41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam mempelajari ilmu kedokteran gigi pencegahan, banyak hal yang patut kita perhatikan. Salah satunya adalah mengenai kesehatan lingkungan rumah sakit. Kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi pengelolaan instalasi pengolahan limbah, higine dan sanitasi lingkungan sekitar, serta masalah pencemaran lingkungan rumah sakit. Kegiatan rumah sakit itu sendiri menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah inilah yang disebut sebagai limbah medis. Terdapat berbagai macam limbah medis yang berbahaya bagi kesehatan manusia bila tidak diolah dengan benar. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Dampak negatif limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan. Pengelolaan limbah medis merupakan bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang 1

Laporan Skenario 3 Blok KGP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nfjimaovfk,kjg8myk

Citation preview

Page 1: Laporan Skenario 3 Blok KGP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam mempelajari ilmu kedokteran gigi pencegahan, banyak hal yang

patut kita perhatikan. Salah satunya adalah mengenai kesehatan lingkungan rumah

sakit. Kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi pengelolaan instalasi

pengolahan limbah, higine dan sanitasi lingkungan sekitar, serta masalah

pencemaran lingkungan rumah sakit. Kegiatan rumah sakit itu sendiri

menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah inilah yang disebut sebagai

limbah medis. Terdapat berbagai macam limbah medis yang berbahaya bagi

kesehatan manusia bila tidak diolah dengan benar. Limbah medis kebanyakan

sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang

berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Dampak

negatif limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat

pengelolaan yang kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan

lingkungan.

Pengelolaan limbah medis merupakan bagian dari kegiatan penyehatan

lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan

upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Pengelolaan limbah medis pun tidak

dilakukan dengan sembarangan. Tiap jenis limbah media memiliki cara

penangannya sendiri sendiri. Apabila tidak dilakukan dengan prosedur yang

sesuai maka akibatnya akan bisa lebih parah.

Menjaga higine termasuk aspek non fisik yang patut diperhatikan. Hal

tersebut meliputi suatu upaya yang menjaga, memelihara, dan mempertinggi

derajat dari faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan

aspek fisiknya meliputi menjaga sanitasi, yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk

1

Page 2: Laporan Skenario 3 Blok KGP

menjadikan keadaan yang lebih baik sehingga kesehatan semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja parameter atau syarat-syarat lingkungan sehat?

2. Sebutkan klasifikasi dari limbah medis!

3. Apa dampak yang ditimbulkan limbah medis terhadap lingkungan?

4. Bagaimana upaya penanganan atau pengolahan limbah medis yang tepat?

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan parameter atau syarat-syarat lingkungan sehat.

2. Mampu menjelaskan klasifikasi atau jenis-jenis dari limbah medis.

3. Mampu menjelaskan dampak limbah medis terhadap lingkungan.

4. Mampu menjelaskan upaya penanganan atau pengolahan limbah medis.

1.4 Mapping

Limbah Medis Padat

Cair

Gas

Pencemaran Lingkungan

Dampak Pencemaran Lingkungan

Upaya Penanggulangan

2

Page 3: Laporan Skenario 3 Blok KGP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Lingkungan

Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :

1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan

lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

2. Menurut Notoatmojo, 1996. dalam Ricki M. Mulia, 2005 : 2 pengertian

kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

3. Moeller, 1992. dalam Ricki M. Mulia, 2005 : 2 menyatakan bahwa

kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang

memberi pengertian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian

dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.

B. Konsep Sanitasi dan Hygiene

Sanitasi menurut kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ‘pemiliharaan

kesehatan. Menurut WHO sanitasi lingkungan (environmental sanitation)

adalah upaya pengendalian semua factor lingkungan fisik manusia yang

mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi

perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan,

hygiene merupakan suatu usaha kegiatan pencegahan yang menitikberatkan

usahanya pada kegiatan-kegiatan yang mendukung kebersihan, kesehatan dan

keselamatan jasmani maupun rohani manusia serta lingkungan hidup

sekitarnya.

Rumah Sakit, puskesmas maupun seperti halnya balai pengobatan gigi

(BPG) seperti pada skenario, merupakan sebagai institusi pelayanan kesehatan

yang di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan

3

Page 4: Laporan Skenario 3 Blok KGP

pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, ternyata di samping dapat

menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik

terhadap pasien, juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh

buruk kepada manusia seperti pencemaran lingkungan, sumber penularan

penyakit dan menghambat proses penyembuhan dan pemulihan penderita.

