke-4 hingga hari ke-6 terjadi peningkatan jumlah sel yang signifikan. Dimana sel-sel
mengalami pertumbuhan 2 kali lipat, karena sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan. Pada
fase ini terjadi aktivitas fotosintesis yang sangat tinggi yang berguna untuk pembentukan
protein dan komponen-komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan dalam pertumbuhan.
Meningkatnya aktivitas fotosintesis menyebabkan meningkatnya kandungan klorofil dalam
sel.
Setelah dilakukan penghitungan jumlahsel, selanjutnya yaitu pengukuran kadar
klorofil. Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat
digunakan untuk melakukan proses fotosintesis.Dalam proses fotosintesis ini terdapat 3 fungsi
utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi
karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Pengukuran
klorofil ini berfungsi untuk mengetahui ukuran kelimpahan atau ketersediaan mikroalga dan
ukuran fotosintesis suatu perairan.
Pada pengukuran kadar klorofil ini digunakan beberapa alat yaitu
spektrofotometer, centrifuge, gelas ukur, tabung reaksi dan glass bead. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu masih dari kultur mikroalga yang sama yaitu Coelastrum sp. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu,mikroalga yang telah ditumbuhkan sebelumnya
masing-masing(aerator dan kontrol) diambil sebanyak 8 ml ke dalam tabung sentrifugasi,
kemudian sampel tersebut disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000rpm. Lalu
dibuang supernatannya dan diambil endapannya. Kemudian ditambahkan etanol 90% hingga
volum akhir menjadi 10 ml. Dimasukkan beberapa butirglass bead(diambil dari bubuk cover
glas) dan dikocok selama 10 menit sebagai pengganti dari vorteks, lalu disentrifugasi kembali
dengan kecepatan dan waktu yang sama. Kemudian supernatan diukur lalu dimasukkan ke
dalam kuvet untuk diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645 dan
663 nm. Setiap sampel dilakukan dua pengukuran, sehingga didapat 4 hasil yaitu dua untuk
kontrol dan dua lagi untuk aerator.
Berdasarkaan hasil pengukuran diperoleh hasil untuk masing-masing- yaitu
aerator 1, diperoleh 0,315 pada panjang gelombang cahaya 645 dan 0,583 pada panjang
gelombang 663. Aerator 2 diperoleh hasil 0,348 pada gelombang cahaya 645 dan 0,732 pada
gelombang cahaya 663.Sedangkan untuk kontrol diperoleh kontrol 1 dengan hasil 0,206 pada
gelombang cahaya 645 dan 0,93 pada gelombang cahaya 663. Kontrol 2 diperoleh hasil 0,29
pada gelombang cahaya 645 dan 0,216 pada delombang cahaya 663. Dari ke-4 sampel
tersebut, masing-masing dihitung kadar klorofilnya dengan menggunakan rumus untuk
klorofil A, klorofil B dan total (A dan B). Hasil yang didapat dirata-ratakan sesuai dengan
jenis klorofilnya, sehingga diperoleh hasil rata-rata dari masing-masing klorofil untuk kedua
perlakuan yaitu kontrol dan aerator. Diperoleh hasil akhir untuk aerator yaitu klorofil A
=7,45, klorofil B = 13,5, dan klorofil total (A dan B) = 12,04. Sedangkan untuk kontrol
diperoleh klorofil A = 6,61, klorofil B = 11,96, dan klorofil total = 9,59. Berikut adalah grafik
pengaruh media terhadap kadar klorofil mikroalga Coelastrum sp.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan aerator diperoleh
jumlah klorofil yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, baik itu klorofil A, klorofil
B, maupun klorofil total.Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah sel didalam
kultur tersebut maka kandungan klorofil akan semakin meningkat. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan kenaikan jumlah sel maka akan meningkatkan
aktivitas fotosintesis sehingga menyebabkan meningkatnya kandungan klorofil dalam sel.
Sedangkan klorofil jenis B selalu diperoleh jumlah terbanyak dari kedua jenis perlakuan
9.59
12.04
Pengaruh Media terhadap Kadar Klorofil Coelastrum sp.
Kontrol Aerator2
tersebut. Artinya bahwa klorofil B mendominasi sel coelastrum sp. sebagaimana literatur
bahwa klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat dengan
rumus kimianya C55 H70 O6 N4 Mg. Pendapat APHA (1982) juga menyatakan bahwa dalam
proses fotosintesis ada beberapa jenis klorofil yang berperan. Klorofil pada alga planktonik
(fitoplankton) dan juga terdapat di beberapa alga yang hidup didalam tanah terbagi dalam tiga
jenis yaituklorofil -a, klorofil -b dan klorofil -c.Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap
cahaya bagian merah dan ungu spektrum. Grafik tersebut hanya menunjukkan klorofil total,
karena bisa mewakili secara keseluruhan.
VI. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa Coelastrum
sp. merupakan anggota dari divisi chlorophyta, dimana anggotanya mempunyai klorofil atau
zat hijau daun sehingga dapat berfotosintesis. Coelastrum sp merupakan organism uniseluler,
hidup secara berkoloni, mempunyai klorofil, hidup secara autotrof, tidak berflagel sehingga
tidak bisa bergerak, merupakan produsen primer, penyedia oksigen nomer 1.
Media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga ini. MBB merupakan
salah satu media sintetik yang umum digunakan pada kultur mikroalga. Pada
pertumbuhannya mikroalga umumnya membu tuhkan 3 faktor yaitu matahari, nutrisi
dan CO2.Perlakuan dengan aerator dapat memperluas permukaan gas CO2 dengan air,
sehingga pertumbuahn mikroalga di dalamnya akan lebih maksimal. seiring dengan kenaikan
jumlah sel maka akan meningkatkan aktivitas fotosintesis sehingga menyebabkan
meningkatnya kandungan klorofil dalam sel.
Pertumbuhan sel Coelastrum sp. terus mengalami peningkatan dari hari ke-4
sampai ke -6 (Fase ekponensial), dan jumlah sel terbanyak diperoleh pada kondisi aerator.
Klorofil terbanyak juga diperoleh pada kondisi aerator dengan jumlah klorofil total yaitu
12,04 mg/l, sedangkan pada kontrol diperoleh klorofil dengan jumlah 9,59 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA
Ana. 2005. Perhitungan Kadar Klorofil. (http://digilib.its.ac.id/public/ITS). [diakses pada 22
Maret 2013].
Dwidjoseputro.1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta : Jakarta.
Gardiner, Franklin P; dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas
Indonesia UI Press : Jakarta.
Ika Susanti Hendriyani dan Nintya Setiari. 2009. Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan
Kacang Panjang (Vigna Sinensis) Pada Tingkat Penyediaan Air Yang Berbeda.
Artikel penelitian. J. Sains & Mat. Vol. 17 No. 3, Juli 2009: 145-150.
Ismail. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA UNM :
Makassar.
Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.