6
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN “KERJA JANTUNG” OLEH KELOMPOK 6 ADE HANNA NATALIA (3415106799) AHMAD JAHID SAJID (3415106776) EUNIKE SEPTIANA (3415106784) JUWITA CANDRA DEWI (3415106774) SHARAS PURBAYA (341511) YOLANDA HOLINDA SARI (341511) PENDIDIKAN BIOLOGI BILINGUAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Kerja Jantung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kerja jantung

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWANKERJA JANTUNG

OlehKelompok 6Ade hanna natalia(3415106799) ahmad jahid SAJID(3415106776)eunike SEPTIANA(3415106784)juwita candra dewi(3415106774)sharas purbaya(341511)yolanda holinda sari(341511)

PENDIDIKAN BIOLOGI BILINGUAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2014

Hasil Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung katakTabel 4. Hasil pengamatan pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katakKelompok Jumlah denyut jantung ketika diteteskan larutan

RingerNaCl 0,7 %KClCaCl2

2524924-

442523630

678826346

826432622

Rata-rata denyut jantung 50573725

Pembahasan

4. Automasi JantungPada praktikum ini, didapatkan bahwa jantung katak masih bersifat automasi, artinya jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persarafan dan tidak memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah dalam keadaan mati. Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang selalu melutupkan potensial aksi secara otomatis.Saat jantung katak terletak mendatar, maka pada keadaan sistole (berkontraksi) darah akan dipompa ke keluar, ventrikel akan memendek dan berwarna merah muda. Namun dalam keadaan diastole, ventrikel akan memanjang dan menipis serta berwarna merah tua, sebab terdapat darah di dalam ventrikel.Sedangkan saat jantung katak terletak tegak, dalam keadaan sistole, ventrikel akan memendek dan jatuh bertumpuk dan berwarna merah muda. Dalam keadaan diastole, ventrikel akan memanjang dan berwarna merah tua.

5. Pengaruh Garam Anorganik

Hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa ketika jantung diberikan larutan Ringer maka frekuensi rata-rata denyut jantung adalah 50 denyutan. Kemudian ditambahkan larutan NaCl 0,7% dan diperoleh denyut jantung sebesar 57 denyutan. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu jantung untuk melakukan potensial aksi. Lalu ditambahkan larutan KCl dan denyut jantungnya semakin melemah, bahkan yang berdetak hanya bagian atriumnya saja. Dan kemudian diberikan larutan CaCl2 denyut jantung menjadi sangat lemah, dan hanya bagian atrium yang berdetak. Karena saat diberikan larutan KCl dan CaCl2, jantung sedang mengalami potensi istirahat. Menurut Faustine (2009), Pada pembuatan sediaan, katak dimatikan terlebih dahulu dengan cara merusak susunan saraf pusatnya. Walaupun secara klinis katak sudah mati, fungsi metabolik normalnya masih berlangsung hingga beberapa jam. Jaringan tubuh juga masih dapat hidup selama beberapa menit hingga jam. Viabilitas jaringan tersebut bergantung pada perlakuan yang diberikan. Oleh karena itu, segera setelah dibuka, jaringan tubuh tersebut harus terus dibasahi dengan larutan ringer yang memiliki konsentrasi ion menyerupai cairan ekstraselular katak. Hal ini disebabkan kekeringan akan menurunkan fungsi jaringan tersebut.

Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium dari garam dalam air yang digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yang dipotong. Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung ke denyut awal. Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan sodium bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh. Jika natrium laktat digunakan sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran ini disebut solusi laktat Ringer (Spealman, 1940). Larutan ini diberikan secara intravena untuk cepat memulihkan volume sirkulasi darah pada korban luka bakar dan trauma. Hal ini juga digunakan selama operasi dan pada orang dengan berbagai kondisi medis. Larutan ringer pada mamalia berbeda karena mengandung glukosa dan natrium klorida lebih dari pada aslinya (Spealman, 1940).

Pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan NaCl berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena Semua larutan garam sementara menghapuskan aktivitas ritmis jantung (Buridge, 1912). NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma kepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi. Cairan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3-, tidak mengandung K+, dapat menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan hipernatremi (Rudi, 2006).

Selanjutnya, ketika jantung diteteskan larutan KCl menghasilkan rata-rata frekuensi denyut jantung adalah 37 kali. Denyut jantung menjadi melemah karena pengaruh K+ terhadap kerja otot jantung. Menurut Sherwood (2001), peningkatan mendadak permeabilitas K+ menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat terjadi akibat efluks K+, yang membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat sehingga K+ menyebabkan relaksasi pada potensial aksi di sel otot jantung.

Sedangkan ketika jantung diteteskan larutan CaCl2 setelah sebelumnya dimasukan dalam larutan Ringer, dihasilkan frekuensi denyut jantung sebanyak 25 kali. Menurut Sherwood (2001), pemberian Ca++ semakin memicu pengeluaran Ca++ dari retikulum sarkoplasma. Pasokan tambahan dari Ca++ ini tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangnya periode kontraksi jantung, sehingga jantung mampu berdenyut dengan kuat kembali.

Kesimpulan Jantung katak masih bersifat automasi, artinya jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persarafan dan tidak memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah dalam keadaan mati. Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang selalu melutupkan potensial aksi secara otomatis. Jantung katak dalam keadaan sistole (berkontraksi) akan memompa darah keluar dan membuat ventrikel memendek dan bertumpuk serta berwarna merah muda, sedangkan dalam keadaan diastole (relaksasi), ventrikel akan memanjang dan berwarna merah tua. Larutan Ringer bersifat menetralkan / mengembalikan ke denyut awal. Larutan NaCl menyebabkan frekuensi rata-rata denyut jantung katak meningkat sebab dapat memicu jantung melakukan potensial aksi. Saat diberikan larutan KCl, frekuensi denyut jantung katak melemah dan hanya bagian atrium yang berdetak. Saat diberikan larutan CaCl2, frekuensi denyut jantung katak makin melemah dan hanya bagian atrium yang berdetak. Larutan KCl dan CaCl2 membuat jantung katak berada dalam potensial istirahat.

DAFTAR PUSTAKAAdoe, Desmiyanti Natalia. 2006. Perbedaan Fragilitas Eritrosit antara Subjek yang Jarang dan yang sering terpapar Sinar Matahari. Semarang.Buridge. 1912. Researches on the perfused Heart: The effect of Inorganic Salt. Experimental Physiology (5) 347-371.Faustin. 2009. Efek Neuroterapi ekstrak Acalypha indica dosis 10 mg dan 20 mg secara eks-vivo pada persambungan saraf otot gastrocnemius Bufo melanotictus. Tesis magister Dokter Umum Universitas IndonesiaFrandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressGanong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranGuyton, Arthur C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9.. Alih bahasa: Dr. Petrus Andrianto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG (52939)Hill, R. Wyse, G. 1989. Animal Physiology. New York.: Harper Collins Publisher IncMurray, R.K. 2003. Sel darah merah dan putih. Dalam: Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, editor. Biokimia harper. Ed25. Jakarta: EGC (727-34)Rudi, Muchlis. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat dibandingkan NaCl 0,9% terhadap Keseimbangan Asam-Basa pada pasien Sectio Caesaria dengan Anesteri Regional. Tesis Magister Biomedis, bidang Anestesiologi: Universitas DiponegoroSherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke-2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCSpealman, C.R. 1940. The effect of NaCl, KCl, CaCl2, and osmotic pressure on the Frog Heart-Rate. American Journal of Physiology Legacy Content. 1940 vol. 130 no. 4 729-738