Upload
lelia-zahra-zakiyah
View
236
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan dokter gigi yang memerlukan posisi khusus dan berbahaya dapat
meningkatkan risiko penyakit muskuloskelatal. Namun hal ini dapat diminimalkan
dengan memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep
ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi
kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry.
Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4
tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four
Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang
disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai
wajah/ muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di
belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone,
assistant’s zone, transfer zone dan static zone.
Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone
adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah
tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten. Instrumen
diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan memberikan alat di
atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi
maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan
meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta
peralatan yang dapat membuat takut pasien.
A. Posisi kerja dalam Four Handed Dentostry
1. Pengertian Posisi kerja dalam Four Handed Dentistry
Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam baik
dalam keadaan duduk maupun berdiri.
2. Pembagian zona kerja
Ada 4 zona pada posisi kerja berdasarkan arah jarum jam:
1
1. Zona operator berada pada posisi arah jarum jam 7-12
2. Zona asisten berada pada posisi arah jarum jam 2-4
3. Zona statis (untuk instrumen dan bahan) berada pada posisi
arah jarum jam 12-2
4. Zona transfer berada pada posisi arah jarum jam 4-7
3. Posisi kerja sesuai arah jarum jam
3.1 Posisi kerja jam pada perawatan Exodontia
3.1.1 Posisi kerja jam pada perawatan Rahang Atas kanan
` Posisi operator yang nyaman pada jam 10, asisten pada jam 3,
sedangkan meja instrumen pada jam 2. Kepala pasien menoleh ke
kiri, jari telunjuk tangan kanan fixasi pada permukaan bukal Molar
1 Rahang Atas, kaca mulut posisi di dekat I1 atau I2 Rahang
Bawah. Bisa juga melakukan penambalan dengan posisi operator di
jam 11/12 dengan cara merangkul pasien/dibelakang pasien. Posisi
asisten dan meja instrumen menyesuaikan.
a. Posisi jam pada perawatan RA Kiri
Posisi operator di jam 9/10, kepala pasien menoleh menghadap
operator, kaca mulut agak jauh dari bagian oklusal gigi RA kiri,
dekat dengan bibir bawah. Daerah proksimal dan gingival akan
mudah terlihat. Fixasi jari pada gigi Molar 1, juga berfungsi untuk
membuka mukosa pipi dan bibir.
b. Posisi jam pada perawatan Rahang Bawah Kiri
Posisi operator di jam 9, kepala pasien menghadap kea rah
operator. Kaca mulut dekat dengan molar RB. Tangan operator
menyilang, tangan kiri yang memegang kaca mulut terletak
dibawah tangan kanan yang memegang instrument lain. Asistan
duduk di jam 3 dan meja instrument di jam 2. Sinar lampu
2
direfleksikan lewat kaca mulut.
c. Posisi jam pada Perawatan Rahang Bawah Kanan
Posisi operator yang nyaman adalah di jam 9. Sebaiknya pasien
tidak dalam posisi “supine” tetapi membentuk sudut 450 , kepala
pasien menghadap kearah operator, rahang pasien sejajar siku
operator. Fixasi dilakukan pada permukaan bukal gigi molar dengan
bantuan mirror dan gigi lain yang dekat dengan handpiece.
d. Posisi jam pada Perawatan Anterior RB dan RA
Biasanya posisi operator di jam 8. Bekerja dengan bantuan
operator terutama pada bagian lingual dan palatinal. Tetapi untuk
perawatan pada sebelah labial, pandangan langsung dengan mata,
kaca mulut digunakan untuk membuka mukosa labial
Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:
Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)
3
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2
Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:
Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12
2. Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik
Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk menentukan
adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya.
Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis
klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan
keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien
kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui
berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 )
Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu, meliputi :
nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang akan diperiksa
Cara Menegakan diagnosa
Tahap-tahap menegakan diagnosis:
Tentukan keluhan utama
Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan
riwayat kesehatan pasien
Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti
Lakukan analisis data yang diperoleh
Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat
Pemeriksaan Subjektf
4
a. Keluhan utama/ anamnesa
Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau
masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan
dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari
perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan
bahasa penderita , meliputi:
Tujuan penderita datang
Lokasi gigi yang dikeluhkan
Kapan pertama kali timbul rasa sakit
Bentuk rasa sakit
Berapa lama rasa sakit terasa
Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma)
Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar )
Ada tidaknya pembengkakan
Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin)
Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan
patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit)
b. Riwayat medis
Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan
reaksi pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang
telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak dimaksudkan
sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir pemeriksaan secara
singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah diderita, serta
pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan penyakit fisik atau
psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin
mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
dikonsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.
Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar
iridasi jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun
5
pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan
perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks, terapi
pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda, kondisi
jamtung tertentu, dan penggantian sendi.
c. Riwayat dental
Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang
diderita. Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-
penyakit gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk
mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan sejumlah
temuan klinis yang tidak jelas.
d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya
Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran
gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan
operator terdahulu kepadanya
e. Alergi
Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan
penggunaan bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang
akan dilkukan.
Pemeriksaan Objektif
- Pemeriksaan ekstra oral
penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan,
perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus,
pembengkakan kelenjar limfe.
- Pemeriksaan intra oral
Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.
Tes klinis
a. Pemeriksaan visual dan taktil
Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang
cermat mengandalakan pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan
6
consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan
prob (probe) periodontal.
b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi
c. Pemeriksaan karies
1. Iritasi Pulpa
2. Hiperemia pulpa
3. Gangrene pulpa
4. Gangrene radiks
5. Resorpsi fisiologis
d. Tes perkusi
e. Tes palpasi
f. Tes mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling
gigi. Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau
sebaliknya Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah
vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:
1. Mobiliti derajat 1 à adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya
2. Mobiliti derajat 2 à gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm
3. Mobiliti derajat 3 à gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm
atau gigi dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh
dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat
terlebih dahulu, cth abses apikalis akut)
g. Tes vitalitas
Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin
yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang
tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya
berisi jaringan vital
Tes Termal
7
o Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut
tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal.
Tes dingin dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan
pada butiran kapas, atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam
kavitas.
o Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78
derajat C à mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk
mendapatkan respon dari jaringan gigi yang terdapat
dibawahnya.
o Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di
tmp lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang
dipanaskan dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang
dibasahi air panas lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau
dengan instrumen panas
Kemungkinan respon dari tes termal :
1. Tidak ada respon
gigi non vital atau vital tp false respon.
- respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai gigi
tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien
- respon positif palsu : mengenai gingiva
2. Respon rasa sakit ringan – sedang è normal
3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus
disingkirkan dr gigi è reversible pulpitis
4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus
disingkirkan dr gigi è irreversible pulpitis
- Tes Kavitas
8
Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya
meragukan dan belum pervorasi. Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan
enamel-dentin dg kecepatan rendah è tanpa air pendingin è sensitivitas
nyeri mrp indikasi vitalitas pulpa.
Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa
Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik
- Tes jarum miller
Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan
dari tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang
dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller kedalam
kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai panjang rata- rata
gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang foto
rontrgen
- Pengujian pulpa dengan elektrik.
Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi
Tujuan è menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik yang
makin meningkat pada gigi.
(+) è bila ada respon è artinya masih vital
(-) è bila tidak ada respon è artinya gigi non vital
Pemeriksaan penunjang
- Radiografi
Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt
melibatkan pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital
atau tidak, tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada
perubahan degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan
meluas, tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang
meluas, resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya
ligamen periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi
periapikal.
9
3.3 Kunjungan Pertama Anak Ke Dokter Gigi
Perilaku anak pada saat pengelolaan perawatan gigi setiap usia itu
berbeda-beda. Sedangkan masalah yang dialami anak yang berhubungan
dengan masalah gigi bisa terjadi pada anak mulai usia 15 bulan. Dan setiap
anak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda. Pasien anak
memerlukan pendekatan yang khusus dan berbeda dengan orang dewasa,
karena sedang paseien anak masih dalam proses perkembangan jiwa dan
diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat dengan baik terutama
untuk anak yang kurang kooperatif. Kunci keberhasilan dokter gigi dan perawat
gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah kemampuanyya untuk
berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan diri pada anak
tersebut. Cara pendekatan anak yang digunakan oleh dikter gigi atau perawat
gigi adalah
a. Komunikasi
Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama untuk
penanggulangan perilaku anak, untuk mengurangi rasa takut perlu
dipakai bahasa yang dapat dimengerti anak.
b. Modeling
Modeling meruapakn suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dalam interaksinya dalam
lingkungan sosial.
c. Home (Hand Over Mouth Exercise)
Metode ini bertujuan untuk :
Mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi.
