39
LAPORAN PRAKTIKUM PUPUK DAN PEMUPUKAN (341 G213) MIKE OCTAVIA G 211 01 033 KELOMPOK VI JURUSAN ILMU TANAH

LAPORAN PUPUKX FIRA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PUPUKX FIRA

LAPORAN PRAKTIKUMPUPUK DAN PEMUPUKAN

(341 G213)

MIKE OCTAVIAG 211 01 033KELOMPOK VI

JURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2004

Page 2: LAPORAN PUPUKX FIRA

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Pupuk dan Pemupukan

(341 G213)

Nama : MIKE OCTAVIA

Stambuk : G 211 01 033

Kelompok : VI (ENAM)

Jurusan : Ilmu Tanah

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Melulusi Mata Kuliah Pupuk dan Pemupukan

(341 G213)

Pada

Jurusan Ilmu TanahFakultas Pertanian dan Kehutanan

Universitas HasanuddinMakassar2004

Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

(L I Z A) (RESKY APRILIANTY)

Tanggal Pengesahan : Mei 2004

Page 3: LAPORAN PUPUKX FIRA

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah

SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga

laporan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk melulusi mata kuliah Pupuk dan Pemupukan

pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Universitas Hasanuddin.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada

Asisten Pembimbing yang telah membantu kami dalam

penyusunan laporan ini. Dan juga terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada teman-teman kami Ika, Ulfah,

Dika, Dija, Anca serta Mike atas segala bantuannya baik

secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan

tersebut.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini

masih jauh dari kesempurnaan. Ini disebabkan karena

keterbatasan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami

harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Wassalam

Makassar, 21 Mei 2004

Penulis

Page 4: LAPORAN PUPUKX FIRA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.............................. ii

KATA PENGANTAR.................................. iii

DAFTAR ISI...................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN................................. v

DAFTAR GAMBAR................................... vi

DAFTAR TABEL.................................... vii

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang........................ 11.2. Tujuan dan Kegunaan................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tanah Alfisol......................... 42.2. Pupuk................................. 5

2.2.1. Nitrogenm (N)..................2.2.2. Fosfor (P).....................2.2.3. Kalium (K).....................

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.).................

2.3.1. Iklim..........................2.3.2. Tanah..........................

III. BAHAN DAN METODE4.1. Tempat dan Waktu...................... 134.2. Bahan dan Alat........................ 134.3. Metode Pelaksanaan.................... 154.4. Pelaksanaan Percobaan.................

4.4.1. Penyaiapan Polybag.............4.4.2. Pemberian Pupuk................4.4.3. Penanaman......................4.4.4. Pemeliharaan...................4.4.5. Parameter Pengamatan...........

Page 5: LAPORAN PUPUKX FIRA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Hasil................................. 235.2. Pembahasan............................ 26

VI. KESIMPULAN6.1. Kesimpulan............................ 416.2. Saran................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: LAPORAN PUPUKX FIRA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesuburan tanah suatu lahan pertanian berbeda-

beda, tergantung dari bahan organik yang terkandung di

dalam setiap lapisan tanah, topografi, tekstur, struktur,

solum dan juga aktifitas mikroorganisme dalam tanah.

Kesuburan tanah ini mempunyai arti yang sangat penting

sebab tanah subur adalah tanah yang mempunyai kapasitas

dan kemampuan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi

tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat menghasilkan

produksi yang optimal (Indranada, 1994).

Tanah memang diciptakan untuk terus menerus

dikelola, namun karena adanya pengelolaan tanah yang

terus menerus sehingga mengakibatkan tingkat kesuburan

tanah dapat menurun. Menurunnya tingkat kesuburan suatu

tanah menyebabkan berkurangnya ketersediaan unsur hara di

dalam tanah sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Tidak semua jenis tanah mampu menyediakan unsur

hara yang dibutuhkan bagi perkembangan tanaman. Akibat

yang dapat ditimbulkan jika suatu tanah kekurangan unsur

Page 7: LAPORAN PUPUKX FIRA

hara adalah tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik,

sehingga akan dapat menurunkan produksinya (Poerwidodo,

1992)

Salah satu usaha yang dilakukan untuk

mengembalikan kesuburan tanah di daerah pertanian adalah

penggunaan pupuk secara benar dengan memperhatikan gejala

kekurangan yang ditampakkan oleh tanaman, dampak

penggunaan pupuk terhadap lingkungan dan terhadap

keseimbangan ekosistem di sekitarnya, termasuk cara

pembuangan sisa-sisa pemupukan dan penyimpanan pupuk.

