LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    1/24

    1

    Pembuatan Preparat Sayatan Melintang Intestinum Mussp.

    dengan Metode Paraffin

    TUJUAN

    Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik pembuatan sediaan sayatan

    organ hewan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Organ merupakan gabungan dari beberapa jaringan yang berbeda-beda untuk

    mendukung suatu fungsi tertentu. Berdasarkan letaknya organ dikelompokkan menjadi 2

    yaitu organ bagian luar dan organ bagian dalam. Organ bagian luar meliputi tangan, kaki,

    hidung, mulut, telinga, mata dan lain-lain. Sedangkan organ bagian dalam meliputi hati,

    ginjal, paru-paru, jantung, dan lain sebagainya (Alvi, 1997).

    Suatu organ yang bekerja sama dengan organ-organ lainnya dengan membentuk suatu

    fungsi yang lebih kompleks yang biasanya disebut dengan sistem organ. Sebagai contoh

    adalah organ-organ yang bekerja sama dengan usus halus dalam proses pencernaan makanan

    yaitu mulut, lambung, hati, pankreas, kelenjar ludah, usus besar, dan lain sebagainya. Organ-

    organ tersebut merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu sistem yang disebut sebagai

    sistem pencernaan (Kimball, 1983).

    Metode parafin merupakan metode untuk mengeraskan jaringan atau organ yang akan

    dibuat sediaan dengan metode irisan. Ada 3 macam metode untuk mengeraskan jaringan atau

    organ yang akan diiris yaitu metode beku, metode seloidin, metode parafin, dan metode

    penanaman rangkap. Saat ini metode yang paling sering digunakan adalah metode parafin

    karena hamper semua macam jaringan dapat dipotong atau diris dengan baik bila

    menggunakan metode parafin (Mannus, 1960).

    Menurut Sugiharto (1989), metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan

    metode rutin atau standar. Pengamatan secara mikrokopis dari sesuatu jaringan yang normal

    sifatnya maupun yang mengidap sesuatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya bila

    dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan secara baik, telah dilakukan

    penyayatan yang cukup tipis, serta diberi pewarnaan yang sesuai, sehingga berbagai elemen

    jaringan yang diteliti lebih mudah untuk diamati. Dengan demikian, tidak saja penelitiansecara mikroanatomi yang dapat dilakukan, tetapi juga memberi kemudahan dalam

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    2/24

    2

    membedakan berbagai perubahan yang terjadi pada sel-sel jaringan yang diteliti. Adakalanya

    beberapa jenis jaringan memerlukan perlakuakan yang khusus untuk dapat menelitinya,

    seperti dalam hal jenis pewaranaan yang harus digunakan untuk sesuatu jenis jaringan

    tertentu.

    Meskipun menjadi metode yang paling sering digunakan saat ini, metode paraffin

    memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan metode yang lain. Kelebihan metode

    parafin antara lain adalah irisan yang dihasilkan lebih tipis dibandingkan dengan metode yang

    lain. Irisan yang dihasilkan juga bersifat seri, mudah dipraktekkan, dan prosesnya lebih cepat

    dibadingkan dengan metode seloidin (Suntoro, 1983).

    Kekurangan metode parafin antara lain yaitu jaringan menjadi keras dan mudah patah,

    tidak bisa digunakan untuk jaringan besar, dan sebagian enzim pada jaringan akan larut.

    Pembuatan sediaan dengan metode parafin memerlukan langkah-langkah yang harus

    dikerjakan dengan urut agar dihasilkan sediaan yang dapat diamati dan dipelajari sesuai

    tujuan pembuatan sediaan (Suntoro, 1983). Urutan langkah kerja metode paraffin adalah

    narkose, pengambilan organ, fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing),

    infiltrasi paraffin, embedding, penyayatan/pengirisan (sectioning), penempelan (affixing),

    deparafinasi, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan labeling.

    METODE KERJA

    Alat dan bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak bedah untuk proses

    pembedahan, kotak berisi kapas yang dibasahi dengan kloroform untuk proses euthanasi,

    botol fial sebagai tempat penyimpanan organ basah, cover glass untuk menutup preparat yang

    telah selesai diamati, beaker glass sebagai wadah paraffin cair, glass objek sebagai tempat

    peletakkan organ yang telah di potong, holder sebagai , kertas dengan lapisan plastik sebagai

    pencetak kotak paraffin, kuas untuk mengambil hasil potongan dari mikrotom, mikroskop

    untuk mengamati preparat yang dikerjakan, mikrotom, oven sebagai pemanas, petri dish

    sebagai tempat perendaman orgam dalam garam fisiologis, pinset untuk mengambil organ,

    pisau scalpel untuk membuka kulit Mussp. sehingga membantu proses pengambilan organ,

    silet, jarum pentul untuk menahan tubuh Mus sp. dalam bak bedah , dan kapas sebagai

    penyerap darah.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    3/24

    3

    Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 30%, 40%, 50%,

    60%, 70%, 80%, 90%, 96% sebagai proses , aquades untuk membersihkan sisa bahan

    pewarna, entellan untuk merekatkan hasil preparat pada glass objek, larutan Bouin sebagai

    fiksatif, garam fisiologis NaCl 0,9 % sebagai pembersih organ basah, kloroform, organ

    intestinumMussp., paraffin , pewarna eosin dan xylol.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil yang diperoleh pada sayatan organ hewanMussp. dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1. Sayatan Organ IntestinumMussp. dengan perbesaran 4x10

    Pembahasan

    Pengerjaan yang dilakukan melalui proses irisan atau sayatan merupakan sebuah

    proses yang di anggap sebagai suatu teknik rutin atau teknik baku bagi penyiapan spesimen

    histologi atau histopatologi. Pengirisan atau penyayatan umumnya di lakukan dengan

    menggunakan bantuan alat pemotong yang di kenal dengan mikrotom. Mikrotom merupakan

    alat yang di gunakan untuk memotong atau mengiris agar mendapatkan hasil setipis mungkin.