Untuk itu sanitasi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan diarahkan untuk

mengawasi faktor-faktor tersebut agar tidak membahayakan. Dengan

demikian, sesuai dengan pengertian sanitasi, lingkup sanitasi pada tempata-

tempat pelayanan kesehatan menjadi luas, mencakup upaya-upaya yang

bersifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan air limbah, penyediaan

air bersih, fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas pembuangan sampah, serta

upaya non fisik seperti pemeriksaan, pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan.

C. Macam-macam Pencemaran Lingkungan

1. Berdasarkan Tempat Terjadinya

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran

udara, air, dan tanah.

a. Pencemaran Udara

Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil

pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.

1. CO2

Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar

CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang

menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal,

pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak

segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh

dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat

mengakibatkan efek rumah kaca.

2. CO

Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran Misalnya, menghidupkan

mesin mobil di dalam garasi tertutup Jika proses pembakaran di mesin tidak

4

Page 5: Laporan Skenario 3 Blok KGP

sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon

monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang

yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam

mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan

masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.

3. CFC

Pencemara udara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon

(disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak

beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya.Gas ini dapat digunakan

misalnya untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin

pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang

membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3).

Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet.

Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan

bumi, menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan

mutasi genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC

mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon

tersebut “berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan

melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan emakin lebar. Saat ini

luasnya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa Karena itu penggunaan AC

harus dibatasi.

4. SO, SO2

Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil

(minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air

hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.

Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi

pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan–bangunan kuno,

seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedungdan

jembatan.

5. Asap Rokok

5

Page 6: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Polutan udara yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap

rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk

kronis, kanker patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai

gangguan kesehatan lainnya. Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok

aktif dan perokok pasif.

b. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen

lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air

yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal

polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain :

1. Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.

Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian

dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk

mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit

(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai

oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan

membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air

dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi,

ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan

mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air

akan mati karenanya.

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah

rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan,

nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian

ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium,

dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran

air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga

adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan

organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan.

6

Page 7: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika

pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex

berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis

(bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman.

Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat.

Didalamair got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan

jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah tangga di daerah

perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada.

3. Limbah Industri

Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang

dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik

(berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna), atau mungkin berupa

polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air

menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan

pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah

terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut,

sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain.

Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan

kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang

mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung

agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat

menguraikan minyak.

4. Limbah Medis

Limbah medis dapat diartikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari kegiatan-

kegiatan medis, seperti kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.

Apabila limbah medis ini dibuang ke air dapat menimbulkan berbagai dampak.

Karena limbah medis mempunyai jenis-jenis-jenis dan dampak yang berbeda

maupun adapula yang sama terhadap lingkungan, tetapi tetap saja dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan sebenarnya

tidak hanya di air melainkan dapat pula pada tanah, udara maupun suara. Berikut

limbah yang dihasilkan rumah sakit :

7

Page 8: Laporan Skenario 3 Blok KGP

- Limbah umum: limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak

membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan misal bahan

pengemas.

- Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,

bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.

- Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi

dengan radionuklisida.

- Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan atau gas misalnya berasal dari

prosedurprosedur medis. Pertimbangan terhadap limbah ini dapat ditinjau dari

sudut: toksik, korosif, mudah terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif

terhadap air, dan shock sensitive), genotoxic (carcinogenic, mutagenic,

teratogenic dan lain-lain), misalnya obatobatan cytotoxic. Limbah kimiawi

yang tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam amino.

- Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum

suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang

dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini

mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau

bahan citotoksik.

- Limbah farmasi (obat-obatan): obat-obatan dan bahan kimiawi yang

dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa

atau terkontaminasi.

- Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi

dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

citotoksik.

- Kontainer di bawah tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau

pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila

diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan, misalnya

tertusuk.

- Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung

mikroorganisme patogen yang bila terpapar dengan manusia akan dapat

menimbulkan penyakit. Misalnya jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari

8

Page 9: Laporan Skenario 3 Blok KGP

ruang bedah, dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , dari

pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien (tabung, filter,

serbet, jarumsuntik, sarung tangan)

c. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar,

industri, kegiatan pertanian, dan peternakan. Sampah dapat dihancurkan oleh

jasadjasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga terbentuklah humus.

