Upload
novadilah-arifia-shintadewi
View
68
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn.T
DENGAN DIAGNOSA HERNIA SKROTALIS DEXTRA
1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia scortalis merupakan hernia ingunialis
lateralis yang mencapai scortum. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1
gambar 1. Anatomi hernia
a Klasifikasi
Beberapa tipe hernia adalah:
a) Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia
inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu
hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan hernia inguinalis
direk yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang
menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami
kelemahan otot melalui trigonum hesselbach.
b) Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral
dalam kanalis femoral.
1
c) Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin
umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal
gagal menutup setelah lahir.
d) Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah
insisi operasi sebelumnya.
gambar2. Tipe Hernia
Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam:
a) Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak
dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan
karena adanya perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c) Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut yang mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi.
d) Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga
vaskularisasi terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai
dari bendungan sampai terjadi nekrosis.
2
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat (acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei).
Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapa
masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2
tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik
(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi
hernia ke annulus inguinalis internus
Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.
illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi
3
Gambar 2. Dinding abdomen
Gambar 3. Dinding Abdomen
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar melalui
annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis
eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong
hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam funiculus spermaticus.
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung ke
depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v.
epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini
dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang
kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis
ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung
longgar.alis yang
4
2 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.
Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan
saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,
obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.
3 Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis
5
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
6
7
4 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi
karena nekrosis atau gangren.
5 Pengkajian
A. Pre Operasi
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih
berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia
berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti
hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi
organ, palpasi mungkin meraba usus.
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Benjolan daerah skrotum
- Riwayat timbulnya benjolan
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah
- Anoreksia
8
- Distensi abdomen
- Diit rendah serat
- Demam
c. Pola eliminasi
- Konstipasi
- Sering mengejan
- Kebiasaan BAB/BAK
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kebiasaan mengangkat beban berat
- Pekerjaan klien
e. Pola kognitif dan sensori
- Nyeri
f. Pola reproduksi dan seksual
- Hipertrofi prostat pada pria
g. Pola mekanisme koping
- Cemas karena operasi
- Cemas akan penyakit
B. Post Operasi
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada insisi luka.
- Keadaan balutan: ada rembesan
b. Pola nutrisi metabolik.
- Keadaan bising usus.
- Mual, muntah.
- Pemberian diit lunak/saring.
- Demam.
c. Pola eliminasi
- Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
- Konstipasi, retensi.
d. Pola aktivitas dan latihan
9
- Tirah baring
- Penggunaan suspensoar (celana penyokong)
e. Pola persepsi dan kognitif
- Nyeri pada luka operasi.
- Pusing.
6 Pemeriksaan Penunjang
Test Diagnostik
- Serum elektrolit meningkat.
- Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3
- Foto sinar X di daerah hernia.
7 Diagnosa Keperawatan yang Timbul
A. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
b. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti
operasi.
c. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah.
d. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat
B. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan
anaestetik selama pembedahan abdomen bawah.
c. kesiapan meningkatkan ilmu pengetahuan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
10
8 Intervensi Keperawatan
A. Pre Operasi
DP.1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
Tujuan : Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.
Rencana tindakan:
a. Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.
R/ Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurasan nyeri.
b. Observasi TTV (TD, N, S).
R/ Mengkaji tanda-tanda syok.
c. Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.
R/ Mengurangi ketegangan abdomen.
d. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya.
R/ Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri.
e. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: nafas dalam.
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
f. Anjurkan untuk tidak mengejan.
R/ Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen.
g. Kolaborasi dengan medik.
R/ Menentukan pemberian terapi selanjutnya.
DP.2. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti
operasi.
Tujuan : - Kecemasan berkurang
- Ekspresi wajah klien tampak rileks.
- Klien dapat bekerjasama dalam tindakan medik yang diberikan.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan pasien.
R/ Mengetahui sejauh mana kecemasannya.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
c. Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien.
11
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.
d. Berikan informasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan diberikan.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.
R/ Membantu mengurangi kecemasan.
f. Beri penyuluhan tentang prosedur pre-operasi dan post operasi.
R/ Mengurangi kecemasan klien.
DP.3. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Rencana tindakan:
a. Kaji intake output.
R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.
b. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.
c. Sajikan makanan yang hangat.
R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual muntah.
d. Timbang berat badan tiap hari.
R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
e. K/P kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.
DP.4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
Tujuan : - Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
R/ Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat pengetahuan.
b. Jelaskan proses penyakit.
12
R/ Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya
serangannyeri.
c. Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan timbulnya
nyeri.
Rasional Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan.
d. Kaji pasien untuk mengidentifikasikan sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan
jalan keluar untuk menghindarinya.
R/ Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
e. Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik yang benar
dalam mengangkat beban berat dan menggunakan celana penyokong.
