Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN STUDI BANDING DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI dan LATU USHADA 4-8 FEBRUARI 2013

Oleh: IRWINA DEVI UMAROH RIANDANI 2120101823 3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2013

LAPORAN STUDI BANDING I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 2. TUJUAN UMUM 3. TUJUAN KHUSUS II. III. PROFIL RSUP SANGLAH PELAKSANAAN KUNJUNGAN 1. RANGKUMAN MATERI 2. KUNJUNGAN LOKASI IV. KESIMPULAN PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH DAN RSUP DR SARDJITO V. PROFIL LATU USHADA 1. RANGKUMAN MATERI 2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA

LAPORAN STUDI BANDING I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan salah satu pendidikan tinggi keperawatan yang mempunyai tujuan

menghasilkan tenaga perawat yang profesional.Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan peran dan fungsi perawat serta kompetensi yang telah ditetapkan. Selama enam semester peserta didik telah menjalani pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah di tetapkan. Dalam proses belajar mengajar tersebut menggunakan metode PBC (Pengalaman Belajar Ceramah) dan PBP (Pengalaman Belajar Praktikum) maupun PBK (Pengalaman Belajar Klinik). Untuk melengkapi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik maka perlu dilakukan kegiatan pembelajaran tambahan dalam bentuk study banding. 2. TUJUAN UMUM Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kegawatdaruratan, pasien dalam ruang intensif care unit, pasien luka bakar, dan pasien gerontik. 3. TUJUAN KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan mahasiswa mampu : a. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada dalam hal perawatan kegawat daruratan (IRD). b. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada dalam hal perawatan luka bakar. c. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada dalam hal perawatan pada Intensif Care Unit.

d. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada dalam hal perawatan pada pasien Hiperbarik. e. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada dalam hal perawatan pada pasien Gerontik.

II.

PROFIL RSUP SANGLAH

1. Sejarah singkat RSUP Sanglah Tahun 1956 : RS Sanglah mulai dibangun , Tahun 1959 Diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno sbg RS kelas C dengan 150 TT, Tahun 1962 : Kerjasama dengan FK UNUD tempat pendidikan calon dokter , Tahun 1978 : Menjadi RS Kelas B Pendidikan dan merupakan RS Rujukan Bali, NTB, NTT & Tim-Tim, Tahun 1993 : Menjadi RS Unit Swadana , Tahun 1998 : Menjadi RS pengguna PNBP , Tahun 2000 : Menjadi RS Perjan , Tahun 2005 : Menjadi UPT Depkes PPK BLU dan menjadi RS Kelas A Pendidikan , Tahun 2011 , Ditetapkan sebagai RS Pendidikan Utama dengan Keputusan Menkes. 2. Visi Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia Untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan. 3. Misi a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Paripurna, Bermutu dan Berkeadilan Untuk Seluruh Lapisan Masyarakat b. Menyelenggarakan Pendidikan Tenaga Kesehatan Yang

Profesional dan Nasionalis c. Menyelenggarakan Penelitian Dalam Bidang Kesehatan 4. Instalasi a. Instalasi Rawat Jalan b. Instalasi Rawat Darurat c. Instalasi Rawat Inap A d. Instalasi Rawat Inap B Anak & Keb. e. Instalasi Rawat Inap C f. Instalasi Rawat Inap D

g. Instalasi Rawat Intensif Terpadu h. Instalasi Bedah Sentral i. Instalasi Sterilisasi Sentral j. Instalasi Kedokteran Forensik k. IPS Prasarana Gedung & Sanitasi l. IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan m. Instalasi Farmasi n. Instalasi Lab. PA o. Instalasi Geriatri p. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu q. Instalasi Rehabilitasi Medis r. Instalasi Radiologi s. Instalasi Laboratorium Klinik t. Instalasi Wing Amertha u. Instalasi Mikrobiologi Klinik v. Instalasi Gizi w. Instalasi Binatu x. Instalasi Rekam Medik y. Inst Pengamanan & Ketertiban Ling z. Instalasi EDP aa. Instalasi Dialisis 5. Kegiatan pendidikan a. Dokter Muda b. c. Residen : peserta didik 238 orang

