126
LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI SUPIR ANGKOT (ANGKUTAN KOTA) JURUSAN PARUNG - BOGOR TENTANG KESELAMATAN BERKENDARA DI JALAN RAYA TAHUN 2010 Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: BUDI SUPRANI NIM: 105101003267 Oleh: BUDI SUPRANI 105101003267 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010

LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

  • Upload
    phamnhi

  • View
    237

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERSEPSI SUPIR ANGKOT (ANGKUTAN KOTA) JURUSAN PARUNG - BOGOR

TENTANG KESELAMATAN BERKENDARA DI JALAN RAYA TAHUN 2010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

BUDI SUPRANI NIM: 105101003267

Oleh:

BUDI SUPRANI

105101003267

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431/2010

Page 2: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Maret 2010

Budi Suprani

i

Page 3: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 23 Maret 2010

BUDI SUPRANI, NIM : 105101003267

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI SUPIR ANGKOT (ANGKUTAN KOTA) JURUSAN PARUNG-BOGOR TENTANG KESELAMATAN BERKENDARA DI JALAN RAYA TAHUN 2010 (xix + 94 halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 2 Bagan)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas masih sering terjadi dimana-mana. WHO memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di jalan raya merupakan penyebab kematian ketiga terbesar diseluruh dunia setelah penyakit jantung dan depresi. Dikawasan Asia Pasifik, setiap tahunya terdapat lebih 250.000 kematian yang disebabakan oleh kecelakaan di jalan raya. Di Indonesia, berdasarkan hasil perhitungan Asean Development Bank, angka kecelakaan yang terjadi di Indonesia mencapai hingga 30 ribu kasus pertahun. Sebesar 90% kecelakaan, diantaranya disebabkan karena masih rendahnya persepsi pengemudi kendaraan, baik pengemudi kendaraan mobil pribadi, angkutan umum maupun kendaraan bermotor terhadap keselamatan berkendara (Dephub, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Yulianti (2007), hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya persepsi supir angkutan umum terhadap keselamatan berkendara di jalan raya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi supir angkutan umum tentang keselamatan berkendara di jalan raya tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya pada supir angkot (angkutan kota) jurusan Parung-Bogor dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Februari 2010.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan persepi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya adalah pengetahuan supir angkot tentang keselamatan berkendara, motivasi supir angkot tentang keselamatan berkendara dan pengalaman kecelakaan dan penilangan supir angkot selama berkendara. Sedangkan variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan

ii

Page 4: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

berkendara di jalan raya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kali supir angkot yang memiliki pengetahuan yang tinggi berpeluang sebesar 3.790 kali untuk berpersepsi yang baik dibandingkan dengan supir angkot yang memiliki pengetahuan yang rendah. Oleh karena itu, disarankan kepada pemilik angkot dan pihak-pihak yang terkait (Polisi dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan) jika ingin meningkatkan persepsi supir angkot untuk berkendara lebih aman lagi, agar membangun pengetahuan dan motivasi supir angkot dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan loka karya mini kepada supir angkot tentang bahaya kecelakaan selama berkendara.

Daftar bacaan: 32 (1989-2010)

iii

Page 5: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM HEALTH AND SAFETY Thesis, March 23, 2010 BUDI SUPRANI, NIM : 105101003267 FACTORS RELATING TO THE PERCEPTION DRIVERS OF PUBLIC TRANSPORTATION (CITY TRANSPORT) DEPARTMENT PARUNG-DRIVING BOGOR ABOUT ROAD SAFETY YEAR 2010 (Xvii + 94 pages + 9 Table + 2 picture + 2 Picture Chart)

ABSTRACT

Traffic accidents still happen everywhere. WHO estimates that by 2010, road traffic accidents on the highway is the third largest cause of death worldwide after heart disease and depression. Asia-Pacific region, each of him there are over 250,000 deaths due to the accident on the highway. In Indonesia, based on the calculations of Asean Development Bank, the number of accidents that occurred in Indonesia reaches up to 30 thousand cases per year. 90% of accidents, among others due to the low perception of drivers of vehicles, both private car drivers, public transport or driving motor vehicles to safety (MoT, 2009).

Based on the results Yulianti (2007), it was due to the low perception of public transport drivers to drive on highway safety. Therefore, research must be done regarding the factors that influence perceptions about the safety of public transport drivers driving on the highway.

This study aims to determine what factors associated with perception of public transportation drivers about driving safety on the highway on the drivers of public transportation (city transport) department Parung-Bogor by using a cross sectional study conducted in December 2009 to February 2010.

Based on this research, it is known that factors associated with persepi public transportation drivers about driving safety on the highway is a driver's knowledge about the safety of riding public transportation, public transportation drivers about safety motivation and experience of driving accidents and public transportation drivers penilangan while driving. While the knowledge variable is the most dominant variable associated with perceptions of public transportation drivers about driving safety on the highway. This shows that whenever the public transportation drivers who have knowledge of 3790 times higher chance to berpersepsi which compares favorably with other public transportation drivers who have a low knowledge. Therefore, it is suggested to the owners of public transportation and related parties (Police and Highway Transportation Agency) if you want to improve the perception

iv

Page 6: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

of public transportation drivers to drive safer longer, in order to build the knowledge and motivation of public transportation drivers by conducting trainings and workshops Mini to the public transportation drivers about the dangers of accidents while driving.

Reading list : 32 (1989-2010)

v

Page 7: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI SUPIR

ANGKOT (ANGKUTAN KOTA) JURUSAN PARUNG-BOGOR TENTANG

KESELAMATAN BERKENDARA DI JALAN RAYA TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Maret 2010

Minsarnawati, SKM, M.Kes

Pembimbing Skripsi I

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

Pembimbing Skripsi II

vi

Page 8: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 23 Maret 2010

Ketua

(Minsarnawati, SKM, M.Kes)

Anggota I

(Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM)

Anggota II

(dr. Triovva Elsy Armita, MKKK)

vii

Page 9: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Budi Suprani.

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 3 Juli 1986.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Agama : Islam.

Kewarganegaraan : Indonesia.

Alamat : Jl. Sunter Jaya Bentengan 3 RT. 004/005 No.26

Tanjung Priok, Jakarta Utara 14350.

No. Telp/HP : (021) 652 0784 / 0856 1331 287 / (021) 9878 6748

E-mail : [email protected]

[email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2005-2010 : Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2002 - 2005 : Pondok Pesantren Darul Muttaqien.

1997 - 2000 : SLTP Negeri 152, Tanjung Priok, Jakarta.

1991-1997 : SDN Sunter Jaya 01 Pagi, Tanjung Priok, Jakarta.

PENDIDIKAN NON FORMAL 2007 - 2008 : Sekolah Demokrasi, Citra Raya, Tangerang, Banten

2000 - 2001 : Pondok Pesantren Syubaniyah Al-islamiyah Buntet

Pesantren, Cirebon.

2003 : Pelatihan Dasar Kepemimpinan, Bogor.

2003 - 2004 : Pelatihan Menulis, jurnalistik, dan Karya Ilmiah

Forum Lingkar Pena, Bogor.

2004 : Pelatihan Pramuka Kursus Mahir Dasar (KMD)

viii

Page 10: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

Tingkat 1 di PPDM, parung, Bogor.

PENGALAMAN ORGANISASI 2008 – 2010 : Anggota Forum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (FSK3) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2008 - 2009 : Dewan Penasehat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Cabang Ciputat.

2007 - 2008 : Koordinator Dept. Politik Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia Cabang Ciputat.

2006 – 2007 : Wakil Presiden BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

2005 - 2006 : Staff Ahli Dept. Kemahasiswaan BEMJ Kesehatan Masyarakat.

2003 - 2004 : Ketua 2 Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Darul Muttaqin.

2003 - 2004 : Anggota Forum Lingkar Pena Cabang Bogor.

ix

Page 11: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

KATA PENGANTAR

ته آا بر و هللا ا ورحمة عليكم م لسال ا

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat

dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan selalu atas segala nikmat dan

rahmat-Nya serta Ridha-Nya yang selalu senantiasa mengiringi ku hingga skripsi ini

dapat selesai dengan baik. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan alam

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya menuju cahaya yang terang

benderang.

Skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi

Supir Angkot (Angkutan Kota) Jurusan Parung-Bogor Tentang Keselamatan

Berkendara di Jalan Raya Tahun 2010” disusun sebagai persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulisan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri,

melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan

semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih kepada :

1. Orang tua saya, spirit of my life, Bapak Tubagus Suprani dan Ibu Dedeh

Kurniasih, terima kasih atas doa yang selalu mengiringi perjalanan hidupku serta

didikan dan semangat hidup yang telah kau ajarkan kepada aku selama ini, serta

segenap keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun

materiil kepada saya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

x

Page 12: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

4. Ibu Minsarnawati, SKM, M. Kes selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan tiada henti-hentinya untuk

membimbing penulis sampai penelitian ini selesai.

5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing II, yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan tiada henti-

hentinya untuk membimbing penulis sampai penelitian ini selesai.

6. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, selaku Koordinator K3 yang selalu memberikan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh staff Kepolisian Polres Kabupaten Bogor dan Polres Kota Bogor yang

telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan

kegiatan penelitian dan membantu dalam pengambilan data.

9. Seluruh staff Dinas Lalu Lintas Layanan Angkutan Jalan (DLLAJ) yang telah

bersedia memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan

penelitian ini dan membantu dalam pengambilan data.

10. Bapak Sudarsono selaku staff Kanit Laka (Lalu Lintas Kecelakaan) Jampang,

Bogor yang telah meluangkan waktu untuk sharing dan memberikan pengetahuan

secara aplikatif kepada peneliti.

11. Seluruh supir angkot Jurusan Parung-Bogor yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, karena telah mengizinkan dan membantu peneliti untuk melakukan

penyebaran kuesioner sampai penelitian ini selesai.

12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tetap Semangat Untuk Masa Depan yang Lebih Baik.

13. Teman-teman Pondok pesantren Darul Muttaqien ’05 yang telah membantu

penulis menyelesaikan penelitian ini, tetap semangat dalam menjalankan hidup

untuk masa depan yang lebih baik lagi.

xi

Page 13: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca

lain.

ته آا بر و هللا ا ورحمة عليكم م لسال ا و

Jakarta, 23 Maret 2010

Penulis

xii

Page 14: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

ABSTRAKSI ............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... ix

KATA PENGANTAR............................................................................................... x

DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xix

DAFTAR BAGAN..................................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xxi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 9

1.3 Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 10

1.4 Tujuan .................................................................................................................. 10

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 10

1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 11

1.5 Manfaat ................................................................................................................ 11

1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................................. 11

1.5.2 Bagi Institusi (Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta)........ 12

xiii

Page 15: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

1.5.3 Bagi Dinas Perhubungan dan Kepolisian Kabupaten Bogor ................... 12

1.5.4 Bagi Supir Angkot.................................................................................... 12

1.5.5 Bagi Masyarakat....................................................................................... 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 14

2.1 Keselamatan Lalu Lintas...................................................................................... 14

2.1.1 Aspek Keselamatan Lalu Lintas Jalan Dalam Perundang-undangan....... 14

2.1.2 Kecelakaan ............................................................................................... 16

2.1.3 Kecelakaan Lalu Lintas............................................................................ 17

2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas ..................................... 18

2.2 Persepsi .. ............................................................................................................. 23

2.2.1 Pengertian Persepsi .................................................................................. 23

2.2.2 Proses Pembentukan Persepsi .................................................................. 24

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ........................................... 26

2.2.4 Persepsi Terhadap Risiko Bahaya............................................................ 29

2.3 Pengetahuan ......................................................................................................... 29

2.3.1 Definisi Pengetahuan ............................................................................... 29

2.3.2 Sumber, Bentuk dan Tingkatan Dalam Pengetahuan............................... 30

2.3.3 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi................................................. 32

2.4 Motivasi . ............................................................................................................. 32

2.4.1 Pengertian Motivasi ................................................................................. 32

2.4.2 Lingkaran Motivasi .................................................................................. 36

xiv

Page 16: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

2.4.3 Hubungan Motivasi dengan Persepsi ....................................................... 40

2.5 Pengalaman .......................................................................................................... 41

2.6 Kerangka Teori .................................................................................................... 44

BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL... 46

3.1 Kerangka Konsepsional ....................................................................................... 46

3.2 Definisi Operasional ............................................................................................ 49

3.3 Hipotesis ............................................................................................................. 50

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 51

4.1 Jenis Penelitian..................................................................................................... 51

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 51

4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................................ 51

4.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................... 51

4.3.2 Sampel Penelitian..................................................................................... 51

4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 52

4.5 Metode Pengumpulan Data.................................................................................. 55

4.5.1 Data Primer .............................................................................................. 55

4.5.2 Data Sekunder .......................................................................................... 55

4.6 Pengolahan Data .................................................................................................. 55

4.7 Analisis Data ........................................................................................................ 57

4.7.1 Analisis Univariat..................................................................................... 57

4.7.2 Analisis Bivariat....................................................................................... 57

xv

Page 17: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 59

5.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Parung................................................... 59

5.2 Analisis Univariat ................................................................................................ 62

5.2.1 Gambaran Persepsi Supir Angkot ............................................................ 62

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Supir Angkot ..................................................... 63

5.2.3 Gambaran Motivasi Supir Angkot ........................................................... 64

5.1.4 Gambaran Pengalaman Supir Angkot...................................................... 65

5.3 Analisis Bivariat................................................................................................... 67

5.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Supir Angkot .......................... 67

5.3.2 Hubungan Motivasi dengan Persepsi Supir Angkot ................................ 68

5.3.3 Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Supir Angkot ........................... 69

BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 72

6.1 Keterbatasan Penelitian........................................................................................ 72

6.2 Gambaran Persepsi Supir Angkot ........................................................................ 73

6.3 Gambaran Pengetahuan Supir Angkot................................................................. 76

6.4 Gambaran Motivasi Supir Angkot ....................................................................... 77

6.5 Gambaran Pengalaman Supir Angkot.................................................................. 79

6.6 Hubungan Persepsi Dengan Pengetahuan Supir Angkot ..................................... 82

6.7 Hubungan Persepsi Dengan Motivasi Supir Angkot ........................................... 85

6.8 Hubungan Persepsi Dengan Pengalaman Supir Angkot ...................................... 87

xvi

Page 18: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 91

6.9 Simpulan ………. ................................................................................................ 91

6.10 Saran ………................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 94

xvii

Page 19: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan di Jawa Barat................................................................3

Tabel 3.1. Definisi Operasional .............................................................................49

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi Supir Angkot .........................62

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Supir Angkot ..................64

Table 5.3 Distribusi Responden Menurut Motivasi Supir Angkot ........................65

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Supir Angkot ...................66

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi................................67

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Motivasi Dengan Persepsi......................................69

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Pengalaman Dengan Persepsi ................................70

xviii

Page 20: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Proses Pembetukan Persepsi .................................................25

Gambar 2.2 Lingkaran Motivasi ............................................................................37

xix

Page 21: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................45

Gambar 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi DPK DKI Jakarta.......................................48

xx

Page 22: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Hasil Uji Univariat

Lampiran 4 Hasil Uji Bivariat (Chi Square)

Page 23: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM HEALTH AND SAFETY Thesis, March 23, 2010 BUDI SUPRANI, NIM : 105101003267 FACTORS RELATING TO THE PERCEPTION DRIVERS OF PUBLIC TRANSPORTATION (CITY TRANSPORT) DEPARTMENT PARUNG-DRIVING BOGOR ABOUT ROAD SAFETY YEAR 2010 (Xvii + 94 pages + 9 Table + 2 + 2 Picture Chart)

ABSTRACT

Traffic accidents still happen everywhere. WHO estimates that by 2010, road traffic accidents on the highway is the third largest cause of death worldwide after heart disease and depression. Asia-Pacific region, each of him there are over 250,000 deaths due to the accident on the highway. In Indonesia, based on the calculations of Asean Development Bank, the number of accidents that occurred in Indonesia reaches up to 30 thousand cases per year. 90% of accidents, among others due to the low perception of drivers of vehicles, both private car drivers, public transport or driving motor vehicles to safety (MoT, 2009).

Based on the results Yulianti (2007), it was due to the low perception of public transport drivers to drive on highway safety. Therefore, research must be done regarding the factors that influence perceptions about the safety of public transport drivers driving on the highway.

This study aims to determine what factors associated with perception of public transportation drivers about driving safety on the highway on the drivers of public transportation (city transport) department Parung-Bogor by using a cross sectional study conducted in December 2009 to February 2010.

