86
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuh kembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan.. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah diberikan oleh guru. Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam 1

LAPORAN SBM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berikut ini merupakan contoh laporan mini riset

Citation preview

Page 1: LAPORAN SBM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan

yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk

meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk

itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat

siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga

dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat

mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya

menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuh kembangkan

kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SMP Adhyaksa

Dharma Karini Medan, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan

menjemukan.. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh

yang telah diberikan oleh guru.

Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal

fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi

pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar

melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu

memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep

yang akan dipelajari.

Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LAS dan

dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan

pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut

bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya.

Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran

kooperatif berbantuan LAS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah: (a) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP

Adhyaksa Dharma Karini Medan dengan pendekatan kontekstual melalui

pembelajaran kooperatif berbantuan LAS.,

1

Page 2: LAPORAN SBM

(b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pendekatan kontekstual

melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LAS.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang

memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud

dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi pendekatan

konstektual pada siswa kelas VIII SMP Adhyaksa Dharma Karini

Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk

peningkatan prestasi matematika pada siswa Kelas VIII A SMP Adhyaksa

Dharma Karini Medan.

2. Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi

pendekatan konstektual pada siswa kelas VIII A SMP Adhyaksa Dharma

Karini Medan.

3. Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan

membawa peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan

konstektual pada siswa kelas VIII SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan.

2

Page 3: LAPORAN SBM

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.

Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan

bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong

guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan

keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.

Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan

dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah

dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.

Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,

dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan

soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.

3

Page 4: LAPORAN SBM

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (KBBI, 1996:14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,

sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)

Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

siatuasi tertentu.

2.2. Pengertian Belajar Matematika

Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar berlangsung

dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu fase ke

fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.

Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan belajar

matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep

tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk

sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti

4

Page 5: LAPORAN SBM

mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses

dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah

belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang

terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.

Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara

hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih

tinggi.

2.3. Pendekatan Kontekstual

Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar

yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat

kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik

akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan

mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep

penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di

antaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan

cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di

mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam

masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan

dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari

(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).

Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di

lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang

benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka,

dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah

membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan

dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas

5

Page 6: LAPORAN SBM

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan

sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan

dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya

untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi

juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam

memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari

melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran

kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills)

(Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven,

dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual

melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan

menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka

mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang

penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi

masalah.

Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam

pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini

didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata

menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Siswa harus aktif

mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara

mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya

dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya

penguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan

dan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.

Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru

berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk

merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan

mengemukakan ide-idenya.

6

Page 7: LAPORAN SBM

2.4. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan

belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku

yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De

Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono,

1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau

kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata

sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto

(1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau

pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat

dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya.

Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan

hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan

ketrampilan.

Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih,

2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh

individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga

kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:

a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)

b. Pemahaman (mengintepretasikan)

c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)

e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

utuh)

f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)

2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Peniruan (menirukan gerak)

b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

7

Page 8: LAPORAN SBM

3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

b. Merespon (aktif berpartisipasi)

c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang

dipercayainya)

e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola

hidupnya)

Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan

kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka

guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan

sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam

kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami

pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta

perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa

tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah

dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan

belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki.

Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai

kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta

mengevaluasi pencapaian target kurikulum.

Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives

(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan

penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan

bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai

memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan

konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini

berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan

8

Page 9: LAPORAN SBM

eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan,

pemahaman, dan penerapan.

Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang

telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan

yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam

bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami

sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,

kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-

kata sendiri.

Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi

situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat

diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode

untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan

motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota

tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah

psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan

Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi

berikut ini:

a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan

gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,

dan ketepatan tubuh yang mencolok.

9

Page 10: LAPORAN SBM

b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang

berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .

c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan

mengadakan komunikasi tanpa kata

d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang

berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan

berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya

memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,

ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah

oleh pendengarnya.

3. Ranah Afektif

Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan

senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa

yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar

menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek

itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam

belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.

Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif

terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,

organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru

menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan

kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.

2.5. Uraian Materi Sistem Persamaaan Linear Dua Variabel

2.5.1. Persamaan Linear Dua Variabel

Perhatikan uraian berikut (Nuharini dan Wahyuni, 2008):

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua

variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu. Persamaan linear dua

variabel dapat dinyatakan dalam bentuk :

10

ax + by = c dengan a,b,c dan a,b ≠ 0 , serta x,y adalah suatu variabel

Page 11: LAPORAN SBM

Contoh :

a. x + 5 = y

b. 2a-b = 1

c. 3p + 9q = 4

Sistem persamaan linear dua variabel merupakan kumpulan beberapa

Persamaan linear dua variabel yang mempunyai penyelesaiana yang sama.

Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut adalah pasangan

bilangan berurut atau (x,y) yang memenuhi persamaan-persamaan tersebut.

2.5.2. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan dengan

menggunakan metode grafik,eliminasi,substitusi,dan metode gabungan.

. a. Metode Grafik

Pada metode grafik (Nuharini dan Wahyuni, 2008), himpunan

penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah koordinat titik

potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya tidak berpotongan disatu titik

tertentu maka himpunan penyelesaian adalah himpunan kosong. Jika garis-

garisnya berimpit maka himpunan penyelesaian tak terhingga.

Contoh :

Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari

persamaan-persamaan x + y = 5 dan x – y = 1, jika x,y variabel pada

himpunan bilangan real.

Penyelesaian :

Diketahui : x + y = 5 dan x – y = 1

Ditanya : himpunan penyelesaian = ....?

Jawab :

Untuk memudahkan menggambar grafik x + y = 5 dan x – y = 1 buatlah

tabel nilai x dan y yang memenuhi persamaan tersebut.

11

Page 12: LAPORAN SBM

x + y = 5

X 0 5

Y 5 0

(x,y) (0,5) (5,0)

x – y = 1

X 0 1

Y -1 0

(x,y) (0,-1) (1,0)

Gambar kedua persamaan tersebut kedalam bidang koordinat cartesius.

Dari gambar terlihat titik potong antara garis x + y = 5 dan x – y = 1

adalah titik (3,2). Maka titik (3,2) merupakan penyelesaian dari sistem

persamaan tersebut.

b. Metode Eliminasi

Eliminasi berarti menghilangkan (Agus, 2008), metode eliminasi adalah

suatu metode penyelesaian sistem persamaan linear dengan menghilangkan salah

saru variabel persamaan, dengan terlebih dahulu menyamakan koefisien salah satu

variabel persamaan tersebut (jika variabelnya belum sama).

Contoh :

12

Page 13: LAPORAN SBM

Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari

persamaan-persamaan x + y = 7 dan 2x + y = 9

Penyelesaian :

Diketahui : x + y = 7 dan 2x + y = 9

Ditanya : himpunan penyelesaian

Jawab :

x + y = 7 dan x + y = 7 x 2 2x + 2y = 14

2x + y = 9 2x + y = 9 x 1 2x + y = 9

- -

- x = -2 y = 5

x = 2

maka diperoleh penyelesaian SPLDV tersebut adalah (2,5)

c. Metode Substitusi.

Cara lain penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah dengan

metode substitusi (Rahaju dkk, 2008). Substitusi artinya mengganti, yaitu

menggantikan variabel yang kita pilih pada persamaan pertama dan digunakan

untuk mengganti variabel yang kita pilih pada persamaan pertama dan digunakan

untuk mengganti variabel sejenis pada persamaan kedua.

Contoh :

Tentukan penyelasaian sistem persamaan linear dua variabel dari

persamaan-persamaan 3x + y = 7 dan x + 4y = 6.

Penyelesaian :

Diketahui : 3x + y = 7 dan x + 4y = 6

Ditanya : himpunan penyelesaian

Jawab :

3x + y = 7 .... (1) y = 7 – 3x .....(3)

x + 4y = 6 ..... (2)

subsitusikan pers. (3) kedalam pers. (2)

x + 4y = 6 x + 4 ( 7 – 3x ) = 6

13

Page 14: LAPORAN SBM

x + 28 – 12x = 6

x – 12x = 6 – 28

-11x = -22

x = 2 .....(4)

Kemudian subtitusi pers. (4) kedalam (1)

3x + y = 7 3.2 + y = 7

6 + y = 7

y = 7 – 6

y = 1 ....(5)

maka diperoleh penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah (2,1).

d. Metode Gabungan Antara Metode Eliminasi dan Metode Substitusi.

Metode ini merupakan gabungan antara metode eliminasi dan

metode substitusi (Nurharini dan Wahuyu, 2008), Cara menyelesaiakan

soal dengan mengeliminir salah satu variabel, kemudian nilai variabel

yang diperoleh disubstitusikan ke salah satu persamaan sehingga diperoleh

nilai dari kedua variabel.

Contoh :

Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari

persamaan-persamaan 2x + 5y = 8 dan x + 5y = 2.

Penyelesaian :

Diketahui : 2x + 5y = 8 dan x + 5y = 2

Ditanya : penyelesaian dari sistem persamaan

Jawab :

2x + 5y = 8 ....(1) dan x + 5y = 2 ....(2)

Kemudian mengeliminasi salah satu variabel.

