23
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN SEMESTER GENAP 2014 - 2015 PENGUJIAN AKTIVITAS HORMON DAN TERAPI PENGGANTI HORMON Rabu, 1 April 2015 Kelompok III Rabu, Pukul 10.00 13.00 WIB Muhammad Nur Iqbal 260110130105 Teori Dasar Yulina saragih 260110130106 Tujuan, Prinsip, Editor , Pengirim Tugas Cyntia Gracesella 260110130107 Pembahasan Meivana Esther 260110130108 Pembahasan Fenadya Rahayu 260110130109 Data Pengamatan Pande Putu Guntur 260110130110 Alat Dan Bahan LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 Nilai TTD (M Indra) (Dita)

Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

SEMESTER GENAP 2014 - 2015

PENGUJIAN AKTIVITAS HORMON DAN TERAPI PENGGANTI

HORMON

Rabu, 1 April 2015

Kelompok III

Rabu, Pukul 10.00 – 13.00 WIB

Muhammad Nur Iqbal 260110130105 Teori Dasar

Yulina saragih 260110130106 Tujuan, Prinsip, Editor , Pengirim Tugas

Cyntia Gracesella 260110130107 Pembahasan

Meivana Esther 260110130108 Pembahasan

Fenadya Rahayu 260110130109 Data Pengamatan

Pande Putu Guntur 260110130110 Alat Dan Bahan

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Nilai TTD

(M Indra) (Dita)

Page 2: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

PENGUJIAN AKTIVITAS HORMON DAN TERAPI PENGGANTI

HORMON

I. TUJUAN

Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengetahui secara lebih baik mengenai hormon dan terapi

pengganti hormone

2. Mengenal secara lebih baik teknik untuk mengevaluasi aktivitas

hormon dan terapi pengganti hormon

II. PRINSIP

1. Terapi Pengganti Hormon

Terapi pengganti hormon adalah pemberian hormon tambahan untuk

mengatasi defisiensi hormon tertentu (Anonim, 2015).

2. Kerja Hormon

Sistem kerja hormon dikendalikan oleh kelenjar Master of Gland yaitu

kelenjar atau glandula hipofisis yang diteruskan ke organ-organ tubuh.

Mekanisme kerja hormon ada dua macam yaitu hormon yang

memasuki sel dan hormon yang tidak memasuki sel dengan

mekanisme melekat pada reseptor sel dan mengaktifkan

second-messenger di dalam sel (Anonim, 2015)

3. Laju metabolisme

laju metabolik adalah laju dipergunakannya energi oleh tubuh baik

untuk kerja eksternal maupun internal. Laju metabolik secara normal

Page 3: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

dinyatakan sebagai laju panas yang dibebaskan selama terjadinya

berbagai reaksi kimia disemua sel tubuh (Prabata, 2015).

III. TEORI DASAR

Hormon merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar

endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak

mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan

mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu

organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada

umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang

dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan

waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual

(Praweda,2000).

Hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka

dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi

Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin

II dalam ginjal, Insulin pada sel α pulau Langerhans.Hormon juga dapat

bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin.

Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai

produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang

pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara

keseluruhan

(Indah,2004).

Klasifikasi Hormon

Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut

komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang

mengantarai kerja hormon di dalam sel (Hanifah, 2006).

•Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:

Page 4: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

1. Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol

2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat

3. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil →

Thyroid,Katekolamin

4. Golongan Polipeptida/Protein → Insulin,Glukagon,GH,TSH

(Rosenthal, 2009).

Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:

kelompok

Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa

cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator

intraseluler (Indah, 2004).

Hipotalamus

Hipotalamus berperan mensintesis dan mensekresikan hormon -

hormon berikut:

1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang berperan memacu

sekresi Follicle Stimulating Hormone(FSH) dan Luteinizing

Hormone(LH).

2. Thyrotropin releasing hormone (TRH) yang berperan merangsang

sekresi thyroid stimulating hormone(TSH).

3. Corticotropin releasing hormone (CRH) yang berperan merangsang

sekresi ACTH.

4. Prolactin inhibiting factor (PIF) yang berperan menghambat sekresi

prolaktin (Hanifah, 2006).

Kelenjar Pituitaria (hipofise)

Terletak di dasar otak menggantung dengan hipotalamus, tepatnya di

Page 5: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

atas langit-langit mulut. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian depan

(adenohipofise), tengah (intermedia), dan belakang (neurohipofise).

