35
LAPORAN STUDI BANDING DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI dan LATU USHADA 4-8 FEBRUARI 2013 Oleh: IRWINA DEVI UMAROH RIANDANI 2120101823 3C AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2013

Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

LAPORAN STUDI BANDING

DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI dan LATU USHADA

4-8 FEBRUARI 2013

Oleh:

IRWINA DEVI UMAROH RIANDANI

2120101823

3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

LAPORAN STUDI BANDING

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. TUJUAN UMUM

3. TUJUAN KHUSUS

II. PROFIL RSUP SANGLAH

III. PELAKSANAAN KUNJUNGAN

1. RANGKUMAN MATERI

2. KUNJUNGAN LOKASI

IV. KESIMPULAN

PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH

DAN RSUP DR SARDJITO

V. PROFIL LATU USHADA

1. RANGKUMAN MATERI

2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA

Page 3: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

LAPORAN STUDI BANDING

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan salah satu

pendidikan tinggi keperawatan yang mempunyai tujuan

menghasilkan tenaga perawat yang profesional.Untuk mencapai

tujuan tersebut maka dalam penyelenggaraan pendidikan harus

sesuai dengan peran dan fungsi perawat serta kompetensi yang

telah ditetapkan. Selama enam semester peserta didik telah

menjalani pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah di

tetapkan. Dalam proses belajar mengajar tersebut menggunakan

metode PBC (Pengalaman Belajar Ceramah) dan PBP (Pengalaman

Belajar Praktikum) maupun PBK (Pengalaman Belajar Klinik).

Untuk melengkapi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta

didik maka perlu dilakukan kegiatan pembelajaran tambahan dalam

bentuk study banding.

2. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan

mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan masalah kegawatdaruratan, pasien

dalam ruang intensif care unit, pasien luka bakar, dan pasien

gerontik.

3. TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan

mahasiswa mampu :

a. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada

dalam hal perawatan kegawat daruratan (IRD).

b. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada

dalam hal perawatan luka bakar.

c. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada

dalam hal perawatan pada Intensif Care Unit.

Page 4: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

d. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada

dalam hal perawatan pada pasien Hiperbarik.

e. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada

dalam hal perawatan pada pasien Gerontik.

Page 5: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

II. PROFIL RSUP SANGLAH

1. Sejarah singkat RSUP Sanglah

Tahun 1956 : RS Sanglah mulai dibangun ,

Tahun 1959 Diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno sbg RS kelas C

dengan 150 TT, Tahun 1962 : Kerjasama dengan FK UNUD

tempat pendidikan calon dokter ,

Tahun 1978 : Menjadi RS Kelas B Pendidikan dan merupakan RS

Rujukan Bali, NTB, NTT & Tim-Tim,

Tahun 1993 : Menjadi RS Unit Swadana ,

Tahun 1998 : Menjadi RS pengguna PNBP ,

Tahun 2000 : Menjadi RS Perjan ,

Tahun 2005 : Menjadi UPT Depkes PPK BLU dan menjadi RS

Kelas A Pendidikan ,

Tahun 2011 , Ditetapkan sebagai RS Pendidikan Utama dengan

Keputusan Menkes.

2. Visi

Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia Untuk Mewujudkan

Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan.

3. Misi

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Paripurna,

Bermutu dan Berkeadilan Untuk Seluruh Lapisan Masyarakat

b. Menyelenggarakan Pendidikan Tenaga Kesehatan Yang

Profesional dan Nasionalis

c. Menyelenggarakan Penelitian Dalam Bidang Kesehatan

4. Instalasi

a. Instalasi Rawat Jalan

b. Instalasi Rawat Darurat

c. Instalasi Rawat Inap A

d. Instalasi Rawat Inap B Anak & Keb.

e. Instalasi Rawat Inap C

f. Instalasi Rawat Inap D

Page 6: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

g. Instalasi Rawat Intensif Terpadu

h. Instalasi Bedah Sentral

i. Instalasi Sterilisasi Sentral

j. Instalasi Kedokteran Forensik

k. IPS Prasarana Gedung & Sanitasi

l. IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan

m. Instalasi Farmasi

n. Instalasi Lab. PA

o. Instalasi Geriatri

p. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu

q. Instalasi Rehabilitasi Medis

r. Instalasi Radiologi

s. Instalasi Laboratorium Klinik

t. Instalasi Wing Amertha

u. Instalasi Mikrobiologi Klinik

v. Instalasi Gizi

w. Instalasi Binatu

x. Instalasi Rekam Medik

y. Inst Pengamanan & Ketertiban Ling

z. Instalasi EDP

aa. Instalasi Dialisis

5. Kegiatan pendidikan

a. Dokter Muda : peserta didik 238 orang

b. Residen : peserta didik 604 orang

c. Pendidikan Konsultan :

