Upload
hafizhaputri
View
52
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengeringan rempah
Citation preview
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Proses pengeluaran air dari bahan sehingga tercipta kondisi dimana
kapang, jamur, dan bakteri yang menyebabkan pembusukan tidak dapat tumbuh
(Henderson dan Perry, 1976). Pengeringan adalah proses pengeluaran kadar air
untuk memperoleh kadar air yang aman untuk penyimpanan (Winarno et al.,
1980). Tujuan Pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas
dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.Pengeringan merupakan
pengolahan dasar yang sering dilakukan terhadap rempah - rempah. Pada
kebanyakan jenis rempah - rempah, cara pengeringan dihadapkan pada faktor
pembatas tingginya suhu karena rempah - rempah mengandung aroma yang
mudah menguap. Oleh karena itu, perlakuan tertentu diperlukan untuk
mempercepat pengeringan.
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat
ruang pengangkutan dan pengepakan. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat
asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan
tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi 1989). Sampel yang
digunakan pada praktikum ini adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan kencur. Adapun
perlakuan yang dilakukan terhadap masing-masing sampel adalah tanpa
perlakuan, blansing dengan air, blansing dengan Na-Metabisulfit 0.1%, dimasak
sampai lunak dalam air, dan dimasak sampai lunak + perendaman na-metabisulfit
0,1%. Berikut ini merupakan hasil pengamatan dari pengeringan rempah.
Tabel 1. Pengamatan Karakteristik dan Berat Jahe Sebelum Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Kuning cerah
Khas jahe Keras 15,5873-
Blansing dengan air
Lingkar dalam
kuning, luar kuning kecoklatan
Khas jahe ++
Agak lunak
16,8302
-
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Kuning cerah
Khas jahe Keras 8,4982-
Dimasak sampai lunak
Lingkar dalam kuning pucat, luar kuning kecoklatan pucat
Khas jahe Lunak ++ 18,0860
-
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Kuning Khas jahe Keras 15,5800-
Setelah Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Coklat (++)
++++Sangat keras
2,986819,1618
Blansing dengan air
Kuning muda
+++++Sangat keras
3,180818,8994
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Coklat (+++)
++Sangat keras
1,813321,3375
Dimasak sampai lunak
Coklat (++++)
+Sangat keras
2,862217,5893
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Coklat (+) +++++Sangat keras
2.7619 17,7272
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Tabel 2. Pengamatan Karakteristik dan Berat Kunyit Sebelum Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Oranye cerah
Khas kunyit
menyengat
Keras 18,6460
-
Blansing dengan air
Oranye
Khas kunyit
menyengat
Keras 11,6992
-
Blansing dgn Na-
metabisulfitOranye
Khas kunyit
Keras 17,5369-
Dimasak sampai lunak
OranyeKhas kunyit
Keras 12,5443-
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
OranyeKhas kunyit
Keras 8,4324-
Setelah Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Coklat sedikit oranye
Tidak adaKeras dan
rapuh2,9713 15,9353
Blansing dengan air
Oranye +++++
Tidak adaKeras, kering
2,475621,16
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Oranye ++++
Tidak adaKeras, kering
3,179118,13
Dimasak sampai lunak
Oranye +++
Tidak adaKeras, kering
2,457319,59
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Oranye (+)
Tidak ada Keras (+) 1,6034 19,01475
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin Curcuma
longa Koen atau Curcuma domestica Val. Senyawa utama yang terkandung dalam
rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada
kunyit. Kurkuminoid ini (kebanyakan berupa kurkumin) menjadi pusat perhatian
para peneliti yang mempelajari keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek
pencegah kanker, ditambah kemampuannya menurunkan resiko serangan jantung.
Kunyit mempunyai banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri sebanyak
6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi
zingiberen, alfa dan beta turmeron), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50 – 60%, monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar.
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Jahe
termasuk dalam divisi pteridophyta, sub divisi Angiospermae, kelas
monocotyledoneae, ordo scitameae dan famili Zingiberaceae serta genus Zingiber.
Komposisi kimia rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan
pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi
jahe adalah varietas, lingkungan tumbuh dan umur tanaman.
