Upload
deariestarizkykananda
View
242
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN SIFAT FISIK DAN HASIL PERTANIAN
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMSIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG BENTUK, UKURAN DAN MENGUKUR KEKERASAN PADA BUAH
Oleh:Deariesta Rizky KNIM A1H013038
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak
seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk
dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman
bentuk. Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian merupakan salah satu
komponen penting dalam proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan
dengan teknik grading atau sortase sehingga diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik bahan tersebut, selain itu dalam penanganan hasil pertanian
dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang bisa mempermudah proses
penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat berdasarkan karakteristik dari bahan
itu sendiri khususnya memperhatikan karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk.
Konsumen tertentu memiliki penerimaan tertentu mempertimbangkan
karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi
pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik watak sifat teknik bahan hasil pertanian yang
berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Oleh sebab itulah kami
melakukan praktikum mengenai karakteristik fisik bahan hasil pertanian untuk
klasifikasi standar bentuk dan ukuran produk hasil pertanian.
B. Tujuan
1. Menentukan bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian berdasarkan
perhitungan kebundarn dan kebulatan.
2. Mengukur kekerasan bahan hasil pertanian dengan menggunakan Fruits
Hardness Tester.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia bahan
tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan,
warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan
terhadap PH, total asam, dan kadar gula (Solube Solida) (Khatir, 2006).
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 1991).
Pada pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu berat
jenis bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan kemungkinan
menggunakan berat jenis sebagai metode pengujian kemasakan secara cepat.
Buah-buah yang mengapung di atas air mempunyai berat jenis lebih kecil, jadi
masih belum masak. Buah-buah yang tenggelam mempunyai berat jenis lebih
besar dari 1, total zat terlarut lebih banyak dan oleh karena itu berarti sudah
matang (Pantastico, 1989).
Perubahan tingkat keasaman dalam jaringan juga akan mempengaruhi
aktifitas beberapa enzim diantaranya adalah enzim-enzim pektinase yang mampu
mengkatalis degradasi protopektin yang tidak larut menjadi substansi pectin yang
larut. Perubahan komposisi substansi pektin ini akan mempengaruhi kekerasan
buah-buahan (Sianturi. 2008)
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Jangka sorong
2. Penggaris
3. Pensil/pulpen
4. Kertas HVS
5. Milimeter blok
6. Jangka
7. Fruits Hardness Tester
8. Buah
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Tentukan nilai kebundaran buah
a. Objek digambar pada milimeter blok.
b. Ditentukan nilai Ap dan Ac.
3. Tentukan kebulatan buah.
a. Nilai a, b dan c diukur dengan menggunakan jangka sorong.
b. Objek digambar pada milimeter blok dan ditentukan nilai di dan dc.
4. Kekerasan buah ditentukan dengan menggunakan alat fruits hardness tester.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Diketahui :
Buah 1 = Ap = 16,05 a = 5,4 mm F1 = 0,63
(salak 1) Ac = 86,15 b = 3,76 mm F2 = 0,64
dc = 7,3 cm c = 1,64 mm F3 = 0,6
di = 5 cm
Buah 2 = Ap = 123 a = 5,14 mm F1 = 0,64
