37
1. Judul Percobaan Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom 2. Tujuan 1. Melatih pembuatan plat TLC dan kolom kromatografi. 2. Memisahkan senyawa kafein dari obat dengan teknik kromatografi lapis tipis dan menentukannya secara kualitatif. 3. Memisahkan pigmen tumbuhan dengan teknik kromatografi kolom. 3. Dasar Teori 1 Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase 1 Fauzan Muhammad, Praktikum Kromatografi Lapis Tipis. (Online) 1

Laporan_Akhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dgnhhk

Citation preview

1. Judul Percobaan Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom2. Tujuan1. Melatih pembuatan plat TLC dan kolom kromatografi.2. Memisahkan senyawa kafein dari obat dengan teknik kromatografi lapis tipis dan menentukannya secara kualitatif.3. Memisahkan pigmen tumbuhan dengan teknik kromatografi kolom.3. Dasar Teori[footnoteRef:2]Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. [2: Fauzan Muhammad, Praktikum Kromatografi Lapis Tipis. (Online)]

[footnoteRef:3]Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama berdasarkan perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi, partisi dan pendesakan. Kedua berdasarkan jenis fasa yang dipakai (mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b) kromatografi gas padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori dasar kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi cair-cair oleh Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode ini memerlukan lapis tipis materi berbentuk bidang datar, yang dapat langsung dipakai untuk pemisahan atau harus dilapiskan di atas lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil bergerak melalui fasa stasioner berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu tarikan gravitasi. Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempeng kaca yang dilapisi dengan selapis tipis partikel-partikel halus. Lapis tipis ini berfungsi sebagai fasa stasioner [3: Astin Lukum, Bahan Ajar Dasar-dasar Pemisahan Analitik, (Gorontalo : UNG, 2006) hal. 49 & 62]

[footnoteRef:4]Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, dalam kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana. Keuntungan kromatografi planar adalah kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet, dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi dan ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. [4: Anonim, Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis. (Online) ]

Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi. [footnoteRef:5]KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatusenyawa dalam sampel dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak. [5: Adam Wiryawan, Kimia Analitik, (Dirjen Pendidikan:Jakarta,2008), hal. 267]

Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangaan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm disamping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan ganda dapat juga digunakan untuk memprbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas beturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit.Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat bercak akan terlihat jelas.[footnoteRef:6]Perhitungan nilai Rf yaitu jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut ; Nilai Rf untuk setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang ditempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut : [6: Elnino Ramadhan, Kromatografi Lapis Tipis. (Online)]

Rf = [footnoteRef:7]Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu; kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Kemudian metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro). [7: Zainal Abidin, Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC. (Online)]

[footnoteRef:8]Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco sertaScoparia dulcis,Lindernia anagalis, danTorenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. [8: Wilna Pakaya,Identifikasi Senyawa Kurkumin pada Kunyit Secara Kromatografi Lapis Tipis. (Online)]

Pada praktikum kali ini, kami mengamati kadar kafein dalam obat super influenza dan paramex. Keduanya akan diuji dan dibandingkan nilai Rfnya dengan Rf standar yang terdapat dalam laboratorium.4. Alat dan Bahan4.1 AlatTabel 1. Alat yang Digunakan Beserta FungsinyaNONama AlatGambarFungsi

1Gelas Beaker

Sebagai tempat untuk menyimpan dan membuat larutan.

2Pelat TLCSebagai fase diam dan tempat menotolkannya noda.

3Penangas

Fungsinya untuk memanaskan air ataupun larutan yang akan dipanaskan.

4Gelas Ukur

Untuk mengukur volume larutan dengan ketelitian yang rendah.

5Kaca Arloji

Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia, untuk menimbang bahan-bahan kimia

6Pinset

Untuk menjepit plat

7Mistar

Untuk menggaris dan mengukur panjang plat maupun dakam perhitungan nilai Rf

8PensilUntuk memberi tanda totolan

9GuntingUntuk memotong plat

10ChamberTempat larutan pengembang dan perendaman plat

11Kaca

Tempat meletakkan pelat

12Lumpang dan AluUntuk menghaluskan sampel

13Pipet TetesUntuk mengambil larutan dalam jumlah kecil

14Lampu UVUntuk menampakkan noda yang tidak terlihat.