Jahe dan kunyit yang dihasilkan setelah pengeringan penampakan warna
menjadi lebih tua atau kecoklatan dibandingkan sebelum pengeringan. Hal ini
disebabkan karena proses pemanasan yang menyebabkan keluarnya kandungan air
dalam rempah sehingga menjadikannya lebih tua warnanya. Menurut Winarno
(1997), selama proses pengeringan terjadi reaksi browning nonenzimatis, yaitu
reaksi mailard antara senyawa aldehid pada karbohidrat dan gugus amino pada
protein bahan yang dapat menimbulkan senyawa yang berwarna coklat pada
bahan yang dikeringkan sehingga warna jahe dan kunyit kering lebih coklat
dibandingkan dengan jahe dan kunyit yang belum dikeringkan.
Pada tekstur, tekstur jahe dan kunyit setelah dikeringkan menjadi lebih
keras yang cenderung mudah untuk dipatahkan serta terdapatnya kerutan atau
keriput akibat hilangnya air pada bahan. Perubahan aroma pada rempah yang telah
dikeringkan adalah semakin kuatnya aroma rempah tersebut, karena air dalam
rempah telah keluar sehingga kandungan senyawa volatil dalam rempah menjadi
lebih pekat dan menyebabkan aroma rempah terasa semakin kuat. Perubahan berat
pada perlakuan ini baik pada jahe dan kunyit mengalami penurunan berat yang
sangat dratis. Ini bisa diakibatkan oleh cukup tingginya suhu dan waktu
pengeringan yang cukup lama dikarenakan kondisi serta bentuk dari jahe dan
kunyit tersebut yang dalam bentuk utuh dimana ketebalannya cukup tebal akibat
dari perlakuan tanpa pengupasan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mengeringkannya. Terlihat dari rendemen yang dihasilkan jumlahnya
sedikit, hal ini dipengaruhi oleh bobot setelah pengeringan rempah yang kecil
juga.
Tabel 3. Pengamatan Karakteristik dan Berat LengkuasSebelum Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Merah muda, tengah putih
Khas lengkuas
(+)
Keras (+5), kasar
25.0682 -
Blansing dengan air
Kuning pucat
Khas lengkuas
(+3)
Keras (+3),
berserat
51.4643 -
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Putih kecoklatan
Khas lengkuas
(+5)
Keras (+4), kasar
58.2023 -
Dimasak sampai lunak
Putih keunguan
Khas lengkuas
(+4)
Keras (+), kasar
21.3783 -
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Kuning kecoklatan
Khas lengkuas
(+2)
Keras (+2), kasar
58.6052 -
Setelah Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
n
Tanpa Perlakuan
Kecoklatan (+4)
Khas lengkuas kering (+5)
Keras (+3)
1.9811 7.902
Blansing dengan air
Kecoklatan (+2)
Khas lengkuas kering (+3)
Keras (+2)
3.9238 7.624
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Kecoklatan (+)
Khas lengkuas kering (+4)
Keras (+5)
4.5282 7.780
Dimasak sampai lunak
Kecoklatan (+3)
Khas lengkuas kering (+2)
Keras (+), kasar
1.0656 4.984
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Dalam: putihLuar:
kecoklatan
Khas lengkuas kering (+)
Keras (+4),
rapuh, kering
2.8497 4.862
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Tabel 4. Pengamatan Karakteristik dan Berat Kencur
Sebelum Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
nTanpa
PerlakuanBlansing
dengan airKuning pucat
Khas kencur
Keras + 14,1614 -
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Putih kekuningan
Khas kencur +
+
Keras + 12,8767 -
Dimasak sampai lunak
Kuning pucat +
Khas Kencur +
Keras + 28,8618 -
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Kuning pucat +
Khas kencur +
+
Keras + 12,3366 -
Setelah Pengeringan
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat (g)%rendeme
nTanpa
Perlakuan
Blansing dengan air
Kuning kehijauan+
4
Khas kencur +4
Kering, rapuh
2,4857 17,55
Blansing dgn Na-
metabisulfit
Kuning kecoklatan
Khas kencur +
Keras ++ 3,2419 25,18
Dimasak sampai lunak
Kuning pucat +3
Khas Kencur
+2
Keras +4 6,7763 23,48
Dimasak dan direndam Na-metabisulfit
Kuning pucat +2
Khas kencur +
Keras +3 2,5972 21,05
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, lengkuas tanpa perlakuan memiliki
karakteristik warna yang lebih coklat jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Aromanya menjadi bertambah dan tekturnya menjadi keras namun mudah untuk
dipatahkan. Namun hasil rendemen yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan lain. lengkuas yang diblansing larutan natrium bisulfit memiliki
warna yang lebih terang jika dibandingkan dengan lengkuas yang diblansing air
mendidih saja. Hal ini disebabkan karena na-bisulfit membantu dalam
mempertahankan warna dan mencegah reaksi browning. Perlakuan blansing juga
mampu menginaktifkan enzim penyebab reaksi browning, namun dengan
ditambah perlakuan direndam dengan na-bisulfit penginaktivasian ini menjadi
lebih efektif. Tekstur yang dihasilkan keras. Lengkuas dengan perlakuan direbus
hingga lunak memiliki warna akhir kecokelatan, aroma khas lengkuas dengan
tekstur keras mudah dipatahkan. Perebusan hingga lunak ini menyebabkan
kerusakan pada jaringan lengkuas sehingga ketika dilakukan pengeringan maka
memerlukan waktu yang cukup lama karena jaringan yang rusak akan terisi
banyak oleh air rebusan. Sedangkan perlakuan terakhir yaitu diblansing hingga
lunak kemudian direndam dengan larutan na-bisulfit menyebabkan aroma
lengkuas menjadi sedikit tercium.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan terbaik pada lengkuas adalah
perlakuan diblansing larutan na-bisulfit karena selain menghasilkan warna yang
baik juga dapat mempertahankan aroma lengkuas yang dihasilkan, serta rendemen
yang diperoleh juga cukup tinggi.