Based on this research, it is known that factors associated with persepi public transportation drivers about driving safety on the highway is a driver's knowledge about the safety of riding public transportation, public transportation drivers about safety motivation and experience of driving accidents and public transportation drivers penilangan while driving. While the knowledge variable is the most dominant variable associated with perceptions of public transportation drivers about driving safety on the highway. This shows that whenever the public transportation drivers who have knowledge of 3790 times higher chance to berpersepsi which compares favorably with other public transportation drivers who have a low knowledge.

Page 24: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

Therefore, it is suggested to the owners of public transportation and related parties (Police and Highway Transportation Agency) if you want to improve the perception of public transportation drivers to drive safer longer, in order to build the knowledge and motivation of public transportation drivers by conducting trainings and workshops Mini to the public transportation drivers about the dangers of accidents while driving.

Reading list : 32 (1989-2010)

Page 25: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia dewasa

ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang

pembangunan tersebut, salah satu sarana yang dibutuhkan adalah transportasi.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa negara-negara yang berhasil

dalam pencapaian tujuan pembangunan adalah negara-negara yang memiliki

sistem transportasi yang memadai dalam memenuhi kebutuhan dinamis

penduduknya. Selain itu juga sarana transportasi sangat membantu untuk

memudahkan masyarakat berpindah dari satu tempat ketempat lainnya.

Zaman boleh maju, mobil baru dengan teknologi terakhir pun terus

bermunculan seiring dengan perkembangan zaman. Peningkatan jumlah

kendaraan juga tidak dapat dihindari. Namun, harus diakui bahwa penambahan

jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah ruas jalan. Jumlah kendaraan

di Jakarta sampai dengan tahun 2003 mencapai 6.506.244 unit. Dari jumlah

tersebut, 1.464.626 diantaranya merupakan jenis mobil berpenumpang, 444.169

mobil beban (truk), 315.559 bus, dan 3.276.890 sepeda motor. Akibatnya jalanan

semakin padat dipenuhi kendaraan, apa lagi pada jam berangkat kerja dan pulang

kerja. Kondisi ini semakin diperparah lagi oleh perilaku para pengemudi

kendaraan dan para pengendara sepeda motor yang tidak sesuai dengan aturan.

Page 26: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

2

Akibatnya, banyak masalah kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi

(Suarakarya, 2009).

Menurut WHO, Tingkat kecelakaan transportasi jalan di dunia, saat ini

telah mencapai 1,2 juta korban meninggal per tahun atau 3.288 jiwa per hari dan

lebih dari 30 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas pertahun;

85% dari korban meninggal dunia akibat kecelakaan ini terjadi di negara–negara

berkembang. WHO memperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas di

jalan raya merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di seluruh dunia setelah

penyakit jantung dan depresi. Di Amerika, sejak kendaraan pertama ditemukan

kurang lebih seabad yang lalu, sebanyak tiga juta orang meninggal dunia akibat

kecelakaan. Di Afrika, lebih banyak anak-anak yang mati akibat kecelakaan di

jalan raya dari pada akibat virus HIV/AIDS (WHO 2009, dalam Ben Fauzi

Ramadhan, 2009). Sedangkan tingkat kecelakaan transportasi jalan dikawasan

Asia Pasifik setiap tahunnya terdapat lebih dari 250.000 kematian yang

disebabkan oleh kecelakaan jalan raya dan telah memberikan kontribusi sebesar

44% dari total kecelakaan di dunia yang di dalamnya termasuk Indonesia

(Dephub, 2009).

Di Indonesia, menurut Jusman Syafii Djamal, jumlah kecelakaan yang

terjadi pada 2009 ini meningkat menjadi 19 ribu kasus dibandingkan tahun lalu

(2008) sebanyak 18 ribu kasus. Namun, jika mengacu pada hasil perhitungan

Asean Development Bank, angka kecelakaan di Indonesia mencapai hingga 30

ribu kasus per tahun (Dephub, 2009).

Page 27: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

3

Setiap tahun di Indonesia ada sekitar 17.000 jiwa korban yang meninggal

dunia akibat kecelakaan kendaraan bermotor dan mobil (angkutan umum).

Sebesar 90% diantaranya kecelakaan akibat persepsi pengemudi yang kurang

baik terhadap keselamatan berkendara termasuk di dalamnya penggunaan

kecepatan yang sangat tinggi (Koran Indonesia, 2009).

Berikut ini adalah data jumlah kecelakaan yang terjadi di Jawa Barat

termasuk kota Bogor pada Mei sampai Oktober 2008 yang dikeluarkan oleh

Ditlantas POLDA Jabar tahun 2008 diperoleh angka sebagai berikut (Ditlantas

Polda Jawa Barat, dalan Ben F. Rmadhan 2009):

Tabel 1.1 Data Kecelakaan di Jawa Barat Tahun 2008

Bulan Kejadian

Mei Juni Juli September Oktober Total

Jumlah Kecelakaan

lalu lintas 373 323 115 300 367 1478

Meninggal 163 127 44 127 162 623

Luka berat 148 144 53 104 217 666

Luka ringan 317 278 97 260 355 1307

Rugi materi 100.675.000 63.760.000 118.630.000 63.743.000 80.675.000 427.483.000

Sumber: Ditlantas Polda Metro Jaya Tahun 2009

Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukkan bahwa kecelakaan

terbesar terjadi pada bulan Mei yaitu sebanyak 25,24% kasus kecelakaan dari

total 1478 kejadian, yang meninggal dunia sebanyak 42.15% dari 623 kasus dan

rugi materi sebanyak Rp. 100.675.000.

Page 28: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

4

Sementara itu, untuk kasus kecelakaan yang terjadi di Kota Bogor pada

bulan Januari sampai dengan Oktober 2009 tercatat 92 kasus kecelakaan

kendaraan bermotor dan mobil, termasuk di dalamnya adalah angkot. Dari 92

kasus kecelakaan yang terjadi di Kota Bogor, 22,08% atau 24 kasus diantaranya

terjadi pada angkot (Kanit LAKA Polres Kota Bogor, 2009).

Sedangkan untuk kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Bogor pada bulan

Januari sampai dengan Oktober 2009 tercatat telah terjadi 151 kasus kecelakaan

kendaraan bermotor dan mobil (angkutan umum) dengan jumlah korban

meninggal dunia sebanyak 86 jiwa, korban luka berat sebanyak 114 jiwa, korban

luka ringan sebanyak 129, dan kerugian materi sebanyak Rp.555.100.000,-. Dari

data yang tercatat pada Kanit LAKA Polres Kabupaten Bogor, 53 kasus

diantaranya terjadi pada kendaraan angkutan kota (angkot) (Kanit LAKA Polres

Kabupaten Bogor, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf LAKA Polres Kabupaten Bogor,

kecelakaan angkot yang sering terjadi di daerah kabupaten yaitu pada angkot 06

jurusan Parung-Bogor sepanjang jalur Parung-Salabenda. Hal ini disebabkan

karena jalur tersebut merupakan salah satu jalur alternatif menuju kawasan

Puncak, Bandung, Sukabumi dan daerah lain di Jawa Barat yang sering dilalui

kendaraan seperti sepeda motor, mobil, angkutan umum dan angkutan berat

(container) sehingga mempersempit ruas jalan dan juga prilaku pengemudi yang

sering melanggar peraturan lalu lintas.

Sementara itu, menurut Kanit Laka Polres Kota dan Kanit Laka Polres

Kabupaten Bogor, penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terjadi di

Page 29: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

5

Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor adalah pelanggaran pengemudi terhadap

peraturan rambu-rambu lalu lintas, seperti menerobos lampu merah. Selain itu,

terdapat kebiasaan pengemudi yang dapat menimbulkan kecelakaan baik pada

diri sendiri maupun orang lain, seperti salip menyalip antar pengendara, tidak

memberikan tanda sewaktu membelokkan kendaraan, mabuk pada saat

mengendarai kendaraan dan lain sebagainya. Akibatnya dapat terjadi kecelakaan

baik antar sesama pengendara sepeda motor dan mobil maupun dengan pejalan

kaki.

Kota Bogor yang terkenal dengan sebutan kota seribu angkot, menjadikan

kota tersebut menjadi kota yang padat dengan kendaraan umum. Ditambah lagi

kendaraan pribadi yang melintas disepanjang jalan Kota Bogor maupun

Kabupaten Bogor.

Di pangkalan pasar Parung, hampir seluruh supir angkot yang masuk ke

dalam pasar atau wilayah parung memberhentikan kendaraannya disepanjang

jalan tersebut hanya untuk mencari penumpang. Hal ini tentu saja membuat laju

kendaraan disepanjang tersebut menjadi tak terkendali, belum lagi mobil-mobil

pribadi yang lewat disepanjang jalan tersebut dan banyaknya pedagang kaki lima

yang berjualan sepanjang jalan pasar angkot membuat jalur tersebut semakin

ramai dan macet.

Angkutan Kota sebenarnya cuma diperbolehkan berhenti di halte-halte atau

tempat perhentian bus tertentu, namun pada praktiknya semua supir angkot akan

menghentikan kendaraannya di mana saja untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang. Faktor yang menyebabkan supir angkot memberhentikan

Page 30: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

6

kendaraannya disembarang tempat adalah perebutan penumpang antar supir agar

supir angkot memenuhi bangku kendaraan angkotnya dengan penumpang,

sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh supir angkot dapat memenuhi setoran.

Belum lagi uang yang dihasilkan harus digunakan untuk membeli bahan bakar

angkot tersebut. Bahkan tidak jarang juga mereka menyewakan angkotnya untuk

membawa penumpang ke luar kota yang bukan termasuk wilayah trayek mereka.

Hal ini tentu saja melanggar peraturan trayek yang telah ditetapkan oleh

pemerintah daerah setempat karena mereka melewati jalur yang bukan

seharusnya menjadi jalur angkot tersebut.

Pelanggaran lain yang dilakukan adalah memasukkan orang dan barang

bawaan dalam jumlah yang melebihi kapasitas mobil, dan pintu belakang yang

tidak ditutup sama sekali atau tidak ditutup dengan rapat. Pelanggaran-

pelanggaran seperti ini biasanya diabaikan oleh aparat karena sistem penegakan

hukum yang lemah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2007) mengenai persepsi

supir angkutan kota (KWK dan APB) terhadap keselamatan berkendara,

menyatakan bahwa persepsi pengendara angkutan umum terhadap aspek

keselamatan berkendara sangatlah rendah. Dari 69 responden yang diteliti, 85.5%

dinyatakan memiliki pengetahuan yang cukup terhadap persepsi keselamatan

berkendara, 66.7% memiliki motivasi yang kurang baik terhadap keselamatan

berkendara, dan 34.8% responden memiliki pengalaman berkendara yang kurang

baik.

Page 31: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

7

Penelitian yang dilakukan oleh Triska Faradina (2007) tentang persepsi

supir bajaj terhadap keselamatan berkendara, dapat dikategorikan mempunyai

persepsi yang tidak baik terhadap keselamatan berkendara. Dari total sampel

yang diteliti, sebesar 67.6% memiliki pengetahuan yang rendah untuk berkendara

dengan selamat. Sebanyak 67.6% memiliki motivasi yang rendah untuk

berkendara dengan selamat karena masih dipengaruhi oleh ada tidaknya petugas

pengaman lalu lintas, permintaan penumpang dan setoran. Dalam penelitian itu

juga dapat dilihat dari sebagian besar responden (82,4%) pernah mengalami

kecelakaan.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Ing kurnia Salihat (2009)

tentang hubungan persepsi dengan penggunaan sabuk keselamatan berkendara

terhadap keselamatan berkendara pada mahasiswa UI Kampus Depok tahun

2009, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengalaman dengan persepsi risiko keselamatan berkendara. Artinya bahwa

persepsi risiko berkendara responden baik jika responden memiliki pengalaman

yang banyak terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas, sebaliknya persepsi risiko

keselamatan berkendara responden buruk jika responden memiliki pengalaman

sedikit terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian banyak

sedikitnya pengalaman responden terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas

mempengaruhi persepsi risiko keselamatan berkendara responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dale G. Leathers

dalam Salihat (2009) yang mana didapatkan bahwa pengalaman mempengaruhi

kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu didapat dari proses belajar secara

Page 32: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

8

formal tetapi juga dapat diperoleh melalui rangkaian kejadian yang pernah

dihadapi. Dalam mempersepsikan sebuah risiko yang ada pada sebuah bahaya,

salah satu yang mempengaruhinya adalah pengalaman terhadap risiko tersebut.

Pengalaman langsung seseorang dengan risiko bisa mendorong seseorang untuk

percaya bahwa kemungkinan pengulangan kejadian risiko lebih besar daripada

yang sesungguhnya. Pengalaman seseorang akan menentukan apakah seseorang

akan menganggap penting suatu risiko dibandingkan dengan sesuatu yang lain

yang secara statistik sangat berbahaya. Selain pengalaman pribadi individu

terhadap risiko yang ada pada sebuah bahaya, pengalaman orang lain juga

memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk persepsi individu.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti

ingin membuktikan faktor-fakor yang berhubungan dengan persepsi supir angkot

terhadap keselamatan berkendara di jalan raya pada supir angkot jurusan Parung-

Bogor tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Dari jumlah kasus kecelakaan yang terjadi di kota Bogor selama Januari

sampai Oktober 2009 tercatat telah terjadi 92 kasus kecelakaan kendaraan

bermotor dan mobil (angkutan umum), termasuk di dalamnya adalah angkot

(angkutan kota). Dari 92 kasus kecelakaan yang terjadi di Kota Bogor, 22,08%

atau 24 kasus diantaranya terjadi pada angkot (angkutan kota). Sementara itu,

Page 33: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

9

kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Bogor selama Januari 2009 sampai

Oktober 2009 tercatat telah terjadi 151 kasus kecelakaan kendaraan bernotor dan

mobil (angkutan umum), termasuk di dalamnya adalah angkot (angkutan kota).

Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Kanit Laka Polres Kabupaten

Bogor, disampaikan bahwa jumlah kejadian yang terjadi pada angkot, 32 kasus

diantaranya terjadi pada angkot jurusan Parung-Bogor. Hal ini disebabkan karena

prilaku pengemudi yang mengendarai kendaraannya dalam keadaan mabuk, salip

menyalip antar pengendara baik pengendara sepeda motor maupun pengendara

mobil. Khususnya pada pengendara angkutan umum, prilaku mereka

mengesampingkan aspek keselamatan di jalan raya karena berusaha secepatnya

mengambil penumpang untuk menutupi biaya setoran.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan November 2009

kepada 50 supir angkot Parung-Bogor, diketahui 32 supir angkot mempunyai

persepsi rendah terhadap aspek keselamatan berkendara. Dari rincian masalah

yang dipaparkan diatas tersebut, peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan persepsi supir angkot Parung-Bogor tentang

keselamatan berkendara di jalan raya tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara

di jalan raya?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya?

Page 34: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

10

3. Bagaimana gambaran motivasi supir angkot tentang keselamatan berkendara

di jalan raya?

4. Bagaimana gambaran pengalaman supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya?

5. Bagaimana hubungan pengetahuan supir angkot dengan persepsi supir angkot

tentang keselamatan berkendara di jalan raya?

6. Bagaimana hubungan motivasi supir angkot dengan persepsi supir angkot

tentang keselamatan berkendara di jalan raya?

7. Bagaimana hubungan pengalaman supir angkot dengan persepsi supir angkot

tentang keselamatan berkendara di jalan raya?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi supir

angkot jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara di jalan raya

tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran persepsi supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya.

2. Diketahuinya gambaran pengetahuan supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya.

3. Diketahuinya gambaran motivasi supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya.

Page 35: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

11

4. Diketahuinya gambaran pengalaman supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya.

5. Diketahuinya hubungan pengetahuan supir angkot dengan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

6. Diketahuinya hubungan motivasi supir angkot hubungan persepsi supir

angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

7. Diketahuinya hubungan pengalaman supir angkot hubungan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman berharga untuk

mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja. Terutama mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan perepsi supir angkot (angkutan

kota) terhadap keselamatan berkendara.

1.5.2 Bagi Institusi (Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta)

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

tambahan bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terutama mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan persepsi supir angkot terhadap keselamatan berkendara.

1.5.3 Bagi Dinas Perhubungan dan Kepolisian Kabupaten Bogor

Page 36: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

12

Hasil dari penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan dalam proses penetapan kebijakan keselamatan

berkendara di Kabupaten Bogor.

1.5.4 Bagi Supir Angkot

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

masukkan bagi supir angkot agar lebih berhati-hati dalam mengendarai

kendaraannya dan lebih mengedepankan aspek keselamatan berkendara

dalam bekerja (mengendarai mobil angkot).

