53
SKENARIO 5 Seorang pasien perempuan usia 25 tahun datang ke bagian bedah mulut FKG Unej. Pasien datang dalam keadaan Compos mentis, keluhan bengkak di gusi sejak 4 hari yang lalu pada gigi geraham paling belakang kiri. Pasien saat datang dalam keadaan pregnancy trisemester pertama. Anamnesis, pasien tidak pernah mengeluh sakit pada gigi tersebut tetapi tiba-tiba timbul bengkak di gusinya. Pemeriksaan intraoral didapatkan gigi 38 impaksi sebagian, bengkak di gusi yang menutup gigi impaksi tersebut, merah, sakit saat palpasi. Pasien ingin giginya tersebut dicabut saat itu juga agar penyakitnya sembuh total.

Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

SKENARIO 5

Seorang pasien perempuan usia 25 tahun datang ke bagian bedah mulut FKG Unej.

Pasien datang dalam keadaan Compos mentis, keluhan bengkak di gusi sejak 4 hari yang lalu

pada gigi geraham paling belakang kiri. Pasien saat datang dalam keadaan pregnancy trisemester

pertama. Anamnesis, pasien tidak pernah mengeluh sakit pada gigi tersebut tetapi tiba-tiba

timbul bengkak di gusinya. Pemeriksaan intraoral didapatkan gigi 38 impaksi sebagian, bengkak

di gusi yang menutup gigi impaksi tersebut, merah, sakit saat palpasi. Pasien ingin giginya

tersebut dicabut saat itu juga agar penyakitnya sembuh total.

Page 2: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PENDAHULUAN

i. Latar Belakang

Prosedur pemeriksaan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dokter gigi guna

menengakkan diagnosa pada keluhan yang telah disebutkan pasien, selain itu hal ini juga

penting untuk menentukan rencana perawatan serta prognosis. Pemeriksaan rutin harus

dilakukan oleh klinisi untuk menghindari informasi yang tidak relevan dan mencegah

kesalahan akibat kelalaian dalam pemeriksaan klinis. Rangkaian pemeriksaan harus dicatat

dalam kartu pasien dan harus dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan

diagnosis yang tepat.

Namun, pada beberapa situasi, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dokter gigi

agar dapat mengantisipasi komplikasi yang akan terjadi. Misalnya pada pasien yang sedang

mengalami kehamilan.

Infeksi pada ibu hamil merupakan keadaan patologis yang mendapat perhatian lebih

serius. Infeksi oleh berbagai mikroorganisme merupakan penyebab utama terjadinya

kelahiran prematur selain dikarenakan faktor-faktor yang lain. Hal ini disebabkan karena

infeksi merupakan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil.

Di bidang kedokteran gigi, adanya infeksi bakteri pada jaringan periodontal dengan

kondisi rongga mulut yang buruk pada ibu hamil dapat mempermudah proses patogenik dari

bakteri dan produknya.

Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa 50% perempuan hamil mengalami

peradangan gingiva serta pembesaran gingiva. Penyakit gingivitis lanjut dapat berkembang

menjadi periodontitis yang akan mengakibatkan gigi goyang dan kemudian lepas dari

soketnya. Bentuk infeksi lainnya yang dapat terjadi ialah perikoronitis atau peradangan

jaringan gusi disekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian. Berikut akan kita bahas lebih jauh

mengenai prosedur pemeriksaan, rencana perawatan, perluasan dari penyakit perikoronitis,

serta beberapa hal yang berkaitan dengan ibu hamil.

Page 3: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

ii. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa

pada bidang bedah mulut?

2. Apakah diagnosa dari hasil pemeriksaan pada kasus di skenario?

3. Apa saja rencana perawatan serta prognosis dari hasil diagnosa pada kasus di

skenario?

4. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada ibu hamil?

iii. Tujuan

1. Mampu mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk

menegakkan diagnosa pada bidang bedah mulut.

2. Mampu mengetahui dan memahami penegakkan diagnosa dari penyakit perikoronitis.

3. Mampu mengetahui dan memahami tentang penyebaran infeksi dari penyakit

perikoronitis.

4. Mampu mengetahui dan memahami rencana perawatan serta prognosis dari hasil

diagnosa pada kasus di skenario.

5. Mampu mengetahui dan memahami perubahan-perubahan pada ibu hamil.

Page 4: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PEMBAHASAN

Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai pada diagnosis

yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni : ilmu pengetahuan penyakit

serta gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara menguji yang tepat, dan seni

menyatakan impresi, fakta dan pengalaman ke dalam pengertian.

Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan diidefinisikan

sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif.

Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami dan

dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif adalah gejala yang dipastikan oleh dokter

melalui berbagai uji/tes. Pengertian mengenai keduanya adalah penting agar sampai pada

identifikasi penyakit yang tepat dan disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang

membawa pasien kepada seorang klinisi.

Gambar 1. Prosedur menegakkan diagnose untuk menentukan perawatan yang tepatSumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 5: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (ANAMNESIS)

Anamnesis merupakan percakapan profesional antara dokter dengan pasien untuk

mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.

Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental dan

medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari rencana

perawatan.

Identifikasi penderita

Identifikasi penderita pada pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui identitas pasien, yang

meliputi nama, alamat, telp, pekerjaan/sekolah, umur, serta jenis kelamin. Identifikasi ini dapat

pula digunakan untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal pasien, apakah sehat atau kurang

sehat lingkungan tsb.

Riwayat dan Catatan Medis

Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah kesalahan kelalaian

dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin. Rangkaian pemeriksaan harus

dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan

diagnostik yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluhan utama pasien, riwayat medis yang lalu,

dan riwayat kesehatan gigi yang lalu diperiksa. Bila diperlukan lebih banyak informasi,

pertanyaan-pertanyaan selanjutnya harus ditujukan kepada pasien dan harus dicatat secara hati-

hati.

Gejala-gejala Subjektif

Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan gigi pasien

terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini adalah alasan pasien

menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya, suatu keluhan utama berhubungan

dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak berfungsi/estetik. Mungkin juga hanya karena “ada

sesuatu pada rontgen”, yang dikeluhkan pasien. Apapun alasannya, keluhan utama pasien

merupakan permulaan yang terbaik untuk mendapatkan suatu diagnosis yang tepat.