    Jaringan yang telah di persiapkan untuk sayatan ini dengan berbagai metode tertentu dan

    diusahakan agar mempunyai kekerasan tertentu sehingga dapat di potong dengan

    menggunakan pisau mikrotom. Oleh karena itu, biasanya di lakukan proses pembekuan dan

    penanaman di dalam medium tertentu yang dikenal dengan embedding.

    Embedding merupakan salah satu contoh metode pengerasan jaringan. Medium yang

    umum digunakan pada metode penanaman adalah parafin. Metode parafin adalah metode

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    4/24

    4

    pembuatan preparat dengan melalukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk

    menghasilkan preparat jaringan hewan yang tipis. Pembuatan sediaan dengan cara

    pemotongan jaringan menggunakan parafin dengan mikrotom sebagai alat pemotongnya.

    Praktikum kali ini yaitu membuat preparat dengan mengguanakan organ dari hewan

    Mus sp. atau tikus putih. Organ yang di ambil adalah intestinum. Tahapan awal dari

    pembuatan organ hewan adalah pembiusan. Pembiusan merupakan proses yang bertujuan

    khusus untuk preparat hewan yaitu untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian

    jaringan pada hewan. Pembiusan tidak perlu dilakukan jika yang akan diambil atau diamati

    adalah jaringan yang menyangkut kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena mungkin akan

    berpengaruh terhadap hormon-hormon yang terkandung di dalamnya. Setelah organ diambil,

    dipotong menjadi beberapa bagian kemudian organ tersebut dicuci dengan menggunakan

    garam fisiologis. Garam fisiologis berfungsi untuk membersihkan organ dari sisa-sisa darah

    yang masih menempel pada organ tersebut. Fiksasi organ hewan di lakukan dengan

    menggunakan larutan Bouin. Fiksasi ini berguna untuk mematikan serta menghentikan

    proses-proses metabolisme jaringan dengan cepat sehingga keadaanya semaksimal mungkin

    mendekati keadaan aslinya dan dapat pula mencegah proses autolysis yaitu keluarnya enzim-

    enzim yang dapat merusak sel maupun jaringan. Selain itu fiksasi juga berfungsi untuk

    menaikan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras yang merupakan komponencairan fiksatif. Pada praktikum ini menggunakan fiksatif berupa larutan Bouin dikarenakan

    fiksatif ini merupakan fiksatif yang paling cocok dan paling baik untuk memfiksasi jaringan

    hewan. Fiksasi dilakukan selama 24 jam.

    Washing merupakan proses pencucian organ menggunakan air mengalir yang di

    lakukan selama 30 menit. Washing ini bertujuan untuk menghilangkan larutan ataupun cairan

    fiksatif yang terdapat pada organ. Penggunaan air tidak menyebabkan organ mengalami

    krenasi atau pengkerutan yang mengakibatkan jaringan pada organ tersebut rusak, karena

    adanya perbedaan larutan yang sifatnya ekstrim.

    Dehidrasi dilakukan setelah proses washing yang bertujuan untuk mengeluarkan air

    dari jaringan, dalam prosesnya air harus di keluarkan dari jaringan. Jika didalam preparat

    masih terdapat air maka ketahanan preparat tidak begitu lama akibat serangan dari bakteri

    maupun jamur tersebut. Selain itu, air juga dapat mengganggu keberlangsungan proses

    selanjutnya. Salah satu proses yang dapat terkena dampak yaitu pada proses infiltrasi. Proses

    infiltrasi merupakan proses memasukan parafin cair pada organ yang dilakukan secara

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    5/24

    5

    bertahap. Parafin merupakan senyawa yang dapat digolongkan sebagai lipid atau lemak yang

    bersifat non polar. Sedangkan air merupakan larutan atau senyawa yang bersifat polar,

    sehingga dalam proses ini keduanya tidak dapat bersatu karena perbedaan sifat tersebut.

    Dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol bertingkat naik yaitu 70%, 80%,

    90%, 96% dan 100% masing-masing dilakukan 15 menit. Dehidrasi ini dilakukan secara

    bertingkat dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi dimaksudkan agar jaringan pada

    organ tidak terkejut akibat perbedaan jenis dan konsentrasi yang mengakibatkan terjadinya

    pengkerutan pada sel maupun jaringan yang mengakibatkan sel akan rusak. Clearing

    dilakukan dengan menggunakan larutan xylol selama 24 jam. Clearing bertujuan untuk

    membersihkan organ hewan yang akan di gunakan dari alkohol yang telah digunakan dalam

    proses dehidrasi. Menurut Khairul (2001), clearing bertujuan untuk menarik dehidrasi dari

    dalam jaringan yang nantinya dapat di gantikan oleh molekuk parafin. Lamanya jaringan ini

    berada dalam medium tersebut tergantung pada ketebalan serta tingkat kepadatan jaringan

    serta jenis bahan kimia yang di gunakan.