Menyadarkan anak bahwa yang mencemaskan anak
sebenarnya tidak begitu menakutkan seperti yang dibayangkan.
Mendapatkan perhatian anak agar diamendengar apa yang
dikatakan dokter dan menerima perawatan.
10
d. Reinforcement
Pada umumnya anak akan senang apabila prestasi yang telah
ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan
keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan ikemudian hari.
e. Sedasi
Sedasi berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu
penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak
menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang. Walaupun
demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide dapat
menyebabkan analgesik terhadap sedasi. Sedasi dapat diberikan secara
oral. Intra vena, inra muscular dan inhalsi.
TRIAD OF CONCERN
Dalam penanggulangan tingkah laku anak ada tiga komponen yang harus
dipertimbangkan yakni pasien anak, orang tua dan dokter gigi.
Orang Tua
Peranan orang tua ,erupakan salah satu faktor dalm keberhasilan
perawatan pasien anak oleh karena sikap orang tua akan mempengaruhi
tingkah laku anak. Pendekatan dengan orang tua dapat dilakukan dengan
cara memberikan nasehat ( counseling ) yaitu perawatan gigi yang harus
diperhatikan, kapan dimulai dan pengaruh lingkungan dimana hal ini
dapat disebarkan melalui berbagai media massa atau secara individu.
Doketr Gigi
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi yaitu :
a. Kepribadian dokter gigi
Dalam merawat pasien anak, dokter gigi harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang psikologi anak agar dapat mengatasi
anak tanpa menimbulkan trauma psikologi pada anak tertentu.
11
b. Waktu dan lamanya kunjungan
Harus diusahakan untuk tidak membuat si anak di kursi gigi lebih
lama dari setengah jam. Oleh karena dapat menyebabkan si anak
bosan dan menangis. Waktu kunjungan yang baik itu adalah waktu
dimana anak dalam keadaan santai atau waktu bermain. Jangan waktu
anak pada anak berada di fase lelah.
c. Keterampilan dokter gigi
Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan
termapil dan sedikit tidak menimbulkan rasa sakit. Harus dapat
melakukan tindakan operatif, cara yang sederhana dan mudah.
d. Susunan ruang praktek gigi
Karena adanya rasa takut sewaktu pasien anak memasuki ruang
praktek maka untuk mengurangu rasa takut ini adalah dengan
membuat suasana ruang tunggu seperti suasana rumah. Kamar praktek
dapat dibuat lebih menarik dengan menggantungkan gambar-gamabr
dinding yang bersifat sugestif atau memberikan kesan santai
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama penderita : An. Moh. Iqbal Ramadhani (Rama)
12
Tanggal lahir/umur : 9 Mei 2008/ 6 tahun
Alamat : Perum Istana Tidar 64/7 Jember
Telepon : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Orang tua/ pengantar : Yusron Haries
Dokter : drg. Dyah Setyorini, M.Kes
Mahasiswa : Kelompok Tutorial 2
Dikirim oleh : -
Dikirim ke : -
Jika dilihat dari usia pasien yaitu 6 tahun, maka dalam hal ini pasien dalam
masa perkembangan gigi permanen dan lepasnya gigi sulung. Sebagian gigi
permanen sudah terlihat erupsi dan sebagian lagi masih tertanam dalam tulang
alveolar, sedangkan gigi sulung sebagian terlihat telah tanggal dan siap digantikan
oleh gigi permanen dibawahnya, tetapi ada juga gigi sulung yang belum tanggal.
Ditinjau dari tempat tinggalnya, pasien termasuk ke dalam lingkungan sosial yang
cukup baik. Di usia pasien yang masih tergolong anak-anak, prevalensi untuk
terjadinya karies cukup tinggi, hal ini dikarenakan pasien masih suka makan permen,
kue kering atau basah dan makan di waktu tidur, sehingga kondisi asam di rongga
mulut tidak bisa terkendali dengan baik, dan didukung dengan kurangnya kesadaran
untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari, disini diketahui bahwa pasien hanya
menggosok gigi sekali dalam sehari.