Pemberian pupuk P dapat juga menaikkan hasil

panen, terutama pada tanah-tanah yang kekurangan unsur

tersebut. Pada umumnya pemberian pupuk majemuk (NPK)

secara langsung tidak banyak berpengaruh terhadap

kenaikan produksi. Demikian pula pemberian pupuk N tidak

memberi hasil, sebab kedelai hidup bersimbiosis dengan

bakteri Rhizobium yang dapat mengikat unsur N dari udara

secara otomatis. Unsur N yang telah diikat oleh bakteri

ini kemudian dimanfaatkan oleh tanaman kedelai. Walaupun

demikian pemupukan tanah tandus perlu sekali. Kedelai

yang ditanam di tanah tegalan perlu diberi pupuk buatan

secara bertahap. Pemupukan dilakukan sesudah benih

Page 8: LAPORAN PUPUKX FIRA

kedelai ditanam dan diawali dengan pemberian pupuk N

sebanyak 50-100 kg/ha. Sedang pupuk TS, berupa unsur P

dan K, yang digunakan adalah 100-200 kg/ha, dan KCl 50-

100 kg/ha. Perbandingan pupuk Urea:TS/DS:KCl adalah

1:2:1 (AAK, 2002).

Menurut Sys et al. (1991), tanaman kedelai

merupakan tanaman daerah sub tropis yang dapat

beradaptasi baik di daerah tropis, dapat tumbuh baik

dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun dan suhu optimal

adalah 15 – 40o-C, dengan suhu minimum adalah 12oC sampai

dengan 24oC, dengan curah hujan 350 mm – 1100 mm pada

periode pertumbuhan dan cuaca kerig sangat ideal untuk

pemasakan tanaman kedelai. Pada suhu rendah dengan curah

hujan yang tinggi dapat diperoleh dengan menanam kedelai

pada bulan-bulan kering asal kelembapan tanah masih cukup

terjamin. Pada ketinggian lebih dari 750 m dari

permukaan laut pertumbuhan tanaman mulai terhambat dan

umur tanaman akan semakin panjang.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan

praktikum pupuk dan pemupukan untuk mengetahui pengaruh

pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman

kedelai (Glycine max).

Page 9: LAPORAN PUPUKX FIRA

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum pupuk dan pemupukan adalah untuk

mengetahui pengaruh pupuk urea (N), TSP (P), dan KCl (K)

dengan cara aplikasi dicampur dengan tanah terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max) pada tanah

Alfisol di Tamalanrea.

Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi dan

acuan dalam aplikasi dan rekomendasi penggunaan pupuk

pada tanah dan tanaman tertentu.

Page 10: LAPORAN PUPUKX FIRA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah Alfisol

Alfisol merupakan tanah yang relatif masih muda,

masih banyak mengandung mineral-mineral primer yang mudah

lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara

yang tinggi pula. Secara potensial termasuk jenis tanah

yang subur dan sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan

pertanian (Munir, 1996).

Menurut Soil Taxonomy USDA (1999), alfisol adalah

tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horison

bawah (argilik) dan mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan

jumlah kation) tinggi yaitu lebih besar dari 35% pada

kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang

tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di

atasnya. Tanah ini darei dulu termasuk tanah mediteran

merah kuning sebagian (Hardjowigeno, 2003).

Penyebaran alfisol di Indonesia menurut Munir

(1984), terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Irian, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa

Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar.

Penggunaan alfisol di Indonesia menurut Sarief (1986),

Page 11: LAPORAN PUPUKX FIRA

diusahakan untuk menjadi persawahan (padi) baik tadah

hujan maupun pengairan, perkebunan (buah-buahan),

tegalan, dan padang rumput. Hakim (1986), menyatakan

bahwa luas areal tanah alfisol yang diusahakan untuk

tanaman padi sawah seluas 350.000 hektar dengan hasil 3–4

per hektar pada daerah yang beririgasi.