Sampah organik itu misalnya dedaunan, jaringan hewan, kertas, dan kulit.

Sampah-sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan

sampah anorganik seperti

besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat

diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan

datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan

mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.

Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama

adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah

atau dapat dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan

pemeliharaan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing

tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual untuk

pupuk. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah

terjadinya pencemaran lingkungan. Keuntungannya, beban lingkungan menjadi

berkurang. Kita tahu bahwa pencemaran tidak mungkin dihilangkan. Yang dapat

kita lakukan adalah mencegah dampak negatifnya atau mengendalikannya. Selain

penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah

pencemaran, yaitu melakukan pengurangan bahan/ penghematan (reduce), dan

melakukan pemeliharaan (repair). Di negara maju, slogan-slogan reuse, reduce,

dan repair, banyak diedarkan ke masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh

pencemaran tanah antara lain;

a. Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).

b. Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk

pertumbuhan tanaman.

9

Page 10: Laporan Skenario 3 Blok KGP

c. Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi.

2. Berdasarkan Macam Bahan Pencemaran

Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjdi berikut ini,

Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan raioaktif,

pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.

a. Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,

Salmonella thyposa.

b. Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.

c. Pencemaran Suara : kebisingan. Pencemaran Suara (kebisingan)

Dikota-kota atau di daerah dekat industri / pabrik sering terjadi kebisingan.

Pencemaran suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh diatas 50 desibel

(disingkat dB, merupakan ukuran tingkat kebisingan). Bunyi tersebut

mengganggu kesehatan dan ketenangan manusia. Kebisingan menyebabkan

penduduk menjadi sulit tidur, bahkan dapat mengakibatkan tuli, gangguan

kejiwaan, dan dapat pula menimbulkan penyakit jantung, gangguan janin dalam

kandungan, dan stress. Saat ini telah diusahakan agar mesin-mesin yang

digunakan manusia tidak terlalu bising. jika bising harus diusahakan adanya

isolator. menanam tanaman berdaun rimbun di halaman rumah meredam

kebisingan. Bagi mereka yang suka mendengarkan musik yang hingar bingar,

hendaknya mendengarkan di tempat khusus (misal di dalam kamar) agar tidak

mengganggu orang lain.

3. Berdasarkan Tingkat Pencemaran

Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut.

a. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan

ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.

b. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.

Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.

c. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.

Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam

mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.

10

Page 11: Laporan Skenario 3 Blok KGP

D. Dampak Pencemaran Lingkungan Secara Umum

1. Punahnya Spesies

Sebagaimana telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai

jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan

memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan

muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan

yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adpula yang

tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan

ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.

2. Peledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah,

maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.

3. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spasies tertentu dapat mengibah pola interaksi di dalam suatu

ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan lairan energi menjadi

berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur materi dan daur

biogeokimia menjadi terganggu.

4. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan

kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah

menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga

dengan terjadinya hujan asam.

5. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat

mengalami keracunan. ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan

hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang

menyebabkan cacat pada keturunan keturunannya.

6. Pemekatan Hayati

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal

sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai

biomagnificition.

11

Page 12: Laporan Skenario 3 Blok KGP

7. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca

Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan

permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia hal ini disebabkan

karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.

12

Page 13: Laporan Skenario 3 Blok KGP

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Parameter / Syarat-Syarat Lingkungan Sehat

Untuk mengukur tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter

pencemaran. Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk)

terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi Paarameter

pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi.

1. Parameter Fisik

Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan,

dan radioaktivitas.

2. Parameter Kimia

Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar

logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajikan pengukuran pH air,

kadar CO2, dan oksigen terlarut.

a. Pengukuran pH air

Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 –

8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih

tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi

lebih asam. Kapurmenyebabkan kondisi air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan

pH air tergantung kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH

mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam)

atau tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme.

Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan

keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman

air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke

dalam air untuk melihat perubahan warnanya.

b. Pengukuran Kadar CO2

Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi

oleh suhu, pH, dan banyaknya organismeyang hidup di dalam air. Semakin

13

Page 14: Laporan Skenario 3 Blok KGP

banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut

(kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas

CO dapat diukur dengan cara titrimetri.

c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million

atau satu per sejita; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki

kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh

tiga hal :

1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.

2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.