Ac = 68,5 b = 4,14 mm F2 = 0,63
dc = 7,3 cm c = 1,24 mm F3 = 0,63
di = 5 cm
buah 3 = Ap = 120 a = 4,61 mm F1 = 0,64
Ac = 68,5 b = 3,78 mm F2 = 0,64
dc = 6,3 cm c = 1,63 mm F3 = 0,63
di = 7,9 cm
menghitung kebundaran
a. salak 1
kebundaran = Ap = 160,5 = 1,96
Ac 80,5
b. salak 2
Kebundaran = Ap = 123 = 1,79
Ac 68,5
c. salak 3
Kebundaran = Ap = 120 = 1,75
Ac 68,5
2. menghitung kebulatan
Menggunakan jangka sorong
a. salak 1
kebundaran = (a x b x c)1/2 = (5,4 x 3,76 x 1,64)1/2
a 5,4
= 1,068
b. salak 2
kebundaran = (a x b x c)1/2 = (3,14 x 4,14 x 1,84)1/2
a 5,14
= 1,217
c. salak 3
kebundaran = (a x b x c)1/2 = (4,6 x 3,78 x 1,13)1/2
a 4,61
= 1,516
Menggunakan milimeter blok
a. salak 1
kebundaran = di = 5= 0,685 dt 7,8
b. salak 2
kebundaran = di = 5,4= 0,592 dt 7,8
b. salak 3
kebundaran = di = 7,5=1,450 dt5,3
3. Menghitung kekerasan
A = luas penampang pnetrometer
= 2 π r (r + t)
= 2 . 3,14 . 0,125 (0,125 + 1,8
= 1,51
Kekerasan = P1 = panjang P2 = tengah P3= Ujung
a. salak 1
P1 = F1 =0,63= 3,32 Prata2 = P1 + P2 + P3A 0,19 3
P2 = F1 =0,64= 3,37 = 3,32 + 3,37 + 3,16A 0,19 3
P2 = F1 =0,6= 3,15 = 3,28A 0,19
a. salak 2
P1 = F1 =0,64= 3,37 Prata2 = P1 + P2 + P3A 0,19 3
P2 = F1 =0,63= 3,32 = 3,27 + 3,32 + 3,32A 0,19 3
P2 = F1 =0,63= 3,32 = 3,24A 0,19
c. salak
P1 = F1 =0,64 = 3,37 Prata2 = P1 + P2 + P3A 0,19 3
P2 = F1 =0,64= 3,37 = 3,27 + 3,37 + 3,26A 0,19 3
P2 = F1 =0,62= 3,26 = 3,3A 0,19
B. Pembahasan
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya.
Sifat sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna,
penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk dan ukuran sangat
penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan, rancangan
pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti
elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam pengembangan
alat grading dan sortasi (Suharto, 1991)
Kebulatan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola
yang mempunyai volume sama dengan objek dengan diameter bola terkecil yang
dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan suatu
bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian
mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat).
Persamaan untuk menghitung kebulatan (sphericity) adalah sebagai berikut:
Sp h ericity=(a x b x c)
13
a
Keterangan:
a= Sumbu terpanjang obyek
b = Sumbu pertengahan (intermediate) obyek
c = Ukuran terpendek obyek
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda
padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu
bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar.
Ada beberapa metode untuk mengestimasi kebundaran suatu benda diantaranya
adalah : Roundness (Rd) =
Dimana :
Ap = luas permukaan pronyeksi terbesar dalam posisi bebas
Ac = luas permukaan pronyeksi terkecil yang membatasinya
Roundness (Rd) =
Dimana :
r = jari-jari kelengkungan
N = Jumlah sudut yang ada
R = Jari-jari lingkaran dalam maksimum
Kebundaran=di/dc
Dimana di adalah diameter terbesar lingkaran dalam, dan dc adalah diameter
terkecil dari lingkaran yang melingkupi bundaran.
Kekerasan adalah ketahanan bahan atau logam terhadap deformasi yaitu
deformasi tekan atau indentasi. Pada umumnya pengujian kekerasan bertujuan
untuk mengukur tahanan dari bahan atau logam terhadap deformasi plastis.
Prinsip pengukurannya adalah dengan memberi gaya tekan melalui sebuah
indentor pada permukaan bahan atau logam. Kemudian luas atau dimensi atau
diameter dari jejak penekanan/indentasi diukur.
Biasanya indentor atau alat tekan yang digunakan pada uji kekerasan adalah
berbentuk bola, piramida atau konis, kerucut., Nilai kekerasannya dihitung dari
jejak indentasinya dengan menggunakan formula tertentu sesuai metoda ujinya.