Dua prasyarat yang harus dimiliki tanah alfisol

adalah (1) mineral liat kristalin sedang jumlahnya dan

(2) terjadi akumulasi liat di horison B yang jumlahnya

memenuhi syarat horison argilik atau kandik

(Hardjowigeno, 1993).

2.2. Pupuk

Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke

tanah atau tajuk tanaman untuk melengkapi ketersediaan

unsur hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara yang

diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga

diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen

(O), dan Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas mineral

lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N),

Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S),

Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng

Page 12: LAPORAN PUPUKX FIRA

(Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl)

(Novizan, 2002).

Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa

segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri

dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar

kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari

pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan

kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-

perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).

Waktu dan cara pemupukan pada tanaman palawija

seperti tanaman kedelai adalah pupuk Fosfat, Kalium dan

50% Nitrogen dipakai sebagai pupuk dasar, diberikan satu

hari sebelum/saat tanam.  Sedangkan pupuk susulan yaitu

50% sisa pupuk N diberikan 20 - 30 hari setelah tanam

/menjelang tanaman berbunga (Anonim, 2004).

Sedangkan untuk tanaman jagung (Zea mays L)

diberikan pupuk SP-36, KCl dan 1/3 bagian Urea dipakai

sebagai pupuk dasar, diberikan dengan cara ditugal pada

jarak 7 cm dari lubang benih dengan kedalamanan 10 cm. 

Pupuk Urea dan SP-36 diberikan dalam satu lubang dan KCl

pada lubang yang lain.  Setelah pupuk dimasukkan segera

ditutup dengan tanah untuk mencegah penguapan pupuk. 

Page 13: LAPORAN PUPUKX FIRA

Pupuk susulan pertama 1/3 bagian Urea diberikan pada

waktu tanaman berumur 3 minggu.  Pupuk susulan kedua

diberikan pada waktu tanaman berumur 5 minggu atau segera

setelah keluar malai dan keluar rambut tongkol jangung

(Anonim, 2004).

2.2.1. Nitrogen (N)

Sumber utama Nitrogen (N) adalah Nitrogen bebas

(N2) di atmosfir, yang takarannya mencapai 78% volume,

dan sumber lainnya senyawa-senyawa Nitrogen yang

tersimpan dalam tubuh jasad. N sangat jarang ditemukan

oleh karena wataknya yang mudah larut dalam air

(Porwidodo, 1992).

N diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4

-

kemudian dimasukkan kedalam semua asam amino dan protein

(Indranada, 1994). Ada juga bentuk pokok N dalam tanah

mineral, yaitu Nitrogen Organik, bergabung dengan humus

tanah; Nitrogen Amonium diikat oleh mineral lempung

tertentu; dan Nitrogen Anorganik dapat larut dan senyawa

nitrat (Buckman dan Brady, 1992).

N yang tersedia tidak dapat langsung digunakan,

tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu.

Pada tanah yang immobilitasnya rendah, Nitrogen yang

Page 14: LAPORAN PUPUKX FIRA

ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang

mempengaruhi proses Nitrogen. Begitupula dengan proses

denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan N

tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih

menyukai senyawa dalam bentuk ion ammonium daripada ion

nitrat (Jumin, 1992).

Kedelai memerlukan N dalam jumlah banyak.

Kedelai dapat menyediakan N sendiri melalui fiksasi oleh

bakteri yang hidup dalam akar. Di bawah kondisi yang

menguntungkan, bintil akar terbentuk dalam waktu 1 minggu

setelah biji ditanam. Tetapi bakteri bintil akar baru

mulai aktif mengikat N setelah 2 minggu berikutnya. Oleh

karena itu kedelai sering memberikan respon terhadap

pemupukan N pada saat masih kecil. Namun, seringkali

kedelai dijumpai kurang memberikan respon terhadap

pemupukan N yang berlebihan. Hal sering mengakibatkan

kemalasan bakteri dalam bintil akar dalam proses

pengikatan N dari udara (Suprapto, 1998).

