Upload
irwina-devi-umaroh-riandani
View
795
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN STUDI BANDING
DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI dan LATU USHADA
4-8 FEBRUARI 2013
Oleh:
IRWINA DEVI UMAROH RIANDANI
2120101823
3C
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2013
LAPORAN STUDI BANDING
I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN UMUM
3. TUJUAN KHUSUS
II. PROFIL RSUP SANGLAH
III. PELAKSANAAN KUNJUNGAN
1. RANGKUMAN MATERI
2. KUNJUNGAN LOKASI
IV. KESIMPULAN
PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH
DAN RSUP DR SARDJITO
V. PROFIL LATU USHADA
1. RANGKUMAN MATERI
2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA
LAPORAN STUDI BANDING
I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan salah satu
pendidikan tinggi keperawatan yang mempunyai tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang profesional.Untuk mencapai
tujuan tersebut maka dalam penyelenggaraan pendidikan harus
sesuai dengan peran dan fungsi perawat serta kompetensi yang
telah ditetapkan. Selama enam semester peserta didik telah
menjalani pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah di
tetapkan. Dalam proses belajar mengajar tersebut menggunakan
metode PBC (Pengalaman Belajar Ceramah) dan PBP (Pengalaman
Belajar Praktikum) maupun PBK (Pengalaman Belajar Klinik).
Untuk melengkapi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik maka perlu dilakukan kegiatan pembelajaran tambahan dalam
bentuk study banding.
2. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kegawatdaruratan, pasien
dalam ruang intensif care unit, pasien luka bakar, dan pasien
gerontik.
3. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan study banding diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada
dalam hal perawatan kegawat daruratan (IRD).
b. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada
dalam hal perawatan luka bakar.
c. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada
dalam hal perawatan pada Intensif Care Unit.
d. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada
dalam hal perawatan pada pasien Hiperbarik.
e. Memahami lebih lanjut dan melihat kelebihan yang ada
dalam hal perawatan pada pasien Gerontik.
II. PROFIL RSUP SANGLAH
1. Sejarah singkat RSUP Sanglah
Tahun 1956 : RS Sanglah mulai dibangun ,
Tahun 1959 Diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno sbg RS kelas C
dengan 150 TT, Tahun 1962 : Kerjasama dengan FK UNUD
tempat pendidikan calon dokter ,
Tahun 1978 : Menjadi RS Kelas B Pendidikan dan merupakan RS
Rujukan Bali, NTB, NTT & Tim-Tim,
Tahun 1993 : Menjadi RS Unit Swadana ,
Tahun 1998 : Menjadi RS pengguna PNBP ,
Tahun 2000 : Menjadi RS Perjan ,
Tahun 2005 : Menjadi UPT Depkes PPK BLU dan menjadi RS
Kelas A Pendidikan ,
Tahun 2011 , Ditetapkan sebagai RS Pendidikan Utama dengan
Keputusan Menkes.
2. Visi
Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia Untuk Mewujudkan
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan.
3. Misi
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Paripurna,
Bermutu dan Berkeadilan Untuk Seluruh Lapisan Masyarakat
b. Menyelenggarakan Pendidikan Tenaga Kesehatan Yang
Profesional dan Nasionalis
c. Menyelenggarakan Penelitian Dalam Bidang Kesehatan
4. Instalasi
a. Instalasi Rawat Jalan
b. Instalasi Rawat Darurat
c. Instalasi Rawat Inap A
d. Instalasi Rawat Inap B Anak & Keb.