Kesimpulan keseluruhan perlakuan pendahuluan yang terbaik pada kencur
adalah sama dengan perlakuan pada lengkuas yaitu yang diblansing air menidih
selama 3 menit kemudian di rendam larutan na-bisulfit karena warna yang
dihasilkan lebih baik dan aromanya pun masih dapat dipertahankan. Selain itu,
rendemen yang dihasilkan lebih besar dibandingkan kencur yang lain.
5.2 Penggilingan dan Penepungan
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat
halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian,
rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati
misalnya tepung terigu dari gandum, tapioca dari singkong, maizena dari jagung
atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan.
Pada praktikum kali ini, sampel (jahe dan kunyit) yang telah mengalami
proses pengeringan sebelumnya dilanjutkan kepada proses selanjutnya yaitu
proses penggilingan menggunakan alat yang disebut dengan grinder hingga
didapatkan tepung jahe dan tepung kunyit yang halus kemudian dikemas dengan
plastik. Produk ini biasa digunakan untuk bumbu masakan dan bahkan sebagai
bahan minuman. Hasil penepungan rempah dapat dilihat pada tabel .
Tabel 5. Pengamatan Berat Jahe
PerlakuanBerat Sebelum
Digiling (g)Berat Setelah Digiling (g)
Tanpa Perlakuan 3,4652 3,3566Blansing dengan air 3,1827 3,0721Blansing dgn Na-
metabisulfit1,7036 1,6213
Dimasak sampai lunak 3,2480 3,0438Dimasak dan direndam
Na-metabisulfit3,9205 2,7953
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Tabel 6. Pengamatan Berat Kunyit
PerlakuanBerat Sebelum
Digiling (g)Berat Setelah Digiling (g)
Tanpa Perlakuan 5,2725 5,1651Blansing dengan air 5,1100 5,0204Blansing dgn Na-
metabisulfit6,4710 6,3092
Dimasak sampai lunak 5,1181 5,0258Dimasak dan direndam
Na-metabisulfit3,5617 3,4440
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Tabel 3.Pengamatan Berat LengkuasPerlakuan Warna Aroma Tekstu
rBerat(g) Rendemen(%
)Tanpa
PerlakuanCoklat
mudapucat
Khas lengkuas + 5
Kasar + 3
W1=2,1171
W2=1,7908
W3=1,1655
R1=89,31R2=65,08
Blansing air
mendidih
Krem muda
Khas lengkuas + 3
Halus + 2
W1=3,238W2=3,629
5W3=3,525
R1=92,49%R2=89,78%
Blansing Na-
Metabisulfit 0,1% (3
menit)
Krem kecoklata
n
Khas lengkuas + 4
Halus + 1
W1=4,5912
W2=4,531W3=3,799
1
R1=98,71R2=82,75
Dimasak sampai lunak
dengan air mendidih
Krem keabuan
Khas lengkuas +2
Kasar + 2
W1=1,103W2=1,013
3W3=0,749
7
R1=91,3 %R2=73,98
Dimasak sampai lunak
dengan air mendidih +
Na Metabisulfit 0,1% ( 1
menit)
Krem agak putih
Khaslengkuas + 1
Kasar +1
W1=2,8497
W2=2,8493
W3=2,0487
R1=99,98R2=71,89
Sumber :DokumentasiPribadi (2014)
Tabel 4.PengamatanBeratKencurPerlakuan Warna Aroma Tekst
urBerat(g) Rendemen
(%)
Tanpaperlakuan Kuning + 1 Khaskencur + 3
Halus + 3
W1=1,6051
W2=1,2942
W3=1,0
R1=80,63R2=64,71
2
387
Blansing air mendidih
Kuningkehijauan
Khaskencur + 4
Halus + 3
W1=2,4857
W2=2,4682
W3=2,119
R1=99,29R2=85,00
Perlakuan Warna Aroma Tekstur
Berat(g) Rendemen(%)
Blansing Na-Metabisulfit 0,1% (3
menit)
Kuning + 3 Khaskencur + 4
Halus +2
W1=3,2542
W2=2,7931
W3=1,7060
R1=85,83R2=52,42
Dimasaksampailunakdengan air mendidih
Kuning + Khaskencur + 3
Halus + 4
W1=6,7763
W2=5,3633
W3=5,3407
R1=79,15R2=78,81
