16
9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 1/16 1.1. Latar Belakang Perikanan dan kelautan adalah salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia untuk meningkatkan sektor ekonomi. Usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan adalah dengan meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dan memproduksi komoditas ikan laut dengan operasi penangkapan ikan. Maka peranan dari kapal perikanan sangatlah penting dalam penangkapan ikan. Kapal merupakan sarana perhubungan yang dipergunakan manusia untuk membawa muatan (barang atau penumpang) dari tempat satu menuju tempat yang lain di daerah perairan dan dibangun orang sesuai dengan bermacam-macam kepentingan kapal (Unus, 2004). Untuk mendukung hal tersebut, tidak terlepas dari kebutuhan wahana berupa kapal dan alat penangkapan ikan baik untuk proses produksi itu sendiri maupun kebutuhan transportasi dan kebutuhan komunikasi di laut atau dari laut ke daratan. Menurut Unus (2004), syarat-syarat kapal yang memenuhi kelaiklautan kapal yaitu 1. Keselamatan kapal, yaitu kapal dapat pulang kembali dengan selamat; 2. Pengawakan, ABK memenuhi syarat atau memiliki ketrampilan; 3. Muatan, tidak melebihi muatan yang seharusnya; 4. Kesejahteraan dan kesehatan ABK; 5. Status kapal, adanya sertifikat kebangsaan atau menggunakan bendera negara; 6. Pencegahan pencemaran air laut, tidak mencemariperairan ketika berlayar. Praktikum rancang bangun kapal perikanan harus dilaksanakan karena selain tuntutan akademis juga berfungsi untuk membekali dan menambah pengetahuan tentang gambaran umum kapal perikanan, ukuran utama kapal, bentuk kapal maupun perhitungan tonase kapal. Hal tesebut tidak lepas dari perkembangan pengetahuan kapal dari zaman dahulu hingga sekarang mengalami peningkatan sesuai dengan teknologi yang semakin berkembang. Spesifikasi kapal dari macam-macam kapal yang ada perlu diketahui berkaitan dengan perbedaan fungsi kapal tersebut. Konstruksi kapal dengan berbagai macam ukurannya harus diketahui berkaitan dengan beban muatan yang ingin ditampung dari suatu kapal. Pengetahuan tentang kapal tersebut dengan maksud agar kapal yang dibuat dapat dimanfaatkan sesuai dengan kegunaan fungsinya dan keberhasilan dalam perolehan hasil penangkapan ikan selama kapal itu berlayar. 1.2. Tujuan Praktikum Kapal Perikanan Praktikum Rancang Bangun Kapal Perikanan ini bertujuan agar mahasiswa dapat : 1. Mengetahui ukuran utama kapal dan cara pengukurannya; 2. Mengetahui cara pembuatan kapal dan bahan-bahan yang digunakan; 3. Mamahami dan mengetahui konstruksi kapal perikanan; 4. Mengetahui cara pengukuran dan ukuran tonnage ( GT dan NT ) kapal; dan 5. Mengetahui konstruksi rancangan umum dan rancangan garis kapal. 1.3. Waktu dan Lokasi Praktikum Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 I. PENDAHULUAN

Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ikan

Citation preview

Page 1: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 1/16

1.1. Latar Belakang

Perikanan dan kelautan adalah salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia untuk

meningkatkan sektor ekonomi. Usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan

adalah dengan meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dan memproduksi komoditas ikan laut

dengan operasi penangkapan ikan. Maka peranan dari kapal perikanan sangatlah penting dalam penangkapan ikan.

Kapal merupakan sarana perhubungan yang dipergunakan manusia untuk membawa muatan (barang atau

penumpang) dari tempat satu menuju tempat yang lain di daerah perairan dan dibangun orang sesuai dengan

bermacam-macam kepentingan kapal (Unus, 2004).

Untuk mendukung hal tersebut, tidak terlepas dari kebutuhan wahana berupa kapal dan alat penangkapan ikan

baik untuk proses produksi itu sendiri maupun kebutuhan transportasi dan kebutuhan komunikasi di laut atau dari laut

ke daratan. Menurut Unus (2004), syarat-syarat kapal yang memenuhi kelaiklautan kapal yaitu

1. Keselamatan kapal, yaitu kapal dapat pulang kembali dengan selamat;

2. Pengawakan, ABK memenuhi syarat atau memiliki ketrampilan;

3. Muatan, tidak melebihi muatan yang seharusnya;

4. Kesejahteraan dan kesehatan ABK;

5. Status kapal, adanya sertifikat kebangsaan atau menggunakan bendera negara;

6. Pencegahan pencemaran air laut, tidak mencemariperairan ketika berlayar.

Praktikum rancang bangun kapal perikanan harus dilaksanakan karena selain tuntutan akademis juga

berfungsi untuk membekali dan menambah pengetahuan tentang gambaran umum kapal perikanan, ukuran utama

kapal, bentuk kapal maupun perhitungan tonase kapal. Hal tesebut tidak lepas dari perkembangan pengetahuan kapal

dari zaman dahulu hingga sekarang mengalami peningkatan sesuai dengan teknologi yang semakin berkembang.

Spesifikasi kapal dari macam-macam kapal yang ada perlu diketahui berkaitan dengan perbedaan fungsi kapal

tersebut. Konstruksi kapal dengan berbagai macam ukurannya harus diketahui berkaitan dengan beban muatan yang

ingin ditampung dari suatu kapal. Pengetahuan tentang kapal tersebut dengan maksud agar kapal yang dibuat dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kegunaan fungsinya dan keberhasilan dalam perolehan hasil penangkapan ikan selama

kapal itu berlayar.