1) Fertilitas Endokrin Reproduksi (FER) : peserta didik 6

orang

2) Onkologi Bedah : peserta didik 3

orang

3) Nefrologi (Interne) : peserta didik 1

orang

Page 7: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

4) Tropik & Infeksi (Interne) : peserta didik 2

orang

5) Hematologi & Onkologi Medik (Interne) : peserta didik 1

orang

6) Endokrinologi & Metabolik (interne) : peserta didik 1 orang

d. Elective Study : peserta didik 99 orang

e. Keperawatan/Kebidanan : peserta didik 4322 orang

f. Non Medis : peserta 241 orang

6. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai wahana pendidikan

a. FK Universitas Udayana Denpasar

b. FK Universitas Warmadewa Denpasar

c. FK Universitas Mataram

d. FK Universitas Al-Azhar Mataram

e. FK Universitas Airlangga Surabaya

f. FK Universitas Indonesia Jakarta

g. FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar

7. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai Wahana Pendidikan

Keperawatan

a. Jawa (8 institusi)

1) Poltekkes Malang

2) Poltekkes Surabaya

3) Akper Pemprov Semarang

4) Stikes W. Husada Bogor

5) Poltekkes Tasikmalaya

6) Poltekkes Surakarta

7) PSIK Universitas Jember

8) Poltekkes Semarang

b. Bali (9 Institusi)

1) Poltekkes Denpasar

2) Akper Kesdam Denpasar

3) Akbid Kartini Denpasar

Page 8: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

4) PSIK UNUD Denpasar

5) Stikes Wira Medika PPNI Denpasar

6) Akbid Singaraja

7) Akbid Bali Wisnu Jaya

8) STIKES Bina Usada Bali

9) STIKES Bali

c. Luar Jawa (10 Institusi)

1) Poltekkes Jayapura

2) Poltekkes Kupang

3) Poltekkes Mataram

4) Poltekkes Makassar

5) Akbid Sari Mulia Banjarmasin

6) Akper PPNI Kendari

7) STIK GIA Makassar

8) Akbid Nusantara Palembang

9) Stikes Yarsi Mataram

10) Stikes CHM Kupang

8. Pengembangan RSUP Sanglah Sebagai Wahana Pendidikan

Non Medis

a. Jawa (6 institusi)

1) Poltekkes Semarang

2) Poltekkes Jakarta II

3) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

4) Surya Global Yogyakarta

5) ATRO Nusantara Jakarta

6) Universitas Surabaya

b. Bali (10 institusi)

1) Universitas Ganesha Singaraja

2) Universitas Udayana Denpasar

3) Universitas Warmadewa Denpasar

Page 9: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

4) IMKI Prima Denpasar

5) Alfa Prima Denpasar

6) New Media Denpasar

7) STIMI Handayani Denpasar

8) Politeknik Negeri Bali

9) STIMIK STIKOM Bali

10) ATRO Bali

Page 10: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

III. PELAKSANAAN KUNJUNGAN

1. RANGKUMAN MATERI

1) RUANG ICU

a. Pengertian

ICU = Intensive Care Unit Bagian / Unit tersendiri di dalam rumah

sakit dengan staf khusus, perlengkapan khusus ditujukan untuk

observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita

penyakit, cedera, atau penyakit-penyakit yang mengancam jiwa atau

potensial mengancam jiwa yang masih diharapkan dapat disembuhkan

dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan, sarana dan

prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital

dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain

yang berpengalaman dalam penglolaan keadaan tersebut.

b. Sejarah Icu

Kematian pasien yang mengalami pembedahan banyak terjadi pada

pasca bedah

• Tahun 1860 : Florence Nightingale mengusulkan untuk

melanjutkan pengawasan pasien yang ketat selama operasi oleh

anestetis sampai ke masa pasca bedah.

• Tahun 1942 : Di Mayo Clinic, dibuat suatu ruangan khusus untuk

pasien-pasien pasca bedah, pengawasan pasien sampai sadar dan

fungsi-fungsi vital stabil, bebas dari pengaruh obat anestesi ( ruang

pulih sadar ). Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal

dipandang perlu untuk melanjutkan pelayanan serupa pada masa

pasca bedah.