Kelenjar pituitaria disebut juga master glandkarena berperan mengatur

aktifitas dan fungsi kelenjar endokrin lainnya (Heru,2009).

Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) berfungsi untuk mensintesis

dan mensekresikan hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi tiroksin diatur

oleh TSH dari pituitaria anterior. Kadar tiroksin darah memberikan

umpan-balik negatif (negatif feedback) ke pituitaria dan hipotalamus.

Tiroksin adalah hormon yang tersusun atas asam amino yang mengandung

4 atom iod yang disebut tetraiodo tironin (T4) dan yang mengandung 3

atom iod disebut triiodo tironin(T3). Oleh karena itu, sintesis tiroksin

memerlukan suplai iodium dalam diet. Apabila kekurangan iodium dalam

diet, maka akan menyebabkan sintesis dan sekresi tiroksin terganggu

sehingga kadar tiroksin rendah (hipotiroid). Pada kondisi hipotiroid

ditandai dengan pembengkakan kelenjar tiroid yang disebut goiter

(gondok). Oleh karena itu, penyakit ini sering disebut Goiter akibat

kekurangan iodium (GAKI). Goiter terjadi karena hiperaktifitas kelenjar

tiroid karena dipacu untuk memenuhi kebutuhan tiroksin dalam tubuh.

Tiroksin berperan merangsang pertumbuhan, metabolisme pada semua sel

khususnya untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan panas

dengan cara meningkatkan kecepatan metabolisme (metabolic rate) dan

penggunaan oksigen (Scanlon, 2007).

Mekanisme regulasi keseimbangan temperatur tubuh oleh tiroksin

adalah sebagai berikut. Pada kondisi suhu tubuh turun (dingin atau

kehilangan panas) akan merangsang neuron hipotalamus membebaskan

neurohormon yang bersifat meningkatkan aktifitas metabolik dan produksi

panas tubuh. Sel syaraf hipotalamus membebaskan hormon yang

merangsang pembebasan TSH dari pituitaria anterior ke dalam sirkulasi

Page 6: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

darah untuk merangsang kerja dan fungsi kelenjar tiroid untuk mensintesis

dan mensekresikan hormon tiroksin (T4 atau T3) yang berperan

merangsang metabolisme pada berbagai sel tubuh sehingga dihasilkan

panas tubuh. Neurohormon yang dibebaskan oleh hipotalamus juga

mengaktifkan sistem syaraf simpatis dan kelenjar adrenal sehingga

dibebaskan epinefrin yang menyebabkan pembebasan glukosa dari hati

sehingga setelah dimetabolisme akan menghasilkan panas tubuh. Epinefrin

juga menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer sehinga

mencegah kehilangan panas lewat kulit. Mekanisme tersebutmerupakan

contoh mekanisme sistem neuroendokrin (Heru,2009).

Ovarium

Ovarium berperan mensintesis dan mensekresikan hormon estrogen

(E2) dan progesteron (P). Estrogen disintesis dan disekresikan oleh folikel

ovarium. Estrogen bersifat sebagai endokrin, parakrin, atau autokrin.

Estrogen berasal dari kolesterol. Estrogen ada 3 macam yaitu:

17ß-estradiol, estrone, dan estriol, yang paling banyak dijumpai adalah

17ß-estradiol. Estrogen berperan sebagai feedback positiveyaitu memacu

proliferasi sel granulosa, meningkatkan jumlah reseptor FSH pada sel

granulosa, dan berperan sebagai feedbacknegative yaitu menurunkan

sekresi FSH-RH dari hipotalamus dan FSH dari pituitaria, serta

memelihara sifat kelamin sekunder. Progesteron disintesis dan

disekresikan oleh korpus luteum dirangsang oleh LH pada siklus

menstruasi normal, sedangkan pada saat ada kehamilan sintesis dan sekresi

progesteron oleh korpus luteum juga dirangsang oleh chorionic

gonadotropin (CG) yang dihasilkan plasenta. Fungsi utama hormon

progesteron adalah mengatur panjang pendeknya siklus estrus,

menyiapkan uterus untuk implantasi, pertumbuhan kelenjar susu, dan sifat

keibuan. Disamping itu, korpus luteum juga menghasilkan hormon

relaksin yang berperan melebarkan (relaksasi) simpisis pubis (tulang

panggul) dan servik uteri. Aplikasi pemanfaatan hormon E2 dan P dalam

Page 7: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

kehidupan sehari-hari antara lain untuk: kontrasepsi oral pil (estrogen, atau

kombinasi estrogen dan progestin), injeksi (estrogen), implan (progesteron)

(Rosenthal, 2009).