    Proses infiltrasi adalah suatu tahapan dimana jaringan dimasukan kedalam media

    penanaman secara bertahap. Infiltrasi ini dilakukan dengan cara merendam organ pada

    parafin cair sebelum proses penanaman kedalam blok parafin. Infiltrasi dilakukan dengan

    menggunakan parafin : xylol (1:1) selama 30 menit di dalam oven dengan suhu 60 C.

    Tujuan perbandingan ini agar parafin dapat masuk atau mengalami penetrasi lebih mudah

    karena adanya xylol. Hal ini terjadi karena pada proses sebelumnya organ telah kontak

    dengan larutan xylol pada proses clearing. Proses infiltrasi dilakukan secara bertahap

    menggunakan parafin 1, II, dan III yang masing-masing dilakukan selama 50 menit didalam

    oven dengan suhu 60C. Penggunaan oven ini di karenakan parafin merupakan senyawa yang

    memiliki melting point atau titik leleh pada suhu 56C. Jadi tujuannya untuk mencegah agar

    parafin tersebut tidak beku. Fungsi infiltrasi ini yaitu untuk mengisi ruang-ruang inter

    maupun intra seluler dengan parafin cair sehingga kedudukan dehidrasi dapat digantikan oleh

    parafin.

    Dalam proses infiltrasi parafin, sebaiknya jangan dimasukan langsung dari zat

    penjernih kedalam parafin murni, tetapi sebaiknya sebelum parafin murni, jaringan

    dimasukan terlebih dahulu kedalam campuran antara parafin dan penjernih (parafin : xylol)

    dengan volume perbandingan yang sama. Hal ini dimaksudkan agar menghindari perubahan

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    6/24

    6

    lingkungan yang sangat mendadak terhadap jaringan tersebut sehingga jaringan dapat

    mengkerut karena tertarik secara maksimal.

    Proses yang dilakukan selanjutnya adalah embedding atau penanaman yang

    merupakan proses memasukan organ kedalam blok-blok parafin (cetakan) yang terbuat dari

    kertas sehingga memudahkan di dalam penyayatan dengan alat bantu mikrotom. Keuntungan

    menggunakan kotak kertas yaitu dapat membuat sayatan dan menandai jaringan. Pada

    praktikum ini diinginkan organ yang nantinya dapat dipotong secara melintang sehingga

    organ tersebut diletakkan dalam posisi berdiri. Parafin yang telah membeku ini dapat segera

    dipotong menggunakan alat mikrotom. Pengirisan organ dilakukan dengan mikrotom agar

    didapat hasil irisan yang sangat tipis. Namun terlebih dahulu blok parafin dipahat sedemikian

    rupa sehingga membentuk suatu persegi dengan organ berada ditengah-tengahnya dan

    kemudian blok parafin ditempel pada holder yang sesuai dengan ukuran blok parafin. Proses

    section menghasilkan pita-pita sayatan yang nantinya akan disortir kembali untuk memilih

    pita dengan sayatan organ yang baik dan tidak rusak.

    Proses dilanjutkan dengan affixing yaitu penempelan sayatan organ pada glass objek

    dengan gliserol. Gliserol yang berfungsi untuk merekatkan irisan jaringan pada glass objek.

    Gliserol dioleskan pada objek glass dengan rata. Ketika memberikan gliserol pada objek glass

    tidak boleh terlalu banyak, karena gliserol yang terlalu banyak akan mengakibatkan gliserol

    tersebut ikut terwarnai yang nantinya menyebabkan objek glass menjadi kotor. Setelah

    pemberian albumin, objek glass ditetesi dengan air. Hal ini bertujuan agar irisan mudah

    direntangkan dan tidak menggulung, karena ketika proses peletakan sayatan organ diatas hot

    plate, akuades yang terdapat pada sayatan tersebuat akan menguap dan pita-pita sayatan akan

    merentang dengan sendirinya. Air yang diberikan tidak boleh terlalu banyak, karena jika

    kandungan air terlalu banyak dapat menyebabkan sayatan terlepas ketika proses staining..

    Tahapan setelah affixing yaitu proses staining atau pewarnaan. Proses diawali dengan

    proses deparafinisasi yang bertujuan untuk menghilangkan parafin yang terdapat dalam

    jaringan. Proses deparafinisasi menggunakan xylol deparafinase yang di lakukan selama 15

    menit. Proses dilanjutkan dengan dialkoholisasi yaitu proses penarikan alkohol dengan

    menggunakan alkohol bertingkat turun dari konsentrasi 96% - 30% masing-masing dilakukan

    selama 3 menit. Dilanjutkan dengan akuades selama 2 menit. Pewarnaan bertujuan agar

    mempertajam atau memperjelas berbagai elemen sayatan jaringan terutama sel-selnya

    sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan menggunakan mikroskop.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    7/24

    7

    Seharusnya, pewarnaan yang digunakan pada sayatan organ hewan ini yaitu

    pewarnaan ganda yang terdiri dari hematoxylin-eosin. Tetapi, terjadi kesalahan dari praktikan

    yaitu, praktikan tidak melakukan perwarnaan hematoxylin terlebih dahulu sehingga

    pewarnaan hanya dengan pewarnaan eosin. Sedangkan eosin yaitu pewarnaan yang di berikan

    selama 20 menit setelah proses dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat turun dari

    konsentrasi 70% - 30% yang masing-masing di lakukan selama 2 menit. Eosin digunakan

    dalam praktikum ini karena eosin merupakan pewarna yang bersifat asam dan akan mewarnai

    sitoplasma yang bersifat cenderung asam.