e. Instalasi Rawat Inap C
f. Instalasi Rawat Inap D
g. Instalasi Rawat Intensif Terpadu
h. Instalasi Bedah Sentral
i. Instalasi Sterilisasi Sentral
j. Instalasi Kedokteran Forensik
k. IPS Prasarana Gedung & Sanitasi
l. IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan
m. Instalasi Farmasi
n. Instalasi Lab. PA
o. Instalasi Geriatri
p. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
q. Instalasi Rehabilitasi Medis
r. Instalasi Radiologi
s. Instalasi Laboratorium Klinik
t. Instalasi Wing Amertha
u. Instalasi Mikrobiologi Klinik
v. Instalasi Gizi
w. Instalasi Binatu
x. Instalasi Rekam Medik
y. Inst Pengamanan & Ketertiban Ling
z. Instalasi EDP
aa. Instalasi Dialisis
5. Kegiatan pendidikan
a. Dokter Muda : peserta didik 238 orang
b. Residen : peserta didik 604 orang
c. Pendidikan Konsultan :
1) Fertilitas Endokrin Reproduksi (FER) : peserta didik 6
orang
2) Onkologi Bedah : peserta didik 3
orang
3) Nefrologi (Interne) : peserta didik 1
orang
4) Tropik & Infeksi (Interne) : peserta didik 2
orang
5) Hematologi & Onkologi Medik (Interne) : peserta didik 1
orang
6) Endokrinologi & Metabolik (interne) : peserta didik 1 orang
d. Elective Study : peserta didik 99 orang
e. Keperawatan/Kebidanan : peserta didik 4322 orang
f. Non Medis : peserta 241 orang
6. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai wahana pendidikan
a. FK Universitas Udayana Denpasar
b. FK Universitas Warmadewa Denpasar
c. FK Universitas Mataram
d. FK Universitas Al-Azhar Mataram
e. FK Universitas Airlangga Surabaya
f. FK Universitas Indonesia Jakarta
g. FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar
7. Pengembangan RSUP Sanglah sebagai Wahana Pendidikan
Keperawatan
a. Jawa (8 institusi)
1) Poltekkes Malang
2) Poltekkes Surabaya
3) Akper Pemprov Semarang
4) Stikes W. Husada Bogor
5) Poltekkes Tasikmalaya
6) Poltekkes Surakarta
7) PSIK Universitas Jember
8) Poltekkes Semarang
b. Bali (9 Institusi)
1) Poltekkes Denpasar
2) Akper Kesdam Denpasar
3) Akbid Kartini Denpasar
4) PSIK UNUD Denpasar
5) Stikes Wira Medika PPNI Denpasar
6) Akbid Singaraja
7) Akbid Bali Wisnu Jaya
8) STIKES Bina Usada Bali
9) STIKES Bali
c. Luar Jawa (10 Institusi)
1) Poltekkes Jayapura
2) Poltekkes Kupang
3) Poltekkes Mataram
4) Poltekkes Makassar
5) Akbid Sari Mulia Banjarmasin
6) Akper PPNI Kendari
7) STIK GIA Makassar
8) Akbid Nusantara Palembang
9) Stikes Yarsi Mataram
10) Stikes CHM Kupang
8. Pengembangan RSUP Sanglah Sebagai Wahana Pendidikan
Non Medis
a. Jawa (6 institusi)
1) Poltekkes Semarang
2) Poltekkes Jakarta II
3) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
4) Surya Global Yogyakarta
5) ATRO Nusantara Jakarta
6) Universitas Surabaya
b. Bali (10 institusi)
1) Universitas Ganesha Singaraja
2) Universitas Udayana Denpasar
3) Universitas Warmadewa Denpasar
4) IMKI Prima Denpasar
5) Alfa Prima Denpasar
6) New Media Denpasar
7) STIMI Handayani Denpasar
8) Politeknik Negeri Bali
9) STIMIK STIKOM Bali
10) ATRO Bali
III. PELAKSANAAN KUNJUNGAN
1. RANGKUMAN MATERI
1) RUANG ICU
a. Pengertian
ICU = Intensive Care Unit Bagian / Unit tersendiri di dalam rumah
sakit dengan staf khusus, perlengkapan khusus ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera, atau penyakit-penyakit yang mengancam jiwa atau
potensial mengancam jiwa yang masih diharapkan dapat disembuhkan
dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan, sarana dan
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam penglolaan keadaan tersebut.
b. Sejarah Icu
Kematian pasien yang mengalami pembedahan banyak terjadi pada
pasca bedah
• Tahun 1860 : Florence Nightingale mengusulkan untuk
melanjutkan pengawasan pasien yang ketat selama operasi oleh
anestetis sampai ke masa pasca bedah.
• Tahun 1942 : Di Mayo Clinic, dibuat suatu ruangan khusus untuk
pasien-pasien pasca bedah, pengawasan pasien sampai sadar dan
fungsi-fungsi vital stabil, bebas dari pengaruh obat anestesi ( ruang
pulih sadar ). Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal
dipandang perlu untuk melanjutkan pelayanan serupa pada masa
pasca bedah.
• Tahun 1950: Disiplin Intensive Care berkembang cepat dengan
timbulnya wabah poliomyelitis di daratan Eropa ( Skandinavia ),
banyak kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot
pernafasan. Dokter-dokter anestesi melakukan intubasi dan
memberikan bantuan nafas secara manual, seperti yang dilakukan
selama anestesi, mortalitas bisa diturunkan sebanyak 40 %.