4.2 BahanTabel 2. Bahan yang Digunakan Beserta Sifat Kimia dan FisiknyaNOBahanSifat FisikSifat kimia

1Metanol (CH3OH) Tidak berwarna, Mudah memiliki bau yang khas terbakar Cairan yang ringan Berat jenis 0,796 0,798 Sebagai pelarut polar, mudah menguap beracun, Dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna.

2Dietil Eter

Cairan mudah terbakar Tak berwarna Memiliki bau yang khas. Memiliki titik didih rendah,

3Benzena Merupakan senyawa yang tidak berwarna Berwujud cair pada suhu ruang (270c). Titik didih : 80,10C, Titik leleh: -5,50C Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar Benzenalebihmudahmengalami reaksi substitusi daripada adisi Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar

4Asam Asetat Berat molekul: 60,05 Cairan jernih Tidak berwarna, Bau khas tajam dan Rasa asam Titik leleh pada 1 atm 16,60 C Titik didih pada1 atm 117,90C

Reaksidenganalkohol menghasilkan ester Pembentukan garam keasaman Reaksi konversi menjadi ester Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P

5Kafein Berat molekul: 194,19 Serbuk hablur berbentuk jarum, menggumpal putih, tidak berbau, rasa pahit.

Agak sukar larut dalam air dan etanol 95% P, mudah larut dalam kloroform P.

5. Prosedur Kerja5.1 penyiapan bejeana pengembang

BenzenaMetanolDietil EterCH3COOH

Membuat campuran dengan komposisi 0,10 : 1 : 3 : 5,9 mL dalam gelas piala 100 mLm . Melapisi dinding dala gelas dengan kertas saring Menutup gelas piala dengan cawan petri

Hasil pengamatan

5.2 Penyiapan Contoh

Kafein standar2buahtabletyangmengandung kafein

Megerus dan mengekstraksi 5 mL metanol melarutkan 50 mg dalam1 mL metanol mengambil masing-masing dengan pipa kapiler membubuhkan diatas pelat TLC kecil dengan jarak 1 cm satu sama lain dan dari tepi pelat mengeringkan noda sampel dan standar membubuhkan lagi sampai 5 kali dengan setiap kli dikeringkan

Hasil pengamatan

5.3 Pengembang

Pelat kaca

Memasukan dalam bejena pengembang dan dijaga agar noda senyawa tidak ikut terendam. Membiarkan proses sampai garis depan pelarut mencapai 1 cm dari tepi pelat. Mengangkat dari bejana dan ditandai garis depan pelarut Mengeringkan Memasukan kedalam gelas piala 250 mL yang berisi kristal iod butir smpai ada noda. Mengangkat dan ditandai lingkaran noda Menghitung dan membandingan nilai Rf

Hasil pengamatan

6. Hasil PengamatanTabel 3. Hasil PengamatanNoPerlakuanHasil Pengamatan

12

3

4

5

67

8

91011

Menyiapkan pelat TLCMembuat larutan pengembang dengan komposisi metanol 0,1 ml, asam asetat 1 ml, dietil eter 3 ml dan benzena 5,9 ml.Semua larutan dimasukkan kedalam chamber dan ditutupMenghaluskan satu tablet super influenza dan satu tablet paramexMelarutkan sedikit masing-masing sampel obat dengan metanol

Melarutkan kafein standar dengan metanolMentotolkan ekstrak sampel dan kafein standar pada plat TLC menggunakan pipet kapiler Merendam plat kedam chamber yang berisi pengembangMengangkat pelat TLC dan mengeringkannyaMenguapkan larutan iodMenggunakan sinar UV untuk melihat noda yang tidak tampak dan ditandai dengan pensil Ukuran pelat 1 x 1 cm Semua larutan berwarna bening