B. Post Operasi
DP.1. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan:
a. Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Peningkatan tanda vital merupakan indikator adanya nyeri.
c. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman < semi fowler>
R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah karena posisi terlentang.
d. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Mengurangi rasa nyeri.
e. Dorong klien untuk ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
f. Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti tidak mengangkat beban berat, tidak
mengejan.
R/ mencegah komplikasi selama proses penyembuhan.
g. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.
R/ Mengurangi nyeri.
13
DP.2. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area operasi.
Tujuan : Penyembuhan luka tanpa komplikasi.
Rencana tindakan:
a. Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal dan stressing pada insisi.
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.
R/ Supaya tidak terjadi konstipasi.
d. Periksa scrotum, catat tanda edema dan hematoma.
R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post operasi.
e. Gunakan celana penyokong (suspensoar).
R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema serta memperkuat dinding
abdomen.
DP.3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
Tujuan : Klien mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi tidak terjadi.
Rencana tindakan:
a. Hindari mengangkat beban berat, mengejan.
R/ mencegah komplikasi setelah operasi.
b. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta minum 2-3 liter.
R/ Mencegah konstipasi dan mencegah hiperperistaltik usus.
c. Lakukan follow up secara teratur.
R/ mengetahui perkembangan status kesehatan klien.
d. Anjurkan menggunakan celana penyokong.
R/ Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali lagi bila
tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.
14
Perencanaan Pulang
a. Tidak boleh mengangkat beban berat selama kurang lebih 6-8 minggu setelah operasi
agar tidak kambuh lagi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Diit tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan serta banyak minum air putih 2-3
liter /hari untuk menghindari konstipasi atau mengejan dan hiperperistaltik usus.
c. Anjurkan menggunakan celana penyokong (suspensoar) untuk menyokong daerah
skrotum dan memperkuat dinding otot abdomen.
d. Melakukan aktivitas secara bertahap seperti dari bed rest, miring kiri dan kanan, duduk di
tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur atau berpegangan, dan jalan.
e. Anjurkan untuk menjaga balutan tetap bersih dan kering untuk mencegah terjadinya
infeksi.
f. Kontrol sesuai jadwal dan minum obat secara teratur sesuai dosis supaya dapat
mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan mempercepat proses
penyembuhan.
DP.4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
Tujuan : - Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
Rasional : Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
b. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
Rasional : Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
c. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
Rasional : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu
mengurangi ansietas.
d. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
Rasional : Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.
15
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.T DENGAN HERNIA SCROTALIS DEXTRA BANGSAL BEDAH
PRABUKRESNA RSUD KOTA SEMARANG
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2013, Pukul 16.00 WIB.
Ruang : Prabu Kresna (Bangsal Bedah)
Cara Pengkajian : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 76 Tahun
No. Register : 247812
Alamat : Mangunsari
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir: SD
Status Perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis dextra
Tanggal masuk RS : 23 Maret 2013
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2013
2. Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama : Ny. S
Umur : 47 Tahun
Alamat : Mangunsari
16
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir: SMA
Hubungan dg klien : Anak
Suku : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
No telp yang bisa dihubungi : -
3. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada bagian scortum, scortum sebelah kanan membesar, sebesar
sekempalan tangan, mengecil pada saat tidur, membesar pada saat berdiri, nyeri timbul
pada klien kecapekan bekerja diladang.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dirawat dengan keluhan scortum sebelah kanan membesar
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pada tahun 2001 klien pernah melakukan operasi hernia
scortalis bagian kiri.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak memliki riwayat penyakit keluarga, didalam keluarga klien tidak ada yang
memiliki penyakit serupa seperti klien.