2.2.2. Fosfor (P)

Paling sedikit ada empat sumber pokok Fosfor (P)

untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk

buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk

Page 15: LAPORAN PUPUKX FIRA

hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan

anorganik, yang terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady,

1992).

Unsur P diserap tanaman dalam bentuk HPO42-.

Spesies ion yang dominan tergantung dari pH sistem tanah-

pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH

5,5 – 7. Kepekatan H2PO4- yang tinggi dalam larutan tanah

memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar

karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali

penyerapan tanaman untuk H2PO4- dibanding untuk HPO4

2-

(Poerwidodo, 1992).

Ketersediaan P di dalam tanah ditentukan oleh

banyak faktor tetapi yang paling penting adalah pH tanah.

Pada tanah ber-pH rendah (asam), P akan bereaksi dengan

ion besi (Fe) dan Aluminium (Al). Reaksi ini akan

membentuk besi fosfat dan aluminium fosfat yang sukar

larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh

tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), P akan

bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk

kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat

digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa

Page 16: LAPORAN PUPUKX FIRA

memperhatikan pH tanah pemupukan fosfor tidak akan

berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).

Kedelai memerlukan P dalam jumlah yang relatif

banyak. P dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya.

Periode terbesar penggunaan P dimulai pada masa

pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari sebelum biji

berkembang penuh. Kekurangan P pada kebanyakan tanaman

terjadi sewaktu tanaman masih muda, oleh karena belum

adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran P oleh

akar dan P yang dibutuhkan. Fungsi unsur P antara lain

merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih

tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan

menambah nilai gizi biji (Suprapto, 1998).

2.2.3. Kalium (K)

Menurut Buckman dan Brady (1992) berbagai bentuk

Kalium (K) dalam tanah digolongkan atas dasar

ketersediaannya menjadi tiga golongan besar, yaitu bentuk

yang relatif tidak tersedia. Senyawa yang mengandung

sebagian besar bentuk K ini adalah feldspat dan mika.

Mul Mulyani (1999), menyatakan bahwa sumber-sumber K

adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman jasad

Page 17: LAPORAN PUPUKX FIRA

renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk

buatan.

Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan

dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang

bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi

tanaman biasanya kecil. K yang ditambahkan kedalam tanah

dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4,

KNO3, dan K-Mg-SO4 (Indranada,1994). Mekanisme

penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan

serapan langsung dari permukaan zarah tanah (Poerwidodo,

1992).

Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan

juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan

pH yang rendah. Sekitar 1 – 10 % terjebak dalam koloid

tanah karena kaliumnya bersifat positif. Bagi tanaman,

ketersediaan kalium pada posisi ini sangat lambat.

Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral

pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan

kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal,

yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium

oleh air, dan erosi tanah (Novizan,2002).

Page 18: LAPORAN PUPUKX FIRA

Kedelai memerlukan K dalam jumlah yang relatif

besar. Selama pertumbuhan vegetatif K diserap dalam

jumlah yang relatif besar, kemudian agak menurun setelah

biji mulai terbentuk dan akhirnya penyerapan hampir tidak

terjadi kira-kira 2 – 3 minggu sebelum biji masak penuh.

Namun demikian biji kedelai mengandung K yang besar

berkisar 60% dari jumlah K yang terdapat dalam tanaman

dibanding biji jagung yang hanya mengandung 25% K.

Fungsi utama K antara lain, membantu perkembangan akar,

membantu proses pembentukan protein, menambah daya tahan

tanaman terhadap penyakit dan merangsang pengisian biji

(Suprapto, 1998).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max)

2.3.1. Iklim

Kedelai (Glycine max) sebagian besar tumbuh di

daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat

tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat-

tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per

bulan. Oleh karena itu, kedelai kabanyakan ditanam di

daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan

laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak

kurang dari 600 m di atas permukaan laut. Jadi tanaman

Page 19: LAPORAN PUPUKX FIRA

kedelai akan tumbuh bakik, jika ditanam di daerah

beriklim kering.