Pankreas

Pulau Langerhans pankreas merupakan bagian pankreas yang

bersifat sebagai kelenjar endokrin, sedangkan bagian asinar bersifat

sebagai kelenjar eksokrin. Sel β (beta) pulau Langerhans pancreas

berperan menghasilkan hormon insulin. Insulin merupakan factor

hipoglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan penurunan kadar

glukosa darah. Pada kondisi glukosa darah meningkat (misalnya saat

setelah makan yang lebih banyak mengandung unsure karbohidrat), maka

akan merangsang sekresi insulin dan mencegah sekresi glukagon. Insulin

bekerja meningkatkan afinitas molekul karier didalam membran sel

dengan glukosa sehingga mempermudah dan mempercepat masuknya

glukosa ke dalam sel. Setelah glukosa berada di dalam sitoplasma,

selanjutnya jika tidak dimanfaatkan sebagai sumber energi, oleh insulin

akan disintesis menjadi glikogen (cadangan glukosa) di dalam berbagai sel

hati, otot, atau jaringan lain. Sel α (alfa) pulau Langerhans pancreas

menghasilkan hormon glukagon (Scanlon, 2007).

Glukagon bekerja sebagai factor hiperglikemik artinya sebagai

faktor yang menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah, karena

glukagon berperan merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Glukagon bersifat lebih poten daripada epinefrin (adrenalin). Penurunan

kadar glukosa darah dikenali oleh sel β pankreas berperan menghasilkan

hormon glukagon. Hormon glukagon berperan merangsang pembebasan

glukosa dari glikogen (terutama di sel hati) sehingga kadar gula darah

kembali normal. Mekanisme pengaturan (kontrol) perilaku makan adalah

sebagai berikut: kadar glukosa darah mempengaruhi glukostat yaitu pusat

kenyang (satiety center). yang terdapat pada basal hipotalamus. Pusat ini

Page 8: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

menghambat hipotalamus lateral yang merupakan pusat makan (feeding

center). Pada kondisi kadar glukosa darah rendah, pusat kenyang tidak lagi

menghambat pusat makan sehingga memacu pusat tersebut dan timbul

keinginan untuk makan (nafsu makan) (Scanlon, 2007).

Akibat dari pengambilan makanan, maka kadar glukosa darah

meningkat dan kembali normal. Kelainan gangguan sintesis dan sekresi

insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus (DM) atau kencing manis.

Pada penderita DM ditandai dengan gejala meningkatnya kadar glukosa

darah. Gejala lain yang mengikuti antara lain terdapat glukosa dalam urin

(glukosuria), rasa haus dan banyak minum (polidipsia), lapar dan banyak

makan (polifagia), volume air kencing meningkat (poliuria), luka sukar

sembuh, dan impotensi (Heru,2009).

IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 ·Alat

1.Infocus

2.Laptop

·4.2 Bahan

1.Program pyscioex

V . PROSEDUR

Percobaan I : Pengukuran Standar Laju Metabolit

Tikus normal di klik dan di drag ke dalam chamber dan dilepaskan

tombol mouse. Katup pada sisi kiri tabung dipastikan terbuka agar udara

dapat masuk, bila tertutup katup klik untuk membukanya. Indicator pada

Page 9: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

T-connector dipastikan terbaca “chamber and manometer connected”, bila

tidak, klik untuk membukanya. Tombolweight di klik, dicatat pada

baseline di chart 1 untuk berat. Tombol (+) di klik pada timersehingga

terbaca 1.00. katup di klik untuk menutupnya, sehingga udara dari luar

tidak masuk, dipastikan hanya oksigen dari system tertutup ini yang

dihirup oleh tikus. Tombol start pada layer timer di klik, diperhatikan

ketinggian air pada tabung U-shaped. Timer akan berhenti otomatis setelah

satu menit, kemudian tombol T-connector di klik, maka akan terbaca

“manometer and syringe connected”. Katup di klik untuk membuka

sehingga tikus dapat menghirup udara luar. Dilihat perbedaan antara tinggi

kiri dan kanan tabung U dan perkirakan volume oksigen yang perlu

disuntikkan. Tombol (+) dibawah O2 di klik sampai layar memberikan

nilai. Kemudian tombol inject di klik sampai volume pada kedua sisi sama

(akan ada kata “level berkedip dan menghilang). Bila terlalu tinggi, dapat

diulang dengan menekan tombol reset. Dicatat pengukuran ini pada bagian

baseline di grafik 1, untuk pemakaian O2 selama 1 menit.

