Upload
eka-wulandari
View
22
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Restrukturisasi EKA
Citation preview
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banya lahan
pekebuan dan pertanian, salah satunya adalah perkebunan buah-buah. Buah-
buah segar seperti misalnya sirsak, sawo, alpukat, mangga dan terutama
nangka sangat mudah mengalami penurunan mutu setelah dipanen apabila
tidak ditangani dengan cepat dan cara yang tepat. Salah satu cara pengawetan
yang sudah lazim pada buah-buahan adalah pemanasan dan pendinginan.
Namun perlakuan pada suhu tinggi tidak bisa menghasilkan produk buah dalam
kondisi segar yang ditandai dengan adanya kerusakan flavor, tekstur, dan
kenampakan. Untuk itu diperlukan cara alternatif untuk mencegah kerusakan
mutu buah segar dengan pengolahan yang mampu menghasilkan produk buah
segar yang berkualitas untuk memenuhi permintaan konsumen.
Salah satu cara pengolahan yang berpotensi memberikan nilai tambah
pada produk buah segar adalah teknik restrukturusasi buah. Restrukturisasi
adalah suatu proses fisik dan kimua untuk membentuk kembali suatu bahan
makanan dengan bantuan bahan pengikat sehingga bisa diperoleh produk yang
memiliki bentuk, ukuran, tekstur, kenampakan, dan cita rasa yang memenuhi
keinginan konsumen.
Oleh karena itu pada kali ini dilakukan praktikum restrukturisasi pada
buah segar untuk mencegah kerusakan mutu buah tersebut
1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian restrukturisasi buah
2. Untuk mengetahui prinsip pembuatan produk restrukturasi buah
3. Untuk mengetahui pengaruh bahan terhadap karakteristik restrukturisasi
buah nangka
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restrukturisasi Buah
Restrukturisasi adalah suatu proses fisik dan kimia untuk membentuk
kembali suatu bahan makanan dengan bantuan bahan pengikat sehingga bisa
diperoleh produk yang memiliki bentuk, ukuran, tekstur, kenampakan, dan cita
rasa yang memenuhi keinginan konsumennya. Sasaran dari teknik
restrukturisasi khususnya pada buah adalah diperolehnya produk buah segar
yang memiliki bentuk, ukuran, dan kenampakan yang mudah dukendalikan,
namun masih memiliki cita rasa yang mirip buah aslinya. Salah satu contoh
sistem gel sebagai bahan pengikat yang terbentuk secara kimiawi (non-termal)
adalah kombinasi alginat dengan ion kalsium (Kaletunc et al, 1990;
nussinovitsch et al, 1991; Mancini and McHugh, 2000).
Teknik restrukturisasi pada buah segar yaitu menggunakan kembali
potongan buah segar menggunakan sistem gel polisakarida secara kimiawi
menjadi produk dengan bentuk dan ukuran yang diatur, karakteristik sensorik
yag sama dengan buah segar, contoh: menggunakan kombinasi alginat dan ion
kalsium. Ada tiga sistem pokok dalam pembentukan sistem gel kalsium alginat
yaitu: alginat, garam kalsium, sequestran dan air.
2.2 Fungsi Bahan
2.2.1 Garam Kalsium (CaCl)
Garam kalsium digunakan untuk membentuk ikatan silang dengan
guluronat sehingga membentuk gel alginat kalsium. Jenis-jenis garam kalsium
yang digunakan adalah sitrat, Ca laktat, dll.
2.2.2 STPP
Sesquestran diperlukan dalam pembentukan gel alginat yang berfungsi
untuk mengatur pelepasan ion Ca dan mempermudah kelarutan alginat dalam
air. Ada beberapa jenis sesquetran yang digunakan dalam restrukturisasi antara
lain sodium polifosfat, tetra sodium pirofosfat, disodium fosfat, sodium sitrat,
dll.