B. CATATAN MEDIS
Pemeriksaan yang pertama yang kami lakukan adalah pemeriksaan catatan
medis, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien dan orangtua
pasien, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan bisa
terjawab dengan baik, karena mengingat usia pasien yang masih tergolong anak kecil,
dikhawatirkan pasien tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan baik. Hasil
dari pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apakah anak ini sedang menerima perawatan medis
13
Untuk menegakkan diagnose sebelum melakukan rencana perawatan
dilakukan pengisisan terlebih dahulu beberapa kolom dalam catatan medis. Yang
pertama yaitu, apakah pasien sedang menerima perawatan medis. Yang dimaksud
dengan perawatan medis ini adalah pasien sedang dalam control dokter lain atau tim
medis lain yang menandakan bahwa si pasien mempunyai keluhan atau penyakit lain
yang harus kita perhatikan sebagai pertimbangan untuk melakukan perawatan. Lebih
baik pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan pada orang tua pasien agar mendapatkan
jawaban secara akurat. Pasien atas nama An.Rama, tidak sedang menerima perawatan
medis. Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan yang kedua dan ketiga yaitu kapan
kunjungan terakhir pada dokternya dan apa tujuannya.
2. Penyakit- penyakit sebelumnya
Selain itu, ditanyakan pula kepada orang tua pasien bahwa apakah pasien
memiliki penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita. Yang pertama yaitu
penyakit jantung, untuk menanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit ini
dapat ditanyakan cirri-cirinya seperti apakah pasien pernah merasakan nyeri di dada,
keringat berlebih, atau nafas pendek, dll. Yang kedua yaitu alergi, apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu, sehingga dokter bisa
memperkirakan obat-obatan apa yang harus dihindari. Yang ketiga yaitu penyakit
measles. Measles ini adalah penyakit campak yang dicirikan dengan munculnya
bintik-bintik merah pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh dan agak sedikit
gatal. Yang keempat adalah nephritis, penyakit ini ditandai dengan adanya darah
dalam urin yang disertai nyeri pinggang , mata kuning dll. Yang kelima adalah
diabetes, untuk mengetahui pasien menderita diabetes bisa ditanyakan berat badan
dan tinggi pasien dan dilakukan penghitungan berat badan ideal. Ditanyakan pula
apakah pasien senang makan-makanan manis dengan cirri-ciri penderita DM seperti
poliuri, polidipsi ataupun polifagia. Yang keenam adalah celiac (diarrheae), pasien
yang menderita penyakit ini ditandai dengan diare kronis yang berlangsung selama 3
minggu atau lebih sampai mempengaruhi berat badan pasien. Yang ketujuh yaitu
gangguan perdarahan, penyakit ini banyak macamnya seperti hemophilia,
14
trombositopenia, dll. Hal ini perlu ditanyakan karena mempengaruhi perawatan yang
nantinya akan dilakukan.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada anak Mohammad Iqbal
Ramadhani tidak pernah menderita cacar air, rheumatic fever, asthma, epilepsy,
gangguan endokrin dan lain-lain.
3. Temperatur
Mengetahui temperature suhu badan bertujuan untuk mengetahui suhu badan
panas dan untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh dipergunakan sebagai salah
satu penyokong dalam membantu menentukan diagnosa. Berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan temperatur suhu badan anak normal pada saat dilakukan
diagnose.
4. Nafsu makan
Nafsu makan anak yaitu 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Nafsu
makan berhubungan dengan intake nutrisi pada pasien dan akan mempengaruhi
pertumbuhan giginya. Apakah lambat atau cepat.
5. Makan kue-kue kering/ basah
Salah satu pemeriksaan subjektif pada kartu status klinik pedodonsia yaitu
menanyakan kepada anak (sebagai pasien) ataupun orang tua anak tentang pola
makan anak tersebut. Hal ini penting untuk operator / dokter gigi dalam menentukan
diagnosa suatu kelainan didalam rongga mulut anak tersebut. Seperti kesukaan anak
dalam makan permen, makan kue-kue basah ataupun kering, dan kebiasaan makan
waktu tidur. Hal ini dikaitkan dengan peranan makanan tersebut mengandung
karbohidrat berlebih dan berada lama didalam rongga mulut pasien sehingga bisa
menyebabkan tingginya faktor resiko anak tersebut menderita karies gigi. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan anak tersebut suka makan permen, makan kue-kue
basah/kering
6. Makan waktu tidur
15
Suka makan waktu tidur. Dari hasil ini kita bisa mengindikasikan bahwa oral
higine anak tersebut kurang baik.
7. Bentuk muka
Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan objektif bentuk muka. Asimetris
wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya
kebiasaan tidur anak sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen.
Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus,
paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain
itu asimetris wajah patologis pada anak–anak sering juga disebabkan karenainfeksi
atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk
menentukan diagnosa dan etiologi. Pada pemeriksaan yang kami laksanakan wajah
anak adalah simetris.
8. Kebiasaan-kebiasaan
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan objektif maupun subjektif
tentang oral habit anak. Seperti kebiasaan menggunakan tangan atau lengan sebagai
bantal, bernafas melalui mulut, maupun kebiasaan jelek menggigit bibir, kuku, dan
pipi. Kebiasaan buruk ini dapat menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan
dentofasial serta dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur dentofasial yang
menyebabkan malformasi pada struktur dan hubungan interstruktural. Pada hasil
pemeriksaan yang kami lakukan didapatkan hasil 0 atau anak tersebut tidak memiliki
oral habit.
Kesalahan yang terjadi saat pemeriksaan yang kita alami adalah anak tersebut
tidak didampingi orang tuanya sehingga kita sedikit kesulitan dalam berkomunikasi
dengan anak tersebut serta karena terlalu banyaknya operator yang memeriksa
membuat anak tersebut sedikit ketakutan dan menjawab pertanyaan yang kita ajukan
dengan ragu-ragu serta setiap operator mmiliki pendapatnya masing-masing sehingga
terjadi perdebatan pendapat.
9. Apakah pernah mengunjungi dokter gigi
16
Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah mengunjungi
dokter gigi sebelumnya. Pertanyaan ini diajukan karena berhubungan dengan rencana
perawatan yang akan diberikan. Umumnya pasien yang belum pernah ke dokter gigi
akan merasa takut, sedangkan yang sudah pernah tidak merasa takut. Hal ini juga
berhubungan dengan perlakuan operator terhadap pasien yang merasa takut tersebut.
10. Apakah pernah dirawat di rumah sakit
Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah dirawat dirumah
sakit sebelumnya. Jika pernah kapan terakhir pasien dirawat dirumah sakit. Hal ini
ditanyakan karena berhubungan dengan adakah penyakit sistemik yang diderita
pasien dan rencana perawatan yang akan dilakukan oleh operator.
11. Co-operative
Co-operative adalah pasien bisa diajak kerjasama dengan operator. Pasien co-
operative berhubungan dengan tingkat kesulitan operator memeriksa pasien. Semakin
cooperative pasien maka semakin mudah operator dalam memeriksa. Selain itu,
pasien akan menjawab segala pertanyaan operator dengan jujur, dan menunjukkan
sikap penerimaan terhadap operator yang bersangkutan saat diwawancara. Dan juga
bersedia untuk diperiksa, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang
lainnya.
C. PEMERIKSAAN RONGGA MULUT
1. Keadaan jaringan lunak
Berdasarkan pemeriksaan intra oral pada jaringan lunak rongga mulut, di
dapat hasil yang normal. Pada bibir dan mukosa lunak tidak ditemukan adanya
kelainan atau dalam kondisi normal. Pada gingiva juga tidak terjadi gingivitis karena
gingiva terlihat normal, baik warna; bentuk dan konsistensinya. Retraksi gingival
normal begitu juga dengan pemeriksaan lidah, dimana pada lidah tidak terdapat
candidiasis ataupun kelaianan lainnya.
2. Hygiene mulut baik/sedang/kurang
17
Penilaian oral hygiene pasien dinyatakan berdasarkan skala OHI-S (Oral
Hygiene Index Simplified) dari Green dan Vermillion. Kriteria penilaiannya adalah
0,0 – 1,2 (Good/Baik), 1,3 – 3,0 (Moderate/Sedang), 3,1 – 6,0 (Poor/Jelek). Hasilnya
diperoleh engan cara menjumlahkan Debris Index dan Calkulus Index ( OHI-S = DI +
CI). Pada pemeriksaan ini diperoleh hygiene mulut pasien adalah kategori sedang.
Berdasarkan pernyataan pasien diketahui bahwa pasien hanya menggosok gigi sekali
sehari.
3. Oklusi
3.1 Garis Median Normal : ( + )
Pemeriksaan garis median pada pasien yaitu didapati garis median gigi
normal.
3.2 Gigi muka protrusi / Berdesakan : ( 0 )
Pada pasien anak-anak ini, tidak ada kelainan gigi protrusi ataupun gigi
berdesakan.