    Proses setelah pemberian warna eosin di lanjutkan dengan proses washing dengan

    bebarapa tahapan yaitu alkohol 70% bekas selama 4 menit dan alkohol 70% baru selama 2

    menit dan di lakukan proses dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat naik dari 70%

    hingga 100% masing-masing selama 2 menit. Ketika proses perpindahan preparat dari larutan

    satu dan yang lainya terutama larutan yang berupa xylol, preparat sayatan tersebut harus

    menerima proses lipatan tissue untuk mehilangkan larutan. Karena jika larutan xylol terkena

    air, maka xylol akan rusak. Proses akhir sebelum mounting yaitu pemberian atau di rendam

    kedalam larutan xylol selama 2 menit yang berfungsi untuk menjernihkan preparat agar

    terlihat lebih transparan antar bagian-bagiannya.

    Mounting adalah proses finishing pada tahapan ini dengan menetapkan sayatan pada

    proses penutupan objek glass dengan menggunakan perekat berupa entellan. Dilanjutkan

    dengan proses labelling dan pengamatan tentang bagian yang di hasilkan pada suatu sayatan

    organ.

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

    pembuatan sediaan sayatan organ hewan dengan metode parafin melalui beberapa tahapan,

    diantaranya adalah fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, embedding,

    pengirisan, penempelan, pewarnaan dan penutupan. Dalam pembuatannya menggunakan

    parafin sebagai media embedding dikarenakan hasil pemotongan yang lebih tipis dibanding

    media dan metode lain.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    8/24

    8

    DAFTAR PUSTAKA

    Alvi, R. 1997. Anatomi Fisiologi Manusia. Universitas Sebelas Maret Surakarta Press

    Burkitt, H.G., B. Young dan J.W.Heath. (1993). Histologi Fungsional.Edisi 3. Diterjemahkan

    oleh Jan Tambajong. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Kimball. 1983. Biologi. Addison Wesley Publishing Company

    Khairul, M.D. 2001. Mikroteknik. University of Indonesia Press. Jakarta

    Mannus, J. F. A. dan Robert W. Mowry, 1960. Staining Method Histologic and

    Histochemical. Paul B. Hoeler Inc Medical Divition of Harper and Brothers. New

    York

    Suntoro, S. H, 1983, Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Bhratara Karya Aksara.

    Jakarta.

    Sugiharto. 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

    Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    9/24

    9

    Pembuatan Preparat Rentang dengan Jaringan Subkutan Mussp.

    TUJUAN

    Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik pembuatan preparat jaringan

    subkutan padaMussp.

    DASAR TEORI

    Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat

    antar sel. Epitel tidak mempunyai pembuluh darah, namun semua epitel tumbuh pada

    jaringan ikat yang mempunyai pembuluh darah. Epitel dipisahkan dengan jaringan ikat

    melalui membrana basalis.

    Epitel membungkus dan membatasi semua permukaan tubuh, termasuk luar dan

    dalam. Epitel mempunyai fungsi bermacam-macam yaitu, pada permukaan luar tubuh, epitel

    memberi perlindungan terhadap kerusakan mekanis, perlindungan terhadap masuknya

    mikroorganisme dan mencegah penguapan air. Lebih lanjut, epitel penting sebagai reseptor

    sensoris, karena pada sel-sel epitel terdapat ujung-ujung saraf penghantar rasa sakit. Pada

    permukaan dalam, fungsi epitel yaitu sebagai absorpsi atau sekresi. Epitel mempunyai

    struktur yang berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Jaringan epithelium dapat dibedakanberdasarkan bentuk sel yaitu epitel pipih, epitel kubus, dan epitel silindris. Untuk sebaran sel

    epithelium dalam tubuh manusia antara lain sel epitel di mulut.

    Metode supravital adalah suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau

    jaringan yang hidup. Sel-sel yang hidup juga dapat menyerap warna. Zat warna yang biasa

    dipakai untuk pewarnaan supravital adalah janus green, neutral red, atau methylene blue

    dengan kosentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat sementara

    sehingga harus segera diamati setelah pembuatan. Pengamatan terhadap epithelium ini akan

    nampak inti dari sel-sel yang teramati.

    METODE

    Alat

    Ujung pisau skalpel yang telah di sterilkan dengan alkohol 70% untuk mengambil

    jaringan mukosa pada mulut bagian samping atas, kaca preparat dan kaca penutup untuk

    meletakkan organ yang digunakan.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    10/24

    10

    Bahan

    Jaringan mukosa pada mulut bagian atas, pewarna janus green yang telah diencerkan

    dengan aquades dengan perbandingan 1:1 dan pewarna Neutral Red yang telah diencerkan

    dengan aquades dengan perbandingan 1:1, entellan sebagai zat perekat gelas objek dengan

    gelas penutup serta untuk menaikkan indeks bias sehingga memudahkan pengamatan di

    bawah mikroskop.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berikut adalah hasil dari pembuatan preparat yang didapat dalam pengamatan melalui

    mikroskop cahaya dengan perbesaran 4x10

    Gambar 1. Jaringan subkutanMussp. dengan pewarnaan Mallory-Acid Fuchsin

    Pada praktikum mikroteknik kali ini kita membuat preparat rentang dari jaringan

    subkutan yang didapat dari lapisan mengkilat bawah kulit ayam. Lapisan ini terletak tepat di

    bawah lapisan epidermis.