2.2.3 Karagenan
Karagenan sama seperti agar-agar, karena diolah dari rumput laut,
tentu halal dan aman bila digunakan dalam produk makanan. Fungsi utama
karagenan sebagai bahan penstabil.Artinya produk makanan tersebut menjadi
stabil sistem emulsinya. Contoh: jelly drink, sosis, makanan kaleng kucing,
anjing, bahkan dendeng dibuat dari tetelan daging. Tidak seperti: agar-agar
yang sifat gelling nya kuat. Karagenan sifat gelling agak lemah dari agar-agar
(Dwiyati Pujimulyani, 2009).
2.3 Prinsip Pembuatan
Menurut Luh et al., (1976) prinsip pembuatan restrukturisasi buah
dengan cara membuat gel kalsium alginat yang diformulasikan dengan natrium
alginat dan perendaman dalam larutan kalsium laktat untuk memperoleh
tekstur menyerupai buah segar meskipun tidak mengandung bubur buah yang
sesungguhnya. Penambahan pektin pada sistem gel alginat tersebut diketahui
bisa memperbaiki sifat sensoris dari gel yang dihasilkan (Luh et al., 1977).
Selanjutnya dikembangkan tiga cara untuk memperoleh produk buah hasil
restrukturisasi yang disebut dengan internal setting, diffusion setting, dan
setting by cooling. Internal setting melibatkan pelepasan ion kalsium di dalam
sistem yang mengandung alginat pada suhu kamar untuk memperoleh produk
hasil restrukturisasi yang teksturnya relatif seragam. Pada diffusion setting
memerlukan waktu agar ion kalsium mendifusi ke dalam matrik alginat dan
menghasilkan produk dengan lapisan luar yang kenyal dan bagian dalam yang
masih cair. Pada teknik yang ketiga memerlukan pemanasan larutan alginat dan
gel dibentuk melalui pendinginan campuran tersebut dengan kalsium
(Hannigan, 1983).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Mixer
b. Blender
c. Baskom
d. Sendok
e. Cup plastik
f. Neraca Analitik
g. Refrigator
h. Gelas ukur
i. Beakerglass
3.2.1 Bahan
a. Nangka
b. STPP
c. Karagenan
d. CaCl2
e. Aquades
f. Tisue
g. Label
h. Quisioner
3.2 Skema Kerja
Daging Nangka
Penghalusan
Penimbangan 3 @150g
Mixing 5 menitSTPP 0,5g + aquades
10ml
Mixing 15 menitKaragenan 2,5g +
aquades 10ml
+ CaCl2 1,5 g + CaCl2 2,25 g + CaCl2 3g
Mixing 5 menit
Pencetakan
Pendinginan 24 jam
Pengamatan
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum kali ini dilakukan restrukturisasi buah dengan
menggunakan bahan utama buah nangka. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan semua bahan yang akan digunakan yaitu buah nangka
segar, CaCl2, STPP, karagenan, aquades, dan alat-alat yang akan digunakan.
Setelah semua bahan dan alat siap kemudian dilakukan penghalusan terlebih
dahulu pada buah nangka, penghalusan ini bertujuan agar dapat
mempermudah untuk pencampuran bahan lainnya. Setelah buah nangka
menjadi bubur kemudian dilakukan penimbangan 3 kali ulangan masing-
masing 150 gram bubur buah nangka. Setelah ketiganya siap kemudia
ditambahkan STPP sebanyak 0,5gram yang telah dilarutkan dengan aquades
sebanyak 10ml sambil diaduk dengan menggukan mixer selama 5 menit.
Penambahan STPP ini berfungsi untuk pembentukan gel alginat yang mana
berfungsi mengatur pelepasan Ca dan mempermudah kelarutan alginat
dalam air, dan mixer selama 5 menit berfungsi untuk menghomogenkan
campuran STPP dengan bubur buah nangka. Setelah 5 menit berlalu
kemudian ditambahkan karagenan sebayak 2,5 gram yang telah dilarutkan
dengan aquades sebanyak 40ml dan sambil diaduk dengan menggunakan
mixer selama 15 menit. Fungsi penambahan karagenan adalah untuk
membentuk gel karena karagenan memiliki kemampuan membentuk gel
seperti halnya gelatin, namun sifat gel karagenan rapuh dan kurang elastis.