1.5.5 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat diinformasikan kepada masyarakat

mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi supir

angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Sehingga diharapkan

persepsi yang baik dari supir angkot dapat mencegah terjadinya kecelakaan

lalu lintas.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan persepsi supir

angkot tentang keselamatan berkendara. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Desember 2009 s/d Januari 2010 di pangkalan angkot Pasar Parung, Bogor,

dengan objek penelitiannya adalah supir angkot. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penilaian persepsi ini berdasarkan

pengukuran variabel-variabel yang berhubungan dengan persepsi seseorang. Data

Page 37: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

13

yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder dan data

primer. Data sekunder diperoleh dari informasi kecelakaan berdasarkan laporan-

laporan kecelakaan lalu lintas yang terdapat di Polres Kabupaten dan Kota

Bogor. Selain itu juga data diperoleh dari Dinas Perhubungan Pemerintah

Kabupaten dan Kota Bogor. Sedangkan data primer yang digunakan diperoleh

dari observasi di lapangan, wawancara dan penyebaran kuesioner pada responden

(supir angkot).

Page 38: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Lalu Lintas

2.1.1 Aspek Keselamatan Lalu Lintas Jalan dalam Peraturan Perundang-undangan

Ditinjau dari aspek keselamatan dalam peraturan dan perundang-

undangan, maka undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan secara jelas menempatkan aspek keselamatan menjadi

hal yang harus diperhatikan para pengguna jalan. Dengan kata lain

pelaksanaan program-program untuk peningkatan keselamatan lalu lintas

jalan secara konsepsional harus senantiasa mengacu kepada ketentuan

peraturan perundang-undangan tersebut.

Hal ini terlihat dari beberapa pasal yang terkandung di dalam

undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 yang memuat aspek keselamatan,

diantaranya:

1. Transportasi jalan diselnggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu

lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib,

dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan model transportasi

lainnya, menjangkau seluruh plosok wilayah daratan. Untuk menunjang

pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak

dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau

oleh daya beli masyarakat (BAB II, pasal 3).

14

Page 39: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

15

2. Untuk menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran

lalu lintas dan angkutan jalan dapat diadakan fasilitas parkir untuk

umum (BAB IV, bagian keempat, pasal 11).

3. Untuk menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran

lalu lintas dan angkutan jalan, dapat dilakukan pemeriksaan kendaran

bermotor dijalan (BAB IV, bagian kelima, pasal 16).

4. Untuk menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran

lalu lintas dan angkutan jalan, setiap orang yang menggunakan jalan,

wajib berprilaku tertib dengan hal-hal yang merintangi, membahayakan

kebebasan atau keselamatan lalu lintas, atau yang dapat menimbulkan

kerusakan dijalan dan bangunan dijalan, selain itu juga menempatkan

kendaraan atau benda-benda lainnya dijalan sesuai dengan

peruntukannnya (pasal 24).

Selanjutnya adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44

tahun 1993 tentang kendaraan dan Pengemudi yang salah satu babnya

mengatur mengenai persyaratan teknis dan laik jalan yang harus dipenuhi

oleh kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terdiri

dari:

1. Landasan yang meliputi rangka landasan, motor penggerak, system

pembuangan, penerus daya, alat kemudi, system roda-roda, system

suspense, system rem, lampu-lampu, dan alat pemantul cahaya serta

komponen pendukung.

2. Badan kendaraan.

Page 40: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

16

Selain itu terdapat pula peraturan perundangan yang mengatur

mengenai dana kecelakaan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia No. 416/KMK.06/2001 tentang Penetapan Santunan dan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan ini

memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan memberikan

santunan sebagai kompensasi dari kecelakaan lalu lintas yang dialami. Oleh

karena itu, pemerintah mewajibkan masyarakat yang memiliki kendaraan

untuk membayar sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas setiap tahun.

Seperti tertera pada pasal 3 ayat 1 yang berbunyi “Pengusaha/pemilik alat

angkutan lalu lintas jalan diwajibkan membayar Sumbangan Wajib Dana

Kecelakaan Lalu Lintas setiap tahun”.

2.1.2 Kecelakaan

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak diharapkan.

Tak terduga karena dibelakang peristiwa itu terdapat unsur ketidak

sengajaan, lebih-lebih dalam hal perencanaan. Tak diharapkan karena

peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil dan penderitaan dari yang

paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 2006). Menurut

Suma;mur, suatu peristiwa yang dapat digolongkan suatu kecelakaan jika

bersifat : diluar kemauan manusia, disebabkan oleh kekuasaan dari luar

yang berlangsung cepat dan mengakibatkan cidera badan jiwani.

Adapun definisi Colling (1990), kecelakaan adalah suatu kejadian

atau peristiwa yang tidak diharapkan serta tidak dikendalikan yang

disebabkan oleh manusia, faktor situasi, faktor lingkungan ataupun

Page 41: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

17

kombinasi dari ketiga faktor tersebut yang dapat berakibat cidera sakit,

kematian, kerusakan materil atau kejadian-kejadian lain yang tidak

diinginkan.

Kecelakaan memang kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana

terjadinya, dan tidak hanya mengakibatkan traumatik, cidera, atau

kecacatan tetapi juga yang paling fatal dapat mengakibatkan kematian.

Kasus kecelakaan yang sulit diminimalisasi malahan cinderung meningkat

sejalan dengan pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari

kendaraan (Hobbs, 1995).

Kecelakaan dapat dikelompokkan berdasarkan situasi keadaannya

menjadi tiga, yaitu kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan,

kecelakaan dirumah dan kecelakaan lalum lintas yang memberikan

kontribusi tingkat fatalitas paling tinggi (Rajak dan Agustiono, 1993).

Menurut peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 1993, kecelakaan lalu

lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak

disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya,

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

2.1.3 Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut definisi WHO adalah sebagai berikut: “suatu kejadian lalu

lintas jalan yang menglibatkan cidera atau kerugian harta benda” (Triska,

2007). Menurut undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan pada BAB XI pasal 93 ayat (1) menyatakan bahwa

kecelakaan lalu lintas adalah suatu perisriwa yang tidak disangka-sangka

Page 42: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

18

dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan

lainnya, mengakibatkan korban jiwa atau kerugian harta benda. Terdapat

tiga klasifikasi kecelakaan lalu lintas berdasarkan pengertian tersebut

diatas:

1. Kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor adalah setiap kecelakaan

kendaraan bermotor yang terjadi dijalan umum.

2. Kecelakaan kendaraan bermotor yang bukan merupakan kecelakaan

lalu lintas adalah setiap kecelakaan bermotor yang terjadi ditempat lain

selain dijalur umum.

3. Kecelakaan lalu lintas bukan dari kendaraan bermotor adalah setiap

kecelakaan yang terjadi di jalan umum, dimana yang terlibat

didalamnya adalah manusia atau kendaraan tidak bermotor yang

menggunakan jalan tersebut.

2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

1. Faktor Manusia Sebagai Pengemudi

Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan pekerjaan kompleks,

yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada

saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan

menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya.

Kelancaran dan keselamatan lalu lintas tergantung pada kesiapan dan

keterampilan pengemudi dalam menjalankan kendaraannya (F. D.

Hobbs, 1995).

Page 43: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

19

Dalam mengemudi, manusia dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dari dalam diri sendiri, seperti:

a. Usia

Kelompok usia remaja dan dewasa berusia muda (25 tahun

kebawah) mempunyai resiko tinggi untuk mengalami kecelakaan.

Hal ini dikarenakan perkembangan kejiwaaannya belum mantap

(labil) cenderung emosional dalam mengendalikan kendaraan

sehingga kurang waspada dan kurang memperhatikan bahaya.

Sedangkan pada usia lanjut (diatas 50 tahun), terjadi proses

biologis yang mengakibatkan penurunan ketajaman penglihatan

dan pendengaran serta daya reaksi yang lambat. (F. D. Hobbs,

1995).

b. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat kecelakaan

akan semakin rendah, karena pendidikan mempengaruhi cara

berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan termsuk

resiko pekerjaan. (F. D. Hobbs, 1995).

c. Keahlian (Skill) Mengemudi

Kemampuan pengetahuan yang berkaitan dengan lalu lintas

dan kendaraan sangat penting bagi pengemudi. Kesanggupan dan

kecakapan ini dinyatakan dalam bentuk suran ijin mengemudi

(SIM). (F. D. Hobbs, 1995).

Page 44: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

20

d. Kondisi Tubuh Pengemudi

Kondisi tubuh pengemudi ini akan mempengaruhi

kemampuan pengemudi dalam mengendarai mobil. Apabila

kondisi tubuh pengemudi sehat maka pengemudi akan

mengendarai mobil dengan kontrol yang penuh sehingga

kendaraan lebih terjamin. (F. D. Hobbs, 1995).

2. Faktor Lingkungan

Jalan merupakan salah satu unsur yang menetukan kelancaran

perekonomian suatu daerah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari suatu

jalan adalah (Boediharto,1987) :

a. Disain teknik/struktur jalan

Disain teknis suatu jalan harus sesuai dengan keadaan lingkungan

agar dapat menjalin keselamatan pemakai jalan. Jalan protokol

harus dibedakan dengan jalan yang lurus, tikungan, persimpangan,

bundaran, maupun tanjakan/turunan harus berbeda pada

desainnya.

b. Keadaan jalan yang tidak dapat menampung volume kendaraan.

c. Volume kendaraan adalah jumlah kendaraan yang bergerak dalam

arah tertentu, melalui suatu titik yang telah ditentukan selama

periode tertentu.

Pada waktu-waktu tertentu (peak hours) jumlah kendaraan yang

melewati suatu jalan melebihi daya tampung jalan tersebut,

sehingga terjadi kemacetan dan kecelakaan. Lebih buruk lagi jika

Page 45: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

21

dijalan tersebut tidak ada jalan-jalan penyalur yang berfungsi

untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas pada jalan utama.

d. Kondisi fisik jalan operasi, misalnya berlubang, bergelombang,

berpasir, rata, kering atau basah.

e. Alat-alat kelengkapan jalan, seperti lampu penerangan jalan,

lampu pengatur lalu lintas dan marka jalan tersebut.

f. Musim, pada musim hujan kondisi jalan yang licin kemungkinkan

menimbulkan potensi untuk terjadi selip apalagi jika kecepatan

mobil yang melintasi melebihi kecepatan rata-rata. Pada musim

panas, debu yang ditimbulkan oleh gerakan mobil menutupi

pandangan kendaraan yang ada dibelakangnya sehingga tidak

menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan.

3. Faktor kendaraan

a. Jenis dan ukuran Kendaraan

Jumlah berat maksimum beban yang diangkut harus

disesuaikan dengan jenis dan ukuran kendaraan untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat operasi.

b. Kondisi kendaraan dan Pengaruhnya Pada Pengemudi

Kekurangan-kekurangan yang dapat berpengaruh pada

pengemudi, antara lain:

i. Tidak ergonomis, seperti tinggi tempat duduk dan tinggi

mata/pandangan, getaran, ketinggian lutut dan panjang kaki.

Page 46: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

22

ii. Keterbatasan pandangan (blind spot), baik pada pandangan

kedepan ataupun pada pandangan kebelakang.

c. Penerangan

Penerangan sangat dibutuhkan untuk pada perjalanan malam

hari untuk melihat jalan, sebagai tanda adanya kendaraan dan

member isyarat untuk belok atau berhenti. Lampu penerangan

meliputi lampu besar/utama, lampu kecil, dan rotary lamp, lampu

belakang ataupun lampu rem.

d. Rem

Kemampuan kendaraaan untuk berhenti dengan cepat dan

dapat dikendalikan dengan baik merupakan persyaratan yang

penting bagi system pengereman dan factor utama dalam

keselamatan lalu lintas. Metode dalam penggunaan rem bervariasi,

sesuai dengan pengendara dan situasi lalu lintasnya, jarak pandang

henti pada prinsipnya ditentukan oleh efisiensi dan kondisi system

pengereman dan beban kendaraan, kondisi cuaca, karakteristik

permukaan jalan, karakteristik ban, geometrik jalan. Sebagian

besar pengendara, selama gerakan pengeraman, memperlambat

kendaraannya dalam dua tahap. Pertama, pada waktu pengendara

memindahkan kakinya dari pedal gas kepedal rem dan kedua, pada

waktu pengendara menekan pedal rem untuk menambah gaya rem

pada roda. Jika ahli lalu lintas telah merancang jalan dengan

Page 47: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

23

benar, maka pengereman mendadak hanya dilakukan pada

keadaan darurat.

e. Lampu Kendaraan

Agar operasi kendaraan aman, seorang pengendara

memerlukan pandangan yang jelas kedepan, konsistensi dengan

kecepatan dan bebas dari kusamnya kaca dan didukung oleh

lampu kendaraan. Lampu kendaraan banyak digunakan pada

malam hari agar pandangan ke depan lebih jelas, mengetahui

kondisi lingkungan yang dilewati, dan agar pengguna jalan

lainnya dapat mengetahui keberadaan kendaraan kita.

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Setiap individu dalam kehidupannya sehari-hari akan menerima

stimulus atau rangsang berupa informasi, objek, peristiwa, dan lain-lain

yang berasal dari lingkungan. Stimulus yang berkaitan dengan dirinya akan

diberi makna oleh individu yang bersangkutan. Proses pemahaman atau

pemberian makna terhadap stimulus itu dinamakan proses persepsi. Untuk

memberikan gambaran lebih jelas lagi mengenai persepsi, berikut

pengertian persepsi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983), persepsi dinyatakan

sebagai kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan.

Kemampuan tersebut antara lain kemampuan untuk membedakan,

kemampuan untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk

Page 48: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

24

memfokuskan. Setiap orang bisa saja mempunyai persepsi yang berbeda

meskipun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya

perbedaan dalam sistem nilai dan ciri kepribadian dari individu yang

bersangkutan.

Menurut Robbins (1999), persepsi adalah suatu proses dimana

individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka

untuk memberikan makna terhadap lingkungan. Sondang P Siagan (1989)

berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang

mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam

usaha memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya. Chaplin

(1999), dalam Tiara (2007), menjelaskan bahwa persepsi sebagai proses

mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan

indera. Proses perceptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan

proses pengamatan selektif. Didalamnya mencakup pemahaman dan

mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian.

2.2.2 Proses Pembentukan Persepsi

Damayanti (2000), dalam Tiara Prasilika (2007), mencoba

menggambarkan proses pembentukan persepsi pada gambar dibawah ini:

Page 49: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

25

Proses pembentukan persepsi

Gambar 2.1 Skema Proses Pembentukan Persepsi

1. Proses penerimaan rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah penerimaan rangsangan dari

berbagai sumber yang diterima individu melalui panca indera yang

dimilikinya dan akan memberikan respon sesuai dengan penilaian dan

pemberian arti terhadap rangsang lain.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data yang diseleksi tidaklah

mungkin memperhatikan rangsangan yang diterima. Demi menghemat

perhatian-perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring

dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu

bentuk sesuai dengan rangsangan yang diterima.

Proses pengorganisasian

Seleksi rangsangan

Rangsangan atau sensasi

PERSEPSI Lingkungan Interpretasi

Pengalaman Proses belajar

Page 50: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

26

4. Proses Penafsiran

Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu

menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa

telah terjadi persepsi setelah rangsang atau data tadi ditafsirkan. Persepsi

pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai data mempengaruhi

penafsiran, diantaranya adalah:

a. Perangkat persepsi, nilai-nilai atau kepercayaan yang dianut individu

akan mempengaruhi pada persepsi yang akan diterima. Kepercayaan

atau pendapat-pendapat tadi dapat dikatakan sebagai perangkat

persepsi.

b. Pembelaan persepsi, apabila data atau rangsangan yang diterima

individu bertentangan dengan nilai-nilai atau kepercayaan yang

dimiliki, maka individu akan melakukan apa yang dinamakan

persepsi, mekanismenya antara lain, menolak data yang diterima,

memodifikasi data, pembenaran sikap dan kepercayaan data itu

diterima.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui

proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor-

faktor inilah yang menyebabkan dua orang melihat sesuatu mungkin

memberikan interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya itu.

Menurut Stephen. P. Robbins, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi

persepsi sesorang, yaitu :

Page 51: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

27

1. Individu Yang Bersangkutan

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan

interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh

karakteristik individual yang dimiliknya seperti sikap, motif,

kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapannya.

2. Sasaran dari Persepsi

Sasaran itu mungkin berupa benda, orang atau peristiwa. Sifat-sifat

itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara

terisolasi melainkan dalam kaitanya/hubungannya dengan orang lain.

Hal itu menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang,

benda atau peristiwa sejenis, dan memisahkannya dari kelompok lain

yang tidak serupa.

3. Situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana

persepsi itu timbul perlu mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor

yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.

Pembentukan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang

pertama kali diterima (Feldman, 1985), oleh karena itu pengalaman

pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi

pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi

oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah-ubah

sesuai dengan stimulus baru yang diterima. Persepsi menjadi penting

Page 52: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

28

karena merupakan dasar dari seseorang dalam berprilaku dan

mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan (Robbins, 1998).

Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P.

Robbins, David Krech (1962) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:14)

menyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang

adalah:

1. Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang

dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dan lain-lain.

2. Frame of Experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah

dialaminya yang tidak lepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Menurut Feldman (1985), dalam Ben F. Ramdhan, pembentukan

persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali peroleh.

Oleh Karena itu, pngalaman pertama yang tidak menyenangkan akan

sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena

stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi

pun dapat berubah-ubah sesuai dengan stimulus yang diterima.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat diketahui bahwa

proses pembentukan persepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti

pengalaman, kemampuan, individu, lingkungan dan lain sebagainya. Proses

pembentukan itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan

faktor eksternal.

Page 53: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

29

2.2.4 Persepsi terhadap Risiko Bahaya

Menurut WHO (1999) dalam Ben F. Ramadhan (2009) Risk

perception merupakan suatu proses dimana individu menginterpretasikan

informasi mengenai resiko yang mereka peroleh. Menurut Kathryn Mearns

dalam Ben Fauzi Ramadha (2009), Risk perception dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan

2. Personal

3. Konteks

4. Kualitas lingkungan kerja

5. Kepuasan dengan ukuran safety

6. Sikap terhdap resiko dan safety

7. Budaya safety

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Kata “ilmu” merupakan terjemahan dari kata Inggris science. Kata

science berasal dari kata Latin scientia yang berarti “Pengetahuan”. Kata

scientia berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya “mempelajari”

atau “mengetahui” (Alex Sobur, 2003). Sedangkan menurut Notoadmodjo

(1993), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

Page 54: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

30

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Meliono (2007), pengetahuan adalah informasi atau

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Berbagai gejala

yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi juga

merupakan suatu pengetahuan. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan indera dan akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumya.

Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan dalam dalam Pitasari (2008),

pengantar logika tradisional, mengemukakan, “Pengetahuan adalah suatu

sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda dan

dihubungkan oleh keyakinan”. Dengan demikian, pandangan dari kedua

penulis ini, ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam pengetahuan, yaitu:

1. Adanya sistem gagasan dalam pikiran.

2. Gagasan ini sesuai dengan benda-benda sebenarnya.

3. Haruslah ada suatu keyakinan tentang persesuaian.

Apabila salah satu dari tiga unsur tersebut hilang, tidak akan terjadi

“Pengetahuan”.

2.3.2 Sumber, Bentuk, dan Tingkatan dalam Pengetahuan

Menurut Mehra dan Burhan dalam dalam Pitasari (2008), ada tiga

sumber pengetahuan, yaitu :

1. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung.

2. Pengetahuan yang diperoleh dari suatu konklusi.

Page 55: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

31

3. Pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan authority.

Berdasatrkan bentuknya, Mehra dan Burhan dalam dalam Pitasari

(2008) membagi pengetahuan dalam dua bagian, yaitu:

1. Pengetahuan Langsung

Pengetahuan yang didapat dari persepsi ekstern dan persepsi intern.

2. Pengetahuan Tidak Langsung

Pengetahuan yang diperoleh dengan cara menarik konklusi, kesaksian,

dan authority.

Berdasarkan tingkatannya, ada 6 tingkatan dalam pengetahuan, yaitu:

1. Tahu atau know, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Contoh dapat menyebutkan gejala suatu

penyakit.

2. Memahami atau comprehention, diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelasakan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misal menjelaskan

mengapa harus menjaga kebersihan lingkungan.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada kondisi dan situasi senyataannya. Contoh

menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan rumus

matematika.

4. Analisi, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau objek kedalam suatu komponen-komponen, tetapi masih berkaitan

satu sama lain didalam satu struktur.

Page 56: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

32

5. Sintesis, diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi, diartikan sebagai kemapuan untuk melakukan suatu penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2.3.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pesepsi

Hubungan antara persepsi dengan pengetahuan dapat dilihat dari

penelitian yang dilakukan oleh Ben Fauzi ramdhan (2009), yaitu salah satu

yang mempengaruhi persepsi rendah adalah pengetahuan yang dimiliki

oleh pengendara sepeda motor kurang baik. Dari 239 responden yang

diteliti, 73.23% dinyatakan memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Triska (2007) tentang

persepsi supir bajaj terhadap keselamatan berkendara, menyatakan bahwa

rata-rata supir bajaj mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap

keselamtan berkendara. Dari total sampel yang diteliti, sebesar 67.6%

memiliki pengetahuan yang rendah untuk berkendara dengan selamat.

2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive,

berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau sesuatu yang

“bergerak”. Jadi istilah “motif” berkaitan erat dengan “gerak”, yakni

gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau

tingkah laku. (Alex Sobur, 2003).

Page 57: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

33

Selain motif, dalam psikologi juga dikenal dengan istilah motivasi.

Sebenarnya, motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang

menunjukkan pada proses seluruh gerakan, termasuk situasi yang

mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang

ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena

itu, bisa dikatakan juga bahwa motivasi bisa membangkitkan motif,

membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri

untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu tujuan atau keputusan.

Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur

dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik

antara kedua unsur ini terjadi didalam diri manusia, namun dapat

dipengaruhi oleh hal-hal diluar diri manusia. Misalnya, keadaan cuaca,

kondisi lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu, bisa saja terjadi

perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika ternyata motivasi

yang pertama mendapat hambatan atau tidak dapat terpenuhi.

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti

menggerakkan (to move). Motivasi mewakili proses-proses psikologi yang

menyebabkan timbulnya pengarahan, dan persistensi kegiatan-kegiatan

sukarela yang ditujukan kearah pencapaian tujuan. Motivasi merupakan

hasrat dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut

melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu

hal; mencapai tujuan. Motivasi merupakan penggerak yang

menggambarkan pada tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata-

Page 58: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

34

kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semuanya sama dengan motive,

yaitu asal kata motivasi (Methis, 2001).

Motivasi adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang

mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak untuk mencapai

tujuan tertentu. Motivasi dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motivasi

diartikan dengan istilah dorongan, dorongan tersebut merupakan gerak jiwa

dan jasmani untuk berbuat (Saleh dan Nisa, 2006).

Motivasi adalah suatu keadaan psikologi tertentu dalam diri

seseorang yang muncul oleh karena adanya dorongan untuk memenuhi

kebutuhan tertentu. Motivasi ini kemudian menimbulkan tingkah laku

untuk memenuhi kebutuhan tadi. Dengan demikian motivasi dapat

diartikan sebagai suatu proses (Indriyanti, 1999).

Sedangkan menurut Umar (2000) dalam penelitiannya menyebutkan,

motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk

keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelanggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa tidak ada

suatu motivasi apabila tidak dirasakan adanya suatu kebutuhan, sehingga

motivasi yang telah tumbuh merupakan dorongan untuk mencapai tujuan

Page 59: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

35

guna memenuhi kebutuhan atau mencapai keseimbangan. Dengan

demikian motivasi berhubungan erat dengan perilaku dan prestasi kerja.

Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi

tertentu yang dihadapinya. Karena itu terdapat perbedaan dalam kekuatan

motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi

tertentu yang dihadapinya. Tindakan motivasi seseorang berbeda dengan

orang lain, dan berbeda dalam diri seseorang pada waktu yang berlainan.

Jadi motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang sering

dikenal dengan istilah motivasi internal atau intrinsik akan tetapi dapat pula

bersumber dari luar diri seseorang yang bersangkutan yang dikenal dengan

istilah motivasi eksternal atau ekstrisik (Umar, 2000).

Motivasi memiliki tiga komponen pokok (Saleh dan Nisa, 2006),

yaitu:

1. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi memberikan kekuatan dalam diri

individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2. Mengarahkan. Motivasi mengarahkan tingkah laku, menyediakan suatu

orientasi tujuan.

3. Menopang. Motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah

laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah

dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Page 60: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

36

Motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Saleh dan Nisa, 2006):

1. Motivasi adalah majemuk. Dalam satu perbuatan tidak hanya memiliki

satu tujuan tetapi memiliki beberapa tujuan yang berlangsung bersama-

sama.

2. Motivasi dapat berubah-ubah. Motivasi sering berubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan atau kepentingan individu yang bersangkutan.

3. Motivasi berbeda-beda bagi individu. Dua orang yang memiliki

pekerjaan yang sama, tetapi motivasinya bisa berbeda.

4. Beberapa motivasi tidak disadari oleh indinidu. Banyak tingkah laku

individu yang tidak disadari, sehingga dorongan yang muncul sering

kali karena berhadapan dengan situasi yang kurang meguntungkan lalu

ditekan dibawah sadarnya.

2.4.2 Lingkaran Motivasi

Motif dalam psikologi manusia berarti rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Karena

dilatarbelakangi oleh motif, tingkah laku tersebut disebut “tingkah laku

bermotivasi” (Dirgagunarsa, 1996). Menurut Triska (2007) dalam

penelitiannya, bahwa ada beberapa unsur yang membentuk lingkaran

motivasi (motivational cycle), seperti digambarkan berikut ini:

Page 61: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

37

Lingkaran Motivasi

Kebutuhan

Tujuan Tingkah laku

Gambar 2.2 Lingkaran Motivasi

1. Kebutuhan

Motif pada dasarnya adalah bukan merupakan suatu dorongan fisik,

tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan

kebutuhan. Ketika orang-orang berupaya untuk memuaskan kebutuhan

cinta, penerimaan masyarakat, atau rasa memiliki, misalnya, mereka

senantiasa dihadapkan pada saran-saran mengenai bagaimana memuaskan

kebutuhan itu. Dengan kata lain memotivasi mereka untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Salah satu teori terkenal yang membahas tentang kebutuhan adalah

teori Maslow yang mengklasifikasikan kebutuhan menjadi lima tingkat.

Yang terdiri atas kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan, dan

mewujudkan jati diri. Hierarki kebutuhan Maslow ini merupakan salah satu

teori motivasi yang terkenal. Teori ini sangat berpengaruh dalam psikologi

Page 62: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

38

industri dan organisasi sebagai teori motivasi kerja. Dengan kata lain,

kebutuhan-kebutuhan ini memotivasi manusia untuk mencapai tujuan.

Menurut Maslow, kebutuhan dasar (kebutuhan dasar fisik dan

kebutuhan dasar rasa aman) harus lebih didahului sebelum memenuhi

kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kebutuhan aman yang dimaksud disini

adalah bebas dari bahaya yang dapat mengancam jiwa.

Begitu tiap kebutuhan ini telah cukup banyak dipuaskan, kebutuhan

berikutnya menjadi dominan. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa

kebutuhan individu bergerak naik mengikuti anak tangga hierarki. Dari titik

pandang motivasi, teori tersebut mengatakan bahwa meskipun tidak ada

kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang

dipuaskan secara cukup banyak (substansial) tidak lagi termotivasi. Jadi

jika kita ingin memotivasi seseorang, maka menurut Maslow, kita perlu

memahami sedang berada pada anak tangga manakah orang tersebut dan

memfokuskan pada pemenuhan-pemenuhan kebutuhan itu atau kebutuhan

diatas tingkat itu.

2. Tingkah Laku

Elemen kedua dari lingkaran motivasi adalah tingkah laku yang

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jadi, tingkah laku pada

dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan. Perilaku merupakan kumpulan

kegiatan M.C. Morgan menyebut Instumental Behaviour untuk tingkah

laku yang dipergunakan sebagai alat atau cara agar tujuan dapat tercapai

(Alex Sobur, 2003: 291). Tingkah laku ini, apakah sesuai atau tidak sesuai,

Page 63: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

39

baik atau tidak baik, melanggar atau tidak melanggar norma, semuanya

disebut tingkah laku.

Selanjutnya Morgan mengemukakan beberapa bentuk tingkah laku

sebagai berikut :

a. Aktifitas, adalah gerakan-gerakan yang timbul menyertai adanya

kebutuhan.

Misalnya gerakan yang diperlihatkan oleh supir angkot ketika

penghasilan hari ini tidak mencukupi untuk setoran, atau gerakan

gelisah pada seseorang yang sedang berusaha memecahkan masalah.

b. Gerakan-gerakan naluriah. Suatu gerakan yang dapat dilakukan tanpa

dipelajari terlebih dahulu. Gerkan-gerakan inilah yang memungkinkan

seorang bayi dapat melangsungkan hidupnya. Misalnya gerakan

seorang bayi yang sedang menyusu pada ibunya.

c. Refleks. Suatu gerakan yang diperlihatkan oleh seseorang untuk

mempertahankan atau melindungi tubuh dari kemungkinan-

kemungkinan cacat, cidera, luka dan lain-lain. Biasanya gerakan

refleks terjadi secara cepat sekali. Misalnya supir angkot yang

mengerem atau membelokkan mobil angkotnya ketika kendaraan

didepannya berhenti secara tiba-tiba atau ada penumpang yang berada

dipinggir jalan.

d. Belajar secara instrumental,yaitu mempelajari sesuatu yang terjadi

tanpa sengaja. Misalnya seorang anak mengatakan “pusing” ketika

sedang membuat soal-soal berhitung yang sulit. Karena anak

Page 64: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

40

3. Tujuan

Elemen ketiga dari lingkaran motivasi adalah tujuan yang berfungsi

untuk memotivasikan tingkah laku. Tujuan yang menentukan seberapa

aktif individu akan bertingkah laku, karena, selain ditentukan oleh motif

dasar, tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika

tujuannya menarik, individu akan lebih aktif bertingkah laku.

2.4.3 Hubungan Motivasi dengan Persepsi

Pada tahun 2009, Ben Fauzi Ramadhan melakukan penelitian yang

menunjukkan bahwa hampir sebagian responden yang diteliti memiliki

persepsi yang rendah terhadap kselamatan berkendara. Dari total sampel yang

diteliti yaitu sebesar 239 responden, 59.95% memiliki motivasi yang kurang

baik terhadap berkendara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Triska (2007) yang mana didapatkan 67.6% responden masih memiliki

motivasi yang rendah untuk berkendara dengan selamat karena masih

dipengaruhi oleh ada tidaknya petugas pengaman lalu lintas, permintaan

penumpang dan setoran.

Page 65: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

41

2.5 Pengalaman

Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang

tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan

menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak

pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat

masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman

bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup namun

sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan

dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk melaksanakan

tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan

keahlian tenaga kerja (Hadiwiryo, 2002).

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih

(Christ, 1993 dalam Dwi Ananing Tyas, 2006). Seseorang yang melakukan

pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang

lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan

tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka,

semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut.

Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit

pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian

dan ketrampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja

mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah.

Page 66: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

42

Ini biasanya terbukti dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan hasil

kerja yang belum maksimal.

Lama kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat

mempengaruhi kecelakaan kerja. Terutama pengalaman dalam hal

menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang

maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan

pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa, 1992). Berdasarkan hasil studi

ILO (1989) di Amerika menunjukan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi selain

karena faktor manusia, disebabkan juga karena masih baru dan kurang

pengalaman (Dirgagunarsa, 1992).

Pengalaman merupakan keseluruhan yang didapat seseorang dari

peristiwa yang dilaluinya, artinya bahwa pengalaman seseorang dapat

mempengaruhi persepsi dalam kehidupan organisasinya. Dengan demikian,

semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperolehnya

semakin banyak yang memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman

(Millah, 2008).

Sedangkan, menurut Cooper (1998), orang sering berperilaku tidak aman

karena orang tersebut belum pernah cedera saat melaksanakan pekerjaannya

dengan tidak aman. Tetapi jika kita melihat Heinrich’s Triangle, sebenarnya

orang tidaklah jauh dari potensi kecelakaan. Sementara itu, Geller (2001)

menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah

dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus

Page 67: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

43

berlaku karena menyenangkan, nyaman, dan menghemat waktu dan perilaku ini

cenderung berulang.

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik

sesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat

kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara

mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka sering

mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan tertentu yang diberikan

kepada mereka sehingga keselamatan tidak cukup mendapat perhatian. Oleh

karena itu, masalah keselamatan harus dijelaskan kepada mereka sebelum

melakukan pekerjaan dan bimbingan pada hari-hari permulaan bekerja adalah

sangat penting. Dimana, dalam suatu perusahaan pekerja-pekerja baru yang

kurang berpengalaman sering mendapatkan kecelakaan, sehingga diperlukan

perhatian khusus (Suma’mur, 1996).