• Tahun 1952: Engstrom membuat ventilator bertekanan positif
yang sangat efektif
• Tahun 1958: Dr. Peter Safar anesthesiologist membuka ICU
pertama (Baltimore City Hospital, America)
• Tahun 1971 ( Di Indonesia ): ICU pertama di RSCM oleh Prof.
Dr. Moh. Kelan dan Prof. Dr. Muhardi.Di Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya oleh Prof. Dr. Karyadi Wirjoatmodjo. Pada saat
ini ICU modern telah menjadi cabang ilmu sendiri, yaitu Intensive
Care Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi pemberian
dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernafasan,
kardiovaskuler, susunan saraf pusat, ginjal dll
c. Pengelolaan Pasien Icu
Pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait,
bekerja dalam satu tim dengan dipimpin oleh seorang intensivist
sebagai ketua tim.
1) Staf Khusus
2) Dokter Intensivist
3) Dokter Spesialist
4) Dokter Umum / Dokter Jaga
5) Perawat terlatih
6) Tenaga dari Laboratorium diagnostik ( Laborant )
7) Teknisi alat-alat pemantau / alat-alat untuk menopang fungsi
vital
8) Fisioterapis
d. Ruang Lingkup Pelayanan Icu
1) Diagnosis dan penatalaksanaan / penanggulangan penyakit-
penyakit akut yang mengancam jiwa dan dapat menimbulkan
kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari
2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh
3) Pemantauan fungsi vital tubuh
4) Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi
5) Memberikan bantuan emosional terhadap pasien yang
nyawanya tergantung pada alat / mesin dan orang lain.
e. Kebutuhan Pelayanan Pasien Icu
Tindakan Resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-
fungsi vital seperti :Airway ( Jalan nafas ), Breathing ( Fungsi
Pernafasan ), Circulation ( Fungsi sirkulasi ). Brain ( Fungsi Otak )
Bidang Kerja Pelayanan Intensif Care :
Pengelolaan Pasien
Administrasi Unit
Pendidikan Dokter dan Perawat
Penelitian
2) HIPERBARIK
a. Sejarah hiperbarink
Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali
oleh Behnke pada tahun 1930. Saat itu terapi oksigen
hiperbarik hanya diberikan kepada para penyelam untuk
menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caisson’sdisease) yang
timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam,sehingga
fasilitas terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa
rumah TNI AL dan Rumah sakit yang berhubungan dengan
pertambangan (oktaria,2008)
b. Pengertian
Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam
proses metabolisme seluruh sel tubuh.Adanya kekurangan oksigen
dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan
seseorang.
Hiperbaricoxygen therapy (HBOT) adalah suatu metode
pengobatan dimana pasien diberikan pernafasan oksigen 100% pada
tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal,yaitu 1 atm(760 mmHg)
c. Gejala
Gemetar pada kaki,tangan,dahi,bibir,mata,
Kejang
Bingung
Ngantuk
Bradikardi
Vertigo
Muntah-muntah
Lemah
d. Komplikasi
Peningkatan tekanan diparu saat nafas
Penyakit paru,fibroblast,atelektasis
e. Indikasi
Gas gangrene
Pengaruh dekompresi
f. Kontraindikasi
Pneumothorak
Panas tinggi
Pemakaian alat implant
Kejang-kejang
Spontaneus pneumothorak
3) RUANG LUKA BAKAR (BURNS)
a. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.Secara patofisiologi luka bakar akan mengakibatkan
Kerusakan sel dan jaringan yng memicu pelepasan sitokin dan
mediator inflamasi. Reaksi yng mulanya lokal berkembang
menjadi sistemik yang meliputi beberapa kaskade Inilah nanti akan
memicu terbentuknya THE BURN SYNDROME .Burn syndrome
Burn Edema disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler
kerusakan pd endotel kapiler shg cairan dan elektrolit, protein
keluar intravaskuler ke innterstisium.
b. Pengkajian Awal Pasien Luka Bakar Primary Surve
Airway (Cervical Spine control)
Kecurigaan (Suspected): riwayat terbakar di ruang
tertutup adanya bahan-bahan organik yang terbakar
(ledakan thinner pengencer cat, minyak tanah,
karet/plastik) Luka bakar pada daerah muka dan leher .