Di klik record data.Tikus dari chamber di klik dan di drag kembali ke

kandangnya. Tombol reset di klik pada kotak apparatus. Langkah di atas

diulangi untuk tikus tiroidektomi (Tx) dan hipofisektomi (Hypox). Data

direkam pada bagian baseline grafik 1.

Percobaan II : Pengukuran Pengaruh Tiroksin pada Laju Metabolik

Pada data set dipilih tikus yang akan diuji (normal, Tx, atau

Hypox). Tombol resetdi klik pada kotak apparatus. Alat suntik thyroxine

pada tikus di klik dan di drag lalu dilepaskan tombol mouse untuk

menginjeksi hewan tersebut. Tikus di drag kembali ke dalam chamber.

Diulangi langkah awal sampai perhitungan laju metabolic pada percobaan

I, tetapi data direkam pada bagian with thyroxine grafik 1. Di klik record

data. Tikus di klik dan di drag kembali ke dalam kandangnya, dan di klik

Page 10: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

clean untuk menghilangkan semua efek dari tiroksin. Langkah di atas

diulangi pada tikus berikutnya. Data direkam pada bagian with thyroxine

grafik 1 pada kolom sesuai tikus yang diuji.

Percobaan III : Pengaruh Pengukuran TSH pada Laju Metabolik

Pada data set dipilih tikus yang akan diuji (normal, Tx, atau

Hypox). Tombol resetdi klik pada kotak apparatus. Alat suntik TSHpada

tikus di klik dan di drag lalu dilepaskan tombol mouse untuk menginjeksi

hewan tersebut. Tikus di drag kembali ke dalam chamber. Diulangi

langkah awal sampai perhitungan laju metabolic pada percobaan I, tetapi

data direkam pada bagian with TSHgrafik 1. Di klik record data. Tikus di

klik dan di drag kembali ke dalam kandangnya, dan di klik clean untuk

menghilangkan semua efek dari TSH. Langkah di atas diulangi pada tikus

berikutnya. Data direkam pada bagian with TSHgrafik 1 pada kolom sesuai

tikus yang diuji.

Percobaan IV : Pengaruh Pengukuran Propylthiouracil pada Laju

Metabolik

Pada data set dipilih tikus yang akan diuji (normal, Tx, atau

Hypox). Tombol reset di klik pada kotak apparatus. Alat suntik

propylthiouracil pada tikus di klik dan di drag lalu dilepaskan tombol

mouse untuk menginjeksi hewan tersebut. Tikus di drag kembali ke dalam

chamber. Diulangi langkah awal sampai perhitungan laju metabolic pada

percobaan I, tetapi data direkam pada bagian with propylthiouracilgrafik 1.

Di klik record data. Tikus di klik dan di drag kembali ke dalam

kandangnya, dan di klik clean untuk menghilangkan semua efek dari

propylthiouracil. Langkah di atas diulangi pada tikus berikutnya. Data

direkam pada bagian with propylthiouracilgrafik 1 pada kolom sesuai tikus

Page 11: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

yang diuji.

Percobaan V : Terapi Pengganti Hormon

Alat suntik di klik, lalu di drag pada botol saline dan dilepaskan

tombol mouse hingga alat suntik terisi secra otomatis 1 mL salin. Alat

suntik di drag pada tikus control, diletakkan ujung jarum pada daerah

bagian bawah abdominal (intraperitonial) dan dilepaskan tombol mouse

untuk menginjeksi hewan tersebut dan alat suntik otomatis kembali pada

tempatnya. Tombol cleandi klik untuk membersihkan alat suntik dari

residu obat. Alat suntik di klik lagi lalu di drag ke botol estrogen dan

dipeaskan tombol mouse, alat suntik otomatis terisi 1 mL estrogen. Alat

suntik di drag pada tikus eksperimen, ujung jarum diletakkan pada daerah

bagian bawah abdominal (intraperitonial) dan dilepaskan tombol mouse

untuk menginjeksi hewan tersebut dan alat suntik otomatis kembali pada

tempatnya. Di klik cleanuntuk membersihkan alat suntik dari residu obat.

Di klik clockdi atas layar elapsed days, akan terlihat jam berputar 24 jam.