17
7. Genogram
tn. T tinggal serumah
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
8. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
Tanggal/jam 27/03/2013
TD (mmHg) 120/80
HR: Frekuensi 80 x/menit
RR: Frekuensi 20x/menit
Suhu (oC) 37 C⁰
18
3) Kepala dan leher
Yang Dikaji Keterangan
Bentuk Mesochepal
Rambut Bersih, rambut uban, lesi tidak ada, rambut jarang
Mata Simetris, sklera tidak ikterik, isokor
TelingaFungsi pendengaan baik, bentuk simetris kanan
kiri, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan
Hidung Tidak ada sekret
Mulutgigi jarang,gigi hitam mukosa lembab, lidah bersih,
bibir hitam
LeherTidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe
4) Jantung
Tanggal 27/03/2013
Inspeksi IC tak tampak
Palpasi IC teraba di SIC V, tidak kuat angkat
Perkusi Kesan tidak melebar
Auskultasi BJ I-II murni, tidak ada bising, tidak ada gallop
5) Paru-paru
19
Tanggal 27/03/2013
InspeksiDada simestris, tidak ada pembesaran paru,
ekspansi dada sama
Palpasi Teraba taktil fremitus, nyeri tekan tidak teraba
Perkusi Suara resonan
AuskultasiSuara nafas bronkovesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan
6) Abdomen
Tanggal 27/03/2013
InspeksiDatar, tidak terdapat lesi dan terlihat bersih
Auskultasi Bising usus 6 x/menit
Palpasi
Tidak ada pembesaran hati atau organ-organ
dalam abdomen, nyeri tekan tidak teraba, masa
tidak teraba
Perkusi Timpani
7) Ekstremitas
Ekstremitas atas
TglKanan (Terpasang infus RL 20 tpm) Kiri
Kesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri
27/03/
2013- - - - - - - -
20
Ekstremitas bawah
Tgl Kanan KiriKesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri
27/03/
2013- - - - - - - -
Ket: + : dirasakan
- : tidak dirasakan
8) Genetalia
Rambut pubis : penyebaran merata
Lesi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Pembesaran : terdapar pembesaran scortum sebelah kanan
9) Sistem persarafan
Tgl pemeriksaan 27/03/2013
Status mental
Tingkat kesadaran
GCS
Gaya Bicara
Composmentis
15
Jelas
Fungsi intelektual
Orientasi waktu
Orientasi orang
Orientasi tempat
Baik
Baik
Baik
21
Daya pikir
Spontan, alamiah,
masuk akal
Kesulitan berfikir
Halusinasi
Ya
Tidak
Tidak
Status emosional
Alamiah & datar
Pemarah
Cemas
Apatis
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Mata
kiriPergerakan mata ke atas dan kebawah +
Keterangan : +: ada
- : tidak ada
10) Pemeriksaan sistem motorik
Tanggal/jam 27/03/2013
Kekuatan otot Ekstremitas atas 5/5
22
Ekstremitas bawah 5/5
Keseimbangan
dan koordinasi
Tangan kanan +Tangan kiri +
Keterangan : + : ya
- : tidak
11) Pemeriksaan refleks
Tanggal/jam 27/03/2013
Refleks bisep +/+
Refleks trisep +/+
Refleks patella +/+
Refleks achilles +/+
Keterangan : + : ya
- : tidak
12) Pemeriksaan sensorik
Tanggal/jam 27/03/2013
Sensasi taktil +
Sensasi suhu dan nyeri +
Vibrasi dan propriosepsi +
Integrasi sensasi +
Keterangan : + : ya
- : tidak
23
13) Sistem integumen
Tanggal
/jam
Warna
kulitTurgor
Mukosa
bibir
Capilarry
reffilKelainan
27/03/20
13
Sianosis (-)
Kemerahan
terutama
pada dada
(-)
Elastis Lembab < 2 Detik -
Keterangan : + : ya
- : tidak
9. Pengkajian Fungsional
1) Oksigenasi
Sebelum Sakit : klien mengatakan tidak mengalami batuk, sesak nafas, dan
bernafas seperti biasanya tanpa alat bantu
Saat sakit : klien tidak mengeluhkan sesak nafas, tidak terpasang alat bantu
2) Nutrisi dan Cairan
Nutrisi
Sebelum sakit : klien makan 2- 4 kali sehari, dalam porsi yang besar, klien makan
nasi, ayam, sayur-sayuran dan buah
Saat sakit : makanan yang diberikan dari rumah sakit selalu habis.
Cairan
Sebelum sakit : minum 1500 ml/hari
Saat sakit : Minum: 1000 ml/hari air mineral.
24
3) Eliminasi
Sebelum Sakit : klien mengaku BAB 2 kali sehari, BAK 5-7 kali sehari, BAB
warna lunak, kuning. Urin keluar sekitar 250cc. warna kuning
Saat sakit : klien mengaku semenjak masuk kerumah BAB lancar 1 kali sehari,
BAK 3-7 kali sehari. Urin keluar sekitar 200-500cc. berwarna kuning tidak berbau
obat
4) Termoregulasi
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasakan dirinya demam, apabila dirinya
demam, dia memilih untuk melanjutkan aktifitasnya.
Saat sakit : klien mengatakan tidak merasakan demam.
5) Aktivitas dan Latihan
Penilaian aktivitas sebelum sakit :
25
Macam ADL 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
BAK/BAB
Transfer dari TT
Berjalan
0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat:
4: semua dengan bantuan.
Penilaian aktivitas saat sakit :
0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat:
4: semua dengan bantuan.
Macam ADL 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
BAK/BAB
Transfer dari TT
Berjalan
Mobilisasi
Sebelum sakit : klien dapat melakukannya
Saat sakit :
Tgl Duduk Berdiri Jalan
27/03/2013 + + +
Keterangan : + : ya
- : tidak
6) Higiene
Tgl Mandi Gosok gigi Keramas
27/03/2013 + + -
Keterangan : + : ya
- : tidak
26
7) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Saat sakit : klien mengaku tidur 6-7 jam sehari, tidur pukul 22.00-05.00
Sebelum sakit : klien mengaku tidak ada masalah dengan tidurnya, tidur 6-7 jam
sehari
8) Persepsi dan Sensori
Penglihatan: kurang terlalu jelas apabila melihat jarak jauh; Menggunakan
kacamata: tidak.