Page 6: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Keluhan utama yang paling sering melibatkan perawatan adalah rasa sakit. Pengajuan

pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa sakitnya dapat menolong seorang ahli

diagnostik menghasilkan suatu diagnosis sementara dengan cepat. Pasien harus ditanya tentang

macam rasa sakit, lokasinya, lamanya, apa yang menyebabkannya, apa yang meringankannya,

dan pernah atau tidak melibatkan tempat lain.

Garis besar pencatatan riwayat

1. Chief complaint

Merupakan suatu keluhan utama dari pasien. Setiap pasien diminta untuk menyatakan

keluhan utama yang dirasakannya kepada operator. Keluhan ini kemudian dicantumkan

pada form pasien yang meliputi anamnesa dari pasien kemudian ditranskripsi menjadi

data rekam medik gigi dari pasien. Pernyataan atau keluhan dari pasien akan membantu

operator dalam menentukan rencana perawatan dan menganalisa diagnosa dari pasien.

Selain itu pasien diminta untuk menjelaskan keluhan mereka untuk mengungkapkan

kepada operator juga apa yang mereka atau pasien inginkan atau pengobatan seperti apa

yang diinginkan. Misalnya: pasien mengeluhkan bengkakk di gusi sejak 4 hari yang lalu

pada gigi geraham paling belakang kiri.

2. History of chief complaint

Pasien diminta untuk menjelaskan sejarah dari keluhannya atau awal mula munculnya,

terasa seperti apa, perubahan apa saja yang terjadi dan apakah ada faktor-faktor lainnya

yang memengaruhi. Penjelasan dari rasa sakitnya meliputi onset, intensitas, durasi, lokasi

dan faktor-faktor yang mungkin dapat memperburuk atau menambah rasa sakit. Selain itu

keterangan dapat dilihat dari adanya gejala seperti demam, anorexia, malaise, lesu,

menggigil yang terkait dengan keluhan utamanya. Misalnya: jika keluhan sakit gigi, cari

keterangan berikut : lokasi, rasa sakit, kapan mulai ? apakah terputus-putus atau terus-

menerus ? jika terputus-putus berapa lama berlangsungnya ? apakah ditimbulkan

rangsang panas, dingin atau manis atau sewaktu makan ? apakah rasa sakit menyebabkan

terbangun di waktu malam ? apakah rasa berkurang/hilang dengan analgesia ? Bagaimana

mekanisme kejadiannya ? apakah penderita pingsan setelah kejadian ? apakah penderita

muntah setelah kejadian ? Apakah ada darah yang keluar melalui telinga, hidung atau

mulut ? Apakah terjadi sesak nafas atau batuk-batuk setelah kejadian ? apakah penderita

Page 7: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

mengalami kejang setelah kejadian ? adakah trauma selain trauma kepala ? pertolongan

apa saja yang telah diberikan terhadap penderita setelah kejadian ? dsb.

3. Past medical history

Kebanyakan dokter gigi menanyakan tentang kesehatan dari pasien. Hal ini dilakukan

sebagai awal untuk mencari tau atau mengumpulkan data tentang sejarah medis dari

pasien. Hal ini juga berhubungan dengan penyakit sistemik yang diderita oleh pasien

dimana data tersebut dapat digunakan untuk melakukan perencanaan terhadap perawatan

dari gigi pasien. Beberapa penyakit sistemik yang dapat memengaruhi perencanaan

perawatan gigi antara lain angina, asma, penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi,

dll. Selain itu pasien juga harus ditanya atau memberikan keterangan tentang alergi yang

dimilikinya. Seperti alergi pada penicilin, anestesi lokal atau obat-obatan yang lain. Hal

ini diperlukan oleh operator agar tidak salah dalam memberikan medikasi kepada pasien

sehingga tidak menimbulkan efek yang fatal nantinya. Pada pasien wanita juga perlu

ditanyakan apabila kemungkinan pasien sedang hamil. Data medis dari pasien harus terus

diperbarui untuk melihat perkembangan dan kondisi dari pasien.

4. Past dental history

Untuk mengetahui sejarah perawatan gigi dari pasien apabila sebelumnya pasien sudah

pernah dirawat oleh dokter gigi. Tanyakan kepada pasien kapan pernah dirawat dokter

gigi, apakah sebelumnya pernah dilakukan pencabutan, kapan pencabutannya dan di

mana.

5. Family history

Perlu bagi operator untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit atau kelainan

sistemik yang diturunkan dari keluarganya. Hal ini digunakan selain sebagai data bagi

operator tetapi juga untuk menentukan rencana perawatan seperti apa yang akan

diberikan kepada pasien.

Page 8: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PEMERIKSAAN OBJEKTIF (PEMERIKSAAN KLINIS)

Tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital hendaknya dilakukan saat hendak menegakkan diagnose pada

pasien yang datang, pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui keadaan dalam tubuh

pasien saat pasien datang sehingga dokter gigi dapat mengetahui apakah pasien tsb dalam

keadaan sehat atau tidak, serta untuk mempertimbangkan tindakan rencana perawatan yang

hendak dilakukan dokter gigi untuk pasien yang dalam keadaan tidak sehat. Pemeriksaan ini

meliputi:

1. Tekanan darah

Adalah tekanan pada dinding arteri pada dinding arteri pada waktu denyutan sistolik dan

diastolic. Diukur dengan mendengarkan suara-suara korotkow (korotkow sound). Pada

pemeriksaan ini dicatat tekanan sistolik (tapping) dan tekanan diastolik (muffled)

sehingga operator dapat mengetahui apakah pasien tsb mengalami hipotensi atau

hipertensi.

2. Denyut nadi

Diperiksa dengan cara palpasi pada arteri radialis yang terletak disisi medial dari

prossesus sttiloideus os radii pada permukaan ventral pergelangan tangan. Letakkan

ujung jari telunjuk jari tengah kanan diatas arteri radialis. Pengukuran nadi diukur selama

semenit penuh. Dan akan didapatkan hasil:

Normal : 70-80/menit

Bradikardia : kurang dari 60/menit

Takhikardia : lebih dari 100/menit

Pulsus alternans : berganti-ganti kuat dan lemah

Pulsus parvus et tardus : lemah dan lambat

3. Respirasi (pernafasan)

Dilihat pada waktu inspirasi dan ekspirasi.

Pernafasan yang cepat dan dalam (kusamaul).

Pernafasan yang lambat (bradipne).

Pernafasan yang cepat (takhipne)

Pernafasan yang cepat yang mendadak menjadi apne secara bergantian.