Volume air yang terlalu banyak tidak

menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena akan

mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga

sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam

menyediakan Nitrogen. Namun ketergantungan ini dapat

diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam dan di

permukaan tanah pada musim panas sekitar 35o – 39oC.

Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah

hujan, temperatur, dan kelembapan udara terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah

sekitar 60 – 70% (AAK, 2002).

2.3.2. Tanah

Seperti halnya jagung, kedelai (Glycine max)

tidak menuntut struktur tanah khusus sebagai suatu

persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang

kurang subur atau agak masam pun kedelai dapat tumbuh

dengan baik, asal tidak sampai tergenang air, sebab

genangan air tersebut akan membuat akar dan cabang

tanaman menjadi busuk.

Page 20: LAPORAN PUPUKX FIRA

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh

yaitu antara 5,8 – 7, namun pada tanah dengan pH 4,5 pun

kedelai masih dapat tumbuh baik. Dengan menambah kapur 2

-4 ton per hektar, pada umumnya hasil panen dapat

ditingkatkan.

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis

tanah asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-

tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,

latosol, dan andosol. Pada tanah-tanah padzolik merah

kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi

tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang

cukup (AAK, 2002).

Page 21: LAPORAN PUPUKX FIRA

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum pupuk dan pemupukan dilaksanakan di

Greenhouse Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar. Berlangsung pada 27 Maret – 11 Mei

2004.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah Alfisol,

pupuk Urea (CO(NH2)2), TSP (Ca2(H2PO4)2), KCl, polybag

30x40 cm, benih kedelai (Glycine max), air, label.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, sekop,

timbangan, ember, mistar, dan alat tulis menulis.

3.3. Metode Percobaan

Metode percobaan yang dilakukan pada praktikum

ini adalah perlakuan penempatan pupuk di dalam tanah pada

saat tanam dengan dosis pupuk sebagai berikut :

PO = 0 (tanpa perlakuan)

P1 = N (Urea 0,125 gr/polybag)

P2 = NP (Urea 0,125 gr/polybag dan TSP 0,25

gr/polybag)

Page 22: LAPORAN PUPUKX FIRA

P3 = NK (Urea 0,125 gr/polybag dan KCl 0,125

gr/polybag)

P4 = NPK (Urea 0,125 gr/polybag, TSP 0,25

gr/polybag ,dan KCl 0,125 gr/polybag)

3.4. Pelaksanaan Percobaan

3.4.1. Penyiapan Polybag

Mengambil tanah lapisan topsoil (0-20 cm) dengan

menggunakan cangkul dan sekop.

Tanah dikeringudarakan.

Mencampur rata seluruh tanah dengan mengaduk-

aduk tanah hingga seragam (homogen).

Menyiapakn 5 polybag dengan ukuran 5 kg.

Mengisi masing-masing polybag dengan tanah

sedikit demi sedikit dengan takaran pada semua

polybag hingga penuh dengan menimbang sebanyak 5

kg tanah.

Melakukan penyiraman setiap hari agar tanah

tetap gembur.

3.4.2. Pemberian Pupuk

Menyiapkan pupuk masing-masing pupuk urea 0,25

gr, pupuk TSP 0,25 gr, dan pupuk KCl 0,025 gr.

Page 23: LAPORAN PUPUKX FIRA

Mencampurkan pupuk kedalam polybag sesuai dengan

perlakuan lalu mengaduk hingga merata dengan

tanah.

3.4.3. Penanaman

Menyiapkan benih kedelai (Glycine max).

Merendam benih kurang lebih satu hari sebelum

penanaman.

Menanam benih pada tiap-tiap polybag maksimal 5

benih sesuai dengan perlakuan.

3.4.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram

tanaman setiap hari dan mencabut gulma yang tumbuh.

3.4.5. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah :

Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun (helai)

Penampakan Morfologis

Page 24: LAPORAN PUPUKX FIRA

0

5

10

15

20

25

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Ting

gi T

anam

anIV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

maka diperoleh rata-rata tinggi tanaman kedelai (Glycine

max) selama tiga minggu sebagai berikut :

Gambar

1. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Kedelai (Glycine max) Pada Berbagai Perlakuan.