2x + 5y = 8

x + 5y = 2

14

Page 15: LAPORAN SBM

-

x = 6 ....(3)

substitusikan pers(3) kedalam pers. (1)

2x + 5y = 8 2.6 + 5y = 8

12 + 5y = 8

5y = -4

y = .....(4)

Maka diperoleh penyelesaian dari persamaan tersebut adalah (6,-4/5)

2.5.3 Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Perhatikan uraian berikut ( Nuharini dan Wahyuni, 2008) :

Beberapa Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan

dengan perhitungan yang melibatkan sistem persamaan linear dua variabel. sistem

persamaan linear dua variabel. Permasalahan sehari-hari tersebut tersebut

biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita. Langkah-langkah menyelesaikan soal

cerita sebagai berikut.

1. Mengubah kalimat-kalimat pada soal cerita menjadi beberapa

kalimat matematika ( model metematika), sehingga membentuk

sistem persamaan linear dua variabel.

2. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel

3. Menggunakan penyelesaian yang diperoleh untuk menjawab

pertanyaan pada soal cerita.

15

Page 16: LAPORAN SBM

Contoh :

Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dan ia harus membayar Rp

15.000,00, sedangakan Intan membeli 1 kg mangga dan 2 kg apel dengan

harga Rp.18.000,00. Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg

Penyelesaian :

Misalkan harga 1 kg mangga = x

harga 1 kg apel = y

kalimat metematika dari soal di samping adalah

Selanjutnya, selesaikan dengan menggunakan salah satu metode

penyelesaian, misalnya dengan metode gabungan.

Langkah I : Metode eliminasi

x 1

x 2

Langkah II : Metode Substitusi

Subsitusi nilai y ke persamaan

Dengan demikian, harga 1 kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1 kg

apel adalah Rp.7.000,00

16

Page 17: LAPORAN SBM

Jadi, harga 5 kg mangga dan 3 kg apel adalah

5x + 2y = (5 x Rp 4.000,00) +( 3 x Rp 7.000,00)

= Rp.20.000,00 + Rp.21.000,00

= Rp 41.000,00

2.5. Hipotesis Tindakan

17

Page 18: LAPORAN SBM

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan.

Dilaksanakan pada semester ganjil di kelas VIII tahun ajaran 2015/2016 sampai

indikator kinerja dianggap telah dicapai. Adapun alasan memilih sekolah ini

karena tingkat pemahaman terhadap matematika masih sangat rendah sehingga

peneliti menganggap bahwa penelitian penerapan pendekatan CTL cocok untuk

dilakukan pada sekolah ini.

3.2. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan pada latar belakang

masalah bahwa guru dan siswa menghadapi pembelajaran matematika maka di

perlukan suatu pengambilan tindakan. Untuk menetapkan tindakan untuk

mengatasi permasalahan tersebut di butuhkan suatu penelitian dan jenis penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa serta

mengungkap kendala atau kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran

sistem persamaan linear dua variabel melalui model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL).

3.2.1. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

18

Page 19: LAPORAN SBM

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan kelas VIII A tahun

pembelajaran 2015/2016

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada 23

november 2015 sampai 02 desember 2015 semester ganjil.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII A SMP Adhyaksa

Dharma Karini Medan pada mata pelajaran matematika materi Sistem

Persamaaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

3.2.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

19

Page 20: LAPORAN SBM

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing

putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas

satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing

putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem

pengajaran yang telah dilaksanakan.

3.2.3. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini, hal-hal yang dilakukan adalah:

1. Menyusun skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran dengan Penerapan Model Contextual Teaching

and Learning.

2. Menyusun bahan ajar berupa berupa Lembar Aktivitas Siswa

(LAS) untuk setiap kelompok, LAS digunakan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuannya.

3. Menyiapkan instrumen penelitian untuk siswa, berupa tes untuk

mengukur tingkat kemampuan pemahaman siswa.

3.3. Alat Pengumupul Data

3.3.1. Tes

Webs collegiate (Purwanto, 2011:64) mendefenisikan tes sebagai

serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok dengan cara dan aturan-

aturan yang sudah di tentukan. Sebelum tes pemahaman konsep digunakan

20

Page 21: LAPORAN SBM

terlebih dahulu isi tes divalidkan. Untuk mencari validitas tes yang dimaksud

diminta penilaian kepada tiga orang ahli matematika, sehingga layak digunakan

untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa. Dengan demikian, validitas isi

tidak memerlukan uji coba atau analisis statistik dalam bentuk angka-angka.

Dalam penelitian ini dilakukan tes sebanyak tiga kali. Tes pertama disebut

tes diasnotik yang dilakukuan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman

konsep awal dari siswa. Dari tes diasnogtik tersebut akan dilihat dimana letak

kesulitan siswa da tingkat kemampuan komunikasi awal siswa supaya bisa

disusun perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan di kelas tersebut.