Tindakan:
– Berikan oksigen 5 – 10 liter/menit
– Observasi ketat tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas
– Intubasi endotrakheal preventif bila edema mulai
bertambah
Breathing
B – Resuscitation
Mechanical breathing
Luka bakar dalam daerah dada atau perut (terbentuknya
eskar yang keras dan konstriktif menghambat
pengembangan rongga dada)
Tindakan: eskharotomi
Circulation
Tanda-tanda syok: pasien mengeluh haus, atau gelisah atau
kesadarannya menurun. Penurunan tekanan darah (< 90
mmHg), akral dingin, vena kolaps.
Tindakan:
Pasang 2 iv. Line, abocath terbesar, di perifer, dan ambil
sampel darah (pemeriksaan :Hb/Hematokrit,
Ureum/Kreatinin, Elektrolit, AGD)
Disability (Neurological Assessment)
Associated injury
Glascow coma score too slow for Primary Survey use:
Alert, Voice,Pain, Unconscious
Environment (Expose and assess area of burn)
Burn percentage (Rule of nine, Lund & Browder) degree
(partial & full thickness burn) Circumferential eschar:
escharotomy, fasciotomy Wound toilet & dressing Avoid
Hypothermia Cool locally, if possible (8-25°C - 15°C ideal)
Fluid (Calculate using modified formula)
Resusitasi pasien pediatrik:
Rumus: 2 x BB (kg) x % Luas Luka Bakar, ditambahkan
cairan maintenance, sebagian diberikan dalam 8 jam I
dikurangi lama keterlambatan resusitasi (jam). Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.
4) PELAYANAN IGD
a. Kunjungan Berdasarkan Kategori Triage Di Triage Medik Dan
Bedah
Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan
2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di
Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori “HIJAU”, yaitu
73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori “KUNING”
adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke dua, berkisar 22
% dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87 % kunjungan di
tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang masuk kategori
“MERAH”. Katagori “MERAH” adalah pasien-pasien yang memerlukan
tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan jumlah penderita dengan
katagori “MERAH” adalah 1164 per tahun atau sekitar 3 orang/hari.
Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien katagori “MERAH” adalah
1309 per tahun atau sekitar 4 orang per hari.Overcrowded pasien di Triage
disebabkan oleh tingginya kunjungan pasien dengan katagori hijau.
Sehingga diperlukan re-design tempat pelayanan untuk pasien-pasien
dengan katagori HIJAU, yang terpisah dengan pasien katagori MERAH
dan KUNING,sehingga memudahkan dalam pemantauan dan pengawasan.
b. Sistem triage
Adalah Suatu proses untuk memilah pasien ke dalam kelompok
berdasarkan pada kebutuhan medis yang diperlukan. Triage dilakukan oleh
perawat senior yang sudah mendapat pelatihan tentang sistem Triage.
Fungsi sistem Triage adalah untuk menjamin kualitas dan tingkat
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang datang ke IGD sesuai
dengan kriteria klinis pasien. Standarisasi sistem Triage bertujuan untuk
pengoptimalan keamanan dan efesiensi pelayanan darurat berorientasi
kepada kepentingan klinis pasien serta untuk meyakinkan akses secara adil
kepada pasien.
2. KUNJUNGAN LOKASI
1) Ruang ICU
Di ruang ICU terdapat 6 bed. Jarak antara tempat tidur : 2 meter.
Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan , setiap 2 tempat tidur .
Unit tertutup 1 ruangan 1, tempat cuci tangan. Harus ada sejumlah
outlet yang cukup sesuai dengan tingkat ICU, ICU tersier paling
sedikit 3 outlet udara dan 3 outlet pompa hisap dan minimal 16 stop
kontak untuk tiap tempat tidur. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk
observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan
akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil.Disain
dari unit juga memperhatikan privasi pasien
2) Ruang IGD
Proporsi kunjungan Triage Medik dan Bedah pada tahun 2009 dan
2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar kunjungan di
Triage Medik dan Bedah adalah termasuk dalam Kategori “HIJAU”,
yaitu 73,24 % di tahun 2009 dan 73,64 % di tahun 2010. Kategori
“KUNING” adalah kategori kunjungan dengan proporsi terbanyak ke
dua, berkisar 22 % dalam kurun waktu 2009 dan 2010 dan hanya 1,87
% kunjungan di tahun 2009 dan 2,01 % kunjungan di tahun 2010 yang
masuk kategori “MERAH”. Katagori “MERAH” adalah pasien-pasien
yang memerlukan tindakan resusitasi. Pada tahun 2009 didapatkan
jumlah penderita dengan katagori “MERAH” adalah 1164 per tahun
atau sekitar 3 orang/hari. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien
katagori “MERAH” adalah 1309 per tahun atau sekitar 4 orang/hari
3) Ruang hiperbarik
Terdapat 1 ruangan yang didalamnya ada tabumg besar seperti kapal
selam yang berfungsi untuk terapi oksigen, Didalam tabung tersebut
terdapat 2 bed yang 1 untuk pasien dan satu lagi untuk perawat.