Page 9: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

4. Temperatur

Dapat diraba dengan punggung tangan. Secara kwantitatif dapat diukur dengan

thermometer melalui oral, aksiler atau rectal. Penderita dinyatakan demam bila suhu

badan diatas 37,8 oC.

5. Body weight (berat badan)

Dengan cara menentukan RBW (Relative Body Weight) dapat ditentukan variasi berat

badan. Rumus:

RBW = BB x 100%

TB - 100

RBW 90-110% Normal

RBW kurang dari 90% Underweight

RBW lebih dari 110% Overweight

Pemeriksaan Fisik Regional

Pemeriksaan yang dimaksud disini hanyalah pemeriksaan ekstra oral didaerah kepala dan

leher (region kapitis dan region koli): keadaan glandula tiroid, arteri karotis, vena jugularis,

wajah juga kelenjar lymphe (submandibular, submentalis dan cervicales).

Sedang pemeriksaan intra oral diperiksa secara global meliputi bibir, mukosa bukal, lidah, dasar

mulut, palatum durum, palatum mole, tonsil, oro pharynx, calculus dan gingival baik di maksila

maupun di mandibula.

Pemeriksaan gigi

Pemeriksaan ini meliputi semua gigi pada rongga mulut, diperiksa gigi-gigi yang mengalami

karies, lokasi dan kedalaman karies. Pemeriksaannya secara inspeksi dengan mata. Untuk

mengetahui kondisi jaringan pulpoperiapikal pada gigi yang mengalami kariesn tsb dapat dengan

melelui beberapa tes, yakni:

1. Test sonde : dengan menggunakan sonde, dapat diketahui adanya perforasi atap

pulpa. Bila ada rasa sakit beri tanda +

Bila tidak sakit beri tanda –

Page 10: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

2. Test dingin : dengan menggunakan cloraethyl yang disemprotkan pada kapas

yang disemprotkan pada kapas yang dipegang dengan dental pinset. Bila timbul respon

nyeri berarti gigi masih vital, beri tanda +. Bila tidak ada respon berarti non vital, beri

tanda –

3. Test panas : dengan menggunakan batangan gutta percha yang dipanaskan

diatas nyala api Bunsen. Respon yang mungkin didapat adalah:

Nyeri -----> beri tanda +

Tidak nyeri -----> beri tanda –

4. Electropotential test

5. Perkusi (ketuk) : dengan mengetuk-ketukkan gagang sonde pada gigi.

Respon yang mungkin didapat adalah:

Nyeri -----> beri tanda +

Tidak nyeri -----> beri tanda –

6. Druk : dengan menaruh gagang instrument sejajar pada bagian

oklusal gigi yang diperiksa kemudian penderita disuruh menggigitnya. Respon yang

mungkin didapat adalah:

Nyeri -----> beri tanda +

Tidak nyeri -----> beri tanda –

Pemeriksaan Kondisi Periodontium

Pemeriksaan ini meliputi:

1. Pemeriksaan permukaan gigi apakah terdapat sordes atau tidak, adakah kalkulus atau

tidak, bila ada beri tanda +, bila tidak beri tanda -.

2. Selanjutnya, yang diperiksa adalah pemeriksaan gingival, diperiksa adanya:

oedema atau tidak,

kemerahan atau tidak,

mudah berdarah atau tidak, dan

mengalami resesi gingival atau tidak.

3. Kemudian berikutnya adalah pemeriksaan periodontal membrane, diperiksa adakah:

Mobilitas gigi

Tulis derajat kegoyangannya. Misalnya o2, o3, o4.

Page 11: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Gingival pocket

Infrabony pocket yang ada dilihat lokasinya (lingual, bukal, palatinal dst) dan

dilihat pula kedalamannya (1/3 servikal, 1/3 medial atau 1/3 apikal).

Pemeriksaan Gigi Impaksi

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi angulasi, kedalaman serta relasi gigi M3 yang

impaksi terhadap ramus M2 pada pasien dengan keluhan gigi impaksi sebagian maupun impaksi

total. Pemahaman terhadap posisi molar ketiga impaksi sangat diperlukan karena posisi gigi

molar ketiga impaksi dapat berkaitan erat dengan kesulitan tindakan odontektominya.

1. Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

1.1. Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara

membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal

molar kedua ke ramus mandibula

Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal

gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal

gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Page 12: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.

1.2 Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang

Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.

Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi masih

lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.

Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal molar.

Page 13: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

2. Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi

digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi

meliputi:

1) Vertical

2) Horizontal

3) Inverted

4) Mesioangular (miring ke mesial)

5) Distoangular (miring ke distal)

6) Bukoangular (miring ke buko)

7) Linguoangular (miring ke lingual)

8) Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

Page 14: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

3. Klasifikasi Menurut Archer

Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.

3.1. Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory. Bedanya,

klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.

Kelas A: Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.

Kelas B: Bagian terendah gigi molar ketiga berada di atas garis oklusal molar kedua

tapi masih di bawah garis servikal molar kedua.

Kelas C: Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua.

3.2. Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George Winter. Berdasarkan

hubungan molar ketiga dengan sinus maksilaris.

Sinus Approximation (SA): Bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang yang tipis

di antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.

Non Sinus Approximation (NSA): Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm

antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.

Pemeriksaan Jaringan Lunak/Rahang

Pemeriksaan ini digunakan pada penderita yang diduga terdapat neoplasma/karsinoma.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara palpasi pada jaringan lunak yang cedera.

Page 15: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PEMERIKSAAN PENUNJANG (BILA PERLU)

Radiografi

Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan yang diperlukan

mengenai pasien, disini mungkin tidak diperlukan radiografi. Bagaimanapun juga, radiografi

biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan berikut :

1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa dilihat pada

pemeriksaan klinis.

2. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan periapikal yang

berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau yang mengalami trauma.

3. Untuk membantu diagnose adanya gigi yang impaksi serta mengetahui klasifikasi dari

gigi yang impaksi tsb.

4. Untuk mengetahui adanya neoplasma/karsinoma pada jaringan rongga mulut.

Namun. radiografi gigi adalah salah satu perawatan yang lebih baik dihindarkan dalam

pengelolaan pasien hamil. Hal ini dikarenakan pada trimester pertama, janin yang sedang

berkembang rentan terhadap kerusakan radiasi. Oleh karena itu, dokter gigi harus menyadari

bagaimana cara untuk melanjutkan perawatan dengan aman dalam situasi ini.