• Tahun 1950: Disiplin Intensive Care berkembang cepat dengan

timbulnya wabah poliomyelitis di daratan Eropa ( Skandinavia ),

banyak kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot

pernafasan. Dokter-dokter anestesi melakukan intubasi dan

Page 11: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

memberikan bantuan nafas secara manual, seperti yang dilakukan

selama anestesi, mortalitas bisa diturunkan sebanyak 40 %.

• Tahun 1952: Engstrom membuat ventilator bertekanan positif

yang sangat efektif

• Tahun 1958: Dr. Peter Safar anesthesiologist membuka ICU

pertama (Baltimore City Hospital, America)

• Tahun 1971 ( Di Indonesia ): ICU pertama di RSCM oleh Prof.

Dr. Moh. Kelan dan Prof. Dr. Muhardi.Di Rumah Sakit Dr.

Soetomo Surabaya oleh Prof. Dr. Karyadi Wirjoatmodjo. Pada saat

ini ICU modern telah menjadi cabang ilmu sendiri, yaitu Intensive

Care Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi pemberian

dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernafasan,

kardiovaskuler, susunan saraf pusat, ginjal dll

c. Pengelolaan Pasien Icu

Pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait,

bekerja dalam satu tim dengan dipimpin oleh seorang intensivist

sebagai ketua tim.

1) Staf Khusus

2) Dokter Intensivist

3) Dokter Spesialist

4) Dokter Umum / Dokter Jaga

5) Perawat terlatih

6) Tenaga dari Laboratorium diagnostik ( Laborant )

7) Teknisi alat-alat pemantau / alat-alat untuk menopang fungsi

vital

8) Fisioterapis

d. Ruang Lingkup Pelayanan Icu

1) Diagnosis dan penatalaksanaan / penanggulangan penyakit-

penyakit akut yang mengancam jiwa dan dapat menimbulkan

kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari

2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh

Page 12: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

3) Pemantauan fungsi vital tubuh

4) Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi

5) Memberikan bantuan emosional terhadap pasien yang

nyawanya tergantung pada alat / mesin dan orang lain.

e. Kebutuhan Pelayanan Pasien Icu

Tindakan Resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-

fungsi vital seperti :Airway ( Jalan nafas ), Breathing ( Fungsi

Pernafasan ), Circulation ( Fungsi sirkulasi ). Brain ( Fungsi Otak )

Bidang Kerja Pelayanan Intensif Care :

Pengelolaan Pasien

Administrasi Unit

Pendidikan Dokter dan Perawat

Penelitian

2) HIPERBARIK

a. Sejarah hiperbarink

Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali

oleh Behnke pada tahun 1930. Saat itu terapi oksigen

hiperbarik hanya diberikan kepada para penyelam untuk

menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caisson’sdisease) yang

timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam,sehingga

fasilitas terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa

rumah TNI AL dan Rumah sakit yang berhubungan dengan

pertambangan (oktaria,2008)

b. Pengertian

Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam

proses metabolisme seluruh sel tubuh.Adanya kekurangan oksigen

dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan

seseorang.

Hiperbaricoxygen therapy (HBOT) adalah suatu metode

pengobatan dimana pasien diberikan pernafasan oksigen 100% pada

Page 13: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan

udara atmosfer normal,yaitu 1 atm(760 mmHg)

c. Gejala

Gemetar pada kaki,tangan,dahi,bibir,mata,

Kejang

Bingung

Ngantuk

Bradikardi

Vertigo

Muntah-muntah

Lemah

d. Komplikasi

Peningkatan tekanan diparu saat nafas

Penyakit paru,fibroblast,atelektasis

e. Indikasi

Gas gangrene

Pengaruh dekompresi

f. Kontraindikasi

Pneumothorak

Panas tinggi

Pemakaian alat implant

Kejang-kejang

Spontaneus pneumothorak

3) RUANG LUKA BAKAR (BURNS)

a. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh

kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi.Secara patofisiologi luka bakar akan mengakibatkan

Kerusakan sel dan jaringan yng memicu pelepasan sitokin dan

mediator inflamasi. Reaksi yng mulanya lokal berkembang

Page 14: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

menjadi sistemik yang meliputi beberapa kaskade Inilah nanti akan

memicu terbentuknya THE BURN SYNDROME .Burn syndrome

Burn Edema disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler

kerusakan pd endotel kapiler shg cairan dan elektrolit, protein

keluar intravaskuler ke innterstisium.

b. Pengkajian Awal Pasien Luka Bakar Primary Surve

Airway (Cervical Spine control)

Kecurigaan (Suspected): riwayat terbakar di ruang

tertutup adanya bahan-bahan organik yang terbakar

(ledakan thinner pengencer cat, minyak tanah,

karet/plastik) Luka bakar pada daerah muka dan leher .