1.2. Tujuan Praktikum Kapal Perikanan

Praktikum Rancang Bangun Kapal Perikanan ini bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Mengetahui ukuran utama kapal dan cara pengukurannya;

2. Mengetahui cara pembuatan kapal dan bahan-bahan yang digunakan;

3. Mamahami dan mengetahui konstruksi kapal perikanan;

4. Mengetahui cara pengukuran dan ukuran tonnage ( GT dan NT ) kapal; dan

5. Mengetahui konstruksi rancangan umum dan rancangan garis kapal.

1.3. Waktu dan Lokasi Praktikum

Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3

I. PENDAHULUAN

Page 2: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 2/16

Pratikum Rancang Bangun Kapal Perikanann ini dilakukan pada hari Kamis, 24 Novenber 2011. Galangan kapal PT

Satria Laksana Bahari di Jl. Yos Sudarso Utara, Desa Seturi, Klidang Lor, Kabupaten Batang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kapal

Menurut Setiyanto (2007), kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan

tenaga mekanik, tenaga angin, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta

alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

Kapal dengan segala teknologi dan kecanggihannya merupakan salah satu sarana yang dapat diandalkan terutama

kegiatan yang berkaitan dengan transportasi di laut (Mulyanto, 1997).

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarangi sungai atau lautan yang diawali oleh penemuan

perahu. Biasanya manusia pada masa lampau menggunakan kano, rakit ataupun perahu, semakin besar kebutuhan akan daya

muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan

untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bamboo ataupun batang-batang papyrus seperti yang

digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan bahan-bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan

kapal yang kuat. Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin dengan bantuan layar,

mesin uap setelah muncul revolusi industri dan mesin diesel serta nuklir. Penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan

mengambang diatas air seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam

(Anonim, 2011).

2.2. Pengertian Kapal Ikan

Menurut Setiyanto (2007), kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan, untuk itu

yang dimaksud dengan kapal perikanan bukan hanya kapal untuk menangkap ikan, tetapi termasuk kapal yang digunakan

untuk penelitian, pengawasan, dan latihan di bidang perikanan dan bahkan kapal-kapal yang berfungsi hanya sebagai

pengumpul hasil tangkapan “collecting”, pengangkut hasil perikanan.

Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam dunia perikanan, baik operasi

penangkapan, pengangkutan ikan, penelitian dan pendidikan serta dalam dunia perikanan. Bentuk dan konstruksi kapal

perikanan bermacam-macam sesuai dengan maksud dan tujuan dibangunnya kapal perikanan itu sendiri (Mulyanto, 2007).

Menurut UU No. 45 tahun 2009 kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk

melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan

ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/ekplorasi perikanan.

Menurut Ardidja (2007), kapal perikanan dibagi menjadi dua yaitu:

Kapal penangkap ikan

Kapal penangkap ikan adalah kapal yang dikonstruksi dan digunakan khusus untuk menangkap ikan sesuai dengan alat

Page 3: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 3/16

penangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan termasuk menampung, mengawetkan, dan menyimpan.

Kapal pengangkut ikan

Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang dikonstruksi secara khusus dan dilengkapi dengan palka khusus untuk menampung

hasil tangkapan.

2.3. Klasifikasi Kapal Perikanan

Menurut Setiyanto (2007), klasifikasi kapal perikanan sebagai berikut:

1. Kapal yang terutama digunakan untuk penangkapan ikan. Contoh: TrawlBoat, Tuna Long Liner, Purse Seiner, Gill

Netter, dan sebagainya.

2. Kapal yang mmempunyai fasilitas khusus untuk pengawetan dan pengolahan ikan. Contoh kapal induk untuk perikanan

hiu.

3. Kapal yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dan fhising ground ke tempat pendaratan ikan.

4. Kapal yang digunakan untuk kegiatan perlindungan, penelitian dan latihan dalam bidang perikanan.

Menurut Setiyanto (2007), ada dua jenis kapal yaitu:

1. Jenis kapal berdasarkan lokasi pengoperasiannya

a. Freshwater fishing boat

Yaitu kapal-kapal perikanan yang dioperasikan di perairan tawar terutama di danau dan sungai. Kapal golongan ini

biasanya terbuat dari kayu berukuran kecil.

b. Sea water fishing boat

Yaitu kapal perikanan yang operasinya di laut. Kapal perikanan golongan ini ukurannya bervariasi dari ukuran kecil

sampai kapal yang mempunyai ukuran sangat besar.

2. Jenis kapal berdasarkan ukuran, bahan, dan alat penggerak

a. Small boat

Kapal-kapal perikanan yang termasuk golongan ini pada umumnya terbuat dari kayu dan digunakan pada perairan

pantai. Beberapa diantaranya masih menggunakan layar sebagai tenaga penggerak, tetapi dengan perkembangan

teknologi sudah banyak yang menggunakan mesin.

b. Wooden dan Steel boat

Kapal perikanan yang termasuk golongan ini pada umumnya mempunyai ukuran sedang dan biasa digunakan pada

perikanan lepas pantai dan perikanan laut dalam. Sebagai contoh kapal tuna long line, trawler, skip jack fishing boat,

drift net fishing boat, whale catchers.

c. Powered dan non powered fishing boats

Berdasarkan metode penggeraknya, maka kapal perikanan dapat dibedakan atas powered dan non powered fishing

boat. Non powered fishing boats adalah jenis kapal yang pengoperasiannya menggunakan dayung sedangkan powered

fishing boat adalah jenis kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin.

Page 4: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 4/16

2.4. Bagian-bagian Kapal Ikan

2.4.1. Rumah kemudi

Menurut Ardidja (2007), ruang kemudi kapal terdiri dari peralatan kemudi biasa dan peralatan kemudi darurat.

Penataan kemudi terdiri dari penataan kemudi biasa dan penataan kemudi darurat. Pengertian darurat ini wajib ada di semua

kapal sesuai dengan ketentuan keselamatan kapal baik yang berlaku secara internasional atau regional.

Kemudi kapal ikan harus dilengkapi dengan sistem kemudi yang akan menjamin kemampuan oleh gerak yang cukup.

Sistem jemudi mencakup seluruh bagian peralatan yang diperlukan untuk mengemudikan kapal ikan mulai dari kemudi dan

instalasi kemudi sampai ketempat kemudi. Instalasi kemudi adalah suatu sistem yang menjamin oleh gerak kapal yang cukup.

