25
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemerikasaan Laboratorium merupakan salah satu penunjang untuk menekakkan diagnosis penyakit. Tanpa pemeriksaan Laboratorium, Kadang diagnosisi suatu penyakit belum bisa ditegakkan, sehingga pemeriksaan Laboratorium mutlak dilakukan. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Laboratorium diantaranya Darah, Urin dan Cairan tubuh. Pemeriksaan urin kurang mendapat perhatian, namun ternyata mempunyai makna diagnosis yang penting. Selama ini pemeriksaan urin dilakukan secara konvensional (manual). Oleh karena itu hasil pemeriksaan urin memiliki variasi sangat besar, tergantung dari kecakapan subyek yang mengerjakannya. Pemeriksaan urin tidak hanya memberikan gambaran tentang ada tidaknya penyakit-penyakit ILA WATI RAHMAWATI TAUFIQ S.Si, M.Si, Apt 150 2012 0087

Laporan Urin Kkd Ila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jjjj

Citation preview

PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

PAGE PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pemerikasaan Laboratorium merupakan salah satu penunjang untuk menekakkan diagnosis penyakit. Tanpa pemeriksaan Laboratorium, Kadang diagnosisi suatu penyakit belum bisa ditegakkan, sehingga pemeriksaan Laboratorium mutlak dilakukan. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Laboratorium diantaranya Darah, Urin dan Cairan tubuh.

Pemeriksaan urin kurang mendapat perhatian, namun ternyata mempunyai makna diagnosis yang penting. Selama ini pemeriksaan urin dilakukan secara konvensional (manual). Oleh karena itu hasil pemeriksaan urin memiliki variasi sangat besar, tergantung dari kecakapan subyek yang mengerjakannya.

Pemeriksaan urin tidak hanya memberikan gambaran tentang ada tidaknya penyakit-penyakit ginjal dan saluran-saluran pembuangannya. Namun pada fungsi ginjal yang baikpun dapat juga diperoleh data penting mengenai penyakit-penyakit yang terdapat ditempat-tempat lain dalam tubuh.

Seperti halnya pada percobaan kali ini dimana kita akan melakukan percobaan mengenai pemeriksaan fisika dan zat organik dalam urin. Pemeriksaan meliputi pengamatan berupa warna, bau, pH, BJ, sedimen urin dan pemeriksaan zat organik.I.2. Maksud Praktikum

Dimana maksud pada praktikum ini adalah melakukan pemeriksaan Fisika dan organic dalam Urine.I.3. Tujuan Praktikum

1. Pemeriksaan BJ Urin

Untuk mengetahui bobot jenis urin serta interpretasi datanya.

2. Pemeriksaan warna urinUntuk mengetahui warna-warna yang timbul dalam urin.

3. Pemeriksaan Bau UrinUntuk mengetahui bau yang ditimbulkan oleh urin.4. Pemeriksaan pH Urin Untuk mengetahui derajat keasaman urin.

5. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)Untuk mengamati komponen-komponen yang terdapat dalam urin seperti eritrosit, leukosit, dan kristal asam urat.

6. Pemeriksaan Glukosa UrinUntuk memeriksa secara kualitatif adanya glukosa dalam urin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum

Urin merupakan cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra (Dorland, 2012).Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbannyak pengeluaran kemih (Diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay, 2007).Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine ; dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara; dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna (Sloane ethel, 2004)Urin merupakan hasil samping metabolisme yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan. Manusia dewasa umumnya mengeluarkan urin hingga 1,5 liter/hari. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Murray & Rober, 2003).

Jumlah urin yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah kuantitas dan kualitas asupan makanan, gaya hidup, kondisi psikologis,tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang dan bahkan cuaca juga mempengaruhi kuantitas dihasilkannya urin (Hijrah, 2014)

Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garaman dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urin tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa (Waluyo, dkk, 2004).

Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolik dan mengatur komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus (Ethel sloane, 2004).Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh, maka sangat penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan (Gandasoebrata, 2004) :

1. Urin sewaktu

Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. 2. Urin Pagi Yang dimaksudkan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. 3. Urin Postprandial Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria ; ia merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1 - 3 jam sehabis makan.

4. Urin 24 Jam Cara pengumpulkan umpamanya sebagai berikut ; jam 7 pagi penderita mengeluarkan urinnya ; urin dibuang . semua Urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur.

Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis; makin besar diuresis, makin mudah warna urin. Biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan Kuning tua. Warna itu diesababkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin (Gandasoebrata, 2004). Warna urin normal adalah kuning muda atau kuning jerami, jernih. Pada produksi urin yang banyak, berat jenisnya antara 1,015-1,030 tergantung pada konsentrasi bahan solid yang larut dalam urin. Bila produksi urin sedikit, urin itu pekat dan berat jenisnya naik sedangkan warnanya tetap lebih gelap (Djojobroto, 2001).Bila berat jenisnya turun berarti urin lebih encer dan menjadi tidak berwarna seperti yang terjadi pada diabetes insipidus (Djojobroto, 2001) Urin normal agak asam atau pH nya kurang dari 7. Urin normal mengandung urea, kreatinin, asam urat, garam, pigmen empedu, dan asam oksalat. Bila urin normal ini disimpan maka akan bereaksi menjadi bersifat alkalis karena urea diubah menjadi amonia. Urin dikatakan tidak normal apabila mengandung albumin, gula, aseton, nanah ataupun butir darah serta Kast positif. Dalam keadaan normal orang buang air kecil setiap 3-4 jam. Urin yang berwarna coklat disertai buih biasanya disebabkan penyakit liver ataupun saluran empedu. Urin berwarna merah karena karena makan obat-obatan, bisa juga karena adanya darah saat menstruasi atau bisa juga karena penyakit saluran kencing. Urin yang berbau bisa disebabkan minum obat, infeksi, diabetesmelitus atau makanan (petai, jengkol) (Djojobroto, 2001).

Urin memiliki berat jenis 1010-1030 dan biasanya asam. Volume dan konsentrasi akhir urea dan zat terlarut bergantung pada asupan cairan. Tidur dan aktivitas otot juga menghambat produksi urine. Warna kuning gading disebabkan oleh urobilin, yaitu pigmen empedu. Urin memiliki bau khas, yang bila segar tidak terlalu berbau. Bau atau kekeruhan biasanya menunjukan infeksi (Coad, 2006 ).II.2. Uraian Sampel1. Urin Normal (Pearce, 2006)Komposisi: Air (96%), urea (2%), dan natrium klorida (2%)Warn: Bening oranye pucat tanpa endapan

Bau: Tajam dan khas

Reaksi: Sedikit asam terhadap lakmus

pH rata-rata: 6

Berat jenis: 1010 -1025

II.3. Uraian Bahan1. Reagen Benedict

a. CuSO4 (Ditjen POM, 1979 : 731)Nama resmi

: TEMBAGA II SULFAT

Nama lain

: Kupri Sulfat

RM

: CuSO4Pemerian

: Prisma tri klinik, serbuk hablur, biru

Kelarutan

: Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol, sangat sukar larut dalam etanol.

Kegunaan: Komposisi Reagen Benedict

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

b. Natrium Karbonat ( Ditjen POM, 1979: 400)

Nama resmi

: NATRII CARBONAS

Nama lain

: Natrium karbonat

RM/BM

: Na2co3 / 124,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, maasa hablur, kering keras, rapuh, menunjukkan susunan hablur , putih, mudah meleleh, basah, sangad alkalis dan korosif.Kelarutan

: Sangad mudah larut dalam air dan etanol

Kegunaan: Komposisi reagen benedict

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

c. Natrium Sitrat ( Ditjen POM, 1995: 588)

Nama resmi : NATRII CITRAS

Nama lain : Natrium Sitrat

Rm / BM: C6H5Na3O7 / 258,07

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kegunaan : Komposisi reagen benedict

Penyeimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

III.1. Alat yang DipakaiAdapun alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bunsen, deck glass, gegep kayu, gelas ukur 10 ml, mikroskop, object glass, piknometer, pipet tetes, rak tabung, sentrifuge, tabung reaksi, tabung sentrifuge dan timbangan analitik.III.2. Bahan yang Digunakan Adapun bahan - bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas pH universal, Larutan Benedict, tissue, Urin puasa dan urin normal.