Radiografi harus digunakan secara selektif, dan digunakan hanya bila diperlukan serta untuk

membantu dalam diagnosis dan pengobatan. Ketika radiografi digunakan, dan ketika celemek

timah hitam juga diterapkan, perawatan gigi yang tepat dapat diberikan secara aman selama

kehamilan di sebagian intrances hanya menggunakan bitewing, panorama, atau dipilih film

periapikal.

Histopatologi

Peranan pemeriksaan histopatologi sangat penting khususnya pada lesi yang tidak dapat

didiagnosa hanya melalui pemeriksaan klinis saja. Diagnosa penyakit perlu ditegakkan untuk

dapat memberikan terapi yang sesuai dan tepat. Bisa saja suatu penyakit ditemukan penyebabnya

setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi atau setelah ditegakkannya diagnosa. Pemeriksaan

ini dilakukan dengan cara biopsi yang kemudian akan diperiksa secara mikroskopis.

Page 16: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PENEGAKKAN DIAGNOSA

Setelah mendapat kesimpulan dari hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif, dapat

disimpulkan diagnose dari beberapa gejala yang disebutkan pasien. Pada pemeriksaan subyektif

didapatkan informasi bahwa pasien sedang dalam keadaan hamil trisemester pertama, pasien

mengalami bengkak di gusi sejak 4 hari yang lalu pada gigi geraham paling kiri. Kemudian saat

dilakukan pemeriksaan obyektif didapatkan gigi 38 impaksi sebagian, bengkak di gusi yang

menutup gigi impaksi tersebut merah dan sakit saat palpasi. Berdasarkan informasi-informasi

tersebut, gejala yang disebutkan pasien sama dengan gejala pada penyakit perikoronitis.

Sehingga dapat disimpulkan pasien tsb mengalami perikoronitis.

Perikoronitis

Pericoronitis adalah peradangan jaringan gusi disekitar mahkota gigi yang erupsi

sebagian, dapat terjadi pada semua gigi tetapi biasanya terdapat pada gigi geraham bungsu

(molar III) bawah. Pada gigi yang impaksi sebagian, mahkota gigi diliputi oleh jaringan lunak

baik yang menutupi permukaan oklusal mahkota gigi (operculum) atau permukaan aksialnya.

Antara mahkota gigi yang impaksi dan jaringan lunak yang menutupinya terdapat suatu ruang

potensial, yakni bagian dari dental follicle. Pericoronitis berawal dari adanya radang pada follicle

ini.

Pericoronitis dapat terjadi akibat trauma gigitan dari gigi molar ketiga rahang atas.

Operculum dari mahkota gigi molar ketiga rahang bawah dapat menjadi bengkak karena tergigit

oleh gigi molar ketiga rahang atas. Dalam hal ini pencabutan gigi gigi molar ketiga rahang atas

Page 17: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

biasanya akan dapat menghilangkan gejala yang ada. Pericoronitis dapat juga terjadi akibat

penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga operculum gusi dan gigi yang

bererupsi sebagian, dimana sisa makan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri.

Faktor predisposisi

Oral higiene yang buruk

Trauma occlusal pada operculum (operculum tergigit oleh molar rahang atas)

Infeksi gingival

Akumulasi bakteri dan sisa makanan pada operculum

Menurunnya daya tahan tubuh

Gejala klinis

o Pembengkakan jaringan gingival pada daerah yang terkena

o Rasa sakit yang hebat dan terus-menerus, terutama saat menutup mulut, dapat

menyebabkan kesulitan menelan. Dapat menjalar ke tenggorok dan telinga

o Halitosis (fœtor ex ora) atau rasa tak enak di mulut

o Suhu badan meningkat (tidak terlalu tinggi)

o Trismus

o Pembengkakan kelenjar limfe di leher (submandibular)

o Palpasi pada regio M3 bawah sakit

Klasifikasi

Berdasarkan gejala dan pemeriksaan klinis maka pericoronitis dibagi 3 yaitu:

a. Fase akut: Pada stadium dini, pasien merasakan sakit yang dapat menyebar ke daerah

sekitarnya, adanya keterbatasan membuka mulut disebabkan karena adanya stimulasi

resptor nyeri, pembengkakan extra oral dan sulit menelan. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan peningkatan suhu, nadi dan respirasi, kelenjar limfe submandibular membesar

dan sakit, halitosis, leukositosis, dan malaise. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan

pembengkakan dan kemerahan dengan pengeluaran nanah dari ruang pericoronal.

Adanya oedem menyebabkan trismus. Adanya kesulitan menelan menandakan bahwa

Page 18: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

infeksi telah menyebar ke sublingual dan parapharyngeal space. Di sekitar operculum

dapat terlihat adanya ulserasi / pengelupasan.

b. Fase subakut: gejala sistemik berkurang, nyeri terus-menerus, pembengkakan intra oral

persisten, kaku rahang, lymphadenopathy regional, keluarnya pus dari pericoronal space.

c. Fase kronis: semua gejala sistemik telah hilang kecuali pada eksaserbasi akut, pasien

mengeluh sakit, rasa tidak nyaman dan rasa tidak enak di rongga mulut, halitosis.

Pemeriksaan radiografi intraoral periapikal memperlihatkan kelainan tulang seperti

kawah yang terdapat pada sekeliling gigi molar ketiga.

Diagnosis Pericoronitis

Gejala klinis

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham bagian belakang

Pemeriksaan fisik

Terdapat inflamasi jaringan gusi pada gigi molar ketiga yang erupsi sebagian. Gusi

berwarna merah, bengkak, atau terdapat cairan/pus

Foto rontgen gigi

Diferensial Diagnosis

Periodontitis

Trismus

Temporo mandibular joint dysfunction

Tonsilitis

Page 19: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

kista odontogenik yang telah ada sebelumnya.

Komplikasi

Infeksi yang terjadi pada penderita perikoronitis yang tidak segera diobati dapat

menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola patofisiologi yang beragam yang pada

dasarnya dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme, resistensi dari host dan struktur

anatomi dari daerah yang terlibat.

Dalam praktik sehari-hari dapat kita temukan infeksi yang dapat bersifat akut maupun

kronis. Infeksi akut biasanya ditandai dengan pembengkakn dan rasa sakit yang hebat dengan

manifestasi berupa malaise dan demam berkepanjangan. Infeksi kronis dapat berkembang dari

penyembuhan sebagian keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat infeksi

kronis ditandai dengan ketidaknyamanan dalam berbagai tingkatan dan bukan berupa rasa sakit

yang hebat (Roeslan, 1994).

Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh manusia

serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari

kerusakan jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang

merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen (Soemartono,

2000). Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara

harfiah, abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat proses supurasi

pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang sering terjadi pada

jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama

tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh

leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari

suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006).

Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil

dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur periodontal, sebagai hasil

dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat

Page 20: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang

tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur

periapikal (Karasutisna, 2001). Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu

adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut

menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi

odontogen dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis

menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis

dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi

tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang

nekrosis tersebut (Cilmiaty, 2009).

Gambar 1 Ilustrasi keadaan gigi yang mengalami infeksi dapat menyebabkan abses

odontogen. (A) Gigi normal, (B) gigi mengalami karies, (C) gigi nekrosis yang

mengalami infeksi menyebabkan abses. Sumber : Douglas & Douglas, 2003

Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan limfogen,

yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan

periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran

yang patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan flora yang

endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal

(Cilmiaty, 2009). Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola

patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme,

resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang terlibat (Soemartono, 2000).

Rute yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas jaringan dan

spasia jaringan dan biasanya terjadi seperti yang dijelaskan di bawah ini. Pertama, nanah

terbentuk di tulang cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki resistensi jaringan

Page 21: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

paling buruk. Penyebaran pus ke arah bukal, lingual, atau palatal tergantung pada posisi gigi

dalam lengkung gigi, ketebalan tulang, dan jarak perjalanan pus (Gambar 2), (Fragiskos, 2007).

Gambar 2 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung

pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Akar bukal : arah penyebaran ke bukal. (B) Akar

palatal : arah penyebarannya ke palatal. Sumber : Fragiskos, 2007

Inflamasi purulen berhubungan dengan tulang alveolar yang dekat dengan puncak bukal

atau labial tulang alveolar biasanya akan menyebar ke arah bukal, sedangkan tulang alveolar

yang dekat puncak palatal atau lingual, maka penyebaran pus ke arah palatal atau ke lingual

(Fragiskos, 2007).

Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang atas dianggap bertanggung

jawab atas penyebaran nanah ke arah palatal, sedangkan molar ketiga mandibula dan kadang-

kadang dua molar mandibula dianggap bertanggung jawab atas penyebaran infeksi ke arah

lingual. Inflamasi bahkan bisa menyebar ke sinus maksilaris ketika puncak apeks gigi posterior

ditemukan di dalam atau dekat dasar antrum. Panjang akar dan hubungan antara puncak dan

perlekatan proksimal dan distal berbagai otot juga memainkan peranan penting dalam

penyebaran pus. Berdasarkan hal ini (Gambar 3), pus di mandibula yang berasal dari puncak akar

di atas otot mylohyoid dan biasanya menyebar secara intraoral, terutama ke arah dasar mulut. 

Ketika puncak ditemukan di bawah otot mylohyoid (molar kedua dan ketiga), pus menyebar ke

ruang submandibular dan terjadi pembengkakan ekstraoral (Fragiskos, 2007).

Page 22: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Gambar 3 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung

pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Penyebaran pus kea rah sinus maksilaris (B)

Penyebaran pus pada rahang bawah tergantung pada posisi perlekatan otot

mylohyoid. Sumber : Fragiskos, 2007

Pada fase selular, tergantung pada rute dan tempat inokulasi dari pus, abses dentoalveolar akut

mungkin memiliki berbagai gambaran klinis, seperti: (1) intraalveolar, (2) subperiosteal, (3)

submukosa, (4), subkutan, dan (5) fascia migratory – cervicofacial(Gambar 4 dan 5). Pada tahap

awal fase selular ditandai dengan akumulasi pus dalam tulang alveolar yang disebut sebgai abses

intraalveolar. Pus kemudian menyebar keluar setelah terjadi perforasi tulang menyebar ke ruang

subperiosteal. Periode ini dinamakan abses subperiosteal, dimana pus dalam jumlah terbatas

terakumulasi di antara tulang dan periosteal. Setelah terjadi perforasi periosteum, pus kemudian

menyebar ke berbagai arah melalui jaringan lunak. Biasanya menyebar pada daerah intraoral

membentuk abses di bawah mukosa, yang disebut abses submukosa. Terkadang, pus menyebar

melalui jaringan ikat longgar dan setelah itu terakumulasi di bawah kulit, bentukan ini disebut

abses subkutan. Sedangkan di waktu lainnya, pus menyebar ke ruang fascia, membentuk abses

serous yang disebut abses spasia wajah (Fragiskos, 2007).

Gambar 4 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses

intraalveolar (B) Abses superiosteal. Sumber : Fragiskos, 2007

Page 23: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Gambar 5 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses

submukosa (B) Abses subkutan. Sumber : Fragiskos, 200

Infeksi odontogenik dapat berkembang menjadi spasia-spasia wajah. Penyakit

odontogenik yang paling sering berlanjut menjadi infeksi spasia wajah adalah komplikasi dari

abses periapikal. Pus yang mengandung bakteri pada abses periapikal akan berusaha keluar dari

apeks gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia

wajah. Gigi mana yang terkena abses periapikal ini kemudian yang akan menentukan jenis dari

spasia wajah yang terkena infeksi. Selain mengarah ke spasia wajah, pola penyebaran infeksi

odontogen juga dapat menyebar ke dalam organ tubuh dan dapat menyebabkan gangguan janin

pada ibu hamil hingga kematian.

Page 24: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

RENCANA PERAWATAN

Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi yang baik. Hal utama pada rencana

perawatan yang baik adalah perawatan total pada keseluruhan kesehatan rongga mulut, tidak

hanya pada gigi-gigi yang dikeluhkan. Rencana perawatan yang tepat diberikan pada pasien pada

scenario ialah odontektomi atau tindakan yang dilakukan untuk mengambil gigi yang tidak dapat

tumbuh sempurna dikarenakan kurangnya ruang untuk tumbuh, posisi gigi yang miring, atau

akar gigi yang bengkok. Bahasa awamnya adalah operasi gigi. Namun tindakan ini pun harus

mempertimbangan kondisi sistemik dari pasien, berhubung pada pasien sedang mengalami

kehamilan trimester pertama, maka sebaiknya bentuk operasi baik hanya operasi minor,

sebaiknya ditunda terlebih dahulu karena dikhawatirkan akan menggangu tumbuh kembang

janin. Perawatan yang sebaiknya diberikan adalah pemberian obat yang tepat pada ibu hamil.