    Metode rentang (spread) adalah suatu metode sediaan dengan cara merentangkan

    suatu jaringan pada gelas benda sedemikian rupa sehingga dapat diamati di bawah

    mikroskop. Pada umumnya jaringan-jaringan yang dapat dibuat preparat rentang adalah

    jaringan-jaringan yang tipis, misalnya mesenterium.

    Menurut M. C. Manus (1969), jaringan-jaringan yang tipis tersebut dapat diamati

    secara langsung di bawah mikroskop tanpa menggunakan pewarnaan dan juga tanpa fiksasi

    terlebih dahulu. Akan tetapi, pembuatan preparat rentang yang demikian tidak akan bertahan

    lama karena jaringan tidak difiksasi terlebih dahulu. Selain itu, jaringan juga akan mudah

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    11/24

    11

    rusak. Zat warna yang dapat digunakan dalam membuat preparat ini antara lain hematoxilin,

    eosin, dan methylen blue (Handari, 1983).

    Namun pada praktikum, kita hanya menggunakan pewarnaan eosin dan hematoxilin

    saja. Pewarna hematoxilin dengan pelarut aquades sangat baik digunakan untuk mewarnai

    inti yang akan berwarna biru. Pewarna eosin dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk

    mewarnai sitoplasma dengan warna merah (Handari, 1983).

    Berdasarkan hasil preparat yang telah dibuat yaitu preparat rentang jaringan subkutan

    tikus (Mus sp.)dengan menggunakan metode rentang (Spread) menggunakan pewarnaan

    ganda yaitu hematoxilin dan eosin, dapat diketahui bahwa preparat terlihat cukup jelas. Dari

    foto preparat yang telah didapat, dapat diketahui bahwa pada jaringan subkutan ini kita dapat

    mengamati 2 hal yaitu serabut kolagen dan serabut elastis. Serabut kolagen adalah serabut

    yang terbentuk dari protein kolagen dan merupakan jenis protein yang paling banyak terdapat

    ditubuh. Sabut kolagen tersebut tidak tampak jelas karena sangat tipis dan index biasnya

    sama dengan bahan dasar. Sedangkan untuk serabut elastis merupakan suatu serabut yang

    sabut-sabut elastisnya kelihatan jelas dan lebih tebal. Bahan yang menyusun serabut elastis

    adalah protein elastin yang bersifat sangat tahan terhadap pengaruh kimia.

    Serabut kolagen terbentuk dari protein kolagen yang merupakan jenis protein paling

    banyak terdapat dalam tubuh. Diameternya antara 1 m 12 m dengan rata-rata sebesar

    eritrosit (7,7 m). Serabut kolagen terdiri dari gabungan serabut-serabut yang lebih halus

    berdiameter 0,3 m 0,5 m yang disebut fibril. Dalam keadaan segar serabut kolagen

    berwarna putih, oleh karena itu dinamakan pula sebagai serabut putih. Serabut kolagen tahan

    terhadap tekanan ataupun tarikan, tetapi tidak bersifat lentur. Dengan pewarnaan HE akan

    terwarna merah muda atau merah.

    Serabut elastis tersusun oleh protein elastin yang bersifat sangat tahan terhadap

    pengaruh kimia. Dalam keadaan segar serabut ini berwarna kuning. Serabut elastis bersifat

    kenyal dan elastik. Dengan pewarnaan HE tampak lebih merah jika dibandingkan dengan

    serabut kolagen. Serabutnya tipis dan panjang dengan ketebalan kurang dari 1 m sampai

    beberapa mikron.

    Preparat jaringan subkutan ini memiliki komposisi yang tepat dikarenakan pewarnaan

    terlihat jelas dan tidak terlalu pekat. Hal ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya jaringan yang

    direntangkan dan juga pada proses perentangan yang membutuhkan ketrampilan dan

    kesabaran.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    12/24

    12

    SIMPULAN

    Hal-hal yang mempengaruhi baik buruknya hasil preparat rentang pada jaringan subkutan

    ini yaitu tebal tipisnya jaringan yang direntangkan dan juga pada proses perentangan yang

    membutuhkan ketrampilan dan kesabaran.

    DAFTAR PUSTAKA

    Suntoro, S. H, 1983,Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Bhratara Karya Aksara.

    Jakarta.

    Sugiharto. 1989.Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

    Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor.

    Mannus, J. F. A. dan Robert W. Mowry, 1960. Staining Method Histologic and

    Histochemical. Paul B. Hoeler Inc Medical Divition of Harper and Brothers. New

    York

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    13/24

    13

    Pewarnaan Supravital

    TUJUAN

    Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik pembuatan preparat jaringan

    subkutan padaMussp.

    DASAR TEORI

    Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat

    antar sel. Epitel tidak mempunyai pembuluh darah, namun semua epitel tumbuh pada

    jaringan ikat yang mempunyai pembuluh darah. Epitel dipisahkan dengan jaringan ikat

    melalui membrana basalis.

    Epitel membungkus dan membatasi semua permukaan tubuh, termasuk luar dan

    dalam. Epitel mempunyai fungsi bermacam-macam yaitu, pada permukaan luar tubuh, epitel

    memberi perlindungan terhadap kerusakan mekanis, perlindungan terhadap masuknya

    mikroorganisme dan mencegah penguapan air. Lebih lanjut, epitel penting sebagai reseptor

    sensoris, karena pada sel-sel epitel terdapat ujung-ujung saraf penghantar rasa sakit. Pada

    permukaan dalam, fungsi epitel yaitu sebagai absorpsi atau sekresi. Epitel mempunyai

    struktur yang berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Jaringan epithelium dapat dibedakanberdasarkan bentuk sel yaitu epitel pipih, epitel kubus, dan epitel silindris. Untuk sebaran sel

    epithelium dalam tubuh manusia antara lain sel epitel di mulut.

