Upload
dyah-kurnia-aulia
View
65
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nfjimaovfk,kjg8myk
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam mempelajari ilmu kedokteran gigi pencegahan, banyak hal yang
patut kita perhatikan. Salah satunya adalah mengenai kesehatan lingkungan rumah
sakit. Kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi pengelolaan instalasi
pengolahan limbah, higine dan sanitasi lingkungan sekitar, serta masalah
pencemaran lingkungan rumah sakit. Kegiatan rumah sakit itu sendiri
menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah inilah yang disebut sebagai
limbah medis. Terdapat berbagai macam limbah medis yang berbahaya bagi
kesehatan manusia bila tidak diolah dengan benar. Limbah medis kebanyakan
sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang
berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Dampak
negatif limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat
pengelolaan yang kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan
lingkungan.
Pengelolaan limbah medis merupakan bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan
upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Pengelolaan limbah medis pun tidak
dilakukan dengan sembarangan. Tiap jenis limbah media memiliki cara
penangannya sendiri sendiri. Apabila tidak dilakukan dengan prosedur yang
sesuai maka akibatnya akan bisa lebih parah.
Menjaga higine termasuk aspek non fisik yang patut diperhatikan. Hal
tersebut meliputi suatu upaya yang menjaga, memelihara, dan mempertinggi
derajat dari faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan
aspek fisiknya meliputi menjaga sanitasi, yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk
1
menjadikan keadaan yang lebih baik sehingga kesehatan semakin meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja parameter atau syarat-syarat lingkungan sehat?
2. Sebutkan klasifikasi dari limbah medis!
3. Apa dampak yang ditimbulkan limbah medis terhadap lingkungan?
4. Bagaimana upaya penanganan atau pengolahan limbah medis yang tepat?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan parameter atau syarat-syarat lingkungan sehat.
2. Mampu menjelaskan klasifikasi atau jenis-jenis dari limbah medis.
3. Mampu menjelaskan dampak limbah medis terhadap lingkungan.
4. Mampu menjelaskan upaya penanganan atau pengolahan limbah medis.
1.4 Mapping
Limbah Medis Padat
Cair
Gas
Pencemaran Lingkungan
Dampak Pencemaran Lingkungan
Upaya Penanggulangan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut Notoatmojo, 1996. dalam Ricki M. Mulia, 2005 : 2 pengertian
kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
3. Moeller, 1992. dalam Ricki M. Mulia, 2005 : 2 menyatakan bahwa
kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
memberi pengertian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian
dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
B. Konsep Sanitasi dan Hygiene
Sanitasi menurut kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ‘pemiliharaan
kesehatan. Menurut WHO sanitasi lingkungan (environmental sanitation)
adalah upaya pengendalian semua factor lingkungan fisik manusia yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan,
hygiene merupakan suatu usaha kegiatan pencegahan yang menitikberatkan
usahanya pada kegiatan-kegiatan yang mendukung kebersihan, kesehatan dan
keselamatan jasmani maupun rohani manusia serta lingkungan hidup
sekitarnya.
Rumah Sakit, puskesmas maupun seperti halnya balai pengobatan gigi
(BPG) seperti pada skenario, merupakan sebagai institusi pelayanan kesehatan
yang di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan
3
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, ternyata di samping dapat
menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik
terhadap pasien, juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh
buruk kepada manusia seperti pencemaran lingkungan, sumber penularan
penyakit dan menghambat proses penyembuhan dan pemulihan penderita.
Untuk itu sanitasi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan diarahkan untuk
mengawasi faktor-faktor tersebut agar tidak membahayakan. Dengan
demikian, sesuai dengan pengertian sanitasi, lingkup sanitasi pada tempata-
tempat pelayanan kesehatan menjadi luas, mencakup upaya-upaya yang
bersifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan air limbah, penyediaan
air bersih, fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas pembuangan sampah, serta
upaya non fisik seperti pemeriksaan, pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan.
C. Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1. Berdasarkan Tempat Terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran
udara, air, dan tanah.
a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.
1. CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar
CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal,
pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak
segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh
dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat
mengakibatkan efek rumah kaca.
2. CO
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran Misalnya, menghidupkan
mesin mobil di dalam garasi tertutup Jika proses pembakaran di mesin tidak
4
sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon
monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang
yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan
masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
3. CFC
Pencemara udara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon
(disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak
beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya.Gas ini dapat digunakan
misalnya untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin
pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang
membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3).
Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet.
Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan
bumi, menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan
mutasi genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC
mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon
tersebut “berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan
melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan emakin lebar. Saat ini
luasnya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa Karena itu penggunaan AC
harus dibatasi.
4. SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil
(minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air
hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.
Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi
pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan–bangunan kuno,
seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedungdan
jembatan.
5. Asap Rokok
5
Polutan udara yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap
rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk
kronis, kanker patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai
gangguan kesehatan lainnya. Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok
aktif dan perokok pasif.
b. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen
lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air
yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal
polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain :
1. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian
dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit
(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai
oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan
membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air
dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi,
ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan
mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air
akan mati karenanya.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah
rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan,
nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian
ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium,
dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran
air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga
adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan
organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan.
6
Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika
pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex
berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis
(bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman.
Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat.
Didalamair got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan
jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah tangga di daerah
perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada.
3. Limbah Industri
Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang
dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik
(berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna), atau mungkin berupa
polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air
menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan
pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut,
sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain.
Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan
kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang
mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung
agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat
menguraikan minyak.
4. Limbah Medis
Limbah medis dapat diartikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari kegiatan-
kegiatan medis, seperti kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabila limbah medis ini dibuang ke air dapat menimbulkan berbagai dampak.
Karena limbah medis mempunyai jenis-jenis-jenis dan dampak yang berbeda
maupun adapula yang sama terhadap lingkungan, tetapi tetap saja dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan sebenarnya
tidak hanya di air melainkan dapat pula pada tanah, udara maupun suara. Berikut
limbah yang dihasilkan rumah sakit :
7
- Limbah umum: limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan misal bahan
pengemas.
- Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,
bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.
- Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi
dengan radionuklisida.
- Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan atau gas misalnya berasal dari
prosedurprosedur medis. Pertimbangan terhadap limbah ini dapat ditinjau dari
sudut: toksik, korosif, mudah terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif
terhadap air, dan shock sensitive), genotoxic (carcinogenic, mutagenic,
teratogenic dan lain-lain), misalnya obatobatan cytotoxic. Limbah kimiawi
yang tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam amino.
- Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum
suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang
dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau
bahan citotoksik.
- Limbah farmasi (obat-obatan): obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi.
- Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik.
- Kontainer di bawah tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau
pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila
diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan, misalnya
tertusuk.
- Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung
mikroorganisme patogen yang bila terpapar dengan manusia akan dapat
menimbulkan penyakit. Misalnya jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
8
ruang bedah, dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , dari
pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien (tabung, filter,
serbet, jarumsuntik, sarung tangan)
c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar,
industri, kegiatan pertanian, dan peternakan. Sampah dapat dihancurkan oleh
jasadjasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga terbentuklah humus.
Sampah organik itu misalnya dedaunan, jaringan hewan, kertas, dan kulit.
Sampah-sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan
sampah anorganik seperti
besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat
diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan
datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan
mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.
Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama
adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah
atau dapat dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan
pemeliharaan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing
tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual untuk
pupuk. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Keuntungannya, beban lingkungan menjadi
berkurang. Kita tahu bahwa pencemaran tidak mungkin dihilangkan. Yang dapat
kita lakukan adalah mencegah dampak negatifnya atau mengendalikannya. Selain
penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah
pencemaran, yaitu melakukan pengurangan bahan/ penghematan (reduce), dan
melakukan pemeliharaan (repair). Di negara maju, slogan-slogan reuse, reduce,
dan repair, banyak diedarkan ke masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah antara lain;
a. Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).
b. Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman.
9
c. Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi.
2. Berdasarkan Macam Bahan Pencemaran
Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjdi berikut ini,
Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan raioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
a. Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
b. Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
c. Pencemaran Suara : kebisingan. Pencemaran Suara (kebisingan)
Dikota-kota atau di daerah dekat industri / pabrik sering terjadi kebisingan.
Pencemaran suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh diatas 50 desibel
(disingkat dB, merupakan ukuran tingkat kebisingan). Bunyi tersebut
mengganggu kesehatan dan ketenangan manusia. Kebisingan menyebabkan
penduduk menjadi sulit tidur, bahkan dapat mengakibatkan tuli, gangguan
kejiwaan, dan dapat pula menimbulkan penyakit jantung, gangguan janin dalam
kandungan, dan stress. Saat ini telah diusahakan agar mesin-mesin yang
digunakan manusia tidak terlalu bising. jika bising harus diusahakan adanya
isolator. menanam tanaman berdaun rimbun di halaman rumah meredam
kebisingan. Bagi mereka yang suka mendengarkan musik yang hingar bingar,
hendaknya mendengarkan di tempat khusus (misal di dalam kamar) agar tidak
mengganggu orang lain.