Perhatian yang utama adalah bahwa obat dapat melewati plasenta dan menjadi racun atau

bersifat teratogenik pada janin. Selain itu, setiap obat yang menekan pernafasan dapat

menyebabkan hipoksia pada ibu, menyebabkan hipoksia pada janin, cedera, atau kematian.

Idealnya obat tidak boleh diberikan selama kehamilan, terutama pada trimester pertama,

namun kadang-kadang tidak mungkin untuk mematuhi aturan ini. Oleh karena itu beruntungnya

bahwa sebagian besar obat yang biasa digunakan dalam praktek kedokteran gigi dapat diberikan

selama kehamilan dengan relatif aman, meskipun ada beberapa pengecualian.

Sebagai bantuan ke dokter gigi yang ingin meresepkan atau memberi obat kepada pasien

yang sedang hamil, Pengawas Obat dan Makanan memerlukan kategorisasi obat resep untuk

pasien hamil berdasarkan risiko cedera janin.

Secara singkat formatnya adalah sebagai berikut:

A. Penelitian terkontrol pada manusia mengalami kegagalan untuk menunjukkan risiko pada

janin, dan kemungkinan terjadinya kerusakan janin yang dapat muncul.

B. Penelitian pada hewan tidak menunjukkan risiko pada janin, dan belum ada penelitian

pada manusia, atau penelitian pada hewan telah menunjukkan resiko, namun belum pada

penelitian terkontrol pada manusia.

C. Penelitian pada hewan menunjukkan risiko, tetapi tidak ada penelitian terkontrol

manusia, atau tidak ada studi yang tersedia pada manusia atau hewan.

Page 25: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

D. Bukti positif resiko janin manusia ada, tetapi dalam situasi tertentu obat dapat digunakan

meskipun terdapat resiko.

E. Bukti positif resiko janin manusia ada, dan risiko melebihi manfaat dimungkinkan untuk

digunakan.

Jelas, obat dalam kategori A atau B lebih diutamakan atau dalam pemberian resep. Namun,

banyak obat yang masuk dalam kategori C yang diberikan selama kehamilan dan karena obat ini

akan menimbulkan kesulitan paling besar untuk dokter gigi dan dokter dalam hal terapeuretik

dan keputusan medis.

Harus diakui bahwa dokter mungkin menyarankan terhadap resiko penggunaan beberapa

obat yang disetujui atau, sebaliknya, mungkin menyarankan penggunaan obat yang patut

dipertanyakan. Pedoman yang tercantum adalah yang umum. Sebuah contoh penggunaan obat

kadangkala dipertanyakan akan menjadi narkotik bagi pasien yang ketakutan atau pasien sakit

parah.

Meskipun tidak mungkin bahwa pemberian nitrogen oksida tunggal akan bersifat

teratogenik, N2O-O-O2 analgesia yang dihirup tidak dianjurkan selama trimester pertama

berdasarkan penelitian pada hewan yang berkaitan dengan pemberian N2O yang kronis dari

cacat bawaan. Walaupun hasil ini tidak dapat diekstrapolasikan pada manusia, sepertinya

bijaksana untuk menghindari penggunaan selama organogenesis jika N2O-O2 digunakan pada

trimester kedua atau ketiga, setidaknya 50% O2 yang diberikan untuk memastikan oksigenasi

yang memadai setiap saat dan precutions khusus juga harus diambil untuk menghindari hipoksia

difusi pada penghentian pemberian. Sebuah pertimbangan tambahan adalah untuk dokter gigi

perempuan yang sedang hamil. Disarankan bahwa dia tidak akan terkena tingkat jejak terus-

menerus dari N2O di operatory tersebut.

Pemberian Obat Saat Kehamilan dan Masa Menyusui

Obat Kategori FDA Masa Kehamilan Masa Menyusui

Lokal anastesiLidocaine B Ya YaMepivacaine C Digunakan dengan hati-

hati; konsultasi dokterYa

Prilocaine B Ya Ya

Page 26: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

Bupivacaine C Digunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

Ya

Etidocaine B Ya YaProcaine C Digunakan dengan hati-

hati; konsultasi dokterYa

Analgesik Aspirin C/D Peringatan; hindari pada

trimester ketigaHindari

Acetaminophen B Ya YaIbuprophen C/D Peringatan; hindari pada

trimester ketigaYa

Codeine C Digunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

Ya

Hydrocodeine C Digunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

-

Oxycodone C Digunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

-

Propoxyphene C Digunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

Ya

AntibiotikPenicillin B Ya YaErythromicyn B Ya; hindari bentuk estolet YaClindamimyn Tidak diberikan Hindari YaCephalosporins B Ya YaTetracyline D Hindari Hindari

Sedatif-hipnotikBenzodiazepines D Hindari Hindari Barbiturates D Hindari Hindari Nitrous oxide Tidak diberikan Hindari pada trimester

pertama; jika tidak, gunakan dengan hati-hati; konsultasi dokter

Ya

Selama menyusui

Masalah muncul ketika seorang ibu menyusui memerlukan pemberian obat dalam pengobatan

gigi. Perhatian dalam obat dihubungkan akan menemukan jalan ke dalam ASI dan akan

ditransfer ke bayi menyusui, di antaranya paparannya dapat menyebabkan efek samping.

Sayangnya, data untuk menarik kesimpulan pasti tentang dosis obat dan efek melalui ASI jarang

ditemukan, namun studi klinis retrospektif dan pengamatan empiris, ditambah dengan jalur

Page 27: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

farmakologis, memungkinkan rekomendasi yang akan dibuat. Sebuah fakta penting adalah

bahwa jumlah obat yang diekskresikan dalam ASI biasanya tidak lebih dari 1% sampai 2% dari

dosis ibu, karena itu sangat tidak mungkin bahwa kebanyakan obat dari setiap signifikansi

farmakologis kepada bayi.

Tampaknya ada beberapa obat , atau kategori obat, pasti kontraindikasi untuk ibu menyusui. Ini

termasuk lithium, obat antikanker, radioactivepharmaceuticals, dan phenindione. Tabel 20-3

berisi rekomendasi, yang harus dilihat sebagai pedoman umum untuk pengobatan.

Modifikasi rencana perawatan

Tidak ada modifikasi teknis yang diperlukan untuk pasien hamil. Namun, rekonstruksi, prosedur

mahkota dan jembatan, dan operasi yang signifikan sebaiknya ditunda sampai setelah kehamilan

Program preventif

Tujuan yang paling penting dalam perawatan gigi perencanaan untuk pasien hamil adalah

untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat dan tingkat kebersihan mulut yang optimal.