Hasil dari tes diasnostik ini akan dijadikan pedoman untuk membentuk

kelompok diskusi siswa. Untuk melihat apakah ada kegiatan kemampuan

pemahan konsep siswa, maka dalam setiap siklus akan diberikan tes kemampuan

pemahaman kosep siswa. Dari tes yang dilakukan ini juga akan dibuat pedoman

untuk melihat apakah ada kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soa.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh peneliti sebelum

menyusun tes, diantaranya adalah :

1. Menentukan ruang lingkup pertanyaan.

2. Menetukan apa yang diukur meliputi aspek kognitifnya, yaitu

pengetahuan(C1), pemahaman (C2), dan penerapan(C3).

3. Menyusun kisi-kisi tes, dalam kisi-kisi tes tampak ruang lingkup

materi yang diujikan, bentuk soal dan jumlah soal.

4. Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

5. Membuat penyelesaian soal.

3.4. Prosedur Analisis dan Interprestasi Data

Analisis dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu :

3.4.1. Reduksi Data

Data penelitian yang telah terkumpul berupa tes dan observasi dianalisis

oleh peneliti. Setelah semua data terkumpul, dilakukan reduksi meliputi

21

Page 22: LAPORAN SBM

pengkategorian dan pengklasifikasian data. Setelah dilakukan pengelompokan

data, dilanjutkan dengan paparan data.

3.4.2. Paparan Data

Pemaparan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan

pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan

kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3.4.3 Analisis Hasil Uji Pemahaman Konsep Matematika

Untuk mengetahui tingkat ketuntasan pemahaman konsep matematika,

meka setiap lembar pemahaman konsep matematika siswa dikoreksi. Penetuan

skor untuk hasil kerja siswa dilakukan dengan memberikan penilaiana sesuai

dalam rubik penskoran.

Adapun teknik yang digunakan untuk mengolah skor yang diperoleh

adalah dengan menggunakan teknik penilaian acuan (PAP). Alasan memilih

pendekatan ini adalah karena PAP lebih menitikberatkan pada apa yang diperoleh

siswa pada saat meneylesaikan tes. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin

(2009:235)

Pendekatan ini (PAP) lebih menitikberatkan pada apa yang dapat

dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan

apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian

kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, penilaiana acuan patokan

meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, dan bukan

membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya.

Melainkan dengan suatu kriteria atau patokan spesifik.

Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan

atau kempetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan

patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar

peserta didik dapat diketahui pencapaianya.

22

Page 23: LAPORAN SBM

Dalam PAP pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor

mentah menjadi skor standar pada norma absolut skala lima adalah :

Tabel 3.1: Norma Absolut Skala Lima

Tingkat Penguasaan Skor standar

90% - 100% A

80% - 89% B

70% - 79% C

60% - 69% D

<59% E

(Arifin, 2009:236)

Untuk menetukan kategori ketuntasan siswa dalam pemahaman konsep

matematika, digunakan skor total dari setiap indikator pemahan konsep

matematika yang terdapat dalam soal dan skor total dari semua soal. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung persentase skor total setiap indikator pemahaman konsep

matematika dengan cara

Dimana :

: Persentase skor total pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5

: Perolehan skor total pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5

: Skor maksimal pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5

b. Mengkategorikan tingkat pemahaman konsepmatematika dari skor total

yang diperoleh.

Nilai maksimum suatu tes pemahaman konsep matematika adalah

40. Berdasarkan PAP kriteria tingkat pemahaman konsep matematika

siswa dapat dibuat sebagai berikut.

23

Page 24: LAPORAN SBM

Tabel 3.2 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika

Tingkat Penguasaan Kriteria

Kemampuan Sangat Tinggi

Kemampuan Tinggi

Kemampuan Sedang

Kemampuan Rendah

Kemampuan Sangat Rendah

Kategori ketuntasan siswa dalam memahami konsep matematika di lihat

dari persetase skor total dari setiap indikator pemahaman konsep matematika

siswa.

Penentuan persentase kelas telah mampu memahami konsep adalah

Keterangan

DSK : Persentase kelas yang tuntas memahami konsep

x : Banyak siswa yang tuntas memahami konsep

n : Banyak siswa dalam kelas

Dengan kriteria

: Kelas belum tuntas memahami konsep

: Kelas telah tuntas memahami konsep

24

Page 25: LAPORAN SBM

3.5 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini mengacu pada

indikator-indikator berikut :

a. Indikator siswa tuntas memahami konsep adalah

Tingkat pemahaman konsep matematika siswa dari uji

yang dilakukan termasuk dalam kategori sedang, tinggi

dan sangat tinggi

PSIk (persentase skor total dari setiap indikator)

b. Indikator peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa adalah jika ada pertambahan nilai PSIk dan

pertambahan skor total dari uji kemampuan pemahaman kopnsep

matematika dengan PSIk

c. Indikator penigkatan kemampuan pemahaman konsep matematika

dalam kelas adalah jika ada peningkatan SDK (persentase kelas

yang tuntas memecahakan masalah) dalam setiap siklus.

Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika indikator berikut

telah dicapai :

1. Menurut Depdikbud ( dalam Trianto, 2011:241) suatu kelas

dikatakan tuntas belajar jika terdapat 85% yang telah mencapai KB

2. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran minimal

dikategorikan baik.

25

Page 26: LAPORAN SBM

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi hasil tes. Hasil tes

terdiri dari tes pemahaman I (Post-Test I), tes pemahaman II (Post-Test II), tes

pemahaman III (Post-Test III) dan tes pemahaman IV (Post-Test IV). Hasil

penilaian tes diuraikan dalam bentuk data kuantitatif.

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian I

4.1.1.1 Perencanaan Tindakan I

Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai

berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-

langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.

b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang

setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.

c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang

mendukung pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku

untuk peneliti yang berisi skenario pembelajaran (3) alat bantu pembelajaran

berupa 2 jenis permen bungkus besar dan kecil.

d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat

bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada

materi sistem persamaan linier dua variabel.

26

Page 27: LAPORAN SBM

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan I

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar

mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan

melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.

Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah

sebagai berikut:

Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

b. Mengontrol kehadiran siswa

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

d. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persamaan linear.

Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persmaan linier

satu variabel

Fase-2 : Menyajikan informasi

Pada tahap ini yang dilakukan gutu (peneliti) adalah-

Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua

variabel

Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Menyajikan pertanyaan atau masalah

a. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di

papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Mengumpulkan hipotesis

27

Page 28: LAPORAN SBM

b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyidikan

Mengumpulkan data

c. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis.

Menganalisis data

d. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data

yang ada.

Membuat kesimpulan

e. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Fase-5 : Evaluasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

a. Bersama-sama membahas hasil presentasi.

b. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.

c. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

d. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung

jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.

Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test

Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu

siswa.

4.1.1.3 Hasil Post-Test I

Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test I yang

berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan

tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test I (untuk selengkapnya dapat

dilihat lampiran).

Tabel 4.1: Skor Rata-Rata Post-Test I

Rata-Rata Kategori

Post-Test I 22 Sangat Rendah

28

Page 29: LAPORAN SBM

Tabel 4.2: Persentase Skor Post-Test I

No Indikator

Butir

Soal

Post-Test I

Skor

Siswa

Skor

Total Persentase

1 Menyatakan ulang

pengertian persamaan

linier dua variabel

5 63 156 40,3%

2 Menentukan contoh dan

bukan contoh persamaan

linier dua variabel

1 27 52 51,9%

3 Menyelesaikan persamaan

linier dua variabel dengan

metode grafik

2(a)

2(b)

56 104 53,8%

4 Menyajikan kalimat cerita

yang berkaitan dengan

persamaan linier dua

variabel ke dalam bentuk

kalimat matematika

(model matematika)

3(a)

3(b)

60 104 57,6%

5 Menentukan penyelesaian

dan himpunan

penyelesaian model

matematika dari masalah

yang berkaitan dengan

persamaan linier dua

variabel.

4 70 104 67,3%

Berdasarkan analisis hasil Post-Test I diperoleh deskkripsi kemampuan

siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test I adalah 54,18 % dan

dalam kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang

29

Page 30: LAPORAN SBM

pengertian persamaan linier dua variabel adalah 40,3%. Persentase kemampuan

siswa menentukan contoh dan bukan contoh persamaan linier dua variabel 51,9%

dan dalam kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaikan

persamaan linier dua variabel dengan metode grafik adalah 53,8% dan dalam

kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita

yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat

matematika (model matematika) 57,6% dan dalam kategori sangat rendah.

Persentase kemampuan siswa menentukan penyelesaian dan himpunan

penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan

linier dua variabel adalah 67.3% dan dalam kategori rendah. Berdasarkan kriteria

ketuntasan, hasil Post-Test I menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang tuntas

sehingga persentase kelas mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah

0%. Ini menunjukkan bahwa kelas belum tuntas.

Gambar 4.1. Persentase Hasil Post-Test I

4.1.1.4 Hasil Refleksi Post-Test I

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada

post-test I, yaitu:

1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan

kegiaatan belajar mengajar.

2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:

30

Page 31: LAPORAN SBM

a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian

b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika

c. siswa masih kurang memahami bentuk umum PLDV

3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 22 (dalam

kategori sangat rendah)

4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi

adalah mengecewakan, siswa belum mampu dalam berinteraksi dan

bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah sangat rendah.

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian II

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan II

Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai

berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-

langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.

b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang

setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.

c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang mendukung

pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku untuk

peneliti yang berisi skenario pembelajaran.

d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat

bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada

materi sistem persamaan linier dua variabel metode substitusi.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan II

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar

mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan

melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.

Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah

sebagai berikut:

31

Page 32: LAPORAN SBM

Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

e. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

f. Mengontrol kehadiran siswa

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran

h. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persmaan linear.

Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persamaan

linear dua variabel

Fase-2 : Menyajikan informasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah-

Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua

variabel

Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Menyajikan pertanyaan atau masalah

f. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di

papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Mengumpulkan hipotesis

g. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyidikan

Mengumpulkan data

h. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis.

Menganalisis data

i. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data

yang ada.

32

Page 33: LAPORAN SBM

Membuat kesimpulan

j. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Fase-5 : Evaluasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

e. Bersama-sama membahas hasil presentasi.

f. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.

g. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

h. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung

jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.

Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test

Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu

siswa.

4.1.2.3 Hasil Post-Test II

Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test II yang

berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan

tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test II (untuk selengkapnya dapat

dilihat lampiran).

Tabel 4.3: Skor Rata-Rata Post-Test II

Rata-Rata Kategori

Post-Test I 24 Rendah

Tabel 4.4: Persentase Skor Post-Test II

No Indikator

Butir

Soal

Post-Test I

Skor

Siswa

Skor

Total Persentase

1 Menyelesaiakan

persamaan linear dua

variabel dengan metode

substitusi dengan 2 cara.

1 39 52 75%

33

Page 34: LAPORAN SBM

2 Menyelesaiakan

persamaan linear dua

variabel dengan metode

substitusi

2 70 104 67,3%

3 Menggambarkan kedalam

bantuk grafik persamaan

linear dua variabel dengan

metode substitusi.

3 64 104 61,5%

4 Menyajikan kalimat cerita

yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear

dua variabel ke dalam

bentuk kalimat

matematika (model

matematika)

4 70 104 67,3%

5 Menentukan penyelesaian

yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear

dua variabel dengan

menggunakan metode

substitusi

5 75 156 48,0%

Berdasarkan analisis hasil Post-Test II diperoleh deskkripsi kemampuan siswa.

Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test II adalah 63,82% dan dalam

kategori rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan persamaan linear

dua variabel dengan metode substitusi dengan 2 cara 75% dan dalam kategori

sedang. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan persamaan linear dua

variabel dengan metode substitusi 67,3% dan dalam kategori rendah. Persentase

kemampuan siswa menggambarkan kedalam bentuk grafik persamaan linear dua

variabel dengan metode substitusi 61,5% dan dalam kategori rendah. Persentase

34

Page 35: LAPORAN SBM

kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang berkaitan dengan persamaan

linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat matematika (model matematika)

67,3% dan dalam kategori rendah. Persentase kemampuan menentukan

penyelesaian yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dengan

menggunakan metode substitusi 67.3% dan dalam kategori rendah. Berdasarkan

kriteria ketuntasan, hasil Post-Test II menunjukkan bahwa ada 2 siswa yang tuntas

sehingga persentase kelas mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah

15,3%. Ini menunjukkan bahwa kelas belum tuntas.

Gambar 4.2. Persentase Hasil Post-Test II

4.1.2.4 Hasil Refleksi Post-Test II

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada

post-test II, yaitu:

1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan

kegiaatan belajar mengajar.

2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:

d. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian

35

Page 36: LAPORAN SBM

e. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika

f. siswa masih kurang memahami SPLDV dengan metode substitusi.

3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 24 (dalam

kategori rendah)

4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi

adalah mengecewakan, siswa belum mampu dalam berinteraksi dan

bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah rendah.

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian III

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan III

Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai

berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-

langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.

b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang

setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.

c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang mendukung

pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku untuk

peneliti yang berisi skenario pembelajaran.

d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat

bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada

materi sistem persamaan linier dua variabel metode eliminasi.

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan III

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar

mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan

melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.

Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah

sebagai berikut:

Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

36

Page 37: LAPORAN SBM

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

i. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

j. Mengontrol kehadiran siswa

k. Menyampaikan tujuan pembelajaran

l. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persmaan linear.

Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persamaan

linear dua variabel

Fase-2 : Menyajikan informasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah-

Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua

variabel

Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Menyajikan pertanyaan atau masalah

k. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di

papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Mengumpulkan hipotesis

l. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyidikan

Mengumpulkan data

m. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis.

Menganalisis data

37

Page 38: LAPORAN SBM

n. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data

yang ada.

Membuat kesimpulan

o. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Fase-5 : Evaluasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

i. Bersama-sama membahas hasil presentasi.

j. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.

k. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

l. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung

jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.

Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test

Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu

siswa.

4.1.3.3 Hasil Post-Test III

Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test II yang

berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan

tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test III (untuk selengkapnya dapat

dilihat lampiran).

