23
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK ANALISIS SEMEN Disusun : Damas Anjar (31111064) Dede Daniati (31111065) Lilis Handrayani (31111085) Kelompok 6 Farmasi 4B PROGRAM STUDI S-1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) BAKTI TUNAS HUSADA

Laporan Semen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KIMIA KLINIK

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIKANALISIS SEMEN

Disusun :Damas Anjar(31111064)Dede Daniati(31111065)Lilis Handrayani(31111085)

Kelompok 6Farmasi 4B

PROGRAM STUDI S-1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)BAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2014

No praktikum: 10Hari-tanggal: Selasa , 07-12-2014Judul: Analisis SemenSampel: Semen ( Sperma)

A. TujuanMenganalisis keadaan fisik dari cairan semen dan menginterpetasikan hasil serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.

B. Dasar TeoriAnalisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO Manual for the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus Interaction.Semen merupakan cairan putih atau abu-abu yang dikeluarkan dari uretra pada saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen disamping cairan-cairan lainya. Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi reproduksi. Pada semen yang baik, sperma akan dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang disebut fertilisasi (pembuahan) membentuk zygot. Zygot inilah calon individu baru yang mewarisi setengah sifat ayah dan setengah sifat ibu.Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone. Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :1. SpermatocytogenesisMerupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.

a. SpermatogoniaSpermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.b. Spermatosit PrimerSpermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.2. Tahapan MeioisSpermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan SpermiogenesisMerupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan.

Gambar 1. Spermatogenesis Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, telah mengambil inisiatif membuat buku penuntun analisis semen berjudul Laboratory Manual For the Examination of Human Semen and Semen-Cervical Mucus Interaction. Buku ini bertujuan untuk menstandarisasi prosedur analisis semen bagi semua laboratorium analisis semen, sehingga kesimpulan hasil analisis dapat dimengerti dan diterima oleh para ahli andrologi dan dijadikan sebagai acuan dan dipatuhi dalam melakukan pemeriksaan analisis semen.

4. Struktur Sel SpermaSpermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagellata). Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak (Anonim, 2009).1) KepalaKepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi (Anonim, 2009).Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan membran akrosom luar (outer acrosomal membran). Secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi akrosom sedang membran akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa (Anonim, 2009).2) LeherDaerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndungsentrioldepan dan bagian depan filament poros.3) BadanBagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP4) EkorEkor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:a. Bagian tengah (midpiece)b. Bagian utama (principle piece)c. Bagian ujung (endpiece)Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece dibungkus oleh sarung fibrous (fibrous sheath) yang perbatasannya disebut anulus. Sarung fibrous bentuknya terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui rusuk-rusuk. Ke arah sentral ada semacam tonjolan yang memegangi cincin nomor 3, 8 dari aksonema. Keduanya (tahanan rusuk dan pegangan cincin aksonema) memberikan gerak tertentu (Anonim, 2009).