Pada dasarnya hal ini terdiri dari program kontrol plak, yang akan meminimalkan respon

inflamasi berlebihan dari jaringan gingiva terhadap iritasi lokal yang sering menyertai perubahan

hormon kehamilan. Hubungan plak dan iritasi lokal lainnya, perubahan hormonal, dan penyakit

periodontal dikenal dan dapat diterangkan dengan jelas kepada pasien.

PROGNOSIS

Prognosis baik selama kondisi sistemik pasien normal, pasien kooperatif dan tidak

terdapat alergi pada obat-obatan yang diberikan dokter gigi.

.

Page 28: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

PERUBAHAN PADA TUBUH IBU HAMIL PADA 0-12 MINGGU (Trimester I)

Perubahan tubuh ibu hamil di trimester pertama kehamilannya pada bulan-bulan pertama

kehamilan, mungkin tidak akan banyak orang yang mengerti bila sedang hamil, karena belum

terlihat perubahan yang nyata pada tubuh anda. Tapi sesungguhnya tubuh secara aktif bekerja

untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional bagi proses kehamilan ini. Perubahan pada ibu

hamil ini sebaiknya juga patut diperhatikan dokter gigi guna mengantisipasi terjadinya

komplikasi dan juga mempertimbangkan perawatan yang hendak diberikan pada ibu hamil

Beberapa perubahan pada tubuh ibu hamil di trimester pertama ( 0 – 12 minggu) kehamilan :

PERUBAHAN SISTEMIK

Perubahan endokrin merupakan perubahan yang paling signifikan dan merupakan

perubahan dasar yang terjadi pada kehamilan dan kemudian dapat menghasilkan perubahan

sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan dalam produksi hormon dan mulai terjadi

produksi hormon pada plasenta. Pada kehamilan juga akan terjadi perubahan yang

bervariasi pada kardiovaskularnya. Umumnya terdapat sedikit penurunan tekanan darah

terutama diastolik. Volume darah akan meningkat 40% - 55% dan output dari jantung

meningkat 30%. Perubahan kardiovaskular bervariasi. biasanya volume darah akan

meningkat 40% - 50% dan cardiac output 30%. Peningkatan volume darah ini dikaitkan

dengan terjadinya takikardi dan jantung beergumam (heart murmurs )pada ibu hamil.

Umumnya hal ini terjadi pada 90% ibu hamil dan hilang setelah melahirkan. Gumaman

jenis ini akan dianggap fisiologis atau fungsional, namun apabila gumaman terjadi

mendahului kehamilan atau bertahan setelah melahirkan, maka diperlukan evaluasi lebih

lanjut untuk penentuan signifcant nya ada juga mungkin dyspenea saat istirahat yang

diperburuk oleh posisi terlentang.

Selama masa akhir kehamilan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai sindrom hipotensi

terlentang mungkin terjadi dimanifestasikan oleh penurunan tiba-tiba tekanan darah,

bradikin, berkeringat, mual terjadi ketika pasien dalam posisi terlentang. Sindrom ini

disebabkan gangguan aliran balik vena ke jantung akibat kompresi vena cava inferior pada

uterus yang matang dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Solusi untuk masalah ini

Page 29: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

adalah untuk menggulung pasien ke sisi kirinya, yang mengangkat rahim dari vena cava.

Pasien harus cepat dikembaikan ke posisi normal.

Perubahan darah kehamilan termasuk anemia dan penurunan hematokrit dikarenakan

volume darah meningkat sehingga ada kebutuhan untuk zat besi tambahan. Tidak heran

bahwa banyak wanita hamil mengalami kekurangan zat besi, yang merupakan masalah

yang mungkin berlebihan setelah kehilangan darah yang signifikan. Ada juga peningkatan

jumlah sel darah putih karena neutrophylia, namun perubahan trombosit yang biasanya

tidak signifikan. Beberapa faktor pembekuan darah meningkat, terutama fibrinogen dan

faktor VII VIII, IX dan X dan produk fibrin

SERING BUANG AIR KECIL

Pasien akan merasa lebih sering ingin buang air kecil, ini karena adanya pertumbuhan

rahim yang menekan kandung kencing dan perubahan hormonal. Maka dokter gigi

sebaiknya mengantisipasi perubahan yang terjadi pada ibu hamil ini apabila hendak

melakukan rencana perawatan.

KONSTIPASI

Pada ibu hamil mungkin akan merasa kesulitan untuk buang air besar, hal ini karena

peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus

kurang efisien, juga Tablet Zat Besi (iron) yang diberikan oleh dokter biasanya

memyebabkan masalah konstipasi ini selain itu zat besi tablet akan menyebabkan warna

feses anda kehitaman, maka dari itu sebaiknya dokter gigi juga menghindari pemberian

tablet zat besi. Namun hal ini dapat diatasi dengan banyak minum air, makanan yang

berserat tinggi (sayuran dan buahan) serta olahraga.

MORNING SICKNESS (MUAL MUNTAH) 

Laporan menunjukkan bahwa separuh dari wanita hamil mengalami mual dan mulai pada

bulan ke dua. Mual terhadap makanan tertentu, bahkan hanya karena mencium bau

makanan tertentu saja. Hal ini karena adanya peningkatan hormonal. Namun biasanya

keluhan mual-muntah akan menghilang pada akhir trimester pertama. Dalam

mengantisipasi perubahan ini, sebaiknya dokter gigi dapat lebih berhati-hati saat

memasukkan benda asing dalam ronggamulut ibu hamil, baik itu berupa instrument, cotton

roll, tampon maupun benda asing lainnya.

Page 30: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

MERASA LELAH 

Ibu hamil akan sering merasa lelah, hal ini karena tubuh bekerja secara aktif untuk

menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan ini. Juga peningkatan hormonal

dapat mempengaruhi pola tidur. Carilah waktu untuk beristirahat sedapat mungkin. Dalam

mengantisipasi hal ini sebaiknya dokter gigi tidak melakukan perawatan pada ibu hamil

terlalu lama.

PUSING 

Merasa pusing sering pada awal kehamilan, hal ini karena adanya peningkatan tuntutan

darah ke tubuh sehingga sewaktu berubah posisi dari tidur atau duduk ke posisi berdiri

secara tiba-tiba, system sirkulasi darah kesulitan untuk beradaptasi. Apabila saat dilakukan

perawatan terjadi hal seperti ini, maka posisi tempat ibu hamil saat dirawat yang tadinya

duduk dapat dirubah menjadi berbaring agar lebih rileks dan pusing berkurang.