: peserta didik 604 orang

Pendidikan Konsultan : 1) Fertilitas Endokrin Reproduksi (FER) : peserta didik 6 orang 2) Onkologi Bedah orang 3) Nefrologi (Interne) orang : peserta didik 1 : peserta didik 3

4) Tropik & Infeksi (Interne) orang

: peserta didik 2

5) Hematologi & Onkologi Medik (Interne) : peserta didik 1 orang 6) Endokrinologi & Metabolik (interne) : peserta didik 1 orang d. e. f. Elective Study : peserta didik 99 orang Keperawatan/Kebidanan : peserta didik 4322 orang Non Medis : peserta 241 orang

6. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai wahana pendidikan a. FK Universitas Udayana Denpasar b. FK Universitas Warmadewa Denpasar c. FK Universitas Mataram d. FK Universitas Al-Azhar Mataram e. FK Universitas Airlangga Surabaya f. FK Universitas Indonesia Jakarta g. FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar 7. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai Wahana Pendidikan Keperawatan a. Jawa (8 institusi) 1) Poltekkes Malang 2) Poltekkes Surabaya 3) Akper Pemprov Semarang 4) Stikes W. Husada Bogor 5) Poltekkes Tasikmalaya 6) Poltekkes Surakarta 7) PSIK Universitas Jember 8) Poltekkes Semarang b. Bali (9 Institusi) 1) Poltekkes Denpasar 2) Akper Kesdam Denpasar 3) Akbid Kartini Denpasar

4) PSIK UNUD Denpasar 5) Stikes Wira Medika PPNI Denpasar 6) Akbid Singaraja 7) Akbid Bali Wisnu Jaya 8) STIKES Bina Usada Bali 9) STIKES Bali c. Luar Jawa (10 Institusi) 1) Poltekkes Jayapura 2) Poltekkes Kupang 3) Poltekkes Mataram 4) Poltekkes Makassar 5) Akbid Sari Mulia Banjarmasin 6) Akper PPNI Kendari 7) STIK GIA Makassar 8) Akbid Nusantara Palembang 9) Stikes Yarsi Mataram 10) Stikes CHM Kupang

8. Pengembangan RSUP Sanglah Sebagai Wahana Pendidikan Non Medis a. Jawa (6 institusi) 1) Poltekkes Semarang 2) Poltekkes Jakarta II 3) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 4) Surya Global Yogyakarta 5) ATRO Nusantara Jakarta 6) Universitas Surabaya b. Bali (10 institusi) 1) Universitas Ganesha Singaraja 2) Universitas Udayana Denpasar 3) Universitas Warmadewa Denpasar

4) IMKI Prima Denpasar 5) Alfa Prima Denpasar 6) New Media Denpasar 7) STIMI Handayani Denpasar 8) Politeknik Negeri Bali 9) STIMIK STIKOM Bali 10) ATRO Bali

III. 1.

PELAKSANAAN KUNJUNGAN

RANGKUMAN MATERI 1) RUANG ICU a. Pengertian ICU = Intensive Care Unit Bagian / Unit tersendiri di dalam rumah sakit dengan staf khusus, perlengkapan khusus ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyakit-penyakit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa yang masih diharapkan dapat disembuhkan dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam penglolaan keadaan tersebut. b. Sejarah Icu Kematian pasien yang mengalami pembedahan banyak terjadi pada

pasca bedah Tahun 1860 : Florence Nightingale mengusulkan untuk

melanjutkan pengawasan pasien yang ketat selama operasi oleh anestetis sampai ke masa pasca bedah. Tahun 1942 : Di Mayo Clinic, dibuat suatu ruangan khusus untuk pasien-pasien pasca bedah, pengawasan pasien sampai sadar dan fungsi-fungsi vital stabil, bebas dari pengaruh obat anestesi ( ruang pulih sadar ). Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal

dipandang perlu untuk melanjutkan pelayanan serupa pada masa pasca bedah. Tahun 1950: Disiplin Intensive Care berkembang cepat dengan timbulnya wabah poliomyelitis di daratan Eropa ( Skandinavia ), banyak kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot pernafasan. Dokter-dokter anestesi melakukan intubasi dan

memberikan bantuan nafas secara manual, seperti yang dilakukan selama anestesi, mortalitas bisa diturunkan sebanyak 40 %. Tahun 1952: Engstrom membuat ventilator bertekanan positif yang sangat efektif Tahun 1958: Dr. Peter Safar anesthesiologist membuka ICU pertama (Baltimore City Hospital, America) Tahun 1971 ( Di Indonesia ): ICU pertama di RSCM oleh Prof. Dr. Moh. Kelan dan Prof. Dr. Muhardi.Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya oleh Prof. Dr. Karyadi Wirjoatmodjo. Pada saat ini ICU modern telah menjadi cabang ilmu sendiri, yaitu Intensive Care Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi pemberian dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernafasan,

kardiovaskuler, susunan saraf pusat, ginjal dll c. Pengelolaan Pasien Icu Pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait, bekerja dalam satu tim dengan dipimpin oleh seorang intensivist sebagai ketua tim. 1) Staf Khusus 2) Dokter Intensivist 3) Dokter Spesialist 4) Dokter Umum / Dokter Jaga 5) Perawat terlatih 6) Tenaga dari Laboratorium diagnostik ( Laborant ) 7) Teknisi alat-alat pemantau / alat-alat untuk menopang fungsi vital 8) Fisioterapis d. Ruang Lingkup Pelayanan Icu 1) Diagnosis dan penatalaksanaan / penanggulangan penyakitpenyakit akut yang mengancam jiwa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari 2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh

3) Pemantauan fungsi vital tubuh 4) Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi 5) Memberikan bantuan emosional terhadap pasien yang nyawanya tergantung pada alat / mesin dan orang lain. e. Kebutuhan Pelayanan Pasien Icu Tindakan Resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsifungsi vital seperti :Airway ( Jalan nafas ), Breathing ( Fungsi Pernafasan ), Circulation ( Fungsi sirkulasi ). Brain ( Fungsi Otak ) Bidang Kerja Pelayanan Intensif Care : Pengelolaan Pasien Administrasi Unit Pendidikan Dokter dan Perawat Penelitian 2) HIPERBARIK a. Sejarah hiperbarink Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali oleh Behnke pada tahun 1930. Saat itu terapi oksigen hiperbarik hanya diberikan kepada para penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caissonsdisease) yang timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam,sehingga fasilitas terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa rumah TNI AL dan Rumah sakit yang berhubungan dengan pertambangan (oktaria,2008) b. Pengertian Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam proses metabolisme seluruh sel tubuh.Adanya kekurangan oksigen dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan seseorang. Hiperbaricoxygen therapy (HBOT) adalah suatu metode

pengobatan dimana pasien diberikan pernafasan oksigen 100% pada

tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal,yaitu 1 atm(760 mmHg) c. Gejala Gemetar pada kaki,tangan,dahi,bibir,mata, Kejang Bingung Ngantuk Bradikardi Vertigo Muntah-muntah Lemah

d. Komplikasi Peningkatan tekanan diparu saat nafas Penyakit paru,fibroblast,atelektasis

e. Indikasi Gas gangrene Pengaruh dekompresi f. Kontraindikasi Pneumothorak Panas tinggi Pemakaian alat implant Kejang-kejang Spontaneus pneumothorak

3) RUANG LUKA BAKAR (BURNS) a. Pengertian Luka bakar adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh

kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Secara patofisiologi luka bakar akan mengakibatkan Kerusakan sel dan jaringan yng memicu pelepasan sitokin dan

mediator inflamasi. Reaksi yng mulanya

lokal berkembang

menjadi sistemik yang meliputi beberapa kaskade Inilah nanti akan memicu terbentuknya THE BURN SYNDROME .Burn syndrome Burn Edema disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler kerusakan pd endotel kapiler shg cairan dan elektrolit, protein keluar intravaskuler ke innterstisium. b. Pengkajian Awal Pasien Luka Bakar Primary Surve Airway (Cervical Spine control) Kecurigaan (Suspected): riwayat terbakar di ruang tertutup adanya bahan-bahan organik yang terbakar (ledakan thinner pengencer cat, minyak tanah,