Tabel 4.3: Skor Rata-Rata Post-Test III

Rata-Rata Kategori

Post-Test I 29 Sedang

Tabel 4.4: Persentase Skor Post-Test III

No Indikator

Butir

Soal

Post-Test III

Skor

Siswa

Skor

Total Persentase

1 Menyatakan ulang

pengertian persamaan 5 111 156 71,1%

38

Page 39: LAPORAN SBM

linear dua variabel dengan

metode eliminasi

2 Menentukan contoh dan

bukan contoh persamaan

linear dua variabel yang

dapat diselesaikan dengan

metode eliminasi

1 38 52 73%

3 Menyelesaiakan

persamaan linear dua

variabel dengan metode

eliminasi

2 68 104 65,3%

4 Menyajikan kalimat cerita

yang berkaitan dengan

penerapan kehidupan

sehari-hari dan

menyelesaikan nya

dengan metode eliminasi

4 82 104 78,8%

5 Menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel metode eliminasi

3 76 104 73%

Berdasarkan analisis hasil Post-Test III diperoleh deskkripsi kemampuan siswa.

Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test III adalah 72.24% dan dalam

39

Page 40: LAPORAN SBM

kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang pengertian

persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi 71,1% dan dalam kategori

sedang. Persentase kemampuan siswa menentukan contoh dan bukan contoh

persamaan linear dua variabel yang dapat diselesaikan dengan metode eliminasi

73% dan dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan

persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi 65,3% dan dalam

kategori rendah. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang

berkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari dan menyelesaikan nya dengan

metode eliminasi 78,8% dan dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa

menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model matematika dari

masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel metode eliminasi 73

% dan dalam kategori sedang. Berdasarkan kriteria ketuntasan, hasil Post-Test III

menunjukkan bahwa ada 7 siswa yang tuntas sehingga persentase kelas mampu

memahami konsep matematika (DSK) adalah 53,8%. Ini menunjukkan bahwa

kelas belum tuntas.

Gambar 4.3 Persentase Hasil Post-Test III

4.1.2.4 Hasil Refleksi Post-Test III

40

Page 41: LAPORAN SBM

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada

post-test II, yaitu:

1. Peneliti sudah mulai maksimal dalam mengelola waktu dalam

melaksanakan kegiaatan belajar mengajar.

2. Makin berkurang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:

a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian

b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika

c. siswa masih kurang memahami SPLDV dengan metode eliminasi.

3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 29 (dalam

kategori sedang)

4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi

adalah mulai baik, siswa sudah mulai mampu dalam berinteraksi dan

bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah sedang.

4.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian IV

4.1.4.1 Perencanaan Tindakan IV

Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan

sebagai berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-

langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model

kontekstual.

b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang

setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.

c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang

mendukung pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas

siswa, (2) buku untuk peneliti yang berisi skenario pembelajaran

(3) alat bantu pembelajaran berupa pensil dan buku.

d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat

bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep

41

Page 42: LAPORAN SBM

matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel

metode campuran.

4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan IV

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan

belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan

melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.

Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah

sebagai berikut:

Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

m. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

n. Mengontrol kehadiran siswa

o. Menyampaikan tujuan pembelajaran

p. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persamaan linear.

Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persmaan linier

dua variabel dan cara menyelesaikannya dengan metode substitusi dan metode

eliminasi.

Fase-2 : Menyajikan informasi

Pada tahap ini yang dilakukan gutu (peneliti) adalah

Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua

variabel

Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:

Menyajikan pertanyaan atau masalah

p. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di

papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Mengumpulkan hipotesis

42

Page 43: LAPORAN SBM

q. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyidikan

Mengumpulkan data

r. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis.

Menganalisis data

s. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data

yang ada.

Membuat kesimpulan

t. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Fase-5 : Evaluasi

Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :

m. Bersama-sama membahas hasil presentasi.

n. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.

o. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

p. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung

jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.

Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test

Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu

siswa.

4.1.4.3 Hasil Post-Test IV

Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test IV yang

berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan

tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test IV (untuk selengkapnya dapat

dilihat lampiran).