Page 25: LAPORAN PUPUKX FIRA

0

2

4

6

8

10

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Jum

lah

Daun

4.1.2. Jumlah Daun

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan

maka diperoleh rata-rata jumlah daun tanaman kedelai

(Glycine max) selama tiga minggu sebagai berikut :

Gambar

2. Diagram Rata-rata Jumlah Daun (Helai) Tanaman Kedelai (Glycine max) Pada Berbagai Perlakuan.

Page 26: LAPORAN PUPUKX FIRA

4.1.3. Penampakan Morfologis

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan

maka dapat diketahui penampakan morfologis tanaman

kedelai (Glycine max) selama tiga minggu pada berbagai

perlakuan, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penampakan Morfologis Tanaman Kedelai (Glycine max) Pada Berbagai Perlakuan.

PerlakuanPenampakan Morfologis

Minggu I Minggu II Minggu III

P0 Tumbuh baik,

pucuk melebar

Bercak kuning

pada daun

Tanaman

tampak tinggi

P1 Daun keriting

dan berkerut

Daun keriting

dan berkerut

Daun layu

P2 Tanaman kerdil Agak kuning

warna daunnya

Subur, daun

kuning

P3 Daun rusak Daun rusak,

tanaman kerdil

Bengkok, dan

Ada yang mati

P4 Daun keriting,

batang kecil

Daun keriting,

tanaman kerdil

dan kurus

Page 27: LAPORAN PUPUKX FIRA

4.2. Pembahasan

4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa

perlakuan P0 (tanpa perlakuan) mempunyai rata-rata tinggi

tanaman yang tertinggi yaitu 22,58 cm. Hal ini

disebabkan karena tanaman kedelai (Glycine max) dapat

tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dimana tanah

seperti ini banyak mengandung bahan-bahan organik yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman. Seperti yang dinyatakan

oleh Munir (1996), bahwa tanah alfisol secara potensial

termasuk jenis tanah yang subur dan sebagian besar

dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Rata-rata tinggi tanaman terendah terlihat pada

perlakuan P4 (Pemberian pupuk N,P,K) yaitu 13,29 cm. Hal

ini disebabkan karena tanaman yang kelebihan unsur hara

dimana tanah yang sudah subur masih ditambahkan unsur

hara. Seperti yang dinyatakan oleh Hakim, dkk (1986),

bahwa kelainan tanaman selain disebabkan oleh kekurangan

satu atau beberapa unsur hara di dalam tanah tetapi dapat

juga oleh akibat terdapatnya beberapa ataupun satu unsur

lain yang terdapat berlebihan.

Page 28: LAPORAN PUPUKX FIRA

4.2.2. Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata jumlah

daun tanaman kedelai (Glycine max) menunjukkan bahwa pada

perlakuan P0 mempunyai jumlah daun yang lebih banyak

yaitu 8,16 dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal

ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara masih cukup

tersedia di dalam tanah karena tanah alfisol merupakan

tanah yang subur. Hal ini sesuai dengan Munir (1996),

bahwa tanah alfisol secara potensial termasuk jenis tanah

yang cukup subur.

Sedangkan rata-rata jumlah daun terendah terdapat

pada perlakuan P1 (pemberian N) yaitu 5,26. Hal ini

disebabkan karena tanaman sudah mengikat N dari udara

tetapi ditambahkan lagi unsur N yaitu pupuk urea sehingga

berlebih unsur N yang terdapat di dalam tanah. Menurut

AAK (2002), bahwa pemberian pupuk N tidak memberikan

hasil sebab kedelai hidup bersimbiosis dengan bakteri

Rhizobium yang dapat mengikat unsur N dari udara secara

otomatis.

4.2.3. Penampakan Morfologis

Page 29: LAPORAN PUPUKX FIRA

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa

penampakan morfologis pada perlakuan P0 cukup baik

dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu pucuk melebar,

tumbuh baik dan tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena

tanah yang subur. Hal ini sesuai dengan Munir (1996),

bahwa tanah alfisol secara potensial termasuk jenis tanah

yang cukup subur yang kaya akan bahan organik.