Prosedur mengukur kebundaran
Tempatkan semua bahan sehingga bahan tersebut dapat diproyeksikan
Gambarkan proyeksi bahan pada kertas millimeter block
Tentukan luas proyeksi tersebesar dari bahan dalam posisi bebas (Ap) dan
luas lingkaran terkecil (Ac) yang membatasi proyek bahan dengan
planimeter
Hitunglah kebundaran bahan dengan menggunaan persamaan yang telah
ada
Prosedur mengukur kebulatan
Ukurlah sumbu-sumbu bahan yang terdiri dari sumbu a (sumbu terpanjang
/mayor)
Hitunglah kebulatan sphericity bahan dengan menggunakan persamaan
yang ada
Menentukan volume dan luas permukaan teroritis tomat, kacang, wortel,
dan kacang merah
Menentukan kemiripan tiap bahan tersebut terhadap bentuk-bentuk
geometri seperti bulat memanjang, bulat membujur, dan kerucut berputar
atau silinder
Dengan menggunakan data pengukuran sumbu a, b, dan c pada
perhitungan kebulatan, maka kita dapat menghitung volume dan luas
permukaan teoritis bahan dengan persamaan yang sesuai dengan
kemiripan bahan tersebut terhadap bentuk geometri
Prosedur mengukur kekerasan
Atur beban pada penetrometer
Atur jarum penunjuk skala kedalaman tusukan dengan angka nol
Pasang waktu sesuai komoditi yang diukur
Tempatkan buah dibawah jarum sehingga ujung jarum menempel pada
buah tetapi tidak menusuk kulit buah
Pencet tombol mulainya tusukan
Baca jauhnya skala penanda bergeser dari angka nol
Lakukan pengukuran pada beberapa tempat (ujung, tengah dan pangkal
buah) untuk mendapatkan nilai rataan kekerasan buah.
Jika buah terlalu keras maka beban penetrometer perlu ditambahkan.
Kebulatan yang didapat dari perhitungan buah salak menggunakan jangka
sorong pada salak 1 dapat 1,068, pada salak 2 didapat 1,217, dan pada salak 3
sebesar 1,516. Sedangkan menggunakan millimeter blok salak 1 dapat 0,685, pada
salak 2 didapat kebulatan sebesar 0,592 dan pada salak 3 sebesar 1,450.
Perbandingan yang terjadi pada salak menggunakan perlakuan jangka sorong dan
millimeter blok hamper setengahnya, hal ini dikarenakan kurang efisien
menggunakan millimeter blok, lebih efisien menggunakan jangka sorong
. Kendala praktikum pada acara kali ini adalah terbatasnya alat ukur yang
mengakibatkan kondisi pada saat praktikum tidak kondusif. Karena praktikan
bergantian memakai alat ukur yang tersedia
Hasil yang didapat dari perhitungan buah salah didapat Buah 1 = Ap = 16,05
a = 5,4 mm F1 = 0,63
(salak 1) Ac = 86,15 b = 3,76 mm F2 = 0,64
dc = 7,3 cm c = 1,64 mm F3 = 0,6
di = 5 cm
Buah 2 = Ap = 123 a = 5,14 mm F1 = 0,64
Ac = 68,5 b = 4,14 mm F2 = 0,63
dc = 7,3 cm c = 1,24 mm F3 = 0,63
di = 5 cm
buah 3 = Ap = 120 a = 4,61 mm F1 = 0,64
Ac = 68,5 b = 3,78 mm F2 = 0,64
dc = 6,3 cm c = 1,63 mm F3 = 0,63
di = 7,9 cm
Pada menghitung kebundaran salak 1 didapat 1,96, salak 2 didapat 1,79
dan pada salak 3 didapat 1,75. Kebulatan yang didapat dari perhitungan buah
salak menggunakan jangka sorong pada salak 1 dapat 1,068, pada salak 2 didapat
1,217, dan pada salak 3 sebesar 1,516. Sedangkan menggunakan millimeter blok
salak 1 dapat 0,685, pada salak 2 didapat kebulatan sebesar 0,592 dan pada salak
3 sebesar 1,450. Sedangkan pada menghitung kekerasan didapat luas penampang
pnetrometer sebesar 1,51, kekerasan pada salak 1 Prata-rata didapat 3,28. Pada
Prata-rata salak 2 didapat 3,24, dan pada Prata-rata salak 3 didapat 3,3
DAFTAR PUSTAKA
Sianturi. 2008. Perubahan Kimia, Fisika Dan Lama Simpan Buah Pisang Muli
dalam Penyimpanan Atmosfir Pasif.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung,
17-18 November 2008.
Mohsein NN. 1980. Physical Properties of plant and Animal Materials. Gordon
and Breach, Science Publisher, Inc. New York.
Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan
Pasca Pane n . Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.
Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada
University Press: Jogjakarta.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.