KRAM PERUT 

Pada trimester awal ini, mungkin mengalami kram perut atau kram seperti menstruasi atau

rasa sakit seperti ditusuk yang timbul sebentar dan tidak menetap. Hal ini sering terjadi

dan kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan

ligament merenggang untuk menyokong rahim.

MELUDAH

Pada awal kehamilan, ibu hamil menjadi sering meludah, hal ini biasa terjadi pada

kehamilan biasanya pada ibu hamil yang mengalami morning sickness. Ini biasanya timbul

pada trimester pertama tapi jarang terjadi. Dalam hal ini dokter gigi dapat mengantisipasi

dengan sikat gigi atau kocok mulut atau isap permen yang mengandung mint. Mint

dipercaya dapat mengurangi air ludah.

KOMPLIKASI ORAL

Komplikasi oral yang paling umum saat kehamilan adalah peningkatan yang ditandai

dalam inflamasi gingiva, yang merupakan respon inflamasi berlebihan iritans lokal

sebagai akibat dari pengaruh hormonal. Hal ini sering diberi disebut dengan ‘pregnancy

gingivitis’.

Pada beberapa kesempatan, granuloma piogenik dapat hadir sebagai respon inflamasi

lokal berlebihan hiperplastik jaringan, hal ini biasa disebut ‘pregnancy tumor’. Perubahan

gingiva menjadi jelas terlihat sekitar bulan kedua dan berlanjut sampai bulan ke delapan,

Page 31: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

di mana saat itu jaringan gingiva akan cepat kembali normal. Perlu ditekankan bahwa

kehamilan tidak menyebabkan penyakit periodontal tetapi hanya memodifikasi dan

memperburuk apa yang sudah ada.

Hubungan antara karies gigi dan kehamilan juga tidak terdefinisikan dengan baik.

Meskipun demikian tampaknya secara tidak langsung kehamilan turut berkontribusi

terhadap proses karies. Kemungkinan besar, peningkatan aktivitas karies dapat dikaitkan

dengan pola makan yang buruk dan kebersihan mulut yang buruk, yang biasanya

mengakibatkan jaringan gingiva sakit dan meradang.

Banyak wanita yang yakin bahwa kehamilan dapatmenyebabkan kehilangan gigi (' satu

gigi untuk setiap kehamilan') atau kalsium yang ditarik dari gigi ibu untuk memasok

kebutuhan janin (‘soft teeth’). Kalsium hadir dalam gigi dalam bentuk kristal yang stabil

dan dengan demikian tidak tersedia untuk sirkulasi sistemik untuk memasok kebutuhan

kalsium. Namun, kalsium mudah dimobilisasi dari tulang untuk memasok tuntutan

tersebut. Oleh karena itu, meskipun suplemen kalsium untuk tujuan mencegah kehilangan

gigi atau 'soft teeth' tidak beralasan, dokter mungkin meresepkan kalsium untuk

kebutuhan gizi umum ibu dan bayi.

Penemuan terakhir adalah mobilitas atau kegoyangan gigi, yang mungkin umum terjadi.

Tanda ini berhubungan dengan tingkat penyakit gingiva dan gangguan dari apparatus

sebagai lampiran serta beberapa perubahan mineral dalam lamina dura. Kondisi ini dapat

kembali setelah melahirkan.

Page 32: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

KESIMPULAN

Prosedur menegakkan diagnosis :

1. Pemeriksaan subjektif (anamnesis)

2. Pemeriksaan objektif (pemeriksaan klinis)

3. Pemeriksaan penunjang, bila perlu.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat ditegakkan diagnosis untuk menentukan rencana

perawatan yang tepat.

Dalam mempertimbangkan terapi perawatan gigi yang diberikan kepada ibu hamil harus

tidak memiliki efek samping yang buruk terhadap perkembangan dan pertumbuhan dari janin

atau fetus. Infeksi pada ibu hamil yang tidak segera ditangani dapat menyebar secara

perkontinuatum, hematogen dan limfogen, dapat pula mengganggu perkembangan janin hingga

dapat menyebabkan kematian pada sang ibu.

Meskipun pemberian perawatan gigi rutin pada ibu hamil umumnya aman, namun harus

diwaspadai pemberian perawatan pada elemen giginya karena dapat berpotensi berbahaya,

misalnya: adanya radiasi pengion apabila melakukan foto rontgen dan dari pemberian obat-

obatan. Dengan demikian tindakan yang bijaksana dari operator akan meminimalisir paparan

kepada pasien dari prosedur atau tindakan yang berpotensi pada efek yang berbahaya atau

bahkan menghindarkan sama sekali bila mungkin (baik dari paparan radiasi maupun obat-

obatan).

Page 33: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

DAFTAR PUSTAKA

Peterson, Ellis, Hupp and Tucker. 1998. Oral and Maxillofacial Surgery, 3th edition.

James W. Little, Donald Falace, Craig Miller, and Nelson L. Rhodu. 2008. Dental

Management of the Medically Compromised Patient.

Richard G, Topazian, Morton H, Goldberg and James R. Hupp. 2002. Oral and

maxillofacial infections 4th edition.

Pedersen, Gordon W; alih bahasa, Purwanto, Basoesno; editor, Lilian Yuwono . 1996.

Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta:EGC.

Hj. Saminem ; editor, Monica Ester, Sari Isneini. 2008. Kehamilan Normal: Seri Asuhan

Kebidanan. Jakarta:EGC.

Suririna. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Page 34: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

LAPORAN TUTORIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan

Penyakit Dentofaksilomasial

Disusun oleh:

Kelompok Tutorial IV

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 35: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Zainul Kholid, Sp BM

Ketua : Lia Martina (111610101046)

Scriber Meja : Aulia Mursyida (111610101042)

Scriber Papan : Deasy Kusuma A (111610101091)

Anggota:

1. Amalia Hayudiarti (111610101039)

2. Ega Sofiana (111610101053)

3. Asyiah Hamasah I (111610101088)

Page 36: Laporan Tutorial Kelompok 4 Skenario Bedah Mulut

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial yang disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial

kelompok IV pada skenario kelima dalam Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan Penyakit

Dentofaksilomasial.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. drg. Zainul Kholid, Sp BM selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial

kelompok IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan

yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–perbaikan di

masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita

semua.

Jember, 13 April 2013

Tim Penyusun