3.3 Class I : ( - )
3.4 Class II : ( - )
3.5 Class III : ( - )
3.6 Gigitan silang : ( - )
3.7 Gigitan terbuka : ( - )
3.8 Gigitan dalam : ( - )
Untuk pemeriksaan 3.3 sampai dengan 3.8, kelompok kami tidak melakukan
pemeriksaan terhadap pasien tersebut.
4. X-Ray Foto
Pemeriksaan radiologi ini dilakukan pada gigi anterior rahang bawah. Pada hasil x-
ray foto, didapatkan gigi geminasi pada gigi 32.
5. Perawatan-Perawatan Gigi Sebelumnya
Pasien anak-anak ini tidak memiliki riwayat adanya perawatan-perawatan gigi
sebelumnya.
18
KEADAAN GIGI
UE E UE PE UE E UE
UE E UE E E UE E UE
Ket : = gigi sisa akar
= karies media / karies profunda
= gigi hilang
= karies superfisialis
Pemeriksaan keadaan gigi pada pasien dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana kondisi gigi pasien untuk menentukan rencana perawatan
yang akan diberikan. Pada pemeriksaan keadaan gigi ini kita harus mengetahui
bagian gigi mana yang mengalami karies atau keluhan lain, gigi mana yang masih
tergolong gigi sulung atau apakah sudah ada yang tanggal ataupun tanggal prematur.
Pemeriksaan ini menggunakan kaca mulut sehingga kita dapat mengetahui bagaimana
19
kondisi di dalam rongga mulut pasien yang tidak mungkin terlihat jelas secara
langsung.
1. Rahang atas:
a. Kanan
- Gigi 51 telah tanggal dan gigi penggantinya 11 sudah mulai terlihat namun
hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). karena erupsi gigi insisiv sentral
normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun.
- Gigi 52 juga sudah tanggal. Gigi 52 ini mengalami tanggal prematur, karena
normalnya gigi sulung insisivus kedua atas tanggal pada usia 8-9 tahun yang
kemudian akan digantikan oleh gigi 21. Hal ini terjadi mungkin bisa
disebabkan oleh gigi penggantinya yang berukuran lebih besar sehingga
membutuhkan space akibatnya gigi sebelahnya menjadi tanggal.
- Gigi 53 masih ada, karena gigi 53 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi
gigi penggantinya (13) masih un erupted.
- Pada gigi 54 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada
usia 9-11 tahun. gigi penggantinya 14 belum tumbuh karena akan erupsi pada
usia 10-11 tahun. Akan tetapi, gigi 54 mengalami karies yang kecil pada
oklusalnya. Karies pada gigi 54 termasuk pada karies kelas 1 dimana karies
tersebut hanya mengenai pada oklusalnya saja.
- Gigi 55 masih ada, karena gigi 55 akan tanggal pada usia 10-12 tahun dan gigi
penggantinya 15 belum tumbuh karena akan erupsi pada usia 10-12 tahun.
- Gigi 16 sudah mengalami erupsi, karena gigi 16 erupsi pada usia 6-7 tahun.
Kondisi gigi 16 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.
Pada regio kanan gigi rahang atas, semua gigi tidak mengalami kelainan
kecuali pada gigi 54 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas I.
b. Kiri
20
- Gigi 61 telah tanggal dan gigi penggantinya 21 sudah mulai terlihat namun
hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). Sebab erupsi gigi insisiv sentral
normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun.
- Gigi 62 juga sudah tanggal. Gigi 62 tanggal prematur, karena normalnya gigi
insisivus sulung kedua baru tanggal pada umur 8-9 tahun, sedangkan pasien
masih berumur 6 tahun, namun gigi insisivus kedua sudah tanggal.
- Pada gigi 63 masih ada sebab gigi 63 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi
gigi penggantinya 13 masih belum erupsi/un erupted.
- Pada gigi 64 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada
usia 9-11 tahun. Namun, gigi penggantinya masih belum erupsi sebab gigi 24
akan erupsi pada usia 10-11 tahun. Gambaran klinis menunjukkan gigi
tersebut mengalami karies yang sangat besar sampai mengenai lebih dari
setengah dentin.
- Gigi 65 juga masih ada, dimana dia akan tanggal pada usia 10-12 tahun.
Namun gigi penggantinya 25 belum erupsi (erupsi usia 10-12 tahun). Gigi 65
juga mengalami karies seperti gigi 64 namun merupakan karies kecil pada
pitnya. Dimana karies tersebut termasuk dalam karies kelas I yang hanya
mengenai pit dan fisure saja.