Tabel 4.7: Skor Rata-Rata Post-Test IV

Rata-Rata Kategori

Post-Test IV 32 Tinggi

43

Page 44: LAPORAN SBM

Tabel 4.8: Persentase Skor Post-Test IV

No Indikator

Butir

Soal

Post-Test IV

Skor

Siswa

Skor

Total Persentase

1 Menyatakan ulang

pengertian persamaan

linear dua variabel dengan

metode campuran

5 118 156 75,6%

2 Menentukan contoh dan

bukan contoh persamaan

linear dua variabel yang

dapat diselesaikan dengan

metode campuran

1 46 128 35,9%

3 Menyelesaiakan

persamaan linear dua

variabel dengan metode

campuran

2

2 82 104 78,8%

4 Menyajikan kalimat cerita

yang berkaitan dengan

penerapan kehidupan

sehari-hari dan

menyelesaikan nya

dengan metode campuran

3 88 104 84,6%

5 Menentukan penyelesaian

dan himpunan

penyelesaian model

matematika dari masalah

4 86 104 82,6%

44

Page 45: LAPORAN SBM

yang berkaitan dengan

persamaan linier dua

variabel metode campuran

Berdasarkan analisis hasil Post-Test IV diperoleh deskkripsi kemampuan

siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test I adalah 70,4 % dan

dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang

pengertian persamaan linier dua variabel adalah 75,6%. Persentase kemampuan

siswa menentukan contoh dan bukan contoh persamaan linier dua variabel 35,9%

dan dalam kategori . sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaikan

persamaan linier dua variabel dengan metode grafik adalah 78,8% dan dalam

kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang

berkaitan dengan persamaan linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat

matematika (model matematika) 84,6% dan dalam kategori tinggi. Persentase

kemampuan siswa menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model

matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel

adalah 82.6% dan dalam kategori tinggi. Berdasarkan kriteria ketuntasan, hasil

Post-Test IV menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang siswa telah tuntas sehingga

persentase kelas telah mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah

84,6%. Ini menunjukkan bahwa kelas sudah tuntas.

Gambar 4.4. Persentase Hasil Post-Test IV

4.1.4.4 Hasil Refleksi Post-Test IV

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada

post-test IV, yaitu:

1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan

kegiaatan belajar mengajar.

45

Page 46: LAPORAN SBM

2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:

a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian

b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika

c. siswa masih kurang memahami penyelesaian SPLDV dengan metode

substitusi dan metode eliminasi.

3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test IV adalah 32 (dalam

kategori tinggi)

4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi

adalah memuaskan, siswa mulai mampu dalam berinteraksi dan bekerja

sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan Lembar

Aktivitas Siswa (LAS) adalah tinggi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).

2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil

wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan

bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

5.2. Saran

46

Page 47: LAPORAN SBM

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

47

Page 48: LAPORAN SBM

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn

dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia

Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.

Universitas Negeri Surabaya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa

Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

http://contextual.org diakses tanggal 15 April 2009

48

Page 49: LAPORAN SBM

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : ..........................

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan

umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

49

Page 50: LAPORAN SBM

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang

perbandingan

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur

mereka adalah……

2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15

tahun, Umur Sita adalah…..

3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108,

perbandingan umur mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur

keduanya 20, umur Nini adalah…..

5. Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah sebagai

berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena

dan Anti adalah……………………….

50

Page 51: LAPORAN SBM

Kunci Jawaban

1. 12 : 6 = 2 : 1

2. Umur Sita 6 tahun

3. 36 : 108 = 1 : 3

4. Umur Nini = 12 tahun

5. 50 : 100 = 1 : 2

.......................... , 13 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

..........................

NIM. ..........................

51

Page 52: LAPORAN SBM

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : ..........................

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

52

Page 53: LAPORAN SBM

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan

untuk mengukur kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada

kotak yang disediakan guru

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika

penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok

lain

Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan

secara kelompok dan individu

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

53

Page 54: LAPORAN SBM

1. Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan umur

mereka adalah……

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur

keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,

perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur

keduanya 44, umur Nini adalah…..

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,

berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?

Kunci Jawaban

1. 12 : 8 = 6 : 4

2. Umur Dion 16 tahun

3. 30 : 120 = 1 : 4

4. Umur Nini = 20 tahun

5. Coklat Tina = 4

.......................... , 20 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

..........................

NIM. ..........................

54

Page 55: LAPORAN SBM

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : ..........................

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

55

Page 56: LAPORAN SBM

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan

untuk mengukur kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan

dengan sesuai dengan pilihan sendiri

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika

penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok

lain

Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal,

sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan

Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok

untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

56

Page 57: LAPORAN SBM

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan

umur mereka adalah……

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur

keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,

perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur

keduanya 54, umur Nini adalah…..

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,

berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?

Kunci Jawaban

1. 15 : 35 = 3 : 7

2. Umur Dion 28 tahun

3. 60 : 120 = 1 : 2

4. Umur Nini = 36 tahun

5. Coklat Tina = 50

.......................... , ..........................

Guru Kelas/ Peneliti

57

Page 58: LAPORAN SBM

..........................

NIM. ..........................

Lampiran 4

DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN PLALANGAN 03

TAHUN PELAJARAN 2008-2009

NO NAMA SISWA L/P ALAMATNAMA

PEKERJAA

N

ORTU ORTU

1

2

3

4

5

58

Page 59: LAPORAN SBM

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Lampiran 5

TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS

NO NAMA SISWANILAI

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

59

Page 60: LAPORAN SBM

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

RATA-RATA

60

Page 61: LAPORAN SBM

61