Pada perlakuan P1 (N), penampakan morfologisnya

yaitu daun keriting berkerut dan pada akhirnya daun

menjadi layu yang disebabkan oleh kelebihan N di dalam

tanah. Menurut Suprapto (1998) bahwa kedelai dapat

menyediakan N sendiri melalui fiksasi oleh bakteri yang

hidup dalam akar, seringkali kedelai dijumpai kurang

mengadakan respon terhadap pemupukan N yang berlebihan

sehingga mengakibatkan kemalasan bakteri dalam bintil

akar dalam proses pengikatan N dari udara.

Pada perlakuan P2 (NP), penampakan morfologisnya

yaitu tanaman kerdil dan daun menguning tapi subur yang

menunjukkan tanaman tersebut kekurangan unsur K. Menurut

Mul Mulyani (1999), bahwa unsur Kalium yang diberikan

secara cukup ke media tumbuh tanaman akan meningkatkan

Page 30: LAPORAN PUPUKX FIRA

efisiensi N dan P, sehingga dengan demikian produksi yang

tinggi dapat diharapkan.

Pada perlakuan P3 (NK), penampakan morfologisnya

yaitu daun rusak, tanaman kerdil bahkan ada yang mati.

Hal ini disebabkan oleh kekurangan P sehingga

perkembangan akar terhambat dan tanaman cepat kering.

Menurut Suprapto (1998), bahwa kekurangan P pada

kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman masih muda,

oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara

penyebaran P oleh akar dan P yang dibutuhkan.

Dan penampakan morfologis pada perlakuan P4 (NPK)

yaitu daun keriting, kecil dan terbakar serta batang

kecil dan tanaman kurus. Hal ini disebabkan karena

tanaman yang kelebihan unsur N. Hal ini sesuai dengan

Suprapto (1998), bahwa penambahan pupuk majemuk (NPK)

tidak banyak berpengaruh terhadap kenaikan produksi

sehingga N dapat berlebih karena kedelai yang hidup

bersimbiosis dengan Rhizobium dapat mengikat N dari udara

yang kemudian unsur N tersebut dapat dimanfaatkan oleh

tanaman kedelai.

Page 31: LAPORAN PUPUKX FIRA

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Perlakuan P0 (tanpa perlakuan) memberikan hasil

tertinggi pada rata-rata tinggi tanaman yaitu

22,58 cm. Sedangkan terendah pada perlakuan P4

(NPK) yaitu 13,29 cm.

Rata-rata jumlah daun yang paling banyak pada

perlakuan P0 (tanpa perlakuan) yaitu 8,16 helai

dan paling sedikit pada perlakuan P1 (N) yaitu

5,26 helai.

Penampakan morfologis yang paling baik pada

perlakuan P0 (tanpa perlakuan) yaitu pucuk

melebar dan tanaman tinggi.

5.2. Saran

Penanaman kedelai sebaiknya dilakukan pada tanah

yang subur tetapi dapat pula dilakukan di tanah yang

kurang subur (kering) asal unsur hara yang tersedia dalam

jumlah yang cukup yang dapat diberikan melalui pemupukan.

Page 32: LAPORAN PUPUKX FIRA

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2002. Kedelai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.Anonim, 2004. Waktu dan Cara Pemupukan. PT. Pupuk

Sriwidjaja, Jakarta. Jurnal Internet.Buckman H.O. dan N.C. Brady, 1988. Ilmu Tanah. Bharata

Karya Aksara, Jakarta.Hakim N., M. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,

M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Bayley., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

________, 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Jumin, H.B., 1992. Dasar-Dasar Agronomi. Rineka Cipta, Jakarta.

Mul Mulyani, 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. IPB, Bogor.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Poerwidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.

Sarief S., 1986. Kimia Fisika Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana Press, Bandung.

Soil Taxonomy, 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agrokalimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Suprapto, 1998. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Bogor.

Sys, C., E.Ranst dan J.Debaveye, 1991. Land Evalution. Part I-III. General Administration For Development Cooperation Place du Champ de Mars 5 bte 57-1050 Brussels, Belgium.

Page 33: LAPORAN PUPUKX FIRA