Langkah di atas diulangi sampai semua tikus mndapat 7 kali suntikan

selama 7 hari (1 suntikan/hari). tikus control mendapat 7 kali suntikkan

salin dan tikus eksperimen mendapat 7 kali suntikkan estrogen. Kemudian

kotak kertas timbang di klik, kertas timbang yang muncul di klik dan di

drag ke atas timbangan, kemudian dilepaskan tombol mouse. Skala

timbangan memberikan nilai berat kertas timbang, lalu klik tombol tare

untuk menara timbangan (0,00 g). Uterus siap dihilangkan. Pada

percobaan biasa perlu dilakukan pembedahan, tetapi di sini dilakukan

dengan mengklik tombol remove uterus pada kandang, tikus akan hilang

dan uterus akan tampak di setiap kandang. Uterus dari tikus kontrol di klik

dan di drag ke atas timbangan dan dilepaskan tombol mouse. Tombol

weighdiklik untuk menimbangnya. Beratnya dicatat. Berat uterus (control)

yaitu 0,1083 gram. Kemudian di klik record data. Lalu, di klik

Page 12: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

cleanpada timbangan untuk membuang kertas timbang dan uterus.

Kemudian kotak kertas timbang di klik, kertas timbang yang muncul di

klik dan di drag ke atas timbangan, kemudian dilepaskan tombol mouse.

Skala timbangan memberikan nilai berat kertas timbang, lalu klik tombol

tare untuk menara timbangan (0,00 g). Lalu uterus dari tikus eksperimen di

klik dan di drag ke atas timbangan dan dilepaskan tombol mouse. Tombol

weighdi klik untuk mnimbangnya. Beratnya dicatat. Berat uterus

(eksperimen) : 0,6673 gram. Di klik record data. Lalu di klik clean pada

timbangan untuk membuang kertas timbang dan uterus.

VI. DATA PENGAMATAN

Pengukuran standar laju metabolik

TIKUS

WEIGHT

(kg)

ELAPSED

TIME

(menit)

PEMAKAIAN

OKSIGEN

(ml)

LAJU

METABOLISME

(ml O2/kg/jam)

Normal 0.2497 1.00 7.2 1730.07

Tx 0.2455 1.00 6.3 1539.71

Hypox 0.2441 1.00 6.3 1548.54

Pengaruh tiroksin pada laju metabolik

TIKUS

WEIGHT

(kg)

ELAPSED

TIME

(menit)

PEMAKAIAN

OKSIGEN

(ml)

LAJU

METABOLISME

(ml O2/kg/jam)

Normal 0.2495 1.00 7.6 1827.65

Tx 0.2448 1.00 7.1 1740.19

Hypox 0.244 1.00 7.1 1745.9

Page 13: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Pengaruh TSH pada laju metabolik

TIKUS

WEIGHT

(kg)

ELAPSED

TIME

(menit)

PEMAKAIAN

OKSIGEN

(ml)

LAJU

METABOLISME

(ml O2/kg/jam)

Normal 0.2501 1.00 7.6 1823.27

Tx 0.2445 1.00 6.3 1546.01

Hypox 0.2452 1.00 7.1 1737.36

Pengaruh propiltiourasil pada laju metabolik

TIKUS

WEIGHT

(kg)

ELAPSED

TIME

(menit)

PEMAKAIAN

OKSIGEN

(ml)

LAJU

METABOLISME

(ml O2/kg/jam)

Normal 0.2496 1.00 6.3 1514.42

Tx 0.2451 1.00 6.3 1542.23

Hypox 0.2459 1.00 6.3 1537.21

Terapi pengganti hormon

TIKUS BERAT UTERUS

(gr)

Page 14: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Kontrol 0.1061

Eksperimen 0.6641

VII. PERHITUNGAN DAN GRAFIK

a. Pengukuran standar laju metabolik

Tikus normal

Laju metabolisme = 7.2 x 60 = 1730.07 ml O2/kg/jam

0.2497

Tikus tiroidektomi (tx)

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1539.71 ml O2/kg/jam

0.2455

Tikus hipofisektomi (hypox)

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1548.54 ml O2/kg/jam

0.2441

b. Pengaruh tiroksin terhadap laju metabolik

Tikus normal

Laju metabolisme = 7.6 x 60 = 1827.65 ml O2/kg/jam

0.2495

Tikus tiroidektomi (tx)

Laju metabolisme = 7.1 x 60 = 1740.19 ml O2/kg/jam

0.2448

Tikus hipofisektomi (hypox)

Laju metabolisme = ml O2 / jam

Kg BB

Page 15: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Laju metabolisme = 7.1 x 60 = 1745.9 ml O2/kg/jam