4) Ruang luka bakar
Burn Unit RSUP Sanglah 15 T
Ruang perawatan gabung bayi, anak, dewasa
Ruang operasi untuk LB
Ruang perawatan khusus
Ruang umum
IV. KESIMPULAN
PERBANDINGAN HASIL KUNJUNGAN DI RSUP SANGLAH
DAN RSUP dr SARDJITO
NO Ruangan RSUP Sanglah RSUP Dr Sardjito
1 Luka bakar Selama kunjungan kita tidak di
perkenankan untuk masuk di Ruang
perawatan khusus luka bakar
dikarenakan kondisi harus steril dan
di batasi jumlah pengunjung untuk
mencegah infeksi nosokomial.
Kesimpulan yang dapat diambil
dari informasi perawat bangsal
bahwa mendapat bantuan berupa
fasilatas dari australia.
Terdapat ruangan perawatan
khusus luka bakar yang tidak
kalah bagusnya dengan RSUP
sanglah, terbukti dari korban
bencana merapi yang segera
dapat di tangani secara
profesional, cepat, dan tepat.
2 ICU Ruang ICU di RSUP Sanglah
terdapat beberapa tempat tidur,
setiap tempat tidur sudah
dilengkapi peralatan yang canggih
untuk memantau dan
mengkondisikan pasien kritis.
Ruangan disekat dengan
menggunakan tirai, kesterilan
terjaga dengan baik karena kita
sebagai pengunjung hanya di
perkenankan melihat dari sebuah
kaca demi kenyamanan pasien.
Ruang ICU di RSUP Dr.
Sardjito lebih banyak tempat
tidur, ruangan juga lebih luas
dari pada rsup Sanglah. Setiap
tempat tidur di lengkapi
dengan beberapa alat yang
modern dan canggih untuk
memantau kondisi pasien
kritis. Pengunjung di batasi
dan waktu ditentukan, setiap
pengunjung di haruskan
memakai baju khusus yang
steril.
NO Ruangan RSUP Sanglah RSUP Dr Sardjito
3 IGD IGD di RSUP Sanglah
menggunakan sistem triase menurut
kegawatan pasien. Namun saat
tindakan tirai tidak di tutup
sehingga saat kunjungan kita dapat
melihat dokter sedang melakukan
tindakan dan tindakan tersebut
menurut kami tidak etis karena
privacy pasien tidak terjaga
walaupun kondisi pasien sedang
kritis namun kita sebagai tenaga
kesehatan yang profesional harus
memperhatikan privacy pasien .
dan kondisi seperti itu bisa
mengakibatkan dugaan-dugaan
yang salah oleh masyarakat
umum,alat- alat yang tersedia di
IGD cukup lengkap. Harus di
tingkatkan lagi SDM yang
profesional.
Alat-alat kegawatan dan obat-
obatan di IGD di RSUP
Dr.Sardjito sudah lengkap,
SDM nya juga sudah terlatih
dan profesional, pasien
ditempatkan di triase sesuai
kegawatan pasien, pasien
segera di tangani oleh tenaga
kesehatan(dokter dan perawat)
yang profesional dan
terlatih.setelah kondisi
kegawatan pasien bisa teratasi,
pasien segera di pindah di
bangsal perawatan.