karet/plastik) Luka bakar pada daerah muka dan leher . Tindakan: Berikan oksigen 5 10 liter/menit Observasi ketat tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas Intubasi endotrakheal preventif bila edema mulai

bertambah

Breathing B Resuscitation Mechanical breathing Luka bakar dalam daerah dada atau perut (terbentuknya eskar yang keras dan konstriktif menghambat pengembangan rongga dada) Tindakan: eskharotomi

Circulation Tanda-tanda syok: pasien mengeluh haus, atau gelisah atau kesadarannya menurun. Penurunan tekanan darah (< 90 mmHg), akral dingin, vena kolaps. Tindakan:

Pasang 2 iv. Line, abocath terbesar, di perifer, dan ambil sampel darah (pemeriksaan :Hb/Hematokrit,

Ureum/Kreatinin, Elektrolit, AGD) Disability (Neurological Assessment) Associated injury Glascow coma score too slow for Primary Survey use: Alert, Voice,Pain, Unconscious Environment (Expose and assess area of burn) Burn percentage (Rule of nine, Lund & Browder) degree (partial & full thickness burn) Circumferential eschar: escharotomy, fasciotomy Wound toilet & dressing Avoid Hypothermia Cool locally, if possible (8-25C - 15C ideal) Fluid (Calculate using modified formula) Resusitasi pasien pediatrik: Rumus: 2 x BB (kg) x % Luas Luka Bakar, ditambahkan cairan maintenance, sebagian diberikan dalam 8 jam I dikurangi lama keterlambatan resusitasi (jam). Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

4) PELAYANAN IGD a. Kunjungan Berdasarkan Kategori Triage Di Triage Medik Dan Bedah Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori HIJAU, yaitu 73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori KUNING adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke dua, berkisar 22 % dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87 % kunjungan di tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang masuk kategori MERAH. Katagori MERAH adalah pasien-pasien yang memerlukan tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan jumlah penderita dengan katagori MERAH adalah 1164 per tahun atau sekitar 3 orang/hari. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien katagori MERAH adalah 1309 per tahun atau sekitar 4 orang per hari.Overcrowded pasien di Triage disebabkan oleh tingginya kunjungan pasien dengan katagori hijau. Sehingga diperlukan re-design tempat pelayanan untuk pasien-pasien dengan katagori HIJAU, yang terpisah dengan pasien katagori MERAH dan KUNING,sehingga memudahkan dalam pemantauan dan pengawasan. b. Sistem triage Adalah Suatu proses untuk memilah pasien ke dalam kelompok

berdasarkan pada kebutuhan medis yang diperlukan. Triage dilakukan oleh perawat senior yang sudah mendapat pelatihan tentang sistem Triage. Fungsi sistem Triage adalah untuk menjamin kualitas dan tingkat

pelayanan yang diberikan kepada pasien yang datang ke IGD sesuai dengan kriteria klinis pasien. Standarisasi sistem Triage bertujuan untuk pengoptimalan keamanan dan efesiensi pelayanan darurat berorientasi kepada kepentingan klinis pasien serta untuk meyakinkan akses secara adil kepada pasien.

2.

KUNJUNGAN LOKASI 1) Ruang ICU Di ruang ICU terdapat 6 bed. Jarak antara tempat tidur : 2 meter. Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan , setiap 2 tempat tidur . Unit tertutup 1 ruangan 1, tempat cuci tangan. Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan tingkat ICU, ICU tersier paling

sedikit 3 outlet udara dan 3 outlet pompa hisap dan minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil.Disain dari unit juga memperhatikan privasi pasien 2) Ruang IGD Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori HIJAU, yaitu 73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori KUNING adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke dua, berkisar 22 % dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87 % kunjungan di tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang masuk kategori MERAH. Katagori MERAH adalah pasien-pasien yang memerlukan tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan jumlah penderita dengan katagori MERAH adalah 1164 per tahun atau sekitar 3 orang/hari. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien katagori MERAH adalah 1309 per tahun atau sekitar 4 orang/hari 3) Ruang hiperbarik Terdapat 1 ruangan yang didalamnya ada tabumg besar seperti kapal selam yang berfungsi untuk terapi oksigen, Didalam tabung tersebut terdapat 2 bed yang 1 untuk pasien dan satu lagi untuk perawat. 4) Ruang luka bakar Burn Unit RSUP Sanglah 15 T Ruang perawatan gabung bayi, anak, dewasa