- Gigi 26 sudah mengalami erupsi, karena gigi 26 erupsi pada usia 6-7 tahun.
Kondisi gigi 26 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.
Pada regio sebelah kiri gigi rahang atas, gigi yang mengalami masalah adalah
pada gigi 64 dimana pada gigi tersebut terdapat karies yang cukup besar mengenai
lebih dari setengah dentin dan gigi 65 terdapat karies kelas I.
2. Rahang Bawah
a. Kiri
- Pada gigi 71 telah tanggal dan gigi penggantinya 31 sudah erupsi sebab gigi
tersebut akan mengalami erupsi pada usia 6-7 tahun.
21
- Pada gigi 72 juga sudah tanggal, sedangkan gigi penggantinya yaitu 32 belum
terlihat (UE). Karena normalnya gigi 32 erupsi pada umur 7-8 tahun.
Sedangkan umur pasien masih 6 tahun.
- Pada gigi 73 masih belum tanggal dan gigi pengganti 33 belum erupsi dimana
normalnya erupsi umur 9-10 tahun.
- Pada gigi 74 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 74 tanggal
pada umur 9-10 tahun. Gigi pengganti 34 belum erupsi karena baru akan
mulai erupsi pada umur 10-12 tahun. Gigi 74 mengalami karies yang kecil
pada bagian distalnya. Dimana karies ini termasuk karies kelas II yang terjadi
pada aproksimal gigi posterior.
- Gigi 75 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 75 tanggal pada
umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 35 belum erupsi karena baru akan mulai
erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 75 ini juga mengalami karies seperti gigi
64 namun kariesnya hanya kecil pada pitnya (karies kelas I).
- Gigi 36 sudah mengalami erupsi, karena gigi 36 erupsi pada usia 6-7 tahun.
Kondisi gigi 36 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.
Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah
adalah pada gigi 74 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas II dan gigi 75
terdapat karies kelas I
b. Kanan
- Pada gigi 81 telah tanggal dan gigi penggantinya 41 sudah mengalami erupsi
penuh sama seperti regio sebelah kiri RB waktu erupsinya sama yaitu pada
usia 6-7 tahun
- Pada gigi 82 masih belum tanggal meskipun gigi I2 pada regio kiri RB dan
RA regio kiri dan kanan sudah tanggal. Sebab I2 tanggal pada usia 7 tahun
sehingga gigi 82 tidak mengalami kelainan.
22
- Pada gigi 83 masih belum tanggal dikarenakan tanggal normalnya pada usia
10-12 tahun dan terdapat karies pada servikalnya (karies kelas V).
- Pada gigi 84 masih belum tanggal. Namun, gigi penggantinya masih belum
erupsi, karena gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun. Akan tetapi, gigi 84
mengalami karies yang kecil pada pitnya (kelas I)
- Pada gigi 85 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 85 tanggal
pada umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 45 belum erupsi karena baru akan
mulai erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 85 ini juga mengalami karies yaitu
dimana dia hanya tedapat sisa akarnya saja.
Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah
adalah pada gigi 83 terdapat karies kelas V, gigi 84 terdapat karies kelas I dan gigi
85 juga mengalami karies namun hanya masih tersisa sisa akarnya saja.
Pada gambar di bawah ini kita dapat mengetahui kapan waktu tanggal pada
gigi sulung (primary teeeth) dan juga waktu erupsi pada gigi sulung dan permanen
secara normal. Sehingga kita dapat mengetahui gigi pasien yang mengalami kelainan
atau tidak.
23
Penghitungan DMF-T dan def-t
Perlu diketahui bahwa mengukur indeks kesehatan gigi biasnya menggunakan
DMF-T untuk gigi permanen dan def-t utuk gigi susu. DMF digunakan untuk
menghitung indeks karies yang terjadi pada gigi permanen. D/d( Decay ) adalah
karies yang tidak dirawat, dan indikasi tumpatan. M/e ( Missing) adalah gigi hilang
akibat karies, karies yang sudah tidak bisa ditumpat dan dipertahankan atau indikasi
ekstraksi, sedangkan F/f ( Filling) adalah untuk gigi yang telah direstorasi.