Pendengaran: kurang baik ; Pakai alat bantu dengar: tidak.
Penciuman: baik
Pengecapan: baik
Perabaan: baik
9) Komunikasi Dan Mental
Berbicara lancar dan jelas. Bahasa yang digunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia.
Keadaan emosi baik, memori baik.
10) Psikososial
Stress dan Koping
Sebelum dirawat
Klien mengatakan tidak mudah stres
Selama dirawat
Klien mengatakan cemas, karena klien harus dioperasi sedangkan usia klien
sudah lanjut usia.
konsep diri
Saat dirawat di rumah sakit.
Harga diri : tidak terganggu.
27
Ideal diri : tidak terganggu.
Identitas diri : tidak terganggu.
Gambaran diri : tidak terganggu
Peran : tidak terganggu
11) Seksualitas
klien mempunyai 6 anak, 5 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, istri klien masih
ada.
12) Rekreasi
Sebelum sakit : klien mengaku rekreasinya dirumah adalah bekerja diladang,
menonton telivesi
Saat klien : klien mengaku hibuarannya hanya dengan mengobrol dan bercanda
dengan pasien maupun dengan keluarga pasien yang sekamar dengan klien
13) Spiritual
Sebelum dirawat: klien rajin melakukan shalat 5 waktu dan selalu berdzikir.
Saat sakit : klien tidak melakukan shalat 5 waktu
14) Kebutuhan belajar
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah mengalami hernia scrotalis, klien
mengaku mengetahui tanda dan gejala dari hernia ini.
28
29
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai SatuanNilai
NormalInterpretasi
Rasional
GDS 88 mg/dL 70-115 N -
Kimia Klinik
Ureum 54,0 gr/dL15,0 –
43,0
H Dapat terjadi pada luka atau penyakit ginjal, seperti
glomerulonefritis, pielonefritis, penyumbatan saluran kemih
(oleh batu ginjal atau tumor),aliran darah keginjal rendah
yang disebabkan oleh dehidrasi atau gagal jantung, terdapat
mengkonsumsi obat-obatan, diet tinggi protein, penyakit
Addison, kerusakan jaringan, perdarahan disaluran
pencernaan
Kreatinin O,8 gr/dl 0,6 – 0,9 N -
SGOT 16 Mg/dl <31 N -
SGPT 12 < 31 N -
Natrium 144,0134,0-
147,0
N -
Kalium 3,4 3,5- 5,20 L Penurunan nilai kalium, muntah/diare, penyalahgunaan
laksatif, dehidrasi, malnutrisi/kelaparan, diet keras, stress,
trauma, perlukaan da pembedahan (pada fungsi ginjal),
penghisapan gaster, diabetek asiodosis, luka bakar,
hiperaldosteronisme, kebanyakan makan permen, alkalosis
30
metabolik
Calsium 1,10 1,12-1,32 L Dapt disebabkan karena dehidrasi akut
HbsAg Negative Negatif N
Hemoglobin 10,0 gr% 14,0-18,0
L Biasanya disebabkan oleh masalah-masalah klinis (anemia,
kanker, penyait, penyakit ginjal, pemeberian cairan infuse
berlebihan, penyakit hodgkin)
Hematokrit 32,90 % 42-52
L Kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins,
limfosarkoma, myeloma, multiple, gagal ginjal kronik,
sorosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vitamin B dan C,
kehamilan, SLE, arthritis rematoid, ulkus peptikum, gagal
sumsum tulang
Leukosit 6,3 ribu/mmk 4,8-10,8 N -
Trombosit 242 ribu/mmk 150-400 N -
2) Hasil pemeriksaan X foto thorax
COR : CPR> 50 % apeks
Bergeser kelateralocaudal
Pulmo :
- corak tanpa broncovaskuler
- normal
- tak tampak bercak
diafragma dan sinus costophernicus kanan kiri normal
kesan :
31
- kardiomegali
- pulmo : tak tampak kelainan
Terapi
Jenis
Terapi
Dosis Rute Indikasi dan Cara
Kerja
Kontraindikasi Efek Samping Peran Perawat
IV :
Cefotaxi
m
2 x 1
gr
Injeksi
Intravena
Indikasi
Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti :
Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggorokan.
Infeksi pada telinga.
Infeksi kulit dan jaringan
Penderita dengan
riwayat
hipersensitif
terhadap antibiotik
cephalosporin.
Penderita ginjal
yang berat.
Gangguan saluran
pencernaan; reaksi
hipersensitivitas;
superinfeksi, rasa
sakit/nyeri pada tempat
penyuntikan, flebitis
(radang pembuluh balik),
leukopenia yang bersifat
sementara, eosinofilia,
neutropenia.