Larutan tidak saling bercampur

Super Influenza berwarna orange dan paramex berwarna putih. Sampel obat larut dalam metanol warna larutan super influenza orange dan warna larutan paramex kehijauan. Kafein standar larut dengan metanol Terlihat bercak basah pada plat

Pelarut perlahan-lahan akan naik keatas pelat Terlihat adanya noda pada plat TLC Noda nampak pada plat Terdapat dua noda pada setiap plat

Tabel 4. Harga Rf Noda Hasil PemisahanNoda NomorKafein StandarSampel Obat

Jarak (cm) RfJarak (cm) Rf

x = Super influenza0,3570095

y = Paramex0,0480,097

7. PerhitunganDik : - Untuk sampel I (Super Influenza) - Untuk sampel II (Paramex) Dit : Rf sampel dan Rf standar ?Peny : Rf = - Untuk sampel I (Super Influenza) Rf standar = Rf sampel = - Untuk sampel II (Paramex) Rf standar = Rf sampel = 8. PembahasanKromatografi lapis tipis (KLT) merupakan kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang.Percobaan yang dilakukan kali ini adalah kromatografi lapis tipis. Dalam percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan pelat KLT yang permukaannya telah terdapat zat penyerap (adsorben) yaitu silika gel. Pada umumnya silika gel digunakan sebagai fase diam. Salah satu alasan mengapa digunakan silika gel adalah karena ukuran partikelnya. Untuk meningkatkan hasil dari suatu pemisahan diperlukan penyerap yang butirannya halus. Alasan lainnya yaitu permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya. Prosedur selanjutnya yaitu penyiapan bejana pengembang. Hal-hal yang dilakukan adalah membuat larutan pengembang dengan komposisi metanol : asam asetat : dietil eter : benzena 0,10 : 1 : 3 : 5,9 dalam suatu bejana (chamber). Kemudian bejana ditutup untuk meyakinkan bawah kondisi dalam bejana terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.Kemudian, prosedur yang dilakukan adalah penyiapan contoh. Langkah-langkahnya yaitu,meng-haluskan dua buah tablet yang mengandung kafein. Dalam tahap ini digunakan obat paramex dengan kandungan kafein 50 mg dan obat super influenza dengan kandungan kafein 30 mg. Kemudian tablet yang telah dihaluskan masing-masing diekstraksi dengan 5 ml metanol. Untuk zat autentik digunakan 50 mg kafein standar yang telah diekstraksi dengan 1 ml metanol. Cairan ekstrak obat dan zat autentik kemudian masing-masing diambil dengan pipa kapiler dan ditotolkan di atas pelat KLT dengan jarak antara kurang lebih 1 cm dan 1 cm dari tepi pelat. Setelah penotolan, pelat dimasukkan ke dalam bejana pengembang. pelarut naik di sepanjang pelat dan bersamaan dengan pergerakan pelarut tersebut, sampel dan zat autentik dibawa dengan laju yang tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fasa bergerak dan interaksinya dengan zat padat. Ketika garis depan pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas pelat, pelat diangkat dan dikeringkan. Untuk menampakkan noda, menggunakan uap dari iod yang dipanaskan di atas penangas. Sampel obat super influenza menunjukkan warna jingga. Sampel obat paramex dan zat autentik tidak menunjukkan adanya warna noda. Maka untuk menampakkan noda tersebut digunakan lampu UV. Setelah diamati, sampel obat paramex menunjukkan warna putih kebiruan.Penyebab warna dari senyawa-senyawa pada kromatografi lapis tipis adalah perbedaan tingkat kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi perbedaan atau pemisahan yang ditandai dengan tebentuknya noda-noda senyawa.Setelah noda komponen terlihat dan dilingkari dengan pensil, maka harga Rf (Retardation factor) dapat dihitung. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan yang merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.Rf = Berdasarkan perhitungan, didapatkan perbandingan nilai Rf. Untuk sampel obat super influenza Rf standar : Rf sampel yaitu 0,357 : 0,095. Untuk sampel obat paramex Rf standar : Rf sampel yaitu 0,048 : 0,097. Karena pebedaan nilai antara Rf standar dan Rf sampel antar kedua senyawa sangat jauh maka dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa tersebut tidak sama.9. KesimpulanBerdasarkan eksperimen dan perhitungan didapatkan perbandingan nilai Rf. Untuk sampel obat super influenza Rf standar : Rf sampel yaitu 0,357 : 0,095. Untuk sampel obat paramex Rf standar : Rf sampel yaitu 0,048 : 0,097. Karena pebedaan nilai antara Rf standar dan Rf sampel antar kedua senyawa sangat jauh maka dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa tersebut tidak sama.10. Jawaban Pertanyaan Praktikum10.1 Pertanyaan pra praktikum1. Apa prinsip pemisahan dengan kromatografi lapis tipis ?2. Tuliskan struktur kimia kafein.3. Tuliskan struktur kimia klorofil a, b, karoten, dan xantofil.4. Bila campuran pada butir 3 dikromatografikan melalui kolom silika gel, bagaimana urutan keluarnya zat murni dari kolom? Jelaskan berdasarkan sifat kepolaran dan afinitasnya pada bahan penyerap. Jawab :1. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang berdasarkan adsorpsi, tahapan analisis dengan kromatografi lapis tipis sama pada kromatgrafi kertas adalah waktu alusi yang relative lebih pendek dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Kromatografi lapis tipis menunjukkan berbagai gerakan pelerut, pelarut bergerak ke atas melalui lapisan, menguap dari lapisan sebelah bawah garis pelarut dan terserap oleh lapisan disebelah atas garis depan.2. Struktur kimia kafein