0.244

c. Pengaruh TSH terhadap laju metabolik

Tikus normal

Laju metabolisme = 7.6 x 60 = 1823.27 ml O2/kg/jam

0.2501

Tikus tiroidektomi (tx)

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1546.01 ml O2/kg/jam

0.2445

Tikus hipofisektomi (hypox)

Laju metabolisme = 7.1 x 60 = 1737.36 ml O2/kg/jam

0.2452

d. Pengaruh propiltiourasil terhadap laju metabolik

Tikus normal

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1514.42 ml O2/kg/jam

0.2496

Tikus tiroidektomi (tx)

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1542.23 ml O2/kg/jam

0.2451

Tikus hipofisektomi (hypox)

Laju metabolisme = 6.3 x 60 = 1537.21 ml O2/kg/jam

0.2459

Page 16: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

GRAFIK

Pengukuran standar laju metabolisme

Pengaruh tiroksin terhadap laju metabolisme

Pengaruh TSH terhadap laju metabolisme

Page 17: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Pengaruh propiltiourasil terhadap laju metabolisme

Terapi pengganti hormon

Page 18: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran standar laju metabolisme,

pengukuran pengaruh tiroksin pada laju metabolik, pengukuran pengaruh tsh

pada laju metabolik, pengukuran pengaruh propylthiouracil pada laju

metabolik, terapi pengganti hormon. Percobaan dilakukan menggunakan

software physio ex. 7, karena hewan uji yang digunakan yaitu tikus

tiroidektomi (kelenjar tiroid dihilangkan), hipofisektomi (kelenjar hipofisis

dihilangkan) dan ovaridektomi (uterus dihilangkan) harus dibedah untuk

diambil organnya terlebih dahulu. Selain itu, jumlah hewan yang dicobakan

harus banyak, agar dapat dihitung secara statistik keakuratan.

Metabolise adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh

makhluk hidup (reaksi biokimia). Pengertian ini mencakup dua hal yaitu

katabolisme dan anabolisme. Katabolisme disebut juga respirasi, merupakan

proses pemecahan bahan organik menjadi bahan anorganik dan melepaskan

sejumlah energi (reaksi eksergonik). Energi yang lepas tersebut digunakan

untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP), yang merupakan sumber energi

Page 19: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

untuk seluruh aktivitas kehidupan. Respirasi membutuhkan oksigen, sehingga

dengan mengukur volume oksigen yang dihirup oleh tikus, dapat ditentukan

kecepatan katabolismenya.

Laju metabolisme basal adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan

kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar kehidupan. Laju

metabolisme ini dipengaruhi oleh ukuran tubuh dan berat tubuh, umur, suhu

lingkungan yang tinggi atau rendah, jenis kelamin, iklim, tidur, massa otot,

tinggi badan, berat badan, luas permukaan tubuh, kehamilan dan hormon.

Pada praktikum ini, dilihat pengaruh hormon terhadap laju metabolism.

Hormon mempengaruhi kecepatan metabolisme bassal. Jika kandungan

hormontiroid tinggi ( hipertiroid ) kecepatan metabolisme basal akan

meningkat 75-100% sedangkan jika hormon tiroid rendah makan kecepatan

metabolisme basal akan menurun 30-40%.

Pengukuran standar laju metabolism tikus normal dimasukkan ke dalam

chamber, katup pada sisi kiri tabung dibuka agar udara dapat masuk. Chamber

dan manometer dihubungkan. Berat diukur dengan menekan tombol weigh,

kemudian atur waktu pada timer selama 1 menit. Selanjutnya katup untuk

ditutup sehingga udara dari luar tidak masuk dan hanya oksigen dari sistem

tertutup ini yang dihirup oleh tikus. Alat dinyalakan dengan menekan start

pada layer timer. Ketinggian air diamati pada tabung u. Setelah satu menit,

kemudian hubungkan manometer dan syringe . Katup dibuka kembali

sehingga tikus dapat menghirup udara luar. Injeksikan o2 sampai volume pada

kedua sisi tabung u sama (level). Catat pengukuran ini pada bagian baseline di

grafik 1, untuk pemakaian O2 selama 1 menit. Pemakaian oksigen dan laju

metabolik tiap jam pada tikus dihitung. Setelah itu tikus dikembalikan ke

kandangnya dan diklik tombol reset pada kotak apparatus. Diulangi prosedur

yang sama untuk tikus tiroidektomi (tx) dan hipofisektomi (hypox).