Setelah ditambahkan karagenan dan diaduk selama 15 menit kemudian
dilakukan penambahan CaCl2 pada ketiga bubur buah nangka tersebut
dengan konsentrasi yang berbeda yaitu dengan konsentrasi 1% (1,5 gram),
1,5% (2,25 gram), dan 2% (3 gram) sambil diaduk dengan menggunakan
mixer selama 5 menit, fungsi dari CaCl2 dalah berfungsi untuk membentuk
ikatan silang dengan guluronat sehinga membentuk gel alginat kalsium serta
pengadukan selama 5 menit bertujuan untuk menghomogenkan semua
campuran bahan. Setelah semuanya tercampur, kemudian tuangkan masing-
masing perlakuan ke dalam wadah gelas atau cetakan, kemudian dilakukan
pendinginan selama 24 jam yng berfungsi untuk membentuk tekstur pada
masing-masing perlakuan, dan terakhir dilakukan pengamatan dengan
parameter aroma, warna, tekstur/kekohan gel, dan rasa.
5.2 Analisa Data
5.2.1 Aroma
01.5
3 2.733,63
2.6
Aroma
Gambar 1. Nilai kesukaan aroma berdasarkan perbedaan formulasi bahan
Dapat dilihat dari diagram diatas hasil analisis aroma pada produk
restrukturisasi buah dengan nilai kesukaan panelis berdasarkan perbedaan
formulasi bahan yang digunakan yaitu konsentrasi penambahan CaCl2 yang
ditambahkan. Nilai yang paling tinggi adalah pada konsentrasi penambahan
CaCl2 dengan konsentrasi karagenan 1,5%, kemudian disusul oleh konsentrasi
CaCl2 dengan konsentrasi karagenan 1%, kemudian konsentrasi 2%. Hasil
yang didapatkan tidak signifikan. Penambahan CaCl2, STPP, dan karagenan
tidak menyebabkan peluang kehilangan aroma. Selain itu juga tidak ada
metode atau perlakuan yang dapat menyebabkan restrukturisasi buah nagka
kehilangan senyawa volatil, sehingga aroma buah nangka tetap memiliki aroma
yang sama dengan buah aslinya. Aroma buah nangka berasal dari senyawa etil
butirat.
5.2.2 Warna
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 1%
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 1,5%
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 2%
00.5
11.5
22.5
33.5
4
2.73 2.73
3.4
Warna
Gambar 2. Nilai kesukaan warna berdasarkan perbedaan formulasi bahan
Hasil analasis warna pada produk restrukturisasi buah dengan nilai
kesukaan panelis berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang digunakan yaitu
konsentrasi penambahan CaCl2 dapat dilihat dari diagram di atas. Produk yang
memiliki nilai paling tinggi adalah pada penambahan CaCl2 dengan konsentrasi
2%. Hal ini dikarenakan warna produk tersebut memiliki warna yang paling
cerah. Produk buah hasil restrukturisasi cenderung memiliki warna yang mirirp
dengan buah segarnya. Hal ini karena bahan pembentuk gel sebagai pengikat
yang digunakan tidak secara nyata memperngaruhi warna. (Raharjo dan Zaki,
2002). Penyerapan ion Ca2+ ke dalam jaringan buah sehingga kemampuan
kalsium pektat untuk memperkokoh dinding sel akan berbeda pula. laju
respirasi dan pelepasan etilen sehingga mampu menekan laju kematangan pada
buah yang diindikasikan dengan proses sintesis pada pigmen karotenoid (zat
warna merah pada buah).