Tindakan:

– Berikan oksigen 5 – 10 liter/menit

– Observasi ketat tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas

– Intubasi endotrakheal preventif bila edema mulai

bertambah

Breathing

B – Resuscitation

Mechanical breathing

Luka bakar dalam daerah dada atau perut (terbentuknya

eskar yang keras dan konstriktif menghambat

pengembangan rongga dada)

Tindakan: eskharotomi

Circulation

Tanda-tanda syok: pasien mengeluh haus, atau gelisah atau

kesadarannya menurun. Penurunan tekanan darah (< 90

mmHg), akral dingin, vena kolaps.

Tindakan:

Page 15: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

Pasang 2 iv. Line, abocath terbesar, di perifer, dan ambil

sampel darah (pemeriksaan :Hb/Hematokrit,

Ureum/Kreatinin, Elektrolit, AGD)

Disability (Neurological Assessment)

Associated injury

Glascow coma score too slow for Primary Survey use:

Alert, Voice,Pain, Unconscious

Environment (Expose and assess area of burn)

Burn percentage (Rule of nine, Lund & Browder) degree

(partial & full thickness burn) Circumferential eschar:

escharotomy, fasciotomy Wound toilet & dressing Avoid

Hypothermia Cool locally, if possible (8-25°C - 15°C ideal)

Fluid (Calculate using modified formula)

Resusitasi pasien pediatrik:

Rumus: 2 x BB (kg) x % Luas Luka Bakar, ditambahkan

cairan maintenance, sebagian diberikan dalam 8 jam I

dikurangi lama keterlambatan resusitasi (jam). Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Page 16: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

4) PELAYANAN IGD

a. Kunjungan Berdasarkan Kategori Triage Di Triage Medik Dan

Bedah

Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan

2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di

Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori “HIJAU”, yaitu

73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori “KUNING”

adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke dua, berkisar 22

% dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87 % kunjungan di

tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang masuk kategori

“MERAH”. Katagori “MERAH” adalah pasien-pasien yang memerlukan

tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan jumlah penderita dengan

katagori “MERAH” adalah 1164 per tahun atau sekitar 3 orang/hari.

Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien katagori “MERAH” adalah

1309 per tahun atau sekitar 4 orang per hari.Overcrowded pasien di Triage

disebabkan oleh tingginya kunjungan pasien dengan katagori hijau.

Sehingga diperlukan re-design tempat pelayanan untuk pasien-pasien

dengan katagori HIJAU, yang terpisah dengan pasien katagori MERAH

dan KUNING,sehingga memudahkan dalam pemantauan dan pengawasan.

b. Sistem triage

Adalah Suatu proses untuk memilah pasien ke dalam kelompok

berdasarkan pada kebutuhan medis yang diperlukan. Triage dilakukan oleh

perawat senior yang sudah mendapat pelatihan tentang sistem Triage.

Fungsi sistem Triage adalah untuk menjamin kualitas dan tingkat

pelayanan yang diberikan kepada pasien yang datang ke IGD sesuai

dengan kriteria klinis pasien. Standarisasi sistem Triage bertujuan untuk

pengoptimalan keamanan dan efesiensi pelayanan darurat berorientasi

kepada kepentingan klinis pasien serta untuk meyakinkan akses secara adil

kepada pasien.

Page 17: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

2. KUNJUNGAN LOKASI

1) Ruang ICU

Di ruang ICU terdapat 6 bed. Jarak antara tempat tidur : 2 meter.

Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan , setiap 2 tempat tidur .