- melakukan skin test
- Observasi indikasi
obat kepada pasien
32
lunak.
nfeksi tulang dan sendi.
Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata.
Infeksi abdominal.
B. ANALISA DATA
a Pre Op Hemoraphy
33
NO TANGGAL &
JAM
DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI
1 27 Maret 2013
16.00
DS :
Klien mengaku cemas,khawatir terhadap operasi
yang akan dijalankannya besok, klien cemas, karena
usia klien yang sudah tua dan harus melakukan
operasi hernia scrotalis dextra
DO:-
Anisietas
(00146)
Tindakan medik, hemoraphy
2. 27 maret 2013 DS :
- klien mengaku sebelumnya sudah
mengalami hernia scrotalis sebelah
kanan, setelah dilakukan operasi klien
pulang kerumah langsung melakukan
aktivitas sebagai petani, seperti
biasanya,
- klien mengaku ingin diberikan obat
saja untuk menghilangkan hernia nya
itu
DO : -
Difesiensi
pengetahuan
(00126)
Kurang pajanan
34
b Post operasi
NO TANGGAL
& JAM
DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI
1. 28 maret
2013 17.00
DS : klien mengaku nyeri pada bagian perut
sebelah kanan bekas operasi, nyeri terasa
panas, dan tidak hilang-hliang
DO : terdapat bekas operasi pada abdomen
sabelah kanan
Nyeri akut
(00132)
Insisi bedah hemorapy
2. 28 Maret
2013
17.00
DS : -
DO : terdapat bekas operasi hemoraphy
Resiko Infeksi Bekas luka insisi post op hernioraphy
3. 28 Maret
2013
17.00
DS :
- klien mengaku tidak mengetahui
bagaimana caranya merawat luka post
operasi hernia
DO : -
Difesiensi
pengetahuan
Kurang follow up
C. RENCANA KEPERAWATAN
35
NO.DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
HASILINTERVENSI
1 Pre Operasi
Anisietas
berhubungan dengan
tindakan medic
hemorapy
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam 1x24 jam
Diharapkan pasien akan:
1 Mengidentifikasi
gejala yang merupakan
indikator pasien
sendiri
2 Menunjukkan
aniesietas mulai
berkurang dengan
tidak mengeluhkan
cemas lagi
3 Menunjukkan tanda-
tanda vital normal
Mandiri:
1. bina hubungan saling percaya
2. kaji dan dokumentasikan pasien tingkat
kecemasan, termasuk reaksi fisik
3. ajarkan teknink menenangkan diri diri pada
pasien
4. berikan dukungan emosi kepada klien
2 Difesiensi Setelah dilakukan tindakan Mandiri
36
pengetahuan
berhubungan dengan
kurang pajanan
(00126)
selama 1x24 jam , diharapkan
pasien akan mengetahui
tentang proses penyakit hernia
dengan
1. menjelaskan tentang
definisi hernia
2. menyebutkan 2 dari 4 tanda
dan gejala dari hernia
3. menjelaskan apa yang dapat
menyebabkan hernia muncul
lagi
4. menjelaskan tentang
penanganan/prosedur hernia
1. bina hubungan saling percaya
2. cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa
pasien memahami penangannnya yang dianjurkan dan
informasi yang relevan lainnya.
3. lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan
pahami isinya (pengetahuan tentang hernia dan prosedur
atau penanganan yang dianjurkan untuk penyakit
hernia).
4. sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan
bebrapa pertanyaan dan mendiskusikan
permasalahannya.
1 Post operasi
Nyeri akut
berhubungan dengan
insisi bedah
hemorapy
setelah dilakukan tindakan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien akan :
1. memperlihatkan
pengendalian nyeri yang
dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (1= tidak
Mandiri
1 Minta pasien untuk menilai nyeri atau
ketidaknyaman padka skala 0 sampai 10 (0 tidak
ada nyeri 10 nyeri sanggat hebat)
2 Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis
(terapi relaksasi)
37
pernah, 2 = jarang, 3 =
kadang-kadang, 4= sering,
5 selalu ) :
a.mengenali awitan nyeri
b. menggunakan tindakan
pencegehan nyeri dengan
cara tidak melakukan
aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri atau
menggunakan terapi
distraksi
c. melaporkan nyeri dapat
dikendalikan
2. tidak menunjukkan
ekspresi nyeri pada wajah
3 Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berlangsung dan antisipasi ketidaknyaman akibat
prosedur
4 Lakukan perubahan posisi, relaksasi
5 Ganti linen tempat tidur apabila diperlukan
6 Berikan perawatan yang tidak terburu-buru
dengan sikap yang mendukung
7 berikan terapi distraksi untuk mengurangi rasa
nyeri dan tidak nyamannya dengan berinteraksi
dengan pengunjung atau pasien yang lain
38
2 Resiko infeksi bekas
luka post operasi
hernioraphy
Setelah dilakukan tindakan
selama 2x24 jam
diharapakan factor resiko
akan hilang dengan
dibuktikan
1. pasien memahami
pengetahuan tentang
pengendalian infeksi,
menjelaskan tentang
bagaimana cara
mengendalikan infeksi
2. terbebas dari tanda dan
gejala infeksi
3. menunjukkan hygiene
pribadi yang adekuat
Mandiri
1. pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya
suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan,
penampilan luka, sekresi, lesi kulit, suhu
kulit)