5.2.3 Tektur/Kekukuhan Gel
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 1%
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 1,5%
CaCl2 dengan konsentrasi
karagenan 2%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2.26
2.93 3.06Tekstur
Gambar 3. Nilai kesukaan tekstur/kekukuhan gel berdasarkan perbedaan
formulasi bahan
Hasil analasis warna pada produk restrukturisasi buah dengan nilai
kesukaan panelis berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang digunakan yaitu
konsentrasi penambahan CaCl2 dapat dilihat dari diagram di atas. Panelis lebih
menyukai produk dengan penambahan konsentrasi CaCl2 2%. Hal ini
disebabkan karena produk tersebut yang paling memiliki tekstur gel yang
paling kokoh. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
penggunaan CaCl2 sebagai sumber kalsium untuk pemebentukan gel kalsium
alginat menghasilkan gel yang lebih kukuh. Jadi semakin banyak konsentrasi
CaCl2 yang ditambahkan pada produk restrukturisasi maka akan menghasilkan
produk restrukturisasi dengan tingkat kekukuhan gel atau teksturnya semakin
kuat (Raharjo dan Zaki, 2002)
5.2.4 Rasa
01.5
33.33
2.13 1.66
Rasa
Gambar 3. Nilai kesukaan rasa berdasarkan perbedaan formulasi bahan
Hasil analasis warna pada produk restrukturisasi buah dengan nilai
kesukaan panelis berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang digunakan yaitu
konsentrasi penambahan CaCl2 dapat dilihat dari diagram di atas. Produk yang
paling disukai oleh panelis adalah produk dengan penambahan CaCl2
konsentrasi 1% dan yang tidak disukai adalah CaCl2 2%. Hal ini dikarenakan
rasa pada produk yang dengan menggunakan CaCl2 2% cenderung memiliki
rasa pahit. Sesuai dengan literatur dari Raharjo dan Zaki (2002) menyatakan
bahwa konsentrasi CaCl2 dengan konsentrasi yang tinggi cenderung
menyebabkan timbulnya rasa yang berbeda dengan rasa dari buah segarnya.
Hal ini dimungkinkan karena penggunaan CaCl2 dengan kadar yang relatif
tinggi bisa memberikan yang relatife tinggi bisa memberikan rasa pahit yang
mengganggu.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Restrukturisasi adalah suatu proses fisik dan kimia untuk membentuk
kembali suatu bahan makanan dengan bantuan bahan pengikat sehingga
bisa diperoleh produk yang memiliki bentuk, ukuran, tekstur,
kenampakan, dan cita rasa yang memenuhi keinginan konsumennya.
2. Prinsip pembuatan restrukturisasi buah adalah dengan pembentukan gel
alginat
3. Semakin tinggi konsentrasi CaCl2 yang ditambahkan pada
restrukturisasi buah nangka menghasilkan warna, tekstur, aroma yang
semakin disukai panelis namun tidak untuk parameter rasa, panelis
lebih menyukai produk dengan penambahan CaCl2 dengan konsentrasi
rendah.
6.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih bisa memanfaatkan waktu ketika dilakukan
praktikum agar dapat menghemat waktu yang digunakan
2. Sebaiknya alat yang digunakan untuk praktikum ditambah jumlahnya
agar praktikum bisa berjalan lancar dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Hannigan, K. 1983. Structured Fruit. Food Engineering. March: 48 – 49
Kaletunc, G., Nussinovitsch, A., and Paleg, M. 1990. Alginate Trxturization of Highly Acid Fruit Pulp and Juices. Jurnal of Food Science. 55:1759-1761
Luh, N., Karel, M., and Flink, J.M. 1976. A Simulated Fruit Gel Suitable for Freeze Dehydration. Journal of Food Science. 41:89 – 93
Mancini, F. An McHugh, T.M. 2000. Utilization of Interaction Between Alginates and Peach Puree to form Novel Restructured Fruit Products. IFT Annual Meeting, Dallas TX.
Nussinovitsch, A., Kopelman, I.J., and Mizrahi, S. 1991. Modelling the Combined Effect of Fruit Pulp, Sugar, and Gum on Some Mechanical Parameters of Agar and Alginate Gels. Lebensmittel Wissenshaft and Thechnologi. 24:513-517.
Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan Buah-buahan, Yogyakarta : Graha Ilmu
Raharjo, S. 1996. Technologi for the Production of Restructured Meat. Indonesian Food Nutrition Progress. 3(1): 39-53