3. Struktur kimia klorofil a, b.

Struktur kimia karoten

Struktur kimia Xantofil

4. Karena silika gel adalah polar, maka senyawa yang sifatnya non polar atau yang sedikit non polar akan keluar terlebih dahulu dan berikutnya adalah yang polar atau sedikit polar. Maka urutannya karoten, klorofil , xantofil, klorofil . Klorofil terdapat gugus aldehid sehingga membuatnya bersifat sedikit polar. Xantofil pun demikian karena mengandung gugus OH maka senyawa ini sedikit lebih polar dari karoten.10.2 Pertanyaan pasca praktikumBila volume metanol dalam campuran eluen ditambah, bagaimana perubahan Rf kafein? Mengapa?Jawab :Jika penyerap yang digunakan adalah silika gel dan metanol ditambah komposisinya maka akan polar. Semakin polar pelarut yang digunakan maka harga Rf akan semakin kecil.

Daftar PustakaAbidin, Z. (2011). Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC. [Online] Tersedia: http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2014Anonim. (2011). Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis. [Online] Tersedia http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26160/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2014Lukum, A,P.(2006). Bahan Ajar Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Gorontalo : UNG.Muhammad, F. (2012). Praktikum Kromatografi Lapis Tipis. [Online] Tersedia : http://moslem-chemist.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-kromatografi-lapis.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014Pakaya W. (2013).Identifikasi Senyawa Kurkumin Pada Kunyit Secara Kromatografi Lapis Tipis. [Online] Tersedia : http://whilnanoblog.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-identifikasi-senyawa.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014Ramadhan,E.(2011).KromatografiLapisTipis.[Online]Tersedia:http://ag1992.blogspot.com/2011/06/kromatografi-lapis-tipis.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014WiryawanA. (2008). Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah.

Lampiran

13

Gambar 1. Eluen dalam bejana (chamber)

Gambar 2. Sampel yang telah dihaluskan

Gambar 3. Sampel obat dan standar yang telah diekstraksi dengan metanol

Gambar 4. Pelat KLT yang telah diberi tanda garis

Gambar 5. Proses menampakkan noda dengan uap kristal iod

Gambar 6. Proses menampakkan noda dengan lampu UV