Pengukuran pengaruh tiroksin pada laju metabolik Thyroxine disuntikkan

pada tikus lalu tikus dimasukkan ke dalam chamber. katup pada sisi kiri

Page 20: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

tabung dibuka agar udara dapat masuk. Prosedur yang dilakukan sama dengan

prosedur-prosedur sebelumnya. Pemakaian oksigen dan laju metabolik tiap

jam pada tikus dihitung. Setelah itu tikus dikembalikan ke kandangnya dan

diklik tombol reset pada kotak apparatus. Pemakaian oksigen dan laju

metabolik tiap jam pada tikus dihitung. Tombol clean diklik untuk

menghilangkan semua efek dari tiroksin. Prosedur diulangi untuk tikus yang

lain.

Pengukuran pengaruh tsh pada laju metabolic TSHdisuntikkan pada tikus

lalu tikus dimasukkan ke dalam chamber. katup pada sisi kiri tabung dibuka

agar udara dapat masuk. Prosedur yang dilakukan sama dengan

prosedur-prosedur sebelumnya. Pemakaian oksigen dan laju metabolik tiap

jam pada tikus dihitung. Setelah itu tikus dikembalikan ke kandangnya dan

diklik tombol reset pada kotak apparatus. Tombol clean diklik untuk

menghilangkan semua efek dari tiroksin. Prosedur diulangi untuk tikus yang

lain. Pengukuran pengaruh TSH pada laju metabolik Propylthiouracil

disuntikkan pada tikus lalu tikus dimasukkan ke dalam chamber. katup pada

sisi kiri tabung dibuka agar udara dapat masuk. Prosedur yang dilakukan sama

dengan prosedur-prosedur sebelumnya. Pemakaian oksigen dan laju metabolik

tiap jam pada tikus dihitung. Setelah itu tikus dikembalikan ke kandangnya

dan diklik tombol reset pada kotak apparatus. Tombol clean diklik untuk

menghilangkan semua efek dari propylthiouracil. Prosedur diulangi untuk

tikus yang lain. Terapi pengganti hormon Larutan saline disuntikkan pada

tikus kontrol pada bagian bawah bawah abdominal (intraperitonial). Tombol

clean diklik untuk membersihkan alat suntik dari residu obat. pada tikus

eksperimen, suntikkan hormone estrogen pada daerah bagian bawah

abdominal (intraperitonial). Tombol clean diklik untuk membersihkan alat

suntik dari residu obat. Jam diklik diatas layar elapsed days, tunggu hingga

waktu habis lalu prosedur diulangi hingga semua tikus mendapat 7 kali

suntikan selama 7 hari (1 suntikkan/hari). Tikus kontrol mendapat 7 kali

suntikan saline dan tikus eksperimen mendapat 7 kali suntikkan estrogen.

Page 21: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

Timbangan ditara hingga menunjukkan 0,00 g. Tombol remove uterus diklik

sehingga uterus keluar dari tubuh tikus.

Uterus dari tiap tikus ditimbang beratnya lalu record data diklik. Tombol

clean diklik untuk membuang kertas timbang dan uterus.Dari hasil percobaan

tersebut, setelah dihitung menggunakan rumus laju metabolisme, didapatkan

laju metabolisme tikus normal, tiroidektomi, dan hipofisektomi adalah

1730,07, 1539,71 ,dan 1548,54. Sehingga dari data tersebut, dapat diketahui

bahwa tikus yang kelenjar tiroidnya dihilangkan,mengakibatkan laju

metabolisme pada tubuhnya semakin rendah. Pengaruh pemberian senyawa

tiroksin pada tikus dapat meningkatkan laju metabolisme, dilihat dari data

pengamatan bahwa laju metabolisme tikus normal, tiroidektomi, dan

hipofisektomi meningkat menjadi 1827,65 ,1940,19 ,dan 1745,9. Oleh

karena itu, dapat kita ketahui bahwa pemberian hormon tiroksin dapat

meningkatkan laju merabolisme tubuh. Pada tikus tiroidektomi, laju

metabolismenya sangat meningkat. Seharusnya laju metabolisme tikus normal

lebih tinggi daripada tiroidektomi karena ia memiliki hormon di tubuhnya,

kemungkinan data ini salah akibat kesalah pada saat menghitung Hormon

TSH yang telah diinjeksikan kepada tikus normal, tiroidektomi, dan

hipofisektomi meningkatkan laju metabolisme tikus normal dan hipofisektomi.