2. amati penampilan praktik hygiene pribadi
untuk perlindungan terhadap infeksi
3. instruksikan untuk menjaga hygiene
pribadi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi
4. ganti balutan post operasi
Kolaboratif
1. berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
39
3 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang follow up
Setelah dilakukan
tindakan selama 1x 24
jam diharapkan klien
mengetahui cara
perawatan di rumah
sehingga komplikasi tidak
terjadi dibuktikan dengan
1. klien menyebutkan 3 dari
6 yang rencana disarankan
pada saat pulang
Mandiri
1. Hindari mengangkat beban berat, mengejan.
2. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan serta minum 2-3 liter.
3. Lakukan follow up secara teratur.
4. Anjurkan menggunakan celana penyokong.
D. IMPLEMENTASI
No
Diagnosa
Hari tanggal Implementasi Respon TTD
DP 1 27 Maret
2013
17.00
1. Mengkaji dan mendokumentasikan
tingkat cemas klien
2. Memberi dukungan emosi kepada
klien
DS : klien mengaku cemas, karena factor usia
lanjut dan harus operasi
DO : muka klien terlihat cemas
DS :
- klien mengaku menerima saran dari
dokter untuk operasi, dan pasrah
40
3. mengajarkan teknik menangkan diri
kepada klien apabila cemas datang
terhadap operasi yang akan dilakukan
DO : -
DS :
- klien mengatakan cemas agak
berkurang
DO : cemas klien tampak berkurang
DP 2 27 maret
2013
17.00
1. mengkaji pengetahuan klien tentang
hernia
2. menjelaskan tentang proses penyakit
hernia, tanda dan gejala dan
penyebab terjadinya hernia
3. mengkaji pengetahuan klien cara
penanganan hernia
DS :
- klien mengatakan hernia adalah ‘turun
bero’, terjadi karena klien sering
melakukan aktivitas berat seperti
macul, bersawah.
DO : -
DS : -
DO : klien tampak paham
DS :
- klien mengatakan cara penangannya
hernia adalah dengan dipijet, obat, dan
41
4. menjelaskan kepada klien cara
penanganan hernia
5. memberikan kesempatan klien untuk
menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan permasalahannya
operasi
DO : -
DS : -
DO : klien tampak paham
DS :
- klien menanyakan apakah ada cara lain
selain operasi untuk mengatasi hernia
yang diderita
DO :
- klien tampak kooperatif
DP 1
Post Op
28 Maret
2013
28 maret
2013
17.00
1. mengkaji skala nyeri pasien
2. menganjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (terapi relaksasi)
DS : klien mengaku bekas operasinya terasa
nyeri dan panas, sampai dada.
DO : klien terlihat menahan rasa nyeri, skala
nyeri 4
-
DS : klien mengaku merasa lebih rileks
DO: skala nyeri
42
atau terapi distraksi
3. memberikan informasi tentang nyeri,
apabila akan melakukan sesuatu
prosedur
a. melakukan terapi injek cefotaxime
1 gr/vial
DS : -
DO : klien tampak menahan rasa nyeri
Skala nyeri 3
DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat
dimasukkan obat cefotaxime
DO : klien terlihat menahan rasa nyeri
Skala nyeri 3
POST OP
DP 2
28 maret
2013
17.30
1. memantau tanda dan gejala
infeksi (misalnya suhu tubuh,
denyut jantung, pembuangan,
penampilan luka, sekresi, lesi
kulit, suhu kulit)
2. memberikan saran kepada
klien untuk menjaga
kebersihan tubuh dengan
badan dilap 2x sehari dan
pakaian diganti 1x sehari
DS :
DO :
- tidak terlihat adanya pus
- suhu : 36,8
- luka terlihat bagus
DS : klien mengatakan semenjak operasi badan
belum dilap
DO : -
43
3. memberikan terapi antibiotic
IV cefotaxime 2x1 gr
DP 3 28 maret
2013
18.00
1 memberikan informasi kepada klien
untuk menghindari mengangkat
beban berat dan mengejan
2 Menyarankan klien untuk diit tinggi
serat dan makan sayur-sayuran serta
minum 2-3 liter.
3 mengkaji pasien secara teratur.
4 menganjurkan klien menggunakan
celana penyokong.