Berdasarkan pendapat Suma’mur (1996) diatas dapat disimpulkan bahwa

pengalaman dapat mempengaruhi persepsi supir angkot dalam melakukan

berkendara di jalan raya dan pengalaman dapat mengurangi risiko terjadinya

kecelakaan. Dalam hal ini, supir angkot yang berpengalaman dapat lebih

menekankan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya ketika mengendarai

angkot dikarenakan ia telah mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan

dan keselamatannya. Sedangkan supir angkot yang belum berpengalaman atau

masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya.

Dirgagunasa (1992) mengatakan bahwa lama kerja seseorang jika

dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat mempengaruhi kecelakaan kerja.

Page 68: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

44

Terutama pengalaman dalam hal menggunakan berbagai macam alat kerja.

Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan

lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman.

2.6 Kerangka Teori

Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang berhubungan

dengan persepsi seseorang antara lain individu tersebut (pengetahuan; motivasi;

pengalaman; dan harapannya); sasaran persepsi (benda; orang atau peristiwa);

dan situasi persepsi (kondisi lingkungan) (Robbins, 1998); Penglihatan dan

Penafsiran (Leavit, 1978); pengetahuan (kognitif) dan penafsiran (interprektif);

(Ittelson, 1978 dalam Ben F. Ramadhan, 2009); Pengamatan dan penilaian

dalam diri individu (Sarwono, 1983); Pengorganisasian; interpretasi dan

lingkungan (Siagian, 1989). Dari beberapa teori diatas, maka hal tersebut dapat

digambarkan pada gambar 2.3 dibawah ini :

Page 69: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

45

Gambar 2.3

Bagan Kerangka Teori

Faktor Internal Individu :

• Pengetahuan

• Motivasi

• Pengalaman

• Harapan

Faktor Eksternal Individu :

• Benda

• Lingkungan

• Pengorganisasian

• Peristiwa

Persepsi Supir Angkot

Sumber : Ittelson, (1978), Sarwono, (1983), Siagian, (1989), Robbins, (1998).

Page 70: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dengan mengacu kepada teori yang telah dijelaskan sebelumnya, yang

membagi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ke dalam faktor

internal dan eksternal, namun peneliti membatasi variabel penelitian hanya terdiri

dari faktor internal yaitu pengetahuan supir angkot tentang keselamatan

berkendara, motivasi supir angkot tentang keselamatan berkendara dan

pengalaman supir angkot tentang keselamatan berkendara. Adapun variabel

dependen dalam penelitian ini adalah persepsi.

Berdasarkan teori yang ditunjang oleh fakta serta pengamatan secara

langsung di lapangan dan setelah mempelajari data kecelakaan lalu lintas,

pemilihan variabel independen tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa variabel

terpilih memang sudah dikenal secara umum termasuk oleh calon responden.

Variabel independen atau determinan tersebut diasumsikan oleh peneliti

mempunyai hubungan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan

berkendara di jalan raya.

Asumsi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

dapat diuraikan sebagai berikut: pengetahuan supir yang baik akan menimbulkan

kesadaran dan sikap positif bagi supir, motivasi berhubungan erat dengan persepsi

dan prestasi kerja. Semakin rendahnya motivasi supir dalam bekerja

(mengendarai angkot) maka dorongan untuk mencapai tujuan guna memenuhi

kebutuhan kemungkinan besar tidak tercapai secara optimal. Adapun pengalaman

46

Page 71: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

47

mempengaruhi persepsi supir tentang keselamatan berkendara. Artinya bahwa

persepsi risiko berkendara responden baik jika responden memiliki pengalaman

yang banyak terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas, sebaliknya persepsi risiko

keselamatan berkendara responden buruk jika responden memiliki pengalaman

sedikit terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas.

Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan penelitian yang dilakukan oleh

Ben Fauzi Ramadhan mengenai gambaran persepsi keselamatan berkendara

sepeda motor pada siswa/i SMA di Kota Bogor tahun 2009.

Beberapa variabel yang terdapat dalam kerangka teori namun tidak

dilakukan penelitian karena alasan tertentu. Variabel tersebut diantaranya:

1. Lingkungan; ketika mengendarai angkot tidak diikutsertakan sebagai variabel

independen karena tidak ada perbedaan luas yang bermakna karena rute

perjalanan antar supir angkot sama.

2. Benda; dalam hal ini adalah mobil tidak diikutsertakan sebagia variabel

independen karena peneliti tidak dapat menilai apakah mobil angkot

(angkutan kota) termasuk mobil yang layak digunakan atau tidak layak

digunakan.

3. Pengorganisasian; tidak diikutsertakan sebagai variabel independen karena

pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan, supir angkot jurusan Parung-

Bogor tidak terikat dengan organisasi.

4. Variabel peristiwa tidak dikutsertakan sebagai variabel independen karena

variabel ini berkaitan dengan variabel pengalaman. Peristiwa yang pernah

Page 72: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

48

dialami oleh supir angkot, merupakan bagian dari pengalaman yang dialami

oleh supir angkot.

Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel

independen terdiri dari pengetahuan, sikap, pengalaman, dan motivasi. Sedangkan

persepsi ditetapkan sebagai variabel dependen. Hubungan antara beberapa

variabel tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini:

Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

digambarkan dalam bagan 3.1

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

Persepsi Supir Angkot

Tentang Keselamatan

Berkendara di Jalan

Raya

1. Pengetahuan

2. Motivasi

3. Pengalaman

Page 73: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

49

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definis Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Persepsi supir

angkot tentang

keselamatan

berkendara

Penafsiran atau interpretasi

supir angkot tentang

mengendarai angkot dengan

aman dan selamat untuk

keselamatan bersama.

Wawancara Kuesioner 1. Baik jika total

skor > nilai median

2. Tidak baik jika

total skor < nilai

median

Nominal

2 Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh supir angkot

tentang keselamatan berkendara

di jalan raya.

Wawancara Kuesioner 1. Tinggi jika total

skor > nilai mean

2. Rendah jika total

skor < nilai mean

Nominal

3 Motivasi Keinginan atau dorongan dari

dalam diri supir angkot untuk

berkendara dengan selamat di

jalan raya Parung-Bogor.

Wawancara Kuesioner 1. Tinggi jika total

skor > nilai mean

2. Rendah

jika total skor <

Nominal

Page 74: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

50

nilai mean

4 Pengalaman Kejadian/peristiwa yang

dialami oleh supir angkot

selama mengendarai angkot di

jalan raya.

Wawancara Kuesioner 1. Banyak jika total

skor > nilai mean

2.Kurang jika total

skor < nilai mean

Nominal

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

2. Ada hubungan motivasi dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

3. ada hubungan pengalaman dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

Page 75: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan menggunakan metode deskriptif dan analitik. Penelitian ini menggunakan

desain studi cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan

dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pangkalan angkot di pasar Parung dan di

pangkalan pasar Merdeka, Bogor. Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih

selama dua bulan pada periode bulan Desember 2009 – Januari 2010.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkot jurusan Parung-

Bogor yang ada di pangkalan Pasar Parung dan pangkalan pasar Merdeka,

Bogor.

4.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dengan cara menggunakan metode Purposive

sampling, yaitu sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Supir angkot yang mengendrai angkot jurusan Parung-Bogor, sesuai

dengan jumlah angkot, yaitu sebanyak 117 orang.

51

Page 76: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

52

2. Supir angkot jurusan Parung-Bogor yang berada di lokasi pada saat

penelitian dilakukan.

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pada

saat penelitian, kuesioner akan dibagikan langsung oleh peneliti kepada supir

angkot untuk dilengkapi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

sebelumnya pernah digunakan oleh Nurhasanah (2007), Tiara Prasilika (2007),

Pitasari (2008), dan Ben F. Ramadhan (2009). Kuesioner ini mencakup

pertanyaan mengenai data umum responden, pengetahuan, motivasi, pengalaman,

dan persepsi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan beberapa

pertanyaan dan modifikasi skala likert. Skala model likert adalah suatu himpunan

butir pertanyaan sikap, pendapat, persepsi yang kesemuanya dipandang kira-kira

sama dengan sikap, pendapat, perspsi. Penentuan dari pertanyaan-pertanyaan

tersebut diambil dari banyak pertanyaan yang disaring melalui uji coba yang

dikenakan pada subjek uji coba. Dari hasil uji coba dipilih pertanyaan-pertanyaan

yang cukup baik, baik yang bersifat favorable atau positif maupun unfavorable

atau negatif (Walgito, 2003).

Dalam menciptakan alat ukur likert dengan menggunakan pertanyaan-

pertanyaan dengan menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas

pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu

dari empat alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif yang dikemukakan

serta pembobotnya seperti:

Page 77: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

53

- Sangat setuju (5)

- Setuju (4)

- Ragu-ragu (3)

- Tidak setuju (2)

- Sangat tidak setuju (1)

Sedangkan untuk mengukur pertanyaan yang memiliki nilai negatif

pembobotnya terbalik, seperti:

- Sangat setuju (1)

- Setuju (2)

- Ragu-ragu (3)

- Tidak setuju (4)

- Sangat tidak setuju (5)

Untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang cukup baik, baik yang

bersifat favorable atau positif maupun yang unfavorable atau negatif adalah

berdasarkan uji validitas dan reabilitas, yaitu dengan menghitung korelasi antara

masing-masing pertanyaan dengan total skor dengan menggunakan rumus

(Singarimbun, 1989) seperti berikut:

r = N(ΣXY) – (ΣX. ΣY)

√[NΣX2 – (ΣX)2] [NΣY2 – (ΣY)2

Keterangan:

X = Skor pertanyaan

Y = Total skor

Page 78: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

54

r = Angka korelasi

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai – r, dengan cara melihat baris N–2. Jumlah

responden yang dipakai untuk uji kuesioner ini adalah 30 responden, maka jalur

yang dilihat adalah baris 30-2 =28. Untuk taraf signifikansi 5%, maka angka

kritik adalah 0,361.

Sedangkan reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika

memiliki nilai alpha conbacch’s > 0,70. Kuesioner dinyatakan reliabel jika jika

mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,7. Pertanyaan-pertanyan

yang digunakan pada penelitian ini memiliki koefisien alpha yang lebih besar

dari 0,7, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.

Kuesioner yang dibuat mencakup beberpa variabel yang diteliti, yaitu

variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu persepsi

supir angkot, sedangkan variabel independennya adalah pengetahuan, motivasi,

dan pengalaman. dan persepsi.

Untuk variabel persepsi, pengetahuan, motivasi, dan pengalaman

dikelompokkan menjadi dua ketegori dengan menggunakan standard skor

dibawah ini:

Baik/tinggi : Jika total skor jawaban yang diperoleh ≥ mean

Tidak baik/rendah : Jika total skor jawaban yang diperoleh < mean

4.5 Metode Pengumpulan Data

Page 79: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

55

Data yang digunakan pada penelitian kali ini adalah data primer dan data

sekunder yang diperoleh dengan cara:

4.5.1 Data Primer

Data ini didapat dengan melakukan observasi langsung ke lapangan

dengan menggunakan wawancara dan kuesioner yang dibagikan kepada

responden, yaitu supir angkot yang terdapat di pangkalan Pasar Parung.

4.5.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan penelusuran

kepustakaan, data-data dan dokumen yang relevan dengan penelitian ini.

Selain itu data sekunder diperoleh dari informasi tentang kecelakaan

diberbagai media, seperti media masa dan internet, serta Dinas Perhubungan

Pemerintah Provinsi Bogor.

4.6 Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan

diolah melalui tahap – tahap sebagai berikut :

1. Mengkode data (data coding)

Kode data dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden.

Pemberian kode dimaksudkan untuk memudahkan dalam menganalisis data

dan memasukkan data.

2. Menyunting data (data editing)

Pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul.

Pemeriksaan meliputi pengisian, konsistensi, validitas, dan jumlah pertanyaan

yang di jawab, apakah jawaban yang dikuesioner sudah:

Page 80: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

56

Lengkap : Semua pertanyaan sudah dijawab

Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas dibaca

Relevan : Jawaban yang ditulis relevan dengan pertanyaan

Konsisten : Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawaban konsisten

3. Memasukkan data (data entry)

Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian kode jawaban

selanjutnya dimasukkan ke dalam program software komputer berupa kode-

kode.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah

siap diolah dan dianalisis. Tahap cleaning data terdiri dari:

a. Mengetahui missing data

b. Mengetahui variasi data

c. Mengetahui konsistensi data

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel independen, dependen yang diharapkan dari

tabel distribusi. Variable independen terdiri dari pengetahuan, motivasi dan

Page 81: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

57

pengalaman, sedangkan variable dependen yaitu persepsi supir angkot

tentang keselamatan berkendara dijalan raya. Analisis data univariat

dilakukan dengan tabulasi dengan menggunakan program komputer.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel-

variabel yang mempengaruhi persepsi supir angkot (variabel independen)

dengan persepsi supir angkot jurusan Parung-Bogor (variabel dependen).

Untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen digunakan uji chi-square. Analisis data bivariat dilakukan dengan

menggunakan program komputer.

Persamaan Chi Square:

(O - E)2

X2 = E Keterangan :

X2 = Chi Square

O = Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya.

Jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Sebaliknya jika

Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.

Page 82: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

58

Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan

independen maka dilihat nilai Odds Rasio (OR). Rumus OR sebagai berikut:

OR = AD BC

Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Jika nilai OR < 1 artinya variabel

independen memperkecil resiko untuk bermotivasi dalam berperilaku aman.

Dan jika nilai OR > 1 artinya variabel independen meningkatkan resiko

untuk bermotivasi dalam berperilaku aman.

Page 83: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB V

HASIL PENELITIAAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Parung

Secara letak geografis. Parung merupakan salah satu Kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten Bogor. Batas wilayah utara wilayah Kecamatan

Parung berbatasan dengan kecamatan Jampang, wilayah selatan kecamatan

Parung berbatasann dengan wilayah Sawangan sedangkan wilayah barat

kecamatan Parung berbatasan dengan kecamatan Ciseeng. Parung memiliki

sembilan kelurahan atau desa, antara lain Desa Bojong Indah, Desa Bojong

Sempu, Desa Cogrek, Desa Iwul, Desa Jabon Mekar yang berbatasan dengan

wilayah Jampang, Desa Pamager Sari, Desa Waru, Desa Warujaya yang

berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng, dan Desa Parung.

Parung memiliki sebuah pasar tradisional yang aktif 24 jam. Di pasar

Parung inilah biasanya angkot-angkot beroperasi. Selain itu, lokasinya yang

terletak diantara perbatasan Wilayah Kabupaten Bogor dengan Kota Depok

menjadi salah satu daerah yang dipadati oleh kendaraan pribadi (mobil pribadi,

truk dan motor) maupun kendaraan umum (angkot dan bis) yang melintas

disepanjang jalan tersebut, terlebih lagi ditambah dengan banyaknya kendaraan

umum yang parkir disepanjang jalan tersebut, sehingga membuat jalanan

disepanjang pasar Parung menjadi padat. Hal ini pula yang menjadikan daerah

pasar Parung menjadi salah satu daerah yang strategis bagi supir angkot untuk

mencari penumpang, dengan kata lain mereka menjadikan area ini menjadi

59

Page 84: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

60

pangkalan angkot. Angkot ini pula yang sering menjadi keluhan warga Bogor

karena jumlahnya yang banyak.

Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam

kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis

minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu

oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu

supir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-

lain). Angkot setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui

angka. Untuk wilayah kota Surabaya, banyak angkot yang memberi warna

khusus pada bodynya, sehingga penumpang dengan mudah bisa mengidentifikasi

jurusan mereka. Contoh, warna cokelat tua menandakan lewat ke Tunjungan

Plaza, lalu menuju Rumah Sakit Karang Menjangan. Sedangkan untuk warna

angkot yang terdapat Wilayah Bogor berwarna biru dan hijau, angkot warna biru

menunjukkan angkot wilayah Kota Bogor sedangkan angkot warna hijau

menunjukkan angkot wilayah Kabupaten Bogor. Namun tidak jarang juga angkot

warna biru atau hijau beroperasi di wilayah Kabupaten Bogor sekaligus wilayah

Kota Bogor. Angkot juga memiliki banyak sebutan. Di Jakarta dikenal dengan

sebutan mikrolet, di Bekasi dikenal dengan sebutan KOASI, dan di Makassar

dikenal dengan sebutan pete-pete.