Ruang operasi untuk LB Ruang perawatan khusus Ruang umum

IV.

KESIMPULAN

PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH DAN RSUP dr SARDJITO NO 1 Ruangan Luka bakar RSUP Sanglah Selama kunjungan kita tidak di RSUP Dr Sardjito Terdapat ruangan perawatan

perkenankan untuk masuk di Ruang khusus luka bakar yang tidak perawatan khusus luka bakar kalah bagusnya dengan RSUP

dikarenakan kondisi harus steril dan sanglah, terbukti dari korban di batasi jumlah pengunjung untuk mencegah infeksi nosokomial. Kesimpulan yang dapat diambil dari informasi perawat bangsal bahwa mendapat bantuan berupa fasilatas dari australia. 2 ICU Ruang ICU di RSUP Sanglah terdapat beberapa tempat tidur, setiap tempat tidur sudah dilengkapi peralatan yang canggih untuk memantau dan mengkondisikan pasien kritis. Ruangan disekat dengan menggunakan tirai, kesterilan terjaga dengan baik karena kita sebagai pengunjung hanya di perkenankan melihat dari sebuah kaca demi kenyamanan pasien. Ruang ICU di RSUP Dr. Sardjito lebih banyak tempat tidur, ruangan juga lebih luas dari pada rsup Sanglah. Setiap tempat tidur di lengkapi dengan beberapa alat yang modern dan canggih untuk memantau kondisi pasien kritis. Pengunjung di batasi dan waktu ditentukan, setiap pengunjung di haruskan memakai baju khusus yang steril. bencana merapi yang segera dapat di tangani secara profesional, cepat, dan tepat.

NO 3

Ruangan IGD

RSUP Sanglah IGD di RSUP Sanglah

RSUP Dr Sardjito Alat-alat kegawatan dan obat-

menggunakan sistem triase menurut obatan di IGD di RSUP kegawatan pasien. Namun saat tindakan tirai tidak di tutup sehingga saat kunjungan kita dapat melihat dokter sedang melakukan tindakan dan tindakan tersebut menurut kami tidak etis karena privacy pasien tidak terjaga walaupun kondisi pasien sedang kritis namun kita sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus memperhatikan privacy pasien . dan kondisi seperti itu bisa mengakibatkan dugaan-dugaan yang salah oleh masyarakat umum,alat- alat yang tersedia di IGD cukup lengkap. Harus di tingkatkan lagi SDM yang profesional. 4 Hiperbarik Hiperbarik di RSUP Sanglah cukup bagus, Selama praktek belum menemui ruang hiperbarik karna yang ada perawatan hiperbarik hanya rumah sakit tertntu misal di Denpasar, Dr.Sardjito sudah lengkap, SDM nya juga sudah terlatih dan profesional, pasien ditempatkan di triase sesuai kegawatan pasien, pasien segera di tangani oleh tenaga kesehatan(dokter dan perawat) yang profesional dan terlatih.setelah kondisi kegawatan pasien bisa teratasi, pasien segera di pindah di bangsal perawatan.

VI.