Kemudi berfungsi untuk menentukan dan mengatur arah haluan atau maneuvering kapal ikan. Kemudi memberikan balance

pada kapal ikan baik dalam putaran maupun arah gerak lurus. Pada saat terjadi perubahan letak kemudi ke samping kiri atau

kanan maka akan terjadi gaya baru yang merupakan tekanan normal pada setiap kemudi. Gaya itu yang membuat

pergerakan tertentu dari kapal ikan menuju ke arah pusat. Jadi sesudah perubahan letak kemudi membentuk sudut dari

sumbu tangent maka gerakan kapal ika akan mengarah pada gerakan lama dari titik berat kapal ikan dan mengadakan

putaran mengelilingi titik itu. Jadi luas putaran teritorial gerakan kapal ikan tersebut disebut sirkulasi (Wahyuddin, 2011).

2.4.2. Geladak

Menurut BBPPI (2011), geladak adalah lantai kapal, nama-nama geladak ini tergantng dari banyaknya gealdak yang

ada dikapal tersebut. Geladak yang berada dibawah sendiri dinamakan geladak dasar serta geladak yang diatas dinamakan

geladak atas atau geladak utama (main deck). Geladak dasar dan geladak atas terdapat geladak lain, maka geladak tersebut

dinamakan geladak antara.

Lapisan yang menghubungkan bagian atas kapal disebut deck atau geladak. Geladak ditopang oleh balok geladak.

Geladak dibuat tidak datar, akan tetapi melengkung ke arah lintang melintang yang disebut cembung geladak dan mendukung

ke arag memanjang disebut geladak ata gaing. Geladak paling atas yang menerus sepanjang kapal disebut geladak utama dan

geladak yang terletak diatas ruang timbul disebut geladak kimbul, di atas ruang akil disebut geladak akil, di atas anjungan

disebut geladak jembatan dan geladak untuk menempatkan sekoci disebut geladak sekoci (Wahyono, 2004).

Menurut Anonim (2011), berdasarkan konstruksinya geladak terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah:

Geladak besi

Kapal-kapal besi umumnya menggunakan geladak dari plat baja, yangdilas satu dengan plat lainnya dari kedua arah. Plat

baja ini bertumpu pada gading-gading (kerangka) kapal. Pada kapal roro/penyebrangan geladak kendaraan harus mampu

untuk menahan beban kendaraan beserta muatannya.

Geladak kayu

Geladak terbuat dari papa kayu tahan air yang disusun berdampingan dan bertumpu ke gadinh-gading kpala, untuk membuat

geladak kedap air celah diantara papan yang digunakan diisi dengan serat tahan air dan diikat dengan tar. Geladak kayu

digunakan pada kapal-kapal penisi/kapal kayu.

Geladak serat kaca

Bahan modern yang banyak digunakan pada kapal-kapal kecil adalah geladak yang terbuat dari kaca serat atau yang dikenal

Page 5: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 5/16

fiber glass yang mudah untuk dibuat dan ringan. Serat kaca juga digunakan untuk melapis geladak kayu agar lebih kedap air

serta tahan lebih lama.

2.4.3. Ruang mesin

Menurut Mulyanto (2005), mesin kapal mempunyai ruangan tersendiri yang disebut ruang mesin. Dalam kamar mesin

ini diletakkan mesin induk (main engine), mesin bantu (auxilary engine), pompa-pompa, kompresor dan sebagainya. Lebar

kamar mesin ini ada dibelakang atau ditengah-tengah kapal. Kapal ikan, umumnya ditempatkan ditengah, hal ini dimaksudkan

untuk memberikan keleluasaan kepada anak buah kapal agar dapat bekerja di bagian belakang pada kapal ikan.

Menurut Setiyanto [] (2007), ruang mesin pada kapal perikanan bisa terletak di depan, di tengah, atau di belakang.

Posisi ruang mesin akan berpengaruh terhadap ukuran palka yang dapat dibuat dan mempunyai pengaruh juga terhadap

stabilitas kapal. Posisi ruang mesin yang ada di depan akan menambah gerak pada saat kapal mengalami angguk dan

membutuhkan lubang yang menuju ke palka, tetapi memberikan lokasi palka yang lebih baik. Ruangan mesin yang ada di

bagian belakang akan menyebabkan ukuran palkah menjadi kecil dan berpengaruh juga terhadap trim.

2.4.4. Palka Ikan

Palka ikan merupakan tempat untuk menyimpan ikan hasil tangkapan; ukurannya bermacam-macam, tergantung dari

kebutuhan dan besarnya kapal. Bahan dasarnya ada yang dari kayu, yang ada juga dari fiber. Setiap ruang palka diberi

lubang palka di atas yaitu tempat dimana barang atau muatan kapal dimasukkan dan dikeluarkan. Lubang palka ini dibuat

lubang di satu puhak cukup luas untuk keluar masuknya barang dan di lain pihak dengan adanya lubang palka ini tidak

mengurangi kekuatan kapal (Mulyono, 2004).

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), ruang palka adalah ruangan dibawah geladak gunanya untuk

tempat menyimpan muatan kapal. Barang muatan harus dapat tesimpan dengan baik, tidak rusak dan tidak busuk. Ruangan

palka harus dapat memenuhi persyaratan tertentu diantara ialah:

Ruang palka harus kedap air, artinya barang yang ada di dalam ruang palka tersebut harus dapat dijamin tidak kemasukan

air.

Ruang palka harus tidak mudah terpengaruh panas dari luar sehingga es yang di dalam palka tida mudah mencair tau suhu

yang rendah di dalam palka tidak mudah berubah baik.

2.4.5. Ruang Kerja

Ruang akomodasi adalah bangunan atas yang berada diatas geladak kapal yang tidak meliputi seluruh lebar kapal.