    Metode supravital adalah suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau

    jaringan yang hidup. Sel-sel yang hidup juga dapat menyerap warna. Zat warna yang biasa

    dipakai untuk pewarnaan supravital adalah janus green, neutral red, atau methylene blue

    dengan kosentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat sementara

    sehingga harus segera diamati setelah pembuatan. Pengamatan terhadap epithelium ini akan

    nampak inti dari sel-sel yang teramati. (Suntoro, 1983)

    Selain jenis-jenis metoda yang dimanfaatkan materi yang mengalami narkose dan

    fiksasi. Untuk pengamatan sel-sel epitel yang masih hidup umumnya digunakan zat warna

    vital seperti Janus green atau Neutral red, karena sel epitel mempunyai kemampuan untuk

    menghisap zat warna pada konsentrasi yang sesuai. Bila kedua zat warna tersebut dipakai

    secara bersama-sama maka memungkinkan kita untuk mengamati mitokondria. Hanya saja

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    14/24

    14

    akan terjadi perubahan yang sangat cepat pada sel, karena sel dapat mati oleh kedua warna

    tadi secara bersamaan. (Lesson C et al., 2002)

    METODE

    Alat

    Ujung pisau skalpel yang telah di sterilkan dengan alkohol 70% untuk mengambil

    jaringan mukosa pada mulut bagian samping atas, kaca preparat dan kaca penutup untuk

    meletakkan organ yang digunakan.

    Bahan

    Jaringan mukosa pada mulut bagian atas, pewarna janus green yang telah diencerkandengan aquades dengan perbandingan 1:1 dan pewarna Neutral Red yang telah diencerkan

    dengan aquades dengan perbandingan 1:1, entellan sebagai zat perekat gelas objek dengan

    gelas penutup serta untuk menaikkan indeks bias sehingga memudahkan pengamatan di

    bawah mikroskop.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berikut adalah hasil dari pembuatan preparat yang didapat dalam pengamatan melalui

    mikroskop dengan perbesaran 4x10.

    Gambar 1. Preparat supravital dengan Gambar 2. Preparat supravital dengan

    Pewarnaan Neutral Red Pewarnaan Janus Green

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    15/24

    15

    Prosedur pembuatan preparat supravital epithelium mukosa mulut ini sangat

    sederhana. Secara singkat, langkah-langkah dalam pembuatan preparat supravital epithelium

    mukosa mulut yaitu: pewarnaan dan penutupan. Setelah proses pengambilan jaringan,

    epithelium mukosa mulut langsung diwarnai menggunakan zat warna supravital Janus Green

    dan Neutral Red. Proses pewarnaan tidak diawali dengan proses fiksasi terlebih dahulu.

    Pewarnaan ini merupakan pewarnaan tunggal, yaitu pewarnaan yang hanya menggunakan

    satu macam zat warna saja. Setelah proses pewarnaan dan penutupan dengan gelas penutup,

    preparat langsung diamati dengan menggunakan mikroskop. Setelah pengamatan, gelas

    benda langsung dibersihkan.

    Berdasarkan foto dan hasil pengamatan preparat sementara sel mukosa dengan

    metode supravital dan pewarnaan Janus Green dapat diketahui bahwa ketika diamati dibawah

    mikroskop sel-sel epitel terwarna biru dengan kontras. Nukleus sel epitel terwarna lebih kuat

    menjadi lebih biru karena nukleus lebih mudah untuk menyerap warna. Sel jika di bawah

    mikroskop ada yang memisah sendiri dan berkelompok serta ada yang bertumpuk. Hal ini

    terjadi karena saat mengoleskan sediaan dari ujung skalpel tidak merata dan kemungkinan

    pemberian zat warna yang terlalu berlebih juga mempengaruhi letak sel dalam preparat

    sediaan ini. Sel epitel yang terlihat berbentuk pipih. Inti sel tidek terlihat jelas karena ketika

    mengamati perbesaran yang digunakan 4x10. Sebenarnya sel epitel mukosa mulut berbentukpipih berlapis, tetapi pada preparat tidak terlihat. Pada preparat hanya terlihat sel pipih saja.

    KESIMPULAN

    Preparat supravital epithelium mukosa mulut merupakan preparat sementara. Secara

    singkat, langkah-langkah dalam pembuatan preparat supravital epithelium mukosa mulut

    yaitu: afiksing, pewarnaan, dan penutupan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Suntoro, S. H, 1983,Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Bhratara Karya Aksara.

    Jakarta.

    Lesson C, et al. 1990.Mempersiapkan Jaringan dalam Buku Ajar Histologi. Edisi V. EGC.

    Jakarta.

    Khairul, M.D. 2001.Mikroteknik. University of Indonesia Press. Jakarta.

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    16/24

    16

    Pembuatan Preparat Apus Darah dengan Pewarnaan Giemsa, May Grunwald dan

    Pappenheim

    TUJUAN

    Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan pewarnaan metode

    Romanowski (Giemsa), May Grunwald, dan campuran.

    LANDASAN TEORI

    Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap

    sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel

    dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah

    mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai

    jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung

    berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuanmempertahankan tubuh dari berbagai

    penyakit.

    Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit.

    Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter

    7,2 m tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya

    berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan lunak. Leukosit (sel darah

    putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit

    dan agranulosit.

    Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat

    sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel

    darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah.

    Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles

    (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput

    (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan

    bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Suntoro,

    1983).

    Apus darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk

    larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast,

    pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain. Pewarnaan Giemsa disebut juga

    pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    17/24

    17

    morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-

    parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia dan lain-lain dari golongan protozoa.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berikut adalah hasil pengamatan preparat apus darah dibawah mikroskop dengan

    perbesaran 4x10.

    Gambar 1. Apus darah menggunakan pewarna Gambar 2. Apus darah menggunakan

    campuran pewarna Giemsa

    Gambar 3. Apus darah dengan pewarna May Grunwald

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    18/24

    18

    PEMBAHASAN

    Teknik yang digunakan dalam pembuatan preparat apus darah adalah teknik ulas.

    Teknik ini memerlukan dua kaca preparat.teteskan darah pada salah satu kaca preparat dekat

    bagian ujungnya, ujung kaca preparat lainnya menyentuh tetesan darah untuk kemudian

    ditarik atau didorong dengan posisi 45 hingga darah tersebut rata pada permukaan kaca

    preparat.penarikan atau pendorongan cukup sekali saja,untuk kemudiaan diwarnai, teknik

    ulasan yang baik akan menghasilkan selapis selsel darah hingga memudahkan pengamatan.

    Tahap persiapan pembuatan preparat apus darah yaitu, gelas benda A dibersihkan

    dengan menggunakan alkohol yang diteteskan pada tissue. Tangan kiri dikibas-kibaskan

    dengan telapak posisi telapak tangan kiri sejajar perut selama 20 detik, lalu ujung jari tengah

    tangan kiri diurut selama 5 detik kemudian disterilkan dengan kapas yang dibasahi alkohol.

    Blood lanset steril ditusukan pada ujung jari tengah tangan kiri tadi, tetes darah pertama

    diusapkan pada kapas, tetes darah kedua ditempelkan pada sisi kanan jarak 1 cm gelas benda

    A yang telah bebas lemak. Pengapusan darah dengan gelas benda B ditempelkan pada tetes

    darah di gelas benda A sudutmya 45o, ditarik ke sisi kanan, lalu didorong ke sisi kiri cepat

    dan konstan. Apusan darah dikeringkan diatas rak pewarnaan (10 menit).

    Tahapan persiapan selesai jika apusan darah manusia sudah kering. Apusan darah

    difiksasi dalam staining jar berisi metil alcohol dalam 1 celupan selama 3 detik. Apusan

    darah dikeringkan pada rak pewarnaan datar dengan kipas angin sampai kering. Setelah

    kering apusan darah diwarnai pada larutan dalam staining jar berisi zat warna Giemsa dalam

    metil alkohol selama 3 detik dalam satu celupan. Apusan darah dikeringkan pada rak

    pewarnaan dengan kipas angin. Apusan darah dicuci dengan air mengalir dalam botol leher

    angsa yang telah dididihkan dan didinginkan kembali. Preparat apus darah manusia ditiriskan

    pada rak miring dan dikeringkan. Dilabeli dengan kertas label sesuai identitas preparat pada

    ujung gelas benda dengan posisi memanjang. Preparat apus darah diamati menggunakan

    mikroskop pada perbesaran 4x10, difoto dan dianalisis hasilnya.

    SIMPULAN

    Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode apus pada darah manusia

    menghasilkan preparat yang sudah bagus atau bisa juga dikatakan berhasil, hal tersebut dapat

    dilihat dari hasil yang didapatkan bahwa terlihat sel darah merah karena hasil pewarnaannya

    terlihat jelas sehingga dapat diamati dan dibedakan berdasarkan jenis pewarnanya.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    19/24

    19

    Burkitt, H.G., B. Young dan J.W.Heath. (1993).Histologi Fungsional. Edisi 3.

    Diterjemahkan oleh Jan Tambajong. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Kimball. 1983.Biologi. Addison Wesley Publishing Company

    Khairul, M.D. 2001.Mikroteknik. University of Indonesia Press. Jakarta

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    20/24

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    21/24

    21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berikut adalah hasil yang didapat dari pengamatan melalui mikroskop dengan

    perbesaran 10x40

    Gambar 1. Gambar 2.

    Gambar 3.

    Keterangan :

    Gambar 1. Perwarnaan preparat dengan Hematoxylin

    Gambar 2. Pewarnaan preparat dengan Eosin

    Gambar 3. Pewarnaan preparat dengan pewarna campuran

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    22/24

    22

    Pada tahap ini terlebih dahulu ditentukan umur embrio ayam yang diinginkan yang

    sebaiknya berumur 24 jam, 33 jam, dan 48 jam karena pada usia tersebut, embrio masih

    cenderung mudah untuk diamati. Objek yang digunakan untuk sediaan, dalam hal ini embrio

    ayam terlebih dahulu diinkubasi di dalam dalam inkubator pada suhu 39oC atau 103oF. Umur

    embrio ditentukan mulai jam ke-0 setelah telur dikeluarkan oleh induk.

    Larutan fiksatif yang digunakan berfungsi untuk mematikan sel-sel dalam jaringan

    tanpa merusak bentuk dan struktur jaringan tersebut, melindungi jaringan dari larutan yang

    diberikan selanjutnya, menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik

    karena pergantian indeks bias dan membuat sel-sel dalam jaringan keras.

    Untuk pewarnaan embrio ayam digunakan hematoxylin. Larutan ini merupakan

    larutan yang kuat dan harus diencerkan dengan aquadest dengan perbandingan 1:1 atau 1:2.