Untuk tarif perjalanan, sebenarnya seluruh angkot yang terdapat di Kota

Bogor telah ditetapkan oleh Pemerintah Bogor. Namun pada kenyataannya,

banyak supir angkot yang menaikkan harga secara sepihak. Mereka berasalan

harga kebutuhan bahan pokok semakin meningkat, sedangkan penghasilan yang

Page 85: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

61

mereka dapatkan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan mereka. Berdasarkan

Surat Keputusan (SK) Walikota Bogor nomor 551.2.45-225, tarif angkot untuk

jarak jauh ditetapkan sebesar Rp. 4000, sedangkan untuk tarif jarak dekat sebesar

Rp. 2000. Sedangkan tarif yang telah ditentukan untuk pelajar Rp. 1500. Tetapi

tidak sedikit pula penumpang yang menggunakan angkot membayar tidak sesuai

dengan tarif yang telah ditentukan. Hal ini pula yang membuat supir angkot

menaikkan harga angkot secara sepihak sesuai dengan jarak dari penumpang

menaiki angkot sampai penumpang tersebut turun dari angkot.

Angkot-angkot yang digunakan responden untuk menarik penumpang

rata-rata merupakan angkot sewaan. Responden diharuskan membayarkan uang

setoran kepada pemilik angkot perhari. Besarnya setoran yang diberikan sangat

bervariasi, tergantung pada pemilik angkot, kondisi angkot, dan masa kerja supir

angkot. Untuk itu banyak supir angkot yang menaikkan tarif angkot yang tidak

sesuai dengan tarif yang telah diputusan oleh Dinas Perhubungan.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara diukur

melalui pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan atau bagaimana supir

angkot mengartikan suatu bahaya kecelakaan saat mengendarai angkot

melalui penginderaan. Untuk mengetahui gambaran persepsi supir angkot,

dilakukan uji statistik berskala ordinal. Variabel persepsi diketahui,

Page 86: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

62

dilakukan pengelompokan menjadi 2 kategori dengan menggunakan

standar skor yaitu jika total skor jawaban yang diperoleh > median (26.00)

dikategorikan baik dan jika total skor jawaban yang diperoleh < median

(26.00) dikategorikan tidak baik. Distribusi responden berdasarkan kategori

persepsi supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan

berkendara tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan

Berkendara pada Supir Angkot Jurusan Parung-Bogor Tahun 2010

Persepsi Supir Angkot Jumlah (n) Persentasi (%) Baik 61 52.1

Tidak Baik 56 47.9 Jumlah 117 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa dari 117 responden,

sebagian besar responden atau sebanyak 61 (52,1%) memiliki persepsi

yang baik tentang keselamatan berkendara. Sedangkan responden yang

memiliki persepsi yang tidak baik tentang keselamatan berkendara

sebanyak 56 (47.9%) responden.

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pengetahuan supir angkot tentang keselamatan berkendara diukur

melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan sejauh mana

pengetahuan supir angkot tentang keselamatan berkendara pada saat

mengendarai angkot. Untuk mengetahui pengetahuan supir angkot,

Page 87: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

63

dilakukan uji statistik berskala ordinal. Tetapi sebelum variabel

pengetahuan pengetahuan diketahui, dilakukan pengelompokkan menjadi 2

kategori dengan menggunakan standar skor yaitu jika total skor jawaban

yang diperoleh > nilai mean (16.08) dikategorikan tinggi dan jika total skor

jawaban yang diperoleh < nilai mean (16.08) dikategorikan rendah.

Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan supir angkot

jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara tahun 2010 dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara pada Supir Angkot Jurusan Parung-Bogor

Tahun 2010

Pengetahuan Supir Angkot Jumlah (n) Persentasi (%)

Tinggi 55 47 Rendah 62 53 Jumlah 117 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, diketahui bahwa dari 117 responden,

sebanyak 55 (47%) responden memiliki pengetahuan tinggi tentang

keselamatan berkendara. Sedangkan sebagian besar atau sebanyak 62

(53%) responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang keselamatan

berkendara.

Page 88: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

64

5.2.3 Gambaran Motivasi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Motivasi supir angkot tentang keselamatan berkendara diukur

melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapakan keinginan, harapan

dan perasaan responden. Untuk mengetahui gambaran motivasi supir

angkot tentang keselamatan berkendara dilakukan uji statistik univariat

berskala ordinal. Variabel motivasi diketahui, dilakukan pengelompokan

menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor yaitu jika total skor

jawaban yang diperoleh ≥ mean (27.50) dikategorikan tinggi dan jika total

skor jawaban yang diperoleh < mean (27.50) dikategorikan rendah.

Distribusi responden berdasarkan kategori motivasi supir angkot jurusan

Parung-Bogor Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Motivasi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara pada Supir Angkot Jurusan Parung-Bogor

Tahun 2010

Motivasi Supir Angkot Jumlah (n) Persentasi (%)

Tinggi 64 54.7 Rendah 53 45.3 Jumlah 117 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa dari 117 responden,

sebagian besar atau sebanyak 64 (54.7%) responden memiliki motivasi

tinggi tentang keselamatan berkendara. Sedangkan responden yang

Page 89: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

65

memiliki motivasi rendah tentang keselamatan berkendara sebanyak 53

(45.3%) responden.

5.2.4 Gambaran Pengalaman Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pengalaman supir angkot tentang keselamatan berkendara diukur

melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapakan kejadian-kejadian

yang pernah dialami oleh responden selama mengendarai angkot. Untuk

mengetahui gambaran pengalaman supir angkot tentang keselamatan

berkendara dilakukan uji statistik univariat berskala ordinal. Variabel

pengalaman supir angkot dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan

menggunakan standar skor yaitu jika total skor jawaban yang diperoleh ≥

mean (2.79) dikategorikan banyak dan jika total skor jawaban yang

diperoleh < mean (2.79) dikategorikan kurang. Distribusi responden

berdasarkan kategori motivasi supir angkot jurusan Parung-Bogor Tahun

2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Responden Menurut Pengalaman Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara pada Supir Angkot Jurusan Parung-Bogor

Tahun 2010

Motivasi Supir Angkot Jumlah (n) Persentasi (%)

Banyak 66 56.4 Kurang 51 43.6 Jumlah 117 100

Sumber : Data Primer

Page 90: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

66

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 117 responden,

sebagian besar atau sebanyak 66 (56.4%) responden memiliki pengalaman

yang banyak tentang keselamatan berkendara. Sedangkan responden yang

memiliki pengalaman yang kurang tentang keselamatan berkendara

sebanyak 51 (43.6%) responden.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Pengetahuan Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah pengetahuan

supir angkot tentang keselamatan berkendara berhubungan dengan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan uji

kenormalan data yaitu test kolmogorov (p=0,000) diketahui bahwa data

berdistribusi tidak normal, sehingga data dikategorikan dan uji yang

digunakan adalah uji chi square. Hubungan antara pengetahuan supir

angkot dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di

jalan raya dilihat pada tabel berikut:

Page 91: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

67

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Pengetahuan Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot

tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya Tahun 2010

Persepsi Supir Angkot Tentang Keselamatan Berkendara

Baik Tidak Total

Variabel

Skala Ukur

n % n % n %

Pvalue OR 95%

CI

Tinggi 38 69.1 17 30.9 55 100 Pengetahuan Supir

Rendah 23 37.1 39 62.9 62 100 0,001

3.790 (1.755-8.184)

Total 61 52.1 56 47.9 117 100 Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 117 responden

yang diteliti, responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebagian besar

memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara (69.1%).

Sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan rendah pada umumnya

juga memiliki persepsi yang tidak baik tentang keselamatan berkendara

(62.9%). Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui bahwa

pengetahuan supir angkot mempunyai hubungan yang bermakna dengan

persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya dengan

Pvalue 0.001 (Pvalue <α 0.05). Berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR (3.790) (95% CI 1.755-8.184), artinya responden yang

memiliki pengetahuan tinggi berpeluang sebesar 3.790 kali untuk memiliki

persepsi yang baik dibanding dengan responden yang memiliki

pengetahuan rendah.

Page 92: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

68

5.3.2 Hubungan Motivasi Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah motivasi supir

angkot tentang keselamatan berkendara berhubungan dengan persepsi supir

angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan uji

kenormalan data yaitu test kolmogorov (p=0,000) diketahui bahwa data

berdistribusi tidak normal, sehingga data dikategorikan dan uji yang

digunakan adalah uji chi square. Hubungan antara motivasi supir angkot

dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya

dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Analisis Hubungan Motivasi Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot

tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya Tahun 2010

Persepsi Tentang Keselamatan Berkendara

Baik Tidak Baik Total

Variabel

Skala Ukur

n % n % n %

Pvalue

Tinggi 32 60.4 21 39.6 53 100 Motivasi Supir

Angkot Rendah 29 45.3 35 54.7 64 100 0.104

Total 61 52.1 56 47.9 117 100 Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 117 responden

yang diteliti, responden yang memiliki motivasi tinggi sebagian besar

memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya

(60.4%). Sebaliknya responden yang memiliki motivasi rendah pada

umumnya juga memiliki persepsi yang tidak baik tentang keselamatan

Page 93: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

69

berkendara di jalan raya (54.7%). Berdasarkan hasil uji statistik chi square

diketahui banwa motivasi tidak mempunyai hubungan yang bermakna

dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya

dengan Pvalue 0,104 (Pvalue < 0,05).

5.3.3 Hubungan Pengalaman Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah pengalaman

supir angkot tentang keselamatan berkendara berhubungan dengan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan uji

kenormalan data yaitu test kolmogorov (p=0,000) diketahui bahwa data

berdistribusi tidak normal, sehingga data dikategorikan dan uji yang

digunakan adalah uji chi square. Hubungan antara motivasi supir angkot

dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Pengalaman Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot

tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya Tahun 2010

Persepsi Tentang Keselamatan Berkendara

Baik Tidak Baik Total

Variabel

Skala Ukur

n % n % n %

Pvalue

Banyak 37 56.1 29 43.9 66 100 Pengalaman Supir

Angkot Kurang 24 47.1 27 52.9 51 100 0.334

Total 61 52.1 56 47.9 117 100 Sumber: Data Primer

Page 94: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

70

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa dari 117 responden

yang diteliti, responden yang memiliki pengalaman banyak sebagian besar

memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya

(56.1%). Sebaliknya responden yang memiliki pengalaman kurang pada

umumnya juga memiliki persepsi yang tidak baik tentang keselamatan

berkendara di jalan raya (52.9% ). Berdasarkan hasil uji statistik chi square

diketahui pengalaman tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan

persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya dengan

Pvalue 0.334 (Pvalue < 0.05).

Page 95: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk

menggambarkan hubungan antara variabel indepnden dengan variabel

dependen pada waktu yang bersamaan sehingga lemah untuk melihat adanya

hubungan sebab akibat. Namun efektif dalam hal waktu dan biaya.

2. Penelitian ini hanya melihat hubungan faktor-faktor (pengetahuan, motivasi

dan pengalaman) yang diduga berhubungan dengan persepsi, sehingga masih

ada variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan variabel

dependen.

3. Hasil penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam menjawab

kuesioner. Jika responden tidak jujur menjawab, maka gambaran persepsi

supir angkot terhadap keselamatan berkendara yang diperoleh tidak

menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

4. Dalam penelitian ini, persepsi supir angkot terhadap keselamatan berkendara

sebagai pusat pengamatan bukan hal yang bersifat menetap, sehingga hasil

pengukuran yang dilakukan pada saat pengambilan data bukanlah merupakan

hasil yang berlangsung seterusnya.

72

Page 96: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

73

5. Persepsi responden dipengaruhi oleh banyaknya faktor yang sangat kompleks

dan biasanya sulit untuk melakukan pengukuran serta membutuhkan waktu

yang cukup lama. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan hanya pada faktor-

faktor yang dapat diukur dan diperkirakan mempunyai hubungan dengan

persepsi responden berdasarkan teori yang ada.

6.2 Gambaran Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan

bahwa sebagian besar persepsi supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang

keselamatan berkendara di jalan raya, terlihat dari 117 responden diperoleh

sebanyak 52.1% responden memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan

berkendara. Sedangkan supir angkot yang memiliki persepsi yang kurang baik

tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebanyak 47.9% responden.

Pengukuran terhadap variabel ini menggunakan pertanyaan yang mengungkapkan

keinginan, harapan dan perasaan responden untuk berpersepsi baik ketika sedang

mengendarai angkot.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yulianti (2007) yang menyatakan bahwa sebagian besar supir angkot (KWK

dan APB) memiliki persepsi yang rendah terhadap keselamatan berkendara. Hal

ini antara lain disebabkan karena:

1. Responden yang berbeda

2. Cara pengambilan sampel yang berbeda

Page 97: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

74

3. Teknik pengumpulan data yang berbeda (Saleh dan Nisa, 2006)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2007), diketahui bahwa

sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut terdiri dari beberapa macam

supir KWK atau APB dengan trayek yang berbeda yang diharapkan dapat

mewakili seluruh populasi pengendara KWK atau APB yang terdapat di terminal

Kampung Rambutan, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan

adalah supir angkot yang mengendarai angkot jurusan Parung Bogor.

Selain itu lokasi tempat pengambilan sampel yang dilakukan oleh Yulianti

(2007) berbeda dengan lokasi tempat pengambilan sampel yang dilakukan pada

penelitian ini. Pada penelitian Yulianti, lokasi pengambilan sampel dilakukan di

terminal Kampung Rambutan yang sudah jelas merupakan tempat pemberhentian

kendaraan umum, sehingga responden atau sampel yang diteliti ada yang sedang

beristirahat sambil menunggu giliran untuk mengambil penumpang tanpa harus

terburu-buru untuk menjalankan kendaraannya kembali.

Sedangkan pada penelitian ini, lokasi pengambilan sampel dilakukan di

pangkalan pasar Parung yang notabenenya bukan terminal khusus angkutan

umum seperi terminal Kampung Rambutan. Hal ini menyebabkan supir angkot

yang dijadikan responden harus segera menjalankan kendaraannya kembali

karena harus bergantian menunggu antrian dengan angkot yang lainnya untuk

mengambil penumpang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka jelas letak

perbedaan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh

Yulianti (2007).

Page 98: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

75

Menurut Robbins (1998), persepsi seseorang tidak timbul dengan

sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi,

antara lain individu yang bersangkutan (kepentingan, motivasi, minat,

pengalaman, pengetahuan, dan harapan), sasaran dari persepsi (orang atau benda)

dan situasi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan dua orang melihat sesuatu

mungkin memberikan interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983), persepsi dinyatakan sebagai

kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan. Kemampuan

tersebut antara lain kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk

mengelompokkan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Setiap orang bisa saja

mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama. Hal tersebut

dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam sistem nilai dan ciri kepribadian

dari individu yang bersangkutan. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa hasil

yang didapatkan dalam penelitian ini tentang persepsi terhadap keselamatan

berkendara di jalan raya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti

(2007).

Pada hasil penelitian ini, supir angkot yang memiliki persepsi yang baik

tentang keselamatan berkendara hanya memiliki selisih jumlah sedikit dengan

supir angkot yang memiliki persepsi rendah tentang keselamatan berkendara,

sehingga dapat disimpulkan bahwa supir angkot yang memiliki persepsi yang

rendah tentang keselamatan berkendara di jalan raya juga cukup tinggi.

Page 99: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

76

6.3 Gambaran Pengetahuan Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya.

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan

bahwa sebagian besar pengetahuan supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang

keselamatan berkendara di jalan raya, terlihat dari 117 responden diperoleh

sebanyak 47% responden memiliki pengetahuan tinggi tentang keselamatan

berkendara di jalan raya. Sedangkan supir angkot yang memiliki pengetahuan

rendah tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebanyak 53% responden.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yulianti (2007) yang menemukan sebagian besar supir KWK atau APB yang

menjadi responden memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang

keselamatan berkendara (85.5%). Hal ini dimungkinkan karena cara pengambilan

instrument yang digunakan oleh Yulianti berbeda dengan penelitian ini. Yulianti

(2007) menggunakan pertanyaan kombinasi, yaitu pertanyaan tertutup dan

terbuka, sedangkan pada penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup. Selain

itu, rendahnya pengetahuan responden dalam hal ini supir angkot tentang

keselamatan berkendara di jalan raya dapat disebabkan oleh keadaaan responden

pada saat menjawab kuesioner tidak kondusif karena terburu-buru atau sedang

menunggu penumpang. Sehingga kuesioner yang dibagikan kepada supir angkot

dijawab dengan seadanya, yang pada akhirnya pengetahuan tentang berkendara di

jalan raya tidak tergambarkan sesuai keadaan sebenarnya.

Pada dasarnya pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Berbagai gejala yang ditemui dan

Page 100: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

77

diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi juga merupakan suatu

pengetahuan. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera dan

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumya (Meliono, 2007). Hal ini disebabkan karena

pengetahuan seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan

dua orang melihat sesuatu mungkin memberikan interpretasi yang berbeda

tentang apa yang dilihatnya (Notoadmojo, 1993).