Ruang akomodasi berfungsi sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan diatas kapal seperti ruang makan, ruang tidur,

ruang memasak, kamar mandi. Ruang akomodasi harus dilengkapi dengan fentilasi yang culup dan memadai, memiliki

penerangan yang cukup, dinding dan lantai yang bersih. Sehingga diharapkan dengan adanya ruang akomodasi dapat

menampung seluruh aktifitas kapal (Wahyono, 2004).

2.5 Ukuran Utama Kapal

Ukuran utama kapal merupakan besaran scalar yang menentukan besar kecil sebuah kapal. Ukuran utama

kapal adalah meliputi panjang kapal, lebar kapal, tinggi kapal serta sarat air kapal (BBPPI, 2001).

Page 6: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 6/16

2.5.1. Panjang kapal

Menurut BBPPI (2001), pengukuran panjang kapal ikan dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut :

1. Panjang geladak (Length Deck Line) adalah jarak antara sisi belakang linggi buritan dengan sisi depan linggi

haluan pada garis geladak utama.

2. Panjang garis air (Length Water Line) adalah panjang garis muatan kapal, jarak mendatar antara sisi belakang

linggi buritan sampai dengan sisi depan linggi haluan pada garis mutan penuh

3. Panjang total (Length Over All) adalah jarak mendatar antara ujung sisi Depan linggi haluan sampai ujung sisi

belakang linggi buritan pada garis muatan penuh.

Gambar 1. Kapal memanjang

2.5.2. Lebar kapal

lebar kapal selalu diukur pada kulit terlebar dari badan kapal. Menurut BBPPI (2001), Terdapat tiga ukuran

lebar kapal untuk keperluan yang berbeda yaitu sebagai berikut :

1. Lebar maksimum (Breadth Maximum) adalah jarak mendatar antar sisi luar kulit lambung kapal yang diukur pada

lebar kapal yang terbesar.

2. Lebar garis air kapal (Breadth Water Line) adalah jarak mendatar antara sisi

luar kulit lambung kapal yang diukur pada garis muatan penuh.

3. Lebar geladak kapal (Breadth Deck Line), yaitu jarak horizontal yang diukur

antara sisi sisi geladak utama. Informasi BDL diperlukan untuk pengukuran

gross tonnage kapal.

Gambar 2. Kapal Melintang

2.5.3. Tinggi kapal

Tinggi kapal adalah jarak tegak yang diukur di bidang tengah kapal dari bidang dasar (lunas) sampai dengan

garis atau sisi atas geladak bagian tepi geladak bagian dan tepi geladak utama .Ukuran tinggi kapal meliputi. tinggi

sarat air (d), tinggi geladak (H), tinggi maksimal (H maks) (BBPPI, 2001).

W

L

W

L

Page 7: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 7/16

Menurut Syahasta (2005), syarat air kapal (Draft) adalah jarak vertikal antara garis dasar sampai dengan garis

air muatan penuh atau tanda lambung timbul yang diukur pada pertengahan panjang garis tegak kapal. Hal yang di

perhatikan dalam Proses pembuatan kapal antara lain:

1. Sarat air maksimum (Draught maximum atau draft max : d max) adalah tinggi terbesar dari lambung kapal yang

berada dibawah permukaan air yang diukur dari garis muatan penuh sampai dengan bagian kapal yang paling

rendah.

2. Sarat haluan kapal adalah sarat air kapal yang diukur pada garis tegak haluan.

3. Sarat buritan kapal adalah sarat air kapal yang diukur pada garis tegak buritan.

4. Apabila kapal dalam keadaan trim, maka sarat kapal rata-rata adalah selisih antara sarat haluan dengan sarat

buritan kapal atau sebaliknya dibagi 2 (dua).

Tinggi maksimum ( Hmax) adalah tinggi kapal yang diukur dari dasar kapal sampai ke garis geladak tertinggi.

Sedangkan tinggi kapal ( H ) adalah jarak vertikal antara garis dasar sampai garis geladak yang terendah dan diukur di

tengah-tengah panjang kapal.

Menurut Setiyanto (2005), jenis garis tegak kapal terdiri dari :

1. Garis tegak buritan ( after peak perpendicular = AP) adalah garis tegak yang ditarik melalui titik perpotongan

antara sisi belakang linggi kemudi (titik tengah tongkat atau poros kemudi, apabila tidak terdapat linggi kemudi)

dan tegak lurus dengan garis dasar.

2. Garis tegak haluan ( fore peak perpendicular = fp) adalah garis tegak yang ditarik melelui titik perpotongan antara

linggi haluan dengan garis air muatan penuh dan tegak lurus dengan garis dasar (base line).

Gambar 3. Kapal Melintang

2.5.4 Perbandingan ukuran utama kapal

Menurut Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ) 2004, Perbandingan ukuran utama kapal [http://kapal-

cargo.blogspot.com/2011/05/ukuran-kapal-ship-main-dimension.html] secara garis besar terbagi menjadi 4 yaitu sebagai

berikut

1. L/B : Perbandingan Panjang dan Lebar

2. L/H : Perbandingan Panjang dan Tinggi

3. B/T : Perbandingan Lebar dan bagian kapal terendam air

4. H/T : Perbandingan Tinggi dan bagian kapal terendam air

Perbandingan L/B yang besar sesuai untuk kapal – kapal dengan kecepatan yang tinggi dan mempunyai

perbandingan ruangan yang baik, akan tetapi mengurangi kemampuan oleh gerak kapal dan mengurangi pula

stabilitas kapal [http://kapal-cargo.blogspot.com/2011/03/tentang-stabilitas-kapal.html] . Perbandingan L/B kapal yang kecil

memberikan kemampuan stabilitas kapal [http://kapal-cargo.blogspot.com/2011/03/tentang-stabilitas-kapal.html] dan dapat

menambah tahanan kapal.

Perbandingan L/H mempunyai pengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Untuk nilai L/H yang besar

H/D

W

D

Page 8: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 8/16

dapat mengurangi kekuatan memanjang kapal, sedangkan nilai L/H yang kecil akan menambah kekuatan memanjang

kapal [http://kapal-cargo.blogspot.com/] .

Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ) 2004 mensyaratkan perbandingan ukuran kapal sebagai berikut :

1. L/H = 14 Untuk daerah pelayaran samudra

2. L/H = 15 Untuk daerah pelayaran pantai

3. L/H = 17 Untuk daerah pelayaran lokal

4. L/H = 18 untuk daerah pelayaran terbatas

Perbandingan H/T, berhubungan dengan reserve displacement atau daya apung cadangan. Nilai H/T yang

besar terdapat pada kapal – kapal penumpang. Nilai H – T disebut lambung timbul [http://kapal-

cargo.blogspot.com/2011/03/pengertian-freeboard-kapal-lambung.html] ( Free Board [http://kapal-

cargo.blogspot.com/2011/03/pengertian-freeboard-kapal-lambung.html] ), dimana secara sederhana dapat disebutkan bahwa

lambung timbul [http://kapal-cargo.blogspot.com/2011/03/pengertian-freeboard-kapal-lambung.html] adalah tinggi tepi dek dari

permukaan air.

Lebar kapal ( B ), terutama mempunyai pengaruh pada tinggi metasentra melintang. Kapal dengan

displacement yang sama, yang mempunyai B besar akan memiliki tinggi metasentra ( KM ) yang lebih besar.

Perbandingan B/T, terutama mempunyai pengaruh pada stabilitas kapal [http://kapal-cargo.blogspot.com/2011/03/tentang-

stabilitas-kapal.html] . Nilai perbandingan B/T yang rendah akan mengurangi stabilitas kapal [http://kapal-

cargo.blogspot.com/2011/03/tentang-stabilitas-kapal.html] .

Stabilitas kapal merupakan kemampuan sebuah kapal untuk kembali ke posisi semula setelah mengalami

keolengan. Stabilitas kapal terkait erat dengan distribusi muatan dan perhitungan nilai lengan penegak. Stabilitas kapal

bergantung pada beberapa faktor antara lain dimensi kapal, bentuk badan kapal yang berada di dalam air, distribusi

benda-benda di atas kapal dan sudut kemiringan kapal terhadap bidang horizontal ( Aisyah, 2010).

Menurut Aisyah (2001), Stabilitas pada sebuah kapal dipengaruhi oleh letak titik-titik konsentrasi gaya yang

bekerja pada kapal tersebut, yaitu: titik B (centre of buoyancy), titik G (centre of gravity) dan titik M (metacentre). Titik

M merupakan titik potong yang melalui titik B dan titik G pada saat kapal berada pada posisi miring. Jarak antara G dan

M disebut tinggi metacentre (GM), dimana nilainya merupakan ukuran kestabilan awal sebuah kapal dan merupakan

fungsi dari lengan penegak.

a. perbandingan ukuran utama kapal purse seine

Menurut Yogi Rianto (2010), hasil pengukuran dimensi utama kapal purse seine yang dianalisis di Pantai

Krakasan dengan panjang keseluruhan (Length over all) 16 m, lebar (width) 6,2 m, kedalaman (depth) 2,8 m dan

sarat (draft) 0,07 m memiliki perbandingan ukuran utama kapal yaitu sebesar L/H = 9 m, B/H = 2,5 m, L/B = 3,6 m.

b. perbandingan ukuran utama kapal long line

Menurut Santoso (2010), hasil pengukuran dimensi utama kapal long line yaitu panjang keseluruhan (Length over

all) 22,50 m, lebar (width) 4,19 m, dalam (depth) 2,29 m dan sarat (draft) 1,10 m. Hasil analisis perbandingan antar

dimensi utama kapal diperoleh: L/B = 5,37 m, L/H = 9,83 dan B/H= 1,83. Dengan demikian kapal yang dibuat ini

memiliki kecepatan yang relatif baik, kekuatan memanjang (longitudinal strength) yang relatif lebih kuat, stabilitas

kurang baik dan daya dorong (propulsive ability) relatif baik karena adanya tahanan yang kecil, sehingga

membutuhkan daya dorong mesin yang relatif kecil.

c. perbandingan ukuran utama kapal gill net

Menurut Budhi (1990), hasil pengukuran dimensi utama kapal gill net yang dianalisis di Pantai Indramayu dengan

Page 9: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 9/16

panjang keseluruhan (Length over all) 15,04 m, lebar (width) 4,88 m, kedalaman (depth) 1,80 m dan sarat (draft) 0,07

m memiliki perbandingan ukuran utama kapal yaitu sebesar L/H = 8,4 m, B/H = 2,7 m, L/B = 3,1 m

2.6 Koefisien bentuk kapal

Menurut Solichin ( 2009 ), Koefisien bentuk kapal [http://kapal-cargo.blogspot.com/] secara garis besar di

kelompokkan menjadi 4 bagian yaitu:

A. Koefisien Bentuk Kapal.

1. Koefisien garis air ( Water Plane area coefficient ) dengan notasi Cwl.

[http://2.bp.blogspot.com/-

y8uPs1xhsf0/Ta5O6B1pGiI/AAAAAAAAAoQ/PwvZgRN7ouQ/s1600/Foam+extinguisher.jpg]

Gambar 4. Koefisien Garis Air

Cwl adalah perbandingan antara luas bidang garis air muat ( Aw ) dengan panjang LWL dan lebar B. Pada umumnya

nilai Cwl terletak antara 0,70 ~ 0,90

Cw =

Keterangan:

Aw = Luas bidang garis air.

Lwl = Panjang garis air.

B = Lebar kapal ( Lebar Garis Air ).

2. Koefisien Gading besar dengan Notasi Cm ( Midship Coeficient ).

MITSHIP

Gambar 5. Koefisien Midship

Koefisien gading besar adalah nilai perbandingan antara luasan penampang gading yang berada di bawah permukaan

air dengan luas penampang empat persegi panjang yang membatasinya atau yang dibentuk oleh lebar dan tinggi

empat persegi panjang.