3. Berdasarkan Tingkat Pencemaran
Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut.
a. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan
ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
b. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.
Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.
c. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.
Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam
mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.
10
D. Dampak Pencemaran Lingkungan Secara Umum
1. Punahnya Spesies
Sebagaimana telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai
jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan
memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan
muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan
yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adpula yang
tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan
ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.
2. Peledakan Hama
Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah,
maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.
3. Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengibah pola interaksi di dalam suatu
ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan lairan energi menjadi
berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur materi dan daur
biogeokimia menjadi terganggu.
4. Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan
kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah
menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga
dengan terjadinya hujan asam.
5. Keracunan dan Penyakit
Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat
mengalami keracunan. ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan
hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang
menyebabkan cacat pada keturunan keturunannya.
6. Pemekatan Hayati
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal
sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai
biomagnificition.
11
7. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca
Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan
permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia hal ini disebabkan
karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Parameter / Syarat-Syarat Lingkungan Sehat
Untuk mengukur tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter
pencemaran. Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk)
terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi Paarameter
pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi.
1. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan,
dan radioaktivitas.
2. Parameter Kimia
Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar
logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajikan pengukuran pH air,
kadar CO2, dan oksigen terlarut.
a. Pengukuran pH air
Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 –
8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih
tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi
lebih asam. Kapurmenyebabkan kondisi air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan
pH air tergantung kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH
mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam)
atau tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme.
Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan
keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman
air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke
dalam air untuk melihat perubahan warnanya.
b. Pengukuran Kadar CO2
Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi
oleh suhu, pH, dan banyaknya organismeyang hidup di dalam air. Semakin
13
banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut
(kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas
CO dapat diukur dengan cara titrimetri.
c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million
atau satu per sejita; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki
kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh
tiga hal :
1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.
3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam
hari.
Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat
mengurangi persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam kehidupan
organisme yang hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut
semakin mengecil. Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan
dengan metode Winkler.
1. Parameter Biokimia
Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik
dikenal sebagai parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD dan
COD.
Pengukuran BOD
Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan
oleh bakteri air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat
organik tersebut. akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang.
Semakin banyak bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak
oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen
terlarut. Banyaknya oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk
mengoksidasikan bahan organik disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis
(KOB) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD
ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen
14
terlarut setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20°C.
Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di
dalam air. Biasanya, kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan
oksigen. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan
menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada
diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi
kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari).
3. Parameter Biologi
Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan
ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka
akan mati karena pencemaran dan organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput
air dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang
mengandung siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum
mengalami pencemaran. Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan
cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya
bahan organik,meskipun spesies hewan yang lain telah mati. Ini berarti
keberadaab cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya pemcemaran zat
organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai
indikator biologis. Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada
indikator kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur
pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang.
Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan tidak
adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makluk hidup yang menghuni
ekosistem air secara terus menerus. Disungai itu terdapat hewan-hewan,
mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang, yang dapat dijadikan
indikator biologis.
15
3.2 Jenis Limbah Medis
Limbah medis identik dengan limbah yang dihasilkan institusi kesehatan seperti
rumah sakit. Padahal, tidak semua limbah yang dihasilkan rumah sakit merupakan
limbah medis. Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari
tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah
medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman
dan halaman yang terkadang dapat di manfaatkan kembali apabila ada
teknologinya. Limbah padat non medis meliputi kertas-kertas pembungkus atau
kantong .
Tabel 3.2. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
16
Lanjutan tabel 3.2
17
Lanjutan tabel 3.2
3.3 Dampak Limbah Medis Terhadap Lingkungan
Pengaruh Limbah Medis Terhadap Lingkungan dan KesehatanDepkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan
rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar
rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam
nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia,
pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran
gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
18
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan
sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
Bahaya Penanganan Medis yang Tidak Tepat
a. Pencemaran Air
Air yang tercemar menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga
(misalnya air minum, memasak, mencuci), industri, pertanian (misalnya: air yang
terlalu asam/basa akan mematikan tanaman/hewan). Air yang telah tercemar oleh
senyawa organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai
penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera,
Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya). Selain itu,
air tercemar dapat menjadi penyebab penyakit tidak menular, yang muncul
terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik terutama
unsur logam (misalnya keracunan air raksa/merkuri).