Dimasaksampailunakdengan air mendidih
+ Na Metabisulfit 0,1% ( 1 menit)
Kuning + Khaskencur + 5
Halus + 3
W1=2,5972
W2=2,6504
W3=2,3265
R1=102,05
R2=89,58
Sumber :DokumentasiPribadi (2014)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, warna rempah yang telah dilakukan
penepungan menjadi lebih muda atau terang dibandingkan dengan rempah yang
belum dikeringkan. Pada dasarnya hanya bagian permukaan rempah saja yang
warnanya lebih kecoklatan sedangkan bagian dalamnya masih lebih muda.
Sehingga ketika dilakukan proses pengecilan ukuran rempah maka bercampur
antara bubuk yang bagian dalam dengan bagian permukaan dan terlihat lebih
muda.
Karakteristik aroma yang dihasilkan dari masing - masing rempah yang
dikeringkan dengan berbagai perlakuan cenderung mengalami peningkatan aroma
setelah penepungan. Menurut Winarno (1997), hal ini disebabkan jaringan sel
yang rusak selama proses penepungan menyebabkan senyawa volatil keluar dari
jaringan sel, hal ini membutuhkan teknik penyimpanan yang baik untuk
menghindari kehilangan dari senyawa volatil tersebut sehingga lama - kelamaan
aromanya berkurang. Penepungan rempah mengakibatkan penurunan berat
setelahnya. Hal ini disebabkan adanya rempah yang tidak dapat halus sempurna.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
Karakteristik organoleptik rempah kering mencakup warna dan aroma
terbaik didapatkan pada temu kunci dan kencur yang mengalami proses
pendahuluan diblansing air mendidih dan direndam larutan na-bisulfit.
Warna yang dihasilkan lebih terang dan aromanya tetap bisa dipertahankan.
Berat setelah pengeringan untuk semua jenis rempah yang dikeringkan
pada praktikum ini, yaitu jahe, kunyit, lengkuas dan kencur mengalami
penurunan dari berat sampel awalnya.
Karakteristik organoleptik tepung rempah mencakup warna dan aroma
terbaik didapatkan dari jenis rempah kering yang memiliki karakteristik
organoleptik hasil pengeringan yang terbaik juga, yaitu jahe, kencur,
lengkuas, dan kunyit yang mengalami proses pengupasan dengan perlakuan
pendahuluan. Warna tepung rempah yang dihasilkan adalah lebih muda
dengan aroma khas rempah yang semakin meningkat setelah penepungan.
Karakteristik tekstur yang dihasilkan dari tepung berbagai jenis rempah
pada praktikum ini, yaitu tepung jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas
mengalami peningkatan kehalusan setelah mengalami proses penepungan
dengan rendemen yang berbeda - beda untuk setiap jenis rempah.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, A., F.N Aisa., Pratama., dan F. Fadlila. Manisan Bengkuang. Available at www. warintek.progessio.or.id. (diakses pada tanggal 15 November 2014
pukul 22.57 WIB).
Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet., dan M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Andiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kuwara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.Maroto, D.M.C., M.S. Perez-Coello., dan M.D. Cabezudo. 2002. Effect of
Different Drying Methods on the Volatile Components of Parsley (Petroselinum crispum L.). Eur Food Res Technol.
Susanto, T dan B. Saneto. 1994. Teknologi Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.