6.4 Gambaran Motivasi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan

bahwa sebagian besar supir angkot (54.7) memilki motivasi tinggi tentang

keselamatan berkendara di jalan raya. Sisanya 45.3% memiliki motivasi rendah

tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Pengukuran terhadap variabel ini

menggunakan pertanyaan yang mengungkapkan keinginan, harapan dan perasaan

responden untuk berpersepsi baik selama berkendara angkot di jalan raya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yulianti (2007) yang menemukan sebagian besar supir angkot (KWK atau APB)

memiliki motivasi baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya (66.7%).

Hal ini dapat disebabkan karena latar belakang responden yang diteliti oleh

Yulianti (2007) memiliki latar belakang yang sama dengan responden yang

Page 101: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

78

diteliti dalam penelitian ini, yaitu sama-sama sebagai supir angkot. Hal ini

dimungkinkan karena motivasi responden pada penelitian Yulianti sama dengan

motivasi responden pada penelitian ini, motivasi mereka tentang keselamatan

berkendara sama-sama dipengaruhi oleh keberadaan petugas lalu lintas yang

berada disepanjang jalan.

Meskipun sebagian besar supir angkot jurusan Parung-Bogor memiliki

motivasi yang tinggi tentang keselamatan berkendara di jalan raya, tetapi supir

angkot yang memiliki motivasi yang rendah untuk berpersepsi baik tentang

keselamatan berkendara di jalan raya juga masih banyak atau hampir separuh dari

responden yang diteliti memiliki motivasi yang rendah tentang keselamatan

berkendara.

Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang

mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak untuk mencapai tujuan

tertentu (Saleh dan Nisa, 2006). Motivasi menentukan hubungan manusia dengan

sistem secara keseluruhan, berkaitan erat dengan persepsi supir angkot tentang

keselamatan berkendara di jalan raya. Motivasi tersebutlah yang mendorong supir

angkot sehingga mau dan rela untuk mengarahkan kemampuannya dalam bentuk

keahlian atau keterampilan, tenaga dan wakunya untuk melakukan pekerjaannya

sesuai dengan peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan oleh pihak kepolisian.

Page 102: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

79

6.5 Gambaran Pengalaman Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, diketahui bahwa

sebagian besar responden yang diteliti memiliki pengalaman yang banyak tentang

keselamatan berkendara di jalan raya selama mengendarai angkot (56.4%).

Sedangkan supir angkot yang memiliki pengalaman yang kurang tentang

keselamatan berkendara sebanyak (43.6%.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yulianti (2007) yang menemukan sebagian besar supir KWK atau APB yang

menjadi responden memiliki pengalaman yang sedikit tentang keselamatan

berkendara (65.2%).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2007), diketahui bahwa

sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut terdiri dari beberapa macam

supir KWK atau APB dengan trayek yang berbeda yang diharapkan dapat

mewakili seluruh populasi pengendara KWK atau APB yang terdapat di terminal

Kampung Rambutan, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan

adalah supir angkot yang mengendarai angkot jurusan Parung Bogor. Sehingga

pengalaman yang diperoleh oleh responden pada penelitian Yulianti berbeda

dengan pengalaman yang diperoleh responden pada penelitian ini, karena dengan

berbedanya trayek atau jalur supir angkot yang diteliti, maka berbeda pula

pengalaman yang diperoleh responden. Sedangkan pada penelitian ini responden

yang diteliti memiliki jalur atau trayek yang sama, sehingga pengalaman yang

didapatkan oleh responden rata-rata pernah mengalami hal yang sama.

Page 103: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

80

Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor pengalaman yang dilihat adalah

kejadiaan kecelakaan dan tindakan penilangan dimana hasil yang didapat adalah

banyaknya pengalaman yang dimiliki responden, terutama pengalaman

penilangan oleh petugas Polisi Lalu Lintas dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Dari sejumlah pertanyaan tentang kecelakaan dan penilangan dan wawancara

yang ditanyakan kepada responden, ternyata banyak responden yang menyatakan

terbentur sebagai kecelakaan ringan. Untuk kecelakaan berat beberapa

menyebutkan patah tulang, masuk rumah sakit dan koma. Sedangkan pengalaman

yang banyak terjadi pada mereka pada saat berkendara adalah ditilang karena

melanggar rambu-rambu lalu lintas. Beberapa diantara mereka, bahkan hampir

semua supir angkot yang pernah ditilang berakhir dengan damai (tidak

dilanjutkan ke meja hijau) dan sebagian lainnya melakukan persidangan. Hal ini

cukup mengecewakan karena petugas tidak melakukan tindakan yang tegas

kepada para supir angkot yang melanggar peraturan. Padahal petugas lalu lintas

yang berada disepanjang jalan diharapkan dapat memberikan pengalaman dan

peringatan yang lebih baik lagi kepada supir angkot agar dapat membangun

persepsi yang lebih baik lagi tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

Geller (2001) dalam Salihat (2009) menyebutkan bahwa individu yang

tidak pernah mengalami injury atau near miss akan menganggap bahwa bahaya

tidak akan terjadi pada dirinya. Orang cenderung untuk menilai berlebihan

kejadian yang jarang terjadi dan menganggap remeh kejadian yang sering terjadi.

Pengalaman memberikan informasi yang memberikan gambaran baru mengenai

risiko terhadap individu, sehingga mempengaruhi individu dalam

Page 104: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

81

menginterpretasikan risiko. Pada kasus dimana individu memiliki informasi yang

sedikit mengenai pengalaman yang dialami oleh dirinya sendiri terhadap suatu

risiko, maka informasi yang diterima dari berbagai sumber memainkan peranan

penting dalam persepsi risiko kecelakaan seseorang.

Bukti menunjukkan bahwa pengendara muda yang baru mengendarai

memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam menerima bahaya yang mereka

hadapi dalam berkendara dibandingkan dengan penngendara tua yang memiliki

pengalaman mengendarai yang lebih banyak (Brown, 1989 dalam Salihat, 2009).

Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan keterampilan kerja yang

cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat

ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk

melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk

meningkatkan keahlian tenaga kerja (Hadiwiryo, 2002).

Pengalaman seseorang didapatkan ada yang bersifat langsung maupun

yang tidak langsung. Pengalaman yang bersifat langsung diperoleh oleh supir

angkot melalui kejadian atau peristiwa yang dialami sendiri oleh supir angkot,

sedangkan pengalaman yang bersifat tidak langsung diperoleh oleh supir angkot

melalui pengalaman dari rekan kerja supir angkot mengenai kejadian yang

berhubungan dengan keselamatan berkendara di jalan raya yang dialami oleh

rekan supir angkot tersebut.

Page 105: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

82

6.6 Hubungan Pengetahuan Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pengetahuan supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan

berkendara di jalan raya merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan

hasil analisis bivariat, dapat diketahui bahwa, responden yang mempunyai

pengetahuan tinggi tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebagian besar

(69.1%) memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan

raya. Sebaliknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebagian besar (62.9%) memiliki

persepsi yang tidak baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui bahwa pengetahuan supir

angkot mempunyai hubungan yang bermakna (α ≤ 0,05) terhadap persepsi supir

angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya dengan Pvalue 0,001.

Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh bahwa responden yang memiliki

pengetahuan yang tinggi memiliki peluang sebesar 3.790 kali untuk persepsi baik

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, diantara tiga variabel yang diteliti

(Pengetahuan, motivasi dan pengalaman) yang diduga berhubungan dengan

persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya, hanya

variabel pengetahuan yang berhubungan secara signifikan dengan persepsi supir

angkot Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Hasil dari

penelitian ini juga sesuai dengan teorinya Stephen P. Robbins (1998) yang

Page 106: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

83

mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

pengetahuan.

Salah satu hal yang mempengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Hal ini

juga didukung oleh David Krech (1962) yang berpendapat bahwa persepsi

seseorang dipengaruhi oleh frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang

dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, bacaan, peneltian, dan lain-lain. Menurut

Soekidjo (1993), sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran

(telinga) dan penglihatan (mata). Pengetahuan yang diperoleh oleh supir angkot

baik dari pendidikan formal maupun dari hasil membaca atau penglihatan

menumbuhkan persepsi yang baik pada diri supir angkot tentang keselamatan

berkendara, walaupun rata-rata tingkat pendidikan responden hanya sampai SMP,

tetapi tidak menutup kemungkinan rata-rata supir angkot memiliki pengetahuan

yang rendah tentang keselamatan berkendara. Jadi pengetahuan tidak harus

didapat dari pendidikan formal, tetapi pengetahuan bisa dimiliki dari hasil

membaca, melihat atau mendengar.

Pengetahuan yang dimaksudkan disini adalah adanya pemahaman dan

pernyataan supir angkot yang menyatakan dengan menjalankan atau mengikuti

peraturan lalu lintas yang ada dapat menghindari supir angkot dari kecelakaan lalu

lintas. Dengan pengetahuan yang tinggi yang dimiliki oleh supir angkot dapat

mempengaruhi persepsi supir angkot untuk berpersepsi lebih baik lagi selama

mengendarai angkot, sehingga supir angkot dapat melakukan tindakan aman demi

menjaga keselamatan diri sendiri maupun penumpang yang sedang menaiki

Page 107: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

84

angkotnya. Tetapi ada juga supir angkot yang memiliki pengetahuan yang rendah

dan persepsi yang kurang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

Menurut Notoadmodjo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan supir angkot tentang

keselamatan berkendara akan mendorong supir angkot untuk berpersepsi baik

ketika sedang mengendarai angkot.

Selain itu, pengetahuan yang dimiliki oleh responden (supir angkot) hanya

sekedar paham, mereka sudah mampu menjelaskan dengan benar mengenai arti

keselamatan berkendara dan manfaat dari keselamatan berkendara itu, tapi

mereka tidak mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan persepsi yang baik, disarankan

kepada pihak pemilik angkot untuk menumbuhkan persepsi yang baik tentang

keselamatan berkendara, salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan

melalui training dan sebagainya. Karena menurut David Krech (1962), faktor-

faktor yang mempengaruhi persepsi ialah pengetahuan yang dimiliki (frame of

reference) dan pengalaman (field of experience), begitupun yang diungkapakan

oleh Robbins (1998). Selain itu, persepsi yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik daripada persepsi yang tidak didasari oleh pengetahuan (Weymen dan

Kelly, 1999 dalam Salihat, 2009).

Page 108: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

85

6.7 Hubungan Motivasi dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Motivasi pekerja tentang keselamatan berkendara di jalan raya merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi tentang keselamatan berkendara di

jalan raya. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa responden yang

memiliki motivasi tinggi tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebagian

besar memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya

(60.4%). Sedangkan sebagian pekerja yang memiliki motivasi tentang

keselamatan berkendara di jalan raya yang rendah memiliki persepsi yang tidak

baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya (54.7%). Berdasarkan hasil uji

statistik chi square diketahui motivasi pekerja tidak memiliki hubungan yang

bermakna (α < 0,05) dengan persepsi tentang keselamatan dalam berkendara di

jalan raya dengan P value 0,104.

Motivasi adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong

orang tersebut untuk bersikap dan bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motivasi diartikan dengan istilah

dorongan, dorongan tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat

(Saleh dan Nisa, 2006).

Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu

yang dihadapinya. Karena itu terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang

ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu yang dihadapinya.

Tindakan motivasi seseorang berbeda dengan orang lain, dan berbeda dalam diri

seseorang pada waktu yang berlainan. Jadi motivasi dapat bersumber dari dalam

Page 109: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

86

diri seseorang yang sering dikenal dengan istilah motivasi internal atau intrinsik

akan tetapi dapat pula bersumber dari luar diri seseorang yang bersangkutan yang

dikenal dengan istilah motivasi eksternal atau ekstrisik (Umar, 2000).

Sedangkan menurut Umar (2000) dalam penelitiannya menyebutkan,

motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian

atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelanggarakan berbagai

kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam

rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan teorinya Robbins (1998), yang mengatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah motivasi, karena motivasi

yang tinggi dapat mempengaruhi persepsi yang baik dan dapat memberikan

kenyamanan kepada seseorang untuk bekerja. Walaupun hasil uji bivariat

diperoleh bahwa motivasi yang dimiliki supir angkot tinggi dan persepsi yang

dimiliki oleh supir angkot baik tetapi tidak memiliki hubungan yang bermakna

antara motivasi supir angkot dengan persepsi supir angkot tentang keselamatgan

berkendara.

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

memiliki motivasi yang tinggi terhadap keselamatan berkendara. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya petugas pengaman lalu lintas disepanjang jalan dan

permintaan penumpang untuk tidak mengebut. Namun berdasarkan hasil

wawancara, tidak sedikit juga supir angkot menyebutkan motivasi supir angkot

Page 110: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

87

untuk berpersepsi baik tentang keselamatan berkendara bukan semata-mata

karena keberadaan petugas ppengaman lalu lintas dan pendapatan yang harus

dicapai, melainkan agar keselamatan mereka dan penumpang mereka tetap terjaga

selama berkendara angkot di jalan raya.

6.8 Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan

Berkendara di Jalan Raya

Pengalaman selama berkendara merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan

raya. Berdasarkan hasil analisis bivariat, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki pengalaman yang banyak selama berkendara sebagian besar memiliki

persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya (56.1%).

Sebaliknya responden yang memiliki pengalaman yang kurang selama berkendara

memiliki persepsi yang kurang baik tentang keselamatan (52.9%). Berdasarkan

hasil uji statistik chi square diketahui pengalaman selama berkendara angkot di

jalan raya tidak memiliki hubungan yang bermakna (α ≤ 0,05) dengan persepsi

tentang keselamatan berkendara di jalan raya dengan P value 0,334.

Hasil ini sesuai dengan teorinya Stephen P. Robbins (1998), yang

mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

pengalaman, karena pengalaman yang baik dapat memberikan kenyamanan

kepada seseorang untuk bekerja. Walaupun hasil uji bivariat diperoleh bahwa

pengalaman yang dimiliki supir angkot banyak dan persepsi yang dimiliki oleh

supir angkot baik tetapi tidak memiliki hubungan yang bermakna antara

pengalaman supir angkot dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan

Page 111: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

88

berkendara di jalan raya. Hal ini dimungkinkan karena pengalaman supir angkot

lebih banyak karena terkena tilang, bukan karena mengalami kecelakaan.

Sehingga dari pengalaman tersebut tidak menghasilkan persepsi yang baik tentang

keselamatan berkendara di jalan raya, dimana supir angkot cenderung

memperhatikan keselamatan berkendara di jalan raya karena takut kepada Polisi

yang bertugas.

Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang

cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat

ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk

melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk

meningkatkan keahlian tenaga kerja (Hadiwiryo, 2002).

Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin

banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya,

semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman

yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan

dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat

ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Ini biasanya terbukti

dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan hasil kerja yang belum

maksimal karena masih sering terjadinya kecelakaan pada saat bekerja (Brown,

1989 dalam Salihat, 2009).

Pengalaman langsung yang diperoleh oleh responden berupa pengalaman

yang diperoleh selama menjadi supir angkot dan pelatihan atau training yang

diperoleh responden ketika mengajukan Surat Izin Mengemudi (SIM). Pelatihan

Page 112: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

89

ini berlangsung selama satu hari, yang berisikan materi tentang keselamatan lalu

lintas, peraturan, kendaraan, dan rambu-rambu. Pengalamn tidak langsung

responden dapat diperoleh dari pengalaman rekan sekerja mereka.

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengalaman supir angkot

dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara bukan termasuk

faktor yang mempengaruhi persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara

di jalan raya dapat disebabkan karena keinginan, harapan dan perasaan seseorang

terhadap suatu objek dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya

baik yang positif maupun yang negatif (Srisuardana, 2001).

Page 113: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Sebagian besar supir angkot jurusan Parung-Bogor (52.1%) memiliki persepsi

yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya Parung-Bogor.

2. Sebagian besar supir angkot jurusan Parung-Bogor (53%) memiliki

pengetahuan rendah tentang keselamatan berkendara di jalan raya Parung-

Bogor.

3. Sebagian besar supir angkot jurusan Parung-Bogor (54.7%) memiliki motivasi

tinggi tentang keselamatan berkendara di jalan raya Parung-Bogor.

4. Sebagian besar supir angkot jurusan Parung-Bogor (52.1%) memiliki

pengalaman banyak tentang keselamatan berkendara di jalan raya Parung-

Bogor.

5. Variabel pengetahuan memiliki hubungan yang bernakna dengan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara (P value 0,001). Supir angkot

yang memiliki pengetahuan tinggi berpeluang 3,790 kali untuk memiliki

persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya.