    Pewarnaan ini menghasilkan warna biru setelah dicuci dengan air kran.

    Setelah kita mendapatkan telur ayam dengan berbagai usia yang kita inginkan dan kita

    rawat di dalam kondisi yang sesuai di dalam inkubator, maka langkah selanjutnya adalah

    mendapatkan embrio ayam serta memberikan beberapa perlakuan untuk mendapatkan

    sediaan embrio ayam yang bagus. Langkah awal yaitu menerawang telur dengan kotak lampu

    untuk melihat apakah telur sudah memiliki embrio yang cukup besar untuk dijadikan preparat

    whole mount, langkah selanjutnya adalah menghisap udara yang berada dalam telur dengan

    cara melubangi bagian samping telur yang memiliki udara dan kemudian dihisap dengan alat

    penghisap. Hal ini bertujuan untuk memisahkan massa telur dari dinding cangkang sehingga

    memudahkan proses pemecahan cangkang telur. memecah telur ayam dengan hati-hati dan

    memisahkan embrio ayam tersebut dari massa telur lainnya. Untuk memecah telur tersebut

    digunakan gunting yang mata pisaunya bengkok dan dengan hati- hati memecah telur

    tersebut. Kemudian meletakkan seluruh isi telur pada wadah yang berisi larutan fisiologis

    (NaCl 0,9%) yaitu sampai sebagian massa telur dapat terendam pada suhu yang hangat untuk

    proses pembersihan. Larutan fisiologis ini berfungsi untuk menjaga keadaan sel embrio agar

    tetap hidup selama kita membersihkan embrio dari masa sel lain dan selaput- selaput yang

    melindungi embrio. Sedangkan hangat garam fisiologis tersebut memberikan kondisi yang

    sesuai untuk kehidupan embrio dan sama dengan suhu selama inkubasi. Dengan larutan

    fisiologis tersebut, embrio akan terletak di bagian atas pada larutan, karena larutan garam

    fisiologis menyerap masa sel lain seperti albumin dan kuning telur dan memudahkan kita

    untuk memisahkan embrio dari masa telur tersebut.

    Setelah embrio ayam cukup bersih dari masa telur yang lain kemudian dilanjutkan

    dengan proses fiksasi dengan menggunakan larutan fiksatif pada embrio selama kurang lebih

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    23/24

    23

    20 menit. Fiksasi merupakan tahap permulaan yang penting dalam pembuatan sediaan.

    Adapun tujuan fiksasi adalah untuk mematikan sel- sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk

    dan struktur- strukturnya, melindungi kehancuran dari larutan-larutan berikutnya dan

    menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena pengantian indeks

    bisa serta membuat sel- sel dalam jaringan menjadi keras. Dengan adanya proses fiksatif ini

    akan menudahkan kita untuk melakukan pewarnaan dan perlakuan lebih lanjut karena organ

    tidak lunak lagi.

    Setelah proses fiksasi embrio, selanjutnya embrio ayam tersebut dibersihkan dari sisa-

    sisa selaput yang kemungkinan masih menempel pada embrio, seperti selaput vitellin dan

    kuning telur yang masih tertinggal dengan dari pengguntingan dalam larutan aquades.

    Kemudian merentangkan embrio ayam agar tidak ada bagian yang berkerut. Kemudian

    membuat lubang pada kertas saring berukuran lebih besar dari embrio ayam kemudian

    meletakkan kertas saring tersebut di atas embrio sehingga bagian kiri dan kanan serta sekitar

    embrio menempel pada kertas saring. Proses selanjutnya dilanjutkan dengan fiksasi dengan

    pikro-sulfat atau larutan Bouin selama 6 sampai 24 jam. Selanjutnya larutan fiksatif tersebut

    dihilangkan dengan air mengalir hingga warna larutan fiksatif hilang.

    Sebelum dilakukan pewarnaan terhadap embrio, sebelumnya dilakukan perendaman

    terlebih dahulu dengan mennggunakan larutan alkohol 50%, 30% masing- masing 0,5 jam,

    kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan larutan aquades selama 0,5 jam.

    Perendaman ini bertujuan untuk proses rehidrasi sel-sel embrio ayam. Pewarnaan terhadap

    embrio ayam menggunakan hematoxylin selama 1 malam. Dengan zat warna ini, maka

    embrio akan terwarnai. Selanjutnya setelah pewarnaan makan dilanjutkan dengan

    differensiasi untuk menampakkan anatomi tubuh embrio lebih jelas. Dalam pembuatan

    sediaan embrio ayam ini, proses dehidrasi dilakukan dengan mennggunakan alkohol 70%.

    Setelah ini warna pewarna dilunturkan dengan dengan pencucian menggunakan air kran

    hingga warna menjadi biru.

    Setelah pencucian, proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi berarti pengambilan

    air dari dalam jaringan. Tahap ini merupakan tahap yang penting setelah jaringan atau objek

    mengalami fiksasi atau pencucian, karena larutan fiksatif dan larutan untuk pencucian banyak

    mengandung air. Pengambilan air ini perlu, karena masih adanya air dalam jaringan

    merupakan suatu penghalang bagi proses- proses selanjutnya. Untuk keperluan dehidrasi

    pada umumnya dipergunakan alkohol dengan kadar bertingkat dari konsentrasi yang lebih

    rendah berturut turut ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam pembuatan sediaan embrio

    ayam menggunakan 9 tingkatan konsentrasi yaitu 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%

  • 7/21/2019 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN.docx

    24/24