b. Pencemaran Daratan
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau
dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Dampak pencemaran daratan dapat
secara langsung dan tidak langsung bagi kesehatan lingkungan sekitar. Dampak
pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan adalah timbulnya bau busuk
karena degradasi limbah organik oleh mikroorganisme dan timbunan limbah padat
dalam jumlah besar yang akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, yang secara
psikis akan mempengaruhi penduduk di sekitarnya. Dampak tak langsung,
contohnya adalah tempat pembuangan limbah padat baik Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi pusat
perkembangbiakan tikus dan serangga yang merugikan manusia seperti lalat dan
nyamuk. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan
nyamuk di antaranya adalah pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan
sebagainya.
c. Pencemaran Udara
19
Dampak pencemaraan udara berakibat langsung terhadap kesehatan manusia,
hewan, tanaman dan sebagainya. Komponen pencemar udara dapat berupa Karbon
Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (Nox). Karbon monoksida apabila terhisap
ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat
racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Konsentrasi gas
Nitrogen Oksida yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf
yang mengakibatkan kejangkejang. Ada beberapa kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.
Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan
pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok
yang paling rentan. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas
sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen
penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah
sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat,
masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah
sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke
lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun
kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan
masyarakat di lingkungan tersebut dan menimbulkan kecelakaan kerja.
3.4 Upaya Penanganan/Pengolahan Limbah Medis
Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian
pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Sebelum diolah,
limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
20
5. Pembuangan
Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis
Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik
berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes
RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi
dapat dibuang ke landfill.
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi. .
Pengankutan Limbah Medis
21
- Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah
kimia yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif.
- Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.
Penanganan Limbah Medis
- Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat
pengumpul limbah daur ulang.
- Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa
aktifnya terlampaui.
- Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi,
elektrolisis
- Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)
- Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.
Sterilisasi limbah dengan rotoclave
Penanganan Limbah Suntik
22
- Penggunaan disposable syringe.
- Saat ini ada beberapa alat untuk mengatasi limbah berupa jarum suntik,
yaitu alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan
jarum khusus (needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.
Insinerator
Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang
kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki
efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction
Reduction Efisience) yang tinggi.
Insinerator Maxpell
23
Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku pembakaran
yang didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan
berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi
maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa
keunggulan insinerator ini adalah:
- Tidak membutuhkan tempat luas;
- Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
- Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;
- Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
- Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat
terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak
kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;
- Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara
konstan;
- Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
- Perawatan yang mudah dan murah;
- Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan
bangunan
Teknologi Ramah Lingkungan pada incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu disuntikkan bahan bakar
yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi. Asap hasil
pembakaran direaksikan dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi
hidrokarbon yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian
asap akan bersih dan ramah lingkungan.
Skema Pengolahan Limbah Medis dengan Insinerator Maxpell
24
BAB IV
25
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah keadaan yang seimbang antara
komponen-komponen dalam lingkungan di sekitar rumah sakit.
Komponen-komponen lingkungan rumah sakit yang mempengaruhi
kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi sanitasi dan higine, pengelolaan
instalasi limbah, serta masalah pencemaran lingkungan rumah sakit.
Limbah medis merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan medis.
Limbah medis ini sangatlah berbahaya dan akan menimbulkan berbagai
dampak negatif bila tidak ditangani dengan baik. Berikut limbah yang
dihasilkan rumah sakit, yaitu umum, patologis, radioaktif, kimiawi, farmasi,
citotoksik, dan infeksi.Sedangkan berikut beberapa jenis limbah biomedis,
yaitu human anatomical, tubuh hewan, laboratorium mikrobiologi, dan benda
tajam.Berdasarkan wujudnya limbah medis dibagi menjadi dua, yaitu padat
dan cair.
Sebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis harus dipisahkan
terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran antara limbah medis dan
nonmedis Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang
berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya.
Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan
adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,
penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang
(recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan
insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga
perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.
Arifin.M, 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan.
FKUI.
BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah
Padat.
Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
Ditjen PPM dan PLP. 1991. Pedoman Pengelolaan Limbah Klinis .
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen PPM dan PLP. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Keman S. 2004. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan Lingkungan 1:30-43.
Keputusan Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI No.
HK.00.06.44.93 tentang Syarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Kusnoputranto, H. 1993. Kualitas Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya
terhadap lingkungan dan kesehatan dalam Seminar Rumah Sakit.Pusat
Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993. Mikrobiologi
Kedokteran.
Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.
Mentri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Kajian Dampak Lingkungan.
Pristiyanto, Djuni. 2000. Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Beracun
Berbahaya.
27
Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan
Baik. Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
1995.Pedoman Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.
Shalahuddin Djalal Tanjung. Dasar-Dasar Ekologi Lingkungan Hidup Pusat
Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2002.
Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan Pusat Studi
Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 2002.
Umar Fahmi Achmadi. Dampak pada udara dan kebisingan. Pusat
Pengembangan Studi Masalah Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta
1986.
28