Cm =

Keterangan:

Am = Luas penampang midship

B = Lebar karene atau lebar kapal

T = Sarat kapal.

Lwl

T

B

Page 10: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 10/16

Nilai Cm terletak antara 0,50 ~ 0,995 dimana nilai yang pertama di dapatkan pada kapal tunda sedangkan yang

terakhir di dapatkan pada kapal – kapal pedalaman.

3. Koefisien Blok ( Block Coeficient ).

[http://4.bp.blogspot.com/-9Q804n6yA0I/Ta5QJNmcnGI/AAAAAAAAAoY/m25W_TiXFCg/s1600/Gambar+4.3+Koefisien+Prismatik.jpg]

Gambar 6. Koefisien blog

Koefisien Blok dengan Notasi Cb.

Koefisien blok adalah merupakan perbandingan antara isi karene dengan isi suatu balok dengan panjang = Lwl, lebar

= B dan tinggi = T.

Cb =

Keterangan :

V = Isi karene.

Lwl = Panjang garis air.

B = Lebar karene atau lebar kapal.

T = Sarat kapal.

Koefisien blok kapal ini sangat menentukan besarnya tahanan kapal, semakin besar koefisien blok kapal maka

semakin besar tahanan kapal, dan begitu juga sebaliknya, namun dengan koefisien blok yang kecil, kecepatannya

dapat tinggi. Nilai Cb terletak antara 0,20 ~ 0,84.

4. Koefisien Prismatik ( Prismatik Coefficient )

[http://1.bp.blogspot.com/-

K1IhQ3xzuxg/Ta5Qu7cVEwI/AAAAAAAAAoc/Rr7JH_nGEA8/s1600/Gambar+4.4+Koefisien+Blok.jpg]

Gambar 7. Koefisien Prismatik

a. Koefisien Prismatik Memanjang. ( Longitudinal Prismatic Coeficient ).

Koefisien CP (Longitudinal prismatic coefficient) memanjang, merupakan perbandingan antara volume

displacement kapal (displacement volume,) dan koefisien tengah kapal (midship) serta panjang garis air kapal (length

of the waterline, LWL).

Cpl =

Keterangan :

V = Isi Karene.

Am = Luas penampang midship

Lwl = Panjang garis air.

b. Koefisien Prismatik Tegak (Vertical Prismatic Coeficient )

Koefisien Prismatik tegak adalah nilai perbandingan antara volume badan kapal yang berada dibawah

permukaan air dengan volume prisma yang membatasinya kearah melintang kapal atau yang dibentuk oleh luas

Page 11: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 11/16

penampang garis air dan tinggi prisma.

Cpv =

Keterangan :

V = Isi Karene.

Aw = Luas Penampang garis air.

T = Sarat air.

2.7 Mesin Kapal

Menurut Solichin (2009), kapal merupakan salah satu sarana untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan,

untuk mencapai sasaran penangkapan (fishing ground) diperlukan olah gerak kapal yang baik, untuk manuver

maupun kecepatan kapal. Jenis/tipe tenaga penggerak kapal yang digunakan, terdapat beberapa tipe tenaga

penggerak kapal, antara lain tenaga manusia (dayung), tenaga angin (layar) dan mesin pembakaran dalam (internal

combustion engine) yang lebih dikenal dengan sebutan mesin bensin untuk tenaga kecil seperti mesin tempel atau

outboard mesin dan mesin. diesel untuk tenaga yang lebih besar.

Ruang mesin adalah tempat keberadaan mesin dalam suatu kapal, yang mempunyai pondasi yang kuat

sebagai penyangganya. Pondasi mesin berfungsi menyangga berat mesin utama dan manahan mesin utama pada

waktu kapal oleng atau mengangguk. Ruang mesin terletak dibelakang kapal, sehingga poros baling-baling akan lebih

pendek dan ruang muat dapat lebih besar. Mesin penggerak utama (main engine) rata-rata ditempatkan diatas

geladak. Daya mesin yang diperlukan pada semua variasi jarak mempunyai nilai 5,5 sampai 6,25 knot, karena setelah

kecepatan 6,25 knot terjadi kenaikan nilai hambatan yang cukup signifikan, sehingga penambahan daya mesin sudah

tidak proporsional dengan penambahan kecepatan kapal (Hadi, dkk, 2009).

2.8. Tonase Kapal

Menurut BBPPI (2001), Tonase Kapal adalah besaran yang menunjukkan kapasitas atau volume ruangan-

ruangan yang tertutup dan dianggap kedap air yang berada di dalam kapal. Fungsi dari tonase kapal bagi pihak yang

terkait dalam pengoperasian kapal, yaitu:

1. Bagi pihak galangan

Tonase kapal dapat digunakan sebagai penetapan tarif docking kapal dan reparasi kapal.

2. Bagi pemilik kapal

Dapat digunakan sebagai penetapan pendapatan dan pengeluaran kapal dalam suatu interval tertentu.

3. Bagi pihak pemerintah

Digunakan sebagai pedoman pemungutan pajak (pajak pelabuhan).

Tonase kapal merupakan suatu besaran volume yang pengukurannya menggunakan satuan register tonage.

Dimana 1 RT menunjukan volume suatu ruangan sebesar 100 Ft3=2,8328 m2. Ada 2 macam register tonase yaitu,

Brutto Register Tonnage (BRT) dan Netto Register Tonnage (NRT).

2.8.1. Brutto Register Tonnage = BRT

Brutto Register Tonnage (Tonase kapal) atau yang biasanya dinamakan gross tonnage adalah banyaknya

atau volume ruangan-ruangan tertutup dan dianggap kedap air didalam kapal yang dapat memberikan

keuntungan. Untuk ukuran gross tonnage atau brutto register tonnage dari sebuah kapal tergantung dari cara

perhitungan yang dilakukan oleh suatu negara tertentu. Menurut Setiyanto (2005), perhitungan Gross Tonnage

Page 12: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 12/16

(GT) yaitu :

1. Gross tonase untuk kapal < 24m

a. Tonase kotor kapal diperoleh dan ditentukan sesuai dengan rumus yaitu sebagai berikut : GT = 0,25 x V.