Gambar 2 Struktur sperma

Analisis semen manusia memiliki beberapa tahapan proses dan parameter yang dilakukan sebelum dikeluarkannya semen dan pada tahap proses analisis pemeriksaannya, yaitu :a. Pengeluaran dan penampungan semenKepada pasien diberikan penjelasan terlebih dahulu secara lisan ataupun tertulis bagaimana sebaiknya cara mengeluarkan dan menampung semen, yang akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Pengeluaran dan penampungan semen yang benar :1. Setelah abstinensi seksual selama 3-7 hari (tidak kurang dan tidak lebih)2. Semen ditampung dalam botol kaca yang bersih dan bermulut lebar agar tidak berceceran pada saat ditampung, sebab semen yang tumpah, berarti jutaan sperma yang hilang tidak tercatat, sehingga akan mengurangi nilai pemeriksaan.3.Dianjurkan pengeluaran semen dilakukan secara masturbasi di kamar yang tenang kemudian dibawa ke lab dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan.4.Botol penampung harus ditutup rapat, diberi nama yang bersangkutan, lamanya abstinensi, dan waktu pengeluaran semen.b. Pemeriksaan makroskopis semenPemeriksaan makroskopis semen meliputi pemeriksaan : warna semen, volume semen, pH semen, dan viskositas (kekentalan) semen.1.Warna semen, pada umumnya berwarna putih keruh, ada yang berwarna jernih, dan ada juga yang berwarna kemerahan.2.Volume semen, ditentukan dengan menggunakan gelas ukur 10 mL.Normal : 2-5 mLHipospermia: < 2 mLHiperspermia: > 6 mLAspermia: tidak keluar3.Viskositas semen, diukur setelah terjadi pencairan (likuifasi) yang sempurna.Normal paling lambat 60 menitPanjang tetesan 3-5 cm4.pH semen, penentuan dilakukan setelah likuifasi sempurna, yaitu dengan kertas pH. Normal basa lemah 7,2 8,8c. Pemeriksaan mikroskopis semenPemeriksaan mikroskopis semen memerlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi, karena kesimpulan hasil analisis semen banyak ditentukan dari pemeriksaan mikroskopis semen. Pemeriksaan ini meliputi :1.Kecepatan gerak sperma (velocity) ; kecepatan gerakan sperma (dalam detik) ditentukan secara objectif dengan stopwatch. Sperma yang gerakannya paling cepat dan lurus saja yang dicatat, karena kecepatan gerakan sperma merupakan salah satu factor penting fertilitas.2. Motilitas sperma ; pemeriksaan motilitas dilakukan satu jam setelah ejakulasi. Dengan menggunakan alat hitung ditentukan jenis motilitas progresif lurus cepat, lurus lambat, gerak ditempat, tidak bergerak.3. Konsentrasi sperma ; diawali dengan menentukan kerapatan sperma pada hemositometer Neubauer untuk menentukan factor pengencer dan kemudian dihitung dengan rumus.4.Jumlah sperma total ; diperoleh dari mengalirkan sperma dengan volume ejakulat.5. Viabilitas sperma ; menentukan jumlah sperma yang masih hidup dengan pewarnaan supravital dengan menggunakan larutan eosin Y.6.Morfologi sperma ; untuk mengetahui berapa presentase sperma yang memiliki morfologi normal dan yang abnormal.7. Aglutinasi sperma ; terjadi karena sperma motil saling melekat satu dengan lainnya, kepala dengan kepala, leher dengan leher, ekor dengan ekor, atau percampuran antara leher dengan ekor. Ini merupakan bukti adanya factor immunologi sebagai penyebab infertilitas.8. Uji HOS (Hipoosmotic swelling test); didasarkan pada sifat semipermeable membrane ekor sperma.9.Elemen seluler bukan sperma ; antara lain sel leukosit, eritrosit, dll.

C. Alat dan Bahan a. Alat 1. Mikroskop2. Objek glass3. Deck glass4. Kertas pH universal5. Pipet tetes6. Gelas ukur7. Wadah sperma

b. Bahan 1. Sampel semen

D. Prosedur Kerjaa. Pemeriksaan makroskopikPengarahan pada pasien untuk melaksanakan masa absteninsia 3-4 hari, pengambilan / penampungan disaran kan dibagian laboratorium dengan penampung gelas atau botol steril. Catatan yang harus dilaporkan :1. Masa abstinensia2. Penampung semen3. Cara pengeluaran4. Waktu pengeluaran semen5. Warna semenMemeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Cara kerja : Warna semen diamati dengan mata telanjang. Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan ( lekospermia). Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan ( hemospermia).

6. Bau semenSpermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Cara kerja :Dengan mengamati secara langsung : a. Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya.b. Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas c. Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.

7. pHUntuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.Cara kerja :Celupkan kertas pH universal kedalam cairan sperma, amati dan cocokan warna pH. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Jika sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.

8. VolumeVolume semen ejakulat diukur dengan menggunakan tabung pengukur dan diukur dalam mL. Dilakukan setelah sperma mencair.Cara kerja :a. Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi b. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 mL. Kemudian baca hasil.c. Volume normal yaitu 2 3 ml.