Indeks DMF-T dan def-t ini bertujuan untuk mengetahui status karies gigi
permanen maupun susu, Perencanaan upaya promotif dan preventive serta kebutuhan
perawatan, Pengembangan status pengalaman karies individu, dan membandingkan
status pengalaman karies gigi antar daerah serta sebelum dan sesudah program
berjalan.
Dari hasil pemeriksaan kelompok kami maka diperoleh hasil bahwa untuk
gigi permanen DMF-T = 0 , sedangkan def-t = 8. Jadi dapat diketahui bahwa tingkat
kesehatan gigi sulung sangat rendah karena banyak yang mengalami karies sehingga
masih membutuhkan rencana perawatan selanjutnya untuk gigi sulung tersebut,
sedangkan pada gigi permanen masih bagus tidak terjadi karies sehingga tinggal
diberikan DHE untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan mulut pasien.
24
6. Keluhan Gigi
Pada step keluhan gigi ini berisi keluhan pasien saat ini dan mengapa pasien
datang kedokter gigi. Pada pasien ini, dia hanya ingin memeriksakan keadaan rongga
mulutnya saja tanpa adanya keluhan sakit ataupun bengkak pada rongga mulutnya.
7. Kelenjar Submandibula dan Tonsil
Pada step ini pemeriksaan kelenjar submandibula maupun tonsil dilakukan
sebagai penunjang pemeriksaan apakah ada kelainan atau pembengkakan didalam
maupun diluar rongga mulut. Cara pemeriksaan ini bisa dengan posisi operator
berada di depan maupun di belakang pasien. Kemudian pasien disuruh menengadah
dan operator segera menekan kelenjar submandibula apakah ada rasa sakit atau
pembengkakan. Sedangkan pada pemeriksaan tonsil bisa dilakukan dengan cara
dilihat serta ditekan menggunakan kaca mulut. Jika ada suatu kemerahan atau rasa
sakit saat ditekan berarti ada suatu kelainan. Pada pasien ini tidak ditemukan suatu
pembengkakan ataupun kemerahan baik pada kelenjar submandibula maupun pada
tonsilnya. Ini menandakan pasien dalam keadaan normal.
Gambar 7.1. pemeriksaan kelenjar submandibula
25
8. Diagnosa
Diagnosa disini digunakan untuk mengidentifikasi sifat-sifat penyakit atau
kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosa
yang didapatkan dari pasien diantaranya adalah :
Terjadi iritasi pulpa pada gigi 54, 65, 74, 75, 83 dan 84
Terjadi gangren pulpa pada gigi 64
Terjadi gangren radiks pada gigi 85
9. Rencana Perawatan
Rencana perawatan ini dilakukan sebelum perawatan. Pada tahapan ini kita
harus pintar memilih rencana perawatan apa yang paling tepat terhadap kelainan yang
diderita pasien. Dari diagnosa diatas beberapa rencana perawatan yang dilakukan
diantaranya :
Dilakukan tindakan preventif berupa DHE
Kelas 1 amalgam pada gigi 54, 65, 75 dan 84
Kelas 2 amalgam pada gigi 74
Kelas 5 GI pada gigi 83
Perawatan saluran akar (pulpektomi) pada gigi 64
Pemberian tumpatan onlay setelah dilakukan PSA pada gigi 64
Pengekstraksian menggunakan sitoject pada gigi 85
Pemberian space mentainer pada tempat gigi 85 post ekstraksi
Pemberian TFA atau fissur sealant pada gigi yang masih dalam kondisi baik
untuk mencegah terjadinya karies
26
DAFTAR PUSTAKA
Daniel I. 2009. Biodegradation of Polyacid Modified Composite Resin by
Human Salivary Estarases. M.Sc.Thesis. University of Toronto.
Toronto, Canada.
McDonald RE, Avery DR dan Stookey GK. Dental caries in the child and
adolescent. In: McDonlad RE & Avery DR. Ed. Dentistry for the child
and adolescent. 7th ed. St. Louis: Mosby, 2000:333-7.
Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentist’s Attitude Towards
Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE),
10 (2): 137.
Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating
Conditions using RULA methodology – A Pilot Study, British Dent. J.,
203 (10): 601.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta :
Widya Medika.
The American academy of Pediatric dentistry. Policy on Early Childhood
Caries ( ECC ) Classifications, Consequences, and Preventive Strategies.
2011.
Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-Makanan
Kariogenik Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Prasekolah
http://www.aapd.org/media/policies_guidelines/p_eccclassifications.pdf
27