5 memberikan penyuluhan pada saat
pasien pulang
DS : -
DO : klien tampak paham
DS : -
DO : klien tampak paham
DS : klien mengatakan tidak ada masalah
dalam lukanya
DO : -
DS : klien mengatakan tidak mau menggukan
celana penyokong
DO : -
DS : klien mengatakan bersedia dilakukan
penyuluhan
DO : klien tampak antusias
DP 1 29 Maret
2013
21.00
1. mengkaji skala nyeri pasien DS : klien mengaku bekas operasinya sakit,
sakit mulai dari pangkal paha sampai dengan
abdomen, untuk miring kanan dan kiri sakit
DO : skala nyeri 4
44
2. mengajarkan terapi relaksasi, nafas
dalam, apabila nyeri datang
3. mengajarkan terapi distraksi kepada
klien. dengan mengalihkan perhatian
klien mengobrol dengan pengunjung
yang lain pada saat nyeri datang
DS : klien mengatakan nyeri berkurang
DO : skala nyeri 3
DS :klien mengatakan nyeri berkurang
DO : skala nyeri 3
DP 2 30 maret
2013
05.00
1 observasi luka pasien
2 melakukan injeksi IV
cefotaxime 1gr/vial
DS : -
DO : luka terlihat bagus, tidak rembesan tidak
ada pus
DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat
dimasukkan obat cefotaxime
DO : klien terlihat menahan rasa nyeri
Skala nyeri 2
DP 1 30 maret
2013
05.00
1. mengakaji skala nyeri DS : klien mengaku nyeri nya agak berkurang
dibandingkan dengan kemarin
DO : skala nyeri 3
45
2. mengajarkan teknik relaksasi dan
distraksi kepada klien
DS : klien mengatakan nyeri berkurang
DO : skala nyeri 3
E. EVALUASI
No.
DX
Tgl/Jam EVALUASI TTD
Pre
Op
1
27 maret
2013
17.00
S : cemas klien tampak berkurang klien mulai menerima tindakan operasi yang
akan dilakukan, klien pasrah terhadap operasinya
O :
TD : 120/80
Nadi : 80x/menit
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
46
Pos
t
Op
1
28 Maret
2013
17.00
S :
- Klien mengatakan masih nyeri pada bagian bekas operasi
O :
- klien tampak mengernyit kesakitan
- skala nyeri : 5
A :
- masalah belum teratasi
P :
- Lanjutkan Intervensi
1,2,3
2. 28 maret
2013
17.30
S : -
O :
- tidak ada pus pada luka klien
- luka klien tampak bagus
- suhu : 36,8
A :
- masalah teratasi sebagian
47
P : lanjutkan intervensi
- pantau luka klien
- lakukan injeksi antibiotic cefotaxime 2xgr/vial
3. 28 maret
2013
18.00
S : klien menyebutkan 3 dari 6 recana-rencana yang akan dilakukan pada saat
pulang antara lain, tidak boleh mengangkat beban
O : klien tampak paham akan materi yang ada, klien tampak antusias dan
kooperatif
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
1. 29 Maret
2013
21.00
S : klien mengatakan nyeri panas, menjalar, buat miring kekanan maupun
kekiri sakit
O : klien tampak menahan rasa nyeri. Skala nyeri 5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- kaji skala nyeri
- observasi nyeri
- lakukan terapi distraksi dan relaksasi
2. 29
Maret 2013
S : -
O :
- tidak ada luka pus
- tidak remebesan
A : masalah teratasi
48
P : hentikan intervensi
3. 30 maret
2013
05.00
S : klien mengatakan masih nyeri, nyeri menjalar, panas, dari pangkal paha
sampai dengan bagian abdomen atas
O : klien tampak lemah, klien tampak menahan rasa nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
49
Analisa Jurnal
Managing Pain In Older Persons Who Receive Home-Help
For Their Daily Living. Perceptions By Older Persons And Care
Providers
Nyeri adalah masalah umum yang sering terjadi pada orang tua, yang penanganany
membutuhkan bantuan tenaga-tenaga professional. Didalam jurnal yang berjudul “Managing
pain in older persons who receive home-help for their daily living. Perceptions by older persons
and care providers” memmbandingkan kelompok beberapa metode yang sering dailakukan pada
lansia, yaitu, metode farmakologi yang menggunakan obat, metode rest (istrahat ) atau terapi
distraksi (pengalihan rasa nyeri). Apabila menggunakan obat-obatan untuk mengurangi rasa
nyeri, banyak dari lansia takut akan efek sampingnya terhadap kesehatan mereka, menghindari
obat karena takut menjadi kecanduan, reaksi obat yang merugikan, dan persepsi bahwa
pengobatan tidak efektif.
Manajemen nyeri antara lain, TENS,yaitu pengalihan rasa sakit yang menggunakan
impuls listrik, tetapi ini jarang ditemukan di lapangan, pijat, istirahat, kompres panas atau dingin.