9. Viskositas Semen diaduk rata, lalu dihisap ke dalam pipet, Selanjutnya semen dibiarkan menetes keluar pipet sambil diamati panjang benang dari tetesan semen.b. Pemeriksaan Mikroskopik1. Teteskan dengan satu tetes di atas gelas objek2. Kemudian ditutup dengan kaca penutup3. Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop pembesaran 40 x dan 100 x4. Amati ada atau tidaknya spermaE. Data Hasil Pengamatan a. Makroskopik 1. Waktu pengeluaran semen : pukul 13.002. Waktu pemeriksaan : pukul 13.203. Warna semen: Putih abu-abu 4. Bau semen: Bau amis (khas sperma)5. pH: 96. Volume: 1,4 mL7. Viskositas: 3 cm

b. Mikroskopik 1. Gambar :

Pemebsaran 40 x2. Bentuk: bentuk spermanya ketika dilihat dibawah mikroskop yang terlihat jelas yaitu bagian kepala dan ekornya saja sedangkan untuk bagian lehernya tidak terlihat jelas. 3. Pergerakan: Ada beberapa sperma yang bergerak lurus kedepan tetapi kadang berkelok-kelok.

F. Pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu mengenai analisis semen dari sampel Mr. C. Pada praktikum ini kita memeriksa semen dengan 2 pemeriksaan yaitu makroskopis (meliputi pemeriksaan volume, bau, warna, pH, viskositas) dan mikroskopis. Semen yang normal dan telah mengalami proses liquefaction akan bersifat homogen, berwarna putih abu-abu. Kemungkinan akan tampak lebih bening (less opaque) bila konstetrasi sperma sangat rendah. Warna semen yang merah kecoklatan menunjukan adanya sel darah merah (hemospermia). Semen dapat berwarna kuning pada pria denagn sakit kuning (jaundice) atau minum vitamin dan obat tertentu. Sampel semen Mr.C yang diperiksa yaitu dikeluarkan pada pukul 13.00 WIB dan di periksa pukul 13.20 WIB, yang kemudian di simpan dalam pot non spermatisida.Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia) dikatakan abnormal. Volume cairan ejakulat (semen) terutama berasal dari cairan vesikula seminalis (60%) dan kelenjar prostat (15%), sebagain kecil dari kelenjar bulbouretralis dan epididimidis. Volume semen yang normal minimal adalah lebih dari 2 ml dengan rentang 2-5 ml, volume yang didapatkan dari sampel Mr.C yaitu sebanyak 1,4 ml dan termasuk kedalam kategori hypospermia. Volume semen yang rendah (hypospermia) bisa mengindikasikan sumbatan saluran ejakulasi, gangguan vesikula seminalis, ejakulasi retrograde (retrograde ejaculation) atau kekurangan hormon androgen. Sedangkan volume semen yang terlalu banyak (hyperspermia) dapat menunjukan eksudasi aktif yang terjadi pada kelenjar yang mengalami peradangan (inflamasi). Untuk bau dari semen Mr.C yaitu bau amis atau khas sperma dengan warna putih abu-abu.Untuk pengukuran pH yaitu dengan menggunakan indkator universal. pH semen normal berada dalam kisaran 7,2 - 8,9. Jika pH lebih besar dari 8,9 maka ada indikasi infeksi. Sebaliknya jika kurang dari 7,2 azoospermia perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan karena adanya kemungkinan disgenesis vas deferens, vesica seminalis atau epididimis. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan pH pada sampel Mr. C yaitu 9 dan hasil ini masih di kategorikan normal karena berada dekat pada rentang pH yaitu 8,9 selain itu juga karena pada pengukuran nya yang menggunakan indikator universal yang memiliki sensitifitas kurang peka jika dibandingakn dengan pH meter.Untuk hasil pemeriksaan viskositas atau kekentelan dari sampel semen Mr.C yaitu memiliki viskositas yang rendah atau sedikit encer. Adapun penyebab cairan semen encer yaitu diantaranya jumlah sperma tidak memadai, penyebab umum dari ini adalah terlalu sering ejakulasi. Pada individu yang sangat aktif secara seksual, atau individu yang sering masturbasi atau onani, testis tidak punya cukup waktu untuk menghasilkan sel sperma. Sel sperma rata-rata membutuhkan waktu 70 hari untuk matang dan siap untuk ejakulasi. Sementara setiap ejakulasi tidak mengosongkan testis dari sel sperma, setelah beberapa hari mengalami ejakulasi yang sering, testis akan kehabisan sperma dan tidak lagi memberikan konstribusi sperma pada air mani. Satu-satunya cara untuk mengembalikan kondisinya adalah dengan menghindari ejakulasi untuk sementara waktu. Ada juga kemungkinan bahwa kekurangan seng mnyebabkan jumlah sperma rendah. Kemudian penyebab lainnya yaitu kekurangan fruktosa, fruktosa datang dari buah-buahan dan sayuran. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan tubuh kekurangan fruktosa dan menyebabkan air mani encer dan bening. Yang paling menonjol adalah diet yang tidak memiliki karbohidrat dan gula yang diperlukan. Pria subur memiliki konsentrasi sperma diatas 20 juta/ml atau 40 juta/ml secara keseluruhan. Jumlah dibawah 20 juta/ml dikatakan konsetrasi sperma rendah dan dibawah 10 juta/ml digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran untuk konsentrasi sperma rendah adalah oligospermia, sedangkan bila sama sekali tidak ada sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak memiliki sperma secara kasat mata terlihat sama dengan semen pria lainnya, hanya pengamatan melalui mikroskoplah yang dapat membedakannnya.Selanjutnya yaitu pemeriksaan motilitas spermatozoa. Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu identifikasi jumlah spermatozoa yang gerak pada tetesan langsung atau sediaan basah dari cairan semen dengan catatan waktu secara tepat seperti pada jumlah sperma perlapang pandang.Pada uji secara mikroskopis atau uji motilitas spermatozoa yaitu dengan cara meneteskan satu tetes semen pada kaca objek, kemudian langsung mengamati nya dalam mikroskop pada pembesaran 40x, meliputi bentuknya, jumlah nya dan pergerakannya. Untuk perhitungan jumlahnya tidak dilakukan karena jumlahnya yang banyak dan kecil sehingga sulit untuk dilakukan perhitungan jumlahnya. Konsentrasi spermatozoa normal yaitu bila lebih dari 20 juta/ml (WHO,1999). Sedangkan untuk bentuk dari sperma itu sendiri yaitu sperma normal jika memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus panjang ditengahnya. Sperma yang bentuknya tidak normal disebut tetrazoospermia seperti kepala bulat, kepala pipih, kepala terlalu besar, kepala ganda, tidak berekor, sperma abnormal dan tidak dapat membuahi sel telur. Hanya sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria normal memproduksi paling tidak 30% sperma berbentuk normal. Bentuk-bentuk morfologi sperma abnormal adalah kepala makro, kepala mikro, kepala tapel, kepala piri, kepala double, kepala amorf, kepala round, kepala pin, midpiece abnormal, sitoplasma droplet, ekor double, ekor koil, ekor bent. Kriteria morfologi normal bila pada pemeriksaan didapat bentuk spermatozoa normal lebih dari 30% (WHO,1999), WHO 1999 yang direvisi menjadi lebih dari 14% (kriteria ketat), dan terakhir morfologi normal WHO 2010 lebih dari 4%. Bila tidak memenuhi syarat kriteria presentase morfologi normal spermatozoa diatas maka kategori diagnostik laboratoris adalah teratozoospermia. Pada hasil praktikum sampel semen Mr.C bentuk spermanya ketika dilihat dibawah mikroskop yang terlihat jelas yaitu bagian kepala dan ekornya saja sedangkan untuk bagian lehernya tidak terlihat jelas. Sedangkan untuk pergerakannya bisa dikategorikan baik karena ada beberapa sperma yang bergerak lurus kedepan tetapi kadang berkelok-kelok.

G. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa semen dari sampel Mr.C memiliki volume 1,4 ml, bau amis atau bau khas sperma, warna putih abu-abu, pH 9 dengan viskositas encer. Sedangkan untuk hasil uji motilitas spermatozoa sampel semen Mr.C memiliki bentuk yang normal dan pergerakan yang cukup baik.

H. Daftar PustakaBenyamin Cummings. San Fransisco Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC. JakartaCarlson, Bruce M. 2001. Human Embryology and Developmental Biology 2ndEdition.Mosby Inc.,New YorkDeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara. Jakarta.Geneser F. 1994. Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara. Jakarta.Guyton AC. 1997. Fisiologi Kedokteran. (Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC. Jakarta.Junqueira LC & J Carneiro 1998. Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Sistina, Yulia. 2000. Biologi Reproduksi. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.