6. Variable motivasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi

supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya (P value 0,104).

7. Variable pengalaman tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya (P value

0,334).

91

Page 114: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

92

7.2 Saran

1. Supir Angkot

a. Diharapkan kepada supir angkot agar lebih meningkatkan lagi pengetahuan

mereka dengan membaca dan mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang

diadakan oleh pihak Kepolisian, DLLAJ (Dinas Lalu Lintas Angkutan

Jalan) maupun Lemabaga Swadaya.

b. Diharapkan kepada supir angkot dengan mengikuti pelatihan tersebut,

selain dapat meningkatkan pengetahuan mereka juga dapat meningkatkan

motivasi mereka sehingga dapat menimbulkan persepsi yang baik tentang

keselamatan berkendara.

c. Diharapkan kepada seluruh supir angot agar mengendarai angkot dalam

kondisi baik, tidak mabuk-mabukan dan mengantuk, lebih mengutamakan

keselamatan diri sendiri dan penumpang dengan pengalaman baik yang

didapat dari pengalaman pribadi maupun pengalaman dari rekan kerja.

2. Pemilik Angkot

a. Diharapkan kepada pemilik angkot untuk memberikan pengarahan tentang

pentingnya keselamatan berkendara untuk meningkatkan pengetahuan dan

motivasi mereka dalam berkendara sehingga dapat memperbaiki persepsi

mereka agar lebih baik lagi dalam berkendara.

b. Diharapkan kepada pihak pemilik angkot agar memberikan sewaan

angkotnya kepada supir yang telah memiliki SIM dan telah mengikuti

prosedur pembuatan SIM.

Page 115: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

93

3. Instansi Terkait (Polisi dan DLLAJ)

a. Perlunya pengawasan dilapangan secara teratur dan mengambil tindakan

yang tegas baik oleh petugas polisi maupun Dinas Lalu Lintas Angkutan

Jalan (DLLAJ) bagi supir angkot yang melanggar ketentuan/peraturan lalu

lintas oleh petugas polisi untuk memotivasi supir angkot agar berkendara

lebih aman lagi.

b. Diharapkan kepada pihak kepolisian dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

melakukan pecerahan kepada supir angkot dengan melakukan pertemuan

supir dengan mengadakan loka karya mini dan pelatihan untuk lebih

meningkatkan persepsi, pengetahuan dan motivasi supir angkot tentang

keselamatan berkendara.

4. Masyarakat

a. Diharapkan kepada masyarakat pengguna angkot agar dapat menugur supir

angkot yang mengendarai angkotnya dengan kecepatan tinggi untuk tidak

mengebut.

b. Diharapkan kepada Lemabaga Swadaya Masyarakat yang perduli terhadap

keselamatan berkendara supir anhgkot agar lebih sering melakukan

pelatihan untuk membangun persepsi yang baik supir angkot tentang

keselamatan berkendara.

Page 116: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

94

DAFTAR PUSTAKA

Boediharto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Lalu Lintas yang Mengakibatkan Korban Luka Berat atau Mati di Wilayah Polda Metro Jaya, Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 37/2, Februari. 1987.

Bogor, 2010. Shift Angkot Terus Berjalan. www.bogor.net, diakses tanggal 24

Februari 2010, pukul 19.33 WIB. 2010. Pasar Parung Makin Semrawut. www.ssffmp.or.id, diakses tanggal

24 Februari 2010, pukul 19.45 WIB. Colling, David. Industrial Safety: Management and Technology. New Jersey, Prentice

Hall. 1990 Departemen Perhubungan, 2009. Mewujudkan Keselamatan Jalan Butuh Sinergitas

dan Proses Berkesinambunngan. www.dephub.go.id, diakses tanggal 23 November 2009, pukul 11.35 WIB.

2010. Rencana Pembangunan Parung Masih Menjadi Wacana.

dishub.bogorkab.go.id, diakses tanggal 24 Februari 2010, pukul 19.51 WIB.

Faradina, Triska. Gambaran Persepsi Supir Bajaj Daerah pangkalan Blok M Plaza

terhadap Keselamatan Berkendara di Jalan Raya. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2007.

Hadiwryo, Siswanto (2002), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan

Administratif dan Operasional, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta Hobbs, F. D. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. 1995. Indriyanti, Titi, gambaran Motivasi Tenaga Kerja Paramedis Keperawatan pada

Unit Pelayanan Kesehatan YRS MH Thamrin Cabang Pondok Gede Tahun 2009 Jakarta, Skripsi FKM-UI,2009.

Page 117: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

95

Laporan Satuan Lalu Lintas Tentang Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Kota Bogor. Bogor. 2009.

Laporan Satuan Lalu Lintas Tentang Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah

Kabupaten Bogor. Bogor. 2009. Keputusan Menteri Keuangan No. 416/KMK.06/2001 Tentang Penetapan Satuan dan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Jakarta. Koran Indonesia, 2009. Ribuan Nyawa Melayang Setiap Tahun Akibat Kecelakaan.

www.koranindonesia.com, diakses tanggal 23 November 2009, pukul 11.43.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendididkan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka

Cipta, 2002. Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 1993, “Tentang Kendaraan dan Pengemuudi”.

Jakarta. Pitasari, Arianti. Analisis Sikap Pengemudi Angkutan Umum terhadap Aspek

Keselamatan Berkendara Di Jalan Raya (Studi Kasus pada Pengemudi Mikrolet T19 dengan Trayek Terminal Pinang Ranti-Depok). Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2008.

Prasilika, Tiara. Studi Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara serta Hubungannya

dengan Konsep Locus of Control pada Mahasiswa FKM yang Mengendarai Motor. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2007.

P. Siagian, Sondang. Teori dan Motivasi dan Aplikasinya. Bina Aksara. Jakarta.

1989. Rajak. A et. al. Accident and Injury Prevention and Control Programme Health Sector

Aspek In Indonesia. Jakarta: Majalah Kesehatan Indonesia Vol 43/2. 1993 Ramadhan, Ben Fauzi. Gamabaran Persepsi Keselamatan Berkendara Sepeda Motor

pada Siswa/i Sekolah Menengah Atas di Kota Bogor Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2009.

Page 118: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

96

Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. Eight Edition. New Jersey, Prentice Hall, 1998.

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

2003.

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi Aplikasi Jilid I Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta. 1998.

Saleh, Rahman, dkk. Psikologi dan Industri. Jakarta: UIN Jakarta Press.2006. Salihat, Ing furnita. Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara dengan

Prilaku Penggunaan Sabuk Keselamatan pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2009.

Sarmi, Farid. Gambaran Persepsi terhadap Bahaya dan Risiko Kecelakaan

Penggunaan Handphone saat Berkendara Sepeda Motor pada Mahasiswa yang Mengendarai Sepeda Motor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2007. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2007.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.2006. Suara Karya, 2009. Kendaraan Bertambah, Jumlah Kecelakaan Naik.

www.suarakarya-online.com, diakses tanggal 23 November 2009, pukul 11.41 WIB.

Sobur, Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung, Pustaka Setia,

2003. Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko

Gunung Agung. 2006. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 119: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

Pengantar Lembar Pertanyaan

Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi, pengetahuan, motivasi, dan

pengalaman saudara tentang keselamatan berkendara di jalan raya pada saat saudara

mengendarai kendaraan angkutan umum (angkot). Peneliti berharap saudara untuk mengisi

dengan lengkap kuesioner ini menurut pendapat saudara secara jujur sesuai dengan kondisi dan

pekerjaan saudara. Semua jawaban akan diolah secara rahasia oleh pihak peneliti. Jawaban

yang diberikan juga tidak akan mempunyai pengaruh terhadap penilaian prestasi kerja

saudara diperusahaan.

Atas kerja sama yang saudara berikan, peneliti mengucapkan terima kasih.

Terima Kasih

Budi Suprani

Peneliti

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawab dan isilah pertanyaan dengan benar dan sejujurnya

2. Jawablah sesuai dengan perintah pada pertanyaan, dan pilihlah jawaban yang menurut

saudara tepat serta isilah jawaban pada titik-titik yang disediakan

3. Bila jawaban saudara dirasakan tidak cukup pada titik-titik yang telah disediakan, saudara

bisa menuliskan jawaban dibelakang lembar pertanyaan dengan mencantumkan nomor

pertanyaan

Page 120: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

LEMBAR KUESIONER

No Responden

A. Data Umum Responden

1. Usia : ………… tahun

2. Pendidikan terakhir : a. tidak tamat SD

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Lain-lain …………………………………...

3. Berapa lama anda bekerja sebagai supir angkot : ………………...............

4. Rata-rata pendapatan per hari : ……………………...............................

5. Jika angkot yang dikendarai bukan milik pribadi, berapa setoran yang harus

dibayarkan : ....................................................................................................

B. Persepsi Supir Angkot Terhadap Keselamatan Berkendara (Pilihlah satu jawaban

dengan memberikan tanda chek list pada kolom yang tersedia, yang sesuai menurut

anda benar)

SP : Sangat Penting TP : Tidak Penting P : Penting STP : Sangat Tidak Penting RR : Ragu-ragu

No Pertanyaan SP P RR TP STP

1 Menurut saya rambu-rambu lalu lintas yang berada di sepanjang jalan raya merupakan hal yang berarti bagi saya sebagai pengemudi angkutan umum

2 Saya termasuk orang yang takut jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dalam mengemudi angkutan umum

Page 121: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

3 Saya tidak akan menggunakan jalur pejalan kaki karena hal itu dapat mencelakai orang lain

4 Menurut saya, memiliki SIM A adalah menjadi kewajiban bagi supir angkot

5 Saya tidak akan memarkirkan atau memberhentikan kendaraan saya disembarang tempat yang saya inginkan kemudian saya meninggalkannya

6 Menurut saya, membawa 2 orang penumpang duduk didepan itu berbahaya dan dilarang oleh petugas

7 Saya tidak akan merasa nyaman mengemudi jika kondisi jalanan berlubang atau rusak

C. Pengetahuan Supir Angkot Terhadap Keselamatan Berkendara

(Pilihlah satu jawaban yang sesuai menurut anda dengan memberikan tanda silang pada

pilihan jawaban yang tersedia)

1. Di jalur manakah menurut anda yang menjadi jalur angkot di jalan raya?

a. Di trotoar

b. Jalur kanan (jalur cepat)

c. Jalur kiri

2. Jenis SIM apa yang diperlukan untuk mengendarai angkot ?

a. SIM C

b. SIM A khusus

c. SIM B

3. Berapa lamakah masa berlaku SIM dapat dipergunakan?

a. 3 Tahun

b. 4 Tahun

c. 5 Tahun

Page 122: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

4. Saat mengemudi, fungsi sabuk keselamatan adalah?

a. Melindungi supir dari benturan-benturan saat mengemudi

b. Sebagai alat pelindung supir dari benturan apabila terjadi kecelakaan

c. Semua benar

5. Jalur sebelah kiri pada jalan raya digunakan pada kondisi ?

a. Menyalip kendaraan lain

b. Dalam keadaan tergesa-gesa

c. Ketika akan berhenti atau menepi

6. Pada lampu lalu lintas, saat lampu berwarna kuning dan akan segera menjadi merah, itu menandakan apa ?

a. Terus melanjutkan perjalanan dengan menambah kecepatan

b. Melihat situasi mterlebih dahulu, apabila memungkinkan

maka segera melanjutkan perjalanan

c. Segera berhenti atau tidak melanjutkan perjalanan

7. Apa yang dilakukan saat kondisi jalanan sepi dan hujan ?

a. Tidak menyalakan lampu dan berjalan dengan kecepatan normal

b. Menyalakan lampu dan berjalan dengan kecepatan tinggi

c. Menyalakan lampu dan berjalan dengan kecepatan normal

8. Apa yang dilakukan, jika hendak berhenti atau menepi ?

a. Langsung menepi tanpa menyalakan lampu sen dengan kecepatan tetap

b. Menyalakan lampu sen dan langsung menepi

c. Menyalakan lampu sen, kendaraan direm dan menepi secara perlahan

Page 123: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

Pengetahuan Supir Angkot Tentang Rambu-rambu Lalu Lintas

(Pilihlah satu jawaban yang sesuai menurut anda dengan memberikan tanda silang pada

pilihan jawaban yang tersedia)

9

Arti tanda berikut ini adalah : a. Dilarang berbelok ke kiri b. Belokan ke kiri c. Tikungan tajam ke kiri

10

Arti tanda berikut ini adalah : a. Dilarang berbelok ke kanan b. Belokan ke kanan c. Tikungan tajam ke kanan

11

Arti tanda berikut ini adalah : a. Tikungan ganda b. Ada persimpangan c. Banyak tikungan

12

Arti tanda berikut ini adalah : a. Jembatan sempit b. Penyempitan kiri kanan c. Pelebaran jalan kiri dan kanan

13

Arti tanda berikut ini adalah : a. Jalanan tidak rata b. Jalanan cembung c. Banyak tanjakan

14

Arti tanda berikut ini adalah : a. Jalanan licin b. Ada pembatas jalan c. Tempat menyeberang pejalan kaki

15

Arti tanda berikut ini adalah : a. Lampu lalu lintas b. Arah penunjuk angin c. Rambu tambahan

Page 124: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

16

Arti tanda berikut ini adalah : a. Persimpangan dengan prioritas mendahulakan kanan

dan kiri b. Persimpangan ke kanan kemudian ke kiri c. Lalu lintas dari dua arah

17

Arti tanda berikut ini adalah : a. Persimpangan b. Persimpangan arah kanan dan kiri c. Silang datar tanpa pintu

18

Arti tanda berikut ini adalah : a. Jalan terus b. Hati-hati c. Rintangan

19

Arti tanda berikut ini adalah : a. Dilarang parkir b. Dilarang masuk c. Dilarang berhenti

20

Arti tanda berikut ini adalah : a. Dilarang membalik arah b. Harus membalik arah c. Arah yang diwajibkan

21

Arti tanda berikut ini adalah : a. Dilarang mendahului b. Mendahului harus dari kanan c. Dilarang membalik arah

22

Arti tanda berikut ini adalah : a. Menunjukkan jarak tempat tujuan b. Akhir batas kecepatan c. Rambu tambahan menyatakan jarak

Page 125: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

D. Motivasi Supir Angkot Terhadap Keselamatan Berkendara

(Pilihlah satu jawaban dengan memberikan tanda chek list pada kolom yang tersedia, yang

sesuai menurut anda benar)

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju RR : Ragu-ragu

No Pertanyaan SS S RR TS STS

1 Saya akan mengebut jika tidak ada petugas polisi yang berjaga

2 Saya sering mengebut atau menyalip kendaraan lain karena saya harus memenuhi setoran

3 Saya akan menaikan dan menurunkan penumpang pada tempat yang penumpang inginkan

4 Jika tidak ada petugas polisi yang berjaga, saya akan menorobos lampu lalu lintas walaupun lampu sudah menyala warna merah

5 Saya tidak akan mengebut walaupun penumpang saya meminta saya untuk mengebut

6 Saya akan tetap mematuhi peraturan lalu lintas dan rambu-rambu yang terdapat disepanjang jalan walaupun tidak ada petugas polisi

7 Saya akan menyalip angkot yang lain karena angkot tersebut telah menyalip kendaraan saya

8 Karena harus mengejar setoran, saya biasa membawa penumpang melebihi daya tampung angkot

9 Saya akan tetap mengemudi angkot walaupun saya tahu bahwa rem angkot yang saya kendarai sedang rusak

Page 126: LAPORAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/791/1/94231-Budi... · memperkirakan pada tahun 2010, kecelakaan lalu lintas di

E. Pengalaman Supir Angkot Terhadap Keselamatan Berkendara

(Pilihlah satu jawaban yang sesuai menurut anda dengan memberikan tanda silang

pada pilihan jawaban yang tersedia)

1. Apakah anda pernah menyerempet pejalan kaki dipinggir jalan saat anda mengemudi mobil angkot ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

2. Apakah anda pernah mengalami tabrakan dengan kendaraan angkot atau kendaraan umum lainnya saat mengemudi mobil angkot ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah ditilang saat mengemudi ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

4. Apakah anda pernah menabrak atau menyerempet kendaraan roda dua (motor) saat mengemudi mobil angkot ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

5. Apakah anda pernah tertabrak dari belakang oleh kendaraan lainnya saat anda sedang mengemudi mobil angkot ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

6. Apakah anda pernah terserempet kendaraan lainnya (mobil/motor) saat anda mengemudi angkot ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

7. Apakah anda pernah ditabrak atau diserempet dengan sengaja oleh pengemudi angkot yang lain?

a. Pernah b. Tidak Pernah