Dimana : V adalah jumlah isi dari ruangan dibawah geladak atas ditambah ruangan–ruangan diatas geladak

atas yang ditutup sempurna yang berukuran tidak kurang dari 1 m3.

b. Isi ruang dibawah geladak atas adalah perkalian majemuk dari ukuran panjang, lebar,dan dalam dikalikan

dengan faktor.

Isi ruang dibawah geladak = P x L x D x F

Dimana :

P = Panjang, adalah jarak mendatar dari bagian belakang linggi haluan sampai bagian depan linggi buritan yang

diukur tingkatan geladak atas atau bagian sebelah atas rimbat tempat.

L = Lebar, adalah jarak mendatar diukur antara kedua sisi luar kulit lambung kapal pada tempat yang terlebar.

D = Dalam adalah jarak tegak lurus ditempat yang terlebar diukur dari sisi bawah gading dasar sampai sisi bawah

geladak atau sampai pada ketinggian garis khayal melintang melalui sisi atas dari lambung tetap.

F = Faktor ditentukan menurut bentuk penampang melintang dan atau jenis kapal.

- 0,85 bagi kapal-kapal bentuk penampang penuh atau bagi kapal-kapal dengan dasar rata, secara umum

digunakan bagi kapal tongkang.

- 0,70 bagi kapal-kapal bentuk penampanghampir penuh atau dengan dasar agak miring dari tengah–tengah

ke sisi kapal, secara umum digunakan bagi kapal motor.

- 0,50 bagi kapal–kapal yang tidak termasuk golongan a dan b secara umum digunakan bagi kapal layar atau

kapal layar di bantu motor.

c. Isi ruangan-ruangan diatas geladak atas adalah hasil perkalian mejemuk dari ukuran panjang rata-rata, lebar

rata-rata dan tinggi rata-rata yang ukurannya diambil dari sisi sebelah luar penegar.

2. Gross tonase untuk kapal > 24m

Harus dengan cara pengukuran internasional dan dasar cara pengukuran Internasional sekarang ini adalah:

”International convention on tonnage measurement of ships 1969” (TMS.1969). Konvensi ini merupakan produk IMO

yang digunakan sebagai dasar perhitungan tonnase kapal yang dipergunakan dalam pelayaran Internasional.

Menurut ketentuan Syahbandar, perhitungan Gross Tonnage (GT) yaitu :

Tonase kotor kapal untuk ruang geladak bawah diperoleh dengan rumus :

GT1 = 0,25 x V à V = P x L x D

GT 1= 0,25 X P X L X D X F

Tonase kotor kapal apabila ada ruang di atas geladak diperoleh dengan rumus :

GT2 = 0,25 X P X L X D

Maka, total Tonase dari kapal tersebut yaitu :

GT (Total) = GT1 + GT2

Dimana :

GT = Gross Tonnage

V = Isi ruang geladak bawah atau atas (P X L X D)

- P = Panjang (jarak mendatar dari bagian belakang linggi haluan sampai bagian depan linggi buritan yang

diukur tingkatan geladak atas atau bagian sebelah atas rimbat tempat).

Page 13: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 13/16

- L = Lebar (jarak mendatar diukur antara kedua sisi luar kulit lambung kapal pada tempat yang terlebar).

- F = Faktor ditentukan menurut bentuk penampang melintang dan atau jenis kapal.

Dimana F :

· 0,85 bagi kapal-kapal bentuk penampang penuh atau bagi kapal-kapal dengan dasar rata, secara umum

digunakan bagi kapal tongkang.

· 0,70 bagi kapal-kapal bentuk penampang hampir penuh atau dengan dasar agak miring dari tengah–tengah ke sisi

kapal, secara umum digunakan bagi kapal motor.

· 0,05 bagi kapal–kapal yang tidak termasuk golongan a dan b secara umum digunakan bagi kapal layar atau kapal

layar di bantu motor.

2.8.2. Netto Register Tonnage = NRT

Netto Register Tonnage adalah banyaknya atau volume ruangan-ruangan tertutup didalam kapal yang

dipergunakan untuk mengangkut muatan dan yang akan dibongkar atau dikeluarkan dari dalam kapal. Menurut

Setiyanto (2005), perhitungan Net Tonnage (NT) yaitu :

Net Tonnage dari sebuah kapal ditentukan dengan rumus :

Dimana :

- Faktor diambil tidak boleh lebih dari 1

- diambil tidak boleh kurang dari 0.025 GT

- NT diambil tidak boleh kurang dari 0.30 GT

= Volum total dari ruang muat (m³)

= 0.2 + 0.002 log VC

=

= Muolded depth ditengah-tengah kapal (meter)

d = Muolded draught ditengah-tengah kapal (meter)

= Jumlah penumpang-penumpang dalam kabin yang tidak lebih dari 8 tempat tidur

= Jumlah penumpang yang lain

+ = Jumlah total penumpang dalam kapal yang diijinkan untuk diangkut sesuai yang dicantumkan dalam

sertifikat kapal penumpang.

Menurut Setiyanto (2005), beberapa Tonase bersih (Net Tonnage) dapat dihitung sebesar : 60% dari Tonase

kotor (Gross Tonnage) untuk kapal motor, 80% dari tonase kotor (Gross Tonnage) untuk kapal layar dan kapal layar

dibantu motor. Sama dengan tonase kotor untuk kapal tongkang.

Menurut ketentuan Syahbandar, perhitungan Net Tonnage (NT) yaitu :

NT = 60% X GT

NT = 80% X GT

Page 14: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 14/16

Dimana :

60% dari Tonase Kotor untuk kapal motor.

80% dari Tonase Kotor untuk kapal layar dan kapal layar dibantu motor.