Unit tertutup 1 ruangan 1, tempat cuci tangan. Harus ada sejumlah

outlet yang cukup sesuai dengan tingkat ICU, ICU tersier paling

sedikit 3 outlet udara dan 3 outlet pompa hisap dan minimal 16 stop

kontak untuk tiap tempat tidur. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk

observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan

akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil.Disain

dari unit juga memperhatikan privasi pasien

2) Ruang IGD

Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan

2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di

Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori “HIJAU”,

yaitu 73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori

“KUNING” adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke

dua, berkisar 22 % dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87

% kunjungan di tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang

masuk kategori “MERAH”. Katagori “MERAH” adalah pasien-pasien

yang memerlukan tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan

jumlah penderita dengan katagori “MERAH” adalah 1164 per tahun

atau sekitar 3 orang/hari. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien

katagori “MERAH” adalah 1309 per tahun atau sekitar 4 orang/hari

3) Ruang hiperbarik

Terdapat 1 ruangan yang didalamnya ada tabumg besar seperti kapal

selam yang berfungsi untuk terapi oksigen, Didalam tabung tersebut

terdapat 2 bed yang 1 untuk pasien dan satu lagi untuk perawat.

4) Ruang luka bakar

Burn Unit RSUP Sanglah 15 T

Ruang perawatan gabung bayi, anak, dewasa

Page 18: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

Ruang operasi untuk LB

Ruang perawatan khusus

Ruang umum

Page 19: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

IV. KESIMPULAN

PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH

DAN RSUP dr SARDJITO

NO Ruangan RSUP Sanglah RSUP Dr Sardjito

1 Luka bakar Selama kunjungan kita tidak di

perkenankan untuk masuk di Ruang

perawatan khusus luka bakar

dikarenakan kondisi harus steril dan

di batasi jumlah pengunjung untuk

mencegah infeksi nosokomial.

Kesimpulan yang dapat diambil

dari informasi perawat bangsal

bahwa mendapat bantuan berupa

fasilatas dari australia.

Terdapat ruangan perawatan

khusus luka bakar yang tidak

kalah bagusnya dengan RSUP

sanglah, terbukti dari korban

bencana merapi yang segera

dapat di tangani secara

profesional, cepat, dan tepat.

2 ICU Ruang ICU di RSUP Sanglah

terdapat beberapa tempat tidur,

setiap tempat tidur sudah

dilengkapi peralatan yang canggih

untuk memantau dan

mengkondisikan pasien kritis.

Ruangan disekat dengan

menggunakan tirai, kesterilan

terjaga dengan baik karena kita

sebagai pengunjung hanya di

perkenankan melihat dari sebuah

kaca demi kenyamanan pasien.

Ruang ICU di RSUP Dr.

Sardjito lebih banyak tempat

tidur, ruangan juga lebih luas

dari pada rsup Sanglah. Setiap

tempat tidur di lengkapi

dengan beberapa alat yang

modern dan canggih untuk

memantau kondisi pasien

kritis. Pengunjung di batasi

dan waktu ditentukan, setiap

pengunjung di haruskan

memakai baju khusus yang

steril.

Page 20: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

NO Ruangan RSUP Sanglah RSUP Dr Sardjito

3 IGD IGD di RSUP Sanglah

menggunakan sistem triase menurut

kegawatan pasien. Namun saat

tindakan tirai tidak di tutup

sehingga saat kunjungan kita dapat

melihat dokter sedang melakukan

tindakan dan tindakan tersebut

menurut kami tidak etis karena

privacy pasien tidak terjaga

walaupun kondisi pasien sedang

kritis namun kita sebagai tenaga

kesehatan yang profesional harus

memperhatikan privacy pasien .

dan kondisi seperti itu bisa

mengakibatkan dugaan-dugaan

yang salah oleh masyarakat

umum,alat- alat yang tersedia di

IGD cukup lengkap. Harus di

tingkatkan lagi SDM yang

profesional.

Alat-alat kegawatan dan obat-

obatan di IGD di RSUP

Dr.Sardjito sudah lengkap,

SDM nya juga sudah terlatih

dan profesional, pasien

ditempatkan di triase sesuai

kegawatan pasien, pasien

segera di tangani oleh tenaga

kesehatan(dokter dan perawat)

yang profesional dan

terlatih.setelah kondisi

kegawatan pasien bisa teratasi,

pasien segera di pindah di

bangsal perawatan.