PROFIL LATU USHADA

1. RANGKUMAN MATERI Pendiri mengawali praktik mandiri keperawatan hanya dengan keyakinan bahwa sebagai perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bisa bersaing dengan praktik kesehatan yang lainnya. Dengan keyakinan tersebut selanjutnya pendiri membuka praktik dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari patner yaitu teman yang diharapkan ada untuk diajak mengembangkan praktik dan bisa saling berbagi ilmu. b. Mengkontrak tempat praktik dan melengkapi kebutuhan praktik c. Memulai praktik dan penyesuaian metode d. Menyusun struktur e. Mengembangkan upaya pelayanan keperawatan Proses keperawatan merupakan konsep utama yang harus dikuasai dan dipahami dalam praktek mandiri perawat, proses keperawatan itu sendiri meliputi: a. Pengkajian Penguasaan terhadap teknik anamnesa yang luas dan mendalam terhadap suatu kasus merupakan nilai tambah yang membuat pasien merasa puas. Pendekatan

amamnesa dengan gaya humor dan sesuai dengan latar belakang pasien menambah kedekatan dengan pasien secara emosional sehingga pasien menjadi sangat terbuka, dihargai dan nyaman. Pemeriksaan menggunakan fisik dilakukan secara sistematis, dan non

gabungan

konvensional

konvensional secara detail, sehingga banyak kasus tersembunyi yang ditemukan. Pemeriksaan penunjang

yang dilakukan untuk kasus-kasus tertentu bekerja sama dengan optic, laboratorium klinik, dan rontgen. b. Diagnose Dalam menetapkan diagnose klinik keperawatan Latu Usadha menggunakan meski yang terminology dicantumkan diagnose hanya

keperawatan,

problemnya saja. Hal inilah yang menjadi cirri tersendiri yang membedakan perawat dengan profesi lain.

Diagnose terbanyak yang ditemukan selama praktek adalah: 1) Nyeri akut 2) Nyeri kronis 3) Kerusakan integritas kulit 4) Hipertermi 5) Gangguan pola nafas 6) Gangguan keseimbangan cairan 7) Keterbatasan gerak dan aktivitas 8) Gangguan gambaran diri 9) Gangguan pemenuhan nutrisi 10) Potensial peningkatan perilaku hidup sehat c. Rencana Tindakan Rencana tindakan tidak ditulis secara khusus, namun dirancang sesuai dengan kondisi pasian dengan

menggabungkan cara penanganan non konvensional dengan memberikan obat dasar dan tindakan modern untuk tindakan seperti: 1) Memperbaiki pola nafas 2) Menurunkan suhu tubuh 3) Manajemen nyeri 4) Perawatan luka 5) Oral hygine

Jenis tindakan non konvensional yang dilakukan meliputi: 1) Chi machine 2) Infra red 3) Bekam 4) Refleksi 5) Akupresure 6) Back therapy 7) Akupunture 8) Shiatshu 9) Relaksasi 10) Body alignment Tindakan konvensional yang dilakukan antara lain: 1) Antipiretik 2) Analgetik 3) Vitamin 4) Suplemen (kalsium dan obat multilevel) 5) Obat gastritis 6) Obat diare 7) Antialergi 8) Jamu (kejibling, ambiven, VCO) 9) Perawatan luka d. Implementasi Melakukan tindakan dengan menggabungkan cara konvensional dan non konvensional secara bersamasama. e. Evaluasi Dilakukan terhadap hasil tindakan jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah respon setelah dilakukan tindakan 30 menit sampai 1 jam dan jangka panjang setelah beberapa bulan.

2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA Dari apa yang dilakukan semakin meningkatkan keyakinan bahwa perawat bisa, sehingga: a. Meningkatkan kebanggaan sebagai perawat b. Meningkatkan penghasilan c. Ilmu keperawatan, manajemen dan ntrepreneur berkembang d. Dapat membantu orang lain e. Menunjukkan ciri khas dalam pelayanan f. Meningkatakan passion g. Meningkatan upaya pemanfaatan tindakan

keperawatan alterternatif dengan cara melakukan penelitian. Namun demikian sampai saat ini praktik yang dilakukan masih belum sepenuhnya optimal mengingat masih terbatasnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan praktik keperawatan komplementer untuk bisa memenuhi aspek formal dan aspek legal tindakan keperawatan yang dilakukan.

YOGYAKARTA, 11 FEBRUARI 2013 MENGETAHUI DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(TAUKHIT.,S.Kep, Ns)

(IRWINA DEVI U.R )