2.8.3. Displacement Tonnage

Menurut Setiyanto (2005), Displacement Tonnage adalah berat dari karena dan satuan yang digunakan adalah

ton. Besar bervariasi tergantung pada jumlah crew, bahan bakar, air dan lain-lain yang dibawa. Misalnya : isi karena

(V), berat jenis air dinyatakan (j), maka dapat diartikan :

Ada 2 dimensi dalam berat yang harus diperhatikan yaitu ton metrik = 1000 kg dan ton inggris = 1016 kg.

Displacement normal diartikan apabila kecepatan kapal (knot) dibagi dengan akar pangkat dua panjang garis air (feet)

akan memeberikan nilai 0.9 s/d 1.10 maka kasko kapal dianggap mempunyai bentuk displacement yang normal sesuai

dengan perbandingan panjang kapal.

2.8.4. Dead Weight Tonnage (DWT)

Menurut Setiyanto (2005), Dead Wight Tonnage adalah jumlah (berat) yang dapat ditampung oleh kapal untuk

membuat kapal terbenam pada batas yang diijinkan. Komponen yang membentuk DWT :

1. Berat BHBK + Pelumas

2. Air tawar

3. Bahan makanan

4. ABK+ barang bawaan

5. Peralatan penangkapan

6. Muatan, es dan garam

2.8.5. Light Weight Tonnage (LWT)

Menurut Setiyanto (2005), Light Weight Tonnage adalah jumlah berat yang meliputi : kontruksi kapal kasko,

mesin penggerak kapal, perlengkapan kapal dan peralatan bantu penangkapan.

a. Gross Tonnage

Adalah banyakmya atau volume ruangan-ruangan tertutup dan dianggap kedap air di dalam kapal yang dapat

memberikan keuntungan. Dirumuskan sebagai berikut :

GT = 0,353 (a+b)

GT = 0,353 ((L x B x D x Cb) + (L1 x B1 x D1 x Cb1))

GT = 0,353 ((L x B x D x Cb) + (L1 x B1 x D1))

dimana :

GT = Gross Tonnage kapal (dalam RT)

a = Volume ruangan tertutup yang berada di bawah geladak utama (dalam m3)

b = Volume ruangan tertutup yang berada di atas geladak utama (dalam m3)

b. Netto Tonnage

Perhitungan Netto Tonnage dapat ditentukan dari hasil pengurangan Gross Tonnage dengan besaran register

Tonnage ruangan-ruangan yang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku dalam perhitungan netto register

Tonnage. Perhitungan netto Tonnage bagian kapal yang berukuran kecil berdasarkan besarnya Gross Tonnage kapal

dengan register Tonnage ruang mesin.

Page 15: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 15/16

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam Pratikum Rancang Bangun Kapal Perikanan adalah sebagai berikut:

3.1.1. Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan dalam Praktikum Rancang Bangun Kapal Perikanan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Rancangan Bangun Kapal Perikanan

No. Alat dan bahan Ketelitian Jumlah Fungsi

1. Meteran gulung 1 mm 1 Mengukur dimensi kapal

2. Tali rafia - 1 Mengukur dimensi kapal

3. Gunting - 1 Memotong tali rafia

4. Kalkulator 0,01 1 Menghitung tonase kapal

5. Kamera - 1 Mengambil gambar

6.

7.

Alat tulis

Kuisoner

-

-

1

1

Mencatat data

Mengumpulkan data

3.2. Metode Pratikum

Metode yang digunakan dalam Praktikum Rancangan Bangun Kapal Perikanan adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

fenomena, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki (Arikunto, 2003).

Menurut Winarno (2009), data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sebagian data. Adapun

data primer yang diambil oleh kelompok kami meliputi :

1. Ukuran utama kapal

2. Tonage kapal

3. Tata letak dan ukuran kapal

4. Lunas kapal

5. Gading kapal

6. Mesin utama (induk)

7. Mesin Bantu

Metode pengambilan data yang digunakan dalam Praktikum Rancang Bangun Kapal Perikanan di galangan

kapal PT. Satria Laksana Bahari adalah sebagai berikut:

1. Metode Observasi Langsung

Metode Obsevasi adalah alat pengumpulan data yang dilakaukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki, untuk memperoleh pandangan-pandangan mengenai apa yang

Page 16: Laporan Rancang Bangun Kapal Perikanan

9/24/13 Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3 | RSN'Blog

rahayuseptia.blogspot.com/2012/01/laporan-rancang-bangun-kapal-perikanan.html 16/16

sebenarnya dilakukan, melihat langsung keterkaitan para pembuat, serta memahami tata cara proses dan pembuatan.

Data yang diambil yaitu proses pembuatan kapal, melihat alat tangkap apa yang digunakan, melihat mesin kapal yang

digunakan dan pengukuran dimensi kapal. (Fairuz, 2009)

2. Metode Wawancara

Metode Wawancara adalah Suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara pertukaran yang

digunaka adalah cara verbal dan nonverbal, dengan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik, dengan menanyakan

jenis kapal yang digunakan, berapa lama trip, berapa lama pembuatan kapal dioperasikan untuk apa.(Fairuz, 2009).

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah Pengumpulan data atau subyek tertentu untuk mendapat bukti sekunder dari

data-data yang telah diambil berupa hasil potret suatu kegiatan dan objek tersebut. Gambar yang diambil adalah

gambar proses pembuatan kapal, lokasi pembuatan kapal, dimensi kapal, bagian penting dari kapal, dan alat yang

digunakan pada kapal tersebut. (Gottschalk, 1996)

4. Kuisoner

Kuisoner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap,

keyakinan, perilaku, dan karakteristik suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh sistem diajukan atau sistem yang sudah

ada. Data yang diambil adalah data tentang kepemilikan kapal, tahun pembuatan, dimensi kapal, Gross Tonage, tanda

selar, jenis alat tangkap, identitas kapal, dan bahan pembuatan kapal (Hartini, 2001).

Diposkan 15th January 2012 oleh Rahayu Septia Ningsih

Label: kapal perikanan