4 Hiperbarik Hiperbarik di RSUP Sanglah cukup

bagus,

Selama praktek belum

menemui ruang hiperbarik

karna yang ada perawatan

hiperbarik hanya rumah sakit

tertntu misal di Denpasar,

Page 21: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

VI. PROFIL LATU USHADA

1. RANGKUMAN MATERI

Pendiri mengawali praktik mandiri keperawatan hanya

dengan keyakinan bahwa sebagai perawat yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bisa bersaing

dengan praktik kesehatan yang lainnya. Dengan keyakinan tersebut

selanjutnya pendiri membuka praktik dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mencari patner yaitu teman yang diharapkan ada untuk

diajak mengembangkan praktik dan bisa saling berbagi

ilmu.

b. Mengkontrak tempat praktik dan melengkapi kebutuhan

praktik

c. Memulai praktik dan penyesuaian metode

d. Menyusun struktur

e. Mengembangkan upaya pelayanan keperawatan

Proses keperawatan merupakan konsep utama yang harus dikuasai

dan dipahami dalam praktek mandiri perawat, proses keperawatan

itu sendiri meliputi:

a. Pengkajian

Penguasaan terhadap teknik anamnesa yang luas dan

mendalam terhadap suatu kasus merupakan nilai tambah

yang membuat pasien merasa puas. Pendekatan

amamnesa dengan gaya humor dan sesuai dengan latar

belakang pasien menambah kedekatan dengan pasien

secara emosional sehingga pasien menjadi sangat

terbuka, dihargai dan nyaman.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,

menggunakan gabungan konvensional dan non

konvensional secara detail, sehingga banyak kasus

tersembunyi yang ditemukan. Pemeriksaan penunjang

Page 22: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

yang dilakukan untuk kasus-kasus tertentu bekerja sama

dengan optic, laboratorium klinik, dan rontgen.

b. Diagnose

Dalam menetapkan diagnose klinik keperawatan Latu

Usadha menggunakan terminology diagnose

keperawatan, meski yang dicantumkan hanya

problemnya saja. Hal inilah yang menjadi cirri tersendiri

yang membedakan perawat dengan profesi lain.

Diagnose terbanyak yang ditemukan selama praktek

adalah:

1) Nyeri akut

2) Nyeri kronis

3) Kerusakan integritas kulit

4) Hipertermi

5) Gangguan pola nafas

6) Gangguan keseimbangan cairan

7) Keterbatasan gerak dan aktivitas

8) Gangguan gambaran diri

9) Gangguan pemenuhan nutrisi

10) Potensial peningkatan perilaku hidup sehat

c. Rencana Tindakan

Rencana tindakan tidak ditulis secara khusus, namun

dirancang sesuai dengan kondisi pasian dengan

menggabungkan cara penanganan non konvensional

dengan memberikan obat dasar dan tindakan modern

untuk tindakan seperti:

1) Memperbaiki pola nafas

2) Menurunkan suhu tubuh

3) Manajemen nyeri

4) Perawatan luka

5) Oral hygine

Page 23: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

Jenis tindakan non konvensional yang dilakukan

meliputi:

1) Chi machine

2) Infra red

3) Bekam

4) Refleksi

5) Akupresure

6) Back therapy

7) Akupunture

8) Shiatshu

9) Relaksasi

10) Body alignment

Tindakan konvensional yang dilakukan antara lain:

1) Antipiretik

2) Analgetik

3) Vitamin

4) Suplemen (kalsium dan obat multilevel)

5) Obat gastritis

6) Obat diare

7) Antialergi

8) Jamu (kejibling, ambiven, VCO)

9) Perawatan luka

d. Implementasi

Melakukan tindakan dengan menggabungkan cara

konvensional dan non konvensional secara bersama-

sama.

e. Evaluasi

Dilakukan terhadap hasil tindakan jangka pendek dan

jangka panjang. Jangka pendek adalah respon setelah

dilakukan tindakan 30 menit sampai 1 jam dan jangka

panjang setelah beberapa bulan.

Page 24: Laporan Studi Banding.docx Dr Bii

2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA

Dari apa yang dilakukan semakin meningkatkan keyakinan

bahwa perawat bisa, sehingga:

a. Meningkatkan kebanggaan sebagai perawat

b. Meningkatkan penghasilan

c. Ilmu keperawatan, manajemen dan ntrepreneur

berkembang

d. Dapat membantu orang lain

e. Menunjukkan ciri khas dalam pelayanan

f. Meningkatakan passion

g. Meningkatan upaya pemanfaatan tindakan

keperawatan alterternatif dengan cara melakukan

penelitian.

Namun demikian sampai saat ini praktik yang dilakukan

masih belum sepenuhnya optimal mengingat masih terbatasnya

kesempatan untuk mengikuti pelatihan praktik keperawatan

komplementer untuk bisa memenuhi aspek formal dan aspek legal

tindakan keperawatan yang dilakukan.

YOGYAKARTA, 11 FEBRUARI 2013

MENGETAHUI

DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA

(TAUKHIT.,S.Kep, Ns) (IRWINA DEVI U.R )