III.3. Cara Kerja1. Pemeriksaan bobot jenis urin

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang piknometer kosong, dipipet urin ke dalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer, kemudian ditimbang piknometer yang berisi urin, dan dicatat masing-masing bobotnya. Di hitung bobot jenis dari urin tersebut.2. Pemeriksaan Warna Urin

Disiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (puasa) dan urin B urin (tidak puasa) masing-masing sebanyak 50 ml kedalam pot dan diamati warna urin.3. Pemeriksaan Bau UrinDisiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (puasa) dan urin B urin (tidak puasa) masing-masing sebanyak 50 ml kedalam pot kemudian dicium bau yang ditimbulkan oleh urin.4. Pemeriksaan pH Urin

Disiapkan alat dan bahan, dipipet urin tabung reaksi, dicelupkan kertas pH universal pada urin, kemudian diamati pH nya dan dicatat.

5. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)

Disiapkan alat dan bahan, Urin disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, supernatannya dibuang, diambil endapannya, Ditetesan diatas object glass, diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan diamati gambarnya.

6. Pemeriksaan Glukosa Urin

Disiapkan alat dan bahan, dipipet 5ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 8 tetes urin, kemudian direndam tabung ke dalam air mendidih + 5 menit atau dipanaskan diatas api selama + 2 menit, diangkat dan dikocok perlahan-lahan, lalu diamati warnya.IV.3. Pembahasan

Urin merupakan hasil samping metabolisme yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan. Manusia dewasa umumnya mengeluarkan urin hingga 1,5 liter/hari. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan fisik dan zat organik di dalam urin. Pemeriksaan fisika urin meliputi pemeriksaan bobot jenis, warna, bau, kejernihan dan derajat keasaman urin dan pemeriksaan sedimen (mikroskopik). Sedang Zat organik yang diperiksa yaitu glukosa. Pada percobaan ini, digunakan urin segar dari 2 orang probandus dimana 1 orang probandus telah puasa selama 8 jam dan yang satunya tidak puasa. Urin yang diambil sekitar 100 ml dan langsung dilakukan pengujian. Jika urin disimpan dalam waktu lama urin akan bereaksi menjadi alkalis karena urea diubah menjadi amnoiak yang akan mengganggu hasil pengujian yang sesungguhnya.

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu pengujian warna urin. Adapun prinsip pemeriksaan warna urin yaitu mengamati warna urin secara langsung dengan indera penglihatan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa urin puasa berwarna kuning dan urin yang tidak puasa berwarna kuning, Dari percobaan yang dihasilkan bahwa Probandus yang puasa dan tidak puasa dinyatakan Normal karena memiliki warna yang serupa dengan urin normal yaitu jernih kekuningan hingga kuning gelap.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap bau urin. Adapun prinsipnya yaitu mengamati bau urin secara langsung dengan indera penciuman. Hasil yang diperoleh dari urin Probandus puasa dan tidak puasa berbau Amoniak, Adanya bau amoniak ini disebabkan oleh pecahan urea menjadi amoniak oleh bakteri.

Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pH urin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman urin. Pada pemeriksaan ini digunakan pH Universal yang dicelupkan kedalam masing-masing urin untuk mengetahui pH dari masing-masing urin tersebut. Dari hasil yang diperoleh. Masing-masing pH Urin Probandus adalah urin probandus yang puasa yaitu pH 5 dan urin yang tidak puasa yaitu pH 5. Berdasarkan percobaan probandus yang puasa dan tidak puasa memiliki pH yang normal karena masih dalam range pH urin normal yaitu 4,5-8,0Pemeriksaan kemudian dilakukan terhadap Bobot jenis urin. Pemeriksaan Bobot jenis urin dilakukan untuk menetapkan kepekatan urin dengan mengukur bobot jenisnya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan piknometer. Adapun cara kerjanya yaitu ditimbang piknometer kosong, lalu ditambahkan urin hingga mencapai mulut pikno. Kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik pada suhu ruangan. Data yang didapat tersebut kemudian dihitung untuk mendapat Berat jenis dari masing-masing probandus.Dimana didapatkan hasil pada sampel urin puasa yaitu 1,015958 g/mL dan untuk urin yang tidak puasa yaitu 1,01295 g/mL. Percobaan diatas memenuhi syarat < 1,005 dan > 1,030 g/ml.Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap zat organik dalam urin, dalam hal ini zat organik yang akan diperiksa yaitu glukosa. Tujuan percobaan ini yaitu untuk memeriksa secara kualitatif adanya glukosa dalam urin.Percobaan ini dilakukan dengan cara memipet 5 ml reagen benedict ke dalam suatu tabung reaksi kemudian ditambahkan 8 tetes urin dan didihkan pada air mendidih selama 5 menit. Setelah itu, dikocok secara perlahan dan diamati perubahan warnanya.

Pemeriksaan urin ini yaitu berdasarkan reaksi reduksi dari urin yang mengindikasikan adanya glukosa (gula) dan ditandai dengan perubahan warna. Komposisi dari reagen benedict yaitu: CuSO4.5H2O (17,3 g), natrium sitrat (173 g) Na2CO3 (100 g) dan air suling (hingga 1000 ml). Adanya glukosa dalam urin akan mereduksi ion kupri pada reagen benedict dalam larutan alkalis menjadi ion kupro dan mengendap dalam bentuk CuO dan CU2O berwarna kuning hingga merah bata.

Hasil yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu dari masing-masing sampel urin dinyatakan tidak mengandung glukosa karena warna sampel tetap biru bening. BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

1. Pada probandus puasa memiliki warna urine bening, berbau amoniak, memilki pH 5, dengan berat jenis 1,015958 g/ml, glukosa urin negatif,

2. Pada probandus tidak puasa memiliki warna urine kuning, berbau amoniak, memilki pH 5, dengan berat jenis 1,01295 g/ml, glukosa urin negatif.V.2. Saran

DAFTAR PUSTAKAAnonim., 2015, Penuntun Praktikum Kimia Klinik Dasar, Fakultas Farmasi UMI, Makassar.

Ditjen POM., 1987, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Ditjen POM., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Djojodibroto. B. 2001Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Penerbit Pupuler Obor: Jakarta.Sloane., ethel., 2004, Anatomi Dan Fisiologi untuk pemula, Penerbit Buku Kedokteran EGC, JakartaDorland., 2012, Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Tjay., Hoan., Tan, Rahardja., Kirana, 2007, Obat-Obat Penting Edisi Ke enam, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok kompas-Gramedia, Jakarta.

Putra., Purnama., Hijrah, Mursanto., Pandu., Bagas dan Handayani., Alfitri, 2014 Recovery Ammonium Dan Fosfor Pada Urin Sebagai Potensi Pemanfaatan Menjadi Pupuk Organik Padat, Vol. 3 No.2, Halaman 105-110. LampiranSKEMA KERJA1. Pemeriksaan Bobot jenis urin

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang piknometer kosongDipipet urin ke dalam piknometer hingga mencapai mulut piknometerDitimbang piknometer yang berisi urin (25o C )

Dicatat masing-masing bobotnya2. Pemeriksaan pH Urin

3. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)

4. Pemeriksaan Glukosa Urin

NU

ILA WATIRAHMAWATI TAUFIQ S.Si, M.Si, Apt150 2012 0087