4 Hiperbarik Hiperbarik di RSUP Sanglah cukup
bagus,
Selama praktek belum
menemui ruang hiperbarik
karna yang ada perawatan
hiperbarik hanya rumah sakit
tertntu misal di Denpasar,
VI. PROFIL LATU USHADA
1. RANGKUMAN MATERI
Pendiri mengawali praktik mandiri keperawatan hanya
dengan keyakinan bahwa sebagai perawat yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bisa bersaing
dengan praktik kesehatan yang lainnya. Dengan keyakinan tersebut
selanjutnya pendiri membuka praktik dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mencari patner yaitu teman yang diharapkan ada untuk
diajak mengembangkan praktik dan bisa saling berbagi
ilmu.
b. Mengkontrak tempat praktik dan melengkapi kebutuhan
praktik
c. Memulai praktik dan penyesuaian metode
d. Menyusun struktur
e. Mengembangkan upaya pelayanan keperawatan
Proses keperawatan merupakan konsep utama yang harus dikuasai
dan dipahami dalam praktek mandiri perawat, proses keperawatan
itu sendiri meliputi:
a. Pengkajian
Penguasaan terhadap teknik anamnesa yang luas dan
mendalam terhadap suatu kasus merupakan nilai tambah
yang membuat pasien merasa puas. Pendekatan
amamnesa dengan gaya humor dan sesuai dengan latar
belakang pasien menambah kedekatan dengan pasien
secara emosional sehingga pasien menjadi sangat
terbuka, dihargai dan nyaman.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,
menggunakan gabungan konvensional dan non
konvensional secara detail, sehingga banyak kasus
tersembunyi yang ditemukan. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk kasus-kasus tertentu bekerja sama
dengan optic, laboratorium klinik, dan rontgen.
b. Diagnose
Dalam menetapkan diagnose klinik keperawatan Latu
Usadha menggunakan terminology diagnose
keperawatan, meski yang dicantumkan hanya
problemnya saja. Hal inilah yang menjadi cirri tersendiri
yang membedakan perawat dengan profesi lain.
Diagnose terbanyak yang ditemukan selama praktek
adalah:
1) Nyeri akut
2) Nyeri kronis
3) Kerusakan integritas kulit
4) Hipertermi
5) Gangguan pola nafas
6) Gangguan keseimbangan cairan
7) Keterbatasan gerak dan aktivitas
8) Gangguan gambaran diri
9) Gangguan pemenuhan nutrisi
10) Potensial peningkatan perilaku hidup sehat
c. Rencana Tindakan
Rencana tindakan tidak ditulis secara khusus, namun
dirancang sesuai dengan kondisi pasian dengan
menggabungkan cara penanganan non konvensional
dengan memberikan obat dasar dan tindakan modern
untuk tindakan seperti:
1) Memperbaiki pola nafas
2) Menurunkan suhu tubuh
3) Manajemen nyeri
4) Perawatan luka
5) Oral hygine
Jenis tindakan non konvensional yang dilakukan
meliputi:
1) Chi machine
2) Infra red
3) Bekam
4) Refleksi
5) Akupresure
6) Back therapy
7) Akupunture
8) Shiatshu
9) Relaksasi
10) Body alignment
Tindakan konvensional yang dilakukan antara lain:
1) Antipiretik
2) Analgetik
3) Vitamin
4) Suplemen (kalsium dan obat multilevel)
5) Obat gastritis
6) Obat diare
7) Antialergi
8) Jamu (kejibling, ambiven, VCO)
9) Perawatan luka
d. Implementasi
Melakukan tindakan dengan menggabungkan cara
konvensional dan non konvensional secara bersama-
sama.
e. Evaluasi
Dilakukan terhadap hasil tindakan jangka pendek dan
jangka panjang. Jangka pendek adalah respon setelah
dilakukan tindakan 30 menit sampai 1 jam dan jangka
panjang setelah beberapa bulan.
2. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN DI LATU USHADA
Dari apa yang dilakukan semakin meningkatkan keyakinan
bahwa perawat bisa, sehingga:
a. Meningkatkan kebanggaan sebagai perawat
b. Meningkatkan penghasilan
c. Ilmu keperawatan, manajemen dan ntrepreneur
berkembang
d. Dapat membantu orang lain
e. Menunjukkan ciri khas dalam pelayanan
f. Meningkatakan passion
g. Meningkatan upaya pemanfaatan tindakan
keperawatan alterternatif dengan cara melakukan
penelitian.
Namun demikian sampai saat ini praktik yang dilakukan
masih belum sepenuhnya optimal mengingat masih terbatasnya
kesempatan untuk mengikuti pelatihan praktik keperawatan
komplementer untuk bisa memenuhi aspek formal dan aspek legal
tindakan keperawatan yang dilakukan.
YOGYAKARTA, 11 FEBRUARI 2013
MENGETAHUI
DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA
(TAUKHIT.,S.Kep, Ns) (IRWINA DEVI U.R )