Pentingnya menggabugkan metode pengobatan dan manjemen rasa nyeri aktivitas fisik
mengatasi rasa nyeri pada lansia. Beberapa jurnal membuktikan bahwa terapi aktivitas fisik
mampu mengurangi rasa nyeri secara signifika pada lansia, ada pun terapi aktivitas fisik yang
dilakukan adalah terapi bersepeda, terapi bekerja, terapi tai-chi dll.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan membandingkan
sekelompok orang tua sakit terus-menerus dengan sekelompok penyedia perawatan profesional
mengenai metode yang mereka gunakan / diberikan selama minggu sebelumnya dan bagaimana
membantu mereka dianggap metode ini berada dalam menghilangkan rasa sakit.
Penelitian ini dilakukan pada 60.000 lansia, Penelitian ini dilakukan di kota di Swedia
selatan dengan sekitar 60 000 inhibitants antaranya 10% lebih dari 75 tahun. Penelitian ini
melibatkan sampel orang 75 + sakit terus-menerus, yang menerima profesional membantu di
rumah biasa atau dalam akomodasi khusus.Selain itu termasuk sampel perawatan profesional
50
penyedia layanan yang disediakan rumah-help, asuhan keperawatan, fisioterapi dan / atau terapi
okupasi untuk orang tua.
Kriteria inklusi adalah minimal 75 tahun, menerima profesional rumah bantuan, yang
sakit selama lebih dari sekali seminggu selama minimal 3 bulan dan mampu berpartisipasi dalam
sebuah wawancara. Penyedia layanan di daerah mengidentifikasi orang-orang yang bisa
diwawancarai (n ¼ 313) dan memberikan mereka surat di mana mereka ditanya apakah mereka
memenuhi kriteria durasi sakit dan bersedia untuk berpartisipasi lanjut.
Kriteria inklusi adalah selama 3 bulan pengalaman merawat orang tua dengan nyeri
persisten. Semua Perawat Terdaftar dan staf paramedis diundang sementara tambahan / Enrolled
perawat dipilih secara acak. Dalam semua, 86 penyedia layanan diberi huruf awal. Setelah satu
pengingat tujuh orang menyatakan kurangnya pengalaman, memberikan 79 responden yang
memenuhi syarat. Lima puluh dua orang yang bersedia untuk berpartisipasi sementara tidak
menyetujui atau jawaban.. Usia rata-rata peserta adalah 48 tahun. Semua data dianalisis dengan
SPSS 10.1 software.
Hasil membuktikan bahwa penggunaan obat nyeri masih ditemukan pada lansia, obat-
obatan seperti paracetamol, non-steriod anti-inflamasi obat (NSAID), kombinasi parasetamol-
dextropropoxyphen dextropropoxyphen dan opioid yang kuat. Sedikitnya digunakan adalah
obat herbal.beberapa lansia menggunakan obat-obatan dengan resep dokter dan sebagian dibeli
saja dengan bebas. Lansia menganggap pengalihan perhatian dan relaksasi sebagai metode yang
paling membantu saat nyeri timbul.
Berbicara mengenai rasa nyeri tidak cukup untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakannya. Untuk penelitian ini, sampel orang tua dengan nyeri persisten dan sampel dari
penyedia layanan bekerja dengan orang yang lebih tua direkrut. Mayoritas lebih dari 80-tahun
dan menerima bantuan dengan baik instrumental dan ADL pribadi dari para profesional. Rasa
sakit itu sebagian besar berada dalam sistem musculo-skeletal dan mayoritas memiliki sejarah
panjang nyeri. Pada intensitas nyeri rata-rata selama minggu sebelumnya adalah moderat.
Penyedia layanan berasal dari profesi yang berbeda. Beberapa dari mereka bekerja di akomodasi
khusus sementara yang lain bekerja di rumah orang tua biasa. Semua memiliki pengalaman
panjang dari perawatan lansia. Temuan dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,
51
dengan obat yang diresepkan, gangguan dan sisanya menjadi metode manajemen yang paling
sering digunakan nyeri di kalangan lansia. Didalam jurnal ini disebutkan bahwa terapi yang
paling sering digunakan adalah terapi distraksi, rest, relaksasi, dan terapi aktivitas dan latihan
sehari-hari. Dibandingkan dengan TENS, terapi pijat, atau terapi kompres. Didalam penelitian ini
menyebutkan bahwa pemberian obat-bat farmakalogi pada lansia, dianggap kurang mengurangi
rasa nyeri dan mengurangi rasa stress yang mereka rasakan, tetapi bagi yang memberikan obat-
obatan rasa nyeri hal itu dianggap mempunyai manfaat bagi berkurangnya rasa nyeri itu sendiri.
Adapun kekurangan didalam jurnal ini adalah responden lansia, yang kurang paham bagaimana
untuk mengisi form, dan mendeskripsikan rasa nyeri yang dapat berubah-berubah, menjadi skala
nyeri 3 dsb. Dan juga, relawan yang memberikan tarapi rasa nyeri itu benar-benar
melakukannya atau tidak.
52
53