Dan hanya sedikit mempengaruhi tikus tiroidektomi. Dilihat dari laju

metabolismenya, tikus normal, tiroidektomi, dan hipofisektomi

1873,27 ,1546,01 ,dan 1737,36. Pada tikus normal karena hormon stimulan

menjadi lebih banyak sehingga hormon tiroksin yang dilepaskan oleh kelenjar

tiroid juga lebih banyak sedangkan pada tikus hipofisektomi kenaikan terjadi

karena terjadi stimulasi pelepasan hormon tiroksin yang pada awalnya tidak

ada stimulasi sama sekali. Pada tikus toroidektomi tidak terjadi kenaikan laju

metabolik bila dibandingkan dengan standar laju meski tikus telah diberi

injeksi TSH karena tikus tiroidektomi tidak memiliki kelenjar tiroid yang

dapat menghasilkan hormon tiroksin sehingga pemberian TSH tidak akan

menimbulkan pengaruh terhadap tikus tersebut karena TSH yang diinjeksikan

Page 22: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

tidak dapat menemukan reseptornya sehingga TSH tersebut tidak berfungsi.

Setelah pemberian PTU, didapatkan laju metabolisme tikus normal,

tiroidektomi, dan hipofisektomi adalah 1514,42 ,1542,23 , dan 1537,21. Dari

data yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan laju metabolik pada tikus

normal sedangkan pada tikus tiroidektomi dan tikus hipofidektomi tidak

menunjukkan perubahan yang berarti. Penurunan laju metabolik pada tikus

normal dikarenakan terjadinya penghambatan proses pembentukan hormon

tiroksin oleh PTU sehingga hormon yang diproduksi menjadi menurun dan

mengakibatkan laju metabolik menjadi lebih lambat. Tidak adanya respon

yang berarti terhadap pemberian propiltiourasil pada tikus tiroidektomi dan

tikus hipofidektomi terjadi dalam dua mekanisme yang berbeda. Pada tikus

tiroidektomi PTU yang diberikan tidak berfungsi karena PTU tersebut tidak

menemukan reseptornya. Seperti kita ketahui PTU bekerja dengan

menghambat sintesis hormon tiroksin sedangkan tikus tiroidektomi sudah

tidak memiliki kelenjar tiroid yang berperan sebaga tempat sistesis tiroksin.

Tidak adanya proses sintesis tiroksin maka tidak ada pula proses

penghambatan. Pada tikus hipofidektomi mekanisme yang terjadi adalah PTU

bekerja menghambat sintesis hormon tiroksin pada kelenjar tiroid tetapi

keadaan yang terjadi tidak memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan

kondisi standar karena pada awalnya tidak ada hormon tiroksin yang

dilepaskan oleh kelenjar tiroid. Artinya, berapapun jumlah tiroksin yang

dihasilkan tidak mempengaruhi laju metabolisme karena tidak ada hormon

tiroksin yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid akibat dari tidak dihasilkannya

hormon penstimulasi pelepasan tiroksin yaitu TSH.

IX. Simpulan

Hormon dan terapi pengganti hormon di ketahui dan aktivitas hormon dan

terapi pengganti hormon telah diuji.

Page 23: Laporan Praktikum_ Modul 4 Hormon_Kelompok 3.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015. Terapi Pengganti Hormon. Tersedia online di

https://kamuskesehatan.com (Diakses tanggal 2 April 2015)

Anonim. 2015. Sistem Hormon.Tersedia online di https://biologi.ucoz.com

(Diakses tanggal 2 April 2015)

Hanifah, S. 2006. Diktat Farmakoterapi Endoktrin & Hormon. FMIPA UII. UII

Heru, 2009. Regulasi Hormon. Tersedia di

http://crayonpedia.org/bse/split/Kelas_X_SMK_ilmukesehatan_heru-n/Ba

b_8.pdf.[Diakses Tanggal 01 April 2015].

Indah, M. 2004. Hormon. Tersedia

dihttp://www.acdemia.edu/document_downloads/direct/29855212?extensi

on=pdf&ft=1274519320&lt=1274522930&uahk=MXv/uDJ+kwRoCrXbT

5YRdGUCVuY. [Diakses Tanggal 01 April 2012].

Praweda,2000.Hormon.Tersedia

dihttp://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Prawed

a/Biologi/0092%20Bio%202-11a.htm.[Diakses Tanggal 01 April 2012].

Prabata, Adam. 2015. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu. Tersedia

online di https://www.medicinesia.com (Diakses tanggal 2 April 2015)

Rosenthal, S. 2009. Revolusi Terapi Hormon. Bentang Pustaka . Jakarta.

Scanlon, V. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.