3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam

hari.

Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat

mengurangi persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam kehidupan

organisme yang hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut

semakin mengecil. Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan

dengan metode Winkler.

1. Parameter Biokimia

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik

dikenal sebagai parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD dan

COD.

Pengukuran BOD

Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan

oleh bakteri air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat

organik tersebut. akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang.

Semakin banyak bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak

oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen

terlarut. Banyaknya oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk

mengoksidasikan bahan organik disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis

(KOB) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD

ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen

14

Page 15: Laporan Skenario 3 Blok KGP

terlarut setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20°C.

Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di

dalam air. Biasanya, kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan

oksigen. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan

menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada

diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi

kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari).

3. Parameter Biologi

Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan

ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka

akan mati karena pencemaran dan organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput

air dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang

mengandung siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum

mengalami pencemaran. Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan

cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya

bahan organik,meskipun spesies hewan yang lain telah mati. Ini berarti

keberadaab cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya pemcemaran zat

organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai

indikator biologis. Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada

indikator kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur

pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang.

Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan tidak

adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makluk hidup yang menghuni

ekosistem air secara terus menerus. Disungai itu terdapat hewan-hewan,

mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang, yang dapat dijadikan

indikator biologis.

15

Page 16: Laporan Skenario 3 Blok KGP

3.2 Jenis Limbah Medis

Limbah medis identik dengan limbah yang dihasilkan institusi kesehatan seperti

rumah sakit. Padahal, tidak semua limbah yang dihasilkan rumah sakit merupakan

limbah medis. Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari

tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah

medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,

limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang

tinggi. Limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari

kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman

dan halaman yang terkadang dapat di manfaatkan kembali apabila ada

teknologinya. Limbah padat non medis meliputi kertas-kertas pembungkus atau

kantong .

Tabel 3.2. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

16

Page 17: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Lanjutan tabel 3.2

17

Page 18: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Lanjutan tabel 3.2

3.3 Dampak Limbah Medis Terhadap Lingkungan

Pengaruh Limbah Medis Terhadap Lingkungan dan KesehatanDepkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan

kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

1. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan

rasa dari bahan kimia organik.

2. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang

berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar

rumah sakit.

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam

nutrien tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia,

pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran

gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

18

Page 19: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun

beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan

sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

Bahaya Penanganan Medis yang Tidak Tepat

a. Pencemaran Air

Air yang tercemar menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga

(misalnya air minum, memasak, mencuci), industri, pertanian (misalnya: air yang

terlalu asam/basa akan mematikan tanaman/hewan). Air yang telah tercemar oleh

senyawa organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai

penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera,

Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya). Selain itu,

air tercemar dapat menjadi penyebab penyakit tidak menular, yang muncul

terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik terutama

unsur logam (misalnya keracunan air raksa/merkuri).

b. Pencemaran Daratan

Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau

dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Dampak pencemaran daratan dapat

secara langsung dan tidak langsung bagi kesehatan lingkungan sekitar. Dampak

pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan adalah timbulnya bau busuk

karena degradasi limbah organik oleh mikroorganisme dan timbunan limbah padat

dalam jumlah besar yang akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, yang secara

psikis akan mempengaruhi penduduk di sekitarnya. Dampak tak langsung,

contohnya adalah tempat pembuangan limbah padat baik Tempat Pembuangan

Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi pusat

perkembangbiakan tikus dan serangga yang merugikan manusia seperti lalat dan

nyamuk. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan

nyamuk di antaranya adalah pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan

sebagainya.

c. Pencemaran Udara

19

Page 20: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Dampak pencemaraan udara berakibat langsung terhadap kesehatan manusia,

hewan, tanaman dan sebagainya. Komponen pencemar udara dapat berupa Karbon

Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (Nox). Karbon monoksida apabila terhisap

ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya

oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat

racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Konsentrasi gas

Nitrogen Oksida yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf

yang mengakibatkan kejangkejang. Ada beberapa kelompok masyarakat yang

mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.

Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan

pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok

yang paling rentan. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas

sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen

penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah

sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat,

masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah

sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke

lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun

kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan

masyarakat di lingkungan tersebut dan menimbulkan kecelakaan kerja.

3.4 Upaya Penanganan/Pengolahan Limbah Medis

Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian

pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan

sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Sebelum diolah,

limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.

Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :

1. Pemisahan

2. Penyimpanan

3. Pengangkutan

4. Penanganan

20

Page 21: Laporan Skenario 3 Blok KGP

5. Pembuangan

Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis

Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik

berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes

RI :

Kantong hitam : limbah umum

Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi

Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi

dapat dibuang ke landfill.

Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi. .

Pengankutan Limbah Medis

21

Page 22: Laporan Skenario 3 Blok KGP

- Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan,

pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah

kimia yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif.

- Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk

mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan

mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.

Penanganan Limbah Medis

- Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat

pengumpul limbah daur ulang.

- Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa

aktifnya terlampaui.

- Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi,

elektrolisis

- Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)

- Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.

Sterilisasi limbah dengan rotoclave

Penanganan Limbah Suntik

22

Page 23: Laporan Skenario 3 Blok KGP

- Penggunaan disposable syringe.

- Saat ini ada beberapa alat untuk mengatasi limbah berupa jarum suntik,

yaitu alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan

jarum khusus (needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.

Insinerator

Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang

kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang

diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki

efisiensi pembakaran dan  efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction

Reduction Efisience) yang tinggi.

Insinerator Maxpell

23

Page 24: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku pembakaran

yang didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan

berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi

maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa

keunggulan insinerator ini adalah:

- Tidak membutuhkan tempat luas;

- Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;

- Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;

- Bekerja efektif dan irit bahan bakar;

- Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat

terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak

kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;

- Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara

konstan;

- Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;

- Perawatan yang mudah dan murah;

- Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan

bangunan

Teknologi Ramah Lingkungan pada incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell

limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu disuntikkan bahan bakar

yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi. Asap hasil

pembakaran direaksikan dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi

hidrokarbon yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian

asap akan bersih dan ramah lingkungan.

Skema Pengolahan Limbah Medis dengan Insinerator Maxpell

24

Page 25: Laporan Skenario 3 Blok KGP

BAB IV

25

Page 26: Laporan Skenario 3 Blok KGP

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah keadaan yang seimbang antara

komponen-komponen dalam lingkungan di sekitar rumah sakit.

Komponen-komponen lingkungan rumah sakit yang mempengaruhi

kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi sanitasi dan higine, pengelolaan

instalasi limbah, serta masalah pencemaran lingkungan rumah sakit.

Limbah medis merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan medis.

Limbah medis ini sangatlah berbahaya dan akan menimbulkan berbagai

dampak negatif bila tidak ditangani dengan baik. Berikut limbah yang

dihasilkan rumah sakit, yaitu umum, patologis, radioaktif, kimiawi, farmasi,

citotoksik, dan infeksi.Sedangkan berikut beberapa jenis limbah biomedis,

yaitu human anatomical, tubuh hewan, laboratorium mikrobiologi, dan benda

tajam.Berdasarkan wujudnya limbah medis dibagi menjadi dua, yaitu padat

dan cair.

Sebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis harus dipisahkan

terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran antara limbah medis dan

nonmedis Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan

melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang

berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya.

Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan

adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,

penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang

(recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan

insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga

perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta:

Mutiara Sumber Widya.

Arifin.M, 2008,  Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan.

FKUI.

BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.

Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah

Padat.

Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.

Ditjen PPM dan PLP. 1991. Pedoman Pengelolaan Limbah Klinis .

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ditjen PPM dan PLP. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di

Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Keman S. 2004. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal

Kesehatan Lingkungan 1:30-43.

Keputusan Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI No.

HK.00.06.44.93 tentang Syarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kusnoputranto, H. 1993. Kualitas Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya

terhadap lingkungan dan kesehatan dalam Seminar Rumah Sakit.Pusat

Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas Indonesia

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993. Mikrobiologi

Kedokteran.

Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah

Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan

Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.

Mentri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Kajian Dampak Lingkungan.

Pristiyanto, Djuni. 2000. Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Beracun

Berbahaya.

27

Page 28: Laporan Skenario 3 Blok KGP

Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan

Baik. Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

1995.Pedoman Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.

Shalahuddin Djalal Tanjung. Dasar-Dasar Ekologi Lingkungan Hidup Pusat

Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2002.

Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan Pusat Studi

Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 2002.

Umar Fahmi Achmadi. Dampak pada udara dan kebisingan. Pusat

Pengembangan Studi Masalah Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta

1986.

 

28